Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN JAHE

MERAH TERHADAP INTENSITAS NYERI


DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI
DI SMAN 4 DENPASAR

THE EFFECT OF GIVING RED GINGER BOILED


WATER ON THE PAIN INTENSITY OF
DYSMENORRHEA AT GIRLS AT
SMAN 4 DENPASAR
Ni Putu Chynthia Purna Dewi1, Ni Komang Ayu Resiyanthi2, Ni Luh Gede
Puspita Yanti3

ABSTRAK

Salah satu masalah yang sering dialami saat menstruasi adalah dismenorea yaitu
nyeri perut bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan
tungkai. Air rebusan jahe merah dianggap dapat menurunkan dismenorea.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air rebusan jahe
merah terhadap intensitas nyeri dismenorea pada remaja putri di SMAN 4
Denpasar. Jenis penelitian ini pre-eksperimental dengan rancangan One-group
Pre-post Test Design. Jumlah sampel 22 orang dipilih dengan metode purposive
sampling. Pengambilan data menggunakan lembar observasi. Penilaian intensitas
nyeri dismenorea yaitu menggunakan metode Numeral Rating Scale (NRS).
Teknik analisa data menggunakan uji t-paired. Hasil penelitian pre test intensitas
nyeri dismenorea rata-rata sebesar 5,5 termasuk intensitas nyeri sedang dan post
test intensitas nyeri dismenorea rata-rata sebesar 2,4 dengan intensitas nyeri
ringan. Terdapat pengaruh yang signifikan pemberian air rebusan jahe merah
terhadap intensitas nyeri dismenorea pada remaja putri di SMAN 4 Denpasar (p
value 0,00 < 0,05). Jahe merah dapat mengurangi nyeri dismenorea dikarenakan
kandungan yang terdapat di dalam jahe merah membantu merangsang dan
mengendalikan rasa nyeri di dalam tubuh.
Kata kunci: Air Rebusan Jahe Merah, Dismenorea, Remaja Putri

ABSTRACT

One of the problems that are often experienced during menstruation is


dysmenorrhea, namely lower abdominal pain that can radiate to the lower back
and legs. Red ginger boiled water is considered to reduce dysmenorrhea. This
study aims to determine the effect of red ginger boiled water on the intensity of
dysmenorrhea pain in adolescent girls at SMAN 4 Denpasar. This type of pre-
experimental research with One-group Pre-post Test Design. The number of
samples was 22 people selected by purposive sampling method. Collecting data
using observation sheets. The assessment of the intensity of dysmenorrhea pain is
using the Numeral Rating Scale (NRS) method. The data analysis technique is
using the t-paired test. The results of the pre test ofaverage dysmenorrheal pain
intensity was 5.5 including moderate pain intensity and pos test of the average
dysmenorrheal pain intensity was 2.4 with mild pain intensity. There is a
significant effect of giving red ginger boiled water on the intensity of
dysmenorrhea pain in adolescent girls at SMAN 4 Denpasar (p-value 0.00 <0.05).
Red ginger can reduce the pain of dysmenorrhea because the content in red
ginger helps stimulate and control pain in the body.
Keywords: Red Ginger Boiled Water, Dysmenorrhea, Adolescent Girl

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau


suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik. Kematangan fisik yang dialami diantaranya menarche
atau haid pertama (Notoatmodjo, 2012). Salah satu masalah yang sering dialami
saat menstruasi adalah nyeri haid/dismenorea yaitu nyeri perut bagian bawah yang
bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai
kram yang hilang-timbul terjadi sebelum atau saat menstruasi (Lestari, 2013).
Menurut WHO (World Health Organization) (2015) dalam H. Sari & Hayati
(2020), rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap negara mengalami
dismenorea. Negara Swedia tercatatsekitar 72%, sedangkan di Amerika Serikat
diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenoreadan 10-15 % diantaranya
mengalami dismenorea berat yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan
kegiatan apapun.
Angka kejadian dismenorea di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari
dismenorea primer sekitar 54,89% sedangkan sisanya penderita dengan
dismenorea sekunder. Penelitian yang dilakukan oleh Herdianti, Wardana, &
Karmaya (2019), mengemukakan bahwa kejadian dismenorea primer pada
mahasiswi pre-klinik program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Udayana sebesar 86,5 %, dimana dari 96 orang responden sebagian besar
mahasiswi (83 orang) mengalami dismenorea primer sedangkan yang tidak
mengalami dismenorea primer yaitu sebanyak 13 orang (13,5%). Dismenorea
tidak hanya mengganggu aktivitas saja tetapi remaja juga mengalami nyeri yang
kuat menjalar ke kaki, sakit kepala, payudara bengkak, mual, muntah, dan nyeri
otot (H. Sari & Hayati, 2020).
Penanganan yang biasa dilakukan remaja putri ketika mengalami
dismenorea yaitu dengan cara penanganan farmakologi dan non farmakologi.
Upaya penanganan dengan cara non farmakologi dapat dilakukan dengan
pemberian kompres hangat, terapi musik, pemberian ramuan herbal,melakukan
pijatan, dan olah raga senam yang teratur. Penanganan dismenorea dengan air jahe
merah terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri (Indrayani & Silawati, 2021).
Efek yang dihasilkan jahe merah sama dengan asam mefenamat, yaitu pereda
nyeri. Jahe merah merupakan salah satu terapi herbal yang dapat digunakan,
mudah didapat, murah, dan terjangkau. Jahe merah efektif menurunkan rasa nyeri
sama dengan obat analgetik asam mefenamat dan ibuprofen. Air rebusan jahe
merah oral menunjukkan efek analgesik dan anti-inflamasi sangat efektif, karena
adanya sinergisitas senyawa dalam air rebusan jahe merah.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada 3 SMA di Denpasar didapatkan
bahwa SMAN 1 Denpasar jumlah siswi yang mengalami dismenorea pada tiga
tahun terakhir sebanyak 102 orang, dimana pada tahun 2018 sebanyak 40 orang,
tahun 2019 sebanyak 50 orang, dan pada tahun 2020 (bulan Januari sampai
Februari) sebanyak 12 orang. Jumlah siswi yang mengalami dismenorea di
SMAN 2 Denpasar pada tiga tahun terakhir sebanyak 81 orang, dimana pada
tahun 2018 sebanyak 15 orang, tahun 2019 sebanyak 41 orang, dan pada tahun
2020 (Januari sampai awal bulan Maret) sebanyak 24 orang. Data tertinggi
didapatkan di SMAN 4 Denpasar, dimana selama tiga tahun berturut-turut
didapatkan data sebanyak 228 orang, tahun 2018 sebanyak 95 orang, tahun 2019
sebanyak 106 orang, dan pada tahun 2020 (Januari sampai awal bulan Maret)
sebanyak 27 orang.
Perbandingan 3 SMA di Denpasar menunjukkan bahwa data terbanyak
terdapat di SMAN 4 Denpasar. Menurut pernyataan petugas UKS SMAN 4
Denpasar, penanganan dismenorea yang sering dilakukan adalah mengkonsumsi
obat analgesik, berbaring atau tidur, dibiarkan saja, dan mengompres dengan air
hangat. Siswi yang tidak dapat menahan dismenorea maka akan dibawa ke
puskesmas terdekat atau diizinkan untuk pulang.Penanganan dengan memberikan
minuman ramuan herbal tidak pernah dilakukan. Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Pemberian Air Rebusan Jahe Merah terhadap Intensitas Nyeri
Dismenorea pada Remaja Putri di SMAN 4 Denpasar”.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan


pendekatan One-group Pre-post Test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswi perempuan yang mengalami nyeri saat menstruasi di SMAN 4
Denpasar pada tanggal 4-28 Desember 2021. Penelitian ini tidak semua populasi
dijadikan sampel, maka di hitung dengan menggunakan rumus sampel drop out
dari penelitian Dahlan (2018) diperoleh sampel yaitu 22 orang dengan teknik
purposive Sampling. Analisa dalam penelitian ini adalah analisis bivariat dengan
menggunakan uji Paired t Test.
HASIL DAN DISKUSI

Hasil Penelitian

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche
di SMAN 4 Denpasar Tahun 2021

No UmurMenarche (Tahun) Frekuensi (f) Persentase (%)


1 10 5 22,7
2 11 1 4,5
3 12 10 45,5
4 13 3 13,6
5 14 3 13,6
Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa sebagian besar responden di


SMAN 4 Denpasar dengan usia menarche 12 tahun yaitu sebanyak 10 orang
(45,5%).

Tabel 2
Rata-rata Intensitas Nyeri Dismenorea Sebelum Diberikan
Air Rebusan Jahe Merah Pada Remaja Putri
di SMAN 4 Denpasar Tahun 2021

Variabel Mean SD Min-Max N


Intensitas Nyeri 5,5 0,5 5-6 22
(Pre test)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan rerata nyeri sebelum diberikan air


rebusan jahe merah adalah 5,5 dengan nilai minimum 5 dan maksimum 6. Rerata
skala nyeri sebelum diberikan air rebusan jahe merah termasuk kategorinyeri
sedang.

Tabel 3
Rata-rata Intensitas Nyeri Dismenorea Setelah Diberikan
Air Rebusan Jahe Merah Pada Remaja Putri
di SMAN 4 Denpasar Tahun 2021

Variabel Mean SD Min-Max N


Intensitas Nyeri 2,4 0,5 2-3 22
(Post test)

Berdasarkan tabel diatas diinformasikan nilai rata-rata intensitas nyeri


setelah diberikan air rebusan jahe merah sebesar 2,4. Nilai intensitas nyeri
terendah sebesar 2 dan intensitas nyeri tertinggi sebesar 3 dengan standar deviasi
sebesar 0,5.
Tabel 4
Hasil Analisis Pengaruh Pemberian Air Rebusan Jahe Merah terhadap Intensitas
Nyeri Dismenorea pada Remaja Putri di SMAN 4 Denpasar Tahun 2021

Intensitas Nyeri Mean Selisih Mean P Value t hitung


Pre 5,5
3,1 0,000 16,927
Post 2,4

Berdasarkan hasil pada tabel diatas dapat diketahui bahwa p value= 0,000
<α 0,05 yang artinya hipotesis dalam penelitian ini diterima dimana secara
statistik ada pengaruh pemberian air rebusan jahe merah terhadap intensitas nyeri
dismenorea pada remaja putri di SMAN 4 Denpasar, selain itu dapat dilihat
adanya penurunan rerata nyeri dismenorea sebelum dan sesudah pemberian air
rebusan jahe merah sebesar 3,1.

Hasil Diskusi

Menurut Bare & Smeltzer (2002) dalam Lestari (2013), penanganan


nyeri secara nonfarmakologis dapat dilakukan menggunakan pemberian obat
herbal seperti air jahe merah. Jahe merah merupakan salah satu dari varian jahe
yang memiliki rasa pahit dan pedas lebih tinggi dibandingkan dengan jahe jenis
yang lain. Kandungan jahe merah mengandung minyak atsiri dan oleoresin.
komponen utama minyak atsiri jahe merah yang menyebabkan bau harum adalah
zingiberen dan zingiberol. Jahe merah mempunyai kandungan minyak atsiri
sebesar 3,9%, pada jahe emprit terdapat sebesar 3,5% dan jahe gajah sebesar
2,5%, sehingga dikatakan minyak atsiri pada jahe merah lebih banyak
dibandingkan pada jenis jahe lainnya. Jahe merah juga mengandung minyak atsiri
yang lebih tinggi dibandingkan jahe varitas lain. Minyak atsiri yang tersusun atas
beberapa komponen, yaitu α-pinena, kamfena, kariofilena, β-pinena, α-farnesena,
sineol, dl-kamfor, isokariofilena, kariofilena-oksida, dan germakron yang dapat
menghasilkan antibakteri untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Handrianto,
2016).
Minyak atsiri memiliki kegunaan lain yaitu untuk merangsang enzim
pencernaan bekerja lebih optimal sekaligus menetralkan asam penyebab mual,
kram, serta diare. Para pakar kesehatan bahkan menyatakan tingkat keberhasilan
hingga 75% dalam penggunaan jahe merah sebagai pereda morningsickness dan
gastroenteritis (flu perut) (Obi, 2015). Jahe merah bermanfaat mengurangi nyeri
dismenorea dikarenakan kandungan yang terdapat didalam jahe merah membantu
merangsang tubuh mengendalikan rasa nyeri didalam tubuh. Kandungan minyak
atsiri yang diterima tubuh meningkatkan kemampuan tubuh seseorang
menetralkan kram terutama saat menstruasi.
Hasil penelitian ini bersesuaian dengan Indrayani et al., (2022),
minuman jahe merah terbukti lebih efektif menurunkan tingkat nyeri, dengan
memberikan air rebusan jahe merahnya yang diberikan pada kelompok perlakuan
dengan takaran 200 ml selama 3 hari berturut-turut saat menstruasi setiap pagi dan
sore hari (setelah makan). Penelitian Wulandari (2018) menemukan penggunaan
jahe merah untuk menurunkan intensitas nyeri haid pada remaja. Jahe memiliki
efektivitas yang sama dengan ibuprofen dalam mengurangi intensitas nyeri.
Secara umum ibuprofen dikenal sangat cepat dan efektif diserap setelah
pemberianperoral. Puncak konsentrasi didalam plasma sangat singkat yaitu
antara 15 menit-1 jam. Kerja dari ibuprofen sama dengan jahe yaitu
dengan menghambat sintesis prostaglandin. Hasil serupa juga ditunjukkan oleh R.
M. Sari & Abasri (2019) tentang pengaruh pemberian ramuan jahe merah
(zingiber officinale roscoe) dan gula merah terhadap perubahan nyeri haid. Hasil
penelitian menunjukkan hasil uji Wilcoxon Sign Rank-Test diperoleh nilai
Asymp.sig (2- tailed) = 0,000 < 0,05 untuk hari pertama dan hari kedua, berarti
signifikan. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Menurut peneliti secara umum dapat dikatakan pemberian air rebusan jahe
merah dapat menurunkan tingkat nyeri dismenorea pada remaja putri di SMAN 4
Denpasar,hal tersebut disebabkan karena efek analgesik pada jahe merah
berhubungan dengan unsur-unsur yang terkandung dalam jahe merah. Penurunan
skala nyeri tidak terjadi maksimal sampai skala 0 dikarenakan efek obat herbal
yang dirasakan dalam jangka waktu sebentar yaitu tiga hari perlakuan tidak sama
seperti analgesik kimia. Remaja putri yang menjadi responden tidak mengalami
perubahan intensitas nyeri dapat disebabkan karena ukuran tubuh dimana dapat
mempengaruhi seberapa banyak dosis obat yang harus diberikan kepada
seseorang. Dosis senyawa-senyawa yang terdapat pada jahe merah belum mampu
memberikan efek penurunan intensitas nyeri pada kedua responden tersebut,
selain itu dapat disebabkan oleh perbedaan persepsi responden terhadap nyeri dan
upaya penghilang nyeri. Salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi individu
terhadap nyeri yang dialami adalah pengalaman nyeri terdahulu terutama
keefektifan upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri menstruasi yang
dilakukan oleh individu dan dirasa dapat mengurangi nyeri menstruasi yang
dialami sebelumnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 22 responden maka


dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil analisis uji analisis t-paired test dapat
diketahui bahwa p value (0,000) < α (0,05) yang artinya hipotesis dalam
penelitian ini diterima dimana secara statistik ada pengaruh pemberian air rebusan
jahe merah terhadap intensitas nyeri dismenorea pada remaja putri di SMAN 4
Denpasar. Adapun saran yang dapat diberikan yaitu penelitian ini dapat
memberikan informasi kepada remaja putri apabila mengalami dismenorea dapat
memberikan minuman dari tanaman-tanaman obat seperti jahe merah sebagai
pereda nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Handrianto, P. (2016). Uji Antibakteri Ekstrak Jahe Merah Zingiber officinale


var . Rubrum terhadap Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli. 2(1), 1–
4.
2. Herdianti, K. A., Wardana, N. G., & Karmaya, I. N. M. (2019). Hubungan
Antara Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore Primer pada Mahasiswi Pre-
Klinik Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana Tahun Ajaran 2017.Bali Anatomy Journal, 2(1), 25–29.
https://doi.org/10.36675/baj.v2i1.23
3. Indrayani, T., & Silawati, V. (2021). Efektivitas Pemberian Air Jahe Merah
dan Air Kunyit Kuning Dengan Perubahan Skala Nyeri Haid Pada Siswi
Kelas IX SMP Negeri 1 Cikarang Timur Tahun 2020. Journal for Quality in
Women’s Health, 4(1), 104–108. https://doi.org/10.30994/jqwh.v4i1.110
4. Lestari, N. M. S. D. (2013). Pengaruh dismenorea pada remaja.Seminar
Nasional FMIPA UNDIKSHA III, 323–329. Retrieved from
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/download
5. Notoatmodjo. (2012a). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
6. Notoatmodjo. (2012b). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
7. Obi, A. (2015). Apotek Herbal di Sekitar Rumah Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu
Semesta.
8. Sari, H., & Hayati, E. (2020). Gambaran Tingkat Nyeri Dismenorea Pada
Remaja Putri.BEST Journal (Biology Education, Sains and Technology), 3(2),
226–230. https://doi.org/10.30743/best.v3i2.3284
9. Sari, R. M., & Abasri, N. (2019). Pengaruh Pemberian Ramuan Jahe Merah
(Zingiber Officinale Roscoe) dan Gula Merah terhadap Perubahan Nyeri
Haid Siswi Kelas VIII SMPN 1 Bengkulu.CHMK MIDWIFERY SCIENTIFIC
JOURNAL, 2(3), 63–70.
10. Wulandari. (2018). Penggunaan Jahe Merah Untuk Menurunkan Intensitas
Nyeri Haid Pada Remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 17(2), 136–236.

Anda mungkin juga menyukai