Pengarah:
Pimpinan KPK
Deputi Bidang Pencegahan
Penanggung jawab:
Giri Suprapdiono, Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
Supervisi:
Satgas Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK RI
Hery Nurudin
Ramah Handoko
Anisa Nurlitasari
Anissa Rahmadhany
Niniek Yuliani
Herlina Jeane Aldian
Penyusun:
Drs. Zulfikri Anas, M. Ed
Ir. Akhmad Supriyatna, M. Pd
Wawan Setiawan, S. Pd
Diterbitkan oleh:
Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
Kedeputian Bidang Pencegahan
Komisi Pemberantasan Korupsi
Jl. Kuningan Persada Kav. IV Setiabudi Kuningan Jakarta Selatan 12950
www.kpk.go.id
aclc.kpk.go.id
Cetakan 1: Jakarta
Buku ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya, diperbanyak untuk tujuan pendidikan dan non-
komersial lainnya, dan bukan untuk diperjualbelikan.
Penguatan integritas merupakan upaya paling dasar untuk membentengi diri setiap
orang dari perilaku koruptif. Sebagaimana diketahui, perilaku koruptif merupakan cikal
bakal terjadinya tindak pidana korupsi. Oleh karena itu, penguatan integritas merupakan
landasan dari pendidikan antikorupsi.
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 19 tahun 2019 pasal 7 (c) Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) diberi amanat untuk menyelenggarakan program pen-
didikan antikorupsi pada setiap jejaring pendidikan. Hal ini penting untuk dilaksanakan
secara terpadu dan berkelanjutan dalam rangka menginternalisasi nilai-nilai antikorupsi
kepada jejaring pendidikan, Kementerian/Lembaga, Penyelenggara Negara, Pegawai
Negeri, Swasta, masyarakat sipil dan masyarakat umum agar mereka mampu memben-
tengi diri dari tindak pidana korupsi dan juga perilaku koruptif dalam kehidupan se-
hari-hari.
KPK telah melakukan serangkaian proses pendidikan antikorupsi melalui penguatan in-
tegritas dengan menyusun modul-modul dan panduan pembelajaran untuk mendukung
implementasi pendidikan antikorupsi. Guna melengkapi instrumen pembelajaran pe
nguatan integritas tersebut, modul ini disusun secara aplikatif sebagai bahan ajar bagi
mahasiswa Program Pendidikan Profesi Guru baik Pra Jabatan maupun Dalam Jabatan.
Mereka lah yang akan berada di garda terdepan sebagai agen pembelajaran dalam pen-
didikan antikorupsi.
Melalui modul ini diharapkan lahir para guru yang bukan hanya memiliki bekal penge
tahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai integritas untuk mengajarkan kepada peserta
didik, melainkan juga menginternalisasikan integritas dalam dirinya sehingga menjadi
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan dukungan
dan kontribusi dalam penyusunan modul ini. Kami menyadari bahwa modul ini masih
jauh dari sempurna, saran dan kritik membangun sangat kami harapkan guna perbaikan
di masa mendatang.
Teladan adalah pelajaran terbaik.
Tabel 1.1 Perbedaan Pendidikan Barat dan Pendidikan Indonesia menurut Ki Hajar
Dewantara...................................................................................................... 12
Tabel 1.2 Perubahan Cara Pandang terhadap Pendidikan.............................................. 21
Tabel 1.3 Perubahan pola pikir dalam Penguatan Integritas.......................................... 26
Tabel 1.4 Nilai khas yang terkandung dalam Mata Pelajaran........................................ 30
Tabel 2.1 Indikator Proses Penguatan Integritas untuk tingkat PAUD/SD/MI............. 50
Tabel 2.2 Indikator Proses Penguatan Integritas untuk tingkat SMP/MTs.................... 51
Tabel 2.3 Indikator Proses Penguatan Integritas untuk tingkatan SMA/MA/SMK...... 51
Tabel 2.4 Indikator Proses Penguatan Integritas dan contoh sub-indikatornya untuk
Jenjang SMA/MA/SMK............................................................................... 52
Tabel 4.1 Contoh konsistensi dalam berpikir, berucap dan berperilaku sesuai nilai pen-
guat intergritas............................................................................................... 92
Tabel 4.2 Contoh jenis karya nyata aktivitas penguatan integritas.............................. 100
DAFTAR GAMBAR
II. INTI
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
C. URAIAN MATERI
S elamat! Anda telah memilih profesi guru. Jalan yang anda tempuh sampai pada
posisi sekarang sangatlah berbeda-beda. Ada yang menjadi guru karena panggilan
jiwa, ada yang memang cita-cita, tapi ada pula yang terjerumus secara tidak terduga.
Manapun jalan yang dilalui, itu semua kehendak Yang Maha Kuasa, anda dipanggil
untuk menjadi guru.
Hidup anda ke depan, akan dilalui sebagai guru. Apakah anda akan mengisi hidup de
ngan penuh kebahagiaan? Atau biasa saja sebagaimana bekerja dan mendapat upah?
Dua keadaan ini bukan takdir, melainkan pilihan yang sepenuhnya, berada di tangan
anda. Tidak ditentukan orang lain. Berikut adalah jalan mudah untuk menjadi guru seja-
ti, yakni menjadi guru yang berintegritas.
a. Hakikat Guru
Kata “guru” berasal dari bahasa Sansekerta. “GU” berarti gelap, dan “RU” ber
arti membawa terang atau mengusir kegelapan. Berarti, secara maknawi, Guru
adalah orang yang senantiasa memerangi kegelapan dan membawa terang.
Semakin gelap suasana di sekitarnya, semakin bermakna kehadirannya. Jika
seorang guru memilih bertahan dalam suasana yang sudah terang, maka lama
kelamaan eksistensinya menjadi hilang. Untuk itu, setelah selesai menerangi
yang gelap, carilah situasi yang lebih gelap, karena di sanalah kehadiran anda
ditunggu dan memberi makna.
DISIPLIN
BERINTEGRITAS PROFESIONAL
TERPERCAYA
PEDULI
PROFIL
GURU
CERDAS DAN
PEMBELAJAR
MENEBAR
BERBUAT BAIK
BERKATA BAIK KEBAIKAN
PENGETAHUAN BERWAWASAN
KREATIF DAN LUAS LUAS
VARIATIF DALAM
MENDIDIK UP TO DATE
KOMUNIKATIF MENGUASAI
DAN ADAPTABEL LANDASAN ILMU
MENDIDIK
PRIBADI YANG
MENYENANGKAN
Satu hal yang menyatukan bangsa adalah adanya nilai-nilai utama yang menjadi
landasan kepribadian bangsa. Nilai-nilai tersebut disepakati, dipahami, kemudian
meresap menjadi acuan dalam kehidupan dan menjadi pedoman dalam segala akti
vitas kehidupan termasuk dalam penyelenggaraan negara.
Kita memiliki banyak sekali nilai-nilai utama pembentuk kepribadian bangsa, yang
terpotret sebagai nilai karakter. Nilai itu bersumber dari Agama, Pancasila, budaya
bangsa, dan tujuan pendidikan. Selama ini kita mengenal 18 nilai yakni Religius,
Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin
Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/
Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial,
dan Tanggung Jawab. Nilai ini kemudian dikerucutkan lagi menjadi lima nilai: In-
tegritas, Religius, Nasionalis, Mandiri dan Gotong Royong.
Nilai-nilai inilah yang dikuatkan dalam pendidikan melalui Peraturan Presiden No.
87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter dan secara implementasi dia-
tur sesuai Permendikbud No. 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karak-
KARAKTER
Karakter
Berintegritas
KARAKTER
Jujur INTI
PEMBENTUK
INTEGRITAS
JATI DIRI
Peduli
Karakter
Berintegritas
Perilaku
Berintegritas
kan perilaku yang ditampilkan. Kepribadian ini bisa konsisten dengan karakter
dan jati diri, bisa juga tidak. Inilah yang membedakan seseorang berintegritas
atau tidak.
Integritas sendiri merupakan kesesuaian antara suara hati nurani sebagai kebe-
naran, pola pikir untuk hidup benar, tekad yang kuat untuk mewujudkan hidup
benar, ucapan, dan perilaku yang ditampilkan. Ketika keempat nilai inti ini kuat
terpancar dari dalam nurani, dan konsisten dalam perilaku yang ditampilkan,
dapat dipastikan seseorang berintegritas. Kesesuaian inilah yang menimbulkan
keselarasan hidup dan harmoni. Inilah landasan kebahagiaan hidup.
Sebaliknya apabila keempat nilai inti ini lemah sehingga tidak terpancar dalam
perilaku, maka yang bersangkutan tidak berintegritas. Lain di bibir lain di hati.
Beda antara kata dan perbuatan. Yang demikian ini menjauhkan diri dari ke
tenangan jiwa dan kebahagiaan.
Di mana posisi pendidikan karakter? Pendidikan karakter berhubungan dengan
penguatan nilai-nilai dalam diri seseorang. Disinilah “nilai karakter pembentuk
integritas” menjadi kunci yang sangat penting. Jika nilai pembentuk integritas
kuat sebagai pancaran jati diri, maka karakter lain akan kuat dan kepribadian
seseorang akan benar-benar mencerminkan sebagai manusia beradab dan ber-
martabat, bukan kepalsuan.
Karakter Pemikiran,
inti pem- Karakter sikap, dan
Jati diri bentuk perilaku
integritas (Kepribadian)
Pengaruh
lingkungan
Gambar 1.3. Penguatan Perilaku berintegritas bersumber dari dalam diri
(inside out)
1) Jujur
Jujur adalah berkata benar sesuai dengan yang dilihat, didengar, dan dira
sakan. Kunci dasar kejujuran adalah pada kebenaran dan tata nilai yang ber-
laku. Seseorang yang berperilaku jujur dalam hidupnya merasakan keten-
traman jiwa, kedamaian, kebahagiaan, percaya diri, tidak manipulatif, tidak
berpura-pura, dan kebersihan hati. Kejujuran juga tentunya memiliki nilai
ibadah, karena sesuai perintah agama. Secara sosial, orang jujur akan diper-
caya, dihargai, dihormati oleh masyarakat. Orang lain merasa nyaman dan
aman ketika bergaul dengan orang jujur.
3) Disiplin
Disiplin adalah konsisten, tertib, menepati janji, berkomitmen dan taat atur-
an. Perilaku berdisiplin memberi manfaat secara langsung bagi diri pribadi
yakni terbiasa teratur, efisien waktu, tertib, tuntas dalam bekerja, menghar-
gai orang lain, harmonis, tenang, damai, percaya diri, serta terhindar dari ke-
cemasan dan kekhawatiran. Secara sosial pribadi berdisiplin akan dihargai,
dihormati, disegani, dan diteladani, serta bernilai ibadah
4) Peduli
Peduli adalah kasih sayang, empati dan keberpihakan kepada sesama mau-
pun lingkungan. Orang yang memiliki kepedulian pada sesama dan ling-
kungannya akan merasakan kehidupan yang lebih bermakna. Sosok pedu-
li memiliki ketentraman dalam menjalani kehidupan, saling menghargai,
kepuasan batin, disayang, dihargai, dihormati dan disegani. Kepedulian
kepada sesama dan lingkungan juga merupakan ajaran semua agama. Se-
lain itu, kepedulian juga memberi manfaat sosial, yakni hidup rukun, saling
menyayangi, saling menghormati, dan menimbulkan rasa aman dan nyaman
di masyarakat.
Sajak Palsu
Oleh: Agus R. Sardjono
Puisi ini mengingatkan kita bahwa jika ada kepalsuan di dunia pendidikan, se-
kecil apapun itu, akan berdampak pada pola pikir anak dan terus berkembang
sampai dewasa. Pada saatnya nanti, ketika mereka menduduki posisi penting
sebagai pelaku atau penentu keputusan, pola pikir palsu itu akan beraksi. Sajak
Oleh karena itu, kunci pendidikan karakter terletak pada proses yang dilaku-
kan. Dalam proses pendidikan harus terjadi konsistensi antara pembelajaran,
pengkondisian, dan pembiasaan, sehingga pada akhirnya terbentuk perilaku
atas dasar prinsip yang diyakini. Konsistensi juga harus dijaga antara sua-
sana di kelas, sekolah, dan orang tua. Atas dasar itulah komunikasi antara
sekolah dan orang tua merupakan hal yang sangat mutlak dilakukan.
Adapun mengenai hasil dapat dipantau perkembangannya sesuai perkem-
bangan usia. Tugas guru adalah menjaga konsistensi penguatan integritas
pada semua proses pembelajaran.
DEWASA
Pada usia SMA/MA/SMK, pembelajaran
memasuki tahap penguatan prinsip hidup
berintegritas untuk pengamalan secara
SMA/MA/SMK konsisten dimanapun, kapanpun, dalam situasi
Kelas 10-12 apapun, serta berperan aktif dan berkomitmen
untuk menegakkan prinsip hidup berintegritas
sebagai konsep diri bermoral dan meluaskan
nya kepada masyarakat.
Pada mata pelajaran tertentu, seperti Pendidikan Agama dan PPKn, integ-
ritas sebagai pengetahuan juga didiskusikan dalam rangka penyadaran dan
menguatkan keyakinan.
TEMAN BERMAIN
KELUARGA
KELAS
SEKOLAH
MASYARAKAT
Keluarga tentu menjadi inti, akan tetapi guru adalah motor penggeraknya.
Oleh karena itu guru perlu melakukan koneksi kegiatan penguatan integri-
tas di kelas dan sekolah dengan kegiatan di rumah, dengan teman bermain
dan masyarakat. Koneksi dapat dilakukan dalam bentuk pelibatan keluarga
dalam mendukung penguatan nilai integritas, atau implementasi aktivitas
pembelajaran di rumah. Teknisnya akan diuraikan pada pembelajaran se-
lanjutnya.
D. FORUM DISKUSI
III. PENUTUP
A. RANGKUMAN
• Guru adalah manusia yang terpanggil untuk mengusir kegelapan bagi lingkungan-
nya. Sebagai penerang, maka sosok guru sendiri haruslah terang. Dia adalah murid
pertama dari kebaikan yang ia ajarkan;
• Integritas merupakan konsistensi atau kesesuaian antara suara hati nurani sebagai
kebenaran, pola pikir untuk hidup benar, tekad yang kuat untuk mewujudkan hidup
benar, ucapan yang terungkap, dan perilaku yang ditampilkan;
• Kunci dari proses penguatan integritas adalah ketika setiap guru memahami, me
yakini, dan mengamalkan perilaku berintegritas bagi dirinya dan kemudian menjadi
teladan dan inspirasi bagi peserta didik dan lingkungannya;
• Integritas pada dasarnya sudah ada dalam diri setiap manusia. Tugas guru adalah
menguatkan nilai karakter penguat integritas yang ada dalam diri setiap manusia,
sehingga makin kokoh.
• Menjadi pribadi berintegritas memberi manfaat untuk pribadi dan berdampak sosial.
Jadi bukan ditujukan untuk memperbaiki di luar diri;
• Guru memiliki peran sebagai lokomotif dalam perbaikan moral bangsa dengan me
B. TES FORMATIF
C. DAFTAR PUSTAKA
II. INTI
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN:
C. URAIAN MATERI
S etelah anda memahami betapa pentingnya menjadi guru berintegritas, dan meyakini
bahwa anda menjadi bagian dari dalamnya, kini saatnya membuktikan dalam ben-
tuk aksi nyata. Anda adalah bagian dari solusi, bukan bagian dari persoalan. Niatkan,
tekadkan, dan buat rancangan berbagai aktivitas untuk penguatan integritas bagi peserta
didik dan lingkungan anda. Lalu susun dalam bentuk dokumen yang menjadi acuan dan
dokumentasikan setiap kegiatan yang dilakukan.
Mengacu pada definisinya, pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewu-
judkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengem-
bangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.” Dari definisi tersebut maka ada dua hal yang perlu
diciptakan dalam proses pendidikan yakni (1) membangun suasana belajar dan (2) me
lakukan proses pembelajaran.
Dalam konteks penguatan integritas pun, dua hal tersebut yang perlu dilakukan guru,
yakni bagaimana “menciptakan suasana belajar yang berintegritas” dan “bagaimana me
lakukan proses penguatan integritas secara konsisten sehingga peserta didik memahami,
menyadari dan meyakini, serta mengamalkan perilaku berintegritas dalam kehidupan-
nya”.
Tujuan akhir dari penguatan integritas adalah peserta didik secara konsisten memiliki
perilaku berintegritas di manapun, kapanpun dan dalam kondisi bagaimanapun sepan-
jang hidupnya. Tidak berhenti sampai mereka memahami atau menyadari pentingnya
integritas. Bahkan lebih dari itu, peserta didik diharapkan dapat mengamalkan dalam
dirinya dan menjadi pelopor hidup berntegritas di lingkungan masyarakatnya.
Upaya untuk mewujudkan suasana belajar dan melakukan proses pembelajaran tentu
berbeda tiap jenjang pendidikan. Untuk memahami perbedaan penekanan pada tiap jen-
jang pendidikan, silahkan pelajari kembali tentang Prinsip Penguatan Integritas pada
Pembelajaran sebelumnya.
2 3
Amalkan Se-
Kuatkan cara Konsisten
Penyadaran &
Keyakinan
Menciptakan situasi
1
atau mengkondisikan
Menciptakan situasi agar anak terbiasa
atau mengkondisikan menerapkan perilaku
agar anak meyakini, berintegritas secara
Tanamkan menginsyafi, dan
menyadari bahwa
konsisten di manapun,
kapanpun dan dalam
Pemahaman nilai-nilai integritas situasi apapun.
membawa kebaikan
bagi dirinya pribadi
maupun orang lain dan
lingkungan. Integritas
Menciptakan situasi adalah kebutuhan
atau mengkondisikan pribadi yang hakiki.
agar anak mengenal,
mengetahui, mengerti, Menciptakan situasi atau
4
memaklumi, perlunya mengkondisikan agar
nilai integritas dalam anak berani menyatakan
dirinya sebagai orang
menjalani kehidupan. yang konsisten memiliki
Deklarasikan & perilaku berintegritas,
menjadi teladan, dan
Sebarkan aktif mengkampanyekan
pentingnya integritas bagi
individu, masyarakat dan
lingkungan.
c. Permainan (games)
Bermain yang menyenangkan akan menjadi wahana belajar yang optimal dalam
menguatkan pembiasaan perilaku integritas. Segala macam permainan dapat
dilakukan yang ditujukan untuk menguatkan nilai karakter tertentu. Dalam se
tiap permainan dilatih saling menghargai, jujur, tanggungjawab, disiplin, peduli,
dan lain sebagainya. Aneka permainan dapat dirancang oleh guru mata pelajar
an, atau wali kelas, dalam menguatkan karakter atau permainan tertentu.
f. Kegiatan Sosial
Anak perlu dilibatkan secara rutin untuk aktivitas kerja sosial bersama baik di
sekolah maupun di masyarakat. Dalam kerja sosial diharapkan anak akan mera
sakan makna diri yang memberi manfaat pada orang lain, mengasah simpati
dan empati, menerima keberagaman, melatih tanggungjawab dan disiplin, serta
menguatkan kepedulian.
g. Perenungan
Perenungan merupakan proses dalam diri anak untuk menemukan makna diri
nya. Anak harus diajak merenungkan segala hal yang ia kerjakan dalam kehidu-
pan. Perenungan tentang tujuan hidup, makna hidup, alur kehidupan, manfaat
kehadiran dirinya dan kemaslahatan bagi orang lain, dan beragam hal yang da
pat menyentuh hati. Lakukan proses perenungan dengan metode yang berbe-
da-beda, yang tujuan akhirnya anak merasa harus berbuat baik sebagai prinsip
hidupnya. Dengan demikian lambat laun diharapkan perilaku berkarakter bisa
menjadi konsep diri bermoral yang melekat sebagai prinsip hidup.
1 2
Tentukan
Pahami Kompetensi Indikator
Pahami kompetensi Ketercapaian
yang harus dikuasai Kompetensi
peserta didik (Pengeta- Tentukan tanda-tan-
huan, keterampilan, dan da peserta didik
sikap serta nilai-nilai mencapai kompetensi
apa yang terkandung dan perilaku dalam
dalam kompetensi Guru harus men- penerapan nilai (Ju-
jur, tanggungjawab,
tersebut). jaga prinsip dan disiplin, peduli, dll)
konsistensi me
nerapkan perilaku
4
berintegritas dalam
3
setiap tahapan
Tentukan alat Tentukan
bahan dan In- Proses Pembe-
strumen Penila- lajaran
ian yang sesuai Proses dalam bentuk
Susun alat bahan dan aktivitas yang relevan,
instrumen penilaian baik tematik atau mata
untuk melihat pelajaran atau lainnya.
perubahan perilaku Nilai-nilai in-
sesuai indikator peri- tegritas sebagai lan-
laku berintegritas. dasan berperilaku.
5 6
Dokumentasikan da- Implementasi
lam bentuk RPP dan dan Tindak
instrumen penilaian lanjut
Indikator ini bersifat umum. Oleh karena itu, setiap sekolah dapat mengembang-
kan dan menguraikan indikator-indikator tersebut ke dalam sub-indikator yang
lebih mudah diamati, diukur dan dicapai. Misalnya untuk indikator pertama un-
tuk nilai Disiplin, sebagai berikut:
CONTOH PENDOKUMENTASIAN
PERKEMBANGAN PERILAKU BERINTEGRITAS SD KELAS IV
Nilai: Jujur
Minggu ke 2 Februari 2020
Nama Siswa
No. Nilai Indikator
A B C D Dst
1. Jujur Menjelaskan manfaat perilaku jujur v v v v
Menunjukkan dengan tepat con-
toh-contoh perilaku jujur dalam ke- v v v v
hidupan sehari-hari di masyarakat;
Memberikan contoh dengan tepat
praktek perilaku jujur di sekolah dan v v v
masyarakat;
Memberikan contoh cara menghindari
perilaku jujur di sekolah dan masyar- v v
akat;
Menceritakan dengan tepat tentang
perlunya perilaku jujur dalam ke v v
seharian;
Kesimpulan: Siswa A: sudah menunjukkan konsistensi di semua indikator --> Perlu dijaga
konsistensi dengan menguatkan prinsip dan keyakinan
Siswa D: baru dapat menjelaskan apa itu jujur tapi belum menunjukkan konsis-
tensi pada semua indikator --> Perlu penguatan dalam berbagai aktivitas
Selain pada nilai integritas, penguatan juga dilakukan dalam proses pembelajaran
melalui mata pelajaran. Pendokumentasian pada mapel harus dilakukan dengan me-
nerapkan nilai integritas seperti jujur, tanggungjawab, disiplin, dan peduli secara
konsisten. Contoh pendokumentasian pencapaian kompetensi pada Mata Pelajaran
PPKN kelas VII, sebagai berikut:
1 Menyebutkan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan ber- Daftar ceklist Guru melakukan
masyarakat; tindakan berdasar-
kan capaian sesuai
2 Merinci norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermas- indikator
yarakat secara rinci dan tepat;
3 Membedakan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan ber-
masyarakat dengan norma-norma lainnya;
4 Mencontohkan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat untuk mewujudkan keadilan
5 Menjelaskan perlunya perilaku sesuai norma-norma yang berla-
ku dalam kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan keadilan
6 Menaati norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermas-
yarakat untuk mewujudkan keadilan
7 Mempresentasikan perlunya perilaku sesuai norma-norma yang Rubrik
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan
keadilan
8 Mengampanyekan perlunya perilaku sesuai norma-norma yang Rubrik
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan
keadilan
CONTOH RUBRIK
No Parameter Sangat Baik Baik Cukup Kurang
1 Penampilan
2 Gaya Bicara
3 Alur Bicara
4 Penguasaan Materi
5 Penguasaan audiens
D. FORUM DISKUSI
Diskusikan kasus-kasus berikut dan buat rumusan bagaimana semestinya menurut pen-
dapat dan keyakinan anda:
1. Dalam proses penguatan integritas, apakah dapat berjalan apabila guru tidak menun-
jukkan perilaku berintegritas? Rumuskan solusi semestinya guru seperti apa?
2. Selama ini dokumen perencanaan lebih banyak berfungsi sebagai administrasi saja.
Masih banyak guru tidak mau merancang perencanaan sendiri, mereka hanya men-
jiplak dari perencanaan yang sudah ada. Akibatnya rencana dan hasil yang ingin di-
capai tidak sesuai. Mengapa ini terjadi? Sampai kapan kita harus begini? Bagaimana
jalan keluar dari pola pikir demikian? Seperti apa perencanaan yang baik? Apa akibat
jangka panjang dari kebiasaan guru menjiplak dokumen perencanaan? Deskripsikan
akibat yang terjadi.
3. Diskusikan bentuk dokumen rencana, materi, bahan, alat, dan instrumen penilaian
yang dibutuhkan dalam kegiatan penguatan integritas peserta didik. Bagaimana ben-
tuk rancangan perencanaan yang kreatif, inovatif, sesuai dengan kemampuan dan
kondisi yang ada, kebutuhan anak dan kearifan lokal;
4. Rumuskan cara untuk mendata perkembangan perilaku peserta didik selama pe
nguatan integritas. Profil anak seperti apa yang semestinya terbentuk? Bagaimana
jika tidak terbentuk?
A. RANGKUMAN
B. TES FORMATIF
C. DAFTAR PUSTAKA
“Kita tidak bisa mengajarkan yang kita mau. Kita hanya bisa menga-
jarkan yang kita punya”
Anonim
II. INTI
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN:
C. URAIAN MATERI
b. Pengkondisian di Kelas
Setiap pengamalan nilai pembentuk perilaku berintegritas harus bersifat sub-
stantif, bukan sekadar istilah, melainkan dipraktekkan secara nyata dalam sikap
dan perilaku individu. Oleh karena itu, guru harus melakukan pengkondisian
agar nilai-nilai tersebut diamalkan seluruh peserta didik.
c. Pengkondisian di Sekolah
Pengkondisian yang dilakukan di tiap kelas, harus diikuti dengan hal yang sama
di sekolah. Dengan demikian, pengkondisian yang dilakukan di sekolah sejalan
dengan yang dilakukan di kelas, antara lain:
• Luaskan simbol integritas. Selain di kelas, simbol-simbol integritas juga
ditampilkan di sekolah, baik berupa simbol-simbol, teks, gambar, lagu, yel-
yel, dan lain sebagainya;
• Bangun komitmen dengan warga sekolah. Membangun komitmen ber-
sama dengan warga sekolah dan peserta didik dalam lingkup sekolah yang
konsisten di semua kelas. Misalnya komitmen untuk jujur, peduli, menjaga
kebersihan, ramah pada sesama dan lainnya.
• Lakukan sepanjang waktu di sekolah. Penerapan nilai dilakukan dalam
beragam kegiatan sepanjang waktu di sekolah. Dimulai sejak peserta didik
datang ke sekolah, melakukan proses pembelajaran, hingga pulang;
• Perbanyak kegiatan. Mengadakan berbagai kegiatan, permainan, cerita,
film, atau bentuk lainnya yang mendorong anak membiasakan perilaku se
suai dengan nilai-nilai integritas yang telah dipelajari di kelas;
• Beri dorongan. Memberikan dorongan pada peserta didik dalam lingkup
sekolah secara terus menerus dan konsisten dan meyakinkan manfaatnya
baik untuk dirinya dan sesama. Misalnya ucapan selamat datang tiap pagi,
ajakan untuk senantiasa jujur, dan lain sebagainya.
Pendidik menun- Buat komitmen bersama peserta Dorong peserta didik untuk
jukkan perilaku didik untuk membiasakan peri- membuat komitmen serupa di
berintegritas dalam laku berintegritas dalam semua rumah atau lingkungannya.
kehidupan sebagai aktivitas di kelas. Kesepakatan
potret utuh dirinya, berlaku untuk semua.
sehingga peserta
didik dapat mene- Perbanyak simbol integritas dalam Dorong peserta didik membuat
ladani. pembelajaran, baik berbentuk karya terkait simbol dalam
teks, gambar, audio, audio visual, bentuk teks, audio, visual,
atau gerakan (Contoh: slogan dan lain-lain dalam kegiatan
Jujur itu Hebat, film-film tentang dengan teman bermain dan
kejujuran, kepedulian, empati dll). masyarakat.
Secara lebih terinci pengkondisian pada setiap titik pusat pendidikan dapat disa-
jikan sebagai berikut:
3) Koneksi ke masyarakat
Pada akhirnya semua anak akan kembali ke masyarakat. Guru dapat memberi
bekal pembiasaan hidup berintegritas di masyarakat sejak mereka masih berse-
kolah, bahkan sejak tingkat dasar. Caranya dengan melakukan koneksi kegiatan
penguatan di sekolah dengan keseharian anak di masyarakat. Secara lengkap
bagaimana koneksi ke teman bermain dapat dilihat pada Gambar 3.2
1) Susun RPP
RPP dalam konteks penguatan integritas tidak memiliki format khusus dan
tidak mengubah format RPP yang sudah ada dan digunakan oleh guru. Yang
menjadi fokus perhatian dalam kaitan RPP Penguatan Integritas adalah RPP
dibuat sendiri oleh guru, bukan menjiplak. Prinsip lainnya sesuai dengan
uraian di Pembelajaran 2.
2) Tahapan Penguatan
Penguatan integritas dilakukan sesuai rencana yang disusun, dengan
penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan sesuai kondisi. Bagaimana tahap
annya mulai dari pemahaman, penyadaran dan memperkuat keyakinan,
pengamalan hingga deklarasi, telah dibahas di Pembelajaran 2. Akan tetapi,
guru senantiasa menjaga konsistensi dalam setiap kegiatan pembelajaran,
dan melakukan penyesuaian manakala muncul hal-hal yang tidak terduga.
PENGONDISIAN DI KELAS 1
Guru mengondisikan proses pembelajaran di kelas sehingga peserta didik terbiasa mempraktek-
kan perilaku berintegritas, melalui:
• Guru secara konsisten menampilkan diri sebagai sosok berintegritas;
• Menampilkan contoh perilaku berintegritas secara konsisten melalui cerita tentang tokoh,
peristiwa dan simbol-simbol, audio, visual, serta gerakan yang bisa membuat peserta didik
memahami dan meyakini perlunya perilaku berintegritas;
• Mengadakan berbagai kegiatan, permainan, cerita, film, atau bentuk lainnya yang mendorong
peserta didik mengenali penerapan nilai-nilai karakter penguat integritas sehingga makin me
nguatkan keyakinan;
• Menguatkan peserta didik untuk menerapkan perilaku berintegritas di manapun, kapanpun dan
dalam suasana bagaimanapun.
• Melakukan evaluasi pencapaian kompetensi dengan cara kreatif dan inovatif sehingga peserta
didik menganggap tidak ada gunanya berperilaku tak berintegritas. Misalnya evaluasi dengan
ceklis indikator oleh guru pada setiap siswa, ulangan dengan soal berbeda, teknis ulangan lain
yang tidak memungkinkan menyontek.
• Guru mendorong anak untuk menjadi contoh bagi teman-teman sebayanya di lingkungan tempat
tinggal dalam menerapkan perilaku berintegritas yang sudah dia pahami melalui berbagai cara;
• Guru mendorong anak untuk menolak ajakan siapapun untuk melakukan hal-hal yang melanggar
perilaku berintegritas;
• Guru memberikan apresiasi dan dorongan agar anak selalu menceritakan pengalaman di
lingkungannya kepada orang tua/guru.
KONEKSI KE KELUARGA
3 Orang tua didorong untuk melakukan kegiatan yang secara prinsip sejalan dengan yang
dilakukan di sekolah, dan mengkondisikan suasana keluarga yang mendukung semua
aktivitas anak dalam pembiasaan perilaku berintegritas. Jika di sekolah lebih mengutam-
akan kejujuran ketimbang nilai tinggi, maka orang tua harus menguatkan hal yang sama.
Jika kebersihan dibiasakan di sekolah, maka di rumah melakukan hal serupa. Adapun
target koneksi antara lain:
• Guru menjalin komunikasi, menyamakan persepsi, serta menyepakati kegiatan bersama, tentang lang-
kah-langkah pembiasaan perilaku berntegritas di rumah dan dalam kegiatan bermain anak;
• Anak mendorong orang tua dan seluruh anggota keluarganya untuk menerapkan perilaku berintegritas
sehingga orang dewasa menjadi figur contoh bagi anak;
• Di rumah, anak didorong untuk menghadirkan simbol-simbol baik berupa teks, audio, audio visual
yang terkait dengan pengenalan dan pemahaman perilaku berintegritas;
• Di rumah, anak didorong untuk membuat kesepakatan aturan untuk menerapkan perilaku berintegritas,
sehingga dapat diikuti seluruh anggota keluarga;
• Secara terjadwal membuat kegiatan bersama anak dan orang tua di sekolah untuk menguatkan pembi-
asaan perilaku berintegritas. Secara rutin sekolah juga melakukan komunikasi dengan keluarga terkait
perkembangan pengamalan perilaku berintegritas pada peserta didik.
e. Pendekatan Kewilayahan
Penguatan integritas harus dilakukan dengan pendekatan kewilayahan (zonasi)
yang bergerak seperti bola salju. Dilakukan terus menerus, konsisten, pelibatan
D. FORUM DISKUSI
III. PENUTUP
A. RANGKUMAN
• Penguatan integritas dimulai dengan komitmen diri yang dilakukan secara bersa-
ma-sama;
• Perlu upaya kreatif untuk membangun komitmen diri yang sesuai dengan kondisi
peserta didik dan lingkungan;
• Komitmen diri secara bersama-sama ini diperlukan untuk mewujudkan suasana ber-
integritas yang konsisten;
B. TES FORMATIF
C. DAFTAR PUSTAKA
Adler, M. 2009. Program Paedia: Silabus Pendidikan Humanistik (Terj.). Indonesia Pub-
lishing. Bandung
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2015). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anas, Z. 2019. Guru untuk Kehidupan. Jakarta: AMP Press.
Dewey, J. 2009. Pendidikan Dasar Berbasis Pengalaman (Terj.). Indonesia Publishing.
Bandung
Joyce, A., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Model of Teaching: Model-Model Pengajaran.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Kohn, A. 2009. Memilih Sekolah terbaik untuk Anak, Mendobrak Cara Ajar Tradidion-
al. Buah Hati: Tangerang.
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2017. Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidikan Dasar
dan Menengah. . KPK, Jakarta.
II. INTI
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
C. URAIAN MATERI
S udah waktunya, para guru menginsyafi bahwa kekuatan utama dirinya adalah inte
gritas. Bukan penguasaan materi ajar atau kefasihan berceramah. Pribadi yang ber-
integritas mendekatkan setiap pribadi pada kebahagiaan hidup sesuai keyakinan agama.
Terlebih integritas merupakan konsistensi dari suara hati manusia karunia Tuhan, yang
tidak lekang oleh waktu.
Meski zaman berubah, nilai kemanusiaan tetap melekat kuat. Ketika informasi dan
materi ajar tersedia di mana saja dan kapan saja, segala jenis pekerjaan lebih cepat
dilakukan dengan mesin, otomasi menjangkau segala pekerjaan rutin, dan komunikasi
dapat dilakukan dari mana saja dan ke mana saja, manusia tetap dituntut untuk jujur,
bertanggungjawab, disiplin dan peduli. Di era Society 5.0, integritas justru menjadi pra-
syarat untuk tetap tangguh menghadapi berbagai gelombang perubahan.
Menjadi guru apapun, tak ada pilihan selain menguatkan integritas diri. Saatnya meng
aktualisasikan dalam setiap desahan nafas, sepanjang hayat dikandung badan.
Pada dasarnya berpikir, berkata dan berperilaku tidak mengacu pada nilai yang
tunggal, melainkan selalu beririsan antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu,
nilai karakter merupakan kendali dari cara berpikir, berucap dan berperilaku.
a. Jejak Fisik
Keterlaksanaan proses penguatan integritas dapat dilihat dari bukti-bukti fisik
yang tampak di kelas, di sekolah dan area-area di mana penguatan integritas
dilakukan. Jejak fisik tersebut dapat berupa:
• Dokumen RPP yang dibuat sendiri oleh guru dan selalu disesuaikan dengan
kondisi peserta didik dan konteks lokal sekolahnya;
• Dokumen perencanaan kegiatan pembelajaran dan aktivitas lainnya yang
mencerminkan penguatan integritas, serta bukti-bukti keterlaksanannya.
Aktivitas dapat mencerminkan konsistensi penerapan dalam dokumen per-
encanaan, implementasi dan tindak lanjutnya;
• Instrumen keterlaksanaan proses dan ketercapaian hasil yang telah diisi da-
lam jangka waktu lama;
• Terdapatnya simbol-simbol penguatan integritas dalam bentuk teks, gambar,
lagu, yel-yel, gerakan, dan berbagai simbol penguatan integritas lainnya;
• Suasana kelas dan sekolah mencerminkan jejak penguatan integritas seper-
ti kelas terjaga kebersihannya, senantiasa rapi, teratur, tertata, nyaman dan
membuat betah;
• Penampilan seluruh warga sekolah rapi, bersih, nampak tata kelola ling
kungan yang terencana baik;
• Bukti-bukti kegiatan penguatan integritas yang dilakukan sebagai kegiatan
khas satuan pendidikan;
• Bukti-bukti komitmen diri untuk secara bersama-sama menguatkan integri-
tas terhadap pribadi masing-masing
• Bukti deklarasi terhadap perluasan implementasi penguatan integritas oleh
kelas atau sekolah yang telah secara konsisten melakukan penguatan;
• Bukti deklarasi terhadap pencanangan (kick off) penguatan integritas. Ke-
giatan pencanangan biasanya di awal. Akan tetapi bukti ini tidak serta mer-
ta menjadi bukti bahwa penguatan integritas berjalan konsisten. Itu hanya
membuktikan bahwa ada niat kuat untuk melakukan penguatan integritas,
tapi belum tampak implementasi konsisten dalam tahapan selanjutnya.
https://sman1bdg.sch.id
https://humas.jatengprov.go.id
https://www.riau.go.id
Gambar 4.1. Berbagai kegiatan deklarasi pendidikan berintegritas
1 PERSIAPAN DIRI
Guru Berintegritas
Yakinlah bahwa kehadiran anda di kelas sangat menentukan masa depan anak-
anak kita, mewujudkan generasi berintegritas. Maka, persiapkan!
• Yakinkan diri bahwa guru memiliki peran menentukan bagi masa depan anak. Lahirnya ge
nerasi berintegritas di masa datang ditentukan oleh guru pada hari ini.
• Dalam setiap pembelajaran dengan kompetensi apapun, lakukan dengan perkataan yang ju-
jur, bertanggungjawab, berdisiplin, mandiri, dan peduli.
• Pahami betul kompetensi apa yang harus dikuasai anak setelah belajar.
• Sebagai guru, suasana ruang kelas berada di tangan anda. Hadirkan simbol-simbol yang
menguatkan jiwa anak. Slogan seperti “Berani Jujur Hebat”, “Hebat itu Tidak Menyontek”,
“Hebat itu Mandiri”, dan lain sebagainya.
• Tentukan indikator ketercapaian kompetensi sebagai penanda, anak telah mencapai kompe-
tensi yang ditentukan;
• Rancang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan sebaik mungkin. Siapkan bahan dan
alat. Susun rencana sendiri, jangan sekali-kali copy paste.
MASUK KELAS
2 Kesan pertama, menentukan
Kesan pertama, ketika anda masuk kelas, adalah kunci. Tampillah sebagai sosok
berintegritas. Contohkan perilaku jujur, bertanggungjawab, berdisiplin, simpa-
tik, dan peduli.
• Datang ke kelas tepat waktu. Selalu. Inilah wujud kedisiplinan. Apabila suatu ketika ada
halangan sehingga tidak tepat waktu, sampaikan permintaan maaf, dan katakan secara jujur
apa adanya;
• Tampil dengan wajah ceria dan bersemangat;
• Sampaikan salam, menyapa kabar, dan memastikan anak dalam keadaan nyaman dan se-
mangat belajar;
• Bangun komunikasi dengan anak secara tulus. Misalnya bertanya tentang anak yang tidak
hadir, dan menunjukkan kepedulian atas ketidakhadirannya;
• Mengajak anak untuk membangun suasana nyaman. Ruangan bersih, meja-kursi rapi, barang
di kelas rapi, gambar dan slogan di dinding tertata, dan suasana kelas nyaman.
MULAI PEMBELAJARAN
3 Hidupkan suasana
Anda sedang berada dalam dunia anak, mulailah dengan meyakinkan mereka bahwa semua
yang dipelajari berharga sebagai bekal hidup mereka kelak. Munculkan rasa ingin tahu, dan
keberanian berpendapat. Mulailah dengan penuh semangat dan menggairahkan.
• Awali dengan doa sesuai syariat agama masing-masing. Kuatkan dengan narasi yang dimen-
gerti dan menyentuh;
• Agar pembelajaran menumbuhkan rasa cinta tanah air, nyanyikan bersama salah satu lagu
wajib nasional misalnya “Dari Sabang Sampai Merauke”. Tugasi anak secara adil (misalnya
bergilir berdasarkan kesepakatan) untuk memimpin lagu. Atau lakukan aktivitas lain sesuai
konteks mata pelajaran;
• Sampaikan tujuan pembelajaran, dan apa manfaat memperlajarinya untuk kehidupan. Boleh
secara lisan, video, atau aktivitas lain yang memancing rasa ingin tahu secara mendalam;
• Bangkitkan semangat belajar bersama melalui yel-yel, games, atau ice breaking singkat hasil
kreasi anak;
AKTIFKAN PEMBELAJARAN
4 Gunakan Semua Indera
REVIU PEMBELAJARAN
5 Ulas jalannya proses belajar
6 DEKLARASIKAN
Bangun komitmen, dan biasakan
LUASKAN PENGARUH
7 Sebarkan hasil belajar
D. FORUM DISKUSI
III. PENUTUP
A. RANGKUMAN
• Ruang kerja guru ada dalam alam pikiran, rasa, dan hati manusia
• Pendidikan merupakan jalan bagi kita untuk menyadari bahwa Tuhan berada di tem-
pat terpenting dalam diri kita.
• Semua ilmu pengetahuan menjadi jembatan bagi manusia untuk menuju tempat ter-
penting itu, tempat di mana Tuhan berada, di dalam diri kita.
• Pikiran negatif yang sengaja kita munculkan itu menjadi tindakan sadar kita untuk
membangun tatanan dan sistem koordinasi yang akan mengantarkan pesan-pesan
negatif itu ke seluruh tubuh kita.
• Jika berpikiran positif maka semua unsur dalam diri kita akan membentuk konfigu
rasi yang positif, dan konfigurasi itu menghasilkan koordinasi yang positif dan akhir
nya akan melahirkan hal-hal positif yang akan mengantarkan kita pada kedudukan
sebagai makhluk paling mulia di antara makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.
• Kemuliaan seorang guru selalu menebar kebaikan tanpa pernah memikirkan keun-
tungan apa yang akan diperolehnya sebagai imbalan dari kebaikannya itu.
• Hasil penilaian akan memastikan apakah rencana pembelajaran mengarah kepada
pencapaian kompetensi, selanjutnya juga akan membuktikan apakah pembelajaran
B. TES FORMATIF
C. DAFTAR PUSTAKA
D. TEST SUMATIF