DAN
11 s.d. 17 Juli 2022
Gambar 3. US Fed Balance Sheet haven assets yang meningkat karena pengetatan moneter dikhawatirkan
menghambat pemulihan ekonomi. Selain itu, ekpektasi ekonomi AS yang
melemah mendorong investor untuk membeli obligasi tenor jangka panjang
dan menjual obligasi tenor jangka pendek. Kondisi ini mendorong terjadinya
inverted yield curve di AS karena imbal hasil obligasi tenor 2 tahun lebih
tinggi dari imbal hasil obligasi tenor 10 tahun.
Pasar Uang. Indeks Dolar AS menguat 0,99% dalam sepekan terhadap
enam mata uang utama dunia ke level 108,03 pada akhir perdagangan
pekan lalu. Dolar AS berada di jalur kenaikan selama tiga pekan berturut-
turut karena meningkatnya permintaan terhadap safe-haven assets
meningkat di tengah kekhawatiran resesi. Di sisi lain, Euro melemah hingga
mencapai US$1 untuk pertama kalinya dalam 20 tahun. Euro berada di bawah
tekanan karena kurangnya pasokan energi membebani ekonomi dan
Gambar 4. Slope US Yield Curve dan Resesi mempersulit European Central Bank untuk memperketat kebijakan moneter.
Pasar Komoditas. Prospek turunnya permintaan mendorong
melemahnya harga minyak. Harga minyak jenis Brent melemah 5,48% pada
level US$101,16 per barel. Penurunan harga minyak dipengaruhi oleh
prospek turunnya permintaan yang disebabkan oleh pembatasan aktivitas di
Tiongkok, salah satu negara konsumen minyak terbesar. Selain itu,
penguatan Dolar AS juga menyebabkan harga minyak lebih mahal bagi
negara-negara yang menggunakan mata uang lain sehingga mendorong
pengurangan permintaan. Dari sisi pasokan, AS sedang berupaya
meningkatkan jumlah pasokan dengan mengaktifkan fasilitas pengeboran
minyak hingga dua kali lebih besar, atau yang terbesar sejak Maret 2020.
Harga komoditas batu bara ICE Newcastle melemah 1,74% dalam
sepekan, mencapai harga US$406,55 per ton. Dari sisi permintaan,
Gambar 5. Harga Minyak Mentah dan Batu Bara pembatasan aktivitas di Tiongkok menyebabkan penurunan permintaan batu
bara global. Sepanjang semester I-2022, impor batu bara Tiongkok tercatat
mengalami penurunan sebesar 17% year-on-year (yoy). Namun demikian,
pelemahan harga batu bara tertahan oleh kenaikan permintaan dari Eropa
seiring dengan meningkatnya harga gas, sehingga beberapa negara mulai
mengaktifkan kembali pembangkit listrik tenaga uap.
Harga CPO Malaysia Derivative Exchange sepanjang pekan lalu melemah
sebesar 12,89% ke level US$814,99 per ton. Pelemahan CPO didorong
oleh ancaman pelemahan ekonomi global yang akan mempengaruhi
permintaan komoditas, termasuk CPO. Dari sisi pasokan, Malaysian Palm Oil
Board merilis data stok CPO bulan Juni yang menunjukkan adanya kenaikan
stok sebesar 8,8%.
II. Pasar Domestik
Gambar 6. Harga Hard Commodities
IHSG tercatat melemah 1,31% secara mingguan ke level 6,651,91 dan
diperdagangkan di kisaran 6.607,70 – 6.756,49. Secara mtd, IHSG
melemah 3,76%, sementara secara ytd menguat 1,07%. Investor non residen
mencatatkan net sell pada perdagangan pekan lalu dengan total mencapai
Rp1,63 triliun. Dengan demikian, secara mtd investor non residen tercatat
melakukan jual bersih sebesar Rp4,23 triliun, namun secara ytd tercatat beli
bersih sebesar Rp56,90 triliun. Sementara itu, nilai rata-rata transaksi
perdagangan harian selama sepekan terpantau turun dari Rp10,79 triliun
menjadi Rp10,36 triliun pada pekan lalu.
Dari pasar SBN, yield SUN seri benchmark bergerak naik antara 1 bps
hingga 24 bps dibandingkan pekan sebelumnya. Secara rinci, yield SUN
tenor 5 tahun mengalami kenaikan tertinggi yaitu sebesar 24 bps, kemudian
Gambar 7. Harga Soft Commodities disusul oleh yield SUN tenor 10 tahun yang naik sebesar 14 bps. Sementara
itu, yield SUN tenor 15 dan 20 tahun masing-masing naik sebesar 1 bps dan
12 bps dalam sepekan. Berdasarkan data setelmen BI tanggal 15 Juli 2022,
kepemilikan investor non residen turun sebesar Rp9,42 triliun dibandingkan
posisi Jumat (8/7), dari posisi Rp771,71 triliun (16,81%) ke posisi Rp762,29
triliun (15,65%). Secara mtd, kepemilikan non residen turun sebesar Rp17,93
triliun, sementara secara ytd turun Rp129,05 triliun.
Nilai tukar Rupiah pada akhir pekan lalu (15/7) berada pada level
Rp14.993 per USD atau melemah 0,11% dibandingkan Jumat (8/7).
Secara ytd, Rupiah tercatat melemah sebesar 5,19 persen terhadap USD. Gambar 8. Pasar Keuangan Indonesia Sepekan
Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah meningkat selama sepekan lalu, tercermin
dari perkembangan spread harian antara nilai spot dan non-deliverable forward
1 bulan yang bergerak dalam rentang Rp24 sampai Rp136 per USD atau lebih
tinggi dibandingkan spread Rp5 sampai Rp76 per USD pada pekan sebelumnya.
Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp14.958 – 14.998 per USD. Secara ytd, rata-
rata penutupan harian Rupiah berada pada level Rp14.494 per USD.
III. Perekonomian Internasional
Angka inflasi masih terus mencapai rekor di banyak negara dan tren
pengetatan kebijakan moneter berjalan lebih tajam dari perkiraan. Inflasi AS
pada bulan Juni 2022 tercatat sebesar 9,1%, tertinggi sejak November 1981. Gambar 9. Tekanan Terhadap Rupiah Meningkat
didorong oleh kenaikan harga yang sangat tinggi untuk bensin (59,9%), minyak
bakar (98,5%), listrik (13,7%), gas alam (38,4%) dan makanan (10,4%). Selain AS,
beberapa negara lain juga masih mengalami kenaikan inflasi tertinggi sejak
1980-an, seperti Prancis (5,8%), Spanyol (10,2%), dan Italia (8,0%). Dalam
seminggu terakhir, beberapa negara menaikkan suku bunga secara lebih agresif
untuk mengendalikan tingkat inflasi tinggi yang persisten. Korea Selatan
menaikkan suku bunga sebesar 50 bps (tertinggi sepanjang sejarah) ke 2,25%.
Sementara itu, Kanada, Filipina, dan Chile menaikkan suku bunga sebesar 75
bps, masing-masing menjadi 2,5%, 3,25%, dan 9,75%.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok Q2 2022 melambat ke level terendah Gambar 10. Mata Uang Kawasan Asia
dalam dua tahun terakhir dan turut menambah tantangan ekonomi global.
Pada Q2 2022, pertumbuhan ekonomi Tiongkok tercatat sebesar 0,4% yoy (vs
4,8% Q1 2022) atau -2,6% qoq. Perlambatan ekonomi Tiongkok terutama akibat
kebijakan Zero-COVID, termasuk lockdown di Shanghai dan Beijing, untuk
mengendalikan new outbreaks. Kebijakan lockdown menghentikan sebagian
besar aktivitas di kota-kota besar, menurunkan confidence, memperparah
perlambatan sisi konsumsi, dan meningkatkan pengangguran. Sementara itu,
pelemahan di sektor properti yang masih berlanjut juga menambah beban
ekonomi. Perkembangan terakhir sejak Juni menunjukkan beberapa indikator
mulai membaik seiring pelonggaran restriksi. Namun demikian, pemulihan
secara penuh diperkirakan membutuhkan waktu, terlebih karena ancaman Gambar 11. Inflasi Beberapa Negara (% yoy)
kenaikan kembali kasus COVID-19 masih tinggi.
AS Perancis Spanyol Italia
turut. Kinerja ekspor Indonesia pada bulan Juni meningkat siginifikan mencapai
6
4 5,8
angka US$26,09 miliar (vs Mei 2022: USD21,51 miliar), terutama didorong oleh 2
kembali naiknya ekspor produk sawit setelah harga minyak goreng di dalam 0
negeri semakin stabil. Pertumbuhan ekspor naik sebesar 40,68% (yoy). Industri -2
J-21 J-21 A-21 S-21 O-21 N-21 D-21 J-22 F-22 M-22 A-22 M-22 J-22
juga kembali menguat didukung oleh impor bahan baku yang menandakan 20
aktivitas ekonomi domestik yang terus membaik. Impor bulan Juni tercatat 15
7,9
6,4
6,3
5,9
5,8
4,9
4,8
4,8
sebesar USD21 miliar (vs Mei 2022: USD18,6 miliar) atau tumbuh 21,98% (yoy).
6
10
3,2
0,4
5
Impor bahan baku merupakan impor terbesar yaitu sebesar US$16,23 miliar,
-6,9
0
kemudian diikuti oleh impor barang modal (US$3,08 miliar) dan barang -5
konsumsi (US$1,7 miliar). -10
Sep-19
Sep-20
Sep-21
Mar-19
Jun-19
Jun-20
Dec-20
Jun-21
Jun-22
Dec-19
Mar-20
Mar-21
Dec-21
Mar-22