Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN KEUANGAN

BADAN KEBIJAKAN FISKAL

DAN
11 s.d. 17 Juli 2022

Highlight Minggu Ini Perubahan (%)


Indikator 15 Juli 2022
WoW YoY Ytd
• Bursa saham global melemah dipengaruhi oleh kekhawatiran T1 ---- Nilai Tukar/USD ----
investor terhadap kebijakan moneter yang agresif di tengah Euro 0,99 (0,98) (17,08) (20,14)
kenaikan inflasi. Yen 138,57 (1,81) (26,17) (32,05)
GBP 0,84 (16,17) (16,51) (16,74)
• Indeks Dolar AS terus menguat dan Yield US Treasury menurun Rupiah 14.993,00 (0,11) (3,52) (7,30)
karena permintaan safe-haven asset meningkat. Yuan 6,76 (0,94) (4,59) (4,63)
SGD 1,40 (0,09) (3,40) (5,66)
• Harga komoditas melemah dalam sepekan didorong oleh Ringgit 4,45 (0,52) (5,87) (10,10)
kekhawatiran pelemahan ekonomi yang dapat berpengaruh Baht 36,61 (1,64) (12,07) (22,55)
T2 ----- Pasar Modal ------
terhadap permintaan sejumlah komoditas.
DJIA 31.288,26 (0,16) (10,57) (13,90)
• Di pasar keuangan domestik, IHSG melemah 1,31% dengan yield S&P500 3.863,16 (0,93) (11,40) (18,95)
SUN seri benchmark bergerak naik antara 1 hingga 24 bps FTSE 100 7.159,01 (0,52) 2,10 (3,05)
DAX 12.864,72 (1,16) (17,69) (19,01)
dibandingkan pekan sebelumnya. Sementara itu, nilai tukar Rupiah KOSPI 2.330,98 (0,84) (29,07) (21,72)
melemah 0,11%. Nikkei 26.788,47 1,02 (5,27) (6,96)
• Angka inflasi masih terus mencapai rekor di banyak negara dan tren JCI 6.651,91 (1,31) 10,01 1,07
Hangseng 20.297,72 (6,57) (27,50) (13,25)
pengetatan kebijakan moneter berjalan lebih tajam dari perkiraan. Shanghai 3.228,06 (3,81) (9,44) (11,31)
• Dari dalam negeri, utang luar negeri (ULN) Indonesia terus STI 3.099,15 (1,03) (1,30) (0,79)
melanjutkan tren menurun. FTSE KLCI 1.418,44 (0,52) (6,73) (9,51)
T3 ------ Surat Berharga Negara ------
Yield 5 th, (FR90) 6,43 24 n/a 151
Yield 10 th, (FR91) 7,38 14 n/a 112
T4 ------ Komoditas ------
I. Pasar Global Brent Oil 101,16 (5,48) 37,69 30,06
CPO 814,99 (12,89) (17,50) (34,32)
Pasar Saham. Di tengah tingginya laju inflasi, bursa saham Amerika Gold 1.708,17 (1,97) (6,63) (6,62)
Coal 406,55 (1,74) 178,46 139,71
Serikat (AS) ditutup melemah. Laju inflasi AS bulan Juni pada pekan lalu Nickel 19.385,00 (10,18) 3,29 (6,61)
dilaporkan sebesar 9,1%, atau lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi
bulan sebelumnya yang sebesar 8,6% dan market consensus yang sebesar Gambar 1. Mayoritas Pasar Saham Global Melemah
8,8%. Tingginya laju inflasi menambah kekhawatiran investor terhadap
kebijakan moneter the Fed yang lebih agresif. Sejumlah analis
memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps
hingga 100 bps untuk merespon tingginya inflasi. Selain itu, inverted yield
curve yang kembali terjadi di pasar obligasi AS juga memberikan tekanan
pada pasar saham karena fenomena tersebut dipercaya sebagai sinyal akan
terjadinya resesi.
Dari kawasan Eropa, sentimen negatif mendorong pelemahan bursa
saham di kawasan Eropa. Indikator sentimen ekonomi di kawasan Eropa
bulan Juli melemah ke level minus 53,8, terendah sejak tahun 2011.
Kemungkinan terjadinya krisis energi di kawasan Eropa menjadi sumber
utama kekhawatiran investor. Selain itu, rencana kebijakan hawkish
European Central Bank (ECB) di tengah tingginya inflasi turut menekan
bursa saham. ECB telah mengindikasikan adanya kenaikan suku bunga
acuan sebesar 25 bps pada bulan Juli dalam rangka mengendalikan inflasi Gambar 2. Yield UST Tenor 10 Tahun turun 16 bps
yang terus naik di kawasan Eropa.
Dari kawasan Asia, mayoritas bursa saham melemah di tengah
meningkatnya kasus Covid-19 di Tiongkok. Pemerintah Tiongkok
kembali menerapkan pembatasan aktivitas ketat di sejumlah wilayah
sejalan dengan kembali meningkatnya kasus Covid-19 di negara tersebut.
Pada pekan lalu Tiongkok mengumumkan bahwa kasus Covid-19 telah
menyentuh level tertinggi sejak bulan Mei 2022. Oleh karena itu, sejumlah
wilayah diberlakukan lockdown, seperti Wugang –salah satu pusat industri
baja di Tiongkok. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia,
pembatasan aktivitas di Tiongkok mendorong kekhawatiran akan prospek
pelemahan ekonomi di kawasan.
Pasar Obligasi. Yield US Treasury tenor 10 tahun ditutup pada level
2,92% atau turun 16 bps dibandingkan penutupan pekan sebelumnya
pada level 3,08 persen. Imbal hasil turun seiring dengan permintaan safe-
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1
KEMENTERIAN KEUANGAN
BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Gambar 3. US Fed Balance Sheet haven assets yang meningkat karena pengetatan moneter dikhawatirkan
menghambat pemulihan ekonomi. Selain itu, ekpektasi ekonomi AS yang
melemah mendorong investor untuk membeli obligasi tenor jangka panjang
dan menjual obligasi tenor jangka pendek. Kondisi ini mendorong terjadinya
inverted yield curve di AS karena imbal hasil obligasi tenor 2 tahun lebih
tinggi dari imbal hasil obligasi tenor 10 tahun.
Pasar Uang. Indeks Dolar AS menguat 0,99% dalam sepekan terhadap
enam mata uang utama dunia ke level 108,03 pada akhir perdagangan
pekan lalu. Dolar AS berada di jalur kenaikan selama tiga pekan berturut-
turut karena meningkatnya permintaan terhadap safe-haven assets
meningkat di tengah kekhawatiran resesi. Di sisi lain, Euro melemah hingga
mencapai US$1 untuk pertama kalinya dalam 20 tahun. Euro berada di bawah
tekanan karena kurangnya pasokan energi membebani ekonomi dan
Gambar 4. Slope US Yield Curve dan Resesi mempersulit European Central Bank untuk memperketat kebijakan moneter.
Pasar Komoditas. Prospek turunnya permintaan mendorong
melemahnya harga minyak. Harga minyak jenis Brent melemah 5,48% pada
level US$101,16 per barel. Penurunan harga minyak dipengaruhi oleh
prospek turunnya permintaan yang disebabkan oleh pembatasan aktivitas di
Tiongkok, salah satu negara konsumen minyak terbesar. Selain itu,
penguatan Dolar AS juga menyebabkan harga minyak lebih mahal bagi
negara-negara yang menggunakan mata uang lain sehingga mendorong
pengurangan permintaan. Dari sisi pasokan, AS sedang berupaya
meningkatkan jumlah pasokan dengan mengaktifkan fasilitas pengeboran
minyak hingga dua kali lebih besar, atau yang terbesar sejak Maret 2020.
Harga komoditas batu bara ICE Newcastle melemah 1,74% dalam
sepekan, mencapai harga US$406,55 per ton. Dari sisi permintaan,
Gambar 5. Harga Minyak Mentah dan Batu Bara pembatasan aktivitas di Tiongkok menyebabkan penurunan permintaan batu
bara global. Sepanjang semester I-2022, impor batu bara Tiongkok tercatat
mengalami penurunan sebesar 17% year-on-year (yoy). Namun demikian,
pelemahan harga batu bara tertahan oleh kenaikan permintaan dari Eropa
seiring dengan meningkatnya harga gas, sehingga beberapa negara mulai
mengaktifkan kembali pembangkit listrik tenaga uap.
Harga CPO Malaysia Derivative Exchange sepanjang pekan lalu melemah
sebesar 12,89% ke level US$814,99 per ton. Pelemahan CPO didorong
oleh ancaman pelemahan ekonomi global yang akan mempengaruhi
permintaan komoditas, termasuk CPO. Dari sisi pasokan, Malaysian Palm Oil
Board merilis data stok CPO bulan Juni yang menunjukkan adanya kenaikan
stok sebesar 8,8%.
II. Pasar Domestik
Gambar 6. Harga Hard Commodities
IHSG tercatat melemah 1,31% secara mingguan ke level 6,651,91 dan
diperdagangkan di kisaran 6.607,70 – 6.756,49. Secara mtd, IHSG
melemah 3,76%, sementara secara ytd menguat 1,07%. Investor non residen
mencatatkan net sell pada perdagangan pekan lalu dengan total mencapai
Rp1,63 triliun. Dengan demikian, secara mtd investor non residen tercatat
melakukan jual bersih sebesar Rp4,23 triliun, namun secara ytd tercatat beli
bersih sebesar Rp56,90 triliun. Sementara itu, nilai rata-rata transaksi
perdagangan harian selama sepekan terpantau turun dari Rp10,79 triliun
menjadi Rp10,36 triliun pada pekan lalu.
Dari pasar SBN, yield SUN seri benchmark bergerak naik antara 1 bps
hingga 24 bps dibandingkan pekan sebelumnya. Secara rinci, yield SUN
tenor 5 tahun mengalami kenaikan tertinggi yaitu sebesar 24 bps, kemudian
Gambar 7. Harga Soft Commodities disusul oleh yield SUN tenor 10 tahun yang naik sebesar 14 bps. Sementara
itu, yield SUN tenor 15 dan 20 tahun masing-masing naik sebesar 1 bps dan
12 bps dalam sepekan. Berdasarkan data setelmen BI tanggal 15 Juli 2022,
kepemilikan investor non residen turun sebesar Rp9,42 triliun dibandingkan
posisi Jumat (8/7), dari posisi Rp771,71 triliun (16,81%) ke posisi Rp762,29
triliun (15,65%). Secara mtd, kepemilikan non residen turun sebesar Rp17,93
triliun, sementara secara ytd turun Rp129,05 triliun.
Nilai tukar Rupiah pada akhir pekan lalu (15/7) berada pada level
Rp14.993 per USD atau melemah 0,11% dibandingkan Jumat (8/7).

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 2


KEMENTERIAN KEUANGAN
BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Secara ytd, Rupiah tercatat melemah sebesar 5,19 persen terhadap USD. Gambar 8. Pasar Keuangan Indonesia Sepekan
Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah meningkat selama sepekan lalu, tercermin
dari perkembangan spread harian antara nilai spot dan non-deliverable forward
1 bulan yang bergerak dalam rentang Rp24 sampai Rp136 per USD atau lebih
tinggi dibandingkan spread Rp5 sampai Rp76 per USD pada pekan sebelumnya.
Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp14.958 – 14.998 per USD. Secara ytd, rata-
rata penutupan harian Rupiah berada pada level Rp14.494 per USD.
III. Perekonomian Internasional
Angka inflasi masih terus mencapai rekor di banyak negara dan tren
pengetatan kebijakan moneter berjalan lebih tajam dari perkiraan. Inflasi AS
pada bulan Juni 2022 tercatat sebesar 9,1%, tertinggi sejak November 1981. Gambar 9. Tekanan Terhadap Rupiah Meningkat
didorong oleh kenaikan harga yang sangat tinggi untuk bensin (59,9%), minyak
bakar (98,5%), listrik (13,7%), gas alam (38,4%) dan makanan (10,4%). Selain AS,
beberapa negara lain juga masih mengalami kenaikan inflasi tertinggi sejak
1980-an, seperti Prancis (5,8%), Spanyol (10,2%), dan Italia (8,0%). Dalam
seminggu terakhir, beberapa negara menaikkan suku bunga secara lebih agresif
untuk mengendalikan tingkat inflasi tinggi yang persisten. Korea Selatan
menaikkan suku bunga sebesar 50 bps (tertinggi sepanjang sejarah) ke 2,25%.
Sementara itu, Kanada, Filipina, dan Chile menaikkan suku bunga sebesar 75
bps, masing-masing menjadi 2,5%, 3,25%, dan 9,75%.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok Q2 2022 melambat ke level terendah Gambar 10. Mata Uang Kawasan Asia
dalam dua tahun terakhir dan turut menambah tantangan ekonomi global.
Pada Q2 2022, pertumbuhan ekonomi Tiongkok tercatat sebesar 0,4% yoy (vs
4,8% Q1 2022) atau -2,6% qoq. Perlambatan ekonomi Tiongkok terutama akibat
kebijakan Zero-COVID, termasuk lockdown di Shanghai dan Beijing, untuk
mengendalikan new outbreaks. Kebijakan lockdown menghentikan sebagian
besar aktivitas di kota-kota besar, menurunkan confidence, memperparah
perlambatan sisi konsumsi, dan meningkatkan pengangguran. Sementara itu,
pelemahan di sektor properti yang masih berlanjut juga menambah beban
ekonomi. Perkembangan terakhir sejak Juni menunjukkan beberapa indikator
mulai membaik seiring pelonggaran restriksi. Namun demikian, pemulihan
secara penuh diperkirakan membutuhkan waktu, terlebih karena ancaman Gambar 11. Inflasi Beberapa Negara (% yoy)
kenaikan kembali kasus COVID-19 masih tinggi.
AS Perancis Spanyol Italia

IV. Perekonomian Domestik


12 10,2

Neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2022 kembali mencatatkan 10


9,1
surplus US$5,09 miliar, yang merupakan surplus selama 26 bulan berturut- 8 8,0

turut. Kinerja ekspor Indonesia pada bulan Juni meningkat siginifikan mencapai
6

4 5,8
angka US$26,09 miliar (vs Mei 2022: USD21,51 miliar), terutama didorong oleh 2

kembali naiknya ekspor produk sawit setelah harga minyak goreng di dalam 0

negeri semakin stabil. Pertumbuhan ekspor naik sebesar 40,68% (yoy). Industri -2
J-21 J-21 A-21 S-21 O-21 N-21 D-21 J-22 F-22 M-22 A-22 M-22 J-22

pengolahan konsisten sebagai kontributor utama ekspor Indonesia yang


Gambar 12. Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok (% yoy)
mencapai sebesar US$18,27 miliar (70,01% dari total ekspor), diikuti sektor
pertambangan (US$5,93) dan migas (US$1,53 miliar). Di sisi lain, kinerja impor
18,3

juga kembali menguat didukung oleh impor bahan baku yang menandakan 20

aktivitas ekonomi domestik yang terus membaik. Impor bulan Juni tercatat 15
7,9
6,4
6,3

5,9

5,8

4,9
4,8

4,8

sebesar USD21 miliar (vs Mei 2022: USD18,6 miliar) atau tumbuh 21,98% (yoy).
6

10
3,2

0,4

5
Impor bahan baku merupakan impor terbesar yaitu sebesar US$16,23 miliar,
-6,9

0
kemudian diikuti oleh impor barang modal (US$3,08 miliar) dan barang -5
konsumsi (US$1,7 miliar). -10
Sep-19

Sep-20

Sep-21
Mar-19

Jun-19

Jun-20

Dec-20

Jun-21

Jun-22
Dec-19

Mar-20

Mar-21

Dec-21

Mar-22

Sementara itu, utang luar negeri (ULN) Indonesia melanjutkan tren


menurun. ULN Indonesia bulan Mei senilai US$406,3 miliar, atau terkontraksi
sebesar 2,6% (yoy). Penurunan posisi ULN ini disebabkan adanya penurunan Gambar 13. Neraca Perdagangan Indonesia (USD Bil)
posisi utang luar negeri sektor publik (pemerintah dan bank sentral) dan sektor 40,0 Ekspor Impor Neraca Perdagangan
swasta. ULN pemerintah mengalami penurunan menjadi US$188,2 miliar atau
20,0
terkontraksi 7,5% (yoy), disebabkan jatuh temponya beberapa Surat Berharga 5,09
Negara yang jatuh tempo pada bulan Mei. Secara umum, ULN Indonesia 0,0
terkendali pada level aman tercermin dari rasionya terhadap PDB yang terjaga di
-20,0
kisaran 32,3%. Struktur ULN juga tetap sehat, terlihat pada porsi ULN jangka
panjang yang mencapai 86,7% dari total ULN. -40,0
J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J
2020 2021 2022

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 3


KEMENTERIAN KEUANGAN
BADAN KEBIJAKAN FISKAL
Tajuk Minggu Ini:
Pemantauan Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Global
Pemantauan yang dilakukan negara-negara anggota G-20 dalam pedagang komoditas, sementara layanan kliring klien terkonsentrasi
forum Financial Stability Board (FSB) akhir Juni 2022 mencatat bahwa di beberapa bank besar.
kondisi pasar keuangan global sejak April terus mengetat. Pemulihan pascapandemi secara signifikan berdampak pada pasar
Perkembangan ini mengindikasikan pergeseran concern investor komoditas karena permintaan global pulih sementara rantai pasokan
terhadap dampak kondisi keuangan yang lebih ketat pada kegiatan terganggu dan tingkat persediaan menurun. Harga minyak telah
ekonomi ke depan. Harga ekuitas secara global tercatat masih di naik tiga kali lipat menjadi US$90 per barel pada awal tahun 2022
bawah tekanan, dimana volatilitas pasar ekuitas yang telah meningkat dan harga gandum telah meningkat sekitar 60%. Konflik Rusia dan
secara signifikan diperkirakan akan tetap pada tingkat yang tinggi Ukraina menyebabkan volatilitas ekstrem dan kenaikan harga lebih
sepanjang sisa tahun ini. Indikator lain dari memburuknya sentimen lanjut di beberapa pasar komoditas. Hal tersebut memicu lonjakan
investor adalah harga S&P500 relatif terhadap harga emas yang telah margin call yang mengakibatkan peningkatan permintaan likuiditas,
menurun lebih dalam selama dua minggu terakhir di bulan Juni. terutama oleh pedagang komoditas, untuk memenuhi margin call
Sementara itu, real government bond yields terus meningkat, dan tersebut. Namun demikian, ekosistem komoditas mampu meredam
tingkat breakeven 10 tahun turun dari level tertinggi karena investor guncangan sehingga tidak ada gangguan besar pada fungsi pasar
mempertimbangkan kemungkinan dampak resesi terhadap inflasi. (kecuali pasar nikel LME), dan dampak langsung yang terbatas pada
Ketidakpastian terhadap outlook juga tercermin dari volatilitas pasar sistem keuangan lainnya cukup terbatas.
obligasi yang masih tinggi. Credit spread melebar di berbagai pasar Akan tetapi, ketegangan geopolitik yang berlanjut dan
dan meskipun tingkat default tetap pada level yang rendah, spread ketidakpastian makroekonomi yang meningkat di tengah
obligasi korporasi terus meningkat di negara maju dan berkembang. pengetatan kondisi keuangan secara signifikan meningkatkan risiko
Spread obligasi bank dan Credit Default Swap (CDS) spreads juga volatilitas lebih lanjut di pasar komoditas. Hal ini dapat
melebar, meskipun masih di bawah puncaknya yakni pada Maret menyebabkan central counterparty (CCP) dan anggota kliring
2020. Sementara spread kawasan Eropa juga meningkat, namun tetap melakukan margin call lebih lanjut, bank membatasi eksposur kredit
stabil mengikuti komentar bank sentral Eropa untuk menghindari mereka, dan pelaku pasar mengurangi perdagangan mereka di
fragmentasi suku bunga di seluruh kawasan Eropa. pasar dengan kliring dan non-kliring. Meskipun tindakan ini
Penerbitan obligasi melemah selama beberapa bulan terakhir, merupakan bagian dari penerapan kehati-hatian manajemen risiko,
meskipun relatif kuat terhadap penerbitan obligasi yang kuat pada aktivitas tersebut dapat meningkatkan mismatch likuiditas, sehingga
tahun 2021. Pinjaman bank meningkat terutama di Amerika Serikat, menyebarkan guncangan di pasar komoditas secara lebih luas.
Eropa, dan beberapa pasar keuangan di negara-negara berkembang. Saluran-saluran ini dapat diperburuk oleh konsentrasi di sektor
Beberapa survei menunjukkan bahwa pinjaman bank diperkirakan komoditas dimana sebagian besar pedagang komoditas tidak
akan lebih ketat di kawasan Eropa dalam beberapa bulan mendatang, teregulasi di beberapa bagian pasar.
sebagai dampak kombinasi persepsi peningkatan risiko dan toleransi Harga komoditas yang sangat volatile mungkin akan meningkatkan
risiko yang lebih rendah. Emerging Markets (EM) bond funds tensi di sektor keuangan melalui margin calls yang besar, leverage
mengalami outflows terbesar sejak gejolak pasar pada Maret 2020, yang tidak terdeteksi, dan eksposur yang terkonsentrasi. Harga
outflows khususnya dari dana pinjaman bank juga terjadi. komoditas terus bergejolak selama beberapa bulan terakhir,
Kombinasi pertumbuhan yang rendah, kenaikan inflasi, dan meskipun industri minyak, gas alam, dan logam Amerika Serikat
pengetatan kondisi keuangan global menyebabkan tantangan menurun selama beberapa minggu terakhir. Namun demikian, harga
terciptanya stabilitas keuangan global. Peningkatan suku bunga dan gas alam Eropa kembali meningkat menyusul kekhawatiran tentang
penurunan harga aset mungkin memunculkan kerentanan yang kelanjutan pasokan gas Rusia ke negara-negara di Eropa.
terakumulasi selama jangka waktu lama ketika kondisi keuangan Terganggunya pendanaan pada pasokan energi utama, logam dasar,
global masih akomodatif. Peningkatan utang di negara-negara, dan komoditas pangan mungkin akan berdampak besar pada
perusahaan non keuangan, dan rumah tangga dalam merespon makroekonomi dan mungkin akan berdampak langsung ke sektor
COVID-19 mengekspos sektor tersebut pada peningkatan biaya keuangan.
layanan utang. Leverage dan ketidaksesuaian likuiditas di pasar Secara global, saat ini perbankan masih dalam kondisi yang robust,
keuangan mungkin akan menambah kerentanan. Kondisi ekonomi namun kerentanan justru terlihat pada non perbankan. Selain itu,
yang berbeda antara Advance Economies (AEs) dan Emerging Market terdapat risiko manajemen terkait pasar komoditas tidak hanya pada
Development Economies (EMDEs) dapat memunculkan kerentanan tingkat exchange dan lembaga kliring melainkan juga diantara bank.
eksternal dan mengakibatkan aliran modal yang volatile. Pergerakan FSB mencatatkan bahwa perkembangan pasar keuangan saat ini
tidak terduga dari kondisi perekonomian mungkin akan menguji menggarisbawahi kebutuhan untuk memperkuat ketahanan sistem
ketahanan keuangan. keuangan global. Hal tersebut termasuk inisiatif untuk menilai dan
Ekosistem komoditas melibatkan sejumlah besar pelaku sektor non- mengatasi kerenantanan Non Banking Financial Institutions (NBFI).
keuangan dan keuangan di berbagai pasar fisik dan derivatif. Pasar- Momentum ini menekankan pentingnya untuk membangun kembali
pasar tersebut cukup heterogen dalam hal struktur dan praktik ruang kebijakan makroprudensial kedepannya. Diperlukan
aktivitas pasarnya. Berbeda dengan struktur pada kebanyakan pasar peningkatan pemantauan kerentanan dengan gambaran yang lebih
keuangan lainnya, beberapa perusahaan komoditas non-keuangan lengkap mengenai aktivitas leverage pada sistem keuangan. Dengan
memainkan peran penting. Bank menjadi penyedia utama likuiditas melihat perkembangan pasar keuangan dan geopolitik global, stress
kredit dan pendanaan, serta layanan kliring, untuk perusahaan- testing untuk memahami skenario dampak dari kondisi saat ini
perusahaan tersebut dan pasar dengan underlying lainnya. Ekosistem menjadi penting untuk dilakukan otoritas sektor keuangan negara-
komoditas cukup terkonsentrasi pada sejumlah kecil pemain. negara anggota G-20. (AS)
Beberapa bank telah mengkonsentrasikan eksposur ke produsen dan

Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal


Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan dan Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro
Penyusun: Subkhan, Risyaf Fahreza, Apri Syabani, Masyitha Mutiara, M. Fajar N, Indah Kurnia JE, Zerah A. Pasimbong, M. Afdi Nizar, Afif H, Dedy S, Dwi Anggi N., Restu R, Galuh C., W,
Ika K, Wignyo Parasian, Rizki Saputri, Andi Yoga Trihartanto.
Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News
Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada
kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 4

Anda mungkin juga menyukai