Anda di halaman 1dari 10

PAPER KEWIRAUSAHAAN

Dosen Pengampu : Dr. I Made Suasti Puja, SE,M.Fil.H.

Disusun Oleh :

Nama : Ni Made Rina Wasundari

NIM : 1902013610

V A MANAJEMEN EKSEKUTIF

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN PARIWISATA

UNIVERSTAS HINDU INDONESIA

2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata wirausaha merupakan gabungan dari dua


kata yang masing-masing memiliki arti, wira dapat diartikan sebagai pahlawan atau laki-laki,
sedangkan kata usaha merupakan sebuah kegiatan dengan mengerahkan tenaga dan pikiran
untuk mencapai suatu maksud. kata wirausaha, dapat diartikan sebagai seorang yang
melakukan sesuatu dengan segala kemampuannya untuk mencapai maksud tertentu.

Pada perjalanannya, kegiatan wirausaha berkembang menjadi kewirausahaan, istilah


kewirausahaan merupakan padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa Inggris.
Sebelum dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris, kata entrepreneurship sendiri berasal dari
kata berbahasa Perancis, yaitu entreprende yang memiliki arti petualang, pencipta, dan
pengelola usaha.

Maka kewirausahaan adalah suatu usaha untuk menentukan, mengembangkan,


kemudian menggabungkan inovasi, kesempatan, dan cara yang lebih baik agar memiliki nilai
yang lebih dalam kehidupan.

Kewirausahaan dan wirausaha sendiri merupakan sebuah upaya yang melibatkan sumber
daya lainnya seperti sumber daya alam, modal dan teknologi, sehingga dapat menciptakan
kekayaan dan kemakmuran melalui penciptaan lapangan kerja, penghasilan dan produk yang
diperlukan masyarakat. Namun teori mengenai kewirausahaan sendiri banyak berkembang,
dan memiliki arti masing-masing menurut para ahli.

Menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer, Kewirausahaan adalah


merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu
dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial, dan menerima
balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya.

Dalam menjalankan ataupun menciptakan suatu usaha, seorang wirausahawan wajib


memiliki bekal pengetahuan yang cukup, agar usaha yang dijalankannya berjalan lancar, dan
mampu mengatasi permasalahan yang muncul pada saat usaha ini berjalan.

Di masa pandemi ini, sangat dibutuhkan cara berpikir yang strategis. Pola berpikir seperti
ini diperlukan, agar seorang wirausahawan mampu beradaptasi dengan kondisi-kondisi yang
muncul akibat wabah Covid-19 ini. Salah satu bekal yang harus dimiliki seorang wirausaha
adalah konsep dasar mengenai kewirausahaan.
BAB II PEMBAHASAN
Kontrak Kuliah IV : Desain Berfikir (Pola Pikir) Kewirausahaan

2.1 Keterkaitan Wirausaha dan Pola Pikir


Menurut Neal Thornberry , pola pikir yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha melibatkan
10 kualitas, sebagai berikut :
1. Memiliki Locus of Control internal
Locus of Control (lokus kendali) adalah istilah untuk menggambarkan bagaimana
seseorang berpikir tentang kendali hidupnya. Seseorang yang memiliki kendali
eksternal,adalah mereka yang merasa bahwa hidupnya dikendalikan oleh faktor-faktor
diluar dirinya, seperti cuaca, kebijakan pemerintah, keluarga, pacar, peraturan kantor
dan lain-lain. Sehingga mereka hanya punya sedikit sekali punya kontrol terhadap
kehidupannya. Mereka cenderung pasrah, dan mengikuti ‘kehendak’ di luar dirinya.
Sebaliknya kendali internal (internal locus of control) adalah pemikiran bahwa kita
adalah pusat kendali. Seorang wirausaha yangmemiliki kendali internal yakin bahwa
dirinyalah pusat kendali, bukan atasan, cuaca, kebijakan pemerintah dll.
2. Memiliki toleransi
Beberapa ahli sering mengatakan bahwa salah satu blok kreativitas adalah keenganan
untuk berbeda, kemalasan untuk mencari yang tidak biasa dan ketidakbersediaan untuk
bermain-main dengan sesuatu yang menurut orang kebanyakan ganjil. Sebaliknya,
seorang wirausaha memiliki toleransi untuk berbuat berbeda dan melanggar hal-hal
yang dianggap pakem. Sebagai contoh: pakem yang umum buat mereka yang ingin
membuka restoran adalah; bukalah di tempat yang ramai. Namun demikian, saat ini
sudah sangat banyak contohnya dimana restoran yang dibuka di tempat terpencil (jauh
diatas gunung, di pulau, di tengah sawah, dll) justru diserbu oleh pelanggannya.
3. Kesediaan untuk mengaji orang yang lebih cerdas dari dirinya
Seorang wirausaha sejati sangat mengenal dirinya, dan ia menyadari bahwa dirinya
bukanlah dewa. Ia sangat sadar akan kelebihan dan potensi, dan juga terkait hal-hal
yang kurang dikuasainya. Oleh karena itu, mereka selalu siap untuk berbagi pikiran
dan wawasan, serta mengisi kekosongan-kekosongan dalam usahanya. Sebagai contoh,
beberapa orang mahasiswa yang membuka bisnis cuci motor, sangat sadar akan
keterbatasannya dengan cairan kimia sabun. Oleh karena itu, mereka ikhlas bekerja
sama dengan mahasiswa kimia/farmasi untuk menghasilkan formula sabun yang tidak
panas ditangan, wangi dan tahan lama bersihnya. Satu hal adalah bahwa, mereka tidak
pernah takut tersaingi. Sebaliknya, mereka sangat sadar bahwa sinergitas akan
menghasilkan jauh lebih banyak dari yang dapat dibayangkan. Sinergi bukanlah satu
ditambah satu sama dengan dua, namun satu ditambah satu bisa menjadi tiga, tujuh
atau bahkan sebelas.
4. Konsistensi untuk selalu berkreativitas, membangun dan mengubah berbagai hal
Begitu seseorang berkecimpung dalam dunia wirausaha, maka seyogianya ia harus
siap berenang dalam kreativitas. Hal ini sangat bisa dimaklumi,mengingat beberapa
peluang bisnis, terutama yang pintu (entrance) untuk memulainya tidak sulit untuk
dibuka (tidak butuh keterampilan khusus, tidak butuh modal besar dll), akan sangat
mudah dipenuhi oleh para pemula (start-up). Sehingga yang tadinya bisnis baru
tersebut berada di lautan biru (blue ocean) dalam waktu singkat ia harus berdarah-
darah di lautan merah (red ocean) karena ratusan pesaingnya saling berebutan
pelanggan.
5. Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan
Mata seorang wirausaha, adalah seperti mata elang. Mereka selalu awas terhadap
peluang-peluang baru. Mereka dengan kemampuan intuisinya yang selalu ditempa
mampu membaca trend jaman.
6. Mengikuti perkembangan pasar
Motivasi atau mati rtinya adalah bahwa inovasi sudah merupakan sesuatu harga mati,
ini adalah sesuatu yang urgen dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Hal ini terjadi karena
kompetitor begitu banyak dan pasar sangat haus terhadap inovasi baru.
7. Memelihara ide
Mereka menjaga dan memelihara idenya untuk kemudian diwujudkan. Beberapa orang
hanya berhenti pada level menemukan ide baru. Namun, para wirausahawan sejati,
mereka memelihara, mengembangkan dan berusaha mewujudkan ide tersebut.
8. Ketahanan
Wirausaha yang tangguh memiliki sikap seperti boneka anak-anak yang jika dipukul
selalu kembali ke posisi semula. Inilah kewirausahaan yang sesungguhnya. Tidak ada
satupun usaha yang tanpa penghalang dan tanpa hambatan. Namun, daya tahan ini
akan mengembalikan kita kembali ke posisi semula. Sudah terlalu banyak para pelaku
usaha mental dan jatuh diterjang angin. Namun tidak terlalu banyak yang kemudian
dapat kembali ke posisi semula. Inilah sikap ketahanan yang perlu dimiliki setiap kita
yang sadar bahwa hidup adalah perjuangan, dan perjuangan selalu memerlukan
kekuatan untuk bangkit setelah jatuh dan bangun setelah terjerembab oleh kerasnya
kehidupan.
9. Optimis
Optimis, secara sederhana dapat diartikan sebagai lompatan dari satu aktivitas ke
aktivitas lain, tanpa kehilangan antusiasme. Optimis adalah juga bentuk keyakinan
bahwa tujuan akan tercapai dan target akan terpenuhi dengan kekuatan sendiri.
10. Rasa humor tentang diri sendiri
Ini adalah bentuk rasa besar hati. Kemampuan mentertawakan diri sendiri adalah salah
bentuk kapabilitas untuk mengkoreksi dan bahkan mengkritik diri sendiri. Ini adalah
sebuah rasa legowo untuk tidak menilai diri sendiri sudah mencapai prestasi yang
optimal. Sebaliknya sikap ini mendorong kita untuk selalu melihat hal-hal belum
maksimal dan punya potensi untuk dikembangkan. Rasa humor terhadap diri sendiri,
juga akan mampu memacu kreativitas dalam diri untuk selalu mencari sisi-sisi yang
belum tereksplorasi.

Hampir senada dengan penjelasan dimuka, Rita dan Ian menjelaskan tentang Pola pikir
wirausaha (Entrepreneurial Mindset) sebagai berikut:

1. Mereka, secara bersemangat, selalu mencari peluang-peluang baru.


2. Mengeksplor berbagai kesempatan dengan pendekatan/disiplin yang tidak biasa.
3. Mereka secara efektif hanya mengeksplor peluang terbaik dan menjauhi berlelah-lelah
dengan mengejar setiap kesempatan.
4. Mereka fokus pada eksekusi, terutama eksekusi yang adaptif.
5. Mereka menyatukan energi setiap orang dalam domain mereka.

2.2 Pentingnya Pola berpikir Kewirausahaan


Pola pikir (mindset) adalah cara memandang terhadap sesuatu yang tertangkap oleh indra dan
menghasilkan sikap yang terungkap dalam perilaku dan menghasilkan 'nasib' atau bisa juga
diartikan semacam filter diri sendiri untuk menafsirkan apa yang kita lihat dan kita alami.
Pola pikir manusia bisa diubah, dari pola pikir yang negatif ke positif, pecundang ke
pemenang, pekerja menjadi wirausaha.
Pola pikir seorang entrepreneur adalah pola pikir yang produktif, kreatif, inovatif karena
polapikir seperti inilah yang dibutuhkan oleh semua entrepreneur untuk menjalankan suatu
usaha. Wirausahawan tidak selamanya mulus dalam menjalankan usahanya. Ada beberapa
hambatan yg mungkin saja dialami oleh wirausahawan saat akan membangun suatu usaha.
Masalah paling utama yang dihadapi adalah modal, merasa dirinya tidak berbakat dalam
berwirausaha, merasa dirinya terlalu tua untuk memulai usaha,dll. Beberapa hal yang dapat
dilakukan dalam memulai suatu usaha diantaranya :
1. Motivasi yang kuat
2. Mindset yang tepat (prouktif,kreatif,inovatif,positif)
3. Lakukan saja (just do it)
Seorang wirausaha akan sulit berkembang bila tidak memiliki mindset kreatif dan inovatif
dalam dirinya. Kreatif dan inovatif sangat dibutuhkan oleh seorang wirausaha untuk bisa
mengembangkan usahanya agar lebih sukses. Selain kreatif dan inovatif, seorang wirausaha
sebaiknya juga memiliki etika. Etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lainnya,
karena masing-masing masyarakat beragam adat dan budaya. Etika dan norma yang harus
ada di setiap pengusaha :
- Kejujuran
- Bertanggung jawab
- Menepati janji
- Disiplin
- Taat hukum
- Suka membantu
- Komitmen dan menghormati
- Mengejar prestasi
Jika setiap pengusaha bisa melakukan etika dan norma itu dengan baik, ini akan berdampak
positif untuk usaha yang ia jalankan

2.3 Berbagai Jenis Pola Berfikir Kewirausahaan


Menurut De Bono (2005: 128) topi dipakai untuk menggambarkan keenam macam aspek
berpikir, karena topi merupakan suatu yang dapat dipakai dan dilepas dengan mudah,
sebagaimana sebuah pendapat yang dapat dipakai atau dilupakan begitu saja tanpa harus
menimbulkan konflik sosial. Dalam metode Thinking Hats merupakan penerapan dari Lateral
Thinking STH, seseorang tidak hanya dilatih untuk berkonsentrasi menyelesaikan suatu
masalah dalam sekuen waktu tertentu, tetapi juga dipersiapkan untuk dapat menerima dan
menghargai pendapat orang lain.
1. Topi putih berarti fasilitator bersikap netral dan objektif. Fasilitator bersikap terbuka
untuk menerima pengetahuan dan pengalaman orang lain. Fasilitator mendorong peserta
untuk memahami fakta dan kebenaran secara bijaksana. Fasilitator mendorong para
peserta untuk saling belajar dan menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya
kedalam.
2. Topi merah berarti fasilitator menggunakan pendekatan emosi untuk menggugah
perasaan dan semangat peserta. Fasilitator menggunakan intuisi dan prasangka untuk
memahami kesulitan atau hambatan yang dirasakan peserta dalam belajar, Setelah secara
paralel tujuan meningkatkan keterlibatan peserta mendiskusikan aspek informatif dari
suatu permasalahan, kemudian setiap peserta diskusi secara bersama-sama
mengemukakan aspek intuitif dan emosional dari pendapatnya.
3. Topi hitam berarti fasilitator bersikap serius. Fasilitator tidak serta merta menerima
pendapat atau masukan dari orang lain melainkan bersikap menolak terlebih dahulu,
bersikap ragu-ragu atau hati-hati, kemudian mencari tahu (eksplorasi) lebih jauh. Dalam
menyikapi suatu persoalan, fasilitator menggunakan topi hitam bukan untuk mencari
argumentasi melainkan untuk memperhatikan atau waspada terhadap sesuatu hal yang
dianggap negatif. Topi hitam merupakan metafora untuk atau terlalu sering digunakan.
menggambarkan aspek kritis dari pemikiran yang hendak kita sampaikan.
4. Topi kuning berarti fasilitator menggunakan cara berfikir positif dalam mengelola proses
pembelajaran agar atmosfir dalam kegiatan pembelajaran juga berkembang positif.
Fasilitator juga bersikap optimis dalam menghadapi sesuatu persoalan. Kalau topi hitam
mengajak melihat sisi negatif, maka topi kuning mengajak melihat sisi positif. Fasilitator
menggunakan cara rasional (intelektual) dan membangun kerangka pikir untuk
mengembangkan suatu analisa kritis. Topi kuning yang konstruktif cenderung membuat
gagasan kongkrit agar bisa dilakukan sesuatu yang bermanfaat.
5. Topi hijau berarti fasilitator menggunakan kreativitasnya untuk membangun suasana
belajar (misal membuat trik-trik tertentu, permainan, humor, dan sebagainya). Topi hijau
juga telah menjadi simbol untuk orang yang mampu mendengarkan dengan baik,
mengumpulkan informasi, penilaian baik dan buruk, aspek emosional dan kritis, maka
kemudian setiap peserta diskusi berusaha secara bersama-sama menemukan alternatif,
gagasan, kemungkinan dan rancangan. Apa yang dapat dilakukan, apa alternatif yang
ada, dan pembahasan sejenis dibahas dalam sesi ini.
6. Topi biru berarti fasilitator mengendalikan proses pembelajaran agar tetap pada relnya.
Fasilitator juga selalu menjaga agar pembelajaran tetap fokus atau dikelola batas-
batasnya. Fasilitator selalu mengacu pada rencana dan rancangan pembelajaran sebagai
alat kontrol. Fasilitator mengembangkan proses perumusan pokok-pokok pembelajaran
dan kesimpulan untuk menjaga fokus dan menarik. Topi biru diasosiasikan sebagai
pengambilan benang merah pembelajaran.
Terdapat dua tujuan utama terhadap keenam konsep topi berpikir tersebut :
1. Menyederhanakan berpikir dengan mengizinkan seorang pemikir menyelesaikan
suatu hal pada suatu saat. Meskipun harus menyimpan emosi, logika, informasi,
harapan dan kreativitas semua pada saat yang sama, namun pemikir tersebut
mampu memisahkan hal-hal tersebut tadi.
2. Mengizinkan suatu peralihan dalam berpikir. Jika seseorang pada suatu pertemuan
telah bersikap negatif, orang itu dapat diminta menggunakan ‘topi berpikir hitam’.
Hal ini memberikan tanda kepada orang tersebut bahwa ia sedang bersikap negatif

2.4 Tiga Prinsip Dasar Pola Berpikir Kewirausahaan


1. Perhatian (Attention)
Pada tahap perhatian (attention) wirausaha berusaha agar calon konsumen
memperhatikan penawaran yang dilakukannya. Untuk mendapatkan perhatian dari calon
konsumen wirasaha harus memperlihatkan sikap yang baik, tutur kata dan cara
berpakaian yang menarik yang akan memberikan penilaian yang positif dari calon
konsumen yang akan berpengaruh terhadap terjadinya jual beli. Dalam pola berfikir
khususnya perhatian, juga melihat apa yang dibutuhkan konsumen sesuai dengan apa
yang kita lakukan, memperhatikan cara bekerja warausahawan lain untuk bisa menjadi
ide atau memotivasi.
2. Pelarian
Yang dimaksud dengan pelarian disini adalah, dimana saat kita jatuh atau bangkrut, kita
masih mempunyai pekerjaan lain, seperti pekerjaan sampingan sebagai sebagai
pengganti pekerjaan yang telah bangkrut tadi sambil menbangun ulang usaha baru
disamping usaha sampingan.
3. Tindakan (Action)
Pada tahap tindakan (action) wirausaha harus dapat mewujudkan kebutuhan dan harapan
konsumen dan memberikan keyakinan bahwa barang, jasa dan ide yang dibeli
merupakan langkah yang tepat yang dapat memberikan keuntungan bagi konsumen.
Tindakan sesuatu yang harus dilakukan seseorang untuk menjadi wirausahawan, karena
tanpa ada tindakan kita tidak mungkin bisa menjadi maju dan terus maju.

2.5 Model 4 Tahap Desain Berpikir


1. Inspirasi
Secara umum, proses inovasi design thinking dimulai dengan fase inspirasional:
memahami masalah yang dihadapi pelanggan. Langkah pertama dari metode Design
Thinking adalah membawa kita ke posisi kita saat ini. Temukan wawasan dari situasi di
sekitar Anda, orang-orang di dalamnya, masalah mereka, dan lainnya untuk membantu
Anda menemukan solusi terbaik bagi mereka. Untuk mengetahuinya, mulailah dengan
empati. Empati adalah dasar dari Design Thinking. Sebagai "pemikir desain", kita harus
mampu memahami semua perasaan, pikiran, keluhan, harapan, dan kebiasaan orang-
orang yang akan menciptakan ide dan solusi. Oleh karena itu, setiap indera, perasaan,
dan pikiran harus difokuskan dan difokuskan pada orang tersebut. Istilah dalam bahasa
Inggris adalah "menempatkan diri kita pada posisi mereka". Pada tahap ini kita bisa
bertanya apa saja, untuk lebih memahaminya.
2. Ideasi
Pada tahap kedua, kita harus membangun banyak ide. Setelah mendapatkan wawasan
dan inspirasi, inilah saatnya untuk menemukan solusi Anda. Hasil ini memberi kami
bahan untuk menentukan temuan observasi, interaksi, dan pencelupan lapangan. Pada
tahap ini kami memperhatikan setiap data dan informasi yang ditemukan. Kemudian,
fokuskan kembali pada wawasan, kebutuhan, dan cakupan tantangan yang ada pada
orang tersebut.
3. Implementasi
Bangun, ulangi, uji, dan luncurkan untuk menciptakan lebih banyak dampak. Ubah ide
Anda menjadi kenyataan dengan membuat prototipe atau prototipe. Pada tahap ini,
fokuslah pada ide yang paling mungkin dan ide terbaik untuk prototipe yang akan dibuat.
Prototipe dapat dalam bentuk apa pun, dari hal-hal sederhana seperti gambar di selembar
kertas, atau arsitek bangunan bergaya sketsa, atau prototipe program atau aplikasi
komputer yang lebih canggih.
4. Empati
Empati Merupakan suatu perasaan. Melalui rasa empati ini kamu bisa memahami
kebutuhan, tujuan dan keinginan pengguna. Biasanya dalam tahap ini kamu harus
mampu menahan asumsimu terkait keinginan pengguna. Sebaliknya, yang perlu
dilakukan adalah melakukan riset untuk mengumpulkan wawasan tentang pengguna
dengan melihat dari sisi psikologis dan emosionalnya.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kewirausahaan adalah suatu usaha untuk menentukan, mengembangkan, kemudian
menggabungkan inovasi, kesempatan, dan cara yang lebih baik agar memiliki nilai yang
lebih dalam kehidupan.

Kewirausahaan dan wirausaha sendiri merupakan sebuah upaya yang melibatkan sumber
daya lainnya seperti sumber daya alam, modal dan teknologi, sehingga dapat menciptakan
kekayaan dan kemakmuran melalui penciptaan lapangan kerja, penghasilan dan produk yang
diperlukan masyarakat. Namun teori mengenai kewirausahaan sendiri banyak berkembang,
dan memiliki arti masing-masing menurut para ahli.

Dalam menjalankan ataupun menciptakan suatu usaha, seorang wirausahawan wajib


memiliki bekal pengetahuan yang cukup, agar usaha yang dijalankannya berjalan lancar, dan
mampu mengatasi permasalahan yang muncul pada saat usaha ini berjalan.

Di masa pandemi ini, sangat dibutuhkan cara berpikir yang strategis. Pola berpikir seperti
ini diperlukan, agar seorang wirausahawan mampu beradaptasi dengan kondisi-kondisi yang
muncul akibat wabah Covid-19 ini. Salah satu bekal yang harus dimiliki seorang wirausaha
adalah konsep dasar mengenai kewirausahaan.

Pola pikir wirausaha adalah bagaimana kita menciptakan sesuatu yang mempunyai value
untuk diri kita maupun orang lain. Seorang wirausaha akan selau berfikir kreatif dan inovatif
untuk mewujudkan apa yang menjadi imajinasinya. Seorang wirausaha juga akan
memikirkan bagaimana mempunyai produk yang mempunyai nilai tambah di pasaran
sehingga produkny tidak akan tergerus oleh persaingan. Misal, pada awalnya McDonalds
sering membuat produk yang kurang disukai masyarakat, tetapi dengan semangat pantang
menyerah dan mau belajar dari kesalahan, akhirnya sekarang menjadi sebuah brand makanan
yang cukup terkenal di dunia. Contoh lain, Starbucks. Bagaimana mereka mampu
menciptakan minuman kopi yang sangat digemari para kaum berduit. Penyebabnya adalah
mereka mempunyai kreatifitas untuk mengembangkan produk dan menciptakan suasana
nyaman dalam warung kopi mereka, serta mereka betul-betul menjadika usahanya itu sebagai
main product, bukan hanya sambilan. .Rasa ingin tau serta mau berinovasi dan berkreasi
adalah senjata yang ampuh bagi seorang wirausaha untuk terus eksis dalam dunia usaha.

3.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan melalui paper ini adalah  jadilah wirausahawan yang bisa
melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu
sumber daya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup
DAFTAR PUSTAKA

Padjajaran, Universitas. Keterkaitan antara Wirausaha dan Pola Pikir.


http://kesos.unpad.ac.id/2011/09/27/pola-pikir-wirausaha/ (diakses 12 September 2021)
Setyonugroho, Daru. Pentingnya pola berpikir kewirausahaan.
https://www.kompasiana.com/darusetyonugroho/pola-pikir-
mindsetwirausaha_552e61596ea834c65a8b4567. (diakses 12 September 2021)
Feekol. Berbagai Jenis Pola Berfikir Kewirausahaan (Enam Topi Pikiran).
http://fekool.blogspot.co.id/2015/03/berbagai-jenis-polaberfikir.html (diakses 13
September 2021)
Feekol. Tiga Prinsip Dasar Pola Berfikir Kewirausahaan (Perhatian, Pelarian, Dan Tindakan).
http://fekool.blogspot.co.id/2015/03/tiga-prinsip-dasar-polaberfikir.html (diakses 13
September 2021)

Anda mungkin juga menyukai