Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Pengertian pajak bumi dan bangunan adalah sebuah pungutan wajib yang
diambil oleh pemerintah terhadap suatu bangunan yang digunakan sebagai
tempat tinggal, perusahaan, maupun pelaku bisnis kecil dan menengah. PBB
muncul sebab adanya keuntungan ekonomi yang didapatkan para pemilik
bangunan, entah itu sebagai tempat tinggal atau memulai sebuah usaha.
Besarannya pun pasti berbeda-
Lebih lanjut, PBB memiliki sifat kebendaan jadi subjek yang berada di dalamnya
beda.
tidak akan terhitung sebagai pajak. Jelasnya, PBB murni akan menghitung
berdasarkan berapa besar dan luas bangunan tersebut bukan ‘orang’ atau pun
‘benda’ penunjang lainnya. Ada beberapa objek yang dihitung sebagai PBB,
tergantung dari keberadaanya.
Lebih tepatnya PBB memiliki sifat kebendaan jadi subjek yang berada di dalamnya
tidak akan terhitung sebagai pajak. Jelasnya, PBB murni akan menghitung
berdasarkan berapa besar dan luas bangunan tersebut bukan ‘orang’ ataupun
‘benda’ penunjang lainnya.

Objek Pajak Bumi dan Bangunan


Di dalam menghitung pajak jenis ini, hanya ada dua objek yang dapat dijadikan
acuan,
Bumi:
seperti:Permukaan bumi yang meliputi tanah, daratan dan lautan serta tubuh
bumi yang berada di bawahnya. Beberapa contoh konkritnya adalah kebun,
sawah, tanah, ladang, pekarangan hingga tambang.
Bangunan: Konstruksi bangunan yang dibuat dan ditancapkan di dalam bumi,
seperti rumah tinggal, bangunan usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan,
perhotelan dan lain – lain.
Namun, tidak semua objek yang berada di bumi dan bangunan akan terhitung
sebagai sebuah pajak. Sebab, ada beberapa aturan yang memperbolehkan
sebuah tempat tidak harus membayarkan pajak bumi dan bangunannya,
Sengaja dibangun untuk kebutuhan bersama, semisal tempat peribadatan,
seperti:
rumah sakit pemerintah, tempat wisata publik, panti asuhan serta sekolah
umum.
Dibangun untuk tempat peristirahatan terakhir benda ataupun manusia, semisal
kuburan dan museum
Dibuat dengan fungsi sebagai hutan alam, suaka hewan untuk mencegah
antik.
kepunahan dan lain - lain
Digunakan oleh perwakilan badan organisasi internasional yang telah disetujui
sebelumnya.
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Subjek PBB adalah orang pribadi dan badan yang secara nyata memiliki hal-hal
berikut ini:
•Mempunyai hak atas bumi.
•Memperoleh manfaat atas bumi.
•Memiliki bangunan.
•Menguasai bangunan.
Memperoleh manfaat atas bangunan.

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan


Tarif pajak bumi dan bangunan yang berlaku sejak dahulu hingga saat ini masih
sama, yakni sebesar 0,5%.
Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan
Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP).
NJOP merupakan harga rata-rata atau harga pasar pada transaksi jual
beli tanah. Dalam hal ini, objek pajaknya adalah bumi dan bangunan.
Setiap tahun, biasanya Menteri Keuangan dengan mendengarkan
pertimbangan bupati/walikota menetapkan NJOP. Penetapan tersebut
didasarkan atas sejumlah hal
1.Dasar
seperti: penetapan NJOP bumi:
1.Letak.
2.Pemanfaatan.
3.Peruntukan.
4.Kondisi Lingkungan.
2. Dasar penetapan NJOP bangunan:
1.Bahan yang digunakan dalam bangunan.
2.Rekayasa.
3.Letak.
4.Kondisi lingkungan.
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
NJOPTKP merupakan batas Nilai Jual Objek Pajak atas bumi dan
bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP di masing-masing
wilayah memang berbeda-beda. Namun, berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 201/KMK.04/2000 ditetapkan, NJOPTKP
untuk setiap daerah di kabupaten/kota setinggi-tingginya senilai
Rp12.000.000 dengan memperhatikan ketentuan sebagai
1.Setiap wajib pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak 1
berikut:
kali dalam 1 Tahun Pajak.
2.Jika wajib pajak memiliki lebih dari 1 objek pajak, maka yang bisa
atau mendapat pengurangan NJOPTKP hanya 1 objek pajak yang
nilainya paling besar dan tidak bisa digabungkan dengan objek pajak
lainnya yang wajib pajak miliki.
Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) merupakan dasar penghitungan PBB. NJKP
juga dikenal sebagai assessment value atau nilai jual objek yang akan
dimasukan dalam perhitungan pajak terutang. Artinya, NJKP
merupakan bagian dari NJOP.
Dalam KMK Nomor 201/KMK.04/2000, terdapat ketentuan persentase
NJKP sudah ditetapkan oleh pemerintah. Berikut ini rinciannya:
•Objek pajak perkebunan sebesar 40%.
•Objek pajak pertambangan sebesar 40%.
•Objek pajak kehutanan sebesar 40%.
•Objek pajak lainnya seperti Pedesaan dan Perkotaan dilihat dari nilai
NJOP-nya, yakni:
• Jika NJOP-nya > Rp1.000.000.000,00, persentase NJKP sebesar
40%.
• Sedangkan, jika NJOP-nya < Rp1.000.000.000,00, persentase NJKP
sebesar 20%.
Perhitungan Pajak Terutang
NJOP = (NJOP Bumi = luas tanah x nilai tanah) + (NJOP Bangunan =
luas bangunan x nilai bangunan).
NJOPTKP = Rp 12.000.000.
NJOP untuk perhitungan PBB = NJOP – NJOPTKP.
NJKP = 40% dari NJOP atau 20% dari NJOP untuk perhitungan PBB.
PBB yang terutang = 0,5% x NJKP (jumlah PBB yang harus dibayar
setiap
tahun)
Dasar perhitungan PBB adalah perkalian tarif 0,5% dengan NJKP (Nilai Jual
Kena Pajak), sedangkan NJKP diperoleh 20% dari NJOP. Sebagai contohnya
diketahui bahwa NJOP suatu objek pajak Rp2.000.000. Maka berapakah PBB-
nya?
Langkah awal, kita harus mengetahui terlebih dahulu NJKP-nya:
NJKP: 20% x Rp 2.000.000 = Rp 400.000
Kemudian baru menghitung PBB-nya:
PBB: 0,5% x Rp 400.000 = Rp 2.000
Itulah contoh sederhananya, mari kita praktekkan kembali menghitung PBB
dengan ilustrasi sebagai berikut:
Pak Amin memiliki rumah seluas 50 meter persegi yang berdiri di atas sebidang
tanah seluas 100 meter persegi. Diketahui harga bangunan tersebut adalah
Rp500.000, sedangkan harga tanah tersebut adalah Rp1.000.000. Jadi berapakah
PBB yang harus dibayarkan oleh Pak Amin?
1. Hitung terlebih dahulu nilai bangunan dan tanahnya:
Bangunan= 50 x Rp500.000 = Rp25.000.000
Tanah= 100 x Rp 1.000.000 = Rp100.000.000
2. Hitung NJOP-nya dengan menjumlahkan nilai bangunan dan tanah:
Nilai Bangunan: Rp25.000.000
Nilai Tanah: Rp100.000.000
--------------------------------------- +
Rp 125.000.000
3. Setelah diketahui NJOP-nya, kita bisa langsung menghitung PBB-
nya:
NJKP= 20% x Rp125.000.000 = Rp25.000.000
PBB= 0,5% x Rp 25.000.000 = Rp125.000

Anda mungkin juga menyukai