Anda di halaman 1dari 348

TASAWUF KULTURAL

Fenomena Shalawat Wahidiyah

i
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

ii
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

TASAWUF KULTURAL:
Fenomena Shalawat Wahidiyah
Sokhi Huda
© LKiS, 2008

xxviii + 372 halaman; 14,5 x 21 cm


1. Tasawuf kultural
2. Shalawat Wahidiyah
ISBN: 979-1283-72-9
ISBN 13: 9789791283724

Pengantar: Prof. Dr. Nur Syam, M.Si.


Editor: Moh. Ahsin
Rancang Sampul: Haitami el-Jayd
Penata Isi: Santo
Pemeriksa Aksara: Abdul Ghoni

Penerbit
LKiS Yogyakarta
Salakan Baru No 1 Sewon Bantul
Jl. Parangtritis Km 4,4 Yogyakarta
Telp.: (0274) 387194, 7472110
Faks.: (0274) 417762
http://www.lkis.co.id
e-mail: lkis@lkis.co.id

Cetakan I : Juli 2008

Percetakan dan distribusi:


PT. LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta
Salakan Baru No 1 Sewon Bantul
Jl. Parangtritis Km. 4,4 Yogyakarta
Telp.: (0274) 387194, 7472110
Faks.: (0274) 417762
http://www.lkis.co.id
e-mail: lkis@lkis.co.id

iv
PENGANTAR REDAKSI

Banyak kalangan dan juga sejarawan yang berpendapat bahwa


Islam yang masuk ke negeri ini adalah Islam yang berbau mistis
(tasawuf). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sejak awal ke-
datangan Islam, muncul banyak tokoh sufi di negeri ini yang meng-
ajarkan praktik keagamaan asketis, sebut saja misalnya, Hamzah al-
Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani; dua tokoh sufi-falsafi yang
mempunyai pengaruh cukup besar dalam menyebarkan Islam yang
bercorak mistis (tasawuf) ke seluruh penjuru Nusantara.
Dalam perkembangannya, dua tokoh sufi-falsafi tersebut
kemudian disusul oleh para tokoh tasawuf berikutnya, yakni
Nuruddin ar-Raniri, Abd Ra’uf an-Sinkili, Abd Shamad al-
Palimbani, Abdul Muhyi (Pamijahan), Muhammad Aidrus, dan
Syaikh Yusuf al-Makassari. Akan tetapi, munculnya tokoh-tokoh
sufi pasca-Hamzah al-Fansuri dan as-Sumatrani ini lebih
menampakkan ajaran tasawuf yang bercorak sunni, tipikal al-
Ghazali. Bahkan, tasawuf yang bernuansa pemahaman al-Ghazali
ini kemudian menjadi begitu dominan di Nusantara.
Munculnya banyak tokoh sufi sejak kedatangan Islam di
Nusantara ini tidak terlepas dari para ulama negeri ini yang belajar
di dunia Arab, yang kemudian kembali dengan membawa ajaran
tasawuf/tarekat yang diperoleh dari guru-guru mereka, baik yang
langsung dari sumber-sumber Arab, seperti al-Qusyairi dan al-

v
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Kurani, maupun lewat ulama-ulama sufi Nusantara yang ada di


negeri Arab. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sejumlah
tarekat yang berkembang dan dianut kalangan muslim di Indone-
sia, misalnya Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syathariyah, Khalwatiyah,
dan Sammaniyah, merupakan anggitan dari para ulama Timur
Tengah.
Akan tetapi, ada juga ulama Nusantara yang cukup kreatif
dan berani berijtihad dengan menggabungkan dua aliran tarekat
yang berbeda menjadi satu kesatuan ajaran. Langkah ini ditempuh
oleh Syaikh Ahmad Khatib as-Sambasi (Kalimantan). Dengan
demikian, dia tidak sekadar mengkonsumsi ajaran tarekat produk
ulama Timur Tengah, tetapi telah memproduk ajaran tarekat
tersendiri. Keberaniannya dalam berijtihad melampaui para tokoh
sufi lain di negeri ini. Produk pemikirannya itulah yang sekarang
popular dengan sebutan tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, yang
merupakan perpaduan dari dua tarekat yang sangat masyhur, yaitu
tarekat Qadiriyah anggitan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan tarekat
Naqsyabandiyah anggitan Syaikh an-Naqsyabandi.
Pada perkembangan selanjutnya, di negeri ini juga muncul dua
aliran tasawuf/tarekat yang cukup popular dan sekaligus
kontroversial, yakni Shiddiqiyah dan Wahidiyah. Dua aliran tasawuf
ini lahir di Jawa Timur. Shiddiqiyah lahir di Jombang dan bercirikan
ketarekatan sedangkan Wahidiyah lahir di Kediri dan bercirikan
ketasawufan. Kedua aliran tarekat/tasawuf ini juga berkembang
cukup pesat di tengah-tengah masyarakat muslim Indonesia, dan
memiliki sistem organisasi yang cukup baik dan kuat. Hanya saja,
dua aliran tarekat/tasawuf ini banyak mendapat sorotan dari para
ulama karena ajarannya yang dinilai menyimpang dan dianggap tidak
bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika kedua aliran tarekat/tasawuf ini tidak diakui
sebagai tarekat yang sah (ath-thariqah ghair al-mu’tabarah). Meski
demikian, kedua aliran tarekat/tasawuf ini, khususnya Wahidiyah,
dalam realitas masyarakat Indonesia, mengalami perkembangan
yang cukup pesat dan memiliki pengikut yang banyak. Ini tentu

vi
Pengantar Redaksi

saja merupakan fenomena yang sangat menarik.


Buku yang ada di hadapan pembaca ini mencoba mengkaji
secara komprehensif fenomena Wahidiyah sebagai sebuah aliran
tasawuf kultural. Dalam hal ini, penulis coba melacak kelahiran
Shalawat Wahidiyah sebagai aliran tasawuf yang penuh kontroversi,
dinamika yang terjadi di dalamnya, respons para ulama terhadapnya,
dan juga sistem ajaran dan juga pengorganisasiannya. Tak pelak,
tema kajian buku ini sangat menarik untuk dicermati dan
didiskusikan secara terus-menerus, terutama di tengah
kecenderungan masyarkat muslim negeri ini yang sering mengklaim
diri dan kelompoknya sebagai yang paling benar dan absah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Saudara Sokhi Huda
yang telah mempercayakan penerbitan buku ini kepada kami; juga
kepada Prof. Dr. Nur Syam, M.Si yang telah memberi kata pengantar
untuk buku ini. Selamat Membaca!

vii
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

viii
KATA PENGANTAR

Bism illâh i ar-rah m âni ar-rah î


mi
Allâh um m a sh alli ‘alâ sayyid in â M u h am m ad w a ‘alâ âli
sayyid inâ M uh am m ad .
Saya m e rasa sangatbangga d ibe ri k esem patan untuk m e m baca
nask ah yang d itul is ol e h Saud ara Sok h i H ud a yang se k arang ad a d i
tangan pe m baca. M e m baca nask ah ini, rasanya se pe rti m e l angl ang
d unia tasaw uf l ok alyang pe rnik -pe rnik se jarah , ajaran, ritual , d an
d im ensi-d im e nsi k etasaw ufannya se bagai pattern .for b eh avior d iul as
se cara k om pre h e nsif d an m end asar. Untuk m e ngh ad irk an k arya ini
te ntunya m e m b utuh k an k e se riusan l uar b iasa d an k e rja k e ras.
K e h ad iran k arya ini se sungguh nya bisa m enjad i tonggak baru d al am
pe ngk ajian prak tik tasaw uf yang se l am a ini l e bih banyak be rk utat
pad a corak nya yang transplanted , yang d atang d ari ne ge ri se be rang.
K ajian te ntang Sh al aw atW ah id iyah m e nyajik an se suatu yang l ain.
Saya m e m il ik i se jum lah pe ngal am an m e ne l iti tare k at, yaitu
k e tik a m e l
ak uk an pe ne l itian e tnografi k e h id upan pe nganuttare k at
Syatariyah d i Jaw a Te ngah d an pe ne l itian tare k at Q ad iriyah w a
Naq syaband iyah d i Cuk ir Jom bang d an pe ne l itian l ain d i bid ang
tare k at, se rta m e m bim bing se jum l ah k arya il m iah d i bid ang k e -
tare k atan.

ix
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Tare k atse l al u m e ngand ung ajaran yang d iyak ini se bagai ajaran
yang be rcorak “rah asia” (sirr) se h ingga tid ak m ud ah untuk d ik aji.
Penel iti te tap be rad a d i d al
am posisinya se bagai th e O th er yang tid ak
ak an pernah bisa m em asuk i re l ung d alam ajaran tarek atyang rah asia
te rse but. M e sk ipun se jum l ah tare k at te l
ah go pub lic, te tap saja ad a
d im e nsi m e nd al am atau “e sote rik ” yang tid ak m ud ah d id e k ati ol eh
“orang l uar”. D engan k ata l ain, agar bisa m e m ah am ai d unia tarek at,
m ak a “m asuk i, sel am i, al am i, d an pah am i”. Begitul ah k ira-k ira nal
ar
k e tare k atan.
Pe ngk ajian te ntang Isl am Ind one sia, NU d an tare k at m e nuai
m asa b oom ing d i tah un 19 9 0-an. D i tah un 19 80-an, k ajian ak ad em is
te ntang NU d an tarek at m asih sangat jarang, jik a tid ak d ik atak an
te rb atas. K al angan ak ad e m is l e b ih ce nd e rung m e ngk aji k aum
m od e rnis d ari b e rb agai aspe k ny a, se pe rti ge rak an politik ,
k e agam aan, sosial , d an bud aya. Tul isan te ntang Islam d an NU d an
apal agi tare k at m asih se b atas pad a k ajian-k ajian yang b e rsifat
se potong-se potong d al am be ntuk m ak al ah -m ak alah . M ul ai tah un
19 9 0-an, k e tik a NU te l ah m e njad i l ok om otif ge rak an k e agam aan
b e rb asis postrad isional ism e , d atangl ah pe m inat k ajian-k ajian
te ntang NU d an juga tare k at.
Be be rapa pe nel ifford Ge ertz,1 m em ang m e ngk aji
iti, se pe rti Cl
NU, nam un NU m asih se k ad ar m e njad i bagian saja d i d al am tulis-
annya, buk an k ajian utuh tentang NU. O l eh k arena itu, k ita banyak
be rutang bud i k e pad a And re e Fe il ard ,2 M artin van Bruine sse n,3
l
4
Gre g Fe al y, d an juga Gre g Barton se bagai il m uan-il m uan yang
m eram bah k ajian te ntang NU se cara k om pre h e nsifd an m e nd al am ,

1
Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta:
Pustaka Jaya, 1981).
2
Andree Feillard, NU vis a vis Negara, (Yogyakarta: LKiS, 1999).
3
Martin van Bruinessen, NU, Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa dan Pencarian Wacana
Baru, (Yogyakarta: LKiS, 1994).
4
Greg Fealy, ljtihad Politik Ulama, Sejarah NU 1952-1967, (Yogyakarta: LKiS,
1998).
5
Faisal Ismail, NU, Gusdurisme dan Politik, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999).

x
Kata Pengantar

d an k e m ud ian d iik uti ol e h para pe ngk aji Ind one sia l ain, se pe rti
FaisalIsm ail ,5 La O d e Id a,6 d an Sh onh aji Sh ol e h .7 D e m ik ian pul a
k ajian te ntang tare k atjuga m e njad i m e nge d e pan d i tah un 19 9 0-an
d an 2000-an. Se jum l ah tul isan m uncul , antara l ain: M artin van
Bruine ssen, M ah m ud Suyuti, Ajid Th oh ir, Nur Syam ,11 dan R ajasa
8 9 10

Mu’tash im .12 Tul isan-tul isan te ntang tare k at tam pak nya te rfok us
pad a pe ne l itian te rh ad ap tare k at yang d ianggap m u’tab arah ,
sebagaim ana penetapan ul am a NU. M em ang, perbincangan tentang
m u’tab arah atau gh airu m u’tab arah pernah m e ngal am i m asa k rusial .
Ak an te tapi, se panjang yang pe nul is d ik e tah ui, d al am h alini
d om inasi pol itis le bih m e nge m uk a k e tim bang aspe k ajaran atau
lainnya. Jad i, m e sk ipun uk uran k e-m u’tab arah -an ad al ah d ari unsur
sanad m ursyid atau guru tare k at, se ring k al i pe ne trasi pol itik l
e bih
d om inan. K ajian d ari sisi k e -m u’tab arah -an se ring k al i l
e b ih
m e ne m patk an tare k at-tare k attransplanted yang m em il ik i gene alogi
k e m ursyid an se b agai uk uran se h ingga tare k at l ok alyang tid ak
m e m ilik i ge ne al ogi se cara h istoris d ianggap se bagai tare k at yang
gh airu m u’tab arah (tid ak sah ).
Tul isan ini se cara se ngaja m e nggunak an istil ah tare k at lok al,
buk an gh airu m u’tab arah . Se bab, k onsep l
ok al
itas itu l e bih m enge na
untuk m e nggam bark an bagaim ana “orang l ok al ” bisa m e l ak uk an
interpretasi k eagam aan yang d ianggapnya m em il ik i rel
evansi d engan
ajaran Islam d al am trad isi be sar atau greattrad ition. K onse p agam a

6
La Ode Ida, Anatomi Konflik, NU, Elit Islam dan Negara, (Jakarta: Sinar Harapan,
1996) dan La Ode Ida, NU Baru, Kaum Progressif dan Sekularisme Baru, (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2002).
7
Shonhaji Sholeh, Arah Baru NU, (Surabaya: JP Press, 2005).
8
Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan,
1992) dan Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren don Tarekat, (Bandung:
Mizan, 1995).
9
Mahmud Suyuti, Tarekat dan Politik, (Yogyakarta: Bentang Budaya, 2001).
10
Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 2002).
11
Nur Syam, Pembangkangan Kaum Tarekat, (Surabaya: Lepkiss, 2004).
12
Rajasa Mu’tashim, Bisnis Kaum Sufi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999).

xi
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

lok alm e ngacu pad a k em am puan yang d im il ik i ol


eh agen-agen l ok al
untuk m e nafsirk an agam a se suai d an berd asar atas inte rpretasi te k s-
te k s yang d iyak ini be nar. Te k s itu te ntu saja be rsum be r d ari te k s-
tek s yang sam bung-m enyam bung d engan Isl am d ari sum be r aslinya.
Ol e h k are na itu, Sh alaw atW ah id iyah m e rupak an inte rpre tasi
te rh ad ap Isl am yang d il ak uk an se cara ge nius ol e h pe nd irinya d an
d itransform asik an secara terus-m ene rus se h ingga m enjad i h abitual i-
sasi d i d al am k e h id upan se h ari-h ari. Ia m e rupak an tasaw uf l ok al
yang m enjad i ajang bagi para penganutnya untuk m em enuh i gel egak
k e il
ah ian d an m e njad i w ad ah bagi pe m e nuh an k e butuh an spiri-
tualyang tid ak ada h abis-h abisnya. Ia m enjad i m ed ium untuk m eng-
ek spresik an gel egak k e tuh anan d an k ul m inasi pengal am an k eil ah ian
yang tid ak k unjung h e nti. R ituald i d al am nya m e rupak an prose s
untuk m e ne m uk an Tuh an d i d al am k e h id upan. Jik a tid ak ingin
terl am batd i d al am proses pencarian d al am k eh id upan d uniaw i m ak a
ia bisa m e njad i je m batan untuk sam pai pad a m aq âm k e il ah ian
te rse but. Sam ud ra l uas k e h id upan yang se h arusnya d iisi d e ngan
sifat d an tind ak an k e il ah ian te rse b ut te rk ad ang te re d uk si ol eh
k einginan d uniaw i seh ingga m engh al angi seseorang untuk m enem ui
Tuh annya. Itul ah se babnya sal ah satu m otto W ah id iyah ad al ah
Fafirrûila Allâh .
Buk u yang d itul is ol
e h saud ara Sok h i H ud a ini m e rupak an
buk u yang be rguna untuk m e ngisi k e l angk aan l ite ratur te ntang
tarek atatau tasaw ufyang bercorak l ok al
. Mem ang k enyataannya tidak
banyak k arya tul is tentang tare k atl
ok ald alam k h azanah pe rbuk uan
d i Ind one sia. Tul isan ini m e rupak an k arya ilm iah -ak ad e m is yang
m engutam ak an d im ensi “pem ah am an” d an buk an “m enggurui” atau
bah k an “m e ncurigai”. Se b agai k arya il m iah ak ad e m is, buk u ini
m e nggam b ark an se cara ak urat e k siste nsi (apa d an b agaim ana)
Sh alaw atW ah id iyah d i d al
am k eh id upan m asyarak atInd one sia d an
bah k an m ancane gara.
K e tik a pe m baca m e ne l
aah k arya ini, ak an te rgam bar be tapa
Sh al
aw atW ah id iyah m erupak an gerak an tasaw ufyang m encerah k an

xii
Kata Pengantar

um at m anusia. K e tik a tarik an d uniaw i be gitu k e tat m e ngh am par


d al am bud aya k apital istik d an m ate rialistik , ajaran Sh alaw atW ah i-
d iyah m e naw ark an strate gi spiritual itas yang be rtum pu pad a taq ar-
rub ila Allâh , d ibarengi d e ngan sik ap m enged e pank an syuk ur, sab ar,
ik h las, rid a, m ah ab b ah d an h usnuzh ann, m e l alui rangk aian sh al
aw at
yang te rstruk tur d i d al am se tiap tarik an nafas. Se m ua ini te ntu tid ak
d icapai d e ngan se k al i m e nd ayung, te tapi d ibutuh k an riyad h ah se rta
bim bingan d ari guru (m ursyid )— yak ni orang yang te l ah m engal am i
pah it ge tirnya riyad h ah sam pai ak h irnya m e ncapai k e nik m atan
lad zat-nya be rk om unik asi d e ngan Al lah .
K arya ini se sungguh nya ad al ah pintu m asuk k e pad a ajaran,
sejarah , d an ritualSh al aw atW ah id iyah . Jad i, k etik a orang m e m baca
b uk u ini, d ia ak an te rb ayang b agaim ana se sungguh nya ajaran,
se jarah , d an ritualSh alaw atW ah id iyah itu d ipah am i, d iprak tik k an,
d an d ialam i ol e h pengam alnya. l
tul ah sebabnya buk u ini m erupak an
k arya yang m e nganatom i te rh ad ap Sh al aw at W ah id iyah d e ngan
se m angat m e m b e rik an pe m ah am an se cara k om pre h e nsif te r-
h ad apnya.
Se bagai pe ngantar, tul isan ini tiad a h e nd ak m e ngk ritik k arya
ini k are na m e m ang sud ah d isajik an d e ngan sangatm e nd asar. O l eh
k are na itu, buk u ini ak an sangatberm anfaatbagi pengam alSh al aw at
W ah idiyah , orang yang tertarik d engan d unia tasaw ufdan juga k aum
ak adem isi yang tertarik d engan fenom ena tasaw uf. Buk u ini sungguh
d apat m e njad i guid e bagi para pe m baca te ntang W h at is Sh al aw at
W ah id iyah .
Saya be rh arap, m ud ah -m ud ah an k arya ini bisa m e njad i angle
bagi pe ngk ajian Sh alaw at W ah id iyah , buk an d ari sisi te ol ogis d an
ritualnya, m e laink an d ari aspe k sosiol ogis d an antropol ogis yang
te ntunya juga m e narik untuk d ijad ik an sub jectof stud y d i m asa yang
ak an d atang.
Se l
am at m e m baca.

xiii
PENGANTAR PENULIS

Alhamdulillah, penulis haturkan ke hadirat Allah SWT berkat


taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan buku ini.
Untaian shalawat dan salam penulis sampaikan ke hadirat Rasulullah
Muhammad Saw., pelita dunia dengan ajaran haqq yang dibawanya—
yaitu Islam rahmatan li al-’âlamîn. Salam hormat penulis sampaikan
kepada para kekasih Allah dan para mujaddid (pembaru), khususnya
ghauts hâdza az-zamân, yang telah melaksanakan tugas reformasi
ruhani dan akhlak umat manusia.
Buku ini disusun dengan segenap kesadaran usaha untuk me-
nyumbangkan wawasan ilmiah tentang tasawuf. Usaha ini dilakukan
dengan metode deskriptif-analitis. Dengan metode tersebut penulis
berusaha mendeskripsikan secara analitis Shalawat Wahidiyah
sebagai bagian dari realitas kultural maupun historis tasawuf.
Aliran tasawuf ini secara kultural lahir dari bumi Indonesia
pada 1963 dan secara historis mengalami dialektika yang monumen-
tal. Sebab, hampir semua aliran tasawuf—yang berstatus mu’tabarah
(diakui sah) menurut versi NU—yang ada di Indonesia merupakan
produk ulama Timur Tengah.
Dialektika historis yang dialami aliran ini ditandai oleh sejumlah
respons, baik positif maupun negatif, dari para pemuka berbagai

xv
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

aliran tasawuf yang ada di Indonesia maupun dari kalangan sesepuh


NU. Sebagaimana diketahui, NU menjadi lembaga yang berhak me-
nentukan status “mu’tabarah” (sah) atau “ghair mu’tabarah” (tidak sah)
bagi aliran tasawuf tertentu yang ada di Indonesia.
Puncak dari pro dan kontra terhadap Wahidiyah tersebut adalah
adanya “Piagam Ngadiluwih”. Piagam ini dibuat atas dasar hasil
musyawarah—lebih tepatnya diskusi terbuka—antara kalangan
sesepuh NU dan kalangan para tokoh Wahidiyah yang terjadi pada
Oktober dan Desember 1979. Piagam tersebut dikenal dengan nama
“Dokumen Sebelas-Kosong” (sebelas masalah—terjawab tuntas).
Oleh karena sedemikian penting nilai historisnya, piagam ter-
sebut didokumantasikan secara rapi, lengkap dengan hasil diskusi
yang menyertakan rujukan (dalil-dalil) naqli dari Al-Qur’an dan hadits
maupun dari berbagai referensi kitab-kitab fiqh dan tasawuf yang
masyhur. Lebih jauh lagi, piagam tersebut juga dilampiri sejumlah
respons berupa surat-surat formal dari para pejabat dalam dan luar
negeri. Di antaranya adalah salinan surat Mufti Kerajaan Negara
Brunei Darussalam (Dato Sri Mi’raj Dato Sri Umam Awang Haji
Ismail bin Umar Abdul Aziz), nomor: (38)dlm.MKB/13/1987 pt.8.
(7/89), tertanggal 14 Februari 1989.
Dinamika historis Wahidiyah mengalami perkembangan yang
signifikan pada saat sasaran jamî’ al-’âlamîn dan misi inklusivisme
globalnya sedikit demi sedikit merambah ke berbagai daerah di
Indonesia dan mancanegara (Timor Leste, Brunei Darussalam,
Malaysia, Singapura, Australia, Hongkong, Jepang, Arab Saudi,
Selandia Baru, Peru, Amerika Serikat, dan lainnya). Misi inklusivisme
global ini bukanlah sasaran program Wahidiyah sebagai sebuah aliran
tasawuf, melainkan merupakan substansi ajaran dan sifat keterbuka-
an dalam proses legalisasi pengamalnya. Muaranya adalah, dalam
aliran ini tidak ada baiat sebagaimana umumnya aliran-aliran tarekat;
yang ada adalah model gethok tular yang dalam istilah komunikasi
disebut multi step flow communication, yaitu model penyebaran berantai;
setiap pengamal Wahidiyah diberi hak untuk menyebarkan

xvi
Pengantar Penulis

substansi—termasuk rangkaian zikir/sistem amalan/awrad—dan


ajaran shalawat tersebut kepada orang lain tanpa proses baiat. Oleh
karena itu, banyak tokoh sepuh NU, penganut aliran-aliran Islam,
penganut agama selain Islam, pejabat negara, bahkan kalangan
bromocorah menjadi pengamal shalawat ini.
Dengan kejelasan orientasinya, KH. Abdoel Madjid Ma’roef,
muallif Shalawat Wahidiyah ini, telah menyiapkan dan memimpin
secara langsung perangkat sistemiknya (sistem amalan/awrad, sistem
ajaran, dan sistem organisasinya), dengan ikhtiar legalitas hukumnya.
Sejak masa bimbingan dan kepemimpinannya, organisasi Wahidiyah
dibentuk sendiri oleh KH. Ma’roef dengan nama “Penyiar Shalawat
Wahidiyah” (PSW), dan dengan instruksinya, PSW telah didaftarkan
kepada Ditsospol Jawa Timur pada 7 September 1987.
Pada saat ini, PSW telah menjadi organisasi sosial yang
berbadan hukum, dengan Akta Notaris Khusnul Hadi, SH,
Jombang, nomor: 10, tertanggal 26 Januari 2007.
Di sisi lain, ada tiga aliran Wahidiyah yang berkembang di
tengah-tengah masyarakat. Selain PSW yang dibentuk sendiri oleh
KH. Abdoel Madjid Ma’roef, sebagai muallif Shalawat Wahidiyah,
terdapat dua aliran lainnya, yakni aliran Perjuangan Wahidiyah yang
dikenal dengan istilah Pimpinan Umum Perjuangan Wahidiyah
(PUPW) dan aliran Jama’ah Perjuangan Wahidiyah “Miladiyah”
(JPWM). Kedua aliran baru ini dipelopori dan dipimpin oleh dua
putera KH. Ma’roef sendiri. Dua aliran tersebut memiliki orientasi
yang khas sesuai dengan visi dan misi yang diembannya.
Apa pun yang tertuang dalam buku ini sebenarnya merupakan
hasil usaha untuk mengungkap realitas historis Wahidiyah sebagai
salah satu aliran tasawuf di antara berbagai aliran tasawuf yang
ada. Aliran tasawuf yang lahir dari bumi Indonesia ini memiliki
karakter yang khas (unik) dibanding dengan aliran-aliran lainnya.
Inilah di antara sekian nilai penting yang menarik dan urgen untuk
dipresentasikan dalam wacana ilmiah ketasawufan.

xvii
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Penulis senantiasa membuka kritik dan saran dari siapa pun


terhadap isi buku ini, dan atas kesediaannya penulis ucapkan terima
kasih. Wa Allâh A’lam.

Jombang, 18 Mei 2007

Penulis

xviii
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan kehadiran buku ini di hadapan pembaca yang


budiman, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah memberikan sumbangsih untuk penyelesaian buku
ini, khususnya pihak-pihak yang penulis sebutkan berikut ini.
Pertama, Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. H.M.
Ridlwan Nasir, MA; Rektor Institut Keislaman Hasyim Asy’ari
(IKAHA) Tebuireng Jombang, H. Mansur Zawawi, SH, M.HI; Dekan
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Dr. H. Shonhadji,
yang telah memberikan dukungan moral dan saran-saran dalam
proses penelitian dan penyelesaian buku ini; Dekan Fakultas Dakwah
IKAHA Tebuireng, Jombang, Drs. Sahlan ZA, atas wawasan yang
diberikan berkaitan dengan materi buku ini.
Kedua, ucapan terima kasih yang dalam juga penulis sampaikan
kepada Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si (Guru Besar Sosiologi) yang
telah berkenan memberikan kata pengantar untuk buku ini sekaligus
memfasilitasi penerbitannya.
Ketiga, segenap pimpinan dan jajaran pengurus DPP PSW—
khususnya K.H. Moh. Ruhan Sanusi (Ketua Umum DPP PSW)—
yang menjadi key informan dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih
yang tulus juga penulis sampaikan kepada para kiai pada MTP

xix
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

(Majelis Tahkim Pusat) DPP PSW atas restu yang telah diberikan
dalam penyusunan buku ini. Beberapa personil DPP PSW (Kiai
Ahmad Sholihuddin Mahfudz, Moh. Choderi, Moh. Zainul Arifin,
Ahmad Chunain, Makinun Amin, dan lainnya), yang bersedia men-
jadi mitra diskusi tentang banyak hal dan telah memberikan banyak
informasi dokumenter tentang Shalawat Wahidiyah.
Keempat, terima kasih penulis sampaikan kepada Drs. H.M.
Muhsin Kasmin, (Sekretaris) serta M. Slamet, dan Khoirul Umam,
(Pegawai Tata Usaha dan Perpustakaan) Program Pascasarjana
IKAHA Tebuireng Jombang, yang telah membantu penulis dalam
pengayaan referensi dan beberapa hal teknis lainnya.
Kelima, teman-teman sejawat dan seprofesi di Fakultas Dakwah
IAIN Sunan Ampel Surabaya dan Fakultas Dakwah IKAHA
Tebuireng Jombang, yang telah memberikan dukungan, baik moril
maupun teknis, dan kesediaannya berdiskusi dengan penulis.
Keenam, seluruh anggota keluarga ndalem, terutama Ibu Nyai
Hj. Hayuk Mu’minah dan Ibu Nyai Amimah (Dua istri. H. Ihsan
Mahin), Kiai Ahmad Masruh IM (Pengasuh “Pesantren At-Tahdzib”
Rejoagung, Ngoro, Jombang; penerus perjuangan Ayahandanya—
K.H. Ihsan Mahin), yang telah membantu penulis dalam banyak
hal, khususnya dalam pemilihan topik yang sekarang dijadikan judul
buku ini.
Ketujuh, K.H. Abdoel Hamid (tokoh utama aliran Miladiyah)
yang telah bersedia memberikan informasi berharga tentang aliran
Miladiyah dan hal-hal lain yang terkait dengannya. Terima kasih
juga kepada K.H. Abdoel Latif (tokoh utama aliran Perjuangan
Wahidiyah) yang sempat memberikan salam hangat kepada penulis,
pada saat penulisan buku ini mencapai lebih dari dua pertiga bagian.
Kedelapan, Kiai Moh. Nafihuz Zuha IM, (Pengasuh “Pondok
Al-Ahsan” Karangan, Bareng, Jombang), yang telah memberikan
banyak informasi berkenaan dengan ajaran, substansi, dan organisasi
Shalawat Wahidiyah serta berbagai informasi hasil kunjungan dan
pembinaannya kepada para pengurus dan pengamal di berbagai

xx
Ucapan Terima Kasih

daerah di Indonesia. Dia juga sering menjadi mitra diskusi yang


menyenangkan dalam tahap-tahap penulisan buku ini. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada seluruh anggota keluarga ndalem
beserta seluruh anggota keluarga besar (konco-konco) di “Pondok
Al-Ahsan” yang turut membantu demi penulisan buku ini.
Kesembilan, Kiai Zainuddin Tamsir (Pengasuh Pondok Pesan-
tren “At-Tahdzibi” Sangen, Geger, Madiun) dan K.H. Mohammad
Jazuly Yusuf (Pengasuh Pondok Pesantren “Darul Hikmah” Caru
Pendem Jonrejo Kotatif Batu Malang), yang telah memberikan
banyak informasi dokumenter dan nondokumenter tentang
Shalawat Wahidiyah, terutama dalam verifikasi referensi
ketasawufan.
Kesepuluh, Agus Moh. Thohir, yang telah memberikan informasi
kunci berupa salinan dokumen historis “Piagam Keputusan Musya-
warah Ngadiluwih” yang berkaitan dengan konsep-konsep strategis
Shalawat Wahidiyah.
Kesebelas, Agus Moh. Ulumuddin IM, yang telah membantu
penyediaan sebagian sarana dan sumber-sumber informasi untuk
penulisan buku ini.
Keduabelas, Ning Tsulasa’ IM (isteri penulis), yang telah mem-
berikan informasi awal yang berharga, berupa naskah “Materi
Asrama Wahidiyah Romadlon 1426 H., di Pon.Pes Roudlotul
Muslimin Nganjuk (08-12 Oktober 2005/02-08 Romadlon 1426
H)”. Naskah ini menjadi kunci pembuka untuk pelacakan berbagai
informasi selanjutnya, dan penyusunan rancangan topik serta
kerangka kerja metodologis buku ini.
Ketigabelas, terima kasih penulis sampaikan kepada Moh. Mahdi,
Abu Amar, dan Nur Khoiruri yang telah membantu verifikasi
referesi ketasawufan. Terima kasih juga kepada Bahrul Ulum, yang
telah membantu melacak referensi dan dokumen hingga menggali
informasi ke beberapa daerah. Selanjutnya, terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Imam Syafi’i dan Moh. Mahdi yang telah mem-
bantu menyalin surat mufti Kerajaan Negara Brunei Darussalam

xxi
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

dari bahasa pegon (bahasa Indonesia atau selain bahasa Arab yang
ditulis dengan huruf Arab) ke tulisan latin bahasa Indonesia.
Keempatbelas, Bapak Umar Faruq, Staf Pengajar Fakultas
Syari’ah IKAHA Tebuireng Jombang, sebagai mitra diskusi yang
menyenangkan seputar tasawuf dan beberapa referensi yang terkait
dengannya.
Kelimabelas, Bapak Abdul Wahid Suwoto (pengamal dan pelaku
sejarah Wahidiyah, mantan penginjil), yang telah memberikan banyak
informasi tentang kewahidiyahan.
Keenambelas, terima kasih kepada penerbit LKiS Yogyakarta
yang telah bersedia menerbitkan buku ini untuk jariah keilmuan
bagi segenap umat manusia.
Terakhir, semua pihak yang tidak disebutkan satu per satu di ini,
yang berjasa memberikan informasi berharga untuk bahan penyu-
sunan buku ini. Terima kasih juga kepada semua pihak yang turut
mendukung atas terselesaikannya buku ini.
Semoga dukungan serta sumbangsih mereka semua
memperoleh balasan dan ridha dari Allah SWT.
Jombang, 18 Mei 2007

Penulis

xxii
DAFTAR TABEL

Tab e l 1:D im e nsi Ajaran Tasaw uf d an Tare k at  69


Tab e l 2:Pe rk e m bangan M ak na d an K om pone n Tare k at  70
Tab e l 3:Al iran-Al iran Tare k at yang Te rk e nal 74
Tab e l 4:Nam a Tare k at yang Tid ak D inisbatk an pad a Nam a
Pe nd irinya  76
Tab e l 5 : Pe rband ingan K uantitas Al iran Tare k at  77
Tab e l 6 : Pe m ik iran Tasaw uf d i Ind one sia 83
Tab e l 7 : D im e nsi-D im e nsi Ajaran W ah id iyah  29 7

xxiii
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

DAFTAR GAMBAR

Gam bar 1 : H ierark i dalam Tasaw uf/Tarek atpada Um um nya  73


Gam bar 2 : H ierark i dalam Tasaw uf W ah idiyah  29 8
Gam bar 3 : H ierark i Pengem bangan dal am
Tasaw uf W ah idiyah  29 9
Gam bar 4 : M a’rifatdal am Konsep W ah idiyah
Perspek tifTabung K aca  301

xxiv
DAFTAR ISI

Pe ngantar R e d ak si  v
K ata Pe ngantar: Prof. D r. H . Nur Syam , M .Si  ix
Pe ngantar Pe nul is  xv
Ucapan Te rim a K asih  xix
D aftar Tabe l xxiii
D aftar Gam bar  xxv
D aftar Isi  xxv

1
PEND AH ULUAN  1

2
M EM AH AM I D UNIA TASAW UF  21
A. Pe m ak naan Tasaw uf  21
B. K onte k s H istoris D inam ik a Tasaw uf  32
C. Tasaw uf d an Tare k at d i D unia Isl am  35
D . Aliran-Al iran Tare k at d i D unia Islam  74
F. Pe m ik iran Tasaw uf d i Ind one sia  79

3
W AH ID IYAH D AN FENO M ENA TASAW UFKUL TUR AL 9 3
aw at W ah id iyah  9 3
A. Se jarah R ingk as Sh al
B. O rganisasi Pe nyiar Sh alaw at W ah id iyah  102

xxv
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

C. Sh alaw at d an Syafa’at d alam D unia Tasaw uf  118


D . Sh al
aw atW ah id iyah se bagai Fe nom e na K ul tural 120
E. Sh alaw atd an Syafa’atd al am Pustak a Ajaran W ah id iyah  122
F. Sh alaw atW ah id iyah  149
G. Panca-Ajaran Pok ok W ah id iyah  157
H . Ajaran W ah id iyah te ntang Etik a K e tasaw ufan  175
I. M ujah ad ah d alam W ah id iyah  19 3
J. D ana Box d an Z ak at d al am W ah id iyah  204

4
PENGALAM AN K EBER AGAM AAN M ASYAR AK AT
W AH ID IYAH  215
A. Pol a H ubungan M uallif - M urid - Pe ngam alSh al aw at
W ah id iyah  215
B. Sl ogan d an Se ruan d al am W ah id iyah  232
C. Piagam Ngad il uw ih d al am Se jarah W ah id iyah  260
D . Trad isi d an O rie ntasi Pe m binaan K e lom pok -K e lom pok Sosial-
O rie ntasinya  264
E. Trad isi Sal afiyah d al am Ibad ah d an M u’am al ah  266
F. Etik a d al am K onte k s Spiritual asi Sosial 272
itas d an R e l
G. H arm oni antara D im ensi Spiritual itas, Syariat, dan Moralitas 
274

5
SH ALAW AT W AH ID IYAH :
Prod uk Tasaw uf Lok ald e ngan M isi Ink l usifism e Gl ob al 277
A. Inti Ajaran, Visi, d an M isi Sh alaw at W ah id iyah  277
B. K eterbuk aan Id eologi W ah id iyah d alam D inam ik a H istoris 
317
C. M e nim bang K ritik te rh ad ap Pah am W ah id iyah  334

6
PENUTUP  345
an  345
A. K e sim pul
B. Saran-saran  348

xxvi
Daftar Isi

D AFTAR PUSTAK A  351

aw at W ah id iyah  361
LAM PIR AN: Le m bar Sh al
IND EK S  363
BIO D ATA PENULIS  371

xxvii
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

xxviii
1
PENDAHULUAN

D ew asa ini tasaw uftid ak h anya m enarik perh atian para penel iti
m usl im ataupun oriental is, tetapi juga m enarik perh atian m asyarak at
aw am . H altersebutbisa d ibuk tik an d engan tum buh -suburnya m aje-
lis-m aje lis pe ngajian tasaw uf yang te rse bar d i m ana-m ana d al am
m asyarak atInd one sia, yang ak h ir-ak h ir ini m e rasa te rbe l e nggu be r-
bagai k ecend erungan m aterial ism e 1 serta nih ilism e 2 m od ern. M erek a
m e m butuh k an se suatu yang d apat m e m uask an ak al -bud inya, m e -
nente ram k an jiw anya, m e m ul ih k an k e pe rcayaan d irinya d an se k ali-
gus m engem bal ik an k eutuh annya yang nyaris punah k arena d orong-
an k e h id upan m ate rial is d al am be rbagai k onfl ik id e ologis.3
D i d unia Barat, ak h ir-ak h ir ini juga telah m unculperh atian
yang be sar te rh ad ap tasaw uf. M uncul nya h alte rse but tam pak nya
d ipicu ol e h b e b e rapa h al
, se pe rti ad anya pe rasaan tid ak am an

1
Materialisme adalah ajaran atau paham filsafat yang menekankan keunggulan faktor-
faktor materiil atas segala sesuatu yang bersifat spiritual dalam metafisika, teori
nilai, fisiologi, epistemologi atau penjelasan historis. Lihat Lorens Bagus, Kamus
Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 593.
2
Ajaran nihilisme menyangkal keabsahan alternatif positif mana pun. Istilah ini
sudah diterapkan pada metafisika, epistemologi, etika, politik, dan teologi. Istilah
ini diciptakan oleh Turgeniev dalam novelnya yang bertitel Farthers and Children
(1862) untuk menunjuk suatu gerakan di Rusia pada paro kedua abad XIX. Gerakan
ini menuntut perubahan secara tidak terencana dan yang pada puncaknya
membantai sejumlah pejabat Rusia, termasuk Tsar Alexander II sendiri. Lihat Ibid.,
hlm. 712.
3
Asmaran As., Pengantar Studi Tasawuf, Edisi Refisi, cet. II, (Jakarta: Raja Grafindo

1
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

m e ngh ad api m asa d e pan l antaran k urang d ipah am inya pe san-pe san
yang te rk and ung d al am agam a-agam a te rd ah ul u, k h ususnya agam a
K riste n yang m e njadi anutan m erek a, di sam ping juga k arena adanya
k erinduan m asyarak at Barat untuk bisa m e nyak sik an pe ngal am an
ruh ani d al am suatu l ingk ungan yang sem ak in d e k ad e n se h ingga
m end orong m e re k a untuk m e nye l am i ajaran-ajaran ruh ani d ari
agam a-agam a Tim ur. Pad a aw al nya, pe rh atian um um m asyarak at
Barat l e bih te rtuju pad a H ind uism e d an Bud h ism e . Ak an te tapi,
h alte rse but tid ak be rtah an l am a k are na ad anya pe m al suan atau
pe nd angk al an te rh ad ap trad isi-trad isi d ari k e d ua agam a te rse but
se h ingga m e m buatajaran-ajarannya ce patm e m bosank an.4
D engan k enyataan d i atas m ak a tid ak h eran jik a banyak k al ang-
an yang m eram al k an bah w a tasaw uf ak an m e njad i tre nd abad XXI.5
R am al an ini cuk up be ral asan k are na se jak ak h ir abad XX m ul ai
te rjad i k e bangk itan spiritual(spiritualrevival) d i berbagai k aw asan.
M uncul nya ge rak an spiritual itas ini m e rupak an b e ntu k re ak si
te rh ad ap d unia m od e rn yang te rl al u m e ne k ank an h al-h alyang
bersifatm ateriil -profan (k ed uniaw ian) seh ingga m anusia m engal am i
d ah aga spiritual .O l e h k arena itu, m anusia ingin k em bal i m ene ngok
d im e nsi spiritual nya yang se l am a ini d il upak an. Sal ah satu ge rak an
yang pal ing m enonjolpad a ak h ir abad XX d an aw alabad XXI ad al ah
New Age M ovem ent.6 Ge rak an ini m erupak an respons atas parad igm a
m od ernism e yang tel ah m engal am i k e gagalan.7

Persada, 2002), hlm. 8–9.


4
Ibid., hlm. 10.
5
Ruslani (ed.), Wacana Spiritualitas Timur dan Barat, (Yogyakarta: Qalam, 2000),
hlm. vi.
6
Ibid., hlm. vi–vii.
7
Disinyalir bahwa kegagalan modernisme mencakup lima hal: pertama,
modernisme gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan dramatis; kedua, penge-
tahuan modern tidak mampu melepaskan kesewenang-wenangan dan penyalah-
gunaan otoritas; ketiga, ada semacam kontradiksi antara teori dan fakta dalam
ilmu-ilmu modern; keempat, arogansi ilmu pengetahuan dengan keyakinannya
bahwa ilmu pengetahuan modern mampu memecahkan segala persoalan yang
dihadapi oleh manusia dan lingkungannya; kelima, ilmu-ilmu modern kurang

2
Pendahuluan

K e bangk itan spiritual itas ini te rjad i d i m ana-m ana, baik d i


d unia Baratm aupun d unia Isl am . D i Barat, k e ce nd e rungan untuk
k e m bal i pad a spiritual itas d itand ai d e ngan se m ak in m e re bak nya
ge rak an fund am e ntal ism e agam a d an k e ruh anian. Se d angk an d i
d unia Isl am , k ebangk itan spiritual itas d itand ai d engan be rbagai arti-
k ul asi k e agam aan, se pe rti fund am e ntal ism e Islam yang e k strim d an
m e nak utk an, di sam ping juga bentuk artik ul asi k eagam aan esoterik
lainnya yang ak h ir-ak h ir ini m enggejal a, seperti gerak an sufism e d an
tare k at.8
D al am k onte k s k e ind one siaan, tasaw uf atau m istisism e juga
be rk e m bang pe sat. Bah k an d isinyal ir bah w a ia m unculse jak atau
be rsam aan d engan d atangnya Isl am k e negeri ini. M . Sol ih in d al
am
buk unya yang be rtite lM elacak Pem ik iran Tasaw uf d i Nusantara,9
m engatak an bah w a Isl am d atang pertam a k al i k e w ilayah Aceh . O leh
k arena itu, Aceh sek al igus berperan penting bagi penyebaran tasaw uf
k e se luruh w il ayah Nusantara, te rm asuk juga k e se m e nanjung
Mel ayu. Tasaw uf yang singgah pe rtam a k al i d i Ace h te rse b ut
m e m il ik i corak falsafi. Tasaw uf fal safi ini be gitu k uat te rse bar d an
d ianutol eh sebagian m asyarak atAceh , dengan tok oh utam anya adal ah
H am zah al -Fansuri d an Syam sud d in as-Sum atrani. D ua tok oh sufi-
falsafi ini m em punyai pe ngaruh cuk up be sar h ingga corak tasaw uf
yang d iajark annya te rse bar k e d ae rah -d ae rah l ain d i Nusantara.
K e h ad iran tasaw uf yang be rcorak fal
safi itu k e m ud ian d isusul
ol eh tasaw ufyang bercorak sunni. K edatangan tasaw ufsunni m enjad i
se m acam k ore k si te rh ad ap pe m ah am an tasaw uf fal safi yang ce n-
d erung m anutpad a ajaran-ajaran Ibn Arabi d an al -Jil li, atau bah k an
al-H al laj. K e h ad iran d ua al
iran tasaw uf yang be rbe d a h al uan ini
m e nggam b ark an b ah w a d i Ind one sia te rjad i pol e m ik d an pe r-
tarungan d i antara k e d ua al iran tasaw uf te rse but. M asing-m asing

memerhatikan dimensi mistis dan metafisika eksistensi manusia karena terlalu


menekankan pada atribut fisik individu. Lihat Ibid., hlm. vi.
8
M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: Raja Grafindo

3
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

pih ak m e m punyai argum en k uatuntuk m e ne guh k an al


iran tasaw uf
yang d ianut.
D alam pe rk e m b anganny a, d u a al iran tasaw u f te rse b u t
m e w arnai pe m ah am an-pe m ah am an tasaw uf d i se l uruh w il ayah
Nusantara d an sem enanjung M el ayu. Muncul nya d ua tok oh tasaw uf
d ari Ace h yang be rcorak fal safi te rse but (H am zah al -Fansuri d an
Syam sud d in as-Sum atrani) k e m ud ian d isusulol e h para tok oh
tasaw uf be rik utnya, yak ni Nurud d in ar-R aniri, Abd R a’ufan-Sink il i,
Abd Sh am ad al -Pal im bani, W al i Songo, Abd ulM uh yi Pam ijah an,
M uh am m ad Aid rus, d an Syaik h Yusuf al -M ak assari. M uncul nya
tok oh -tok oh sufi pasca-H am zah al -Fansuri d an as-Sum atrani ini l ebih
m e nam pak k an ajaran tasaw uf yang tipik alal -Gh azal i. Bah k an,
tasaw uf yang b e rnuansa pe m ah am an al -Gh azal i ini k e m ud ian
m e njad i be gitu d om inan d i Nusantara. Yang juga m e narik ad al ah
bah w a para ul am a Nusantara yang be l ajar d i d unia Arab banyak
yang k e m bal i d e ngan m e m baw a ajaran tare k at yang diperol eh dari
guru-guru m erek a, baik yang l angsung dari sum ber-sum ber Arab,
seperti al -Q usyairi d an al -K urani, m aupun l ew at ul am a-ul am a sufi
Nu santara y ang ad a d i ne ge ri Arab . O l e h k are na itu , tid ak
m engh erank an jik a sejum l ah tarek atyang be rk em bang d i Ind onesia,
m isalnya Q ad iriyah , Naq syaband iyah , Syath ariyah , K h al w atiyah , d an
Sam m aniyah , m e rupak an anggitan d ari para ul am a Tim ur Te ngah .
Pad a sisi lain, patut d ipe rh atik an juga bah w a ad a d ua tok oh
lain yang ik ut m e m pe rk aya k h azanah tasaw uf d i Ind one sia, yak ni
R onggow arsito d i Jaw a Te ngah yang be rnuansa “K e jaw e n” d an H aji
H asan M usth afa d i Jaw a Baratyang be rnuansa “Pasund an”. K e d ua
tok oh ini m e m punyai pe m ah am an spiritualyang be rbe d a d e ngan
tok oh -tok oh lainnya. M e re k a m em pe rlih atk an ad anya pe rgum ulan
antara pe m ik iran tasaw uf d e ngan bud aya se te m pat.
Be rd asark an d ata-d ata yang ad a, para sufi Nusantara cuk up
m em ah am i ajaran-ajaran w ah d ah al-w ujûd atau w ujud iyah m il ik Ibn
Arabi d an ajaran insân k âm ilm il ik al
-Jil
i, d e ngan basis teori tanazzul
d an tajalli. Teori-teori yang terk esan m em baw a pah am ph anteism e

4
Pendahuluan

ini m asuk k e Nusantara m e l alui d ua tok oh Ace h , yak ni H am zah al -


Fansuri d an as-Sum atrani. Teori-teori prod uk d ua tok oh ini sem ak in
k uat pe ngaruh nya k are na d itopang ol e h pe m ik iran M uh am m ad
Fad h l ul lah al
-Burh anpuri (tok oh tasaw uf k e l ah iran Ind ia). Ia juga
m e m punyai pe ngaruh yang tid ak k al ah pe ntingnya d ib and ing
d e ngan Ibn Arabi d an al -Jil
li bagi para sufi d i Ind one sia. H alini
te rutam a d ise babk an ol e h buk u Tuh fah k arya al -Burh anpuri yang
m asuk dan dipel ajari ol
eh beberapa sufi di Ind onesia. K onsep w ah d ah
al-w ujûd k arya Ibn Arabi d an insân k âm ilprod uk al -Jil
li k e m ud ian
be rpad u d e ngan Tuh fah m il ik al-Burh anpuri seh ingga m el ah irk an
teori m artab attujuh . Te ori ini te rlih atm e w arnai w acana pe m ik iran
sufi Ind one sia. H anya saja, pad a perk em bangannya k em ud ian d apat
d ib e d ak an siapa tok oh yang m e nganut se utuh nya pe rpad uan
pe m ik iran Ibn Arabi, al -Jill
i, d an al -Burh anpuri, se rta siapa yang
k e m ud ian m e nolak pah am k e tiga sufi tersebut, yang banyak dik l aim
sebagai penganutw ujûd iyyah m ulhid ah .
Te ori m artab at tujuh ini b e rh ub ungan e rat d e ngan pah am
tanazzuld an tajalli, d an ia m enjad i fenom ena yang banyak d ijum pai
d i Ind onesia. K onsep m artab attujuh m erupak an tingk atan-tingk atan
perw ujud an m el al ui tujuh m artabat, yaitu: (1) ah ad iyah , (2) w ah d ah ,
(3) w âh id iyah , (4) ‘alam arw ah , (5) ‘alam m itsal,(6) ‘alam ajsâm , d an
(7) ‘alam in sân . Para pe m e rh ati m ar tab at tujuh d i Pul au Jaw a
m engenalungk apan La d ud u ik u iya ik i, sejatine ik u iya (k al au buk an
itu ya ini, sesungguh nya itu m em ang iya), yang artinya bah w a “h ak ik at
ini d an itu ad al ah sam a, itu-itu juga”. Ungk apan te rse but d al am
bah asa H aji H asan M usth afa ad al ah D iseb utaing d a itu, d iseb utitu
d a ain g (apab il a d ik atak an ak u k e nyataannya itu, nam un b il a
d ik atak an itu, k e nyataannya ak u). Atas d asar pem ah am an te rh ad ap
u ngk apan- u ngk apan itu lah m ak a b any ak tok oh y ang
m e ngid e ntik k an ajaran m artab at tujuh d e ngan w ah d ah al-w ujûd
(m anunggaling k aw ula-gusti).
K e ce nd e rungan pah am m anunggaling k aw ula-gusti itul ah yang
k e m ud ian d itol ak k e ras ol
e h para sufi be rcorak sunni d i Ind one sia,
se pe rti pe nol ak an yang d il ak uk an ole h Nurud d in ar-R aniri d an

5
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Sayyid Al aw i. Se lain k e d uanya, ad a e m pattok oh tasaw uf l ain yang


se be narnya juga m e nol ak k onse p w ih d atulw ujud (m anunggaling
k aw ula-gusti), nam un be rsik ap l e bih m od e rat, yak ni Abd Sh am ad
al-Pal im bani, Abd R a’ufas-Sink il i, Muh am m ad ‘Aid rus, d an Syaik h
Yusuf al -M ak assari. K e e m pat sufi ini be rpe gang te guh pad a tran-
send ensi Tuh an. M erek a berk eyak inan bah w a secara spiritualm anusia
d apat d e k at (q urb ) d e ngan Tuh an, nam un prose s q urb (k e d e k atan
m anusia d e ngan Tuh an) tid ak ak an m e ngam bilbe ntuk k e satuan
w ujud antara m anusia d e ngan Tuh an. D e ngan d e m ik ian, e m pat
sufi ini le bih m od eratd al am pem ah am an tentang ajaran w ujud iyyah
atau m artab at tujuh se h ingga ad a yang m e nye but al iran tasaw uf
m e re k a ini be rcorak ne osufism e . Istil ah ne osufism e ini k e l ih atan
m e nunjuk pad a pah am tasaw ufyang m engam biljal an tengah , yak ni
pah am yang m e nafsirk an k onse p w ih d atulw ujud d e ngan m e ng-
gunak an anal isis d an pe nafsiran gaya al -Gh azal i, al
-Junaid i, atau al -
Q usyairi, yang te tap m e m be d ak an antara m anusia d e ngan Tuh an,
yang k e d uanya tid ak m ungk in d apatbe rsatu, k e nd atipun m anusia
d apat d e k at (q urb ) d e ngan Tuh an l e w at ibad ah d an pe m ah am an
yang te tap be rl and ask an syari’at.
Pem ah am an se pe rti itu k e lih atannya l ebih te gas d ipah am i ol eh
W al i Songo d i Pul au Jaw a, yang k e ntald e ngan corak sunninya.
Gaya-gaya pe nafsiran m e re k a ini k e l ih atan te tap ce nd e rung pad a
tasaw uf sunni. D an, tasaw uf sunni inil ah yang banyak d ianutol eh
m asyarak atm usl im Ind one sia h ingga se k arang.
Se m angat be rijtih ad d al am bid ang tasaw uf d i ne ge ri ini juga
d apat d ite m uk an d al am pe m ik iran Syaik h Ah m ad K h atib as-
Sam basi (K al im antan). K e beraniannya d al am berijtih ad m e l am paui
para tok oh sufi l ain d i Ind onesia. H alini d ibuk tik an d engan prod uk
pe m ik irannya be rupa tare k at Q ad iriyah w a Naq syab and iyah yang
m e rupak an pe rpad uan d ari d ua tare k at, yaitu tare k at Q ad iriyah
d an tarek atNaq syabandiyah . Pem aduan dua tarek atini dil ak uk an di

Persada, 2005), hlm. 6.


9
Ibid.
10
Penjelasan selanjutnya tentang produk dan empat pokok ajaran Syaikh Ahmad

6
Pendahuluan

M ak ah pad a 1857 M . Prod uk baru ini d isem purnak an ol eh Syaik h


Ah m ad al -K h atib d engan em pat pok ok ajaran: (1) k ese m purnaan
suluk , (2) ad ab (tata k ram a), (3) ajaran te ntang zik ir, d an (4)
m urâq ab ah .10
D i sisi lain, d al am re al itas k ulturalyang ad a, d i Ind one sia juga
m unculd ua al iran tasaw uf/tarek atyang cuk up popul e r, yak ni Sh id -
d iq iyah 11 d an W ah id iyah . D ua al iran tasaw ufini l ah ir d i Jaw a Tim ur.
Sh id d iq iyah l ah ir d i Jom bang d an bercirik an k etare k atan se d angk an
W ah id iyah l ah ir d i K ed iri d an be rcirik an k e tasaw ufan. K e d ua al iran
ini te rnyata juga be rk e m bang cuk up pe satd i te ngah -te ngah m asya-
rak at, d an m em il ik i sistem organisasi yang cuk up baik d an k uat.
D al am am atan pe nul is, d ua al iran ini m e rupak an al iran tasaw uf
prod uk Ind one sia asl i k are na m e m pre se ntasik an form ul a am al an
d an ajaran yang k h as Ind one sia d ib and ing d e ngan al iran-aliran
tasaw uf/tare k atl ainnya.
K e d ua al
iran tasaw uf te rse but tid ak m asuk k e d al am d aftar
th ariq ah m u’tab arah (tare k atyang d ianggap sah ) m enurutversi NU.
Be rd asark an h asilpe l acak an d ata-d ata re fe re nsiald an l apangan,
d ipe rol e h inform asi bah w a Sh id d iq iyah tid ak m e m e role h status
m u’tab arah k arena d ipand ang bah w a sanad (transm isi) atau sil silah

Khatib bisa dilihat lebih lanjut dalam M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf,
hlm. 320–325.
11
Tarekat / tasawuf Shiddiqiyyah ini didirikan oleh Moch. Muchtar bin H. Abdul
Mu’thi.
12
Dalam hal ini, Martin van Bruinessen dalam bukunya yang bertitel Kitab Kuning
menjelaskan bahwa ajaran-ajaran Tarekat Shiddiqiyah didasarkan pada ajaran-
ajaran yang diterima oleh pendirinya, Muhammad Muchtar Mu’thi, pada per-
tengahan tahun 1950-an dari seseorang yang bernama Syu’aib Jamal dari Banten,
yang merupakan Pewaris Spiritual Syaikh Yusuf Makassar. Ajaran-ajaran tauhid
dalam Shiddiqiyyah diajarkan dalam bentuk yang disesuaikan dengan budaya
masyarakat Jawa. Sedangkan amalan-amalan sufi yang diajarkan terdiri atas:
membaca ratib-ratib panjang, yang diikuti dengan latihan pengaturan nafas.
Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, cet. II, (Bandung:
Mizan, 1995), hlm. 203-204. Lihat juga Moch. Muchtar bin H. Abdul Mu’thi,
Informasi tentang Shiddiqiyyah, yang disampaikan pada acara Peringatan Hari
Shiddiqiyyah (27 Rajab 1418 H.) di Losari-Ploso-Jombang, Jawa Timur.
13
Lihat Syaikh Yusuf bin Isma’il an-Nabhani, Sa’adah ad-Darain fi ash-Shalah ‘ala
Sayyid al-Kawnain, (Beirut-Libanon: Dar al-Fikr, t.t.), hlm. 36 dan 90; Sayyid

7
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

tarek atnya terputus;12 tid ak sam bung k e pad a Nabi M uh am m ad .


Se d angk an W ah id iyah tid ak m e m e rol e h status m u’tab arah k are na
tiga h al : pertam a, W ah id iyah d ipand ang tid ak m e nggunak an m od e l
siste m tare k at yang m e m il ik i sanad (sil silah ) am al an yang sam pai
k e pad a nabi k are na ia h anyal ah sh alaw at, d an se tiap sh al aw at—
m e nurut re fe re nsi otoritatif k e tasaw ufan 13— sanad d an syaik h nya
ad al ah nabi send iri seh ingga tid ak m e m erl uk an sistem sil sil
ah sepe rti
tare k at. W ah id iyah d ipand ang se bagai am al an um um yang tid ak
se k etatsiste m am al an tasaw ufd an tare k at. Ked ua, m uallif (pencetus)
Sh al aw atW ah id iyah tid ak m e ngh e nd ak i m isi jam i’ al-’alam in (gl o-
bal )-nya d ibatasi oleh status m u’tab arah yang h anya d iak ui d i Ind o-
ne sia saja, k h ususnya ol e h NU. Ketiga, ad anya pe nil aian ne gatif
bah w a W ah id iyah m engand ung ajaran sesat. H alini d isebabk an ol eh
k are na para tok oh NU pad a um um nya— yang corak tare k atnya
cend erung pad a tasaw ufak h l aq i/sunni— m el ih atSh alaw atW ah idiyah
m engem ban corak tasaw uf fal safi yang d ite ntangnya se cara k e ras.
Sh alaw atW ah id iyah , d al
am d inam ik a k ulturald an h istorisnya,
berk em bang pesatd i tengah -tengah m asyarak atInd onesia dan m anca
ne gara. O le h k are na status m u’tab arah m e rupak an labe lk e absah an
aliran tasaw uf/tarek atdi Indonesia m ak a dapatd ipah am i jik a l ah irnya
Sh alaw atW ah id iyah m engund ang pro d an k ontra d an se k al igus m e-
m uncul k an tantangan serius d ari tok oh -tok oh tarek at, k ususnya d ari
k alangan Nah d h iyin d i Ind one sia m aupun para tok oh d an pe m ik ir
d ari aliran-al iran l ainnya. Inil ah yang m e narik untuk d ik aji d ari
Sh alaw atW ah id iyah yang m e njad i obje k pe ne l itian ini.
Se jauh pe ngam atan pe nul is, se be narnya sud ah banyak k ajian
yang m e m bah as m asal ah W ah id iyah , baik yang be rsifat d e sk riptif
m aupun k ritis. Be be rapa k ajian atau pe ne l itian te ntang W ah id iyah
(k e w ah id iyah an) yang be rsifat d e sk riptif ini te l
ah d il
ak uk an ol eh

Ahmad, Taqrib al-Ushul li Tahsil al-Ushul fi Ma’rifah ar-Rabb wa ar-Rasul,


(Mesir: Musthafa al-Babi al-Halabi wa Auladuh, 1349 H.), hlm. 57. Bandingkan
dengan Sayyid Abu Bakar, Kifayah al-Athqiya’, (Indonesia: Maktabah Dar Ihya
al-kutub al-Arabiyyah, t.t.), hlm. 48.
14
Tim Peneliti: Ahmad Sodli, Yusriati, Yustiani, dkk, Thariqat Wahidiyah di Jawa

8
Pendahuluan

tim pe ne l iti D e parte m e n Agam a R I (Bal ai Pe ne litian Al iran K e -


14
ruh anian/Keagam aan Sem arang). Penel itian ini dilak uk an terh ad ap
w ilayah Pusat W ah id iyah d i Jaw a Tim ur d an cabang-cabangnya d i
Jaw aTim ur dan Jaw aTengah , yak ni Jom bang, M al ang, Tul ungagung,
Je para, d an K e bum e n. Pe ne litian ini sangatk aya d e ngan d ata yang
d ik e m as d alam 388 h al am an k w arto. Pe ne l iti lain yang ju ga
m el ak uk an k ajian atas W ah id iyah ad alah Cucuk Suroso,15 Musl ih ,16
17 18
Lutfi W iraw an, Ah m ad Lutfi R id l o, d an H aru n K usaijin,

Timur dan Jawa Tengah, (Semarang: Departemen Agama RI Balai Penelitian


Aliran Keruhanian/Keagamaan, 1990).
15
Cucuk Suroso, “Studi tentang Ma’rifat dalam Wahidiyah dan Ittihâd Menurut Abu
Yazid”, Skripsi, (Jombang: Universitas Darul Ulum, 1998).
16
Muslih, “Studi Perbandingan Antara Tasawuf dan Shalawat Wahidiyah”, Skripsi,
(Jombang: Universitas Darul Ulum, 1998).
17
Lutfi Wirawan, “Konsep Ma’rifat Menurut Jama’ah Penyiar Shalawat Wahidiyah”,
Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
2007).
18
Ahmad Lutfi Ridlo, “Atsar ash-Shalawat al-Wahidiyah fi Akhlaq Thullab al-Ma’had
al-Tahdzib Ngoro Jombang”, Skripsi, (Ponorogo: Institut Darussalam Pondok Modern
Gontor, t.t.).
19
Harun Kusaijin, “Perilaku Keberagamaan Pengamal Shalawat Wahidiyah di Pesantren
At-Tahdzib Rejoagung, Ngoro, Jombang”, Tesis, (Surabaya: Program Pascasarjana
IAIN Sunan Ampel, 2003).
20
Muhamad, “Sholawat Wahidiyah Sebuah Aktivitas Ritualistik dalam Pengembangan
Dakwah Islamiyah di PP At-Tahdzib Ngoro Jombang, (Studi Deskriptif Kualitatif)”,
Skripsi, (Jombang: Fakultas Dakwah IKAHA Tebuireng, 1998).
21
Jakaria, “Aktivitas Dakwah BPRW (Badan Pembina Remaja Wahidiyah) dalam
Pembinaan Remaja di Lingkungan Remaja Wahidiyah”, Skripsi, (Jombang: Fakultas
Dakwah IKAHA Tebuireng, 1999).
22
Kholil Prawoto, “Pengaruh Ajaran Sholawat Wahidiyah terhadap Peningkatan
Amal Ibadah Masyarakat Desa Rejoagung Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang”,
Skripsi, (Jombang: Fakultas Dakwah IKAHA Tebuireng, 2002).
23
Moh. Murtaqi Makarima, “Managemen Dakwah Wahidiyah pada Lembaga DPP
PSW (Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah) di Desa Rejoagung
Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang”, Skripsi, (Jombang: Fakultas Dakwah
IKAHA Tebuireng, 2003).
24
Mustaman, “Pendidikan Akhlak dalam Aliran Shalawat Wahidiyah (Studi tentang
Materi Metode Pendidikan Akhlak”, Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN
Sunan Kalijaga, 2002).
25
Mahbub Amasy, “Peranan Pengamalan Shalawat Wahidiyah dalam Menanggulangi
Kemerosotan Akhlak Siswa Madrasah Aliyah Ihsanniat Desa Rejoagung Kecamatan

9
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

M .Fil .I.19 D alam k ajiannya, m e re k a le bih m e ne k ank an aspe k atau


nilai ak siol ogisnya. Se m e ntara itu, k ajian yang l e bih m e ne k ank an
bid ang d ak w ah W ah id iyah d ilak uk an ol e h M uh am ad ,20 Jak aria,21
K h olilPraw oto,22 d an M oh . M urtaq i M ak arim a.23 Se d angk an yang
m e m fok usk an k ajiannya pad a bid ang pend id ik an W ah id iyah ad al ah
M ustam an 24 d an M ah bub Am asy.25
Se l
ain be be rapa k arya te ntang W ah id iyah yang be rsifat d e s-
k riptif, ad a juga k arya-k arya yang be rsifatk ritis, se pe rti tulisan yang
26
be rtite lSh alaw at W ah id iyah Ajaran Sesat atau Tid ak ? Buk u ini
d ire spons ol eh D PW PSW d engan m enerbitk an buk u bertitelTang-
gapan terh ad ap Buk u Sh alaw atW ah id iyah b uk an Ajaran Sesat,27 yang
d itul is ole h K iai Z ainud d in Tam sir.28 Buk u setebal22 h al am an ini
ditujuk an secara k h usus k epada Bagian Penel itian d an Pengem bangan
Syah am ah (Syabab Ah l usunnah w alJam a’ah ), d an pe nul is buk u
Aq id ah Ah li Sunnah w alJam aá h .29
Se lain k arya-k arya d i atas, ad a juga buk u-buk u lain yang be r-
bicara te ntang W ah id iyah . D i antara buk u-buk u te rse butad al ah : 7
H ik m ah d i Balik D ana Box k arya H aji M a’sh um ;30 Sh alaw atW ah i-
d iyah seb uah Parad igm a untuk M em b ina Anak -Anak yang Sh alih d an
Sh alih ah k arya Muh ibbin Abd urrah m an;31 Ak u …Pengganti Muallif
Sh olaw at W ah id iyah k arya K H . M uh am m ad D jazul y;32 Sh alaw at
W ah id iyah d an Pengalam an Ruh ani (untuk k al angan se nd iri) yang
d itulis ol e h Tim Pe ngal am an ruh ani;33 dan “Pengal am an Seorang

Ngoro Kabupaten Jombang”, Skripsi, (Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah


“Taruna”, 2002).
26
(Yogyakarta: Toko Amamat, t.t.)
27
(Yogyakarta: Toko Amamat, 2004).
28
(Jombang: DPP PSW, 2006 M./1427 H.),
29
(Jakarta: SYAHAMAH Press, 2005).
30
(Semarang: DPW PSW Propinsi Jawa Tengah, 2003).
31
(T.tp., t.p. t.t.)
32
(Surabaya: Tarbiyah, t.t.).
33
(Kediri: Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo, 1427 H./

10
Pendahuluan

Pengam al ”, dal
am Perjuangan W ah id iyah setelah D itinggalSedo Mual l
ifnya
RA Pecah Menjad i 3: Cuplik an D aw uh -D aw uh W asiatn ya (untuk
k alangan se nd iri) yang d itul is ole h K H . Q om ari M uk h tar.34
Kel im a buk u te rse but se be narnya h anya sam pe ld ari se k ian
banyak buk u te ntang W ah id iyah yang d ite rbitk an ol e h tiga aliran
W ah id iyah . Buk u pe rtam a h ingga buk u k e tiga m e rupak an sam pe l
d ari aliran PSW yang berpusatd i l ingk ungan Pe santre n At-Tah d zib
(PA) R ejoagung Ngoro Jom bang. Buk u k eem patm erupak an sam pel
d ari aliran PUPW yang berpusatd i l ingk ungan Pesantren K e d ungl o
K e d iri. Se d angk an b uk u k e l
im a m e rupak an sam pe ld ari al iran
M il ad iyah yang b e rpusat d i l ingk ungan Pe santre n M il ad iyah
K ed ungl o K ed iri.
Se lain buk u-buk u te rse but, ad a juga buk u se ri yang d iterbitk an
ole h D PP PSW , yak ni Pe n gajian Kitab al-H ik am d an Kuliah
W ah id iyah . Buk u ini d ite rbitk an d e ngan bah an transk rip pe ngajian
2004 M.).
34
(T.tp.: t.p., 1427 H./2006 M.).
35
Menurut KH. Muhammad Ruhan Sanusi, Ketua Umum DPP PSW dan pelaku
sejarah Shalawat Wahidiyah, pengajian kitab Al-Hikam pada tiap hari Minggu
pagi tersebut dilaksanakan secara terus-menerus, dan rata-rata khatam (selesai)
pengajian per periode selama 2 tahun. Setelah khatam, pengajian kitab dimulai
kembali dari awal, demikian seterusnya. (Hasil wawancara dengan KH. Ruhan
Sanusi di Mangunsari Tulungagung, (22 Februari 2007.
36
Sejauh data-data dokumenter yang berhasil penulis peroleh, buku tersebut
diterbitkan dalam 7 jilid. Masing-masing jilid dilengkapi dengan informasi tentang
urutan hari pengajian, hari dan tanggal Hijriah dan Masehi, serta halaman kitab
Al-Hikam yang diajarkan dalam pengajian tersebut. Pada bagian paling awal
(jilid 1) dari buku tersebut kita bisa mengetahui bahwa pengajian pertama yang
dibukukan adalah pengajian pada hari Ahad Kliwon, tanggal 26 Jumadil Awwal
1397 H./15 Mei 1977 M. Sedangkan pada bagian terakhir (jilid 7) kita bisa
mengetahui bahwa pengajian terakhir yang dibukukan adalah pengajian pada
hari Ahad Pahing, tanggal 26 Shafar 1398 H./12 Februari 1978 M.
Atas dasar data-data tersebut, diketahui bahwa penerbitan buku Pengajian Kitab
al-Hikam dan Kuliah Wahidiyah oleh DPP PSW pernah dilakukan sebanyak
empat edisi terbitan, yakni:
1) Edisi perdana: tahun 1994;
2) Edisi kedua: tahun 1997 (Cetak Ulang & Perbaikan);
3) Edisi ketiga: tahun 2001 (Cetak Ulang & Perbaikan); dan
4) Edisi keempat: tahun 2004 (Cetak Ulang & Perbaikan).

11
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

M inggu Pagi yang d iasuh ol aw atW ah id iyah .35 Buk u


e h m uallif Sh al
ini d apatd igunak an untuk m e l acak sum be r-sum ber orisinalte ntang
ajaran W ah id iyah . Pad a m ul
anya, buk u ini d iterbitk an d al
am bah asa
Arab pegon, nam un d e ngan pe rtim bangan agar m ud ah d ipah am i
ol e h m asyarak at um um m ak a pad a e d isi se l anjutnya b uk u ini
d ite rbitk an d al
am bah asa l atin.36
Buku ini merupakan hasil penelitian lapangan (field research )
yang m enggunak an pend ek atan k ual itatifsebagai prosed ur penel itian
untuk m e ngh asil k an d ata d e sk riptif-h ol istik d ari fe nom e na yang
d iam ati.37 Al asan d ipilih nya m e tod e k ual itatif ini ad alah k are na
pe ne l itian ini be rtujuan m e m e rol e h d e sk ripsi k om pre h e nsif yang
te rk ait d e ngan ungk apan, pe rse psi, tind ak an, norm a d asar, d an
k ond isi sosialyang m engitari fenom ena Sh al aw atW ah id iyah sebagai
prod uk tasaw uf Ind one sia.
O ntol ogi pe ne l itian ini ad alah re al ism e h istoris. Se d angk an
e pis-te m ol oginya, yak ni h ak ik at h ubungan antara pe ne l iti d e ngan
inform an d an l ingk ungannya, ad al ah m od e lnatural istik . M od e lini
m em il ik i k arak teristik k ontek s natural, yaitu suatu k ontek s k ebul atan
m e nye l uruh , yang tid ak ak an d ipah am i d e ngan m e m buat isol asi
atau e l im inasi se h ingga te rl e pas d ari k onte k snya. Suatu fe nom e na
h any a d apat d itangk ap m ak nany a d alam k e se lu ru h an d an
m erupak an suatu be ntuk an h asilperan tim bal -bal ik , buk an se k ad ar
38
h ubungan k ausall inie r.

Pada semua edisi terbitan tersebut tertulis di sampul depannya kata-kata


“Dikeluarkan oleh: …”, dan tidak ada tulisan kata-kata “untuk kalangan sendiri”.
37
R. Bogdan dan Steven Taylor, Introduction to Qualitativee Research Methods,
(John Wiley & Sons, 1984), hlm. 42.
38
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. I, (Yogyakarta: Rake
Sarasin, 2000), hlm. 148. Penjelasan tentang konteks natural ini merupakan
pendapat Egon G. Guba sebagaimana dikutip oleh Muhadjir.
39
Ibid., hlm. 147. Kelima model paradigma tersebut adalah (1) interpretatif milik

12
Pendahuluan

M e nurutNoeng Muh ad jir, m od elnatural istik m erupak an sal ah


satu m od e lparad igm a d al am pe rk e m bangan pe ne l itian k ual itatif,
d an m erupak an m od elyang m enem uk an k arak teristik k ual itatifyang
se m purna. H alini d ise babk an ol e h k are na k e rangk a pe m ik iran,
filsafatyang m end asari, ataupun operasional isasi m etodol oginya tid ak
be rsifat re ak tif atau se k ad ar m e re spons d an buk an pul a se k ad ar
m e nggugatm e tod ol ogi k uantitatif, m e l aink an m e m bangun se nd iri
k e rangk a pe m ik iran, fil
safat, d an ope rasional isasi m e tod ologinya.39
Perspek tifnatural istik dipil
ih d alam penel itian ini k arena alasan
sifat d an k arak te ristik m asal ah yang d ite liti. Pe rspe k tif naturalistik
ini m e rupak an pe rspe k tif fil osofis d an te ore tis utam a pe ne l itian,
se bagai pe ngarah bagi ge rak anal isis d ata.
Se d angk an m e tod ol ogi atau h ak ik at te ntang cara m e ncari
k e be naran d al am pe ne l itian ini be rsifat: (1) ne tral, d alam arti tid ak
be rpih ak te rh ad ap ind ivid u/k e l om pok sosialte rte ntu, (2) obje k tif,
yak ni objek tivitas yang sesuai d engan prosed ur il m iah yang m el andasi
pe ne l itian ini;(3) tid ak m e m isah k an antara te ori d an prak tik se bab
su atu te ori d ib angu n d e ngan m ak su d prak sis d alam rangk a
m el ak uk an k ritik d an m e nd orong transform asi sosial .40 Se d angk an
pe nje l asannya be rsifat h ol istik , yak ni be rusah a m e ngh ind ari sifat
d e te rm inistik d an re d uk sionis, se rta m e lih atre alitas se bagai prose s
k e se jarah an.41
Ad apun m etod e (corak ) penel itian ini ad al
ah d esk riptif-anal itis.
42
M e tod e d e sk riptif d igunak an untuk m e nggam bark an h ol istisitas
Sh alaw at W ah id iy ah se b agai fe nom e na k u ltu rald an sosial

Geertz, (2) grounded research, (3) etnografis-etnometodologis, (4) naturalistik,


dan (5) interaksi simbolik.
40
Lihat F. Budi Hardiman, Kritik Ideologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 56-58.
41
Mansur Faqih, Sesat Teori Pembangunan dan Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001), hlm. 25.
42
Metode Deskriptif adalah penelitian dengan melukiskan keadaan subjek
(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta yang
tampak sebagaimana apa adanya. Melalui sifat itu, metode deskriptif bersifat
menemukan fakta-fakta (fact-finding), kemudian memberikan penafsiran

13
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

k e tasaw ufan. Se d angk an m e tod e analitis d igunak an untuk m e lacak


le bih jauh h al -h alyang m e latarbe l
ak angi d an m e ngitari fe nom e na
te rse b ut, k h u susnya d al am statusnya se b agai prod uk tasaw uf
Ind one sia d an k aitannya d e ngan se jum l ah fak tor yang m e ngiringi
d inam ik a k e se jarah annya.
Penel itian ini pad a d asarnya ad al ah penel itian sosial -k eagam aan
yang m el ibatk an teori-teori se cara inte r-d isipl ine r k are na re al itas
tasaw uf d al am siste m re al itas sosialbe rsifatk om pl e k s. O l e h k are na
itu, d i sini pane l iti m e nggunak an be be rapa rum pun te ori: pertam a,
rum pun te ori tasaw uf yang m e l uputi siste m ajaran, m aq am at d an
m artab at, tipol ogi tasaw uf, d an tare k at. Ke d ua, rum pun te ori
sosiol ogi yang m e l iputi te ori siste m sosiald al am k aitannya d e ngan
tasaw uf se bagai siste m nil ai ajaran d an sarana sosial , te ori sosiol ogi
agam a, d an te ori k ritik sosial . Ketiga, rum pun te ori psik ol ogi yang
m e ncak u p te ori- te ori psik ologi u m u m (k h u su sny a te ntang
introspe k si, re tros-pe k si, pe rse psi, d an k onse p d iri), psik ol ogi sosial
(k h usunya untuk m ak na-m ak na psik ol ogis d al am re l asi sosial ), d an
psik ol ogi agam a untuk m ak na pe njiw aan agam a d al am trad isi sosial
k e tasaw ufan. Keem pat, rum pun te ori antropol ogi d al am k aitannya
d e ngan asal - usulse rta l atar d an k onstruk si b ud aya Sh al aw at
W ah id iyah . Kelim a, rum pun te ori fil osofis k e il
m uan yang m e l iputi
fe nom e nol ogi, natural istik , h istory of scien ce, d an d evelopm ent of
scie n ce . R u m pun te ori ini b e rk aitan d e ngan pe ngarah u tam a
pe rspe k tif pe ne litian d an m anfaat pe ne l itian se bagai sum bangan,
atau m inim albah an m e ntah , bagi pe ngk ajian d an pe nge m bangan
ilm u pe nge tah uan k e tasaw ufan d al am k ontek s stud i inte rd isipl ine r.
Pe ne rapan te ori-te ori te rse but d al am anal isis d ata pe ne l
itian
le b ih m e nam pak k an nuansa d e sk ripsi pe m ak naannya d aripad a
d isk usi re fe re nsi. H alini pe nul is m ak sud k an agar h asilpe ne l itian
d al am buk u ini l e bih m ud ah d ise rap ole h m asyarak atse cara um um .
M e sk ipun pe nul is m e nyad ari bah w a h alte rse butk urang tajam bagi
para il m uw an.

14
Pendahuluan

Pe ne l itian ini m e ngam bilfok us pe ngam alW ah id iyah d al am


al iran organisasi PSW (Pe nyiar Sh al aw at W ah id iyah ). Al asan
penentuan fok us ini ad al ah bah w a PSW m e rupak an organisasi yang
d ib e ntuk se nd iri ol e h m uallif-nya. D ari sini pe ne l iti b e rusah a
m el acak sub stansi, ajaran, organisasi, d an pol a-pol a pe ril ak u
k e tasaw ufan Sh al aw at W ah id iyah d ari b e ntuk -b e ntuk nya yang
pal ing aw alatau asl i. D ari pe lacak an ini k e m ungk inan d apat
d ik e tah ui se cara l e bih d e tilm e nge nai be ntuk -be ntuk pe ngal am an
k e tasaw ufan d an pe nge m b angan ijtih ad iah yang te rjad i d al am
d ial ek tik a h istoris Sh al aw atW ah id iyah , baik secara internalm aupun
e k sternal .
D ari situ k e m ud ian fok us pe ne l itian d ik e m b angk an ol eh
pe ne l iti k e pad a fe nom e na inte rnald an e k ste rnal . Fe nom e na
inte rnal nya ad al ah al iran-aliran Sh al aw at W ah id iyah se l ain PSW ,
yak ni (1) al iran Pe rjuangan W ah id iyah yang pad a d e k ad e aw al
d ik e nald e ngan istilah al iran Pim pinan Um u m Pe rju angan
W ah id iyah (PUPW ), k e m ud ian m e ne m puh jal ur l e galitas h uk um
d e ngan nam a “Yayasan Pe rjuangan W ah id iyah Pond ok Pe santre n
K e d u ngl o” (YPW PPK ) d an (2) al iran “Jam a’ah Pe rju angan
W ah id iyah M il ad iyah Mual lifSh alaw atW ah id iyah ” (JPW M M SW ).
Sedangk an fenom ena ek sternal nya adalah respons-respons para tok oh
agam a d an organisasi sosialk e agam aan, pe m e rintah , m asyarak at,
se rta pih ak -pih ak l ain te rh ad ap Sh al aw at W ah id iyah . Fe nom e na
ek ste rnalini tid ak terbatas d i d alam negeri, tetapi juga d i l uar ne geri,
seiring d engan perk em bangan Sh al aw atW ah id iyah k e m anca negara.
Se d angk an pe ngam bil an inform an pe ne l itian ini d il
ak uk an
d e ngan m e nggunak an pur posive sam plin g (pe ne ntuan sam pe l /
inform an se suai d e ngan k e butuh an d ata pe ne l itian), untuk d apat
m em il ah d an m em ilih se jum l ah inform an yang d ipand ang m em il ik i
k apasitas m um puni d al am m e nge tah ui, m e m ah am i, m e nyak sik an,
atau turut te rl ib at d al
am suatu fe nom e na Sh al aw at W ah id iyah
se h ingga d apat d ipe rol e h inform asi untuk m e m pe rk aya d ata
se k aligus m e ncapai val id itasnya. Pe nu lis te l
ah m e w aw ancarai
be be rapa pe ngam ald an ak tivis organisasi Sh al aw atW ah id iyah d ari

15
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

b e rb agai aliran d e ngan pe nge nd alian fok u s pe ne litian d an


pe nge m bangannya se bagaim ana pe nje lasan d i m uk a.
D al am pe ngum pul an d ata, pe nul is m e nggunak an e m pat
te k nik . Per tam a, te k nik w aw ancara. D e ngan te k nik ini pe ne l iti
m e w aw ancarai be be rapa inform an pe ngam ald an ak tivis organisasi
Sh al aw at W ah id iyah d ari be rbagai al iran yang k om pe te n untuk
m e m be rik an inform asi te ntang Sh al aw at W ah id iyah . W aw ancara
ini m e nggunak an te k nik snow b all(bol a salju), d ari seorang inform an
yang satu m e nuju inform an yang l ain sam pai d ite m uk an k e y
inform an (inform an k unci). Inform asi yang penul is d apatk an bersifat
pe ngal am an k e tasaw ufan, k e te rl
ib atan atau k e sak sian h istoris,
pengal am an organisasi, d an respons-re spons sosialm aupun yurid is.
Ked ua, te k nik ob se rvasi par-tisipan. D e ngan te k nik ini pe ne l iti
terl ibatsebagai observer parti-sipan— d al am k apasitas sebagai outsid er
— d al am beberapa k egiatan Sh al aw atW ah id iyah , seperti m ujah ad ah ,
ritualk e agam aan, d an trad isi para pe ngam al nya.
Ketiga, te k nik d ok um e nte r. Te k nik ini pe nul is gunak an untuk
m e m e roleh d ata- d ata d ok u m e nte r te rk ait d e ngan Sh alaw at
W ah id iyah , baik d ata-d ata h istoris, k e organisasian, re fe re nsi, jurnal
d an m ajal ah , e-m aild an w eb site, k aset, CD , stik er, m aupun dok um en
bentuk l ainnya. Keem pat, tek nik Focus Group D iscussion (FGD ) secara
inform albe rsam a para pel ak u sejarah d an ak tivis organisasi Sh al aw at
W ah id iyah d an d al am k apasitas yang re l atif te rbatas. M e tod e ini
d apatd im anfaat-k an se bagai m e d ia pend al am an inform asi m aupun
cross ch eck d ata dari h asilinterviu dan triangul asi yang tel ah d il
ak uk an
se be l
um nya se h ingga se m ak in m e m ud ah k an pe nul is d al
am usah a

terhadapnya. Lihat Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial,


(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991), hlm. 73-76 dan 81.
43
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor (1975:79), analisis data
yang dimaksud di sini adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke
dalam satu pola, kategori, dan satuan uraian dasar yang merinci usaha secara formal
untuk merumuskan hipotesis atas pembacaan terhadap data. Lihat Lexy J. Molrnng,
Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. VI, (Bandung: Rosda Karya, 1995), hlm. 103.
44
W. Lawrence Newman, Social Research Methods, Qualitative and Quantitative

16
Pendahuluan

m e nginte r-pre tasi re alitas m ak na yang te rd apatd i bal


ik fe nom e na.
M el alui te k nik ini, d ata yang k urang l e ngk ap d apat l angsung
d il
e ngk api. Se d angk an d ata yang k iranya k u rang val id d apat
d il
ak uk an ch eck ing h ingga d icapai valid itasnya.
Untuk k e pe rl uan anal isis d ata,43 penul is m enggunak an d escrip-
44
tive-analytic m eth od . Se cara garis be sar, prose s pe ngol ah an d an
anal isis d ata m e liputi tiga tah ap, yak ni (1) d e sk ripsi, (2) form ul asi,
d an (3) inte rpre tasi. D e sk ripsi d iaw al i d e ngan m e nggam bark an
re alitas Sh al aw atW ah id iyah se bagai prod uk tasaw uf d al am re al itas
sosialm asyarak at. K e m ud ian d ata d an inform asi yang d ipe rol eh
d iprose s d al am siste m k ategorisasi untuk m e m il ah -m il ah d ata se suai
d e ngan substansi tem uan, yang pad a saatyang sam a juga d il ak uk an
prose s re d uk si d ata m e l al
ui pe m buangan d ata d an inform asi yang
tid ak l ayak d an tid ak se suai untuk d im asuk k an k e d al am siste m
d ata pe ne l itian. Prose s se l
anjutnya be rupa form ul asi, yak ni d e ngan
cara m engam ati k ecend erungan, m encari h ubungan asosionaluntuk
se lanjutnya d ata te rse but d iinte rpre tasik an se cara rasionald an sis-
te m atis. Se l uruh prose s pe ne l itian m ul ai d ari pe ngum pul an d ata,
pe ngol ah an d ata, h ingga anal isis d iim pl e m e ntasik an d al am sik l us
inte rak tif. Bil a saatd ilak uk an anal isis te rd apatd ata yang d ipand ang
m asih k urang m ak a pe ngum pul an d ata d apat k e m bal i d il
ak uk an.
Sik lus ini ak an be rak h ir k e tik a d ata d irasa cuk up l e ngk ap untuk
m e njaw ab pe rtanyaan pok ok d al am pe ne l itian ini.
Peneliti juga m em asuk k an unsur tel aah k ritis terh ad ap d ata-d ata
yang ad a serta berusah a m em berik an penil aian secara jujur (objek tif)
te rh ad apnya yang se se k al i d ipe rk aya ole h pe nd e k atan socialcritic
tanpa usah a m e re d uk si fak ta lapangan d e ngan subjek tivitas penul is.
Bah an yang te l ah te rk um pulk e m ud ian pe nul is b ah as d e ngan

Approaches (Needham Heights USA: Allyn & Bacon, 4 th edition, 2000), hlm.
292-298.
45
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tekhnik,
(Bandung: Tarsito, 1994).
46
Tentang cara analisis ini, lihat Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial
Dasar-Dasar dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 5. Lihat

17
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

m e nggunak an k e rangk a be rpik ir ind uk tif.45 Sed angk an d alam usah a


m enganal isis gagasan tersebutd an rel evansinya d engan real itas sosial
,
pe nu l is m e nggu nak an m e tod e d e d u k tif yang m e nggu nak an
k e sim pulan k h usus le w atd al
il
-d al ilatau pe nge tah uan um um yang
m e njad i sand aran atau d asar pijak annya.46
D alam k aitanny a d e ngan d ata- d ata h istoris pe nu lis
m e m asuk k an te l aah k ritis te rh ad ap fak ta-fak ta se jarah d e ngan
pe nd e k atan se jarah k ritis (criticalh istor y). Pe nd e k atan te rse b ut
m e ne rapk an pe nal aran e piste m ol ogis d an k onse ptual . Anal isis
d ifok usk an pad a d ua h al, yaitu: (1) l ogisitas e k spl
anasi h istorisitas
d an (2) status e piste m ol ogis narasinya.47 Prioritasnya ad al ah
fe nom e na obje k stud i yang d ipah am i d al am k onte k s latarnya. O l eh
k arena itu, pe m bah asannya se ngaja tid ak d irepotk an ol e h pem ilih an
te rh ad ap taw aran pol a-pol al inie r, sik l
us, atau spiralse jarah . Pol a-
pol a itu d ipand ang se bagai k ooptasi te rh ad ap d aya k ritis se jarah
d an e k spansi pe m ak naannya.
D al am upaya m encapai val id itas d an k re d ibil
itas d ata, pene l
iti
m enggunak an em pattek nik . Pertam a, m em perk aya referensi. Penel iti
m e m pe rk aya inform asi te ntang Sh al aw atW ah id iyah d ari se jum l ah
re fe re nsi be rupa buk u-buk u w aw asan, h asil -h asilpe ne litian, e-m ail
d an w eb site, buk u-buk u yang m e m be rik an re spons pro d an k ontra

pula Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,


(Jakarta: Yudhistira, 1990), hlm. 35.
47
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), hlm. 84-85.
Sebagai perbandingan, satu pendekatan lainnya adalah pendekatan sejarah spekulatif
yang menekankan pada keseluruhan proses, makna, dan tujuan sejarah menurut
pola tertentu, untuk memaknai fenomena objeknya. Pendekatan ini mempunyai
referensi pola garis lurus tunggal oleh Marx dan pola siklus Oleh Toynbee.
48
Metode Triangulasi pertama kali dikemukakan oleh Patton dalam Qualitative
Evaluation Method, yang kemudian banyak digunakan dalam uji validitas dalam
penelitian kualitatif. Metode triangulasi ini didasarkan pada filsafat fenomenologi
sebuah aliran filsafat yang mengatakan bahwa kebenaran tidak terletak pada pra
konsepsi peneliti (subjek), melainkan pada realitas objek itu sendiri. Oleh

18
Pendahuluan

te rh ad ap Sh alaw at W ah id iyah , se rta d ata-d ata d ok um e nte r d al


am
d an l uar ne ge ri.
Ke d ua, d isk usi d e ngan te m an se jaw at. Te k nik ini pe nul is
gu nak an u ntu k m e m pe rtim b angk an d an m e m pe rtajam d ata
pe ne l itian d e ngan b e b e rapa ah l i d i bid angnya. M e sk ipun tid ak
sed al am FGD (Focus Group D iscussion), te k nik ini cuk up m em bantu
d al am pe m erik saan k e bsah an d ata. Tek nik ini pe nul is gunak an juga
te rh ad ap be be rapa inform an l intas al iran Sh al
aw atW ah id iyah , agar
pe rol e h an d ata l
e bih k re d ibe l
.
Ketiga, m e tod e triangul asi d ata48 yang pe nul is te rapk an untuk
m em erol eh k eterangan tentang sik ap, peril ak u k eseh arian, d an trad isi
k etasaw ufan m uallif d an pengam alSh al aw atW ah id iyah . K e terangan
para inform an am atm e m bantu untuk m e m ah am i d an m e ngam ati
se tiap fe nom e na k e tasaw ufan d an k e agam aan se cara um um yang
be rk e m bang d i k alangan m asyarak at W ah id iyah . D al am h alini,
d ata prim e r yang d ipe rol e h d itopang ol e h d ata se k und e r yang
k iranya m e nd uk ung.49
Keem pat, m em perpanjang m asa observasi. Tek nik ini digunak an
k etik a penel iti m em and ang ad anya k ebutuh an untuk m em perd al am
inform asi guna m ancapai val id itas d an k re d ib il
itasnya. Se m ula
pe ne l iti m e re ncanak an pe ne l itiannya se l am a e nam b ul an atau
m ak sim alsem bil an bulan. Ak an tetapi penel iti m em perpanjang m asa
obse rvasi pe ne l itian sam pai se k itar se tah un.

karenanya, untuk memperoleh kebenaran hendaknya digunakan multiperspektif.


Lihat Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung:

19
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

20
2
MEMAHAMI DUNIA TASAWUF

A. Pe m ak naan Tasaw uf
D ari h ari k e h ari, pe rh atian be rbagai l apisan m asyarak at te r-
h ad ap tasaw ufsem ak in be rk e m bang. Tasaw ufyang se m ul a m e rupa-
k an bentuk pem ak naan terh ad ap h ad its R asul ul ah tentang al-ih sân,1
l
d alam perk e m bangan se l anjutnya m e ngal am i pe rl
uasan pe nafsiran.
H alini l e bih banyak d ise babk an ol e h fak tor-fak tor yang m e m enga-
ruh i perspek tifpenafsiran d an beberapa ind ik asi yang pal ing m enon-
jold alam prak tik -prak tik nya.
D alam k e nyataannya, tasaw uf se ring d ipah am i se bagai prak -
tik zuh ud , yaitu sik ap h id up ask e tis. H alini m e m ang tid ak d apat
d ipungk iri b ah w a se orang sufi ad al ah se orang z âh id , nam un
d e m ik ian, se orang zâh id tid ak se cara otom atis ad alah se orang sufi.
Se bab, zuh ud h anya m e rupak an w asî lah atau be ntuk upaya pe n-
je rnih an jiw a d ari god aan d unia se h ingga m am pu m e l ak uk an
m usyâh ad ah k epad a Al lah . D engan d em ik ian, orang yang berpak aian
se d e rh ana, m ak an se d e rh ana, atau b e rte m pat tinggald i rum ah

1
Setelah menjawab pertanyaan tentang imân dan Islâm, Rasulullah kembali
ditanya oleh Malaikat Jibril a.s. tentang ihsân, kemudian rasul menjawab,
“Hendaknya kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu
tidak melihat-Nya maka yakinlah bahwa Dia melihatmu”. Lihat Imam Muslim,
Shahih Muslîm, hadits no. 10, bab (kitab) “al-Imân”.

21
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

se d e rh ana tid ak l
ah se l
alu m e m buk tik an d irinya se orang sufi k are na
m asih ad a ind ik ator-ind ik ator l ain yang l e bih k om ple k s.2
Se lain itu, tasaw uf juga tid ak jarang d iartik an se bagai ajaran
bud i pe k e rti se h ingga se orang sufi d ianggap orang yang banyak
m el ak uk an ibad ah , upacara-upacara ritual . Abu M uh am m ad al -
Jariri, m isal nya, m e nje l ask an bah w a tasaw uf ad al ah h alm e m asuk i
atau m engh iasi d iri d engan ak h l ak yang l uh ur d an k el
uar d ari ak h lak
yang re nd ah . Se d angk an Abu H use in an-Nuri m e nje l ask an bah w a
tasaw uf ad al ah k e b e b asan, k e m ul iaan, m e ninggal k an pe rasaan
te rbe bani d al am se tiap pe rbuatan m e l ak sanak an pe rintah syara’,
d e rm aw an, d an m urah h ati. O l e h k are na itu, tid ak l ah m e ng-
h e rank an jik a H asan al -Basri d ik e nalse bagai se orang sufi k are na ia
m e m il ik i ak h lak yang te rpuji.3 Be gitu juga orang yang b anyak
m el ak uk an ibad ah d an upacara-upacara ritualk e agam aan, se pe rti
puasa sunnah , sh al at m al am , zik ir, d an b e rbagai ibad ah l ainnya
se ring k al i d ise but se bagai se orang sufi. Bah k an, se cara im pl isit,
Ibn Sina m e m ak nai tasaw uf se bagai orang yang zuh ud d an ah l i
4
ibad ah .
H all ain yang cuk up ane h ad al ah bah w a tasaw uf justru se ring
d ik aitk an d e ngan k e k e ram atan, h al -h alane h , atau pe ril ak u tid ak
lum rah yang d im il ik i oleh seseorang. K ek eram atan atau h al -h alyang
be rsifatsupranaturalini, se pe rti k e m am puan te rbang tanpa sayap,
be rjal an d i atas air, m e m pe rpe nd e k jarak d e ngan m e l ipat bum i,
atau m e ngetah ui h al -h algaib yang m e m ang te rk ad ang te rjad i d al am
k e h id upan se h ari-h ari juga se ring d ijad ik an ind ik asi untuk m e nil ai
k e sufian sese orang. Artinya, orang yang m am pu m e l ak uk an h al -h al
ane h yang tid ak m am pu d il ak uk an ol e h orang k e banyak an se ring
d ise but se bagai orang sufi. Pad ah alind ik ator-ind ik ator itu tid ak
se lal u m e rupak an ce rm inan se orang sufi. Bah k an se bal ik nya, jik a

2
Abd al-Halim Mahmud, Qadhiyah fî at-Tashawuf, (Kairo: Maktabah al-Qahirah,
t.t.), hlm. 170.
3
Ibid., hlm. 168–169.
4
Ibid., hlm. 170–172.

22
Memahami Dunia Tasawuf

se se orang m erasa puas atau bangga d engan sem ua anugerah te rsebut


be rarti ia ad alah orang yang te rtipu d an te rje bak d al
am pe rm ainan
se tan d an je l ah se orang sufi.5
as bah w a d ia buk anl
K eram at(k aram ah ) d i m ata seorang sufi h anyal ah h iburan atau
h iasan yang d ibe rik an ol e h Allah k e pad anya. Ia buk anl ah se suatu
yang e se nsial . H alyang h ak ik i d alam tasaw uf ial ah k e m am puan
m e nge nd al ik an nafsu agar m am pu be r-m usyâh ad ah d e ngan Al l
ah .
Ol e h k are na itu, tid ak ane h jik a Ibn Ath ail lah as-Sak and ari m e -
ngatak an: “Pengetah uanm u tentang aib-aib yang tersem bunyi d al am
jiw am u ad al ah l e bih baik d aripad a pe nge tah uanm u te ntang h al -
6
h algaib yang te rtutupi d ari al am ind e ram u.”
M od e l -m od e lpe m ak naan tasaw uf se bagaim ana d iuraik an d i
atas se be narnya l e bih d id asark an pad a be ntuk -be ntuk atau ind ik asi
yang m e ncuat d ari tubuh se se orang yang d ianggap se b agai sufi.
D al am h alini, barangk al i k ita patut m e nce rm ati d e finisi te ntang
tasaw ufyang d irum usk an ol e h Abu Bak ar al -K attani. M e nurutnya,
tasaw uf ad al ah sh afa (k e je rnih an h ati) d an m usyâh ad ah (m e nyak si-
k an Al lah ).7 D engan d em ik ian, tasaw ufd al am pand angan al -K attani
m em il ik i d ua aspe k utam a, yak ni sh afâ (k ejernih an h ati) d an m usyâ-
h ad ah (m enyak sik an Al lah ). Sh afâ d alam tasaw ufd iposisik an sebagai
w asî lah (sarana atau jal an yang m e ngantark an pad a suatu tujuan).
Jik a arti ini d ipah am i d al am pe rspe k tif tasaw uf m ak a m ak nanya
ad alah sarana, tek nik , cara, d an upaya penyucian jiw a m enuju Al lah .8

5
Ibn Ataillah as-Sakandari, Al-Hikam al-‘Ataiyyah, ed. Mahmud Abd al-Wahab
Abd al-Mun’im, (Kairo: Maktabah al-Qahirah, 1969), hlm. 41.
6
Ibid.
7
Lihat Abd al-Halim Mahmud, Qadhîyah fi at-Tasawwuf, hlm. 173–175. Lihat
juga Al-Ghazali, Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn, juz iv, (T.tp: Maktabah Dar Ihya al-Kutub
al-Arabiyyah, t.t.), hlm. 2930.
8
Imam al-Ghazali, dengan redaksi yang berbeda mengartikan wasîlah dengan
tharîq, yaitu jalan mujâhadah dalam membersihkan sifat-sifat buruk dari hati,
memutus semua kabel yang mengarah pada sifat-sifat jelek, dan menghadapkan
semua kekuatan jiwa ke hadirat Allah. Jika tharîq ini berhasil dilalui sehingga
hati menjadi jernih dan mendapatkan pancaran cahaya Ilahi maka ia memasuki
maqâm musyâhadah. Lihat al-Ghazali, Ihyâ’ Ulûm ad-Dîn, juz 4, hlm. 293.

23
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Se d angk an m usyâh ad ah ad al ah gh âyah (tujuan) tasaw uf, yak ni


m e nyak sik an Al l
ah atau se lalu m e rasa d isak sik an ol
e h Al
lah . Itul
ah
m ak na l ain d ari h ad its R asulullah te ntang al-ih sân. Ak an te tapi,
te rm m usyâh ad ah juga se ring d im ak nai se b agai al-liq â’, yaitu
be rte m u Al ah .9
l
D i antara fe nom e na-fenom e na re l igius-sufistik , ad a satu fe no-
m e na ritualyang cuk up m e narik d an h ingga k ini m asih banyak
d item uk an d i tengah m asyarak atd an sering d iartik an sebagai bentuk
prak tis pe ngam al an tasaw uf. Fe nom e na itu ad al ah upacara zik ir,
yang biasanya d il ak uk an d alam be rbagai ritus tare k at d e ngan tata
cara yang be rbe d a, nam un m e m il ik i tujuan yang sam a, se pe rti ritus
zik ir d alam tare k at Naq syab and iyah , Q ad iriyah , Syad ziliyah , d an
be be rapa ritus d al am tare k at l
ainnya.
D alam h alini h arus d iak ui bah w a ad a banyak je nis zik ir yang
d il
ak uk an d al am prak tik ritualtare k at, nam un am al an zik ir yang
pal ing u tam a, d an b ah k an m e njad i “k e w ajib an h arian” b agi
pe ngam altare k atad al ah m e ngucapk an k al im atLâ ilâh a illâ Allâh .
Z ik ir ini m e njad i k onsum si k h usus d an m e m il ik i nilai te rse nd iri.
Se tiap pe ngam altare k at b e rb e d a-b e d a (d ari sisi jum l ah ) d alam
m e ngam al k an zik ir ini. Se m ak in tinggi tingk at spiritualse se orang
m ak a se m ak in banyak pul a zik irnya. H alini te rk ait e rat d e ngan
tingk atan m ak na-m ak na spiritualatau m aq âm -m aq âm tasaw uf.10
D i sisi l
ain, Se yye d H osse in Nasr, salah se orang ce nd e k iaw an
m usl im asalIran, m e ngatak an: “Tasaw uf se rupa d e ngan nafas yang
m em berik an h id up. Ia telah m em berik an se m angatnya pad a sel uruh
struk tur Islam , baik d al
am perw ujud an sosialm aupun intel ek tual .”11
Se d angk an Ibrah im M ad k ur m e nd ud uk k an tasaw uf d al am pe r-

9
Abdul Halim Mahmud, Qadhiyah fi at-Tasawuf, hlm. 173–177. Lihat pula Al-
Qusyairi, Ar-Risâlah al-Qusyairîyah fî ‘Ilm at-Tashawwuf, (Beirut: Dair al-Khair,
t.t.), hlm. 75.
10
Amin Alauddin an-Naqsyabandi, Mâ Huwa at-Tashawwuf wa mâ Hiya at-
Tharîqah an-Naqsyabandîyah (T.tp: t.p, t.t.), hlm. 196–202.
11
Seyyed Hossein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991),
hlm. 11.

24
Memahami Dunia Tasawuf

im bangan h ubungan antara k e ce nd e rungan d uniaw i d an uk h raw i.


M e nurutnya, Isl am tid ak m e l apangk an d ad a b agi k e pe nd e taan
M ase h i d an k e se d e rh anaan H ind u. Isl
am se l
al u m e ngajak be rk arya
d e m i m e raih d unia d an m e nik m ati se gal
a k e nik m atan h id up yang
m e m ang d ipe rbol e h k an.12
D i te m pat l ain, AbulW afa at-Taftazani be rpe nd apat bah w a
tasaw uf m e rupak an usah a m e m pe rse njatai d iri d e ngan nil ai-nil
ai
ruh aniah d an se k al igus m e ne gak k annya pad a saat m e ngh ad api
k e h id upan m ate rial is. Se l
ain itu, tasaw uf juga d im ak sud k an untuk
m e re al isasik an k e se im bangan jiw a se h ingga m am pu m e ngh ad api
be rbagai k e sul itan ataupun m asal ainnya.13
ah h id up l
At-Taftazani m e nje l ask an bah w a d al am tasaw uf te rd apatprin-
sip-prinsip positifyang m am pu m enum buh k an perk em bangan m asa
d e pan m asyarak at, antara l ain: h e nd ak l
ah m anusia se l al
u m aw as
d iri d e m i m e lurusk an k e sal ah an-k e salah an se rta m e nye m purnak an
k e utam aan-k e utam aannya. Bah k an tasaw uf m e nd orong w aw asan
h id up m e njad i m od e rat. Tasaw uf juga m e m buatm anusia tid ak l agi
te rjerath aw a nafsunya, ia tid ak l upa pad a d iri d an Tuh annya. D al am
tasaw uf d iajark an b ah w a k e h id upan ini h anyal ah sarana, buk an
tujuan. O l e h k are na itu, d i d al
am k e h id upan d i d unia ini, seseorang
h e nd ak nya se k ad ar m e ngam bilapa yang d ipe rl uk annya saja d an
jangan sam pai terperangk ap d al am pe rbud ak an cinta h arta ataupun
pangk at; d an tid ak juga m e nyom bongk an d iri pad a orang l ain.
D e ngan m e l ak uk an se m ua itu, m anusia d apat se pe nuh nya be bas
d ari nafsu d an syah w atnya.14
Se m e ntara itu, Ibrah im Basyuni, se bagaim ana d ik utip ol eh
Asm aran,15 m e nyatak an tel
ah m e m il
ih em patpuluh d efinisi tentang

12
Ibrahim Madkur, Fî al-Falsafah al-Islâmîyah Manhaj wa Tatbiquh, (Kairo: Dar
al-Ma’arif, 1976), hlm. 66.
13
Abu al-Wafa at-Taftazani, Madkhal ilâ at-Tashawwuf al-Islâmî, (Kairo: Dar ats-
Tsaqafah li at-Tiba’ah wa an-Nasyr, 1979), hlm. j.
14
Ibid.
15
Asmaran As., Pengantar Studi Tasawuf …, hlm. 51–53.

25
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

tasaw uf yang d iam bild ari rum usan-rum usan ah l i sufi yang h id up
pad a abad III (200–334 H .). M e sk ipun d e finisi te rse butd e m ik ian
banyak , be l um d id apati se buah d e finisi yang m e ncak up pe nge rtian
tasaw uf se cara m e nye l uruh . H alini, k ata Basyuni, d ise babk an ol eh
k arena para ah l i tasaw uftid ak ad a yang m em berik an d efinisi tentang
ilm unya se bagaim ana para fil suf. Ah li tasaw uf h anya m e nggam bar-
k an te ntang suatu k e ad aan yang d ial am i d alam k e h id upan ruh ani-
nya pad a w ak tu te rte ntu. M e nurutnya, untuk bisa m e nd apatk an
suatu d e finisi yang unive rsalh arusl ah be rtol ak d ari d e finisi yang
banyak itu se h ingga te rd apat pe nge rtian yang sal ing m e le ngk api.
M e nurutBasyuni, d e finisi-d e finisi yang ad a d apatd ik e l om pok k an
m e njad i tiga tah ap.
Pertam a, tah ap al-b id âyah , yaitu d e finisi yang m e m bicarak an
te ntang pe ngal am an pad a tah ap aw al . M anusia m e rasak an d e ngan
fitrah nya bah w a yang w ujud tid ak te rbatas h anya pad a yang d i-
lih at, te tapi d i balik itu m asih ad a w ujud yang l e bih se m purna d an
itu ak an se l alu d irind uk an ol e h nurani m anusia, d an h atinya ak an
m e nd apat k e te nangan se sud ah m e nge nal -Nya. Ia be rusah a untuk
m e nd e k atk an d iri d an ingat k e pad a-Nya. D al am w ak tu yang
be rsam aan, ia m e rasak an ad anya tabir yang m e m isah k an antara
d irinya d e ngan w ujud yang se m purna itu. Tabir pe m isah itu se d ik it
d em i sed ik itak an h il ang setiap ia te k un berpik ir m e nd alam i d irinya
d an m e ngurangi k e inginan m e m e nuh i nafsu jasm aniah nya. Pad a
saatitu, penuh l ah h atinya d engan l im pah an cah aya (nûr) yang m em -
bangk itk an pe rasaan d an k e sungguh an se rta m e m baw anya pad a
k etenangan jiw a yang sem purna. Perasaan fitrah ini tel ah ad a sebel um
lah irnya agam a-agam a k are na ia be rasald ari fitrah yang se h atyang
te rd apat d al am d irinya. O l e h k are na itu, h am pir tid ak te rd apat
pe rb e d aan antara pe ngal am an d an k e ad aan yang d ial am i ol eh
se orang pe nganut H ind u, Bud h a, Isl am , ataupun yang l ainnya.
D i antara d e finisi tasaw uf yang m e ngungk apk an pe ngal am an
pad a tah ap pertam a ini ad al ah seperti yang d ik em uk ak an oleh M a’ruf
al
-K ark h i, Abu Turab an-Nak h sabi, d an Z unnun al -M ish ri. M a’ruf
al
-K ark h i (w . 200 H .) m e nd e finisik an tasaw uf se bagai m e ngam bil

26
Memahami Dunia Tasawuf

h ak ik at d an putus asa te rh ad ap apa yang ad a d i tangan m ak h l uk .


D engan d em ik ian, siapa yang tid ak benar-benar fak ir m ak a d ia tid ak
be nar-be nar be rtasaw uf. Se m e ntara itu, Abu Turab an-Nak h sabi
(w . 245 H .) m e ngatak an bah w a sufi ial ah orang yang tid ak ad a
se suatu pun yang m e ngotori d irinya d an d ia d apat m e m be rsih k an
segal a se suatu. D i sisi l
ain, Z unnun al
-M isri (w . 254 H .) m engatak an
bah aw a sufi ial ah orang yang tid ak suk a m e m inta d an tid ak m e rasa
susah k are na k e tiad aan.
Ked ua, tah ap al-m ujâh ad ah , yaitu d e finisi yang m e m bicarak an
te ntang pe ngal am an ruh ani yang m e nyangk ut k e sungguh an d an
k e giatan. H alini d il ih at d ari se gi am al
iah yang d il ak sanak an ah l i
sufi, yang d im ul ai d e ngan m e ngh iasi d iri d e ngan suatu pe rbuatan
yang d iajark an agam a d an ak h l ak yang m ul ia. D e finisi-d e finisi
tasaw ufyang term asuk d al am k el om pok ini, antara l ain, ad alah yang
d ik e m uk ak an ol e h Abu al -H usain an-Nuri d an Sah lbin Abd ul lah
at-Tustari.
AbulH usain an-Nuri (w . 29 5 H .) m e ngatak an bah w a tasaw uf
buk anl ah w aw asan atau il m u, m e laink an ia ad al ah ak h lak . Se bab,
se and ainya tasaw uf ad al ah w aw asan m ak a ia d apat d icapai h anya
d e ngan k e sungguh an, d an se and ainya tasaw uf ad al ah ilm u m ak a ia
ak an d apat d icapai d e ngan be l ajar. Ak an te tapi, k e nyataannya,
tasaw uf h anya d apat d icapai d e ngan be rak h l ak d e ngan ak h lak Al -
lah d an e ngk au tid ak m am pu m e ne rim a ak h l ak k e tuh anan h anya
d engan w aw asan d an il m u. Se d angk an Sah lbin Abd ul lah at-Tustari
m e ngatak an bah w a tasaw uf ial ah se d ik it m ak an, te nang d e ngan
Al l
ah , d an m e njauh i m anusia.
Ketiga, tah ap al-m azaq ah , yaitu d e finisi yang m e m bicarak an
pe ngal am an d ari se gi pe rasaan. D alam m e l ak sanak an k e h id upan
be ragam a se bagaim ana biasa, h ubungan antara se se orang d e ngan
Tu h anny a tid ak leb ih d ari h u b u ngan se orang h am b a y ang
m e nye m bah d e ngan Tuh an yang d ise m bah , se orang h am ba h arus
tu nd u k d an taat k e pad a pe rintah d an l arangan Tu h an yang
d iyak ininya se bagai Pe ncipta. D al am k e h id upan tasaw uf, se gal a

27
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

k e m auan d il e b ur untuk l arut d al am k e h e nd ak Tuh an. Um ur,


k e giatan, d an se l
uruh pe rh atian d ik e rah k an se h ingga h ubungan itu
lebih k uatd an m urni. D efinisi-d efinisi yang term asuk dal am k ategori
ini d isum bangk an, antara l ain, ole h Al -Junaid al -Bagh d ad i d an Abu
M uh am m ad R uw aim . Te rk aitd e ngan m asal ah ini, al-Bagh d ad i (w .
29 7 H .) m e ngatak an, tasaw uf ial ah bah w a e ngk au be rsam a Al l
ah
tanpa ad a pe ngh ub ung. Se d angk an Ab u M uh am m ad R uw aim
m e ngatak an bah w a tasaw uf ial ah m e m biark an d iri d e ngan Al l
ah
m e nurut k e h e nd ak -Nya.
D e ngan d e finisi-d e finisi se pe rti d ik utip d i atas, m e nurut
Basyuni, d apatl ah d iam bilsuatu pe nge rtian bah w a tasaw uf ial ah
k e sad aran m urni yang m e ngarah k an jiw a se cara be nar k e pad a am al
d an k e giatan yang su nggu h - su nggu h , m e njau h k an d iri d ari
k e h id upan d uniaw i d alam rangk a m e nd e k atk an d iri k e pad a Allah
untuk m e nd apatk an pe rasaan be rh ubungan e rat d e ngan-Nya.16
Jik a d il
ih at d ari sisi asas, tasaw uf m e rupak an bagian siste m ik
Isl am , d an ia m e l
e w ati be rbagai fase d an k ond isi. Pad a tiap fase d an
k ond isi itu te rk and ung be rbagai pe nge rtian d ari se jum l ah aspe k
yang se suai. M e sk ipun d e m ik ian, ad a satu asas tasaw uf yang tid ak
d ipe rd e batk an, yak ni bah w a tasaw uf ial ah m oral itas be rd asark an
Isl am . M ungk in inil ah yang d im ak sud k an ol e h Ibn Q ayyim bah w a
“tasaw uf ad al ah m oral ”. Se nad a d e ngan Ibn al -Q ayyim , al -K attani
juga m e nge m uk ak an bah w a “tasaw uf ad al ah m oral . Siapa d i antara
k am u yang se m ak in b e rm oral , te ntulah jiw anya pun se m ak in
b e ning.” 17
Atas d asar uraian d i atas, je l
asl
ah bah w a pad a d asarnya tasaw uf
be rarti m oral. D e ngan pe m ak naan se pe rti ini, tasaw uf juga be rarti

16
Ibrahim Basyuni, Nasy’ah at-Tashawwuf al-Islâmî, (Kairo: Dar al-Fikr, 1969),
hlm. 17–24. Lihat juga Team Penyusun, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Medan:
Proyek Ditbinperta IAIN Sumatera Utara, 1981/1982), hlm. 15; Asmaran As.,
Pengantar Studi Tasawuf ..., hlm. 51–53.
17
At-Taftazani, Madkhal ilâ at-Tashawwuf al-Islâmî, hlm. 11.

28
Memahami Dunia Tasawuf

se m angatatau nil ai Isl


am se bab se m ua ajaran Isl am d ik onstruk si d i
atas land asan m oral. Al-Q ur’an se nd iri jik a d ik aji se cara m e nd al
am
m ak a d i d al
am nya te rd apat be rb agai be ntuk h uk um syar’i yang
se cara globald apat d ibagi m e njad i tiga bagian utam a, yaitu (1)
bagian yang be rk aitan d e ngan ak id ah , (2) bagian yang be rk aitan
d e ngan m asalah cabang (furû’), baik ibad ah m aupun m uam al ah ,
18
d an (3) bagian yang be rk aitan d e ngan m oral(ak h lak ).
Se be narnya, m oralad al ah land asan syari’atIsl am se h ingga k e -
tiad aan m orald al am h uk um -h uk um syari’at, baik yang be rk aitan
d e ngan h uk um -h uk um d al am bid ang ak id ah m aupun fiq h , ak an
m e m buat h uk um te rse but m e njad i se m acam be ntuk tanpa jiw a,
atau w ad ah tanpa isi. R asa k e agam aan buk an pe rasaan yang h anya
bersand ar pad a form al itas agam a yang tanpa substansi, atau se k ad ar
penunaian se ruan agam a yang d im anfaatk an untuk m e nyatak an k e -
pentingan diri send iri. Sebal ik nya, rasa k eagam aan m erupak an pem a-
h am an d an pengam al an terh ad ap agam a se h ingga terjad i k e selarasan
antara h id up m e ngabd i k e pad a Al lah d an h id up be rm asyarak at.
D engan d em ik ian, agam a serta para pem el uk nya tid ak ak an terisolasi
d ari re alitas k e h id upan. D i antara h al -h alpe nting yang pe rl u d i-
pah am i d al am k ontek s ini ial ah bah w a pad a esensinya, agam a ad al ah
m oral , yak ni m oralantara se orang h am ba d an Tuh annya, antara d ia
d an d irinya se nd iri, antara d ia d an k e luarganya, d an antara d ia d an
anggota m asyarak atnya. D e ngan k e sad aran ak an pe ntingnya l an-
d asan m orald ari agam a inil ah para sufi m e naruh pe rh atian be sar
te rh ad apnya d an m e m buatm e re k a be rpe nd apatbah w a se tiap il mu
yang tid ak d ibare ngi d e ngan rasa tak w a k e pad a Al lah d an pe nge -
tah uan te ntang D ia, tid ak ak an be rarti d an be rm anfaat.
D i sini h arus d iak ui bah w a tid ak lah suk ar m enim ba banyak
ilm u lew at b u k u , te tapi u ntu k m e m ilik i m oraly ang b aik
m e m e rluk an pe rjuangan yang sul it. H alini d ise babk an ol e h k are na
m oralyang b aik ad al ah h asild ari prak tik - prak tik b e rat d an
pe rjuangan se tiap m anusia te rh ad ap h aw a nafsunya se nd iri. Jik a
d ia lulus, h alitu ak an m em buatnya sel alu k onsisten pad a k ebenaran.
Ol eh k are na itu, d al
am pe m bah asan tentang m oralyang m erupak an

29
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

substansi agam a, para sufi k e m ud ian m e nge m bangk an il m u yang


m and iri, yak ni il
m u tasaw uf, yang m e rupak an pe nd uk ung il mu
k al
am d an il m u fiq h . Te rk ait d e ngan m asal
ah pe nge rtian tasaw uf
d an juga asal-usulnya, ad a baik nya k ita m e m pe rh atik an pe rnyataan
Ibn K h ald un. D alam k aitan ini d ia m e ngatak an:
Ilmu tasawuf termasuk salah satu ilmu agama yang baru
dalam Islam. Cikal bakalnya bermula dari generasi pertama umat
Islam, baik dari kalangan sahabat, tabi’in, maupun generasi
setelahnya. Ia adalah jalan kebenaran dan petunjuk. Sedangkan
asal-usulnya adalah pemusatan diri dalam ibadah, pengharapan
diri sepenuhnya kepada Allah, penghindaran diri dari hiasan
dan pesona dunia, penjauhan diri dari kelezatan, harta, dan
pangkat yang dikejar-kejar oleh orang banyak, dan pemisahan
diri dari orang lain untuk ber-khalwat dan beribadah. Hal seperti
ini adalah biasa di kalangan para sahabat dan generasi
sesudahnya. Kemudian pada abad II H., ketika penghidupan
semakin semarak dengan hal-hal keduniawian, orang-orang yang
lebih mengonsentrasikan diri dalam ibadah digelari sufi. 19

Selanjutnya, sebagai pe ngayaan bagi pem ak naan tasaw ufsecara


k om pre h e nsif, ad a sisi yang m e narik d an pe nting d ipe rh atik an
d alam pe nd apat Ibn Taim iyah te ntang ih sân.20 M e nurutnya, ih sân
m e rupak an ind ik ator d e rajatte rtinggi k e te rl
ibatan se orang m usl im
21
d alam siste m Isl am . Urutan tingk atan ini ad al ah Islâm , Im ân, d an
Ih sân.
Ibn Taim iyah m engatak an bah w a Al -Q ur’an m eluk isk an bagai-
m ana orang-orang Arab Bad uw i m e ngak u te l ah be rim an, nam un
nabi d iperintah k an untuk m engatak an k epada m erek a bah w a m erek a
bel um berim an, m el aink an baru ber-Islam sebab im an bel um m asuk
22
k e d alam h ati m e re k a. D e ngan d e m ik ian, im an le bih m e nd al
am

18
Asmaran AS., Pengantar Studi Tasawuf ..., hlm. 54–56.
19
Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), hlm. 370.
20
Sebagaimana dijelaskan di bagian paling awal tentang pemaknaan tasawuf,
ihsân dalam hadits nabi merupakan permulaan bentuk pemaknaan tasawuf.
21
Ibn Taimiyah, Al-Îmân, (Kairo: ath-Thiba’at al-Muhammadiyah, t.t.), hlm. 11.
22
Q.S. al-Hujurat [49]: 14.

30
Memahami Dunia Tasawuf

d aripad a Isl am . Se bab d alam k onte k s firm an All


ah te rse but k aum
Arab Bad uw i baru tund uk k e pad a nabi se cara l ah iriah , d an itulah
m ak na k e b ah asaan pe rk ataan “Islam ”, y aitu “tu nd u k ” d an
“m e nye rah ”. Le bih l anjutIbn Taim iyah m e nje l ask an bah w a agam a
te rd iri d ari tiga unsur, yak ni Islam , Im an, d an Ih san. D al am tiga
unsur ini te rd apatd e rajatk e agam aan se orang m usl im , yak ni Islam ,
k e m ud ian be rk e m bang k e arah Im an, d an m e m uncak d al am Ih san.
D e m ik ian ini m e rupak an pe nje l asan te ntang h ad its yang m e ng-
gam bark an pe nge rtian m asing-m asing te ntang Isl am , Im an, d an
23
Ih san.
Ibn Taim iyah m engh ubungk an pengertian tentang k etiga unsur
te rse but d e ngan firm an Al l
ah : “K e m ud ian K am i (Al lah ) w arisk an
K itab Suci k e pad a k al angan para h am ba yang K am i pil ih m ak a d ari
m e re k a yang (m asih ) be rbuat zal im ad a yang tingk at pe rte ngah an
(m uq tash id ), d an d ari m e re k a ad a juga yang be rge gas d e ngan be r-
bagai k e bajik an d e ngan izin Al lah ”.24 M e nurut Ibn Taim iyah , or-
ang yang m e nerim a w arisan K itab Suci, yak ni m em percayai d e ngan
berpegang pad a ajaran-ajarannya, nam un m asih be rbuatzal im m ak a
d ia te rgol ong orang yang baru be r-Isl am , m e njad i se orang m usl im ,
suatu tingk atan pe rm ul aan pe libatan d iri d al
am k ebenaran. Ia d apat
berk em bang m enjadi seorang m u’m in, yak ni tingk atm enengah (m uq -
tash id ). M erek a adalah orang yang terbebas dari perbuatan zal im nam un
k abajik annya m asih sed ang-sed ang saja. K em ud ian, d al am tingk atan
yang l ebih tinggi, k eterlibatan seseorang d al am k ebenaran m em buat-
nya tid ak saja te rbe bas d ari pe rbuatan zal im d an m au berbuatbaik ,
tetapi l ebih jauh ia “bergegas” dan m enjadi “pem uk a” (sâb iq ) d al am
be rbagai k e bajik an. M e re k a itul ah yang d ise but se bagai m uh sin.
O rang yang te l ah m e ncapai tingk at m uq tash id d e ngan im an-nya
d an tingk atsâb iq dengan ih sân-nya, m enurutIbn Taim iyah , ak an m asuk
surga tanpa terl e bih d ah ulu m e ngal am i azab. Se d angk an orang yang
k e te rlib atannya d al am k e b aik an d an k e b e naran b aru m e ncapai
tingk at pe rtam a (tingk at m uslim ), ia ak an m asuk surga se te l ah

23
Lihat foot note nomor 1 pada bab ini.
24
Q.S. alFathir [35]: 32.

31
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

te rle bih d ah ul
u m e rasak an azab ak ibat d osa-d osanya itu. Jik a ia
tid ak be rtobatm ak a ia tid ak d iam puni ole h Allah .
D al am k onte k s m ak na k om pre h e nsif tasaw uf, aspe k m oral
be rupa ih sân d al am siste m ajaran Isl am — d alam h alini Isl am tid ak
d im ak sud k an se bagai tingk atan se bagaim ana pe nje l asan d i atas—
tam pild e ngan se ge nap k e te rge gasan d al am be rbagai k e baik an d an
se nantiasa be rusah a m e ningk atk an k ual itas ak h l
ak se bagai d im e nsi
m oralIsl am . Ih sân m e njad i l and asan m oralyang m e m be ntuk pe ri-
lak u sufi, d an d i sinil
ah te rce rm in se m angatatau nil ai Islam k are na
se m ua ajaran Isl am d ik onstruk si d i atas land asan m oral .

B. Konte k s H istoris D inam ik a Tasaw uf


Tasaw ufm e m il ik i k h azanah k e sejarah an terse nd iri. Se cara h is-
toris, tasaw uf yang se m ul a m erupak an bentuk pem ak naan terh ad ap
h ad its nabi te ntang ih san,25 te l ah m e njad ik an para sufi l e bih suk a
b e rtapa atau b e rd iam d iri d e ngan m ak sud agar te rh ind ar d ari
b e rb uat d osa d an sik sa ne rak a. Al -Q ur’an m e nje l ask an b ah w a
bentuk penyel am atan yang m erek a cari juga sem ata-m ata tergantung
pad a k e h e nd ak Al lah , se bagai Z at yang ak an m e m be ri bim bingan
k e pad a m e re k a yang be ram alsal e h , d an ak an m e m biark an m e re k a
yang be rl ak u m ungk ar, tanpa k e se d iaan be rtobat, se nantiasa d al am
k e se satan. Segal a tind ak an m anusia ak an d icatat d engan tel iti ol
eh -
Nya d an tiad a se suatu pun yang d apat m e ngubah nya. Yang pasti,
apabil a m anusia m e ngingink an k e se l am atan m ak a h anya sh al at,
puasa, d an am alsal eh sajal ah yang ak an m am pu m enyel am atk annya.
M enurutal -Kal abadzi, pada m asa aw alIslam , para sufi digam bar-
k an se bagai orang-orang yang tinggald i seram bi m asjid d an d e ngan
be rpak aian bul u d om ba. M ere k a ad al
ah orang-orang yang tel ah m e-
ninggal k an ge m e rl
apnya d unia d an m e m il ih pe rgi m e ninggal k an
rum ah d an sah abat-sah abatnya. M erek a berk el ana k e sel
uruh negeri.

25
Lihat foot note nomor 1 pada bab ini.

32
Memahami Dunia Tasawuf

M erek a m e ngam bilbe nd a-be nd a d unia se k ad ar untuk m e nutupi


k e te l
anjangan m erek a d an untuk m engh il angk an k e l
aparan. O l eh
k arena itu, m e re k a se ring d ise butse bagai “orang-orang asing” atau
juga se ring d ise but “pe nge m bara” k are na se ringnya m e re k a m e -
lak uk an pe nge m baraan. M e re k a juga se ring be rk e l ana d an k e l
uar
m asuk gua pad a w ak tu te rd e sak . O rang-orang te rte ntu d i ne ge ri
itu m e nam ai m e re k a d engan syik aftis (orang-orang yang h id up d i
gua-gua). O rang-orang Syria m e nam ai m e re k a d e ngan “orang-or-
ang yang l apar” se bab m e re k a h anya m au m ak an se k ad ar untuk
m e m pe rtah ank an h id up.26
H ald i atas m e rupak an k e nyataan h id up orang-orang yang
tinggald i se ram bi m asjid d i m asa Nabi M uh am m ad . M erek a se m ua
ad alah orang-orang asing, m el arat, d an terbuang d ari te m pattinggal
d an h arta m il ik m e re k a. Abu H urairah d an Fud h al ah bin Ubaid
m el uk isk an: “M erek a h am pir m ati k el aparan seh ingga orang-orang
Baduw i m e nganggap m e re k a gil a. Pak aian m e re k a te rbuatd ari bul
u
d om ba se h ingga apabil a m e re k a be rk e ringat m ak a bau bad annya
se pe rti bul u d om ba k e h ujanan”. Abu M usa al -Asy’ari juga pe rnah
m e ngatak an: “Nabi pernah m engenak an bul u d om ba, m engend arai
k eled ai, d an m ene rim a und angan orang-orang jel ata (untuk m ak an
bersam a m erek a).”27
R eynol
d A. Nich ol son m engatak an, d engan m el ih at asal -usul
d an juga sum be rnya d ari bah asa Arab, k ata sufi m e ngand ung arti
“k e m urnian”, atau m e m baw a k e pad a pe nge rtian bah w a orang sufi
ad al ah orang yang “m urni h atinya” atau insan “yang te rpil ih ”. Ak an

26
Ibn Abi Ishaq al-Kalabadzi, At-Ta’arruf li Mazhab Ahl at-Tashawwuf, (Kairo:
Maktabah al-Kulliyah al-Azhariyah, 1969), hlm. 25–26.
27
Ibid., hlm. 26–27.
28
R. A. Nicholson, The Mystics of Islam, (London: Routledge and Kegan Paul,
1975), hlm. 3–4.
29
Team Penyusun, Pengantar llmu Tasawuf, hlm. 10. Upaya penerjemahan buku-
buku Yunani ke dalam Islam berlangsung selama tiga fase: pertama, era al-
Ma nsur –Har un ar-R ashi d. Pada fas e i ni, mayorit as b uku -buku ya ng
diterjemahkan adalah bidang astronomi dan mantiq. Kedua, era al-Ma’mun –
899 M. Pada fase ini, mayoritas buku yang diterjemahkan adalah bidang filsafat

33
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

te tapi, be be rapa sarjana Eropa be rpe nd apat bah w a k ata te rse but
be rasald ari k ata soph os (b ah asa Yunani), d al am pe nge rtian se bagai-
m ana te rd apat pad a k ata th eosoph i yang artinya k e bijak sanaan.28
D al am h alini, Jirji Z aid an berk eyak inan bah w a ad a h ubungan antara
istilah Arab tasaw uf d engan istil ah Yunani th eosoph i. D ia be ral asan
bah w a ilm u m e rek a (orang Isl am ) bel
um m unculd an m ere k a be l um
m e nge nalsifat ini, k e cual i se te l
ah m asa pe ne rje m ah an k itab-k itab
Yunani k e d al am bah asa Arab.29
D e ngan d e m ik ian, apa yang d iajark an ol e h tasaw uf tid ak lain
ad al ah bagaim ana m e nye m bah Tuh an d al am suatu k esad aran penuh
bah w a k ita be rad a d i d e k at-Nya se h ingga k ita “m e lih at”-Nya atau
bah w a Ia se nantiasa m e ngaw asi k ita d an k ita se nantiasa be rd iri d i
h ad apan- Ny a.30 D alam h u b u ngan ini, H aru n Nasu tion
m e ngatak an, tasaw uf atau sufism e se bagaim ana h al nya d e ngan
m istisism e d i luar Islam , m e m punyai tujuan m e m e rol e h h ubungan
langsung d e ngan Tuh an se h ingga d isad ari be nar bah w a se se orang
berad a d i h ad apan Tuh an. Intisari d ari m istisism e atau sufism e ial ah
k e sad aran ak an ad anya k om unik asi d an d ial og antara ruh m anusia
d an Tuh an d e ngan m e ngasingk an d iri d an be rk onte m pl asi.31
D alam k aitan ini, Se yye d H osse in Nasr m e nuturk an bah w a
Islam m e m il
ik i se m ua h alyang d iperl uk an bagi real isasi k e ruh anian
d alam artian yang l uh ur. Tasaw uf ad alah k e nd araan pil ih an untuk
tujuan ini. O l e h k are na tasaw uf m e rupak an d im e nsi e sote rik d ari
Islam m ak a ia tid ak d apatd ipisah k an d ari Islam : h anya Isl am yang
d apatm e m bim bing m e rek a m e ncapai istana batin, k e senangan d an

dan kedokteran. Ketiga, era setelah tahun 899 M. Pada fase ini, bidang-bidang
keilmuan yang diterjemahkan semakin luas. Tentang hal ini, lihat Badri Yatim,
Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 55–56.
30
Nurcholish Madjid, “Pesantren dan Tasawuf’: “Pesantren dan Pembangunan”,
(Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 100.
31
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1973), hlm. 56.
32
Seyyed Hossein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, hlm. 205.

34
Memahami Dunia Tasawuf

k ed am aian yang bernam a tasaw uf, d an h anya Isl am yang m erupak an


te m patm e ngintai “tam an fird aus”. Se k al ilagi, inil
ah ciri jalan k on-
te m pl atif Islam . Tasaw uf d apatd iprak tik k an d i m ana-m ana d an d i
se tiap l angk ah k e h id upan. Tasaw uf tid ak d id asark an atas pe narik an
d iri se cara lah iriah d ari d unia, te tapi d id asark an atas pe m be basan
batin, se bagaim ana se orang sufi m e ngatak an: “Ad al ah buk an ak u
yang m e ninggal k an d unia, m e l
aink an d unial ah yang m eninggal k an
ak u”. Pe m be basan batin d al am k e nyataan d apat be rpad u d e ngan
ak tivitas l ah ir yang inte ns.32
D engan d em ik ian, k ontek s h istoris d inam ik a tasaw uf— d engan
ciri k h as jal
an k om te m pl atifnya— d apattam pild al am se gal a aspe k
k e h id upan yang tid ak te rpisah d ari Isl am . Tasaw uf tid ak d im ak nai
se cara se m pitse bagai pe ngasingan d iri an sich d ari k eh id upan d unia.
Ak an te tapi, tasaw uf d im ak nai se bagai l and asan m orald an jiw a
Isl am . D e ngan m ak na ini, tasaw uf tid ak h anya m e njad i otoritas
para ‘alim yang sering k al il ek atd engan jubah d an tasbih nya, tetapi
sangatterbuk a k e m ungk inan d apatd iterapk an ol e h siapa saja, tanpa
h arus m e ninggal k an atrib ut-atrib ut atau pe ran-pe rannya d al am
k e h id upan ini, m isal nya: pe nd id ik , pe ngusah a, pe jabat, m anaje r,
ataupun yang l ainnya.
D al am e ra se k arang ini, apa yang d ipe rl uk an ole h d unia Isl
am
ad al ah form attasaw uf yang k onsiste n d e ngan nil ai-nil ai Isl
am d an
k om patibe lte rh ad ap k ece nd e rungan pe rubah an gaya h id up m asya-
rak at. M od e rnism e m e m ang m e rupak an re al itas yang be rk e m bang
d al am se jarah um at m anusia. Ak an te tapi, ia tid ak h arus d ibe nci
ol e h tasaw uf. Justru tasaw uf d ih arapk an m e njad i te rapi d an k urasi
baginya. Tasaw uftidak h anya d ih arapk an m am pu m enaw ark an resep-
re se p am puh , te tapi juga prak tis bagi m asyarak at d i e ra se k arang
ini. Jik a h alini d apatd ilak uk an m ak a ak an tam pillah tasaw ufd engan
form ul asi barunya yang d ise but“tasaw uf m od e rn”.

C.Tasaw uf d an Tare k atd i D unia Isl


am
1. Tipol
ogi Tasaw uf

35
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

D al am k onsepsi penul is, tipol


ogi tasaw ufm unculsebagai ak ibat
d ari ad anya variasi pe nd e k atan d al am pe ngal am an k e tasaw ufan d i
k alangan k aum sufi. Variasi pe nd e k atan itu m e m be ntuk k arak te r-
k arak te r tertentu yang k em ud ian m e ngel om pok sesuai d engan rum -
pun pe m ah am an d an k onsepsinya. Tasaw uf itu se nd iri m e sti te rk ait
d e ngan d ua h alpok ok , yak ni: (1) k e sucian jiw a untuk m e ngh ad ap
Tuh an se bagai Z atYang M ah a Suci, d an (2) upaya pe nd e k atan d iri
se cara ind ivid ualk e pad a Tuh an. D e ngan d e m ik ian, pad a intinya,
tasaw ufad al ah usah a untuk m enyucik an jiw a sesuci m ungk in d al am
usah a m e nd e k atk an d iri k e pad a Tuh an se h ingga k e h ad iran Tuh an
se nantiasa d irasak an se cara sad ar d al am k e h id upan.
K e d ua pok ok tasaw uf itu m e ngacu pad a pe san d al am Al -
Q ur’an: “Sesungguh nya beruntungl ah orang yang m em bersih k an
d iri (d engan be rim an) d an d ia ingatnam a Tuh annya, k e m ud ian d ia
m e nge rjak an sh al at,” 33 d an “Se k al
i-k al
i janganl ah k am u patuh
k epad anya (setan);sujud d an d ek atk anl ah (d irim u k epad aTuh an).”34
Atas d asar k and ungan d ua ayat te rse but, k aum sufi m e ncoba
untuk le bih be rintrospe k si d iri d aripad a m e m e rh atik an orang lain.
Sem boyan m e rek a: “H iasil ah d irim u d e ngan sifat-sifatte rce la!” m e -
ngand ung m ak na bah w a h e nd ak l ah m anusia se nantiasa m e nyad ari
nod a-nod a (d osa-d osa) d irinya, supaya ia tid ak be rh e nti m e nyuci-
k annya.35
Seyyed H ossein Nasr m engatak an bah w a tasaw ufpad a h ak ik at-
nya ad alah d im ensi yang d al am d an esoteris d ari Isl
am (th e inner and
esotericd im ension of Islam ) yang bersum ber dari Al -Q ur’an dan h ad its
serta perilak u Nabi Muh am m ad dan para sah abatnya. Adapun syari’at

33
QS. al-A’la [87]: 14–15.
34
QS. al-’Alaq [96]: 19.
35
Lihat Asep Usman Ismail, “Tasawuf”, dalam Taufik Abdullah (ed.), Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam, Jld. III, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2002), hlm.
305–306.
36
Seyyed Hussein Nasr, Ideal and Realities of Islam, (London: George Allen &
Unwin Ltd., 1966).

36
Memahami Dunia Tasawuf

ad alah d im e nsi l
uar (e k sote ris) ajaran Islam . Pe ngam alan k e d ua d i-
m ensi itu secara seim bang m erupak an k eh arusan bagi setiap m usl im ,
agar d i d alam m e nd e k atk an d iri k e pad a Allah m e njad i se m purna
lah ir d an batin.36
D alam h alini, Usm an Ism ailjuga m e nje l ask an bah w a d e ngan
be rtol ak d ari pand angan k e sufian yang m e ne k ank an k e sucian jiw a,
Im am al -Gh azal i (w . 505 H ./1111 M .), m e ne m patk an k e sucian
k al bu se bagai aw alpe rjal anan spiritualk aum sufi. M e nurutnya,
yang m e njad i h ak ik at m anusia ial ah q alb (k albu, h ati)-nya. K al bu
yang m e rupak an zath al us d an be rsifatilah iah itu d apatm e nangk ap
h al -h algaib yang be rsifat k e ruh anian. D e ngan k al bu inilah nabi
m ene rim a w ah yu Il ah i.37 Bagi k aum sufi, k al bu inil ah yang m enjad i
titik pu sat pand angan Tu h an pad a d iri m anusia. R asu l ullah
b e rsab d a: “Se sungguh nya Al lah tid ak m e m and ang b e ntuk d an
tubuh m u, te tapi Ia m e m and ang h ati d an pe rbuatanm u.”38
Jik a ak ald apatm em ah am i ad anya Tuh an secara rasionalm ak a
k al bu d apat m e rasak an k e h ad iran Tuh an, d an bah k an m e rasak an
k e intim an be rsam a-Nya. Ajaran pok ok tasaw uf ini, ol e h k aum sufi
d ipah am i m e l alui pe nd e k atan yang be rvariasi. Variasi pe nd e k atan
ini pad a gil irannya m e m be ntuk k arak ter-k arak te r terte ntu se h ingga
m el ah irk an d ua tipe tasaw uf, yak ni: (a) tasaw uf falsafi d an (b ) tasa-
w uf sunni. Tasaw ufsunni ini terbagi k e d al am d ua tipe, yaitu: tasaw uf
ak h l aq i d an tasaw uf ‘am al i. Tasaw uf ak h aq i d apat d ise but se cara
le ngk ap d e ngan tasaw uf sunni ak h l aq i, se d ang tasaw uf ‘am ali d apat
juga d ise but tasaw uf sunni ‘am al i.

a. Tasaw uf Fal safi


Tasaw uf fal safi ad alah tasaw uf yang ajaran-ajarannya d isusun
se cara k om pl e k s d an m e nd alam , d e ngan bah asa-bah asa sim bol ik -
filosofis. Se suai d engan nam anya, tasaw uffal safi cend e rung m enon-
37
Usman Ismail, “Tasawuf”, hlm. 306.
38
Abu al-Husain bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, (Kairo:
Dar al-Hadits, 1997 M./1418 H.).
39
M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf ..., hlm. 10.

37
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

jol k an sifatfil osofis d i d alam nya. Tok oh -tok oh nya, antara l ain, Abu
Yazid al -Busth am i, al -H allaj, Ibn Arabi, d an al -Jil
li. Sed angk an teori-
te ori yang d il ah irk an d ari tok oh -tok oh ini ad al ah te ori fanâ‘, b aq â‘,
d an ittih âd yang d ice tusk an ol e h Abu Yazid al -Busth am i, teori h ulûl
yang d ipe l opori ol eh al -H allaj, te ori w ah d ah al-w ujûd yang d igagas
ol e h Ibn Arabi, d an te ori insân k âm ilyang d irum usk an ol e h al -
39
Jill i. Lah irnya te ori-te ori ini d ise babk an ad anya k e yak inan d ari
k aum sufi fal safi b ah w a m anusia bisa m e ngal am i “k e be rsatuan”
d e ngan Tuh an. O l e h k are na itu, te ori-te ori ini pad a ak h irnya
m el ah irk an pah am panth eism e. Te ori “k e b e rsatuan” inil ah yang
d itol ak k e ras ole h k al angan pe nganuttasaw uf sunni, d e ngan al asan
b ah w a m anusia tid ak ak an pe rnah b isa b e rsatu d e ngan Tuh an;
m anusia h anya bisa d e k atd e ngan Tuh an d al am batas-batas syari’at.
D al am pand angan Asm aran, tasaw uffal safi ial
ah tasaw uf yang
ajaran-ajarannya m e m ad uk an antaravisi m istis d engan visi rasional .
Pe m ad uan antara tasaw uf d an fil safat d alam ajaran tasaw uf fal safi
ini, d engan send irinya te l ah m em buatajarannya bercam pur d engan
se jum lah ajaran fil safat d i l uar Isl am , se pe rti ajaran d ari Yunani,
Persia, Ind ia, d an agam a Nasrani. Ak an tetapi, orisinal itasnya sebagai
tasaw uf te tap tid ak h il
ang k are na para tok oh nya— m e sk ipun m e m -
punyai l atar be l
ak ang k e bud ayaan d an pe nge tah uan yang berbeda
dan beranek aragam — tetap berusah am enjagak em andirian ajaran al iran
m ere k a, te rutam a bila d ik aitk an d e ngan status m ere k a se bagai um at
Isl am .40
Le bih lanjutAsm aran m e nje l ask an bah w a ciri um um tasaw uf
falsafi ial ah ad anya k e sam aran d alam ajarannya, ak ibat banyak nya
ungk apan d an pe ristil ah an k h usus yang h anya d apatd ipah am i oleh
m e re k a yang m e nganut ajaran tasaw uf je nis ini.41
Para sufi yang juga filsuf pe nd iri al
iran tasaw uf falsafi ini m e -
nge nald e ngan baik fil
safatYunani be se rta ajaran d ari tok oh -tok oh -

40
Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf ..., hlm. 152–153.
41
Ibid., hlm. 153.

38
Memahami Dunia Tasawuf

nya, se pe rti Socrate s, Pl ato, Aristote l e s, d an juga aliran Ne o Pl ato-


nism e d e ngan ajaran fil safatnya te ntang e m anasi. Bah k an m e re k a
juga cuk up ak rab d e ngan fil safatyang se ring d ise butH e rm e tisism e
yang banyak d iterjem ah k an k e d al am bah asa Arab, d an juga fil safat-
filsafat Tim ur K uno, baik d ari Pe rsia m aupun Ind ia, d i sam ping
te ntu saja m e re k a juga m e ne l aah ajaran fil safat para fil suf m usl im
se nd iri, se pe rti al -Farab i d an Ib n Sina. Se l ain itu, m e re k a juga
d ipengaruh i ol e h pah am batiniah se k te Ism a’il iyah d ari aliran Syi’ah
d an risal ah -risal ah Ik h w an ash -Safa’.
Be gitulah para tok oh tasaw uf fal safi m e nguasi be rbagai ajaran
filsafat, baik d ari fil
sufYunani m aupun Isl am . Sel ain itu, m erek a juga
m e m ilik i pe m ah am an te ntang il m u-il m u agam a Isl am , se pe rti
te ologi, k alam , fiq h , h ad its, d an juga tafsir. Te gasnya, para tok oh
tasaw uf fal safi be rsifat e nsik l ope d is d an be rl atar be l
ak ang bud aya,
pe ngal am an, d an pe nd id ik an yang be rm acam -m acam .
Sufi yang beral iran fal safi m em and ang bah w a m anusia m am pu
naik k e je njang pe rsatuan d e ngan Tuh an, yang k e m ud ian d ise but
d engan ittih âd , h ulûl,w ah d ah al-w ujûd , d an isyrâq . D engan m uncul -
nya k arak teristik tasaw ufseperti ini m ak a pem bah asan tasaw ufsud ah
le bih be rsifat fil osofis, d al am arti pe m bah asannya te l ah m e luas k e
m asal ah -m asal ah m e tafisik a, se pe rti prose s k e b e rsatuan m anusia
d e ngan Tuh an, yang se k al igus m e m b ah as k onse p m anusia d an
Tuh an. K onse p tasaw uf tipe ini, yang te rpe nting ad al ah : (1) fanâ‘
d an b aq â‘, (2) ittih âd , (3) h ulûl, (4) w ah d ah al-w ujûd , d an (5) isyrâq .

(1) Fanâ‘d an b aq â‘
Se cara bah asa, fanâ‘ be rarti h ancur, l e bur, m usnah , l e nyap,
h ilang atau tiad a; se m e ntara b aq â‘ be rarti te tap, k e k al
, abad i atau
h id up te rus (l
aw an d ari fana). K onse p fanâ‘ d an b aq â‘ ini d ibaw a
ol e h Abu Yazid al-Busth am i. K onse p ini m erupak an peningk atan dari
k onsep m a’rifah d an m ah ab b ah . Irfan Abd ulH am id Fattah m engata-

42
Ifran Abdul Hamid Fattah, Nasy’ah al-Falsafah as-Sufiyah wa Tatawwuruha,
(Beirut: al-Maktab al-Islâmi, 1973), hlm. 169.

39
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

k an bah w a d al am se jarah pe rk e m bangan tasaw uf, Abu Yazid d i-


pand ang sebagai pe m baw a arah tim bul nya aliran “k e satuan w ujud ”
(ittih âd ).42 Se b e l
um se orang sufi m e m asuk i tah ap k e b e rsatuan
d e ngan Tu h an (ittih âd ), ia h aru s te rleb ih d ah u lu m am pu
m el e nyapk an k e sad arannya m e l al
ui fanâ‘ d an bah w a pe l e nyapan
k e sad aran d alam k h azanah sufi se nantiasa d iiringi d e ngan b aq â‘.
D al am k epustak aan tasaw uf, fanâ‘d im ak nai sebagai h il angnya
pe rasaan d an k e sad aran se se orang d i m ana ia tid ak l agi m e rasak an
apa yang te rjad i pad a d irinya d an al am d i se k itarnya. Abu Yazid al -
Busth am i, yang d al am se jarah tasaw uf d ipand ang se bagai sufi pe r-
tam a yang m e m baw a pah am fanâ‘ d an b aq â‘ m e ngartik an fanâ‘
se bagai h il angnya k e sad aran ak an e k siste nsi d iri pribad i (al-fanâ‘
‘an an-nafs) se h ingga ia tid ak m e nyad ari l agi ak an jasad k asarnya
se bagai m anusia, k e sad arannya m e nyatu k e d al am irâd ah Tuh an,
b u k an m e ny atu d e ngan w u ju d - Nya. Le b ih je l as, pah am ini
te rsim puld al am k ata-k atanya: “Ak u m e nge nalTuh an m e l alui d irik u
h ingga ak u h ancur, k e m ud ian ak u m e nge nalTuh an m e l alui d iri-
Nya m ak a ak u pun h id up.” Ungk apannya yang l ain: “Ia m e m buat
ak u gil a pad a d irik u se h ingga ak u m ati;k e m ud ian Ia m e m buatak u
gil a pad a-Nya, d an ak u pun h id up ... ak u be rk ata: Gil a pad a d irik u
ad al ah k e h ancuran d an gil a pad a-M u ad al anjutan h id up.”43
ah k e l
D e ngan d e m ik ian, jik a se orang sufi te l
ah m e ncapai al-fanâ’
‘an an-nafs, yak ni k e tik a w ujud jasm aninya tid ak ad a l agi (d al
am
arti tid ak d isad arinya l agi) m ak a yang ak an tinggalial ah w ujud
ruh aninya d an k e tik a itu ia ak an “be rsatu” d e ngan Tuh an, d an
k e be rsatuan d e ngan Tuh an ini te rjad i l angsung se te l
ah te rcapainya
al-fanâ‘ ‘an an-nafs.
D alam ajaran sufi, fanâ‘m erupak an k e ad aan m e ntalyang be r-
sifat insid e ntal
, atau tid ak be rl
angsung te rus-m e ne rus. Se bab, jik a
k e ad aan itu be rlangsung se cara te rus-m e ne rus m ak a je l
as be rte n-
tangan d e ngan tugasnya se bagai k h al ifah d an h am ba Allah untuk
m el ak sanak an k e w ajiban agam a d i m uk a bum i. Al-K alabazi, d al
am
43
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme ..., hlm. 81.

40
Memahami Dunia Tasawuf

k itab nya yang be rtite lAt-Ta’arr uf li M azh ab ‘an at-Tash aw w uf,


be rk ata: “K e ad aan fanâ‘itu tid ak be rl angsung te rus-m e ne rus se bab
k elangsungannya yang te rus-m e ne rus ak an m e ngh e ntik an organ-
organ tubuh untuk m e l ak sanak an fungsi d an pe ranannya d i m uk a
bum i.” Le bih l anjut al -K al abad zi m e nyatak an: “Se se orang yang
m e ngal am i k ead aan fanâ‘buk anl ah d isebabk an h il angnya k esad aran
(pingsan), buk an k arena k ebod oh an, d an buk an pul a k arena sirnanya
sifat-sifatk e m anusiaan d ari d irinya se h ingga d ia m e njad i m al aik at
atau se orang spiritual is, te tapi d ia fanâ‘ d ari pe nyak sian ak an h al -
h alyang be rk e naan d e ngan d irinya.” D e ngan d e m ik ian, k e ad aan
fan â‘ yang d ial am i se se orang tid ak l ah m e nye b ab k annya d apat
m e nanggal k an k e w ajib an-k e w ajib an agam a. O l e h k are na itu,
d apatl ah d ipah am i m e ngapa ath -Th usi d i d al am k itabnya al-Lum a’
m em peringatk an bah aya-bah aya yang m ungk in tim buld ari k ead aan
fanâ‘, yaitu ad anya anggapan bah w a fana ad al ah h il angnya sifat-
sifat k e m anusiaan d an d ia be rsifat d e ngan sifat-sifat k e tuh anan,
pad ah alsifatk e m anusiaan tid ak d apatsirna d ari m anusia.
(2) Ittih âd
K onse p ittih âd ini se b e narnya m e rupak an k e l anjutan d ari
k onse p fanâ‘d an b aq â‘sebagaim ana te l ah d iuraik an d i atas. K onse p
ittih âd ini tim bulse bagai k onse k ue nsi l e bih lanjut d ari pe nd apat
sufi bah w a jiw a m anusia adal ah pancaran dari Nur Il ah i. Atau d engan
k ata lain, “Ak u”-nya m anusia ad al ah pancaran d ari yang M ah a Esa.
Siapa yang m am pu m em bebask an diri dari al am lah iriah , atau m am pu
m e niad ak an prib ad inya d ari k e sad arannya (al-fan â‘ ‘an an-nafs)
m ak a ia ak an m e m e role h jalan k e m bali k e pad a sum be r asal nya. Ia
ak an be rsatu-pad u d e ngan Yang Tunggal , d an d ari situ, yang d ilih at
d an d irasak annya h anyal ah satu, yaitu Al l
ah .
M enurutH arun Nasution, yang d im ak sud d engan ittih âd ial ah
satu tingk atan tasaw uf d i m ana se orang sufi te l
ah m e rasa d irinya

44
Ibid., hlm. 82.
45
Ibrahim Madkur, Fî al-Falsafah al-Islâmiyah, I, hlm. 2.

41
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

be rsatu d e ngan Tuh an; suatu tingk atan d i m ana yang m e ncintai
ah m e njad i satu.44
d an yang d icintai te l
Se m e ntara m e nurut Ibrah im M ad k ur, ittih âd ad al ah tingk at
te rtinggi yang d apat d icapai d al am pe rjalanan jiw a m anusia. O r-
ang yang te l ah sam pai k e tingk at ini m ak a te rb uk al ah d ind ing
baginya; d ia d apat m e l ih at se suatu yang tid ak pe rnah d il ih at oleh
m ata, m e nd e ngar se suatu yang tid ak pe rnah d id e ngar ol e h te linga,
d an tid ak pe rnah te rl intas d i h ati. Pad a saat itulah se ring k e l uar
ucapan-ucapan yang ganjild an ane h yang d al am tasaw uf d ise but
d e ngan syath ah ât.45
D alam istil ah Ab u Yazid , pe ngal am an ittih âd ini d ise b ut
46
d e ngan tajrî d fanâ‘fi at-tauh î d , yaitu k e be rsatuan d e ngan Tuh an
yang tid ak d iperantarai ol eh sesuatu apa pun. M enurut Abu Yazid ,
m anusia yang pad a h ak ik atnya ad al ah satu substansi d e ngan Tuh an,
d apat be rsatu d e ngan-Nya apabil a ia m am pu m e l e bur k e sad aran
e k siste nsinya se bagai suatu prib ad i se h ingga ia tid ak m e nyad ari
pribad inya (fanâ‘ ‘an an-nafs).47 D e ngan istil ah l
ain, barang siapa
yang m am pu m e ngh apusk an k e sad aran pribad inya d an m am pu
m e m b e b ask an d iri d ari al am d i se k e lil
ingny a m ak a ia ak an
m e m e rol e h jal
an k e m bali k e pad a sum be r asal nya. Ia ak an be rsatu-
pad u d e ngan Yang Tunggal .
K onse p fanâ‘, b aq â‘, d an ittih âd ini d al
am d unia tasaw uf te rus
berk em bang d an m em icu k ontroversi h ingga sek arang. Persoal annya,
apak ah k onsep-k onsep ini benar-benar berasaldari ajaran Isl am atau-
k ah d ari l
uar?D al am h alini, Ibrah im M ad k ur m el ih atbah w a k onsep
ittih âd ad alah se suatu yang pal ing rum it d i d al
am tasaw uf d an ia
se l
al u m e m uncul k an pro d an k ontar: ad a yang m e ne rim a d an juga
46
Aboebakar Atjeh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, (Solo: Ramadhani, 1984),
hlm. 136.
47
Team Penulis, Pengantar llmu Tasawuf, hlm. 106.
48
Ibrahim Madkur, Fî al-Falsafah al-Islâmiyah, I, hlm. 65.
49
Muhammad ash-Shadiq Arjun, At-Tashawwuf fî al-Islâm Manâbi’uh wa Atwâruh,
(Kairo: Maktabah al-Kulliyah al-Azhariyah, 1967), hlm. 118.
50
Ibid.

42
Memahami Dunia Tasawuf

ak nya.48 Be rbagai k el
tid ak se d ik ityang m enol om pok yang m e nol ak
ad anya pah am ittih âd be rk e yak inan bah w a tid ak ak an m ungk in
te rjad i pe rsatuan antara d ua substansi (zat), yaitu antara m anusia
d e ngan Tuh an.49 Le bih lanjutIbrh aim M ad k ur m e ngatak an bah w a
k onsep ittih âd ini sebenarnya tid ak bersum ber d ari Islam . Al-Q ur’an
d e ngan ungk apan yang te gas, se cara m utlak , tid ak m em be ri tem pat
pad a ad anya pah am ittih âd . H anya saja, para pe nd uk ungnya tid ak
k eh il
angan ak aluntuk m el andasinya d engan sebagian ayatAl -Q ur’an
d an h ad its nabi.50
Se m e ntara itu, te rk ait d e ngan pah am fana’, Nich ol son m e -
ngatak an bah w a k onsep ini dapatdipastik an berasaldari Ind ia. Peng-
anjurnya, Abu Yazid al -Busth am i, m ungk in te l ah m e ne rim a d ari
gurunya, Abu Al i as-Sind i (Ind ia). Tam bah an l agi bah w a d alam
se jarah , se l
am a ribuan tah un se be l um k e m e nangan um at Isl am ,
Bud h ism e pe rnah m em il ik i ak ar yang k uatd i k aw asan Tim ur Pe rsia
d an Bactria se h ingga h am pir d apat d ipastik an b ah w a ia te l ah
m e m e ngaruh i pe rk e m bangan tasaw uf d i w il ayah te rse but.51
(3) H ulûl
K onse p h ulûlini tid ak d apatd ipisah k an d ari k onse p fanâ‘d an
b aq â‘. Jik a fanâ‘, seperti d ik atak an ol
eh at-Taftazani, te l
ah m e m buat
al -Busth am i sam pai pad a pe nd apatte ntang te rjad inya ittih âd m ak a
bagi al -H al laj, fana’ te l
ah m e nd orongnya sam pai pad a pe nd apat
te ntang terjad inya h ulûl.52 M enurutAbu Nasr ath -Th usi, h ulûlial ah
pah am yang m e ngatak an b ah w a Tuh an m e m il ih tub uh -tub uh
m anusia te rte ntu untuk m e ngam bilte m pat d i d al am nya se te l
ah
53
sifat k e m anusiaan yang ad a d al am tubuh itu d ile nyapk an.

51
Nicholson, The Mystics of Islam, hlm. 17–18. Lihat juga Sayyid Athar Abbas
Rizvi, A History of Saefism in India, (New Delhi: Munashiram Manoharial,
1978), hlm. 44–45.
52
At-Taftazani, Madkhal ilâ at-Tashawwuf ..., hlm. 123.
53
Abu Nasr Sarraj at-Tusi, Al-Luma’, (Mesir: Dar al-Kutub al-Hadisah, 1960),
hlm. 541.
54
At-Taftazani, Madkhal ilâ at-Tashawwuf ..., hlm. 123.

43
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Se pe rti h al nya Abu Yazid , al -H al laj ad alah se orang sufi yang


d id om inasi ol e h k e ad aan fanâ‘. O le h k are na itu, se pe rti h al
nya al-
Busth am i, d ia juga m e nge l uark an ungk apan-ungk apan ganjilyang
secara h arfiah syar’iah tid ak bisa d iterim a. Ak an tetapi, secara um um ,
ungk apan-ungk apan al -H al
lajtentang k ond isi yang d ial am inya lebih
d alam d an tel iti d iband ing al-Busth am i. Al -H allaj, k ata at-Taftazani,
tam pak nya b e nar-b e nar te rpe ngaruh ol e h be rb agai k e b ud ayaan
asing, se pe rti fil safatYunani, pe m ik iran-pe m ik iran Pe rsia, d ok trin-
d ok trin Syi’ah , d an juga ajaran-ajaran agam a K riste n.54
M e nge nai k e m ungk inan se se orang m e ncapai fana’, al -H allaj
m e nyatak an b ah w a jik a Al lah ingin m e ngangk at sal ah se orang
h am ba-Nya sebagai seorang w al i m ak a D ia ak an m em buk ak an pintu
zik ir baginya. K e m ud ian D ia m e nd ud uk k annya d i atas singgasana
tauh id . Se lanjutnya, D ia singk apk an untuk nya tirai se h ingga
tam pak baginya k e tunggal an-Nya d al am pand angan m ata h atinya
d an D ia pun m e m asuk k an h am banya yang te rpil ih k e d alam istana
k e tunggal an. Le bih jauh l agi d ik atak an, D ia ak an m e nyingk apk an
untuk nya k ebesaran d an k eind ah an-Nya. Jik a pand angannya tertuju
pad a k eind ah an te rse butm ak a d ia k ek albersam a-Nya. K e tik a itulah
sang h am ba m e ngal am i fanâ‘d an d ia k e k ald alam yang M ah abe nar
se h ingga te rpate ril ah yang M ah asu ci d al am ingatannya d an
te rungk ap d al am k ata-k atanya.
D alam k eadaan fanâ‘seperti inil ah al -H allajm engel uark an ung-
k apan yang popul er: Ana al-H aq q (Ak ul ah yang M ah abenar). D al am
k e ad aan sepe rti ini d ia m em pe rgunak an k ata h ulûl,yak ni penyatuan
sifat k e tuh anan d e ngan sifat k e m anusiaan, atau d e ngan k ata l ain,
se suai d e ngan te rm inol ogi yang d ipe rgunak annya, h ulûl-nya lâh ût
d al am nâsût.
K onsep h ulûl, dalam pah am al -H allajini ternyata cuk up k ontra-
d ik tif. Se bab, pad a be be rapa l
irik syair d an ungk apan al -H allajte r-
gam bar ad anya k onse p h ulûld al am ajaran tasaw ufnya, nam un d i

55
Lihat ath-Thusi, Al-Luma’, hlm. 128.

44
Memahami Dunia Tasawuf

tem patl ain, dia m enol ak k eras ad anya pah am h ulûltersebut. D engan
k ata l ain, te rk ad ang h ulûld inyatak an se cara b e rsam a k onse p
pe nyatuan, nam un d i sisi l ain al -H allajm e ne gasik an pe nyatuan itu
d an se cara te gas m e niad ak an unsur-unsur antrom orph is d al am
55
k onse p k e tuh anan. Al -H al l
aj juga m e ne gasik an k e m ungk inan
penyatuan m ak h l uk d engan Tuh an. D al am h alini, al -H al lajberk ata:
“Barang siapa m e ngira bah w a k e tuh anan be rpad u jad i satu d e ngan
k e m anusiaan, ataupun k e m anusiaan be rpad u d e ngan k e tuh anan
m ak a k afirlah d ia. Se bab, Al lah m and iri d al am zat m aupun sifat-
Nya d ari zatd an sifatm ak h l uk , d an D ia tid ak sek al
i-k ali m enyerupai
m ak h luk -m ak h luk -Nya;d an m e re k a pun tid ak se k al i-k ali m e nye -
rupai-Nya.”
K ontrad ik si inil ah yang m e narik pe rh atian Th oul k . D ia m e -
ngatak an bah w a al -H allajbe rad a d al am k e ad aan fanâ‘, yang m ana
h alitu m e m buatnya tanpa sad ar m e nyatak an ungk apan-ungk apan
k ontrad ik tif. Ak an te tapi, k ontrad ik si ini bisa juga d iinte rpre tasik an
bah w a al-H al l
aj, d engan ungk apan-ungk apannya yang m e negasik an
pe rpad uan antara lâh ût d an nâsût, k h aw atir te rh ad ap k e m arah an
fuq ah â’ pad a m asanya.
Ad a d ugaan k uatbah w a k onse p h ulûlal -H al lajbersifatm ajazi,
buk an h aq iq i. H alini d apat d il ih at d al
am ungk apannya yang d i-
riw ayatk an ol e h as-Sul am i: “K e m anusiaan tid ak te rpisah d ari-Nya
d an tid ak be rh ubungan d e ngan-Nya.” Ini berarti bah w a m anusia—
yang d iciptak an Al l
ah sesuai citra-Nya— ad al ah tem pattajalliTuh an.
D e ngan d e m ik ian, d al am pe nge rtian ini, d ia be rh ubungan d e ngan
Al lah tanpa te rpisah d ari-Nya. Ak an te tapi, tajalli Al lah pad a
h am b a-Nya, atau m uncul nya Al lah m e nurut citra-Nya pad a d iri
m anusia, tid ak be rarti te rjad inya h ubungan d e ngan m anusia se cara
h aq iq i. D i sini, al
-H allajd e ngan jel as m engatak an ad anya perbed aan
antara h am ba d an Tuh annya. D e ngan be gitu, pe nd apatnya te ntang
h ulûltidak terjad i secara h aq iq i, tetapi h anya sek ad ar k esad aran psik is
yang be rl angsung d i saatk ond isi fanâ‘(alfanâ‘fillâh );atau m e nurut
ungk apannya, “sek ad ar te rl eburnya nâsûtd al am lâh ût”, atau d engan
k ata l ain, k ond isi fana’-nya be rad a d i d al am -Nya. D al am h alini,

45
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

al-H al lajberk ata: “H ai m anusia!D ia (Al lah ) m e nciptak an m ak h luk


k are na k asih sayang-Nya k e pad a m e re k a, k e m ud ian Al l
ah m e -
nye m bunyik an d iri-Nya d ari m e re k a se bagai pe l ajaran. Se ad ainya
tanpa tajalli-Nya, niscaya m e re k a se m ua m e njad i k afir, d an se -
and ainya D ia tid ak m e nye m bunyik an d iri, niscaya m e re k a se m ua
ak an te rpe sona. O l e h k are na itu, D ia pun tid ak te tap pad a sal ah
satu d ari k e d ua [k ead aan]itu. Agar D ia tid ak tertutup d arik u w al au
se saat, yang m e m buatk u be ristirah atm ak a nâsût-k u te rl e bur d al
am
lâh ût-Nya, d an tub uh k u l ul uh d alam cah aya-cah aya zat-Nya
se h ingga ak u pun tanpa m ata, be k as, m uk a, d an tanpa be rita.”
Pernyataan al -H al l
ajtentang h ulûlyang m unculd al am k ead aan
fanâ‘barangk al i ad alah d i l
uar k eh end ak nya;d an ini bisa d im engerti
oleh se b agian pih ak . Al - Gh azali, m isalnya, d ari se gi psik is,
m e nguraik an k e m ungk inan k e l uarnya ungk apan-ungk apan se pe rti
yang d iucapk an al -H allajd an al -Busth am i itu sebagai d i luar k eh en-
d ak m e re k a. H alitu se pe rti yang ia nyatak an d al am k itabnya yang
be rtite lM isyk âtal-Anw âr: “Se te l ah naik k e puncak h ak ik at, orang-
orang ‘arif se pe nd apatbah w a tid ak ad a yang te rl ih at d al
am w ujud
ini k e cual i yang M ah a Esa d an M ah abe nar.”56

(4) W ah d ah al
-w ujûd
56
Untuk penjelasan lebih jauh dapat diambil sebuah contoh. Betapa sering manusia
berdiri di depan cermin dan memandang gambar yang terpantul dari cermin
tersebut. Sering kali kita tidak melihat cermin itu, dan kita mengira bahwa
gambar yang dia lihat dalam cermin bersatu dengan cerminnya. Seandainya hal
seperti ini menjadi kebiasaan dan terpancang kuat, dia akan tenggelam di
dalamnya. Jika keadaan ini sedemikian dominan maka disebutlah oleh para sufi
dengan fanâ‘ atau disebut pula fanâ‘ al-fanâ‘ sebab dia fanâ‘ dari dirinya sendiri
serta fanâ‘ dari ke-fana’-annya. Dalam keadaan seperti ini, dia tidak merasakan
ketidaksadaran dirinya sendiri. Seandainya dia merasakan ketidaksadaran dirinya
sendiri, pasti dia merasakannya sendiri. Keadaan ini, di samping disebut sebagai
tenggelam dalam ke-fana’-an, secara metaforis disebut juga dengan ittihâd,
dalam bahasa hakikat disebut tawhid, dan di balik realitas-realitas ini terdapat
berbagai rahasia yang tidak dapat diselami.
57
Ahmad Amin, Zhuhr al-Islâm, IV, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1969), hlm.
162.
58
Ibrahim Hilal, At-Tashawwuf al-Islâmî baina ad-Dîn wa al-Falsafah, (Kairo:
Dar an-Nahdhah al-’Arabiyah, 1979), hlm. 203.

46
Memahami Dunia Tasawuf

Te rm ini be rarti “k e satuan w ujud ” (unity of existence). W ah d ah


al-w ujûd ad al ah k e l
anjutan d ari pah am atau k onse p h ulûl.K onse p
w ah d ah al-w ujud ini d ibaw a ol e h M uh yid d in Ibn Arabi. M e nurut
Ah m ad Am in, istil ah w ah d ah al-w ujûd m e ngand ung m ak na bah w a
alam d an Al l
ah ad al ah satu.”57 Se m e ntara itu, Ibrah im H il alm e -
ngatak an: w ah d ah al-w ujûd ial ah suatu k e yak inan bah w a “se sung-
guh nya yang ad a ini h anya satu m e sk ipun b anyak ragam d an
be ntuk nya. Al am d an Al lah ad al ah d ua be ntuk d al am satu h ak ik at,
Al lah . Al am ad al ah Al lah d an Al lah ad alah al am .”58 D i sisi lain,
M uh am m ad YusufM usa m end e finisik an w ah d ah al-w ujûd d e ngan:
“tid ak ad a yang w ujud m e l aink an w ujud Al lah , d an se sungguh nya
se k alian yang m ungk in ad al ah m anife stasi-Nya yang te rd apatpad a
se luruh al am ini, tid ak pad a se bagian atau se bagian yang l ain. O l eh
k are na itu, tid ak l ah ad a se k al ian yang m ungk in ini m e l aink an
m e rupak an m anifestasi Al lah . Se and ainya D ia tid ak ad a m ak a al am
ini pun tid ak ak an pe rnah ad a.”59
D al am k onsep w ah d ah al-w ujûd , nâsûtyang ad a d al am k onsep
h ulûld iubah ol e h Ibn Arabi m e njad i k h alq se m e ntara lâh ûtd iubah
m e njad i h aq q . Kh alq (m ak h l
uk , alam ) d an h aq q (Tuh an) ad al ah
d ua e ntitas bagi tiap se suatu. Entitas yang se be l ah l uar d ise b ut
k h alq se m e ntara yang se be l
ah d alam d ise buth aq q . Te rm k h alq d an
h aq q ini d apatd isam ak an d e ngan ‘ard d an jauh ar atau l ah ir-batin.60
M e nurutpah am ini, tiap-tiap yang ad a m em punyai d ua aspe k ,
yaitu aspe k l uar yang m e rupak an k h alq, yang m e m punyai sifatk e -
m ak h l uk an d an aspe k d al am yang m e rupak an h aq q , yang m e m -
punyai sifat k e tuh anan. D e ngan istil ah l ain, d alam se tiap yang
be rw ujud itu te rd apatsifatk e tuh anan atau h aq q d an se k al
igus sifat
k e m ak h luk an atau k h alq.
Pah am w ah d ah al-w ujûd ini m unculd ari k e yak inan bah w a
59
Muhammad Yusuf Musa, Falsafah al-Akhlâq fi al-Islâm, (Kairo: Muassasah al-
Khanaji, 1965), hlm. 255.
60
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme ..., hlm. 92–93.
61
Ibn Arabi, Fushûsh al-Hikam, (Kairo: Mustafa al-Babi al-Halabi wa Awladuh,
1967), hlm. 68.

47
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Al lah ingin m e l ih atd iri-Nya d i l uar d iri-Nya, d an untuk itu d ijad i-


k anl ah al am ini. O l e h k are na itu, al am ini m e rupak an ce rm in bagi
Tuh an. D i k al a D ia ingin m e l ih atd iri-Nya, D ia m e lih atpad a al
am ,
pad a be nd a-be nd a yang ad a d al am al am ini k are na d alam tiap-tiap
be nd a itu te rd apatsifatk e tuh anan. D ari sini tim bul lah pah am k e -
satuan, w ah d ah al-w ujûd , atau w ujûd iyah . H alini tid ak ubah nya
se pe rti orang yang m e l ih at d irinya d al am be be rapa ce rm in yang
d ile tak k an d i se k e l
ilingnya. D i d al am tiap ce rm in itu ia m e l ih at
d irinya: d al am ce rm in te rse butd irinya k e l ih atan banyak m e sk ipun
pad a h ak ik atnya ia h anya satu. Ibn Arabi, d i d al am k itab Fush ûsh
al-H ik am m e ngatak an: “W ajah sebe narnya satu, nam un jik a engk au
pe rbanyak ce rm in m ak a ia m e njad i banyak .”61
M e nurut Ibn Arabi, apabil a k ita m e lih at w ujud ini banyak
jum l ah nya, d e ngan be rbagai m acam be ntuk , sifat, je nis, d an w arna
yang tid ak te rh itung m ak a h alitu ad alah k are na k ita m e nggunak an
acuan-acuan ind e ra d an ak alse m ata. Ak ald an ind e ra m e nangk ap
k e se m e staan ini d al
am w ujud yang be rm acam -m acam , se d ang or-
ang ‘arif m e nangk ap h alitu d e ngan d zaw q sufi;d an k arena itu al am
se m e sta ini ad alah satu w ujud , yaitu Al lah .62
Jad i, m e nurut Ibn Arabi, re al itas w ujud ini pad a h ak ik atnya
ad al ah tunggal . Sed angk an perbed aan antara zatd an h âl–atau antara
h aq q , jauh ar, zh âh ir, atau k h alq, ‘ard , b âth in, se pe rti d ise butk an d i
atas h anyal ah se k ad ar pe m be d aan re l atif, se m e ntara pe m be d aan
h ak ik i yang d ilak uk an te rh ad ap k ed uanya ad al ah ak ibatpe m bed aan
yang d il ak uk an ol e h ak al-b ud i, pad ah alak al -b ud i itu te rb atas.
D al am h alini, Ibn Arabi pernah berk ata: “Perpisah an d an perpad uan
itu h ak ik atnya h anya satu. Se d ang yang banyak itu tid ak te tap d an
tid ak m e ne ntu.”63
Pah am k e satuan w ujud (w ah d ah al-w ujud ) Ibn Arabi te l
ah
m e m b u at k ita tid ak m u ngk in m e ngatak an b ah w a “h alyang

62
Abd al-Qadir Mahmud, Al-Falsafah ash-Shûfiyah fi al-Islâm, (Kairo: Dar al-Fikr
al-’Arabi, t.t.), hlm. 495–496.
63
At-Taftazani, Madkhal ila at-Tashawwuf ..., hlm. 202.

48
Memahami Dunia Tasawuf

m ungk in” se bagai k e balik an d ari “h alyang w ajib”. Yang d im ak sud


d e ngan h alyang m ungk in ial ah h alyang ad a, b aru, d an se l alu
be rubah d an jik a h alitu d ipand ang d ari d irinya se nd iri m ak a h al
itu se b e l
um nya justru tid ak ad a. D e ngan d e m ik ian, h alyang
m ungk in ial ah h alyang d iad ak an ol e h h alyang lain se rta pad anya
te rgam bar ad a d an tiad a, d an ini, ol e h para fil
suf d ise but se bagai
“h alyang w ajib ad anya ol e h k are na ad anya h allain”, Ia te rl
e tak d i
antara yang m u ngk in d an y ang w ajib , yang k e b e rad aannya
m e m butuh k an yang l ainnya.
R ingk asnya, m e nurut at-Taftazani, Ib n Arab i b e rpe nd apat
bah w a w ujud d ari “h alyang w ajib” ad al ah w ujud Al lah se m ata.
Se d angk an k eanek aragam an d an pl ural itas d ari “h alyang ad a” tid ak
lain h anyal ah h asilind e ra-ind e ra lah iriah d an ak al -bud i m anusia
yang terbatas, yang tid ak m am pu m e m ah am i k etunggal an zatsegal a
sesuatu. Sebe narnya, substansi d an e se nsi se gal a se suatu ad alah satu.
Ad apun yang m e nye babk an jam ak d al am sifatd an nam anya tanpa
bil angan (yang tak terh itung) h anyal ah k arena w aw asan, pand angan,
d an k e ce nd e rungan. O l e h k are na itu, jik a d ipand ang d ari sud ut
e se nsinya, h alitu ad al
ah Tuh an;se d ang jik a d ipand ang d ari sud ut
sifat-sifatnya, h alitu ad al ah m ak h luk (al am ).64
Pah am k e satuan w ujud ini k e m ud ian d ik e m b angk an ol eh
sufi-sufi se l anjutnya, se pe rti Ibn Sab’in, Ibn Farid , d an al -Jil
li. Ibn
Sab’in bah k an l e bih te gas k e tim bang Ibn Arabi d al am m e ne gasik an
pl ural itas d an m e ne k ank an k e satuan. O l e h k are na itu, pe nd apatnya
d ik e nalse b agai pah am “k e satu an m u tlak ” (al-w ah d ah al-
m uth laq ah ).65 Se m e ntara Ibn al -Farid m e nge m bangk an pah am atau
k onsep “k esatuan penyak sian” (w ah d ah asy-syuh ûd ). Sem entara tok oh
yang d isebutterak h ir, Abd al -K arim al -Jil li, m engem bangk an pem i-
k iran yang k e m ud ian popul e r d e ngan se butan “m anusia paripurna”
(insân al-k âm il).

64
Ibid.
65
Ibid., hlm. 205.

49
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

(5) Isyrâq
K onsep isyrâq ini d icetusk an ol eh Suh raw ard i al -M aq tul . Corak
pe m ik iran d an pe renungannya m e rupak an gabungan antara fil safat
d an tasaw uf yang be rsum be r d ari be rbagai al iran yang ia tuangk an
d alam k itabnya yang be rtite lH ik m ah al-Isyrâq . D al am te ori isyrâq
ini Suh raw ard i m engatak an bah w a sum ber segal a yang ad a ini ad alah
Cah aya M utl ak (Nûr al-Q ah ir ). Te orinya ini je l as m e rupak an
gabungan d ari te ori Ne o Pl atonism e d e ngan id e -id e Pe rsia. D e ngan
d em ik ian, pah am isyrâq m erupak an gabungan antara rasio d an rasa.
At-Taftazani m e ngatak an b ah w a d al am k e nyataannya, h ik m ah
isyrâq iyah Suh raw ard i m e m ang te rsusun d ari be rbagai unsur, yang
m e nurutnya justru d e ngan itul ah d ia m e ngh id upk an k e m b al i
“h ik m ah k uno” d ari para tok oh Ind ia, Babyl onia, M e sir, Yunani
k uno sam pai k e m asa Pl ato. Jel
asnya, h ik m ah al-isyrâq ad alah turunan
d ari h ik m ah -h ik m ah k uno.66
Suh raw ard i m e nge m uk ak an bah w a h ik m ah isyrâq iyah d id asar-
k an pad a rasa (d zaw q ), se bagaim ana yang d ia ungk apk an: “Apa yang
saya k e m uk ak an (d al am H ik m ah al-Isyrâq ) ini tid ak saya pe rol eh
le w at pe m ik iran, te tapi saya pe roleh l e w at sum be r lain, d an saya
pun se ge ra m e ncari argum e ntasinya. Jik a argum e ntasi itu be nar-
be nar te lah pasti, sed ik itpun saya tid ak ragu te rh ad apnya, sek al ipun
orang m eraguk annya.”
Pah am isyrâq m e nyatak an bah w a al am ini d iciptak an m e l alui
pe nyinaran atau il um inasi. K osm os ini te rd iri d ari susunan yang
be rtingk at-tingk atbe rupa pancaran cah aya. Cah aya yang te rtinggi
d an se bagai sum be r d ari se gal a cah aya ia nam ak an Nûr al-Anw âr
atau Nûr al-A’zh âm , d an inil ah Tuh an. M anusia be rasald ari Nûr
al-Anw âr yang m e nciptak annya m e l alui pancaran cah aya d e ngan
prose s yang h am pir serupa d engan teori em anasi. O l e h k arena itu,
m enurutpah am ini, h ubungan m anusia d e ngan Tuh an m e rupak an
h ubungan arus bol ak -bal
ik . Artinya, ad a h ubungan yang be rsifat
d ari atas k e baw ah d an d ari baw ah k e atas, d an d ari situ k e m ud ian
te rjad il
ah ittih âd .
66
At-Taftazani, Madkhal ila at-Tashawwuf al-Islâmî, hlm. 195.

50
Memahami Dunia Tasawuf

Jiw a m anusia, m e nurutSuh raw ard i, tid ak ak an d apatsam pai


pad a alam suci d an juga tid ak ak an d apatm e ne rim a cah aya-cah aya
ilum inasi k e cuali d e ngan latih an ruh ani. Se bab, alam suci m aupun
cah aya ad al ah substansi m alak ût, se d angk an al am suci itu se nd iri
tid ak m e m butuh k an k e k uatan-k e k uatan fisik . D e ngan d e m ik ian,
se and ainya jiw a m anusia m e nguat d e ngan k e k uatan-k e k uatan
ruh aniah d an k ontrolk e k uatan fisik m e l e m ah ak ibat m e ngurangi
m ak an se rta m e ngurangi tid ur m ak a jiw a pun siap m e nuju al am
suci d an be rte m u d e ngan ind uk -sucinya, d an d ia ak an m e ne rim a
be rbagai pe nge tah uan d ari-Nya.
Suh raw ard i m e m buatk l asifik asi te ntang pe ringk at-pe ringk at
filsuf. M enurutnya, ad a fil sufk etuh anan, yaitu fil sufyang m enyibuk -
k an d iri dal am m asal ah -m asalah k etuh anan, nam un ia buk an penel iti
tentang m asal ah te rsebut. M ere k a ad al ah para nabi d an w al i, se pe rti
Abu Yazid al -Busth am i, Sah lat-Tustari, d an al -H allaj. Ad a l
agi fil suf-
pe ne l iti, nam un m e re k a tid ak m e nyibuk k an d iri d al am m asal ah -
m asal ah k e tuh anan. Yang te rm asuk k e l om pok ini ad al ah k aum
Pe ripate tis pe ngik ut Aristote l e s, se rta al -Farabi d an juga Ibn Sina.
Ad a juga fil suf k e tuh anan yang m e nyibuk k an d iri d al am m asal ah -
m asal ah k etuh anan sek al igus pene l itian. Peringk atini tid ak ad a yang
m am pu m e ncapainya, k e cual i Suh raw ard i al -M aq tulse nd iri. Fil suf
yang sib uk d al am m asal ah -m asal ah k e tuh anan d an pe ne l itian
te rse but be rh ak m e njad i pe m im pin pad a m asanya. Pe m im pin d i
sini tid ak d iartik an pe nguasa, te tapi d ia ad al ah q uth b (pusat al am
se m e sta) d an se k al igus k h al
ifah Al lah , d i m ana al am ini tid ak ak an
be rge rak tanpa d e ngannya.
Pand angan Suh raw ard i ini te rnyata banyak d ite ntang ol eh
k alangan ortod ok si. Ibn Taim iyah , m isal nya, m enud uh Suh raw ard i
te lah m e ngak u-ak u se bagai nabi. D ia m e ngatak an: “Sal ah se orang
d i antara m e re k a (m ak sud nya, para sufi yang juga fil suf) ad a yang
ingin m e njad i nabi. Bah k an Suh raw ard i juga m e ngk om prom ik an
pem ik iran d an k eil ah ian, m engik uti cara k aum batiniah , m erangk um
filsafat Pe rsia d e ngan fil safat Yunani d an m e m be sar-be sark an m a-
sal ah cah aya (al-anw âr). D ia juga yang pe rtam a m e ngh am pirk an

51
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

d iripad a agam a Z oroaste r. D ia m e nguasai sih ir d an k im ia. Itul ah


se babnya d ia d ibunuh d i H al b pad a m asa Sal ah ud d in al -Ayyubi
k are na k e zind ik annya. D ari pe ristiw a itul
ah Suh raw ard i k e m ud ian
popul e r d e ngan se butan al-M aq tûl(yang te rbunuh ).

b . Tasaw uf Sunni
Tasaw ufsunni ad al ah tasaw ufyang d id asark an pad a Al -Q ur’an
d an sunnah . 67 M e nurutal iran tasaw uf ini, apabil a se orang m usl im
ingin m eningk atk an k ual itas pend ek atan d irinya k e pad a Al lah m ak a
te rle bih d ah ul u ia h arus m e m ah am i syari’at Isl am d e ngan se baik -
baik nya. D al am h alini, ia h arus m e m pe l ajari fiq h d al am se gal a
bid angnya se cara baik , yang m e l iputi bid ang ibad ah , m uam al ah ,
m unak ah at, jinayah , d an siyasah ,68 se suai d e ngan ajaran yang te l ah
d irum usk an d i d al am m ad zh ab-m ad zh ab fiq h , se pe rti, m ad zh ab
H anafi, M al ik i, Syafi’i, d an H anbal i. Id e al
nya, se se orang yang ak an
m e njal ani k e h id upan sufi h arus te rl e bih d ah ulu m e nd al am i k ajian
fiq h se cara k om pre h e nsif, se k urang-k urangnya te l ah m e nge tah ui
ajaran Isl am d ari sal ah satu m ad zh ab fiq h yang m enjad i pil ih annya.
Biasanya, seorang sufi m e nganutsal ah satu m ad zh ab fiq h yang te l ah
ad a. H alini pe nting d al am tasaw uf agar se orang sufi tid ak te rje bak
m e m pe rturutk an k ata h atinya yang k ad ang-k ad ang tid ak be nar.
Tasaw uf sunni m e nd asark an pe ngal am an k e sufiannya d e ngan
pe m ah am an yang se d e rh ana d an d apat d ipah am i ol e h m anusia
aw am . Tok oh -tok oh tasaw uf sunni yang popul e r ad al
ah Junaid al -
Bagh d ad i, al-Q usyairi, d an al
-Gh azali. D al am pe rk e m bangannya,
tasaw ufsunni m e ngam bilbe ntuk prak tis be rupa tare k at, d an k e tiga
tok oh inilah yang lebih banyak m engil h am i d asar-dasar ajaran tarek at
yang ad a se k arang ini.
Tasaw uf sunni terbagi k e d al
am d ua tipe, yak ni (1) tasaw uf
ak h laq i d an (2) tasaw uf am ali.

67
Asep Usman Ismail, “Tasawuf”, hlm. 306–307.
68
Hukum Islam memiliki cakupan yang sangat luas. Penjelasan lebih detil tentang
bidang kajian yang tercakup dalam hukum Islam bisa dilihat dalam kitab-kitab fiqh
dan ushul fiqh.

52
Memahami Dunia Tasawuf

(1)Tasaw uf Ak h laq i (Tasaw uf Sunni Ak h laq i)


D al am pand angan k aum sufi, m anusia ce nd e rung m e ngik uti
h aw a nafsu. M anusia d ik e nd al ik an ole h d orongan-d orongan nafsu
pribad i, buk an m anusia yang m e nge nd al ik an h aw a nafsunya. Ia
ce nd e rung ingin m e nguasai d unia atau be rusah a agar be rk uasa d i
d unia. Pand angan h id up se pe rti ini m e njurus k e arah pe rte ntangan
m anusia d e ngan se sam anya se h ingga ia l upa ak an w ujud d irinya
sebagai h am ba Al lah yang h arus berjal an d i atas aturan-aturan-Nya.
O leh k are na se b agian b e sar w ak tu y ang d im ilik i m anu sia
d ih ab isk an untuk pe rsoal an-pe rsoal an d uniaw i m ak a ingatan d an
pe rh atiannya pun jauh d ari Tuh an. Itu se m ua, k ata al -Gh azali,
d isebabk an ol eh tid ak te rk ontrol nya h aw a nafsu.69
Nafsu m anusia m e m ang m e m punyai k e ce nd e rungan untuk
m e nd orong se se orang be rbuat baik d an buruk . D al am Al -Q ur’an
d itegask an: “Nafsu ak an m enjad i baik jik a ia d ibersih k an d ari penga-
ruh -pengaruh jah atd engan m enanam k an ajaran-ajaran agam a se jak
d ini se h ingga tabiatnafsu yang jah atitu d apatd ik e nd al ik an” (Q S.
asy-Syam s [9 1]: 7–10). D alam ayatyang l ain dinyatak an: “O rang yang
tid ak m am pu m e nge nd al ik an h aw a nafsunya, d ik atak an ol e h Al-
lah , se bagai orang yang m e nuh ank an h aw a nafsu (Q S. al -Jasiyah
[45]: 23)”, d an “m e nyim pang d ari k e be naran” (Q S. an-Nisa [4]:
135).
R e h abilitasi k ond isi m e ntalyang tid ak b aik , m e nurut ah l i
tasaw uf tid ak ak an b e rh asilapab il a te rapinya h anya d ari aspe k
lah iriah saja. Itul ah se babnya, pad a tah ap-tah ap aw alm e m asuk i
k e h id upan tasaw uf, se orang m urid d ih arusk an m e l ak uk an am al an
d an l atih an k e ruh anian yang cuk up be rat. Tujuannya ad al ah untuk
m e nguasai h aw a nafsu d al am rangk a pe m be rsih an jiw a agar bisa
le bih d e k at d e ngan Al lah . Tind ak an m anusia yang d ik e nd alik an
ol e h h aw a nafsu d al am m e nge jar k e h id upan d uniaw i m e rupak an
tab ir pe ngh al ang antara m anu sia d an Tu h an. Se b agai u sah a
m e nyingk ap tabir yang m e m batasi m anusia d e ngan Tuh an, ah l i
69
Al-Ghazali, Mukâsyafah al-Qulûb, (Kairo: Abdul Hamid Ahmad Hanafi, t.t.),
hlm. 13.

53
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

tasaw uf m e m buat suatu siste m h ie rark i yang te rsusun atas tiga


tingk atan, yak ni tak h alli, tah alli, d an tajalli.
Pe rtam a, tak h alli, yak ni m e m be rsih k an d iri d ari sifat-sifatte r-
ce l
a, d ari m ak siatlah ir d an m ak siatbatin. D i antara sifat-sifatte rce l a
yang m engotori jiw a (h ati) m anusia ial ah h asad (d e ngk i), h iq d (rasa
m end ongk ol ), sû’uzh ann (buruk sangk a), tak ab b ur (som bong), ‘ujub
(m e m b anggak an d iri), riyâ’ (pam e r), b uk h l(k ik ir), d an gh ad ab
(pe m arah ). D al am h alini Al l
ah be rfirm an: “Be rbah agial ah orang
yang m e nsucik an jiw anya d an rugil ah orang yang m e ngotorinya”
(Q S. asy-Syam s [9 1]: 9 –10).
Tak h allijuga be rarti m e ngh ind ark an d iri d ari k e te rgantungan
te rh ad ap k e l
e zatan h id up d uniaw i. H alini ak an d apat d icapai
d engan jal an m enjauh k an diri d ari k em ak siatan d al
am segal a bentuk -
nya d an be rusah a m e l e nyapk an d orongan h aw a nafsu.
Kel om pok sufi yang e k strim be rk e yak inan bah w a k e h id upan
d uniaw i benar-be nar se bagai “racun pe m bunuh ” k e l angsungan cita-
cita sufi. D unia ad al ah pe ngh al ang pe rjal anan. O l e h k are na itu,
nafsu d uniaw i h arus “d im atik an” d ari d iri m anusia agar ia be bas
berjal an m enuju tujuan;m encapai k enik m atan spiritualyang h ak ik i.
Bagi m e re k a, m e m e role h k e rid h aan Tuh an l e bih utam a d aripad a
k e nik m atan-k e nik m atan m ate riil . Pe ngingk aran pad a e go d e ngan
m e re sapk an d iri pad a k e m auan Tuh an ad al ah pe rbuatan utam a.
D e ngan d e m ik ian, nil ai m oralbe tul -b e tulagam is k are na se tiap
tind ak an d ise jajark an d e ngan ib ad at yang l ah ir d ari m otivasi
e sk atologis.
K e d ua, tah alli, yak ni m e ngisi d iri d e ngan sifat-sifat te rpuji,
d e ngan be rsik ap taat se cara l ah ir d an batin te rh ad ap k e te ntuan-
k e te ntuan Al lah . D alam h alini, Al lah b e firm an: “Se sungguh nya
Al lah m e nyuruh (k am u) be rl ak u ad ild an be rbuatk e bajik an, m e m -
be ri k e pad a k aum k e rabat, d an Al lah m e l arang pe rbuatan k e ji, k e -
m ungk aran, d an pe rm usuh an. D ia m e m be ri pe ngajaran k e pad am u
agar k am u d apat m e ngam bilpe l ajaran” (Q S. al -Bal ad [16]: 9 0).
Tah alliini m erupak an tah ap pe ngisian jiw a yang te l ah d ik osongk an.

54
Memahami Dunia Tasawuf

Apabil a m anusia m am pu m engisi h atinya (se tel ah d ibe rsih k an


d ari sifat-sifatterce l a) d engan sifat-sifatterpuji m ak a ia ak an m enjad i
ce rah d an te rang se h ingga d apat m e ne rim a cah aya Il ah i. Se bab,
h ati yang be l um d ibe rsih k an tid ak ak an d apat m e ne rim a cah aya
te rse but. Jik a m anusia yang m am pu m e ngosongk an h atinya d ari
sifat-sifat te rce l a (tak h alli) d an m e ngisinya d e ngan sifat-sifat yang
te rpuji (tah alli) m ak a se gal a pe rb uatan d an tind ak annya ak an
d ijal ank an d engan niatyang ik h l as: ik h l
as m elak uk an ibad ah k epad a
Al lah , ik h l
as m e ngabd i k e pad a k e pe ntingan agam anya, se rta ik h l as
b e k e rja untuk m e l ayani k e pe ntingan k e l uarga, m asyarak at, d an
negaranya. Ik h l as berbuatk ebaik an, m em beri pertol ongan dan bantu-
an k e pad a se sam a, tanpa m e ngh arapk an suatu bal asan apa pun
k e cual i d ari Al lah . Se luruh h id up d an ge rak k e h id upannya d i-
ik h lask an untuk m encari k erid h aan Al lah sem ata. D an, orang seperti
inil ah yang ak an m am pu m end ek atk an d iri k e pad a-Nya.
Tah allijuga be rarti m e ngh iasi d iri d e ngan jalan m e m biasak an
d iri be rsik ap d an be rbuat baik . Be rusah a agar d al am se tiap ge rak
pe ril ak u se l
alu be rjalan d i atas k e te ntuan agam a, baik k e w ajiban
yang be rsifat “l uar” (k e taatan l ah ir), se pe rti sh al
at, puasa, zak at,
d an h aji, m aupun k e taatan yang be rsifat“d al am ” (k e taatan batin),
se pe rti im an, b e rsik ap ik h las d an juga rid h a te rh ad ap se l uruh
k e te ntuan (taq d ir) Allah .
Al -Gh azal i m e ne rangk an bah w a be rsifat baik atau be rak h l ak
te rpuji be rarti m e ngh il angk an se m ua k e biasaan te rce l a, d an be r-
sam aan d e ngan itu m e m biasak an d iri d e ngan sifat-sifatyang baik ,
m e ncintai d an m e l ak uk annya. D al am rum usan l ain, se bagaim ana
d ik atak an ole h al -Q asim i, al-Gh azal i m e ngatak an bah w a yang d i-
k atak an berak h lak terpuji ial ah m em buatk ere l aan seluruh m ak h luk ,
baik d al am k e ad aan l apang m aupun susah . D i d al am k itab Al-
Arb a’în, al-Gh azal i m engatak an bah w a yang dim ak sud dengan ak h l ak
yang te rpuji ial ah be rsifat tid ak k ik ir d an tid ak boros, te tapi d i
antara k e d uanya. Atau d e ngan k ata l ain, sifat yang baik itu ial ah
70
be rsik ap m od e rat d i antara d ua sik ap e k strim .
70
Al-Ghazali, Kitab al-Arba’în fî Ushûl ad-Dîn, (Kairo: Maktabah al-Jindi, t.t.),
hlm. 19.

55
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

K e tiga, tajalli, yak ni terungk apnya nur gaib untuk h ati. D al am


h alini, k aum sufi m e nd asark an pe nd apatnya pad a firm an Al lah :
“Al lah ad al ah nur (cah aya) l angit d an bum i” (Q S. an-Nur [24]:
35). M ustafa Z ah ri m e nd e finisik an tajallise bagai “l e nyapnya h ijâb
d ari sifat-sifatk em anusiaan, tersingk apnya nur yang sel am a itu gaib,
d an l e nyapnya se gal a se suatu k e tik a m unculw ajah Al lah .”71
D i d alam k itabnya, Al-M unq izh m in ad h -D h alâl, al -Gh azal i
pernah m engatak an bah w a “tersingk apnya h al -h algaib yang m enjad i
penge tah uan k ita yang h ak ik i d isebabk an ol eh nur yang d ipancark an
Al l
ah k e d alam d ad a (h ati) se se orang. Pe nge tah uan h ak ik i te rse but
tid ak l
ah d id apatd e ngan m e nyusun d al ild an m e nata argum e ntasi,
te tapi k are na nur yang d ipancark an Al lah k e d alam h ati; d an nur
ini m erupak an k unci untuk sek ian banyak pengetah uan. O l eh k arena
itu, barang siapa yang m e ngira bah w a te rsingk apnya pe nge tah uan
yang gaib te rse butte rgantung pad a d al il-d al
ilse m ata m ak a se sung-
guh nya d ia te lah m e nye m pitk an rah m at Al lah yang l uas.”72
D i d alam k itab te rse b u t ju ga d iny atak an b ah w a k e tik a
R asul ul l
ah d itanya te ntang arti “m e l apangk an d ad a” d al am firm an
Al lah : “Siapa yang h e nd ak d ibe ri pe tunjuk ol e h Al lah m ak a d ia
ak an d il apangk an d ad anya untuk Isl am ” (Q S. al -An’am [6]: 125),
be l iau be rk ata: “Itu ad al ah nur yang d im asuk k an Al l ah k e d al
am
h ati.” K e m ud ian k etik a d itanya te ntang tand a-tand anya, rasulm en-
jaw ab: “M e njauh i d unia yang m e nipu d an m e ngh ad ap d e ngan se -
pe nuh h ati k e al am ab ad i.” D al am h ub ungan ini, rasuljuga
b e rsab d a: “Al l
ah te l ah m e nciptak an se l u ru h m ak h l u k d alam
k e ge lapan, l alu m e re k a d ipe rcik an se bagian dari nur-Nya”. Nur ini
m em ancar dari k em urah an Il ah i pada w ak tu-w ak tu te rte ntu, saat or-
ang h arus be rjaga-jaga untuk m e ne rim anya. Te rk ait dengan h alini
R asul ullah pernah bersabda: “Ada saat-saatdi m ana k arunia Tuh anm u
ak an diturunk an m ak a siapk anl ah dirim u untuk itu.”73
71
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawwuf, (Surabaya: Bina Ilmu, 1991),
hlm. 245.
72
Al-Ghazali, Al-Munqizh min adh-Dhalâl, (Beirut: al-Maktabah asy-Syu’ubiyah,
t. t.), hlm. 31–32.
73
Ibid.

56
Memahami Dunia Tasawuf

Untuk l ebih m end ek atk an diri k epada Allah d al am rangk a m en-


cari k e rid h aan-Nya, ad a be be rapa cara d an l angk ah yang d iajark an
k aum sufi, yak ni: (1) m el ak uk an m unajat74 k e pad a Al lah , (2) m urâ-
q ab ah d an m uh âsab ah ,75 (3) m e m pe rbanyak w irid d an zik ir, (4)
se l
al u m e ngingatm ati, (5) d an se nantiasa be r-tafak k ur.76 Cara-cara
itul ah yang d iyak ini d apatm e nd e k atk an d iri k e pad a Allah d an bisa
m e m e rol e h rid h a-Nya.
74
Munajat adalah melaporkan diri ke hadirat Ilahi atas segala aktivitas yang dilakukan,
yang baik maupun yang jelek, dengan cara khas seorang sufi. Dalam munajat itu,
disampaikan segala keluhan, mengadukan nasib dengan untaian kalimat yang indah
seraya memuji keagungan Allah. Ini adalah salah satu bentuk doa yang diucapkan
dengan sepenuh hati dan dengan bahasa puitis, dan biasanya disertai dengan deraian
air mata karena merasa banyak kekurangan, banyak berbuat salah dan dosa. Hal ini
barangkali didasarkan pada firman Allah: “Hendaklah mereka sedikit tertawa dan
memperbanyak menangis, sebagai balasan untuk apa yang mereka lakukan” (QS. at-
Taubah [9]: 82).
75
Murâqabah merupakan hasil dari pengetahuan dan pengenalan seseorang terhadap
Allah, hukum-hukum-Nya, serta ancaman­ancaman-Nya. Imam al-Ghazali berkata:
“Dampak dari murâqabah bagi kehidupan manusia ialah dapat meningkatkan sikap
mental, tersingkap dan terhindar dari yang meragukan dan selalu taat kepada Al-
lah.” Al-Hariri berkata: “Barang siapa yang hubungannya dengan Tuhan tidak
berlandaskan takwa dan murâqabah maka ia tidak akan sampai ke tingkat kasyf dan
musyâhadah.” Hasan al-Basri mengatakan: “Murâqabah seseorang di dalam berbuat
taat kepada Allah akan menumbuhkan keikhlasan; dan murâqabah dalam berbuat
maksiat akan menumbuhkan kesadaran untuk bertobat, menyesal, dan meninggalkan
perbuatan maksiat; serta murâqabah dalam menghadapi apa yang diperbolehkan
(mubâh) akan menumbuhkan keinginan untuk selalu memelihara adab, bersyukur
terhadap nikmat, dan senantiasa sabar dikala nikmat hilang dari tangannya. Sedangkan
tentang muhâsabah, Imam al-Ghazali mengatakan: “Hakikat muhâsabah ialah selalu
memikirkan dan memerhatikan apa yang telah dan akan diperbuat. Muhâsabah ini
lahir dari iman dan kepercayaan terhadap hari perhitungan (hari kiamat).”
76
Tafakkur adalah merenungkan tanda-tanda (fenomena-fenomena) alam. Kegiatan
tafakkur ini didasarkan pada firman Allah: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi; dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk; atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Ali
Imran [3]: 190–191). Tafakkur juga didasarkan pada hadits nabi: “Merenung sesaat
lebih besar nilainya daripada amal-amal baik yang diberkahi dengan bobot yang
dikerjakan oleh dua jenis makhluk (manusia dan jin).”
Istilah tafakkur banyak dikenal di kalangan kaum sufi. Menurut mereka, tafakkur
merupakan suatu jalan untuk memeroleh pengetahuan tentang Tuhan dalam arti
yang hakiki. Imam al-Ghazali, yang dalam sejarah intelektualnya mencari kebenaran
hakiki, mengambil ajaran tasawuf sebagai jalan yang mampu membawa kepada

57
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

(2)Tasaw uf ‘Am ali(Tasaw uf Sunni ‘Am ali)


Tasaw uf am al i se benarnya m e rupak an k e lanjutan d ari tasaw uf
ak h l
ak i k are na se se orang tid ak d apat d e k at d e ngan Al lah h anya
d engan am al an yang ia k e rjak an se be l
um ia m e m be rsih k an jiw anya.
Jiw a yang be rsih m e rupak an syarat utam a untuk d apat k e m bal i
k epad a Al lah k arena D ia ad al ah Z atyang M ah abersih d an M ah asuci,
d an h anya m e ngingink an/m e nerim a orang-orang yang suci. D al am
h alini, Al lah be rfirm an: “D an Al lah m e nyuk ai orang-orang yang
be rsih ” (Q S. at-Taubah [9 ]: 108) d an “Se sungguh nya Al lah m e -
nyuk ai orang-orang yang be rtobatd an m e nyuk ai orang-orang yang
m e nsucik an d iri” (Q S. al -Baq arah [2]: 222).
Prose s pe nyucian jiw a d alam rangk a m e nd e k atk an d iri k e pad a
Al lah ak an m e le w ati jal
an panjang d e ngan stasiun-stasiun yang d i-
se butm aq âm ât, d an d al am proses ini seorang sufi m em asuk i k ond isi
m e ntalte te ntu yang d ise but h âl.
M aq âm ât(bentuk jam ak d ari m aq âm ), berarti posisi, k ed ud uk -
an, d an tingk atan. D al am tasaw uf, m aq âm âtl azim d ipah am i sebagai
te m pat pe m b e rh e ntian atau stasiun d al am se b uah pe rjal anan
panjang m e nuju Tuh an. Abu Nasr ath -Th usi (w . 378 H ./9 88 M .)
m e nje l
ask an bah w a m aq âm âtad al ah k e d ud uk an se orang h am ba d i
kebenaran yang hakiki. Dia mengatakan bahwa pemahaman, pemikiran atau
perenungan itu dilakukan melalui hati (qalb) yang berpusat di dada, bukan dilakukan
melalui akal yang berpusat di kepala.
Menurut al-Ghazali, hati adalah laksana cermin yang dapat menangkap sesuatu
yang ada di luarnya. Untuk dapat menangkapnya dengan baik, hati harus bersih
dari kotoran dan noda; dalam arti bahwa hati harus bersih dari berbagai macam
dosa. Selain itu, hendaknya manusia selalu menghitung dan memikirkan apa yang
telah, sedang, dan akan diperbuatnya, yakni mana yang akan mendatangkan manfaat
dan mana yang akan mendatangkan bencana. Oleh karena itu, manusia dianjurkan
untuk memikirkan empat hal, yakni tentang ketaatan, kemaksiatan, sifat-sifat yang
baik, dan sifat-sifat yang buruk. Jika manusia ingin mendekatkan diri kepada Allah,
hendaklah ia selalu taat dan bersifat dengan sifat yang terpuji; dan sebagai lawannya
ia harus meninggalkan perbuatan maksiat dan menghindari sifat-sifat yang tercela.
Dengan demikian, jika manusia telah memikirkan dengan baik tentang akibat dari
perbuatan maksiat dan dampak dari sifat-sifat yang tercela bagi kehidupannya,
yakni perbuatan atau sifat yang akan membawanya pada kecelakaan maka selamatlah
ia dari bencana dan kebinasaan, jadilah ia orang yang dikasihi dan dicintai Allah,
hatinya selalu bersama Allah, Dia senantiasa terasa hadir pada setiap dan seluruh
getaran jiwanya.

58
Memahami Dunia Tasawuf

h ad apan Al l
ah yang be rh asild ipe rol e h nya m e l
alui ibad ah , pe r-
juangan m el aw an h aw a nafsu (jih âd an-nafs), berbagai latih an spiri-
tual(riyâd h ah ), d an pengh ad apan segenap jiw a raga (intiq â’) k epad a
Al l
ah .
M aq âm âtyang h arus d ijal ani ol e h se orang sufi atau cal on sufi
te rd iri atas be be rapa pe ringk at. Abu Bak ar al -K alabad zi (w . 380
H ./9 9 0 M .), tok oh sufi asalBuk h ara, Asia Te ngah , m e nye butk an
tujuh m aq âm yang h arus d il alui se orang sufi m e nuju Tuh an, yaitu:
tobat, zuh ud , sabar, taw ak al , rid h a, m ah ab b ah (cinta), d an m a’rifah .
Sal ah satu m aq âm te rpe nting m e nurutM uh am m ad Am in al -K urd i
(w . 1332 H ./19 13 M .), tok oh tare k at Nak saband iyah d ari e tnis
K urd i, ial ah tobat. M e nurutnya, tob at m e rupak an aw alse m ua
m aq âm ât. K e d ud uk annya l ak sana fond asi se buah bangunan. Tanpa
fond asi, bangunan tid ak d apatbe rd iri. Tanpa tobat, se se orang tid ak
ak an d apatm enyucik an jiw anya d an tid ak ak an d apatd e k atd e ngan
Al lah . Tobat d apat d ium pam ak an se bagai pintu ge rbang m e nuju
k e h id upan sufistik . K ata tobat se nd iri be rasald ari bah asa Arab,
taw b ah , yang be rarti ‘k e m bal i’. D alam istil ah tasaw uf, tobat be r-
m ak na k e m bal i d ari se gal a pe rbuatan te rce l a m e nuju pe rb uatan
te rpuji, se suai d e ngan k e te ntuan agam a. Tobatd ari se gal a d osa m e -
rupak an anjuran agam a. Banyak ayatAl -Q ur’an yang m enganjurk an
m anusia untuk be rtobat. Tid ak k urang d ari 71 k al i k ata taw b ah
77
d e ngan d e rivasinya d ise butk an d al am Al -Q ur’an.
Ab u Ish aq Ib rah im al-M atb u li (w . 29 1 H ./9 04 M .)
m e nje lask an b ah w a tob at itu te rd iri atas b e b e rapa pe ringk at.
Pe ringk at te re nd ah ial ah be rtobat d ari be rbagai d osa be sar, se pe rti
m enyek utuk an Al lah , d urh ak a k epad a orang tua, berzina, m em inum
k h am r, sum pah pal su, d an m em bunuh tanpa al asan yang d ibenark an
agam a. Pe ringk at se l anjutnya ial ah tob at d ari d osa-d osa k e cil ,
pe rbuatan m ak ruh (pe rbuatan yang d ibe nci ol e h Tuh an), sik ap d an
tind ak an yang m e nyim pang d ari k e utam aan, m e rasa d iri suci, d an
m e rasa te lah d e k at d e ngan Tuh an. Ad apun pe ringk at tobat yang
77
Sebagai contoh, kata tobat terdapat dalam QS. al-Furqan [25]: 70–71, QS. an-
Nur [24]: 31, dan Q.S. at-Tahrim [66]: 8.

59
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

pal ing tinggi ial ah tob at d ari k e l


e ngah an h ati m e ngingat Al
lah
k e nd ati h anya se k e jap.
Im am al -Gh azal i m e nje l
ask an d al am k aryanya M in h âj al-
‘Ab id î n b ah w a tob at m e m punyai d ua sasaran.78 Per tam a, tob at
m e m b uk a jal an d al am pe ningk atan k ual itas k e taatan se se orang
k e pad a Al l
ah se b ab pe rb uatan d osa yang d il ak uk an se se orang
m e ngak ibatk an k e h inaan d an te rtutupnya jal an untuk m e l ak uk an
k e taatan k epad a Al l
ah . D osa yang d il ak uk an se seorang secara terus-
m e ne rus, tanpa tobat, ak an m e njad ik an h atinya ge l ap, pe nuh nod a
h itam , k e ras, d an k otor. H ati yang d e m ik ian tid ak m e rasak an
k e nik m atan be ribad ah d an tid ak m e rasak an m anisnya pe nd e k atan
d iri k e pad a Al lah . Se k iranya Al lah tid ak m e m be rik an rah m at d an
k asih sayang k epad a h am ba-Nya yang be rd osa niscaya ia ak an jatuh
k e d al am k e k afiran d an k e h ancuran. Ked ua, tob at m e ne ntuk an
d ite rim anya am alibad ah se se orang ol e h Al lah . O l e h k are na itu,
se gal a be ntuk k e baik an, k e taatan, ibad ah , d an d oa yang d il ak uk an
se seorang bel um d iterim a Al l
ah se lam a orang itu m asih bergel im ang
d osa. O l e h k are na itu, tob at d ari se gal a d osa m e rupak an suatu
k e h arusan b agi se tiap h am b a Al l
ah yang m e ngh arap am al nya
d ite rim a ol e h -Nya.
Se l
ain istil ah m aq âm , d i d al
am l ite ratur tasaw uf juga te rd apat
istilah h âl(be ntuk jam ak nya ad al ah ah w âl). H âlm erupak an k ond isi
m e ntal , se pe rti pe rasaan se nang, se d ih , d an tak ut. H âlbe rl ainan
d e ngan m aq âm . H âlbuk an d ipe rol eh m el alui usah a m anusia, m e -
laink an ia m e rupak an anuge rah d an rah m at d ari Tuh an. H âlbe r-
sifat se m e ntara: ia d atang d an pe rgi; d al am arti d atang d an pe rgi
bagi se orang sufi d al am pe rjal anannya m e nd e k ati Tuh an.
M esk ipun k ond isi atau sik ap m entalitu sem ata anugerah Al lah ,
buk an k are na l atih an d an pe rjuangan, nam un bagi se tiap orang
yang ingin m e ningk atk an inte nsitas jiw anya m ak a d ia h aru s
be rusah a m e njad ik an d irinya se b agai orang yang be rh ak m e ne rim a
an u ge rah Allah te rse b u t. H alitu b isa d ilak u k an d e ngan

78
Al-Ghazali, Minhâj al-’Abidin, (Semarang: Maktabah Usaha Keluarga, t.t.).

60
Memahami Dunia Tasawuf

m e ningk atk an am alpe rbuatannya, baik d ari se gi k ual itas m aupun


k uantitasnya. Se l ain itu, m utu im an d an m a’rifah -nya k e pad a Al lah
juga h arus l e bih d ie fe k tifk an. Jik a se se orang tel ah m e m e nuh i tugas-
tugas te rse but, niscaya d ia be rh ak m e ne rim a anuge rah atau k arunia
d ari Tuh an; d an jik a Al lah m e ngh e nd ak i niscaya k ond isi jiw anya
ak an naik d ari satu tingk at k e tingk at yang l e bih tinggi d an l e bih
se m purna.
D e ngan d e m ik ian, m aq âm d an h âlad al ah d ua k e ad aan atau
aspe k yang sal ing te rk ait. M ak in tinggi m aq âm yang d icapai ol eh
se se orang m ak a se m ak in tinggi pul a h âlyang ia pe rol e h . D e ngan
d e m ik ian, h âlse be narnya m e rupak an m anife stasi d ari m aq âm yang
d icapai. D e ngan k ata l ain, ia m e rupak an k ond isi m e ntalyang d i-
pe rol e h se orang sufi se bagai anuge rah d ari am al an yang ia l ak uk an.
H anya saja, ol e h k are na se orang sufi se nantiasa be rsik ap h ati-h ati
d an be rse rah d iri k e pad a Al l
ah m ak a biasanya ia se gan untuk m e -
ngatak annya.
Sebagaim ana m aq âm , jum l ah d an form asi h âljuga d ipersel isih -
k an ol e h k aum sufi. D i antara se k ian banyak nam a d an sifat h âl
te rse but, ad a e m pat yang te rpe nting, yak ni:(1) k h aw f, yak ni sik ap
m e ntalm e rasa tak utk e pad a Al lah ;(2) raja’, yaitu sik ap m entalyang
optim is d al am m em eroleh k arunia d an nik m atIl ah i;(3) syaw q , yak ni
k ond isi k e jiw aan yang m e nye rtai m ah ab b ah , yaitu rasa rind u yang
m e m ancar d ari k al bu k are na ge lora cinta se jati k e pad a Al l
ah ; d an
79
(4) uns, yaitu te rpusatnya e k spre si ruh ani k e pad a Al lah .

2. Tare k at d an Pe rk e m b angannya d i D unia Isl


am
Tarek atm erupak an bentuk prak sis d ari tasaw uf. Tare k atm eng-
alam i pe rk e m bangan m ak na, d ari m ak na pok ok k e m ak na se cara
psik ologis, sam pai m ak na se cara k e organisasian.80 K ata “tare k at”
be rasald ari bah asa Arab, yak ni th arî
q ah , yang secara h arfiah be rarti
“jalan” se bagai m ak na pok ok . K ata te rse but se m ak na d e ngan k ata
79
Lihat Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, hlm. 140–152.
80
Tentang perkembangan makna, macam-macam, dan penilaian keabsahan tarekat,
lihat Asep Usman Ismail, “Tasawuf”, hlm. 305–318.

61
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

syarî l, d an m inh âj. Ad apun se cara istil


’ah , sh irâth , sab î ah , tare k at
m e ngand ung arti “jal an m e nuju Al l
ah guna m e nd apatk an rid h a-
Nya d e ngan cara m e naati ajaran-Nya.”
Istil
ah tare k at (th arîq ah ) d alam tasaw uf se ring d ih ubungk an
d engan dua istil ah lain, yak ni syarî‘ah (syari’at) dan h aq î
q ah (h ak ik at).
K e tiga istilah te rse but d ipak ai untuk m e nggam bark an pe ringk at
pe ngh ayatan k e agam aan se orang m usl im . Pe ngh ayatan k e agam aan
pe ringk at aw ald ise but syari’at, pe ringk at k e d ua d ise but tare k at,
se m e ntara pe ringk at yang te rtinggi ad al ah h ak ik at. Syari’at
m e rupak an je nis pe ngh ayatan k e agam aan e k sote rik , se d angk an
tare k atm e rupak an je nis pe ngh ayatan k e agam aan e sote ris. Ad apun
h ak ik atse cara h arfiah be rarti “k e be naran”, nam un yang d im ak sud
d engan h ak ik atd i sini ial
ah penge tah uan yang h ak ik i tentang Tuh an,
yang d iaw al i d e ngan pe ngam al an syari’at d an tare k at se cara
se im b ang.
D i sam ping pe nge rtian te rse but, tare k atjuga se ring d im ak nai
se bagai “cara” atau “m e tod e”, yak ni cara atau m e tod e untuk m e n-
d e k atk an d iri k e pad a All ah m e l
alui am alan yang te l ah d ite ntuk an
d an d icontoh k an ol e h Nabi Muh am m ad , d ik e rjak an oleh para sah a-
bat d an tabiin, d an k e m ud ian se cara sam bung-m e nyam bung d i-
te rusk an ol e h guru-guru tare k at. Transm isi ruh aniah d ari se orang
guru tare k at k e pad a guru tare k at be rik utnya d iistil ah k an d e ngan
“sil silah tare k at”. Guru tare k at itu se nd iri biasa d ipanggilm ursyid
(pe m bim bing spiritual ).
Pad a pe rk e m bangannya, k ata tare k at m e ngal am i pe rge se ran
m ak na. Jik a pad a m ul anya tare k atbe rarti jal an yang d ite m puh ol eh
se orang sufi d alam m e nd e k atk an d iri k e pad a All
ah m ak a pad a tah ap
se lanjutnya istil ah tare k at d igunak an untuk m e nunjuk pad a suatu
m e tod e psik ologis yang d il ak uk an ol e h guru tasaw uf (m ursyid ) k e -
pad a m urid nya untuk m e nge nalTuh an se cara m e nd al am . M e lalui
m e tod e psik ol ogis te rse but, m urid d il atih m e ngam al k an syari’at
d an latih an-l atih an k e ruh anian se cara k e tat se h ingga ia m e ncapai
pe nge tah uan yang se be narnya te ntang Tuh an.

62
Memahami Dunia Tasawuf

Pe ranan m ursyid d i d al am tare k at m irip d e ngan pe ranan se -


orang d ok te r. M ursyid ad al ah orang yang m e nd iagnosis pe nyak it
h ati d an m e ne ntu k an pe ngob atanny a, agar m u rid sanggu p
m e nyad ari k e h ad iran Tuh an d al am h id upnya. Tare k at se b agai
d im e nsi e sote ris ajaran Islam m e m punyai se gi-se gi e k sk l usif m e -
nyangk uth al -h alyang be rsifat“rah asia”. Bobotk eruh aniannya yang
am atd al am tentu tid ak se m uanya d apatd im engerti ol e h orang yang
h anya m e ne k uni d im e nsi e k sote rik ajaran Islam . O l e h k are na itu,
tid ak jarang te rjad i sal ah pe nge rtian d ari k al angan aw am yang
m el ih atnya. Sese orang tid ak d ibenark an m engam al k an tarek attanpa
bim bingan se orang m ursyid yang te rpe rcaya d an yang sud ah d iak ui
k e w e nangannya d al am m e ngajark an tare k at. K e w e nangan (ijâzah )
untuk m e ngajark an tare k at bagi se orang m ursyid d ipe rol e h d ari
gurunya se cara m utaw atir se h ingga m e m be ntuk m ata rantai guru-
guru tare k at yang d ise but “sil silah tare k at”.
Pad a m ulanya, suatu tare k ath anya be rupa “jal an atau m e tod e
yang d item puh ol e h seorang sufi secara ind ivid ual ”. K e m ud ian para
sufi itu m engajark an pengal am annya k epad a m urid -m urid nya, baik
se cara ind ivid ualm aupun k ol e k tif. D ari sini, te rbe ntuk lah suatu
tarek at, d al
am pengertian “jal an m enuju Tuh an d i baw ah bim bingan
se orang guru”. Se te l ah suatu tare k atm e m il ik i anggota yang cuk up
banyak m ak a tarek atterse butk e m ud ian d il em bagak an d an m e njad i
se buah organisasi tare k at. Pad a tah ap ini, tare k atd im ak nai se bagai
“organisasi se jum l ah orang yang be rusah a m e ngik uti k e h id upan
tasaw uf”. D engan d em ik ian, d i d unia Isl am d ik enalbeberapa tarek at
besar, seperti Tarek atQ ad iriyah , Naq syaband iyah , Syath ariyah , Sam -
m aniyah , K h al w atiyah , Tijaniyah , Id risiyah , d an R ifaiyah .
D ilih atd ari ajaran ortod ok s Isl am , ad a tarek atyang d ipand ang
sah (m u’tab arah ) d an ad a pul a tare k atyang d ianggap tid ak sah (gh air
m u‘tab arah ). Suatu tare k atd ik atak an sah jik a m e m il ik i m ata rantai
(sil
silah ) yang m utaw atir se h ingga am al an d al am tare k at te rse but
d apatd ipe rtanggungjaw abk an secara syari’at. Se bal ik nya, jik a suatu
tarek attid ak m em il ik i m ata rantai (sil sil
ah ) yang m utaw atir seh ingga
ajaran tare k at te rse but tid ak d apat d ipe rtanggungjaw abk an se cara

63
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

syari’atm ak a ia d ianggap tid ak m e m il ik i d asar k e absah an d an ol


eh
k are nanya d ise but tare k at yang tid ak sah (gh air al-m u’tab arah ).
D al am k ajian Ase p Usm a Ism aild ise butk an bah w a d i Ind one -
sia te rd apat tare k at-tare k at be sar yang m u‘tab arah . Tare k at-tare k at
itu m asuk k e Nusantara be rsam aan d e ngan prose s m asuk d an be r-
k e m bangnya agam a Isl am . D i l ingk ungan organisasi Nah d h atul
Ul am a (NU), para pe ngam altare k at m u‘tab arah itu be rnaung d i
b aw ah organisasi tare k at yang d ik e nald e ngan nam a Jam ’iyyah
Th ariq ah Mu’tab arah (Perk um pul an Tarek atyang Sah ). Perk um pul an
tare k at ini be rtujuan, antara l ain, untuk m e m be rik an arah an agar
pe ngam al an tare k at d i lingk ungan organisasi para ul am a itu tid ak
m e nyim pang d ari k e te ntuan ajaran Isl am . M e sk ipun d e m ik ian,
w ew enang untuk m engaw asi am al an sebuah tarek atsebenarnya tid ak
se pe nuh nya be rad a d i atas pund ak para ul am a NU. Pe ngaw asan
d an pe m be rian l abe lk e absah an bagi suatu tare k atad al ah tanggung
jaw ab k au m m u slim pad a u m u m ny a, y ang pe l ak sanaanny a
d id e l
e gasik an k e pad a ul am a.81
Ase p Usm an Ism aill e bih lanjut m e nje lask an bah w a stand ar
penil aian yang d igunak an untuk m enentuk an apak ah sebuah tare k at
tergol ong m u’tab arah atau tid ak ad al ah Al -Q ur’an d an sunnah Nabi
M uh am m ad , se rta am al an para sah abat. Se m angat yang m e njiw ai
tare k atm u’tab arah ini ial ah k e se l
arasan d an k e se suaian antara ajar-
an e sote ris Islam d e ngan ajaran e k sote risnya. Se m angat se pe rti ini
te lah d irintis ol
e h Im am al -Q usyairi d an k e m ud ian d ise m purnak an
ol e h Im am al -Gh azal i se h ingga m e ncapai puncak k e m apanannya.
D al am h alini, Al -Q ur’an d an sunnah nab i se nantiasa m e njad i
k rite ria utam a untuk m e ne ntuk an k e absah an se buah tare k at.82
Pem ik iran al-Gh azal i m e m ilik i pengaruh yang d om inan d al am
pengh ayatan k eagam aan k aum m usl im d i Ind onesia pad a k h ususnya
d an d i Asia Te nggara pad a um um nya. NU sebagai sal ah satu organi-
sasi sosialk eagam aan te rbe sar d i Ind one sia, d alam m uk tam arnya d i
Situbond o pad a 19 84 m e ne tapk an se cara form albah w a sal ah satu
81
Asep Usman Ismail, “Tasawuf”, hlm. 317–318.
82
Ibid., hlm. 318.

64
Memahami Dunia Tasawuf

k e te ntuan te ntang pah am Ah l ussunnah W al jam a’ah d al


am tasaw uf
ial ah m e ngik uti tare k atm u’tab arah d e ngan berped om an pad a ajaran
al -Gh azal i, d an ajaran para tok oh sufi Sunni yang l ain.83
D i d alam se b u ah organisasi tare k at te rd apat se ju m lah
k om pone n yang m e l iputi: guru, m urid , am al
an, zaw iyyah , d an
84
ad ab .
a. Guru tarek at
D alam se buah tare k at sufi, se orang guru tare k at, atau biasa
juga d ise but syaik h , m urad , pir, atau m ursyid , m e m il ik i pe ranan
pe nting d an bah k an m utl ak . Jik a para ulam a se bagai pe w aris nabi
m e ngajark an il mul ah ir m ak a para m ursyid tare k atm e njad i pe w aris
nabi d alam h alm e ngajark an pe ngh ayatan k e agam aan yang be rsifat
batin. O l e h k are na itu, d alam se tiap sil silah tare k at, te rlih at posisi
nabi be rad a pad a puncak nya, se te l ah Al lah d an Jibril .
Seorang syaik h atau m ursyid h arus m enguasai il m u syari’atd an
ilm u h ak ik atse cara m e nd al am d an l e ngk ap. Pe m ik iran, pe rk ataan,
d an pe ril ak unya h arus m ence rm ink an ak h l ak terpuji. D al am m e m -
bim bing pe nye m buh an m urid -m urid nya, se orang m ursyid d ibantu
ol e h be be rapa w ak ilyang d ise butk h alifah atau b ad al. D al am trad isi
tarek atQ ad iriyah -Naq syaband iyah , para w ak ilm ursyid biasa d isebut
W ak ilTal k in. Ini d ik aitk an d e ngan sal ah satu fungsi utam a m ursyid
tare k at, yak ni m e m be rik an tal k in k e pad a calon m urid yang ak an
m e ngik uti l atih an k e h id upan tare k at.
b . M urid atau sâl
ik tarek at
Seorang k and id atsâlik d isyaratk an h arus be rjanji se tia k e pad a
dirinya d i h ad apan m ursyid bah w a ia ak an m engam alk an segal a bentuk
am al an d an w irid yang te l ah d iajark an guru k e pad anya d e ngan
sungguh -sungguh . Janji se tia itu d ik e nald e ngan istil ah b aiat
(b ay’ah ).
83
Di Indonesia, organisasi sosial keagamaan yang juga memerhatikan masalah
tarekat, selain NU, adalah Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) di Sumatera
Barat dan Jam’iyah al-Washliyah di Sumatera Utara. Lihat ibid.
84
Ibid., hlm. 318–322.

65
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

D alam k eh idupan tarek at, dik enaldua jenis baiat, yak ni: (1) bay’ah
sh uw ariyah dan (2) b ay’ah m a’naw iyah . Baiat pertam a ad al ah baiat
k andidatsâlik dal am m engak ui bah w a m ursyid yang m em baiatnya itu
adal ah gurunya, tem pat ia berk onsul tasi tentang berbagai m asal ah
k eruh anian, dan sang guru juga m engak ui bah w a orang tersebutadal ah
m uridnya. K andidat sâlik seperti ini tidak perl u m eninggal k an k e-
luarganya untuk m enetap d i dal am zaw iyyah tarek at guna bersul uk
atau berzik ir be rsam a sang guru. Ia bol e h tinggald i rum ah d an
m el ak uk an pek erjaan seh ari-h ari sesuai dengan profesinya. Ia cuk up
m engam al k an w irid dan berbagai am al an pada w ak tu-w ak tu tertentu
sesuai dengan apa yang tel ah diajark an oleh m ursyid . M esk i d em ik ian,
ia diperbol eh k an m engunjungi zaw iyyah k apan saja ia sem pat. Adapun
baiatyang k ed ua adal ah baiatk andid atsâlik dal am m engak ui bah w a
ia bersed ia dididik dan dil atih m enjadi sufi yang ‘arif b i Allah . Sâlik
yang m enyatak an baiat dem ik ian h arus m eninggal k an k eluarga dan
tugas k eduniaw ian.Iaber-k h al w atdal am zaw iyyah tarek atuntuk beberapa
tah un, sesuai dengan bim bingan sang m ursyid .
c. Am al
an atau w irid tare k at
Sal ah satu am al an utam a yang m e njad i inti w irid tare k atial ah
85
zik ir. Se m ua k e lom pok tare k at m e ngajark an zik ir. Lantas apa
m ak na zik ir itu se nd iri?D al am h alini para ul am a sepak at bah w a
zik ir ad al
ah m enyebutasm a (nam a-k al im at) Al l
ah d engan ungk apan-
ungk apan yang baik (k alim ah th ayyib ah ), yang tel ah d itentuk an ol eh
ajaran Isl am , se pe rti m e m baca tash b ih (Sub h âna Allâh - M ah a Suci
Al lah );tah m id (Alham d ulillâh - Segal a Puji bagi Al lah );tak b î
r (Allâh u
Ak b ar - Al lah M ah abe sar);d an m e m baca tah lî l(Lâ ilâh a illâ Allâh
- Tiad a Tuh an se l ain Al lah ).
85
Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang mengisyaratkan peranan zikir dalam
kehidupan orang-orang beriman, seperti firman Allah: “(Yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah
karena hanya dengan mengingat Allah maka hati menjadi tenteram” (QS. ar-Ra’d
[13]: 28 dan “Oleh karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku juga akan
ingat kepadamu dan bersyukurlah kepada­Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku (QS. al-Baqarah [2]: 152). Dalam ayat lain juga ada peringatan agar
manusia tidak lupa kepada Allah karena hal itu akan mengakibatkan Allah membuat
manusia lupa kepada diri sendiri (QS.al-Hasyr [59]: 19).

66
Memahami Dunia Tasawuf

Se lain m e m baca k al im at-k al im atd i atas, m em baca Al -Q ur’an


d an d oa-d oa yang be rsum be r d ari k itab suci juga te rm asuk d al am
pe ngertian zik ir. Para ah l i tare k attel ah be rh asilm e m prak tik k an be r-
bagai te k nik be rzik ir se cara siste m atis. M e re k a m e m bagi zik ir atas
d ua bagian, yak ni zik ir yang d iucapk an d e ngan l isan (zik r jah r) d an
zik ir yang d iingat d al am k al bu (zik r k h afi). Ucapan yang m e re k a
pil ih d al am zik r jah r ial ah k al im at Lâ ilâh a illâ Allâh . M e re k a
m e m ilih u ngk apan tah lî lse b agai form u lasi zik ir k are na ia
m e ngand ung suatu pe rnyataan yang l e ngk ap bagi se orang m usl im ,
yaitu pe ne gasian tuh an-tuh an se l ain Al l
ah . D e ngan pe ngucapan
k alim atLâ ilâh a illâ Allâh m ak a d apatd ipastik an bah w a orang yang
m engucapk annya ad al ah m usl im . Ini berbe d a d engan ucapan tasb î h,
tah m î d , d an tak b î
r, yang tid ak d apat m e ngubah status se se orang
yang buk an m usl im m e njad i m usl im . D alam k aitan ini, nabi send iri
te l
ah m e nyatak an d al am h ad itsnya: “Se b aik -baik ucapank u d an
ucapan para nabi se be l um k u ial ah Lâ ilâh a illâ Allâh ” (H R . Abu
H urairah d ari Jabir bin Abd ul lah ).
K alim atLâ ilâh a illâ Allâh d ise butjuga sebagai k al im attauh id
d an k al im at zik ir nafi-itsb at (pe nafian d an pe nguk uh an). D al am
k alim atLâ ilâh a (tiad a Tuh an) terk and ung m ak na m enafik an, tid ak
ad a yang patutd ise m bah , tid ak ad a yang k aya, d an tid ak ad a yang
k uasa. Se te lah itu k e m ud ian d ik uk uh k an d e ngan k al
im atillâ Allah
(se lain Al lah ) yang m e ngand ung pe nge rtian bah w a Al lah lah satu-
satunya yang be rh ak d ise m bah , Yang M ah ak aya, M ah ak uasa, d an
M ah a segal anya. Tare k atQ ad iriyah term asuk sal ah satu tare k atyang
m e ngutam ak an pe ngam al an zik ir nafi-isb atini.
d . Z aw iyah Tare k at
Z aw iyah ad alah m aje lis tem patpara sâlik m engam al k an suluk ,
zik ir, d an berbagai w irid tarek atyang l ain, seperti m em baca m anâk ib
Sy aik h Ab d u lQ ad ir al-Jailani d an m e m b aca r atib Sy aik h
M uh am m ad Sam an. Latar be l ak ang m uncul nya zaw iyattid ak l epas
d ari k e biasaan k aum sufi d al am m e nge m bara d ari satu te m pat k e
te m pat yang l ain. M e re k a be rw atak k osm opol itan d alam m e ncari
pe m bim bing ruh ani, tanpa te rik atol e h batas-batas te ritorialsuatu

67
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

ne gara. D ari k e biasaan te rse but, te rbe ntuk l


ah pusat-pusatk e giatan
k aum sufi d i be rbagai k aw asan d unia Isl am .
e . Ad ab atau e tik a sâl
ik d e ngan syaik h tare k at
M e nurut Ibn Arabi, se orang sâlik d i h ad apan gurunya h e n-
d ak lah be rsik ap bagaik an m ayatyang be rad a d i tangan orang yang
m e m and ik annya. D ari sini k e m ud ian m unculse d e re t e tik a sâlik
te rh ad ap gurunya, yang m e l iputi:
(1)Sâlik tid ak b ol
e h b e rprasangk a b uruk atau ragu te rh ad ap
gurunya;
(2)sâlik tid ak bol
e h d ud uk pad a te m pat yang biasa d id ud uk i ol
eh
gurunya;
(3)sâlik tid ak bol
e h m e m ak ai suatu barang yang biasa d ipak ai ol
eh
gurunya;
(4)apabil a sang guru m e nyuruh sâlik m e nge rjak an se suatu m ak a
h e nd ak l
ah ia se ge ra m e nge rjak annya;
(5)sâlik tid ak bole h m e ngajuk an usulapa pun jik a ia tid ak atau
be lum m e m ah am i je nis pe k e rjaan itu;
(6)jik a sâlik m e l
ih atgurunya be rjal
an k e suatu arah , ia tid ak bol
eh
be rtanya k e m ana gurunya pe rgi;
(7)sâlik tid ak bole h m e nik ah i jand a gurunya k e tik a gurunya te l
ah
be rce rai atau m e ninggald unia;d an
(8)m urid yang be rani m e l aw an gurunya d al am se buah tare k at d i-
pand ang te l ah m e l
aw an Al lah k are na syaik h tare k atitu bersam a-
sam a d e ngan Al lah d an ia be rposisi se bagai m azh âriyah (pe -
nam pak an d iri) Al l
ah .
Pe ngh orm atan d an k e taatan se orang m urid k e pad a m ursyid
m e rupak an k om pone n pe nting d al am tare k at. M e nurutIbn Arabi,
se orang sâlik yang tid ak h orm at d an tid ak taat k e pad a sang guru
m ak a h ancurl ah ad ab -nya k e pad a Nabi M uh am m ad . Se bab, syaik h
ad alah w ak ilNab i M uh am m ad d al am k e pe m im pinan ruh ani
sam pai k e h ad iratAl lah . D alam Al -Q ur’an d ije lask an bah w a orang
yang be rim an tid ak m e ngajuk an pe rtanyaan apa pun k e pad a nabi
68
Memahami Dunia Tasawuf

te ntang b e rb agai h aly ang jik a d ite rangk an ju stru ak an


m e nd atangk an k esuk aran bagi m e re k a.86 O l
e h k are na itu, para sâlik
d alam se buah tare k at h arus m e m e l ih ara ad ab k e pad a gurunya.
M e rek a tid ak boleh berd isk usi, m enyanggah , atau m em pertanyak an
pe san-pe san gurunya. Ad ab k e pad a guru ini d im ak sud k an agar
se orang sâlik m e m e rol eh l im pah an be rk ah d ari sang guru guna
m e ningk atk an m aq âm -nya;se bab l im pah an be rk ah itu ad al ah atas
izin Al l
ah , yang h anya d ik aruniak an k epad a m urid yang berk h id m at
atau m e ngabd i k e pad a gurunya se cara tul us.
D i baw ah ini d isajik an d ua tabeluntuk d ik etah ui pok ok -pok ok
tasaw uf d an tare k at.
Tab e l1:
D im ensi Ajaran Tasaw ufd an Tare k at

Keterangan Sumber:
Tabel dibuat oleh penulis atas dasar kajian Asep Usman Isma’il, dalam Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam, “Tasawuf”, hlm. 305-322.

86
QS. al-Maídah [5]: 101

69
70
Tab e l2:
Pe rk em b angan M ak na d an Kom pone n Tarek at
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah
Memahami Dunia Tasawuf

71
72
Keterangan sumber:
Sebagaimana tabel di atas, tabel ini juga dibuat oleh penulis atas dasar kajian Asep Usman Ismail, dalam Ensikpoledi
Tematis Dunia Islam. Lihat Utsman Isma’il, Tasawuf, hlm. 305-322.
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah
Memahami Dunia Tasawuf

D ari pe m bah asan d i atas d apatd ipah am i bah w a tasaw uf pad a


um um nya m e rupak an usah a suluk (pe rjal anan ruh ani) se orang
h am ba untuk m encapai batas k ed ek atan k epad a Al lah . D alam proses
suluk ini ad a bim bingan ruh ani d ari m ursyid k e pad a m urid se suai
d e ngan jalur silsil
ah tare k atnya. Pad a sil
silah inilah ad a h ierark i yang
d apat d iluk isk an se pe rti gam baran be rik ut ini.

Gam b ar 1:
H irark i dal
am Tasaw uf/Tarek atpada Um um nya

Al
lah

M al
aik atJibrila.s.

Nab i M uh am m ad Saw . D ari Nabi M uh am ad sam pai k e


m urid d ise but “jal
ur sil
sil
ah ”.
Pe ndiri Tarek at Jalu r silsilah d ipe rol e h d e ngan
prose s b aiat (janji se tia) m urid d i
M ursyid /M urad /Syaik h /Pir h ad apan m ursyid .
M ursyid /M urad /Syaik h /Pir Jalu r sil
sil ah se m ak in l
am a se -
m ak in panjang k are na se m ak in
M ursyid /M urad /Syaik h /Pir jauh nya m asa h id up antara m urid
d an pe nd iri tare k at.
D an se te rusnya
Targe t k e tasaw u fanny a ad alah
Mursyid/Murad/Syaik h /Pir k e sucian jiw a d alam rangk a m e n-
d e k atan d iri k e pad a Al
lah d an
Murid m e ngh arapk an rid h a-Nya.

D ari uraian d i atas d apatl


ah d isim pul
k an bah w a visi be rbagai
aliran tasaw uf se cara um um ad al ah “m e njad ik an tasaw uf se bagai
sarana batiniah untuk terciptanya k ed ek atan d iri k e pad a All
ah guna
m e nd apatk an rid h a-Nya d e ngan m e naati ajaran-Nya. Se m e ntara
m isinya ad alah “m e nyucik an jiw a guna m e nd e k atk an d iri k e pad a

73
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah
Memahami Dunia Tasawuf

Al lah ”. Prose s pe nyucian jiw a ini d il


ak sanak an d e ngan tujuh tah ap,
yak ni: (1) tob at, (2) zuh ud , (3) sab ar, (4) taw ak k al, (5) cinta
(m ah ab b ah ), (6) d an (7) m a’rifat. Se d angk an instrum e n batiniah
untuk pe nyucian jiw a ad al ah pe rangk at zik ir yang te lah d iram u
se d e m ik ian rupa ole h tiap-tiap para pe nd iri aliran tasaw uf.

D .Al
iran-Al
iran Tare k atd i D unia Isl
am

1. Al iran-Al iran Tare k at yang Te rk e nal


D i d unia Isl am te rd apat banyak se k al i al
iran tare k at. Ak an
te tapi, tid ak se m ua aliran tare k atte rse butm am pu be rk e m bang d an
be rtah an se rta te rse bar se cara l uas. Be rik ut ini k am i sajik an d aftar
al iran tare k atyang popul e r d an te rse bar se cara l
uas d i d unia Islam .

Tab e l3:
Al
iran-Al
iran Tare k atyang Te rk enal

74
Memahami Dunia Tasawuf

75
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

D ari d ata-d ata d i atas d apat d ik e tah ui bah w a h am pir se m ua


al iran tare k atyang te rk e nal(38 al iran tare k at/ 86%) m e nisbatk an
nam a al iran tarek atnya pad a nam a pe nd irinya. Sed angk an sebagian
k e cill ainnya, yak ni 6 al iran (14%), tid ak m e nisb atk an nam a
tare k atnya pad a nam a pe nd irinya.
Lih at tabe lbe rik ut ini.

Tab e l4:
Nam a Al
iran Tarek atyang Tid ak D inisb atk an pada Nam a
Pendirim ya

Al iran-al iran tare k at te rk e nalyang d ise butk an pad a tabe l3


te rse bar d i be be rapa ne gara, te rm asuk d i Ind one sia, se bagai pusat
pe rk e m bangannya. Jik a d il ak uk an pe rband ingan k uantitas al iran
tare k at d i be be rapa ne gara yang m e njad i pusat pe rk e m bangannya
m ak a gam barannya d apat d ik e tah ui pad a tabe lbe rik ut ini.

76
Memahami Dunia Tasawuf

Tab e l5:
Pe rband ingan Kuantitas Al
iran Tarek at

D ari d ata te rse but d apat d ik e tah ui bah w a ne gara Turk i m e n-


d om inasi pe ringk attertinggi se bagai pusatk em uncul an al iran-al
iran
tare k atte rk e nald i d unia Islam . Se te lah itu, Saud i Arabia, Iran, d an
Irak m enem pati posisi berik utnya. Sed angk an Ind onesia m end ud uk i
peringk atyang sam a d engan M esir, M arok o, Lebanon, d an Anatol ia,
d i baw ah pe ringk at Suriah , Yunani, Ind ia, d an Al jazair.

77
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Ak an te tapi, d i sini juga h arus d ice rm ati bah w a be rd asark an


h asilpe ne litian pe nul is, se be narnya ad a d ua aliran “tasaw uf” yang
m e rupak an prod uk asl i Ind one sia, yak ni aliran Sh id d iq iyah d an
al iran W ah id iyah . Al iran yang te rak h ir ini d id irik an ol eh KH .
Abd oelM ad jid M a’roe fpad a 19 63 d engan pusatperk em bangannya
d i K ab u pate n K e d iri, Jaw a Tim u r. Ak an te tapi, ol e h k are na
W ah id iyah h anya m e rupak an al iran tasaw uf, buk an al iran tare k at,
ia tid ak term asuk d al am d aftar al iran-aliran tarek atterk enalm enurut
ve rsi Ensik loped i Tem atis D un ia Islam , m e sk ipun pe rk e m bangan
al iran W ah id iyah ini sejak sepul uh tah un yang l alu telah berk em bang
k e m anca ne gara.
M engenai posisi W ah id iyah sebagai gerak an tasaw uf, dan buk an
ge rak an tare k atjuga d inyatak an ol e h Gus D ur (K H . Abd urrah m an
W ah id ). Pad a 19 74 Gus D ur d im inta ol e h LIPI (d al am h alini, ia
d im inta oleh Bapak D r. Taufik Abd ul lah ) d ari LEM NAS(Le m baga
Ek onom i Nasional ) untuk m e nye l id ik i k e ad aan d an k e h id upan
orang-orang yang m e njal ani k e h id upan tasaw uf d i Ind one sia. D ari
h asilpe ne litiannya, Gus D ur b e rk e sim pul an bah w a orang yang
m enjal ani k e h id upan tasaw uf d i Ind one sia bisa d ibagi m enjad i d ua:
pertam a, orang yang be rtasaw uf ak h l ak nya, se pe rti w arga M uh am -
m ad iyah . M e re k a bisa saja b e rtasaw uf m e sk ipun tid ak m e njad i
anggota ge rak an tasaw uf m ana pun. Ked ua, orang yang m e njad i
anggota ge rak an tasaw uf. K e l om pok k e d ua ini d ibagi m e njad i d ua
gol ongan;(a) anggota tare k at (ad a 45 tare k at m u’tab arah ) d an (b )
anggota ge rak an tasaw uf te rte ntu, nam un buk an tare k at. D i sini,
W ah id iyah m asuk d al am k ate gori yang k e d ua k are na m e ngajak
m anusia k e m bal i k e pad a Al
lah d e ngan se ruan FafirrûIlallâh ).87

87
Sumber data: kaset rekaman fatwa dan amanat Gus Dur pada acara Mujahadah
Nisfussanah di DKI Jakarta pada 2 April 2000 (dokumen DPP PSW). Kapasitas
Gus Dur ketika itu adalah sebagai Presiden RI dan tidak terlepas dari kapasitasnya
sebagai tokoh strategis NU.

78
Memahami Dunia Tasawuf

E. Pe m ik iran Tasaw uf d i Ind one sia


Te ntang pe m ik iran tasaw uf d i Ind one sia, ad a h asilpe ne l
itian
yang be rh arga untuk d ipe rh atik an se bagai pe rtim bangan re fe re nsi,
yak ni pe ne l
itian M . Sol ih in d alam buk unya M elacak Pem ik iran
Tasaw uf d i Nusantara.88
D alam pe ne l itiannya, M . Sol ih in m e nyim pul k an bah w a Is-
lam d atang pe rtam a k al i k e w ilayah Ace h . O l e h k are na itu, Ace h
se k aligus be rpe ranan pe nting d al am pe nyebaran tasaw uf k e se l uruh
w il ayah Nusantara, te rm asuk juga k e se m e nanjung-se m e nanjung
Mel ayu. Tasaw ufyang singgah pe rtam a k al i d i Aceh m em il ik i corak
falsafi. Tasaw uf fal safi ini b e gitu k uat te rse bar d an d ianut ol eh
sebagian m asyarak atAceh , d engan tok oh utam a-nya ad al ah H am zah
Fansuri d an Syam sud d in al -Sum atrani. D ua tok oh sufi-fal safi ini
m em punyai pe ngaruh cuk up be sar h ingga corak ajaran tasaw ufyang
d iajark annya te rse bar k e d ae rah -d ae rah l
ain d i Nusantara.
K eh ad iran tasaw uf yang be rcorak falasafi ini k em ud ian d isusul
ol eh tasaw ufyang bercorak sunni. K ed atangan tasaw ufsunni m enjad i
se m acam k ore k si te rh ad ap pe m ah am an tasaw uf fal safi yang ce n-
d erung m anutpad a ajaran-ajaran Ibnu Arabi d an al -Jili atau bah k an
al-H al laj. D engan k eh ad iran d ua al
iran tasaw ufyang berbed a h al uan
ini, m enggam bark an bah w a d i Ind one sia terjad i pol e m ik yang tarik -
m e narik antara k e d uanya. M asing-m asing m e m punyai argum e n-
argum en yang m e nguatk an m asing-m asing al iran Tasaw ufte rse but.
M e sk i bagaim anapun, d ua al iran tasaw uf itu k e m ud ian m e -
w arnai pe m ah am an-pe m ah am an tasaw uf d i se l uruh d ae rah d i In-
d one sia d an se m e nanjung M e l ayu l ainnya. M uncul nya d ua tok oh
Ace h yang be rcorak fal safi d i atas k e m ud ian d isusulol e h ar-R aniri,
Abd R a’uf al -Sink ili, Abd Sh am ad al -Palim bani, W al i Songo, Abd
M uh yi Pam ijah an, M uh am m ad Aid rus, Syaik h Yusuf al -M ak assari.
M uncul nya tok oh sufi pasca-H am zah Fansuri d an al -Sum atrani ini

88
M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005).

79
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

le bih m enam pak k an ajaran tasaw ufyang tipik alal -Gh azal i. Bah k an,
tasaw uf yang b e rnuansa pe m ah am an al -Gh azal i ini k e m ud ian
m e njad i be gitu d om inan d i Nusantara h ingga k ini. D e m ik ian juga
yang k e lih atan cuk up m enarik , te rnyata m e re k a h ad ir m enyebark an
tasaw uf d i Ind one sia d e ngan be rlatarbe lak ang tare k atyang d ibaw a
d ari guru-guru m e re k a, baik yang l angsung d ari sum be r-sum be r
Arab se pe rti al -Q usyairi, al -K urani, d an tok oh l ainnya, m aupun
le w at be l
ajar pad a ul am a-ul am a sufi yang sud ah ad a d i Ind one sia.
Ol e h k are na itu lah se ring d ite m u k an se ju m l ah tare k at yang
be rk e m bang d i Ind one sia, m isal nya Q ad iriyah , Naq syaband iyah ,
Syath ariyah , K h al w atiyah , d an Sam m aniyah .
Pad a sisi l
ain patut d ipe rh atik an juga bah w a ad a d ua tok oh
lain yang m e m pe rk aya k h azanah k e tasaw ufan d i Ind one sia, yak ni
R onggow arsito d i Jaw a Te ngah yang be rnuansa “K e jaw e n” d an H aji
H asan M usth afa d i Jaw a Barat yang be rnuansa al am “Pasund an”.
K e d ua tok oh ini m e m punyai pe m ah am an spiritualyang be rbe d a
d e ngan tok oh -tok oh lainnya. M e re k a m e m e rl
ih atk an ad anya pe r-
gum ul an antara pe m ik iran tasaw uf d e ngan bud aya se te m pat.
Berd asark an d ata-d ata yang ad a, sufi-sufi te rsebutd i atas cuk up
m em ah am i ajaran-ajaran w ah d ah al-w ujûd atau w ujud iyah m il ik Ibn
Arabi d an ajaran insân k âm ilm il ik al
-Jili, d e ngan basis teori tanazzul
d an tajalli. Te ori-te ori yang te rk e san m e m b aw a ph an te ism e ini
k e m ud iann m asuk k e Nusantara m e l al ui d ua tok oh Ace h se pe rti
yang d ise butk an d i atas. Te ori-te ori prod uk d ua tok oh ini se m ak in
k u at pe ngaru h ny a k are na d itopang ju ga oleh M u h am m ad
Fad h l ullah al -Burh anpuri (tok oh tasaw uf k e l ah iran Ind ia). Ia juga
m e m punyai pe ngaruh yang tid ak k al ah pe ntingnya d ib and ing
d e ngan Ibn Arabi d an al -Jil
i bagi sufi-sufi d i Ind one sia. H alini
te rutam a d ise babk an ol e h buk u Tuh fah k arya al -Burh anpuri yang
m asuk d an d ipe l ajari ole h be be rapa sufi d i Ind one sia. K e m ud ian
k onse p w ah d ah al-w ujûd k arya Ibn Arabi d an insân k âm ilprod uk
al - Jili b e rpad u d e ngan Tu h fah m il ik al - Bu rh anpu ri se h ingga
m el ah irk an teori M artab atTujuh . Teori ini terl ih atm e w arnai w acana
pe m ik iran-pe m ik iran sufi Ind one sia. H anya saja, k e m ud ian d apat

80
Memahami Dunia Tasawuf

d ib e d ak an siapa tok oh yang m e nganut se utuh nya pe rpad uan


pe m ik iran Ibn Arabi, al -Jil
i, d an al
-Burh anpuri, se rta siapa yang
k e m ud ian m e nolak pah am k e tiga sufi itu yang banyak d ik l aim
se bagai pe nganutw ujûd iyyah m ulhid ah .
Teori M artab atTujuh ternyata berh ubungan eratd engan pah am
tanazzuld an tajalli, d an ini te rnyata m enjad i fenom ena yang banyak
d iju m pai d i Ind one sia. K onse p m artab at tu ju h m e ru pak an
tingk atan-tingk atan pe rw ujud an m e l alui tujuh m artabat, yaitu: (1)
ah ad iyah , (2) w ah d ah , (3) w âh id iyah , (4) ‘alam arw ah , (5) ‘alam
m itsal,(6) ‘alam ajsâm , d an (7) ‘alam insân. Para pem erh ati m artabat
tujuh d i Pul au Jaw a m e nge nalungk apan la d ud u ik u iya ik i, sejatine
ik u iya (b uk an itu iya ini, se sungguh nya m e m ang iya), yang artinya
bah w a h ak ik atini d an itu ad al ah sam a, itu-itu juga. Ungk apan ini
d al am istilah H aji H asan M usth afa d ik e nald e ngan ungk ap-annya
d iseb ut ain g d a itu, d iseb ut itu d a aing (apabil a d ik ata-k an ak u
k e nyataannya itu; d an apabil a d ik atak an itu, k e nyataannya ak u).
Atas d asar pe m ah am an te rh ad ap ungk apan-ungk apan itul ah m ak a
banyak tok oh yang m e ngid e ntik k an ajaran m artabattujuh d e ngan
w ah d ah al-w ujûd (m anunggaling k aw ula-Gusti).
K e ce nd e rungan k e pad a pah am m anung-galing k aw ula-Gusti
itul ah yang k e m ud ian d itol ak k e ras ol e h para sufi be rcorak Sunni
d i Ind one sia, m isal nya Nurud d in ar-R aniri d an Sayyid Al aw i.
K e m ud ian ad a e m pat tok oh tasaw uf yang se d ik it be rbe d a d e ngan
ar-R aniri d an Al aw i, yak ni Abd Sh am ad al -Palim bani, Abd R a’uf
as-Sink l i, M uh am m ad ‘Aid rus, d an Syaik h Yusuf al -M ak assari.
K e e m pat sufi ini b e rpe gang te gu h pad a transe nd e nsi Tuh an.
M esk ipun secara spiritualm anusia d apatd ek at(q urb ) d engan Tuh an,
k e e m pat sufi ini b e rpe gangan b ah w a prose s q u r b tid ak ak an
m e ngam bilbe ntuk k e satuan w ujud antara m anusia d e ngan Tuh an.
D engan d em ik ian, e m patsufi ini l e bih m od eratd alam pe m ah am an
te ntang ajaran w ujud iyyah atau m artab at tujuh se h ingga ad a yang
m e nye but al iran tasaw uf m e re k a ini be rcorak ne osufism e . Istil ah
ne osufism e ini k e l ih atan m e nunjuk pad a pah am tasaw uf yang
m e ngam biljal an te ngah , yak ni pah am yang m e nafsirk an k onse p

81
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

yang agak “m e ngh e boh k an” itu d e ngan m e nggunak an anal isis d an
pe nafsiran gaya al -Gh azali, al
-Junaid i, atau al-Q usyairi, yang te tap
m e m be d ak an antara m anusia d e ngan Tuh an, yang k e d uanya tid ak
m ungk in d apat be rsatu, k e nd atipun m anusia d apat d e k at (q urb )
d e ngan Tu h an lew at ib ad ah d an pe m ah am an y ang te tap
be rland ask an syari’at.
Pem ah am an se pe rti itu k e lih atannya lebih te gas d ipah am i oleh
W al i Songo d i Pul
au Jaw a, yang l ebih tam pak corak sunninya. Gaya-
gaya pe nafsiran m e re k a ini k e lih atan te tap ce nd e rung pad a tasaw uf
sunni. Tasaw uf sunni ini cuk up m e m e ngaruh i, bah k an um um nya
d ianutd i Ind one sia sam pai se k arang.
Untuk m e ngetah ui secara ringk as pok ok -pok ok pem ik iran d an
para tok oh tasaw uf d i Ind one sia, sim ak tabe lbe rik ut ini:88

88
Ibid.

82
Tab e l6:
Pe m ik iran Tasaw ufdi Ind onesia
Memahami Dunia Tasawuf

83
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

84
Memahami Dunia Tasawuf

85
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

86
Memahami Dunia Tasawuf

87
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

88
Memahami Dunia Tasawuf

89
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

90
Memahami Dunia Tasawuf

91
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Pe m ik iran tasaw uf se bagaim ana te rm uatd al am tabe ld i d e pan


m e rupak an h asilpe m ik iran para tok oh sufi Ind one sia. M e sk ipun
ad a prose s d e rivasi d ari tasaw uf fal safi yang m asuk k e Ind one sia
m el alui Ace h , ijtih ad m e re k a untuk m e m prod uk pe m ik iran k h as
tasaw uf d i d i ne ge ri ini m e njad i k h azanah te rse nd iri. Bah k an
pe m ik iran tasaw uf m e re k a d ituangk an d al am banyak k arya yang
m e nggunak an ane k a bah asa (Arab, Inggris, d an d ae rah ). H alinil ah
yang m e m bed ak annya d e ngan al iran-aliran pem ik iran tasaw ufyang
ad a d an aliran- aliran tare k at d i Ind one sia y ang b e ru sah a
m e m pe rtah ank an corak tasaw uf d ari sum be rnya d i Tim ur Te ngah .

92
3
Wahidiyah dan Fenomena
Tasawuf Kultural

A. Se jarah R ingk as Sh al
aw atW ah idiyah
Pad a aw alJul i 19 59 , K H . Abd oe lM ad jid M a’roe f, pe ngasuh
Pe santre n K e d unglo, Band ar Lor, K e d iri, m e ne rim a pe tunjuk gaib,
atau “alam atgaib”— m e nurutistil ah K H . M a'roe f— d alam k e ad aan
antara te rjaga d an sad ar, buk an d al am al am m im pi. M ak sud d an isi
“alam at gaib” te rse but ad al ah : “supaya ik ut be rjuang m e m pe rbaik i
m e ntalm asyarak at l e w at jal
an batiniah ”.
Se sud ah pe ristiw a te rse but, K H . M a'roe f sangat prih atin d an
k em ud ian m encurah k an (m em usatk an) k ek uatan batiniah nya d engan
cara m em pe rbanyak m ujah ad ah d an m unajatk epad a Al lah m em oh on
k e se jah te raan m asyarak at, te rutam a pe rbaik an m e ntal(ak h l ak ) d an
k e sad aran k e pad a Al l
ah d an rasul -Nya. D oa-d oa (am alan) yang d ia
pe rbanyak ad al ah d oa sh al aw atse pe rti sh alaw atb ad aw iyah , sh alaw at
nariyah , sh alaw at m unjiyat, sh alaw at m asisiyah , d an m asih banyak
lagi yang l ainnya. Bol e h d ik atak an bah w a h am pir se luruh d oa yang
d ia am al k an untuk m e m e nuh i m ak sud “al am atgaib” te rse butad al ah
d oa sh al aw at, d an h am pir sel uruh w ak tunya saatitu d igunak an untuk
m e m baca sh al aw at.1

1
Suatu contoh, ketika bepergian dengan naik sepeda, dia memegang setir sepeda
dengan tangan kiri, sedang tangan kanannya dimasukkan ke dalam saku baju
untuk memutar tasbih. Untuk amalan shalawat nariyah, misalnya, dia sudah

93
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

K e m ud ian , pad a aw altah un 19 63, K H . M a'roe f m e ne rim a


“al am atgaib” tah ap k ed ua, seperti yang d ia terim a pad a tah ap pertam a
(19 59 ). Al am at gaib yang k e d ua ini be rsifat pe ringatan te rh ad ap
alam at gaib yang pe rtam a. O l e h k are na itu, d ia pun m e ningk atk an
m ujah ad ah (Jaw a: d epe-d epe) k e pad a Allah se h ingga k ond isi fisik nya
se ring te rganggu, nam un tid ak m e m e ngaruh i k ond isi batiniah nya.
Tid ak lam a be rse l
ang, m asih d al am tah un 19 63, K H . M a'roe f
m e nd apatk an l agi alam atgaib d ari Al lah untuk yang k e tiga k alinya.
Al am at gaib yang k e tiga ini l e bih k e ras lagi d aripad a yang k e d ua,
se bagaim ana k isah yang d ia ungk apk an: M alah k ulo d ipun ancam
m enaw i m b oten enggal-enggalnglak sanak ak en (m al ah saya d iancam
k alau tid ak ce pat-ce patm e l
ak sanak an). K e m ud ian d ia m e l
anjutk an
k isah nya: Sak ing k erasipun peringatan lan an cam an, k ulo n gantos
gem etar sak b ak d an ipun m en ik o (k are na k e rasnya pe ringatan d an
ancam an, saya sam pai gem etar sesud ah itu). Sesud ah turunnya al am at
gaib yang k e tiga, d ia pun se m ak in be rtam bah prih atin, m ujah ad ah ,
taq arrub , d an m unajatk e h ad iratAl lah .
D alam situasi batiniah yang senantiasa ber-taw ajjuh (m engh adap
d e ngan se ge nap k e sad aran batin) k e h ad irat Allah d an rasul -Nya,
K H . M a'roe f pun ak h irnya m e nyusun suatu d oa sh al aw at. D ia m e n-
je lask an: Kulo lajeng nd am eloret-oretan (saya k e m ud ian m e m buat
coret-coretan). Sak d erenge k ul
o inggih m b oten angen-angen bad h e nyusun
sh alaw at(se be l
um nya saya tid ak ad a angan-angan m e nyusun sh al a-
w at). M alah anggen k ulo nd am elnam ung k alian nggloso (m al ah d alam
m e nyusun sh al aw at itu saya sam biltid uran).
D oa sh al aw at yang lah ir d ari k and ungan batiniah yang be r-
ge tar k e pad a Allah d an rasul -Nya d al am fre k ue nsi tinggi, batiniah
yang d il iputi rasa tanggung jaw ab d an prih atin te rh ad ap um at d an
m asyarak at, ad al ah sh al
aw at:

terbiasa mengkhatamkannya dengan bilangan 4.444 kali dalam tempo kurang


lebih satu jam.

94
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

“Nik i k ulo nam ek ak en sh al aw at m a’rifat” (ini saya nam ak an


sh alaw at m a’rifat), d e m ik ianl ah d ia m e nje l
ask an. (D al am sh al
aw at
te rse butbe lum ad a tam bah an k ata Ya Allah se te l ah k al
im attam am a
m agh firatik a . . ., se pe rti yang ad a se k arang ini).
Se te l
ah m e nganggitsh al aw atte rse but, K H . M a'roe f k e m ud ian
m e nyuruh tiga orang supaya m e ngam al k an sh alaw at yang baru d ia
susun itu.2 Setel ah m engam al k an sh al aw atterse but, m erek a m enyata-
k an k e pad a K H . M a'roe f bah w a m e re k a d ik aruniai rasa te nte ram
d alam h ati, tid ak ngongso-ngongso, d an l e bih banyak ingat k e pad a
Al lah . Se te l
ah itu, K H . M a'roe f k e m bali m e nyuruh be be rapa santri
pond ok supaya m e ngam al k annya. H asil nya juga sam a se pe rti yang
d ipe role h tiga orang pe ngam alpe rtam a.

1. Prose s Pe nyusunan Sh al aw atW ah id iyah


Beberapa w ak tu k em ud ian, m asih dalam tah un 19 63, bertepatan
d engan bul an M uh arram , K H . M a'roefk em bali m e nyusun sh al
aw at.
2
Tiga orang yang dia sebut sebagai pengamal percobaan itu ialah (1) Bapak Abdul
Jalil (alm.), seorang tokoh tua (sesepuh) dari desa Jamsaren, Kota Kediri, (2)
Bapak Muhtar, seorang pedagang dari desa Bandar Kidul, Kota Kediri, dan (3)
Dahlan, seorang santri pondok Kedunglo asal Blora, Jawa Tengah.

95
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Ad apun sh al
aw atyang d im ak sud ad al
ah se pe rti yang te rte ra be rik ut
ini:

Sh al aw at te rse but k e m ud ian d il


e tak k an pad a urutan pe rtam a
d alam susunan Sh al aw atW ah id iyah . O l e h k are na sh al
aw at ini l
ah ir
pada bul an Muh arram m ak a d ia m enetapk an bul an Muh arram sebagai
bul an k elah iran Sh al aw atW ah id iyah yang ul ang tah unnya d iperingati
d engan pe l ak sanaan M ujah ad ah Kubro W ah id iyah pad a se tiap bul an
te rse b ut.
Untuk m e ncoba k h asiatsh al aw atyang k e d ua ini, K H . M a’roe f
m e nyuruh be be rapa orang supaya m e ngam al k annya, d an te rnyata
h asilnya l
e bih positif, yak ni m erek a d ik aruniai ol e h Allah k etenangan
batin d an k e sad aran h ati k e pad a-Nya, d al am k e ad aan le bih m antap.
Se jak saatitul ah K H . M a'roe f m e m be ri ijazah sh al aw atAllâh um m a
YâW âh id u Yâ Ah ad u ... d an Allâh um m a k am â Anta Ah luh ... te rse but
se cara um um , te rm asuk para tam u yang sow an (b e rk unjung) k e -
pad anya.
Se lain itu, K H . M a'roe f juga m e nyuruh se orang santri untuk
m e nul is sh alaw at te rse but d an m e ngirim k an k e pad a para k iai yang
d ik e tah ui al am atnya d e ngan d ise rtai surat pe ngantar yang d ia tul is
se nd iri. Isi surat pe ngantar itu, antara l ain, ad alah agar sh al aw at itu
d apat d iam al k an ol e h m asyarak at se te m pat. Se jauh itu, tid ak ad a
jaw aban ne gatif d ari para k iai yang d ik irim i sh al aw atte rse but. D ari
h ari k e h ari se m ak in banyak orang yang d atang m e m oh on ijazah
am al an sh al aw atterse but. O l e h k arena itu, K H . M a’roefm em be rik an
ijazah se cara m utl ak : d al
am arti bah w a se l ain sh alaw at te rse but d i-
am al k an se nd iri juga supaya d isiark an k e pad a orang l ain.

96
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Se jak sebel um l ah irnya Sh alaw atW ah id iyah , d i m asjid K ed ungl o


setiap m al am Jum ’at(secara rutin) d iad ak an pengajian k itab Al-H ik am
yang d ibim b ing l angsung ol e h K H . M a'roe f. Pe ngajian te rse b ut
d iik uti ol e h para santri, m asyarak at se k itar, d an be be rapa k iai d ari
se k itar k ota K e d iri. Pad a suatu pe ngajian rutin te rse but, sh al aw at
Allâh um m a k am â anta ah luh … d itul is d i papan tul is d an k e m ud ian
d ia m e nje l ask an h al-h alyang te rk and ung d i d al am nya, k e m ud ian
m e m be ri ijazah se cara m utl ak untuk d iam al k an d an d isiark an, d i
sam ping sh al aw atAllâh um m a yâ w âh id u …
D e ngan se m ak in banyak nya orang yang m e m oh on ijazah d ua
sh al aw atte rsebutm ak a untuk m e m e nuh i k e butuh an, K H . M uk h tar,
d ari Tul ungagung, se orang pe ngam alyang juga ah l i k h ath th (se ni
tul is arab), m e m buatLem b aran Sh alaw atW ah id iyah . Pe m buatannya
m enggunak an k e rtas ste nsilyang se d erh ana d an d e ngan biaya se nd iri
d e ngan d ibantu ol e h be be rapa orang pe ngam ald ari Tul ungagung.
Pe ngajian k itab Al-H ik am yang pad a aw al nya d ilak sanak an pad a
se tiap m al am Jum ’at, atas usul an d ari para pe se rta yang k e banyak an
be k e rja se bagai k aryaw an, d iubah m e njad i h ari M inggu pagi. Se -
be l um pe ngajian k itab Al-H ik am , l e bih d ah ul
u d ilak sanak an sh alat
tasbih be rjam a’ah d an M ujah ad ah Sh alaw atW ah id iyah . Pad a suatu
pe ngajian k itab Al-H ik am (m asih d al am tah un 19 63), K H . M a'roe f
m e nje l ask an te ntang h aq î
q ah al-w ujûd d an pe ne rapan b i al-h aq î
q ah
al-M uh am m ad iyyah yang d i k e m ud ian h ari d ise m purnak an d e ngan
pe ne rapan lirrasulb irrasul. Pad a saat itu, te rsusunl ah sh alaw at yang
k e tiga yaitu:

Sh al
aw atyang k etiga ini d isebutsh alaw âttsaljal-q ulûb (Sh al
aw at
sal
ju/pe nd ingin h ati). Ad apun nam a l e ngk apnya ad al ah Sh alaw ât

97
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

d i h arârat al-q ulûb (Sh al


tsalj al-gh uyûb li tab rî aw at sal
ju d ari al
am
gaib untuk m e nd ingink an h ati yang panas).
K e tiga rangk aian sh alaw at te rse but, yang d iaw al
i d e ngan surat
al -Fatih ah , d ibe ri nam a “Sh al
aw at W ah id iyah ”. K ata w ah id iyah itu
se nd iri d iam bilse bagai tab arruk an (m e ngam bilbe rk ah ) pad a sal ah
satu d ari Nam a-Nam a Al lah Yang Ind ah (al-Asm â’ al-H usnâ) yang
te rd apat d al am sh al aw at yang pe rtam a, yaitu w âh id u, yang artinya
“M ah asatu”.
Para ah l i m e ngatak an bah w a d i antara k h aw as (h asiat-h asiat)
lafalal-w âh id u ad al ah bah w a ia d apatm e ngh ilangk an rasa bingung,
sum pek , re sah (ge l isah ), d an tak ut. Siapa yang m e m bacanya 1.000
k ali d e ngan se pe nuh h ati d an d e ngan m e re nd ah k an d iri, insya-Allah
d ia ak an d ik aruniai ol eh Al lah perasaan tenang, tid ak k h aw atir k epad a
se sam a m ak h l uk . D ia h anya tak ut k e pad a All
ah se m ata. Siapa yang
m e m pe rbanyak zik ir al-w âh id u al-ah ad u atau yâ w âh id u yâ ah ad u
m ak a Al l
ah ak an m e m buk a h atinya untuk sad ar be rtauh id (m e ng-
e sak an Al lah atau sad ar b illâh ).

2. Pub l ik asi d an D e k l arasi Sh al aw atW ah id iyah


Pada tah un 19 63, d iadak an pertem uan (sil aturrah m i) d i m ush ala
K H . Abd ulJal il(Jam sare n-K ed iri), yang d ipim pin ol eh K H . M a’roe f
send iri se bagai m uallif (pengarang) Sh al aw atW ah id iyah . Silaturah m i
itu d iik uti ol e h para ul am a (k iai) d an tok oh m asyarak atyang sud ah
m e ngam al k an Sh al aw atW ah id iyah d ari be rbagai d ae rah , se pe rti d ari
K e d iri, Tul ungagung, Bl itar, Jom bang, d an M ojok e rto. D i antara
h asild ari sil aturah m i te rse but ad al ah te rsusunnya re d ak si (k al im at)
yang d itul is d i d al am Le m b aran Sh alaw at W ah id iyah , te rm asuk
garansinya. R edak si garansi (jam inan) itu adal ah atas usulan dari m uallif
se nd iri yang d ise tujui ol e h se l
uruh pe se rta m usyaw arah . R e d ak sinya
ad al ah : M enaw i sam pun jangk ep sek aw an d oso d inten b oten w onten
perob ah an m anah , k inging d ipun tuntutd unyan w a uk h ran (Jik a sud ah
genap em pat pul uh h ari tid ak ad a perubah an h ati, d apat d ituntut d i
d unia d an ak h irat(K e d ungl o K e d iri).

98
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Pad a aw altah un 19 64, m e nje l ang pe ringatan ul ang tah un lah ir-
nya Sh al aw at W ah id iyah yang pe rtam a, d al am bul an M uh arram ,
Lem b aran Sh alaw atW ah id iyah m ul ai d ice tak d e ngan k l
ise yang pe r-
tam a k al inya d i k e rtas H VSputih sebanyak + 2.500 l em bar.3 Susunan
d al am l e m baran yang d ice tak ad al ah : h ad iah fatih ah , Allâh um m a yâ
w âh id u ..., Allah ûm m a k am â anta ah luh ..., Yâ syâfi’ al-k h alqi ash -
sh alâtu w a as-salâm …tanpa Yâ sayyid îyâ rasûlallâh dengan dil engk api
k e te rangan te ntang cara pe ngam al annya, te rm asuk garansi m e ng-
am al k an Sh al aw at W ah id iyah te rse but.4
Se te l
ah l e m baran Sh al aw atW ah id iyah be re d ar se cara l uas, ad a
b anyak pih ak yang m e ne rim anya, m e sk ipun juga ad a yang m e -
nol ak nya. K e banyak an d ari m e re k a yang m e nol ak be ral asan k are na
ad anya garansi: m enaw i sam pun jangk ep sek aw an d oso d inten b oten
w onten perob ah an m anah , k enging d ipun tuntutd unyan w a uk h ron”.
M ere k a m e m berik an pe nafsiran te ntang garansi d e ngan pe m ah am an
yang jauh be rtentangan d e ngan m ak na yang d im ak sud ol e h pe m buat
garansi. Pem ah am an m erek a terh ad ap “garansi” itu m enjad i: “siapa
yang m e ngam al k an Sh al aw atW ah id iyah d ijam in m asuk surga”. Se -
benarnya, k al im atgaransi (pertanggungjaw aban) te rsebutm e rupak an
suatu ajaran atau bim bingan agar k ita m e ningk atk an rasa tanggung
jaw ab te rh ad ap se gal a se suatu yang k ita lak uk an.
Pad a 19 64, se te l ah pe l ak sanaan pe ringatan ul ang tah un yang
pertam a, d i K ed ongl o d iad ak an Asram a W ah id iyah I yang d iik uti ol eh
para k iai d an tok oh agam a d ari be rbagai d aerah , se pe rti K ed iri, Bl
itar,
Nganjuk , Jom bang, M ojok e rto, Surabaya, M al ang, M ad iun, d an
Ngaw i. Asram a ini d il ak sanak an se l am a tujuh h ari tujuh m al am .
K uliah -k ul iah W ah id iyah d ibe rik an l angsung ol e h m uallif se nd iri.
D alam asram a ini l ah irlah k alim atnid ak (seruan) Yâsayyid îyâ rasûl allâh .

3
Adapun yang mengusahakan klise dan percetakan itu adalah KH. Mahfudz dari
Ampel-Surabaya, atas biaya dari Ibu Hj. Ghanimah (istri KH. Nur AGN—anggota
fraksi NU DPR Pusat).
4
Hasil wawancara dengan KH. Moh. Ruhan Sanusi, di Mangunsari Tulungagung,
(Kamis, 22 Februari 2007.

99
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

K e m ud ian k al
im at nid ak te rse but d im asuk k an k e d al
am Lem b aran
Sh alaw atW ah id iyah .
Pad a 19 65, Asram a W ah id iyah II d ilak sanak an se l
am a e nam
h ari (5–11 O k tobe r 19 65), d i K e d ungl
o. D al am k uliah W ah id iyah
te rse but, l
ah irl
ah sh al
aw at rangk aian be rik ut:

Am al an terse butm erupak an suatu “jem batan em as” yang m eng-


h ubungk an te pi jurang pe rtah anan nafsu d i satu sisi d e ngan te pi
k e bah agiaan yang be rupa k e sad aran k e pad a Al lah d an rasul -Nya d i
sisi yang l ain. Para pe ngam alSh al aw at W ah id iyah m e nye b utnya
se bagai istigh âtsah . K al
im atini tid ak langsung d im asuk k an k e d al am
rangk aian Sh al aw at W ah id iyah d al am l e m b aran-l e m b aran yang
d ied ark an k epad a m asyarak at. Ak an tetapi, para pe ngam alyang sud ah
agak l am a m e ngam al k an Sh alaw at W ah id iyah d ianjurk an untuk
m e ngam al k an rangk aian k alim atd i atas, te rutam a d alam m ujah ad ah -
m ujah ad ah k h usus.
Pad a 19 65, m uallif k e m bali m e m be ri ijazah be rupa k al im at
nid ak ‘se ruan’ Fa firrûila Allâh d an W a q uljâ’a al-h aq q u ... Pad a saat
itu, k al
im atnid ak ini belum d im asuk k an k e d alam rangk aian Sh al aw at
W ah id iyah , nam un d ibaca oleh im am d an m ak m um pad a ak h ir setiap
d oa. Begitu juga k al im atw a q uljâ’a al-h aq q u …be lum d irangk aik an
d e ngan k alim at fa firrûila Allâh se pe rti yang ad a se k arang.
Pad a 19 68, m uallif k e m bali m e nyusun rangk aian k al
im at sh a-
l
aw at. Ad apun re d ak sinya ad alah se bagai be rik ut:

100
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

K al im atYâ ayyuh â al-gh auts … d an sh al


aw atini k e m ud ian d i-
m asuk k an k e d alam Lem b aran Sh alaw at W ah id iyah d an d ie d ark an
k e pad a m asyarak at.
Pad a 19 71, m e nje l ang pe m il u, m uallif k e m b al
i m e nganggit
sh al
aw at d e ngan re d ak si se bagai be rik ut:

R e d ak si sh al
aw atini k em ud ian d im asuk k an k e d al
am Lem b aran
Sh alaw atW ah id iyah , d an d il e tak k an se sud ah k al
im at Yâ ayyuh â al-
gh auts … se be l um Yâ rab b anâ Allâh um m a sh alli ...
Pad a 19 73, K H . M a’roe fm e nam bah d oa Allâh um m a b ârik fî mâ
k h alaq ta w a h âd zih i al-b aldah . K e m ud ian, pad a 19 76 bacaan nid ak
Fa firrûila Allâh d irangk aik an d e ngan k al im atw a q uljâ’a al-h aq q …
d an d id ah ului d e ngan d oa:

Pad a 19 76, m ul ai d il
ak sanak an nid ak Fa firrûila Allâh d e ngan
cara be rd iri m e ngh ad ap k e e m pat pe njuru, yak ni pad a saat acara
m ujah ad ah d alam rangk a pe l e tak an batu pe rtam a m asjid Tanjungsari
Tulungagung (M asjid m il ik K H . Z ae nalFanani).

101
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

D em ik ian penam bah an dan penyem purnaan Sh al aw atW ah idiyah


se cara be rturut-turut se iring d e ngan pe nge m bangan d an pe nye m -
purnaan ajaran W ah id iyah yang d ibe rik an ol e h m uallif, K H . Abd oe l
M ad jid M a'roe f, se suai d e ngan k e b utuh an, situasi, d an k ond isi
m asyarak at, baik d i d al
am m aupun d i l uar ne ge ri.
Pada 19 78, K H . Ma'roefm enam bah k al im atdoa All âh um m a b ârik
fîh âd zih i al-m ujâh ad ah yâ Allâh yang d il e tak k an se sud ah k al im at
Allâh um m a b ârik fî m â k h alaq ta w a h âd zih i al-b aldah .
K e m ud ian, pad a 19 80, ad a tam bah an k al im at Ya Allah d alam
sh alaw at m a’rifat, yang d il e tak k an se sud ah bacaan w a tar zuq an â
tam âm a m agh firatik a. D e m ik ian juga se te l ah k alim at w a tam âm a
ni’m atik a, d an se te rusnya h ingga w a tam âm a rid h w ânik a d itam bah
k alim atyâ Allâh . Pe nam bah an k al im at-k al
im atte rse butd apatd il
ih at
d alam Lem b aran Sh alaw atW ah id iyah yang ad a se k arang ini.
Pad a 19 81, d oa Allâh um m a b ârik fîm â k h alaq ta w a h âd zih i al-
b aldah d ibe ri tam bah an k al im atyâ Allâh , se d angk an d oa Allâh um m a
b ârik fîh âd zih i al-m ujâh ad ah yâ Allâh d iubah m e njad i w a fîh âd zih i
al-m ujâh ad ah yâ Allâh se h ingga rangk aiannya m e njad i Allâh um m a
b ârik fîm â k h alaq ta w a h âd zih i al-b aldah yâ Allâh , w a fîh âd zih i al-
m ujâh ad ah yâ Allâh .
Pada 27 Jum adilAk h ir 1401 H ., bertepatan dengan 2 Mei 19 81
M ., Lem b aran Sh alaw atW ah id iyah yang d itul is d e ngan h uruf Arab
d ipe rbarui d an d il
e ngk api d e ngan pe tunjuk cara m e ngam al k annya.
Susunan d al am Lem b aran Sh alaw atW ah id iyah ini tid ak ada perubah an
sam pai sek arang, k ecual i beberapa k al
im atd alam penjel asan k eterang-
an yang d ise suaik an d e ngan k e butuh an d an aturan bah asa.

B. O rganisasi Pe nyiar Sh al
aw atW ah id iyah
1. Pe m be ntuk an O rganisasi Penyiar Sh al aw atW ah id iyah
Pad a pe rte ngah an tah un 19 64, se sud ah pe ringatan ulang tah un
W ah id iyah yang pertam a, yang d isebutEk a W arsa, K H . AbdoelM adjid
M a'roe f se bagai m uallif Sh alaw at W ah id iyah m e ngund ang tok oh -

102
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

tok oh m asyarak at d ari be rbagai d ae rah yang sud ah m e ngam al k an


Sh alaw atW ah idiyah . M ere k a yang h ad ir, antara l ain: K H . Yassir, K H .
A. K arim H asyim , K H . D im yati, K iai Abd ulJal il, H . Z ainuri, d an
Abdur R ah m an Muk ani. Undangan tersebutdim ak sudk an untuk m em -
bah as pe nyiaran Sh al aw atW ah id iyah . D ari pe rte m uan itul ah k e m u-
d ian d ise pak ati pe rlunya m e m be ntuk organisasi pe nyiar Sh al aw at
W ah idiyah . O rganisasi itu sendiri k em udian diberi nam a PusatPenyiar-
an Sh al aw atW ah id iyah . O rganisasi ini d ik e tuai ol e h K H . Yassir d ari
Jam sare n K e d iri. O rganisasi ini d ibe ri tugas m e ngatur k e bijak sanaan
d an bertanggung jaw ab m em im pin pel ak sanaan pengam al an, penyiar-
an, d an pe m binaan Sh al aw at W ah id iyah d an ajarannya. Saat itu,
langk ah yang ditem puh untuk m enyiark an Sh al aw atW ah idiyah , antara
lain, ad alah m enyed iak an l em baran stensil an Sh alaw atW ah id iyah d an
m e ngatur pe l ak sanaan pe ngajian Al-H ik am pad a se tiap h ari M inggu
pagi d an m e nye l e nggarak an M ujah ad ah Kub ro.
Be be rapa saat k e m ud ian, nam a organisasi yang baru d ibe ntuk
ini diubah nam anya m enjadi Panitia Penyiar Sh al aw atW ah idiyah Pusat.
Perubah an nam a organisasi d an d ipak ainya k ata “panitia” d im ak sud -
k an agar organisasi yang baru d ibe ntuk te rse buttid ak d isal ah artik an
ol e h m asyarak at bah w a W ah id iyah ak an m e njad i organisasi pol itik
yang ak an ik ut PEM ILU. K e m ud ian, se sud ah M usyaw arah K ubro
k e -1, pad a bulan D e se m be r 19 85, k ata “panitia” d ih il
angk an.

2. M anaje m e n d al am Pe nyiaran Sh alaw atW ah idiyah


Se jak organisasi Pe nyiar Sh al
aw at W ah id iyah (PSW ) d ibe ntuk
pad a 19 64 sam pai k e l uarnya Und ang-Und ang No. 8 Tah un 19 85
te ntang O rganisasi K e m asyarak atan, organisasi Pe nyiar Sh al aw at
W ah id iyah ini be l um m e m punyai Anggaran D asar d an Anggaran
R um ah Tangga se pe rti l azim nya se buah organisasi. M anaje m e n d an
k e pe m im pinan PSW se m e njak organisasi ini d id irik an h ingga se -
k arang ad al ah m enerapk an k onsep yang ad a d al am Al-Q ur’an d an
sunnah R asul ul
lah .
Ad apun k onsepsi Al
-Q ur’an yang d im ak sud ad al
ah firm an Al
lah
be rik ut ini:

103
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

“Maka dengan sebab rahmat Allahlah engkau berlaku lemah


lembut terhadap mereka. Dan sekiranya engkau bersikap lagi berhati
kasar niscaya mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Oleh karena
itu maafkanlah mereka, mohonkan ampunan bagi mereka, dan ber-
musyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
engkau telah membulatkan tekad (mengambil keputusan) maka ber-
tawakallah kepada Allah! Sesungguhnya Allah menyukai orang-or-
ang yang bertawakal kepada-Nya.5

D ari ayatd i atas, d an juga be be rapa ayatl


ain se rta h ad its-h ad its
R asul ul lah yang relevan, K H . M a'roefm em buatenam asas yang h arus
d ijad ik an pe d om an d an d ite rapk an d al am organisasi W ah id iyah .
K e e nam asas te rse but ad al ah :
a. Asas pe ngabd ian (d e d ik asi;ik h l as lillâh i ta’ala, tanpa pam rih );
b. Asas m usyaw arah d an istik h ârah ;
c. Asas m e ngutam ak an k e w ajiban d aripad a h ak ;
d. Asas taq d î
m al-ah am m tsum m a al-anfa’ (m engutam ak an yang l ebih
pe nting, k e m ud ian yang l e bih be rm anfaat);
e . Asas ta’âw un (sal ing m e nol ong), d an
f. Asas taw ak k ul(taw ak al , be rse rah d iri k e pad a Allah ).
Pad a 12–14 D e se m be r 19 85, Pe ngurus W ah id iyah m e l ak sana-
k an M usyaw arah K ub ro I. M usyaw arah ini d iik uti ol e h se l
uruh
fungsionaris PSW Pusat, PSW D ae rah Propinsi, PSW D ae rah K abu-
paten/Kota se-Ind onesia, d an und angan tok oh -tok oh pengam alW ah i-
d iyah d ari be rbagai d ae rah , se rta Banu M a’roe f (k e l uarga m uallif ).
Musyaw arah Kubro W ah id iyah I ini m engh asil
k an beberapa k e-
putusan pe nting, d i antaranya:
a. M e ne tapk an “Garis-Garis Pok ok Arah Pe rjuangan W ah id iyah ”
(GPAPW ). Siste m atik anya h am pir m e nye rupai lazim nya AD &
AR T.
b . M e m ilih d an m e ne tapk an “D e w an Pe rtim bangan Pe rjuangan
W ah id iyah ” (D PPW ), yang beranggotak an 17 orang d an d ik e tuai
5
QS. Ali Imran [3]: 159.

104
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

ol e h Agus Ab d ulLatif M ad jid (pute ra K H . M a'roe f). Tugas


D PPW ad al ah m e m be rik an pe rtim bangan (saran d an nasih at)
k e pad a PSW Pusat. Nam a “D e w an Pe rtim b angan Pe rjuangan
W ah id iyah ” ini d i k e m ud ian h ari d iub ah m e njad i “M aje l is
Pe rtim bangan W ah id iyah ” (M PW ), d ise suaik an d e ngan PD &
PR T PSW tah un 19 87.
c. M em il ih d an m e ngangk atPengurus PSW Pusat, yang te rd iri d ari:
K etua : M oh am m ad R uh an Sanusi (Tul ungagung)
W ak ilK e tua : K iai M oh am m ad Jazul i Yusuf (M al ang)
Se k re taris I : Agus Im am Yah ya M al ik (K e d iri)
Se k re taris II : D rs. M ah rus Effe nd i (K e d iri)
Se bagai catatan h istoris, para se nior pe ngam alSh al aw at W ah i-
d iyah juga ad a yang m asuk sebagai anggota D PPW . M erek a ad al ah
K H . Z aenalFanani (Tul ungagung), K H . Ih san M ah in (Jom bang),
A.F. Bad ri (K ed iri), D rs. Syam sulH ud a (K ed iri), Agus Abd ulJam il
Yasin (K e d iri), d an Agus Abd ulH am id M ad jid (pute ra m uallif,
K e d iri).
3. W asiatM uallif Sh al aw atW ah id iyah
Pad a suatu saat, oleh k arena tid ak tercapai k eserasian k erja antara
D PPW d an PSW Pusatm ak a pih ak D PPW yang d ik e tuai ol e h Agus
Abd ulLatif M ad jid ce nd e rung k urang m e ngh argai urusan te k nis
operasionalyang m enjadi h ak m anajerialPSW Pusatseh ingga m uncul
be rbagai pe rsoalan d i antara D PPW d an PSW Pusat. D i sisi l ain, d i
Pond ok K ed ungl o m unculperm asal ah an-perm asal ah an yang m el ibat-
k an se bagian ok num d ari k e luarga.
Se bagai l angk ah pe nyik apan te rh ad ap h alitu, d e ngan arif d an
bijak sana, K H . M a'roe f, se bagai m uallif Sh alaw atW ah id iyah m e m -
be ntuk tim yang d ise but “Tim -3”. Tim -3 ini te rd iri d ari K iai Ih san
M ah in, K iai M oh am m ad Jazul i Yusuf, d an H . M oh am m ad Syifa.
“Tim -3” ini d itugasi l angsung ol e h K H . M a'roe f untuk m e ncari
pe nyel e saian atas be rbagai k asus d an pe rm asal
ah an yang te rjad i, baik

105
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

di l ingk ungan PSW Pusat d an D PPW m aupun yang be rh ubungan


d e ngan Pond ok K e d ungl
o.
Untuk k e lancaran tugas tim te rse but, Syam sulH ud a d itunjuk
se bagai Pe jabat Se m e ntara W ak ilK e tua PSW Pusat, m e nggantik an
K iai M oh am m ad Jazul i Yusuf.
Pad a 7 M e i 19 86, m uallif m e m be rik an pe tunjuk k e pad a Tim -3
yang sow an (b e rk unjung) k e k e d iam annya guna m e l apork an h asil
k erjanya. Pad a k ese m patan itu, Tim -3 m e nye m patk an untuk m oh on
petunjuk l e bih lanjutk epad a m uallif. Ik utd al am perte m uan terse but
ad alah M oh am m ad R uh an Sanusi, K e tua PSW Pusatw ak tu itu.
Pad a 9 M e i 19 86, m uallif m enyam paik an w asiatd i h ad apan 115
aud ie ns d ari pe ngurus PSW Pusat se rta para anggota D PPW d an
se bagian pe ngurus PSW K abupate n/K ota se rta para pe ngam alyang
te rk aitd e ngan be rbagai k asus. M e re k a h ad ir atas und angan “Tim -3”
dal am rangk a persidangan untuk m enyel esaik an berbagai m asal ah yang
m unculw ak tu itu. Inti w asiat te rse but m e ncak up tiga h al , yak ni:
a. Te ntang Pond ok K e d ungl o:
Pond ok K e d ungl o ad alah H ak W aris.
b . Te ntang SM Pd an SM A W ah id iyah :
SM Pd an SM A W ah id iyah d iizink an asalk ebe rad aannya tid ak
m e m e ngaruh i k e h id upan pond ok d an m asjid K e d ungl o se rta
tid ak m e ngganggu pe rjuangan W ah id iyah .
c. Te ntang W ah id iyah
Pe rjuangan W ah id iyah ad al ah se pe rti pe rjuangan Islam pad a
um um nya. Ia buk an h ak w aris. Para penyiar d an para pengam al
Sh al aw at W ah id iyah ad al ah “w ak ilsaya”: Al-w ak ilâtsir al-
m uw ak k il(m uw ak k ilbe rk uasa pe nuh ).
M uallif m e nunjuk A.F. Bad e ri supaya d ud uk m e njad i W ak il
K e tua II se h ingga pim pinan PSW Pusat m e njad i 3 (tiga) or-
ang, yaitu: M oh . R uh an Sanusi, K . Jazul i Yusuf, d an A.F.
Bad e ri.

106
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

M e nunjuk Im am M ah rus m e njad i Se k e taris I PSW Pusatd an


Agus Im am Yah ya M alik m e njad i Se k re taris II.
4. Pem buatan PD & PRT dan Pendaftaran PSW Pusatk e Pem erintah
Pad a 16 Juni 19 87, m uallif m e ngam anatk an k e pad a k e tua PSW
Pusat supaya m inta pe nje l asan k e pad a D irje n SospolD e pd agri d i
Jak arta m e nge nai UU Nom or 8 Tah un 19 85 te ntang O rganisasi K e -
m asyarak atan. Sete l ah k etua PSW m e m inta pe njel asan k epad a D irjen
SospolD e pd agri d id apatl ah k e sim pulan bah w a PSW pe rl u d id aftar-
k an. D al am m e nyik api h alini, m uallif m e nje l ask an bah w a d i d al am
ajaran W ah id iyah te rd apatungk apan yu’th îk ulla d zîh aq q in h aq q ah .
Ol e h k are na itu, jik a m e m ang ad a m anfaatnya d an m e m baw a k e -
lancaran pe rjuangan W ah id iyah m ak a ad a baik nya PSW ini d id aftar-
k an. “Coba m usyaw arh k an”, te gas m uallif.
Pad a 1 Jul i 19 87, d iad ak an m usyaw arah para k e tua PSW Pusat
d an pim pinan M PW , serta 4 orang und angan, yaitu K H . Ih san M ah in
(Jom bang), K H . Ah m ad Z ainud d in (Ngaw i), H . M oh am m ad Syifa
(Jom bang), d an H . Affand i AB (Jom bang), yang k h usus m e m bah as
h alte k nis te ntang pe nd aftaran PSW k e pe m e rintah se pe rti yang
d iam anatk an ol e h m uallif.
D i sisi lain, pih ak pim pinan M PW d engan Agus Abd ulLatif
M adjid se b agai k e tuanya, tid ak m e nye tujui PSW d id aftark an k e
pe m e rintah , d e ngan al asan PSW m e njad i tid ak be bas. Pe rd e batan
k etik a itu cuk up tegang seh ingga m usyaw arah m engal am i jalan buntu,
tid ak m engh asil k an suatu k eputusan. Se tel ah itu, para pese rta sepak at
bah w a m asal ah te rsebuth arus d im oh onk an pe tunjuk k epad a m uallif.
Ad apun yang be rtugas m e ngh ad ap m uallif ad al ah k e tua I d an se k re -
taris I PSW Pusat, k e tua I d an k e tua II M PW , d itam bah K H . Ih san
M ah in.
Pad a 3 Juli 19 87, (Jum ’atPagi, Puk ul08.30 W IB), k e l im a orang
te rse but m e ngh ad ap m uallif untuk m e l apork an k e buntuan d al am
m usyaw arah pad a 2 Jul i 19 87. M uallif k e m ud ian m e ngam anatk an
agar d iadak an istik h arah . Sem ua peserta m usyaw arah diam anati supaya

107
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

ik utistik h arah , d itam bah para unsur pem bantu pim pinan PSW Pusat
d an para ah l i istik h arah .6
Pad a 12 Jul i 19 87 (H ari M inggu Pagi), h asilistik h arah d i-
lapork an k e pad a m uallif ol e h 4 orang: Agus Abd ulLatif M ad jid , AF
Bad ri, M oh am m ad R uh an Sanusi, d an H . O e m ar Bad juri (K e d iri).
M e sk ipun Agus Latif se nd iri ik ut d al am sh al at istik h arah d an
bah k an juga ik ut m e l apork an h asil nya, ia justru m e m pe rsoal k an
banyak nya pe se rta istik h arah yang tid ak m e nd apat al am at (pe tun-
juk ), yaitu tujuh orang. Atas protes Agus Latiftersebut, m uallif k e m u-
d ian m e ngam anatk an supaya d iad ak an istik h arah ul ang. “Yang tid ak
m e m e rol e h al
am at (pe tunjuk ) tid ak usah d ih itung”, te gasnya.
Pad a 18 Jul i 19 87, (H ari M inggu Pagi) d iperol eh h asilistik h arah
tah ap k ed ua, yak ni 4 orang m endapatpetunjuk agar PSW d id aftark an
k e D epd agri, se m entara d ua yang l ainnya m end apatal am atagar PSW
tid ak d id aftark an. Be rd asark ah h asilistik h arah te rse but, PSW ak h ir-
nya d id aftark an k e pe m e rintah guna m e m e nuh i UU Nom or 8 tah un
19 85 te ntang O rganisasi K e m asyarak atan.
D al am k aitan ini, m uallif k e m ud ian m e nunjuk PSW Pusat
supaya m enangani pend aftaran d an m em pe rsiapk an penyusunan PD

6
Yang dimohon dalam istikharah tersebut adalah petunjuk tentang perlu atau
tidaknya PSW “didaftarkan” ke pemerintah. Adapun yang dipakai sebagai dasar
keputusan adalah jumlah terbanyak dari hasil istikharah. Hasil istikharah dari
masing-masing peserta kemudian dimasukkan ke dalam amplop tertutup dan
dimasukkan ke dalam kotak terkunciData lengkap tentang hal ini terekam dalam
dokumen “Risalah transkrip dan kaset rekaman Wasiat Muallif Shalawat Wahidiyah,
tanggal 7 dan 9 Mei 1986”.
Pada 10 Juli 1987 (hari Jum’at), kotak hasil istikharah dibuka secara bersama-
sama oleh Agus Abdul Latif Madjid, A.F. Badri, Drs. Syamsul Huda, Kiai Baidlowi,
Mohammad Ruhan Sanusi, dan H. Oemar Badjuri. Dari 31 orang yang mengikuti
shalat istikharah, hanya ada 19 orang yang memasukkan amplop hasil istikharah
ke dalam kotak. Hasilnya adalah:
(a) 1 amplop menyatakan “tidak dapat ditakwilkan” – dinyatakan batal,
(b) 1 amplop merupakan hasil undian sendiri – dinyatakan batal,
(c) 4 amplop menyatakan “PSW tidak didaftarkan”,
(d) 6 amplop menyatakan “PSW didaftarkan”, dan
(e) 7 amplop kosong, tidak memeroleh petunjuk.

108
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

& PR T PSW d an program k e rja. Untuk h alini, tanggung jaw ab


d ise rah k an k e pad a k e tiga k e tua PSW Pusat.
Pad a 21 Jul i 19 87, k e tua PSW Pusatm e nge l uark an SK Nom or
04/SW -XXIV/A/SK /19 87 tentang Pengangk atan Tim Penyusun R an-
cangan PD & PR T PSW , yang te rd iri d ari 3 (tiga) orang. M e re k a
ad alah H . M oh am m ad Syifa (Jom bang), H .A. Affand i AB (Jom bang),
d an H . O e m ar Bad juri (K e d iri). K e m ud ian, pad a 28 Juli 19 87, tim
penyusun rancangan PD & PR T PSW m e nyam paik an h asilk e rjanya
k e pad a k e tua PSW Pusat.
Pad a 1 Agustus 19 87, nask ah R ancangan PD & PR T PSW yang
sud ah d ite liti ol e h k e tiga k e tua PSW Pusat d isam paik an k e pad a
m uallif untuk d ik ore k si d an m e m oh on re stunya. K e m ud ian, pad a 6
Agustus 19 87, k e tiga K e tua PSW Pusat d ipanggilol e h m uallif.
M uallif l angsung m e m be rik an k ore k si (ralat) te rh ad ap h al-h alyang
d ipand ang pe rl u. M uallif m e ne tapk an supaya PD & PR T PSW
d ite tapk an d e ngan surat k e putusan PSW Pusat d an be rl ak u surut
m ul ai 1 Agustus 19 87. “Saya insya Al l
ah ik ut tand a tangan m e nge -
tah ui”, d e m ik ian ungk apnya.
Pad a 14 Agustus 19 87, nask ah PD & PR T PSW d ite tapk an
d e ngan SK PSW PusatNom or: 05/SW -XXIV/A/SK /19 87 tanggal1
Agustus 19 87 d e ngan d ibubuh i tapak asto (tand a tangan) m uallif.
K e m ud ian pad a 22 Agustus 19 87, SK PSW Pusatd e ngan l am piran
PD & PR T PSW tersebutd ipe rbanyak d an d ibagik an k epad a se l
uruh
Pe rsone lPSW Pusat, te rm asuk se m ua anggota M PW .
D ari sini m ul ai m uncull agi pro d an k ontra m e nge nai pe n-
d aftaran PSW k e pad a pe m e rintah . K e tua M PW Agus Abd ulLatif
m el ancark an k ritik d i l
uar jalur k onstitusi untuk tid ak m e ngak ui
PD & PR T PSW yang sud ah d itand atangani (d irestui) ol e h m uallif
d an m e nolak pe nd aftaran PSW k e pe m e rintah . Se l ain itu, m uncul
juga isu bah w a m uallif sud ah d iplek oto (d ipak sa) ol
e h k e tua I PSW
Pusat (M oh am m ad R uh an Sanusi) untuk m e nand atangani PD &
PR T PSW . Para pe ngam alSh al aw atW ah id iyah d ari D K I Jak arta d an
Bogor te rnyata te rh asut ol e h isu te rse but. Se bagai ak ibatnya, para

109
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

pe ngam alte rse butsatu pe r satu m e nand atangani se l e baran se m acam


m osi tid ak se tuju PSW d id aftark an k e pad a pe m e rintah . Se l e baran
te rse butd ibe nd e ld an d ik irim k an k e pad a m uallif d an k e pad a k e tua I
PSW Pusat d e ngan d ise rtai surat pe ngantar d ari Bagian Pe nyiaran
Sh al aw atW ah id iyah D K I Jak arta No. 036/BPSW D K I/IX/19 87.
Atas be re d arnya isu d an suratte rse but, k e tua PSW Pusatak h ir-
nya m e m oh on pe tunjuk k e pad a m uallif. D al am m e nyik api h alte r-
se but, m uallif be rk ata singk at: Tid ak usah d itanggapi.
Pad a 8 Se pte m be r 19 87, PSW Pusat se cara re sm i d id aftark an
k e pad a D itsospolJaw a Tim ur d e ngan suratpe ngantar No. 29 2/SW -
XXIX/A/Um /19 87 tanggal7 Se pte m be r 19 87. K e m ud ian, pad a 13
Septe m ber 19 87, saatd il ak uk an M ujah ad ah Kub ro, m uallif m em inta
supaya d ium um k an bah w a PSW Pusat sud ah re sm i d id aftark an k e
pe m e rintah . Pe ngum um an terse butd il ak sanak an ole h K iai M oh am -
m ad Jazul i Yusuf, k e tua II PSW Pusat w ak tu itu.
5. Pe m b ub aran M PW ol
e h M uallif Sh al
aw atW ah id iyah
Usah a M aje l is Pe nyiar W ah id iyah (M PW ) pim pinan Agus
Ab d ulLatif M ad jid untuk m e nggagal k an pe nd aftaran PSW k e
pem e rintah d an m e nol ak PD & PR T PSW te rus d il ancark an d e ngan
be rbagai cara yang buk an saja tid ak k onstitusionald an m e l anggar
etik a organisasi, m el aink an M PW juga m engirim surated aran k e pad a
PSW -PSW d ae rah propinsi d an k od ya/k abupate n se l uruh Ind one sia
b e rnom or 15/M PW /P& H /9 /19 87, tanggal27 Se pte m b e r 19 87.
Isinya ad al ah m e ngh im bau se l uruh jajaran PSW d i d ae rah agar tid ak
m em bicarak an m asal ah pend aftaran PSW d an PD & PR T PSW sebab
m enurutGus Latif, panggil an Agus Abd ulLatifM ad jid , h alitu m asih
be l um tuntas d ibicarak an d i pusat. Ak ibatnya, tim bulk e guncangan
d an d ish arm oni sosiald i k alangan m asyarak atpe ngam alW ah id iyah
se h ingga m e ngganggu stabil itas pe rjuangan W ah id iyah .
Sik ap Ab d ulLatif yang coba m e m e ngaruh i para pe ngam al
Sh alaw atW ah id iyah d i d aerah agar tid ak m enerim a pend aftaran PSW
d an PD & PR T PSW k e D e pd agri d itanggapi se cara se ius ol eh KH .

110
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

M a'roe f (m uallif Sh al
aw atW ah id iyah ). D al
am ah lini, m uallif ak h ir-
nya m e nge luark an SuratK eputusan Nom or: M SW /003/19 87, tang-
gal27 Se pte m be r 19 87, te ntang Pe m bubaran M PW .
D ik tum k e putusan d al
am SK m uallif te rse but ad al
ah :
a. M e m bubark an M PW .
b . PSW Pusatd inyatak an d e m isione r.
c. M antan pim pinan M PW d an m antan k etua PSW Pusatsupaya
m e ngad ak an m u syaw arah b e rsam a m e nyusu n pe rsonal ia
pe ngurus PSW Pusatbaru.
K e m ud ian, pad a 24 O k tobe r 19 87 d ite rbitk an SK m uallif No.
M SW /004/19 87, yang isinya m e ngesah k an terbentuk nya PSW Pusat
m asa bak ti 19 87–19 9 2, d e ngan struk tur organisasi se bagai be rik ut:
K e tua I : AFBad ri
K e tau II : D rs. Syam sulH ud a (K e d iri)
K e tua III : Agus Abd ulH am id M ad jid (K e d iri)
K e tua IV : Agus Abd ulLatif M ad jid (K e d iri)
K e tau V : K iai Ih san M ah in (Jom bang)
K e tua VI : K iai M ah fud z Sid d iq (Ngaw i)
D al am struk tur PSW Pusat yang baru, M oh am m ad R uh an
Sanusi, K H . Z ae nalFanani, d an K iai M oh am m ad Jazul i Yusuf tid ak
lagi m asuk d al
am jajaran pengurus. H alitu k arena d al am m usyaw arah
pe nyusunannya, m e re k a m e m ang tid ak te rpilih .

6. Langk ah -Langk ah Strate gis PSW PusatPascape m b ub aran


M PW
Pascape m bubaran M PW , PSW Pusat m asa bak ti 19 87–19 9 2,
yang te rbe ntuk pad a 24 O k tobe r 19 87 se ge ra m e l
ak uk an be be rapa
langk ah strate gis.
Pad a 23 O k tobe r 19 87, PSW Pusat m e m anggilPSW D ae rah
Propinsi Jaw a Tim ur d engan suratnya Nom or: 357/SW -XXV/A/Und /

111
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

19 87. D al am pe rte m uan antara PSW Pusatd an PSW Propinsi Jaw a


Tim ur d ibe ritah uk an bah w a PSW Pusat ak an m e ngam bill angk ah -
langk ah k e bijak sanaan m esk ipun m enyim pang d ari PD & PR T PSW .
Ak an te tapi, PSW Propinsi Jaw a Tim ur m e nentang l angk ah te rse but,
d an m inta supaya m asal ah ini d im oh onk an petunjuk k e pad a m uallif.
Pada 14 D esem ber 19 87, PSW Pusatm enjaw ab perm intaan PSW
D ae rah Propinsi Jaw a Tim ur d e ngan suratnya No. 376/SW -XXIV/
A/Um /19 87. D al am surat te rse but d ije l
ask an ol
e h m uallif bah w a
se galal angk ah yang d iam bilol e h PSW Pusat yang tid ak se nafas
d e ngan PD & PR T PSW , tid ak d ibe nark an.
Pada 21 Jul
i 19 87, m uallif m engel
uark an SK Nom or: M SW /006/
19 88, tentang Penyem purnaan K epengurusan PSW Pusatyang terd iri
d ari:
K e tua I : AFBad ri
K e tau II : D rs Syam sulH ud a (K e d iri)
K e tua III : Agus Abd ulH am id M ad jid (K e d iri)
K e tua IV : Agus Abd ulLatif M ad jid (K e d iri)
K e tau V : M oh . R uh an Sanusi (Tul ungagung)
K e tua VI : K iai M ah fud z Sid d iq (Ngaw i)
K e tua Bid ang K h usus : K H . Z ae nalFanani (Tul ungagung)
K e tua Bid ang K h usus : K iai Ih san M ah in (Jom bang)
K e tua Bid ang K h usus : K iai M oh am m ad Jazul i Yusuf (M al
ang)
Penggantian k etua Vd ari K iai Ih san M ah in k epad a M oh am m ad
R uh an Sanusi d an pene tapan 3 orang k e tua bid ang k h usus, se pe nuh -
nya atas pe nunjuk an l angsung ol e h m uallif tanpa m e l ibatk an PSW
Pusat, bah k an tanpa pe m be ritah uan l e bih d ulu. Jad i, h alitu ad alah
m urni d ari m uallif se nd iri. Se te l
ah itu, m uallif m e ne ntuk an tugas-
tugas k e tua bid ang k h usus, yaitu m e nangani soal -soalk h usus atau
soal -soalyang be l um tuntas d itangani ol e h k e tua bid ang um um
(k e tua I–VI). K e tua bid ang k h usus d apatm e ngad ak an rapatse nd iri
tanpa m e ngund ang k e tua bid ang um um , nam un ia bol e h m e ng-

112
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

und ang k e tua bid ang um um d an juga m e m punyai h ak m e ngh ad iri


rapat-rapat yang d iad ak an ol
e h k e tua bid ang um um .
M enurutK H . M oh am m ad R uh an Sanusi, k e tua bid ang k h usus
m e rupak an pe ngganti M PW yang sud ah d ibubark an ol e h m uallif
k are na d ipand ang m e lak uk an k e sal
ah an be sar d al
am m e njal ank an
fungsinya. K e sal ah an yang d im ak sud ad al ah sik ap tid ak m e ngak ui
PD & PR T PSW d an m enol ak pe nd aftaran PSW k e pad a pe m e rintah
d an m e m buat fitnah -fitnah d an h asutan.7

7. Pe nye m purnaan AD & ART PSW H asilM usyaw arah K ub ro


W ah id iyah (Jul
i 2001)
AD & AR T PSW H asilM usyaw arah K ubro W ah id iyah pad a
bul an Jul i 2001 d ise m purnak an ol e h M usyaw arah K ubro Luar Biasa
W ah id iyah yang d ise l e nggarak an pad a 30 M are t2002. AD & AR T
PSW be rsum be r d ari PD & PR T PSW –19 87 yang d itand atangani
ol e h m uallif. H al-h alprinsip d an m e nd asar yang ad a d al am PD &
PR T PSW tid ak m e ngal am i pe rubah an d i AD & AR T PSW . Ad apun
yang m e ngal am i pe rubah an h anyal ah istil ah -istil
ah d an h al-h alyang
berk aitan d engan tek nis operasionald an pengaturan m ek anism e k erja
d ise suaik an d e ngan k e butuh an pe rjuangan W ah id iyah .
Anggaran D asar (AD ) PSW m em uath al -h alyang bersifatprinsip
d an ia m e njad i d asar h uk um yang h arus d ipatuh i d an d ijal ank an
ol eh organisasi. Sem entara Anggaran R um ah Tangga (AR T) m engatur
m e nge nai struk tur, fungsi, tugas, d an tanggung jaw ab, m e nge nai
tatanan k e rja atau m e k anism e k e rja d an pe tunjuk te k nis ope rasional
organisasi. Pe l ak sanaan aturan-aturan te rse but d ituangk an d al am
pe raturan organisasi.
Pad a bagian m uq ad d im ah d ari AD /AR T te rse but d isinggung
b e tapa pe ntingnya m e m anfaatk an pe nd ayagunaan sum b e r d aya
ruh ani (spiritual) d al
am be ntuk be rd oa k e pad a Al
lah bagi k e se l
am at-

7
KH. Muhammad Ruhan Sanusi adalah Ketua Umum DPP PSW dan pelaku sejarah
yang memeroleh bimbingan langsung dari muallif Shalawat Wahidiyah.

113
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

an, k e se jah te raan, d an k e bah agiaan h id up l ah ir d an batin, jasm ani


d an ruh ani, m ate riild an spiritual , d i d unia d an ak h irat. Se lain itu
juga d iingatk an te ntang pentingnya k e im anan d an k e tak w aan m asya-
rak at k e pad a Al lah d an rasul -Nya se bagai k onse k ue nsi k e w ajiban
se lak u anak cucu Ad am yang m e njad i k h al ifah Al lah d i bum i, d an
se bagai be ntuk pe ngam al an Pancasil a yang m e njad i fal safah h id up
bangsa Ind one sia, d an l e bih -le bih se lak u pe ngam ald an pe juang k e -
sad aran fa firrûila Allâh w a rasûlih .

8 Struk tur K e pe ngurusan PSW


K e pe ngurusan PSW tingk atpusatsam pai tingk atcab ang te r-
d iri d ari “D e w an Pim pinan PSW d an M ajel is Tah k im PSW ”. D e w an
pim pinan PSW m e njal ank an tugas-tugas ope rasionalpe rjuangan
W ah id iyah . Istil ah “D e w an” m e nunjuk k an bah w a pe ngam bil an k e -
putusan d ijal ank an se cara k ole k tif be rsam a-sam a para k etua d i d al
am
suatu rapat k e rja d e w an pim pinan PSW . D e ngan d e m ik ian, trad isi
pe ngam bil an k eputusan d al am W ah id iyah sel alu m engutam ak an asas
m usyaw arah , m e ngh ind ari prak tik k e rja otorite r. D al am h alini,
M ajel is Tah k im PSW bertugas m em berik an arah an d an nasih atk epad a
D e w an Pim pinan (D P) PSW , baik d im inta m aupun tid ak d im inta.
M ajel is Tah k im PSW juga m em e gang w e w enang k ontrolpengaw asan
te rh ad ap D P PSW , nam un buk an se bagai oposisi. Se suai d e ngan
w e w e nangnya, M aje l is Tah k im PSW d apat m e njatuh k an putusan
sangsi k e pad a pe rsonilD e w an Pim pinan PSW juga anggota M aje l is
Tah k im yang d ipand ang m e m bah ayak an k e l angsungan pe rjuangan
W ah id iyah .
H ubungan k e rja antara M aje lis Tah k im d an D e w an Pim pinan
PSW d iatur d i d al am m e k anism e k e rja yang d ibuat be rsam a oleh
M aje lis Tah k im PSW d an D PPSW .

9 . Bad an H uk um PSW
Pad a saatini, PSW telah m e njad i organisasi sosialyang be rbad an
h uk um , d e ngan Ak ta Notaris K h usnulH ad i, SH , Jom bang, nom or:
10, tanggal26 Januari 2007. Langk ah pe ngurusan bad an h uk um

114
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

te rse but d ite m puh ole h PSW untuk m e nind ak l anjuti h asilpe nye -
lesaian m asal ah legal
itas PSW d i k antor Jaw atan Penerangan D itsospol
Propinsi Jaw a Tim ur, pad a 29 Septem be r 19 9 2 d an pend aftaran PSW
pad a D ire k toratSosiald an Pol itik Propinsi Jaw a Tim ur pad a 7 Se p-
te m be r 19 87.
10. M uncul nya Aliran-Al iran K e organisasian dal
am W ah idiyah
d an Prob l
e m Le gal
itas H uk um
Se pe ninggalm uallif, K H . Abd oe lM ad jid M a’roe f,8 organisasi
Sh alaw atW ah id iyah m e ngal am i d inam ik a k e se jarah an d i l
ingk ungan
inte rnal. D i antaranya ad al ah m uncul nya tiga al iran k e organisasian
Sh alaw atW ah id iyah , yak ni: (1) Pe nyiar Sh al aw atW ah id iyah (PSW ),
(2) Pim pinan Um um Pe rjuangan W ah id iyah (PUPW ), d an (3)
Jam a’ah Pe rjuangan W ah id iyah “M il ad iyah ” (JPW M ).
Pertam a, Penyiar Sh al aw at W ah idiyah (PSW ). PSW m erupak an
organisasi yang d ibe ntuk ol e h m uallif se nd iri se m asa m asih h id up
d an d ia juga yang m e m im pin l angsung pe rjuangan d an pe nyiaran
W ah id iyah . D al
am m asa tersebut, PSW berpusatd i K ed ungl o K ed iri,
d an se m patd id aftark an sebagai organisasi k e m asyarak atan yang be r-
bad an h uk um d i Ind one sia. D al am k aitan ini, k unci h istorisnya ad a
pad a w asiat m uallif (7 d an 9 M e i 19 86) d an prose s pe m buatan PD
& PRT serta pend aftaran PSW Pusatk e pem erintah untuk m em enuh i
UU No. 8 Tah un 19 85 te ntang O rganisasi K e m asyarak atan se bagai-
m ana pe nje l asan d i d e pan.
Pad a pe rk e m bangannya, pusat organisasi te rse but pind ah k e
R e joagung, Ngoro, Jom bang, te patnya d i l ingk ungan Pe santre n At-
Tah d zib. Pe rpind ah an pusatorganisasi ini te rjad i se te l
ah m uncul
nya
organisasi baru, yak ni Pim pinan Um um Perjuangan W ah idiyah (PUPW )
yang d iw ad ah i ol e h Yayasan Pe rjuangan W ah id iyah d an Pond ok
Pe santre n K e d unglo K e d iri.

8
KH. Abdoel Madjid Ma’roef, lahir pada 1920 dan wafat pada hari Selasa Wage,
29 Rajab 1409 H./7 Maret 1989 M.

115
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Ked ua, Yayasan Pe rjuangan W ah id iyah . Yayasan ini be rpusatd i


K edungl o, K ediri, dan dipim pin ol eh K H . Agus AbdulLatif, sal ah se-
orang pute ra m uallif. O rganisasi ini m unculd an be rk e m bang d e ngan
sem angatbaru. D i dal am nya terdapatbeberapa h alyang secara prinsip
berbe d a d engan ruh d an ote ntisitas (k e asl ian) ajaran W ah id iyah yang
d iajark an oleh m uallif. Sebagaim ana PSW , Yayasan Perjuangan W ah i-
d iyah ini juga m em punyai m assa pengik utyang tid ak sed ik it. H alini
se cara sosiald apatd ipah am i k are na ad anya d ua fak tor penting, yak ni:
(1) fak tor ge ne tik (sil
silah ) tok oh nya se bagai pute ra m uallif, d an (2)
fak tor teritorialK ed ungl o, K ed iri, sebagai pusatorganisasinya, tem pat
k elah iran d an pusat aw alpe nge m bangan W ah id iyah , se rta te m pat
pesareh an (m ak am ) m uallif.
Ketiga, Jam a’ah Pe rjuangan W ah id iyah “M il ad iyah ”(JPW M ).
O rganisasi ini juga be rpusatd i K e d ungl o, K e d iri, d an d ipim pin ol eh
K iai Abd ulH am id yang juga m erupak an sal ah seorang putera m uallif.
O rganisasi ini m unculd engan id e dasar sebagai penengah antara PSW
d an PUPW . Bah k an pad a m asa-m asa aw alk e l ah irannya, organisasi
ini m e re lak an d iri d ijad ik an sasaran k ritik untuk m e ne tral isir k e -
9
tid ak h arm onisan antara PSW d an PUPW .
JPW M ini m e m il ik i m assa pe ngik ut te rse nd iri, m e sk ipun
jum l ah nya tid ak se banyak m assa pe ngik ut PSW d an juga PUPW .
Inte re s m assa pe ngik ut JPW M d apat d ibil ang k are na fak tor-fak tor
yang sam a d e ngan interes m assa pengik utal iran PUPW sebagaim ana
pe nje lasan d i atas.
D al am perk em bangannya, W ah id iyah berh ad apan d engan aspek
legal itas h uk um sebagai organisasi sosiald i Ind one sia. D inam ik a h is-
toris ini se jak aw alsebe narnya sud ah d ipe rh itungk an d an d iantisipasi
ol e h m uallif, se bagaim ana pe nje l asan d i m uk a. M asing-m asing al iran
ce nd e rung be rtah an pad a argum e ntasi norm atif ajarannya. Ak an
te tapi, al iran-aliran itu nyatanya be rh ad apan d e ngan aspek l egalitas
h uk um . Probl em ini terjad i k etik a al
iran-al iran tersebutbe rk e m bang
9
Hasil wawancara dengan Kiai Abdul Hamid, tokoh sentral Yayasan Miladiyah,
di Kedunglo Kediri, (Rabu, 8 Februari 2006).

116
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

d e ngan sayapnya m asing-m asing d i te ngah -te ngah m asyarak at. H al


ini m encapai puncak nya k e tik a terjad i pe rbed aan corak ajaran k arena
adanya perbedaan al iran W ah idiyah yang berk em bang di tengah -tengah
m asyarak at. O l e h k are na itulah , pe m e rintah m e ngam biltind ak an
pe nyel esaian m asal ah organisasi ini berk e naan d e ngan k eabsah an d an
le galitas h uk um nya.
Untuk m e ngatasi probl e m k e absah an d an l
e gal itas h uk um d ari
m asing-m asing organisasi W ah id iyah , m asal ah te rse butak h irnya d i-
baw a k e K antor Jaw atan Pe nerangan D itsospolPropinsi Jaw a Tim ur,
an Pe m ud a No. 5 Surabaya, pad a 29 Se pte m be r 19 9 2.10
d i Jal
M ate ri pe nye le saian d alam forum te rse but ad al ah m asal ah k e -
absah an (l e galitas h uk um ) organisasi W ah id iyah se bagai organisasi
sosialk e agam aan. Pad a forum inil ah w asiatm uallif pad a 7 d an 9 M e i
19 86 d an pe nd aftaran PSW Pusatpad a D itsospolJaw a Tim ur pad a
7 Se pte m be r 19 87 m e njad i k unci utam a pem e cah an m asal ah . Ak h ir-
nya, D itsospolJaw a Tim ur h anya m e ngak ui PSW se bagai organisasi
W ah id iyah yang sah .
Forum penyel esaian m asal ah itu sebenarnya m erupak an sebagian
d ari re alitas W ah id iyah . Se b ab, d al am pe rk e m bangannya, se te l ah
ad anya forum itu, PUPW m e m e rol e h pe rh atian m assa yang se m ak in
banyak jum l ah nya. O l e h k are na itu, m unculw acana bah w a se cara
d e facto PUPW m e rupak an organisasi W ah id iyah yang sah m e sk i
se cara d e jure h alini m e njad i h ak PSW . H alini te rbuk ti saatPUPW
m e ngad ak an acara h aul11 pad a 19 9 3 d i Pe santre n K e d ungl o, K e d iri.
M assa yang h ad ir pad a acara itu m e ncapai se k itar 20 ribu orang.
Se d angk an pad a saatyang sam a, M ujah ad ah K ubro I yang d iad ak an

10
Informasi tentang peristiwa penyelesaian hukum ini merupakan hasil wawancara
dengan Abdul Wahid Suwoto (pelaku sejarah) pada hari Rabu, 21 Februari 2007,
di rumahnya, di Maesan Sooko Kediri. Informan adalah pengamal Wahidiyah,
mantan penginjil. Kisahnya secara lebih detil penulis paparkan pada Bab IV, sub
bahasan “Fenomena Keterbukaan Ideologis dalam Dinamika Historis Wahidiyah.”
11
Haul merupakan acara tahunan memperingati hari wafat seseorang, pada umumnya
tokoh agama yang berpengaruh. Sedangkan Mujahadah Kubro merupakan kegiatan
reguler Wahidiyah sebagaimana diajarkan oleh muallif-nya.

117
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

PSW d i Pesantren At-Tah d zib (PA) R ejoagung Ngoro Jom bang h anya
d ih ad iri ol e h m assa se k itar 300 orang. M asih pad a tah un yang sam a,
M ujah ad ah K ubro II12 yang yang d ise l e nggarak an PSW h anya d i-
h ad iri ol e h se k itar 1.200 orang. Jum l ah ini bah k an surut m e njad i
se k itar 800 orang pad a saat M ujah ad ah K ubro III (19 9 4) k are na
pad a tah un ini K iai Ab d ulH am id (pute ra m uallif ) m e nd irik an
O rganisasi M il ad iyah .
Pad a saat ini, PSW te rnyata m e ngal am i pe rk e m bangan pe sat.
O raganisasi ini m e m il ik i m assa yang sangat banyak d an te rse bar d i
m ana-m ana. Pad a saat PSW m e ngad ak an M ujah ad ah W ah id iyah ,
m isal nya, yang d ise l e nggarak an pad a 2007, acara te rse but d ih ad iri
ol e h m assa se k itar 70.000 orang untuk e m pat ge l om bang/h ari k e -
giatannya. D e ngan k e ad aan ini, PSW m e raih posisi se bagai d e jure
d an d e facto se k aligus.

C. Sh al
aw atd an Syafa’atd al
am D unia Tasaw uf
D al am d unia tasaw uf, sh al aw atk e pad a Nabi M uh am m ad d apat
m e njad i w asilah (perantara) d an d e ngan w asilah ini orang yang m e m -
baca sh al aw at ak an m e m e role h garansi syafa’at d ari nabi.13 W asî lah
m e m ilik i pe ran pe nting. Ia m e rupak an sarana be rupa jal an untuk
m e nuju k e pad a Al l
ah . O le h k are na itu, d alam se tiap aliran tare k at
d an tasaw uf h am pir bisa d ipastik an te rd apat sh al aw at k e pad a Nabi
M uh am m ad . H alini te rk ait d e ngan k onse p d al am tasaw uf te ntang
al-h aq îq ah al-M uh am m ad iyah (h ak ik atk e -M uh am m ad -an),14 yak ni

12
Sesuai dengan ajaran muallif Shalawat Wahidiyah, Mujahadah Kubro dilaksana-
kan dua kali dalam satu tahun, yakni pada bulan Muharram dan bulan Rajab.
13
Lihat Imam Muslim, Shahîh Muslim, hadits nomor 577 pada kitab (bab) ash-
Shalâh. Ini adalah hadits syarif yang marfu’, diriwayatkan dari Abdullah bin Amr
bin Ash.
14
Dalam konsep martabat tujuh, al-haqîqah al-Muhammadiyah—sebagai martabat
kedua—merupakan ta’ayyun al-awwal (penampakan pertama Tuhan). Dalam
martabat ini tampak pengetahuan Tuhan tentang zat dan sifat-Nya serta mawjudat
(wujud-wujud) secara rinci. Martabat di atasnya (martabat pertama) adalah
martabat ahadiyah yang disebut martabat mutlak Zat semata atau disebut wujud
lâ ta’ayyun. Yang ada hanya Tuhan atau kunhi-Nya saja.

118
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

bah w a se gala se suatu te rcipta d ari Nur M uh am m ad , atas k e h e nd ak


Allah . Bah k an d alam h ad its q ud si d ije l
ask an: “Jik a tid ak ad a e ngk au
(M uh am m ad ), niscaya Ak u tid ak m e nciptak an se gal a cak raw al a.”15
D alam k aitannya d e ngan sh al aw atse bagai w asî lah , pe nul is m e -
ngutip e m pat poin d ari be be rapa pe nje l asan ul am a ah l i tasaw uf.
Pertam a, jal an yang pal ing d e k at(m e nuju w ush ul) k e pad a Al lah pad a
ak h ir zam an, k h ususnya bagi orang yang se nantiasa be rbuat d osa,
ad al ah m e m pe rbanyak istigh far (m e m oh on am pun) d an m e m baca
sh al aw at k e pad a nab i.16 Ked ua, se sungguh nya m e m baca sh al aw at
k e pad a nabi d apat m e ne rangi h ati d an m e -w ush ul-k an tanpa guru
k e pad a Al lah Yang M ah a M e nge tah ui se gal a yang gaib.17 Ketiga,
se cara um um , m e m baca sh al aw atk e pad a nabi d apatm e -w ush ul-k an
k e pad a Al lah tanpa guru k are na se sungguh nya guru d an sanad d i
d al am sh al aw at ad al ah sh ah ib ash -sh alaw at (pe m il ik sh al aw at) itu
se nd iri, yak ni R asul ullah . H alini k are na sh al aw at d ipe rl ih atk an
k e pad a nabi d an Al lah m e m be ri sh alaw at k e pad a pem bacanya. Ini
berbeda d engan zik ir-zik ir sel ain sh alaw atyang m engh arusk an ad anya
guru (m ursyid ) yang ‘arif b illah . Se bab, jik a tid ak ad a guru atau
m ursyid m ak a se tan ak an m asuk k e d al am zik ir itu d an orang yang
berzik ir tid ak ak an d apatm em erol eh m anfaatd ari zik irnya.18 Keem pat,
se sungguh nya para ul am a se pe nd apatbah w a se m ua am alpe rbuatan
ad a yang d ite rim a d an ad a yang d itol ak , te rk e cuali sh alaw at k e pad a
nabi k are na se sungguh nya sh al aw at k e pad a nabi itu m aq b ûlatun
q ath’an (d ite rim a se cara pasti).19

15
Syaikh Diyauddin Ahmad Musthafa an-Naqsyabandi, Jâmi’ al-Ushûl fi al-Auliyâ’,
(Jiddah: al-Haramain, t.t.), hlm. 89.
16
Sayyid Syaikh Yusuf, Sa’âdah ad-Dârain, hlm. 35.
17
Ibid, hlm. 36.
18
Ibid, hlm. 90.
19
Sayyid Ahmad bin Sayyid Zaini Dakhlan, Taqrîb al-Ushûl li Tahshîl al-Ushûl fî
Ma’rifah ar-Rabb wa ar-Rasûl, (Mesir: Musthafâ al-Bâbi al-Halabi wa Aulâduh,
1349 H.), hlm. 57. Bandingkan dengan Sayyid Abu Bakr Bakry al-Maliki bin
Sayyid Muhammad Syatha ad-Dimyathi, Kifâyah al-Atqiyâk, (T.tp.: Dar Akhyar,
t.t.), hlm. 48.

119
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Sed angk an dalam pem ah am an syari’ah , m em baca sh alaw atd apat


m e m pe rb anyak pah al a b agi pe m b acanya. D al am h ad its nabi d i-
je lask an bah w a orang yang m e m baca sh al
aw atsatu k al i ak an d ibal
as
20
ol e h Al l
ah d e ngan bacaan sh alaw at se pul
uh k al i.
D i d al am Al -Q ur’an juga d isebutk an bah w a Al l
ah m e m erintah -
k an k e pad a orang-orang yang be rim an agar m e m baca sh al aw at d an
21
sal am k e pad a nabi. Se d angk an R asul ullah se nd iri pe rnah be rsabd a:
“Perbanyak l ah m em baca sh al aw atk epad ak u, sesungguh nya Al lah m e-
nugask an m al aik atuntuk k u d i k uburk u;apabil a seseorang dari um atk u
m em baca sh al aw at k epad ak u m ak a m al aik at te rse but ak an be rk ata
k e pad ak u: ‘Ya M uh am m ad , se sungguh nya fulan b in fulan m e m baca
sh alaw atk e pad am u” (H .R . ad -D ail am i d ari Abu Bak ar ash -Sh id d iq
d an ol e h an-Num airi d ari H am m ad al -K ufi).

D .Sh al
aw atW ah id iyah se b agai Fe nom ena Kul
tural
W ah id iyah yang l ah ir d i K ed iri, Ind onesia, ternyata be rk em bang
se bagai se buah nil ai spirituald i te ngah -te ngah m asyarak at, bah k an
tid ak h anya d i d al
am ne geri, te tapi juga d i l uar ne ge ri. K e h ad irannya
m e rupak an fe nom e na k ul turaltasaw uf d al am w acana re al itas sosial,
k e agam aan, d an ilm iah . K e h ad irannya d apatd ibil ang se bagai k ontrol
dan reform asi zam an um atm anusia. M enuruth em atpenul is, m ungk in
beginil ah d i antara cara Al lah m enjabark an firm an-firm an-Nya d al am
Isl am yang be ntuk pad atnya be rupa Al -Q ur’an.
Sistem ajaran W ah id iyah m e nye d iak an perangk atspiritualyang
d ise but Sh alaw at W ah id iyah . Sh al aw at ini— d e m ik ian juga ajaran-
nya— m e rupak an prod uk atau susunan K H . Abd oelM ad jid M a’roef.
D ia d ik e nalse bagai “m uallif Sh al aw at W ah id iyah ”, buk an m ursyid .
H alitu k are na d al am W ah id iyah tid ak ad a istil ah m ursyid se pe rti
d alam tare k at-tare k atpad a um um nya atau d al am se m ua tare k atyang
ad a. O l e h k are na itu, d apat d ipah am i jik a d al
am W ah id iyah tid ak

20
Lihat Imam Muslim, Shahih Muslim, hadis nomor 577.
21
Q.S. al-Ahzab [33]: 56.

120
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

ad a baiatm urid d i h ad apan m ursyid . Pol a h ubungan yang ad a d alam


W ah id iyah ad al ah h ubungan m uallif d an pengam al . Sem ua pengam al
ad al ah m urid l angsung m uallif. Pol a h ubungan ini tid ak tersusun atas
urutan pe nd iri, m ursyid , sam pai m urid yang se m ak in l am a se m ak in
panjang jal ur silsilah nya k are na se m ak in panjangnya re ntang m asa
h id up antara m urid d an pe nd iri, yang d i antara k e d uanya te rd apat
m ursyid -m ursyid . D al am W ah id iyah , pola h ubungan tesebuttetap ber-
tah an, tid ak se m ak in panjang, m e sk ipun re ntang m asa h id up antara
k e d uanya se m ak in panjang.
Id e al
ism e tasaw uf yang d ibaw a ol e h W ah id iyah d ite rje m ah k an
ol e h m uallif k e d alam be ntuk am al an ritualyang prak tis untuk d i-
sajik an k e pad a m ayarak at l uas. D e ngan k ata l ain, W ah id iyah d apat
d iak se s k apan saja, d i m ana saja, d an ol e h siapa saja, tanpa prose d ur
k esil silah an. Ini m erupak an te robosan baru d al am d unia tasaw uf d an
tarek at. Sepengetah uan penul is, sem ua al iran tasaw ufd an tarek atyang
ad a m e nyajik an siste m ajaran d an siste m am al an ritualyang k e tat
d an prose d ural .
Se bagai fe nom e na k ul tural
, W ah id iyah te rnyata be rk e m bang
pe satd i te ngah -te ngah m asyarak at. Bah k an d engan m isi ink l usivism e
gl obal(jam i’ al-’alam in), ia be rk e m bang h ingga k e m anca ne gara.
Barangk al i k are na siste m nya yang se d e rh ana d an prak tis itul
ah m ak a
se bagian m asyarak atm e rasak an ad anya d aya tarik W ah id iyah . M e sk i
d em ik ian, tantangan yang d ih ad apinya juga be sar. Tantangan ini ber-
bentuk respons-respons d an k ritik -k ritik id eol ogis d ari berbagai pih ak ,
k h ususnya d ari tok oh -tok oh NU, se jak m asa aw alpe rk e m bangan
W ah id iyah sam pai sek arang. Ak an tetapi, k arena prosed ur pengam al an
Sh alaw atW ah id iyah sangatprak tis, tanpa prose s baiat, banyak tok oh
se puh d an strate gis NU yang m e njad i pe ngam alW ah id iyah .22

22
Data-data tentang tokoh-tokoh sepuh dan strategis NU yang menjadi pengamal
Wahidiyah dapat dilihat pada bab IV, sub bahasan B, tentang “Fenomena
Keterbukaan Ideologis dalam Dinamika Historis Wahidiyah”.

121
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

E. Sh al
aw atd an Syafa’atd al
am Pustak a Ajaran W ah id iyah
Pad a subbab ini, pe nul is ak an m e nje l
ask an be rbagai h alyang
te rk ait d e ngan sh al
aw at d an syafaat d al am ajaran W ah id iyah . H al -
h alte rse butm e l iputi: d asar h uk um d an tata cara m e m baca sh al aw at;
k e utam aan d an m anfaatm em baca sh al aw at;k e cam an terh ad ap orang
yang tid ak m au m e m baca sh al aw at; pe nd apat para ul am a te ntang
sh al aw at;m acam -m acam sh al aw at;be rh ubungan d e ngan R asul ull
ah
(at-ta’alluq b i janâb ih i), d an te ntang syafa’at.
Pem bah asan terh adap k etujuh h altersebutdidasark an pada sum ber-
sum b e r d ok um e nte r yang pe nul is pe role h d ari D PP PSW , yang
k em ud ian penul is d esk ripsik an secara naratif, sebagaim ana penje l
asan
be rik ut.

1. D asar-H uk um d an Tatak ram a M e m b aca Sh al


aw at
D asar yurid is m e m baca sh al
aw at k e pad a Nab i M uh am m ad
ad alah firm an Allah : “Se sungguh nya Al lah d an para m al aik at-Nya
m e m baca sh al
aw atk e pad a Nabi. W ah ai orang-orang yang be rim an,
bacal ah sh al am se baik -baik nya k e pad anya”.23
aw atd an sam paik an sal
D al
am pustak a ajaran W ah id iyah , sh al aw at d ari Al lah k e pad a
Nabi Muh am m ad adal ah dal am rangk a m enam bah rah m atdan ta’zh î m
(k asih sayang d an sik ap m e m uliak an), se d angk an k e pad a se l
ain Nabi
M uh am m ad ad al ah d al am upaya m e nam bah rah m atd an m agh firah
(k asih sayang d an am punan). D e m ik ian juga sh al aw atpara m al aik at
k e pad a Nabi M uh am m ad ad al ah d al am rangk a m e m oh on k e pad a
Al l
ah agar m em berik an tam bah an rah m atdan k em ul iaan k epad a Nabi
M uh am m ad se m e ntara sh al aw at k e pad a se lain Nabi M uh am m ad
m e rupak an pe rm oh onan rah m atd an m agh firah .
Ad apun h uk um m e m baca sh al aw at, te rd apatbeberapa pend apat
para ulam a. Ad a ulam a yang m e ngatak an bah w a m e m baca sh al aw at
h uk um nya w ajib b i al-ijm âl, ad a yang m e ngatak an w ajib satu k ali

23
QS. al-Ahzab [33]: 56.

122
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

se m asa h id up, d an ad a yang be rpe nd apatsunnah . Ak an te tapi, pe n-


d apatte ntang h uk um m e m baca sh al aw atyang pal ing popul e r ad al
ah
sunnah m u’ak k ad ah , k e cuali m e m baca sh alaw at pad a tah iyyat ak h ir
d alam sh al at. Sebab sud ah d isepak ati bah w a m e m baca sh alaw atpad a
tah iyyat ak h ir d al
am sh al at ad alah w ajib h uk um nya k are na ia m e -
rupak an ruk un sh al at.
Bagi k aum m uk m in, k h ususnya d al am trad isi para pe ngam al
Sh al aw atW ah id iyah , d i sam ping penting d iperh atik an pend apatpara
ul am a te ntang k e d ud uk an h uk um m e m baca sh al aw atse pe rti d i atas,
h alyang l e bih pe nting ad al ah k e sad aran bah w a m e m baca sh al aw at
k e pad a nabi m e rupak an k e w ajiban m orald an k e h arusan nurani. H al
ini pal ing tid ak k are na tiga h al : Pertam a, k aum m uk m in d ipe rintah
m e m baca sh al aw at, se pe rti d inyatak an d alam Q S. al -Ah zab [33]: 56
d i d epan. Ked ua, se m ua k aum m uk m in berh utang bud i k e pad a Nabi
M uh am m ad yang tid ak te rh itung banyak d an be sarnya: zh âh iran
w a b âth inan (l ah ir-batin) d an syar’an w a h aq î q atan (se cara syari’at
m aupun h ak ik at). Ketiga, k e utam aan d an m anfaatm em baca sh al aw at
ak an k e m bal i k e pad a orang yang m e m bacanya d an juga be rm anfaat
bagi k e luarga d an m asyarak atnya, se rta m ak h l uk -m ak h luk yang l ain.
Nabi M uh am m ad se nd iri tid ak be rk epe ntingan d an te rgantung pad a
bacaan sh al aw at d ari um atnya.
Ad apun d asar-d asar m e m baca sh al
aw at yang be rsum be r d ari
h ad its nabi, d i antaranya, ad al
ah :
Pertam a, pe rintah m e m pe rbanyak bacaan sh al
aw at:

123
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Rasulullah Saw. bersabda: Perbanyaklah membaca shalawat


kepadaku, sesungguhnya Allah menugaskan malaikat untukku di
kuburku; Apabila seseorang dari umatku membaca shalawat ke-
padaku, malaikat tersebut berkata kepadaku: “Ya Muhammad,
sesungguhnya fulan bin fulan membaca shalawat kepadamu”
(Diriwayatkan oleh ad-Dailami dari Abu Bakar ash-Shiddiq dan
oleh an-Numairi dari Hammad al-Kufi).

Ked ua, m al
aik atm e nyam paik an sal
am k e pad a Nabi Saw :

Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala me-


miliki malaikat-malaikat yang bertebaran (di muka bumi) yang
bertugas menyampaikan salam dari umatku kepadaku (HR. Imam
Ahmad dan al-Hakim dari Ibn Mas’ud). 24

Ketiga, pe rintah m e m pe rbaik i bacaan sh al


aw at:

Rasulullah Saw. bersabda: Ketika kamu sekalian membaca


shalawat kepadaku maka perbaikilah bacaan shalawatmu itu, se-
sungguhnya kamu sekalian tidak mengetahui sekiranya shalawat-
mu itu diperlihatkan kepadaku (HR. ad-Dailami dari Ibn Mas’ud).

24
Dalam hadits yang lain, yang diriwayatkan oleh ad-Daruquthni dari Sahabat Ali,
Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang
bertebaran di muka bumi yang ditugasi untuk menyampaikan shalawat yang
dibaca seseorang dari umatku kepadaku.”

124
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

K H . Abd oe lM ad jid M a’roe f (m ua’llif Sh al aw at W ah id iyah ),


m e nganjurk an k e pad a k ita agar se nantiasa m e ne rapk an istih d h âr d i
d alam m em baca sh al aw at, yak ni m erasa seperti benar-benar berad a d i
h ad apan R asul ul lah . Istih d h âr ini te rm asuk ad ab m em baca sh al aw at.
Bersik ap istih d h ar ak an m e njad ik an h ati k ita lebih taw ad h u’ d i d al
am
m e m baca sh al aw atd an ak an se m ak in te rtanam l e bih m e nd alam rasa
m ah ab b ah (cinta) k e pad a R asul ullah .
K H . M a’roe f d al am suatu k ul iah nya juga m e ne rangk an bah w a
ad a be be rapa fak tor yang be rpe ngaruh te rh ad ap fad h ilah (k e utam a-
an) d an k e baik an suatu sh al aw at. Se lain k e utam aan d ari Al lah d an
syafa’atR asul ul l
ah , fad h ilah m e m baca sh al aw atm inim alad a h ubung-
annya d engan enam h al , yak ni: (1) K ond isi m uallif sh al
aw at, terutam a
k ond isi batiniah ;(2) susunan re d ak si sh al aw at;(3) situasi d an k ond isi
m asyarak at k etik a sh al aw at itu (d isusun); (4) tujuan sh al aw at itu d i-
susun;(5) situasi d an k ond isi pe m baca sh al aw at, d an (6) ad ab (tata
k ram a) lah ir d an batin k e tik a m e m baca sh al aw at.
Bagi pengam alW ah id iyah , h alyang pal ing penting ad al ah m em -
pe rh atik an ad ab k e tik a m e m baca sh al aw at, yang m e l iputi: (1) niat
d e ngan ik h las be ribad ah k e pad a Al lah , tanpa pam rih ; (2) ta’zh î m
(m e ngagungk an) d an m ah ab b ah (m e ncintai) R asul ul l
ah ; (3) h ati
h ud h ûr k e pad a Al lah d an istih d h âr (m e rasa be rad a d i h ad apan R asu-
lul lah , d an (4) taw ad h u’ (m e re nd ah k an d iri), iftiq âr (m e rasa butuh
se k ali) k e pad a pe rtolongan Al lah , butuh se k ali te rh ad ap syafa’atatau
bantuan (m oril ) d ari R asulul lah .

2. K e utam aan d an M anfaat M e m b aca Sh al aw at


Te rd apatbanyak h ad its yang m e ne rangk an te ntang k e utam aan
d an m anfaatm e m baca sh al aw at. D e m ik ian juga banyak h ad its yang
m e m be ri pe ringatan atau bah k an k e cam an te rh ad ap m e re k a yang
le ngah d an k urang pe rh atian te rh ad ap sh al aw at. H ad its-h ad its te r-
se but, antara l ain, ad al
ah :
Pertam a, k e utam aan se cara m oral
, d an m anfaatd i ak h iratbagi
orang yang m e m baca sh alaw at:

125
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang membaca


shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan membalas shalawat
kepadanya sepuluh kali; dan siapa yang membaca shalawat
kepadaku seratus kali maka Allah akan menulis di antara kedua
matanya: “bebas dari kemunafikan dan bebas dari neraka,” dan
Allah menempatkannya besok pada hari kiamat bersama-sama
dengan syuhada (orang-orang yang mati syahid) (HR. Thabrani
dari Anas bin Malik). 25

Ked ua, status k e utam aan d i sisi nabi d i ak h irat nanti:

Rasulullah Saw. bersabda: Manusia yang lebih utama di sisiku


besok pada hari kiamat ialah mereka yang lebih banyak membaca
shalawat kepadaku (HR. At-Tirmidzi dari Ibn Mas’ud). 26

25
Dalam hadits yang lain dinyatakan bahwa “Siapa di antara umatmu yang membaca
shalawat kepadamu satu kali maka sebab bacaan shalawat tersebut Allah me-
nuliskan baginya sepuluh kebaikan dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan,
dan ia akan dibalas sepadan dengan shalawat yang ia baca” (HR. Imam Ahmad
dari Abi Thalhah al-Anshari). Lihat juga Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam
Ahmad, hadits nomor 15759, pada kitab (bab) Musnad al-Mudniyin.
26
Lihat Imam at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, hadits nomor 446, pada kitab (bab)
ash-Shalâh (hadits hasan gharib).

126
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Se l
uruh um atMuh am m ad te ntu ingin be rad a d ek atd engannya,
te rl
ebih l agi be sok pad a h ari k iam at. O l eh k arena itu, k aum m usl im in
pe rlu m el ak uk an k orek si d iri, sud ah ad ak ah usah a d an seberapa usah a
itu d ilak uk an untuk m e ncapai k e d e k atan d e ngan R asul ullah Saw ?27
Ketiga, bal
asan d an m anfaatsh al
aw atse bagai pe ne bus d osa:

Rasulullah Saw. bersabda: “Hendaknya kalian semua mem-


baca shalawat kepadaku karena sesungguhnya bacaan shalawat
itu menjadi penebus dosa dan pembersih bagi kamu sekalian;
dan siapa yang membaca shalawat kepadaku satu kali maka Allah
memberi shalawat kepadanya sepuluh kali” (HR. Ibn Abi ’Ashim
dari Anas bin Malik).

D ari h ad its te rse butd apatd itarik k e sim pul


an bah w a m e m baca
sh alaw at k e pad a Nabi M uh am m ad be rfungsi se bagai istigh far d an
m e m e rol
e h jam inan m agh firah (am punan) d ari Al lah .28
Keem pat, sh al
aw atse bagai pe ngaw ald oa, k e rid h aan, d an pe m -
be rsih am alpe rbuatan:

27
Dalam hadits yang lain, yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi, Rasulullah bersabda:
“Siapa yang lebih banyak di antara kamu sekalian bacaan shalawatnya kepadaku,
dialah yang lebih dekat kedudukannya dengan aku”. Lihat Sayyid Syaikh Yusuf
bin Isma’il an-Nabhani, Sa’âdah ad-Dârain fî ash-Shalâh ‘alâ Sayyid al-Kaunain,
(Beirut-Libanon: Dâr al-Fikr), hlm. 58.
28
Dalam hadits yang lain dinyatakan bahwa shalawat juga bisa berfungsi sebagai
ampunan dan sekaligus wasilah, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Asakir
dari Hasan bin Ali.

127
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Rasulullah Saw. bersabda: “Bacaan shalawatmu kepadaku me-


rupakan pengawal bagi doamu dan merelakan Tuhanmu, serta
sebagai pembersih amal-amalmu” (HR. Ad-Dailami dari Sayyidina
‘Ali karramallahu wajhah).

Kelim a, jam inan m e l


ih at surga se be l
um m ati:

Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa membaca shalawat


kepadaku setiap hari seribu kali dia tidak akan mati sehingga dia
melihat tempatnya di surga (HR. Adh-Dhiya’ dari Anas bin Malik).

Itul
ah be berapa m anfaatd an k e utam aan m e m baca sh al aw atk e -
pad a Nabi M uh am m ad Saw . Se l ain itu, se be narnya m asih banyak
m anfaat yang l ain d ari m e m baca sh alaw at: se bagai pe m buk a h ijab
29
doa, dan sek al igus bisa m enyebabk an terk abul nya h ajatdi dunia dan
ak h irat;30 d im intak an am pun ol e h m al aik atbagi pe nul aw at.31
is sh al
Sh al aw atjuga bisa be rfungsi se bagai pe ngh ias m aje l is d an cah aya d i
h ari k iam at.32

29
Rasulullah Saw. bersabda: Segala macam doa terhijab (terhalang/tertutup) sehingga
diawali dengan pujian kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan bacaan shalawat kepada
nabi, kemudian berdoa maka doa itu dikabulkan (H.R. An-Nasai dari Abdullah
bin Yasar).
30
Rasulullah Saw. bersabda: Barng siapa yang membaca shalawat kepadaku setiap
hari 100 (seratus) kali maka Allah mendatangkan baginya seratus macam hajat
kebutuhannya; yang 70 macam untuk kepentingan akhirat sementara yang 30
macam untuk kepentingan dunianya (H.R. Ibn Majah dari Jabir).
31
Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa yang bershalawat (menulis shalawat)
kepadaku di dalam suatu kitab maka para malaikat tiada henti-hentinya me-
mohonkan ampunan baginya selama namaku masih berada di dalam kitab tersebut”
(HR. AthThabrani dari Abi Hurairah).
32
Rasulullah Saw. bersabda: “Hiasilah ruangan tempat pertemuanmu dengan bacaan
shalawat kepadaku karena sesungguhnya bacaan shalawatmu kepadaku akan
menjadi cahaya bagimu di hari kiamat (H.R. ad-Dailami dari Ibn Umar).

128
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

3. K e cam an te rh ad ap orang yang tid ak m au m e m b aca sh al aw at


Selain h ad its-h ad its yang m enganjurk an agar um atIsl am banyak
m e m baca sh al aw at, juga te rd apat banyak h ad its yang m e nge cam
orang-orang yang tid ak m au m em baca sh al aw at, d i antaranya ad al
ah :
Pertam a, orang yang tid ak m au m e njaw ab sh al
aw at k e tik a d i-
se but nam a Nabi M uh am m ad d ianggap se bagai orang yang pal ing
b ah il
:

Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa yang (mendengar) Aku


disebut di dekatnya dan dia tidak membaca shalawat kepadaku maka
dia itulah sebakhil-bakhil manusia (HR. Ibn Abi Ashim).

Ked ua, orang yang tid ak m au be rsh al


aw at tid ak ak an m e l
ih at
w ajah nabi:

Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak akan melihat wajahku tiga


kelompok orang: pertama, orang yang durhaka kepada kedua orang
tuanya. Kedua, orang yang meninggalkan (tidak mengerjakan)
sunnahku. Ketiga, orang yang tidak mau membaca shalawat ke-
padaku ketika (mendengar) Aku disebut di dekatnya (Disebutkan
dalam al-Qaul al-Badî’, hadits marfu’ dari ‘Aisyah).

D i d al
am h ad its yang l
ain d inyatak an:

129
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Rasulullah bersabda Saw.: “Siapa yang (mendengar) aku disebut


di dekatnya dan dia tidak membaca shalawat kepadaku maka dia itu
bukan dari golonganku, dan aku pun bukan dari golongan dia.
Kemudian Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya (dalam bentuk
doa): “Ya Allah, pertemukanlah orang yang mau berhubungan
dengan aku dan putuskanlah (hubungan) orang yang tidak mau
berhubungan dengan aku” (Diriwayatkan dari Anas bin Malik).

H ad its-h ad its d i atas d apatd ijad ik an sarana untuk m e ngore k si


pribad i k ita m asing-m asing te ntang se be rapa d e k at h ubungan k ita
d e ngan R asul ullah Saw .

4. Pe nd apat Ul am a te ntang Sh al aw at
Banyak pand angan d an pe nd apat d ari para ul am a te ntang
sh alaw at. Ad a sh alaw atyang d iangk atd ari k aid ah -k aid ah k eagam aan,
ad a pul a yang be rd asar atas k e yak inan d an pe ngal am an d zauq iyyah
(afe k tif, pe rasaan) d an d ari h asil
-h asilm uk âsyafah .
Sebagian ul am a be rpe nd apatbah w a sh al
aw atbisa m enjad i jal an
yang pal ing d e k at (m e nuju w ush ul) k e pad a Allah , se l
ain te ntunya
h arus d iik uti d e ngan m e m pe rbanyak m e m baca istigh far.33 Sel ain itu,
ad a juga ul am a yang m e nyatak an bah w a m e m baca sh al aw at k e pad a
nabi (d apat) m e ne rangi h ati d an m e -w ush ul-k an tanpa guru k e pad a
Al lah Yang M ah a M e nge tah ui se gal a yang gaib.34
D i sisi l
ain, ad a juga ul am a yang m e nyatak an bah w a m e m b aca
sh alaw atk epad a nabi d apatm e-w ush ul-k an k e pad a Al l
ah tanpa guru.
Se b ab , se sungguh nya guru d an san ad d i d al am sh al aw at ad alah
sh âh ib ush ash -sh alaw ât(pe m il ik sh al
aw at), yak ni R asulull
ah Saw . Ini
be rbe d a d e ngan zik ir-zik ir se l
ain sh alaw at, yang m e ngh arusk an ad a

33
Sayyid Syaikh Yusuf an-Nabhani, Sa’âdah ad-Dârain ..., hlm. 35.
34
Ibid, hlm. 36.

130
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

guru (m ursyid ) yang ‘ârif b illâh . Se bab jik a tid ak , m ak a se tan ak an


m asuk k e d al
am zik ir itu d an orang yang be rzik ir tid ak d apatm e m e -
role h m anfaatd ari zik irnya”.35
Se m e ntara itu, d al
am k itab Taq rî b al-Ush ûld ite rangk an: “Se -
sungguh nya para ul am a sud ah se pak at bah w a se m ua am alad a yang
d ite rim a d an ad a yang d itolak , te rk e cuali sh al
aw atk e pad a Nabi Saw .
Sesungguh nya sh al aw atk e pad a nabi itu m aq b ulatun q ath’an (d iterim a
se cara pasti)”.36
“D ite rim a se cara pasti” d apat d ipah am i bah w a se k al ipun se -
se orang d i d al am m e m baca sh al aw atk urang h ud h ûr, k urang k h usyû’,
bah k an se k al ipun d ise rtai d e ngan sik ap ujub , riya, tak ab ur, bacaan
sh al aw atnya te tap d ite rim a. Ad apun ujub , riya d an tak ab ur-nya ad a
pe rh itungan se nd iri, d al am arti tid ak m e nye babk an d itol ak nya sh a-
law at. H alini be rbed a d engan am al an se l
ain sh alaw atyang d i d al am -
nya ad a k e te ntuan-k ete ntuan yang h arus d ipe nuh i. K al au k e tentuan-
k e te ntuan itu tid ak d ipe nuh i m ak a am al an te rse but tid ak d ite rim a
ol e h Al l
ah . Suatu am alse l ain bacaan sh al aw at apabil a d il
ak sanak an
d e ngan riya, ujub , d an tak ab ur m ak a am alitu tid ak d ite rim a ol eh
Al lah .
D alam k aitannya d e ngan h alini, m uallif Sh al aw at W ah id iyah
m e nam bah k an: “... jik a sh al
aw atnya d iterim a, otom atis nam a si pe m -
baca sh alaw at d an nam a orang tuanya d ipe rk e nal k an k e pad a Nabi
Saw .” D engan d e m ik ian, nabi se cara pasti ak an m e m be rik an syafa’at-
nya k e pad a orang yang m au m e m baca sh al aw at, d an Al lah ak an
m em be ri rah m atd an am punan k epad anya, begitu juga para m al aik at
ak an ik utm e m oh onk an rah m atd an am punan baginya.
Le bih l
anjut m uallif m e ne rangk an: “M e m baca sh al
aw at m e -
rupak an ibad ah sunnat paling m ud ah yang d ibe ri be rbagai m acam

35
Ibid, hlm. 90.
36
Sayyid Ahmad ibn Sayyid Zaini Dakhlan, Taqrîb al-Ushûl li Tashîl al-Ushûl fî
Ma’rifah al-Rabb wa ar-Rasûl, (Mesir: Musthafâ al-Bâbi al-Halabiy wa Awlâduh,
1349 H.), hlm. 57. Bandingkan dengan Kifâyah al-Atqiyâ, hlm. 48.

131
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

k ebaik an yang tid ak d ipe rol e h ibad ah -ibad ah sunnah l ainnya, sepe rti
zik ir, m em baca Al -Q ur’an, sh al atsunnah , d an ibad ah -ibad ah sunnah
lainnya. K ebaik annya, antara l ain: se k al
i m e m baca sh al aw at, spontan
d isyafa’ati ole h R asul ullah Saw ., d i sam ping m e nd apat pah al a d ari
m e m baca sh al aw atitu se nd iri. Te rle bih lagi jik a m e m baca sh alaw at-
nya d e ngan sungguh -sungguh ik h l as d an d ise rtai tata k ram a l ah ir
d an batin.
Se bagian d ari k e baik an m e m baca sh alaw atad alah bah w a se l
ain
d ia ingat k e pad a Nabi Saw ., d ia juga ak an be rtam bah ingat k e pad a
Al l
ah . D engan k ata lain, m e m baca sh al aw atsud ah m e ngand ung zik ir
k epad a Al lah . Lebih jauh , d i antara m anfaatm em baca sh alaw atad al ah
bah w a sh al aw atsud ah m e ngand ung istigh far (pe rm oh onan am pun)
k e pad a Al lah d an m e ngand ung d oa li q ad h â’ al-h âjât (d e m i te r-
pe nuh inya h ajat/k e inginan).
M em baca sh alaw atd ik atak an ibad ah sunnah yang pal ing m ud ah
se bab d i d alam nya tid ak ad a syarat-syarat te rte ntu. H alini be rbe d a
d e ngan ibad ah -ibad ah sunnah yang l ain, se pe rti zik ir d an m e m baca
Al -Q ur’an, yang m e m e rl uk an syarat-syarat te rte ntu. Bah k an, ad a
ungk apan yang m e nye butk an bah w a jik a se se orang m e m baca Al -
Q ur’an tanpa d ise rtai syarat-syaratnya m ak a bacaannya justru ak an
m e nim bul k an m ud h arat, se pe rti d ik atak an ol e h Anas b in M al ik :
“Banyak orang yang m e m baca Al -Q ur’an, se d angk an Al -Q ur’annya
justru m e lak nati/m e nge cam pe m bacanya.” H alte rse butd isebabk an,
antara l ain, k arena bacaannya k urang te patd an tid ak d ise rtai d e ngan
ad ab m em baca Al -Q ur’an;m isal nya k urang tepattajw id d an m ak h raj-
nya.
Se m e ntara itu, d i d al
am k itab Sa’âd ah ad -D ârain d ite rangk an
bah w a d i antara m anfaatyang pal ing be sar m em baca sh alaw atad al ah
te rbayangnya h ati si pe m baca k e pad a R asul ul
lah Saw .: “D i antara
m anfaat m e m baca sh al aw at yang pal ing be sar ad alah te rce tak nya
sh urah R asul ullah Saw . d i d al
am h ati si pe m baca sh alaw at”.37

37
Syaikh Yusuf an-Nabhani, Sa’âdah ad-Dârain…, hlm. 506.

132
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Se h ubungan d e ngan h alini, d al am ajaran W ah id iyah se ring


d ise ruk an supaya m el atih h ati d e ngan istih d h âr, yak ni m erasa se ol ah -
ol ah be rad a d i h ad apan R asul ul l
ah , te rutam a k e tik a m e m baca sh a-
law at, atau m e rasa se ol ah -ol ah se pe rti m e ngik uti R asul ul lah d i m ana
pun be rad a, d e ngan te rus-m e ne rus atau se ring m e m baca Yâ sayyid î
yâ rasûlAllâh . Se bab, orang yang h atinya se l al
u istih d h âr se pe rti itu,
se cara m oralce nd e rung l e bih be rh ati-h ati d alam m e l ak uk an h al -h al
yang d il arang ol eh agam a, tid ak be rani m e l anggar l arangan-l arangan
Al l
ah d an rasul -Nya, tid ak be rani m e l ak uk an pe rbuatan-pe rbuatan
yang m e rugik an, baik pad a d iri se nd iri m aupun orang l ain. Se bal ik -
nya, istih d h âr d apatm e nye babk an se se orang se nantiasa be rh ati-h ati
d i d alam se gal a h ald an tingk ah l ak u, tak utk al au tid ak d irid h ai ol eh
Al l
ah d an rasul -Nya. D e ngan k ond isi batiniah se pe rti itu, d ia ak an
sel alu m end apattam bah an pencaran nur k enabian (Nûr Nub uw w ah ).
D e ngan d e m ik ian, se m ak in k uatd an se m ak in m e nd al am istih d h âr-
nya, niscaya se m ak in be rtam bah pancaran nur k e nabian yang m e -
nyinari h ati d an m e ne m b us k e pad a k e sad aran b ud i pe k e rti se rta
m el ah irk an ak h lak yang m ul ia (al-ak h laq al-k arim ah ). K ond isi bati-
niah se perti itu be rk em ungk inan m enjad ik an orang yang bersangk ut-
an se nantiasa be rak h l ak se pe rti ak h l
ak nya R asul ullah Saw .
Sem entara secara sosial , orang yang senantiasa m em baca sh al aw at
d engan istih d h ar niscaya k eh id upannya ak an berm anfaatbagi d irinya
se nd iri d an juga k e luarganya, m e m buah k an be rk ah bagi orang l ain,
m asyarak at, bangsa, dan negaranya, bah k an bagi m ak h l uk pada um um -
nya. D e ngan se nantiasa istih d h âr k e pad a R asul ullah , se se orang ak an
benar-benar berk em ungk inan m enem pati h aq î q ah al-m utâb a’ah , yak ni
m engik uti tingk ah l ak u, ak h lak , pe rangai nabi, m e niru cara-cara be r-
buatdan bertindak nabi, m el ak uk an apa yang disuk ai, l ebih -l ebih yang
d ipe rintah , d an m e njauh i apa saja yang tid ak d isuk ai, l e bih -le bih
yang d il arang ol e h nabi. Se l ain itu, d ia juga ak an m am pu “m e l ih at
yang d iik uti be rad a d i sam ping se gal a sesuatu, bersam a se gal a sesuatu
d an d i d alam se gal a se suatu”;d al am arti m am pu m e l ih atse cara nyata
d e ngan m ata h ati (ru’yah syuh ûd ).38
38
Syaikh Yusuf an-Nabhani, Sa’âdah ad-Dârain …, hlm. 35.

133
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Atas d asar k e te rangan d i atas, jik a se se orang be nar-be nar yak in


d alam m e ngik uti R asul ullah , se h arusnya ia m am pu m e l ih atnya, d i
m ana saja d an k apan saja. K ata “m e l ih at” yang d im ak sud d i sini
ad alah m e l ih at d e ngan m ata h ati yang d ise but b ash î rah . D al am h al
ini, te ntu tid ak se m barang h ati yang d ik aruniai k e m am puan se pe rti
itu. H anya h ati yang bersih d an je rnih saja yang d apatm e nggapainya.
Se m ak in be rsih , se m ak in je rnih , d an se m ak in suci h ati se se orang,
niscaya sem ak in tajam dan sem ak in k uatpul a b ash î
rah -nya. K em am pu-
an se pe rti itu d ise but juga m uk âsyafah , yak ni k e m am puan m e l ih at
R asul ul l
ah yaq zh atan (d al am k e ad aan te rjaga).
O rang yang ik ut, apabil a tid ak m am pu m e l ih at k e pad a yang
d iik utinya, besar k em ungk inan d ia m e ngal am i k e bingungan, bah k an
d apat te rse sat jal an d an te rpisah d ari yang d iik utinya tanpa te rasa.
Ol e h k are na itu, pe rlu d ilak uk an k ore k si d iri bagi um at Isl am yang
se lam a ini m e ngak u se bagai pe ngik ut atau um at M uh am m ad agar
tid ak m e ngal am i k e ad aan se pe rti itu. Ibaratsh al atbe rjam aah , um at
Islam ad al ah m ak m um , se d ang R asul ullah se bagai im am -nya. Apabil a
m ak m um tid ak m e ngik uti ge rak an im am m ak a batalsh al atnya.
Te rk aitd e ngan h alini, syaik h AbulAbbas al -M ursi pe rnah m e -
ngatak an: “Se and ainya ak u te rh ijab d ari (tid ak m e l ih at atau m e ng-
ingat) R asul ull ah se k e jap saja, ak u tid ak be rani m e ngk laim d irik u
d ari golongan k aum m usl im in”.39

5. M acam -M acam Sh al aw at
Sh al
aw atk e pad a Nabi M uh am m ad m e m il ik i be rane k a m acam
be ntuk atau re d ak si d an d apatd ipil
ah m e njad i d ua k e lom pok , yaitu:
sh alaw âtm a’tsûrah d an sh alaw atgh airu m a’tsûrah .
a. Sh alaw atM a’tsûrah
Sh alaw at m a’tsûrah ad al
ah sh alaw at yang re d ak sinya l
angsung
d iajark an ol
e h R asul ull
ah Saw . Salah satu contoh nya ial ah sh alaw at

39
Lihat Sayyid Ahmad, Taqrîb al-Ushûl …, hlm. 55 dan Sayyid Syaikh Yusuf an-
Nabhani, Sa’âdah ad-Dârain…, hlm. 440.

134
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Ib rah im iyah , se pe rti yang d ibaca d alam tasyah aud ak h ir d al


am sh al
at.
Ad apun re d ak si sh al aw at Ibrah im iyah yang m asyh ur ad al ah :

Sh alaw atini tidak m em ak ai k ata sayyid inâ. M em ang sem ua sh ala-


w atm a’tsûrah tid ak ad a yang m e m ak ai k ata te rse but. Ini m e nunjuk -
k an k e l
uh uran bud i R asul ull
ah yang tid ak m au m e nonjol k an d iri.
R asulse lalu be r-taw ad h u’ (sopan-santun d an l e m ah l
e m but) k e pad a
siapa pun;suatu sik ap bud i l uh ur yang se h arusnya d itiru ol e h um at-
nya.
K aum Sunni se ring m e m baca sh al aw atd e ngan tam bah an k ata
sayyid ina. K ata te rse butm e rupak an tam bah an d ari para sah abatnabi
d an para ul am a sal afsebagai cetusan rasa ta’zh î m dan m ah ab b ah . Sudah
se w ajarnya k ita m e nyebutNabi M uh am m ad d e ngan sayyid ina,40 atau
k ata l ain yang m ak sud nya sam a, se pe rti k anjeng, gusti, b end ara, d an
b agind a. Nabi M uh am m ad ad al ah k e k asih All
ah d an be l
iau m e rupa-
k an sayyid al-anb iyâ’ w a al-m ursalî n (pe m im pin para nabi d an para
utusan Al lah ), bah k an sayyid al-k h alqi ajm a’î n (pe m im pin se l uruh
m ak h l uk ). O le h k are na itu, buk anl ah suatu yang ane h d an bah k an
m e rupak an suatu be ntuk atau w ujud rasa ta’zh im k ita k e pad a nabi
jik a k ita m e nam bah k an k ata sayyid ina d i d e pan nam a be l iau yang
nota b ene ad al ah pe m im pin para nabi d an utusan Al lah se rta pem im -
pin se l uruh m ak h l uk d i alam raya ini.41 D e ngan d e m ik ian, pe ng-
gunaan k ata sayyid ina te rh ad ap Nabi M uh am m ad , baik d i d al am
bacaan sh al aw atm aupun d i l uarnya m e rupak an ce tusan rasa ta’zh î m
(m e m ul iak an) d an rasa m ah ab b ah (cinta) k e pad anya.
40
Secara bahasa, sayyid berarti tuan, orang yang terhormat (Jawa: gusti), atau orang
yang tinggi derajatnya di kalangan kaumnya. Orang yang tertinggi kedudukannya
di suatu desa (qaryah), misalnya, disebut sayyid al-qaryah (pemimpin desa).
41
Dalam suatu kesempatan, Rasulullah pernah bersabda: “Aku adalah sayyid bagi
anak cucu Adam dan tidak membanggakan diri …” (HR. Imam Ahmad, Tirmidzi,
dan Ibn Majah). Sayyid Syaikh Yusuf bin Isma’il an-Nabhani, Syawâhid al-Haqq,
(Beirut-Libanon: Dâr al-Fikr, t.t.), hlm. 132.

135
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

D al am Al -Q ur’an Al lah m el
arang m em anggilNabi Muh am m ad
h anya d e ngan m e nye but Yâ M uh am m ad atau Yâ Ab alQ âsim d an
panggil an l ain yang tid ak m engand ung nilai ta’zh î
m (m engagungk an/
m e m ul iak an), se bagaim ana firm an-Nya: “Janganl ah k am u jad ik an
panggil an rasuld i antara k am u se pe rti panggil an se b agian k am u
k e pad a se bagian (yang l ain) …” 42
D i d al
am ayat l
ain, Al
lah be rfirm an:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu me-


ninggikan suara kamu melebihi suara nabi dan janganlah kamu
berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya
(suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak
terhapus (pahala) amal-amal kamu sekalian dan kamu sekalian
tidak menyadari. ”43

K ed ua ayattersebutm e ne k ank an ad ab (sopan santun) te rh ad ap


R asul ullah . M e m anggilnam a be liau tanpa pe ngh orm atan d an be r-
bicara k e ras te rh ad apnya ad al
ah tid ak sopan d an m e rupak an sû’ al-
ad ab (pe ril ak u buruk ) yang d apatm e ngak ibatk an te rh apusnya am al
k e baik an.
Syaik h Abu al -Abbas at-Tijani be rpe nd apatbah w a siyâd ah (se -
b utan yâ sayyid îatau sayyid in â) ad al ah te rm asuk ib ad ah . Se bab ,
m ak sud pok ok d ari bacaan sh al aw at ad al
ah m e ngh orm ati, m e ng-
agungk an Nabi Muh am m ad . D engan d em ik ian, d apatd ipah am i apa-
bila ad a pe m baca sh al
aw atyang m e ninggal k an k ata siyâd ah d i d al
am
bacaan sh al aw atnya m ak a d ia d ianggap k urang m e ngh orm at atau
k urang m e m ul iak an nabi.44

b . Sh alaw atGh airu M a’tsûrah


Sh alaw at gh airu m a’tsûrah ad al
ah sh alaw at yang d isusun ol eh
se lain Nabi M uh am m ad se nd iri. Ia bisa d isusun ol e h para sah abat,

42
QS. an-Nur [24]: 63.
43
QS. al-Hujurat [49]: 2.
44
Sayyid Syaikh Yusuf an-Nabhani, Sa’âdah ad-Dârain ..., hlm. 11.

136
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

tâb i’î n, auliyâ’, para ul


n, sh âlih î am a, atau yang l ainnya d ari k alangan
um at Isl am . Pad a um um nya, re d ak si sh al aw at gh airu m a’tsûrah ini
panjang, susunan bah asanya d ise rtai d e ngan k ata-k ata ind ah yang
m engek spresik an pengh orm atan, pujian, d an sanjungan yang rom an-
tis se bagai ce tusan d ari ge taran jiw a m ah ab b ah (cinta) d an syauq
(rind u) yang m e nd al am . Bah k an tid ak se d ik itsh alaw atyang d isusun
d e ngan m e nggunak an k e susaste raan yang tinggi, m e nggunak an
k alim at-k al im atyang b âligh d al am be ntuk nazh am atau syi’ir, sajak ,
d an puisi. Se l ain itu, d alam sh alaw at gh airu m a’tsûrah juga banyak
d ise rtak an d oa-d oa m unajat (m e ngad u) k e pad a Al lah d an k al im at-
k alim at tasyâfu’an (m e m oh on syafa’at) k e pad a R asul ullah . H alte r-
sebutm enam bah ik râm an (sk ap m em ul iak an), ta’zh îm an (sik ap m eng-
agungk an), d an rasa m ah ab b ah yang se m ak in m e nd al am .
Ad a b e gitu banyak ragam sh alaw ât gh airu m a’tsûrah d e ngan
nam a-nam a yang be rm acam -m acam . Jum l ah sh alaw âtgh airu m a’tsû-
rah bisa m e ncapai pul uh an, ratusan, atau bah k an ribuan. D al am h al
pe nam aannya, ad a sh al aw at yang m e nggunak an nam a m uallif-nya,
ad a sh alaw atyang d ibe ri nam a m e nurutfae d ah yang te rk and ung d i
d alam nya, ad a juga sh al aw at yang nam anya d iam bild ari sal ah satu
k alim at yang ad a d i d al am nya. D i antara contoh sh alaw at gh airu
m a’tsurah ad al ah : sh alaw at m unjiyat, sh alaw at n ariyyah , sh alaw at
b urd ah , d an m asih banyak l agi yang lainnya. Sh al aw ât W ah id iyah
te rm asuk k e d alam sh alaw âtgh airu m a’tsûrah te rse but.
Sebagian besar sh alaw atgh airu m a’tsûrah m e ngand ung be rbagai
m acam ajaran d an bim bingan. Ad a yang m engand ung ajaran bid ang
ak h l
ak , bid ang ad ab (e tik a), ajaran tauh id , ajaran h aq î q at, ajaran
m a’rifat, d an ada juga yang m engand ung ajaran syari’at. Sebagai contoh
ad alah sh alaw at m asyisyiyah yang d isusun ol e h Syaik h Abd ussal am
bin M asyisy. Sal aw atini be risi ajaran tauh id . Sh alaw atl ainnya ad al ah
sh alaw at b urd ah yang d isusun ol e h Syaik h M uh am m ad Bush airi.
Sh alaw at ini m e ngand ung d orongan batin yang m e nggugah se rta
m e num buh k an rasa m ah ab b ah (cinta) d an syauq (rind u) k e pad a
R asul ul lah .

137
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Sh al aw atW ah id iyah — sebagaim ana d ije l ask an d alam pe d om an


k e w ah id iyah an— juga m e ngand ung ajaran yang m e l iputi bid ang-
bid ang h aq î q at, syari’at, ak h l
ak (ad ab ), tauh id , im an, islam , d an ih san.
Sh al aw at W ah id iyah m e ngand ung d an m e m b e rik an b im b ingan
prak tis d i d alam m e re al isasi pelak sanaan h ab lun m in Allâh w a h ab lun
m in an-nâs, yak ni m e m bim bing pe l ak sanaan d an re al isasi k e w ajiban
se rta rasa tanggung jaw ab k epad a Al l
ah d an rasul -Nya, k ew ajiban pad a
agam a, k el uarga, bangsa, negara, sesam a m anusia, d an bah k an ter-
h ad ap se sam a m ak h l uk pad a um um nya.
Bim bingan prak tis te rsebutd ituangk an d e ngan k al im at-k alim at
yang b aligh , sim pe l , singk at-pad at, se rta m ud ah d ipah am i d an d i-
te rapk an, se pe rti yang d apatd ibuk tik an d i d alam Lem b aran Sh alaw at
W ah id iyah yang d isam paik an k epada m asyarak atl uas. Titik fok us yang
m e njad i tujuan d ari bim bingan prak tis tersebutad al ah bid ang w ush ûl
ilâ Allâh atau bid ang m a’rifat k e pad a Al lah d an rasul -Nya. Be gitu
b aligh -nya susunan bah asanya se h ingga untuk m e nd al am inya pe rl u
d ibe be rk an d e ngan bah asa yang prak tis d an d e ngan pe nje l asan-pe n-
je lasan yang l uas agar l e bih m ud ah d iam al k an.
Baik sh alaw at m a’tsûrah m aupun sh alaw at gh airu m a’tsûrah ,
k e d uanya d im ak sud k an untuk m e m e nuh i firm an Allah d alam Q .S.
al -Ah zab [33]:56. D e ngan d e m ik ian, pad a d asarnya se m ua sh al aw at
ad al ah baik d an d ik aruniai m anfaatk e baik an yang tid ak se d ik it.
D itinjau d ari se gi re d ak si atau susunan tata bah asanya, sh alaw at
gh airu m a’tsûrah ad a yang be rbe ntuk pe rm oh onan k e pad a Al l
ah ,
seperti k alim atAllâh um m a …yang um um nya berad a d i aw alsh al aw at
d an ad a juga yang secara l angsung m enyam paik an sh al aw atitu k epad a
R asulul lah , se pe rti:

K e d ua be ntuk re d ak si sh al
aw at te rse but te rd apat d al
am Sh a-
law at W ah id iyah . D i d al am Sh alaw at W ah id iyah , m isal nya, ad a
be ntuk re d ak si sh al
aw at d e ngan Allâh um m a sh alli … d an ad a pul a

138
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

yang be rupa pe nyam paian l angsung k e pad a nabi, se pe rti ungk apan
Ya Syâfi’al-k h alqi ash -sh alâtu w a as-salâm ... d an Ya Syâfi’al-k h alqi
h ab î
b a Allâh i …
Se lain itu, d al am sh alaw at w ah id iyah juga d ise rtak an d oa-d oa
pe m oh onan k e pad a Al lah te rk ait d e ngan h al -h alyang sangat d i-
butuh k an ol eh se tiap orang. M isal nya d al am sh al aw atk ed ua terd apat
re d ak si k alim at Allâh um m a k am â anta ah luh ... Ini d itam bah l agi
d e ngan pe rm oh onan k e baik an bagi pribad i, k e l uarga, bangsa, d an
ne gara, bah k an bagi sel uruh m asyarak at, m anusia sel uruh d unia, baik
yang m asih h id up m aupun yang sud ah m e ninggald unia. Ne ne k
m oyang (l eluh ur) k ita d an saud ara-saud ara k ita yang be rad a d i al am
k ubur juga tid ak k etinggal an m e njad i sasaran penting yang d im oh on-
k an d i d al am sh al aw atini. K e se jah te raan d an be rk ah (b e rtam bah nya
k e baik an) bagi bangsa d an ne gara, bah k an bagi se l uruh m ak h l uk
ciptaan Al lah term asuk objek yang d im oh onk an d i d al am m ujah ad ah
Sh al aw atW ah id iyah . Sh al aw atini d iak h iri d e ngan ge taran jiw a yang
k uat untuk m e nge tuk h ati se l uruh m asyarak at agar se ge ra k e m bal i
k e pad a Al lah (fa firrûilâ Allâh ).
Yang lebih penting l agi, di d alam Sh al aw atW ah id iyah , pengam al
d ibim bing ol e h m uallif d i d alam se tiap be rd oa untuk m e m il ik i sik ap
batin h usn al-yaq î n (b e rbaik k e yak inan) bah w a pe rm oh onan k ita
d ik ab ul
k an ol e h Al lah . H alini d id asark an pad a h ad its yang m e -
nyatak an: “Apab il a k am u se k al ian b e rd oa m ak a yak inil ah b ah w a
(d oam u) d ik abul k an ole h Al lah ” (H R . At-Tirm id zi d ari Abu H urai-
rah ).
H all ain yang juga h arus d ipe rh atik an ad al ah bah w a k ita juga
h arus se nantiasa be rd oa se bagai sal ah satu w ujud taatk e pad a Al lah .
H alte rse but k are na Al l
ah se nd iri m e ne gask an h alte rse but d alam
firm an-Nya: “D an Tuh anm u be rfirm an: ‘Be rd oal ah (m e m oh onl ah )
k am u se k alian k e pad a-K u, niscaya ak an K uk abul k an d oam u.’”45

45
QS. al-Mukmin [40]: 60.

139
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

7. Be rh ub ungan d e ngan R asul ul lah


D i d e pan sud ah d ije l ask an bah w a fae d ah m e m baca sh al aw at
yang pal ing be sar m anfaatnya ad al ah inth ib â‘u ash -sh ûrati R asulillah
‘alâ q alb al-m ush alli(te rce tak nya pribad i R asul ul lah d i d al am h ati si
pe m baca sh al aw at; atau d e ngan k ata l ain, se lalu te rbayang k e pad a
R asul ul lah ). D e ngan d e m ik ian, te rjal in h ubungan jiw a yang sangat
eratantara si pem baca sh al aw atdengan R asul ul l
ah . Eratnya h ubungan
jiw a d e ngan R asul ul lah m erupak an fond asi im an d an tak w a, m enjad i
patri m ah ab b ah k epad a Al l ah d an rasul -Nya. Se m entara im an, tak w a,
dan m ah ab b ah send iri m erupak an benteng k esel am atan d an k ebah agia-
an h id up m anusia l ah ir-batin d i d unia d an ak h irat. O l eh k arena itu,
h ubungan um at Isl am d e ngan R asul ul lah se bagai pe m im pin, pe m -
bim bing, d an pe m be l a d ari k e se satan d an k e h ancuran h arus se l alu
d ipupuk , d itingk atk an, d an d ise m purnak an d e ngan se baik -baik nya.
H ubungan yang m asih bersifatform al itas ‘ala syari’ah h arus d itingk at-
k an m e njad i h ubungan jiw a yang l e bih ak rab, m e sra, d an te rpad u
se h ingga m e njad i se m acam h ubungan m ol e k ule r yang l e bih k ok oh
lah ir-batin. Se bab, R asul ul lah se nd iri m e njad i rah m at bagi se k al ian
al am (rah m atan lil‘âlam î n) d an se l alu m e nyayangi d an m e m aafk an
se tiap m uk m in te l ah m e l e tak k an d an m e ratak an “l e m pe re k at” h u-
bungan terh adap sek al ian para um at?H altersebutsesuai dengan firm an
Al lah : “Sungguh te l ah d atang k epad am u seorang rasuld ari k al angan-
m u se nd iri. Be ratte rasa ol e h nya pe nd e ritaanm u, sangatm e ngingin-
k an (k e im anan d an k e se l am atan) bagim u, am at be l as k asih an l agi
pe nyayang te rh ad ap orang-orang m uk m in”.46
Be gitu m end al am d an ak rab h ubungan batin R asul ullah d engan
um atnya sam pai-sam api rasulm e m anggilum atnya d e ngan se butan
ik h w ân, yang be rarti “k aw an” d an bah k an be l
iau juga m e nganggap
um atnya sebagai “saud ara”. H alini terungk ap d al am salah satu h ad its:
“Betapa rind uk u k epad a saudara-saud arak u, yaitu m erek a yang d atang
se sud ah k u”.47 D e ngan d e m ik ian, um atIsl
am se h arusnya m e l
ak uk an
46
QS. At-Taubah [9]: 128.
47
Abdul Karim Jilli, Al-Insân al-Kâmil fî Ma’rifah al-Awâkhir wa al­Awâ’il, jld II,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1975), hlm. 88.

140
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

k ore k si d iri te ntang k e ad aan h ubungan k ita se l


am a ini d e ngan rasul
,
sang pem im pin, pe m bim bing, d an pe m be l a yang sangatm e nyayangi
um atnya.
D al am upaya m e m pe rb aik i h ub ungan yang ak rab d e ngan
R asul ullah , atau yang biasa d ise but d e ngan at-ta’alluq b i janâb ih i,
h alitu pal ing tid ak d apatd ilak uk an d engan d ua jal
an: (a) ta’alluq sh ûrî
48
d an (b ) ta’alluq m ak naw î .
a. Ta’alluq sh ûrîatau h ubungan se cara form al . H ubungan ini d apat
d ite m puh m e l alui d ua jal an:
Pertam a, m e njal ank an se gal a apa yang d ipe rintah k an d an
m e njauh i atau m e ninggal k an se gala se suatu yang d il arang ol eh
R asul ul lah serta m enjal ank an syari’at Isl am secara baik , l ah ir d an
batin, baik yang be rh ubungan d e ngan Al lah d an rasul -Nya m au-
pun yang be rh ubungan d e ngan m asyarak at, k e l uarga, te tangga,
bangsa d an ne gara, se sam a um at m anusia, d an te rh ad ap se sam a
m ak h l uk pad a um um nya.
Ked ua, fanâ’ atau l e bur d i d alam l autan m ah ab b ah k e pad a
R asul ullah . H alitu bisa d ilak uk an, antara l ain, d e ngan m e m pe r-
banyak m em baca sh al aw at, m em perbanyak ingatd an m engangan-
angan d e ngan pe nuh rasa rind u (syauq ) k e pad a rasul , m e m pe r-
banyak m em baca atau m e nd engark an uraian-uraian atau h ik ayat-
h ik ayat yang m e ngand ung pujian d an sanjungan te rh ad ap k e -
be saran d an k e m ul iaannya se h ingga tum buh rasa m ah ab b ah d an
rind u yang m e nd al am ; juga d e ngan se nantiasa be rangan-angan
d an berpik ir tentang jasa-jasa, pengorbanan, serta perjuangan rasul
d i d alam m e m be l a um atnya.
b . Ta’alluq m a’naw îatau h ubungan se cara m ak naw î . H ubungan ini
juga d apat d ite m puh m e l al ui d ua jalan, yak ni:
Pertam a, m e latih h ati m e m bayangk an atau istih d h âr k e pad a
pribad i Nabi M uh am am d yang m ul ia d an agung d e ngan d ise rtai

48
Dua jalan (cara) ini adalah sesuai dengan yang diterangkan oleh Sayyid Syaikh
Yusuf an-Nabhani dalam kitabnya, Sa’âdah ad-Dârain.

141
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

rasa ta’zh î m , ta’jûb (k agum ), d an m ah ab b ah (cinta). Cara ini d iper-


untuk k an bagi m e re k a yang sud ah pe rnah be rte m u nabi, baik
d al am k e ad aan be rm im pi m aupun d al am k e ad aan te rjaga (tid ak
tid ur). Ad apun bagi m e re k a yang be l um pe rnah be rte m u d e ngan
nabi d apatm e l ak uk annya d e ngan cara m e m bayangk an sifat-sifat
d an juga ak h l ak nya yang l uh ur. Bagi m e re k a yang sud ah pe rnah
ziarah k e M ak ah d an M ad inah d apat m e m bayangk an K a’bah ,
m aq âm nabi, m asjid nabaw i, atau m e m bayangk an tem pat-te m pat
be rse jarah l ainnya yang d ipe rgunak an ol e h nabi d alam m e m pe r-
juangk an agam a Isl am d an d i d al am m e m be rik an tuntunan d an
bim bingan k epad a para sah abatnya. Sem ua itu h arus k ita l ak uk an
d engan ad ab (tata k ram a), ta’zh î m (m e m ul iak an), d an taw âd h u’
(sopan-santun).
M im pi be rte m u Nabi M uh am m ad ad al ah m im pi baik , m im pi
yang be nar (h aq q ). Siapa pun orangnya yang be rm im pi be rte m u
d e ngan R asul ul l
ah d an bagaim anapun k e ad aan m im pinya m ak a
se sunguh nya m im pi itu ad al ah be nar ad anya se bab se tan tid ak
d apatm enyerupak an d iri (tam âtsul;Jaw a: m end h o-m end h o) d engan
nabi. D al am suatu h ad its d inyatak an: “Barang siapa yang m el ih at
ak u d i d al am m im pi m ak a sungguh ia m el ih atk ebenaran (m e l ih at
R asul ul lah d e ngan se be narnya), ol e h k are na se tan tid ak d apat
m e nye rupak an d iri se bagai ak u” (H R . Im am M usl im d an l ain-
nya).
D i d al am k itab Ta‘th î r al-Anâm , k ata m an raânî(b arang siapa
yang m e l ih atak u) d ibe ri tafsir w alaw ‘alâ ayyi sh ûratin w a h âlatin
(se k alipun d al am rupa d an d al am k e ad aan yang bagaim anapun
juga). Se bab, bol e h jad i h asilm im pi se orang d an yang l ainnya
ad al ah tid ak sam a. Ad a orang yang be rm im pi be rte m u R asul ullah
pe rsis se pe rti apa yang d isifatk an d an d ite rangk an d al am k itab-
k itab se jarah , nam un ad a juga yang tid ak d e m ik ian. Ak an te tapi,
k e d uanya sam a-sam a be nar m e nurut h ad its te rse but. Pe rbe d aan
itu d ise b ab k an, antara l ain, k are na situasi d an k ond isi b atiniah
orang yang berm im pi. Pad a um um nya, se m ak in je rnih h ati orang
yang be rm im pi, se m ak in d e k atk e pad a k e ad aan yang se be narnya.

142
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Ibaratk aca ce rm in, se m ak in be rsih d an tinggi m utu k aca ce rm in,


se m ak in je las d an se m purna h asilpe nce rm inan yang d ipe rol eh .
Ked ua, m e lalui ta‘alluq m a’naw i, yak ni m ene rapk an al-h aq î -
q ah al-M uh am m ad iyyah d al am h ati;h ati se nantiasa sad ar (syuh ûd
al-q alb) d an m erasa bah w a asalk ejad ian segal a m ak h luk (term asuk
d iri k ita) ad alah d ari Nur M uh am m ad . H ati se nantiasa m e rasa
d an m e nyad ari apa yang d isabd ak an d al am h ad its q ud si: “Ak u
(Al lah ) m e nciptak an e ngk au (M uh am m ad ) d ari nur-K u d an Ak u
m e nciptak an m ak h l uk d ari nur-m u.”49
D e ngan d e m ik ian, h ak ik at asalk e jad ian se gal a m ak h l uk ad al ah
Nur M uh am m ad . Ini be rarti se m ua m ak h l uk d i al am raya ini
tid ak te rpisah se d ik it pun d ari Nur M uh am m ad .
Ad apun m e nge nai bagaim ana w ujud Nur M uh am m ad , k ita
tid ak m am pu m e ngind e ra d e ngan d aya k h ayal ,l e bih -le bih d e ngan
rasio. D al am h alini, yang pe nting d an h arus k ita yak ini bah w a se gal a
h ak ik atw ujud ad al ah be nar. D e ngan d e m ik ian, k e tik a k ita be rpik ir,
be rangan-angan, k ita m e rasa se suatu (m e rasa ge m bira atau m e rasa
be rse d ih ), be gitu juga pe ngl ih atan, pe nd e ngaran, pe cium an, d an
perasaan, se m ua itu berasald ari Nur Muh am m ad . H alte rsebuth arus
se nantiasa d irasa d an d il atih d al am h ati, tid ak cuk up h anya d e ngan
pe nel itian ilm iah saja. Sebab, m asal ah ini ad al ah m asal ah d zauq (rasa/
feeling).
Se d angk an h ak ik atw ujud Nur M uh am m ad ad al ah Nur Al l
ah .
Be gitu juga h ak ik at w ujud m ak h l uk ad al ah Nur Al lah . M ak h l uk
se nd iri tid ak m em punyai sifatw ujud sebab yang m e m il ik i sifatw ujud
h anyal ah Al lah . M ak h l
uk m e w ujud k are na d iw ujud k an ol e h All
ah .
M ak h l uk itu tid ak w ujud jik a tid ak d iw ujud k an ol eh Al l ah . Ini berarti
bah w a k eberad aan w ujud m ak h l uk ad al ah k arena Al lah . D al am istilah
W ah id iyah , m aujud nya m ak h l uk ad al ah b illâh . Lâ h aula w alâ q uw -
w ata illâ b illâh (tiad a d aya d an k e k uatan m e l aink an atas titah Al l
ah ,
se bab Al lah –b illâh ).
49
Sayyid Abu Bakr Bakr al-Maliki bin Sayyid Muhammad Syatha ad-Dimyathi,
Kifâyah al-Atqiyâ’ wa Minhaj al-Asyfiyâ’ (T.tp.: Dar Akhyar, t.t.), hlm. 6.

143
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

K e sad aran ak an b illâh d an b i al-h aq î q ah al-M uh am m ad iyyah


se m e stinya sungguh -sungguh m e re sap k e d al am h ati d an d ite rapk an
d e ngan rasa d an i’tik ad baik , tid ak cuk up h anya m e njad i pe m ah am an
ilm iah saja. Pe m ah am an itu h arus d ite rusk an m e njad i pe ne rapan
d zauq iyyah . Le bih -l e bih pe m ah am an itu tid ak bol e h h anya d ipe r-
gunak an se bagai bah an pe rcak apan d an d isk usi atau pe rd e batan saja,
te tapi h arus d ise rtai pe nerapan d al am h ati. H ati h arus te rus-m e nerus
d ilatih m e rasak annya.
D al am h alat-ta’aluq b i janâb ih i, K H . AbdoelM adjid M a’roef,
se nantiasa m e nganju rk an d an m e ngam anatk an agar pe ngam al
W ah id iyah tid ak h anya m el ak uk an m ujah ad ah , tetapi juga h end ak nya
m e m pe rbanyak m e m baca Ya sayyid i ya R asulallah d i m ana saja d an
k apan saja, baik d ibaca d e ngan l isan m aupun h anya d al am batin,
se suai d e ngan situasi d an k ond isi. K al im at te rse but juga baik d i-
am al k an se cara k h usus, se perti h al nya m ujah ad ah W ah id iyah d engan
h itungan yang se b anyak -b anyak nya. Se m ak in banyak bacaannya,
se m ak in baik nil ainya, te rl e bih lagi jik a ad a k e pe ntingan atau m e m -
punyai h ajatte rte ntu, asal k an tid ak d isalah gunak an d an h arus d ijiw ai
ol e h k e sad aran lillâh -b illâh d an lirrasûl-b irrasûl.
M e m perbanyak bacaan Yâ sayyid îyâ R asûlallâh m erupak an cara
at-ta’allu q b i jan âb ih i yang pal ing m u d ah d ilak uk an.50 Se b ab,
se bagaim ana d ije l
ask an ol e h K H . M oh am m ad R uh an Sanusi,51 Yâ
sayyid îyâ R asûlallâh ad al ah n id a’ (panggilan) l angsung k e pad a
R asulullah , yang m engand ung m ak na tasyaffu’an (m e m oh on syafa’at)
yang d ijiw ai d e ngan se m angat tazh’î m (m e m uliak an), m ah ab b ah
(cinta), tazh allum (pe rnyataan be rd osa), d an iftiq âr (ce tusan rasa
butuh ). Se d angk an Nabi M uh am m ad se nd iri be rsifat k asih sayang

50
Penjelasan ilmiah tentang hal ini tidaklah mudah, namun keimananlah yang akan
percaya dan yakin akan kebenaran fakta pengalaman nyata tersebut.
51
KH. Mohammad Ruhan Sanusi adalah Ketua Umum DPP PSW. Dia terpilih lagi
sebagai Ketua Umum PSW masa khidmah 2005–2011, berdasarkan hasil Muskub
(Musyawarah Kubro) Wahidiyah ke-5 tahun 2006, (26–28 Mei 2006), yang
diselenggarakan di Pesantren At-Tahdzib (PA) Rejoagung, Ngoro, Jombang, Jawa
Timur.

144
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

(ra’ûf ar-rah îm ) d an banyak m em berik an pe ngorbanan bagi um atnya.


D al am h alini, Al lah m e ne gask an: “Sungguh te l ah d atang k e pad a
k am u se k alian se orang rasuld ari k aum m u se nd iri, yang be ratte rasa
ol e h nya pe nd e ritaanm u se k alian, sangat m e ngingink an (k e im anan
d an k eselam atan) bagim u sek al ian, am atbel as k asih an l
agi m enyayangi
52
orang-orang m uk m in.” O l eh k arena itu, m enurutajaran W ah id iyah ,
secara im aniah d apatd iyak i ni bah w a d e ngan m em biasak an m em baca
Yâ sayyid îyâ R asûlallâh m ak a nabi niscaya ak an m e m berik an syafa’at-
nya k e pad a um at yang se l alu m e m anggil nya.

8. Syafa’at R asul ullah


Istilah syafâ’atsecara bah asa berarti “pertol ongan.” D al am Syarah
Sullam at-Taufî q d ije l
ask an bah w a yang d im ak sud syafa’at ad al ah
53
“m e m oh on k e baik an k e pad a se se orang untuk orang l ain”. D e ngan
k ata l
ain, syafa’atad al ah m engusah ak an k e baik an bagi orang l ain atau
m e m be rik an jasa-jasa baik k e pad a orang lain tanpa m e ngh arap upah
atau im bal an jasa; atau m e m be ri jasa, baik d im inta m aupun tid ak ,
tanpa pam rih .
Pad a um um nya, sebutan syafa’atd ipak ai untuk pertol ongan yang
k h usus be rasald ari Nabi M uh am m ad . Se d angk an pe rtolongan yang
d ibe rik an ole h se l
ain nabi, um pam anya pe rtol ongan d ari para w al i
Al l
âh , ul am a, sh âlih î
n, atau orang-orang yang l e bih tua um urnya
d ise but be rk ah , d oa re stu, bantuan, d uk ungan, atau jangk ungan.
Se m ua itu pad a d asarnya juga syafa’at, yak ni syafa’atd alam arti pe r-
tol ongan.
Syafa’at R asul ull
ah te rjad i d i d unia d an ak h irat. Syafa’at rasul
d i d unia yang pal ing be rh arga d an tid ak te rnil ai ad alah im an d an
Isl am d i d ad a se tiap m uk m in d an m usl im . D e ngan d e m ik ian, boleh
d ik atak an bah w a syari‘atd an tuntunan R asul ul l
ah ad al ah w ujud d ari
syafa‘atnya. Se l ain itu, se pe rti k ita sad ari d ari k e nyataan yang ad a

52
QS. At-Taubah [9]: 128.
53
Asy-Syaikh Muhammad Nawawi, Syarh Sullam at-Taufiq ila Mahabbah Allah ‘ala
at-Tahqîq, (Surabaya: al-Hidayah, t.t.), hlm. 7.

145
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

bah w a tuntunan R asul ul lah te rse but d isal


urk an d an d isam paik an
k e pad a um at m anusia m e l alui prose s yang panjang: m e l al ui para
sah abat k e pad a tâb i‘î n, ul
n, tâb i‘at-tâb i‘î am a salaf, aw liyâ, sh âlih î
n,
ul am a k h al
af, k iai, cend ek iaw an, para ustad z, para guru, d an ak h irnya
sam pai k e pad a k ita. Ini be rarti bah w a ge ne rasi se te l
ah rasulad al ah
generasi perantara yang m enyam paik an ajaran rasulk edapa k ita. M erek a
itu ad al ah pe nyal ur syafa’at rasulk e pad a um atnya.
Ad apun syafa’at R asul ullah d i ak h irat k e lak , atau yang biasa
d isebutasy-syafâ’ah al-‘uzh m a, ad al ah pertol ongan agung yang sangat
d ibutuh k an ol e h se l
uruh um at m anusia d i pad ang m ah syar k e l ak .
Pad a saat itu, se l uruh um at m anusia se jak d ari zam an Nabi Ad am
sam pai m anusia yang te rak h ir ak an d ik um pul k an. Pad a saat itul ah
terjad i suatu pe ristiw a yang m ah ad ah syat, suatu traged i k e bingungan
um at m anusia yang sangat m e m uncak d an be l um pe rnah d ial am i
se be lum nya d i d unia. Se m ua m anusia be rad a d i baw ah te rik panas
m atah ari yang pad a saat itu d iturunk an ol e h Al lah sam pai h anya
tinggalse tinggi gal ah . Pad a h ari itu, atau yang biasa d ise but yaum
al-h asyr, setiap m anusia m engal am i probl em nya send iri sebagai ak ibat
d ari pe rbuatannya k e tik a h id up d i d unia. M e re k a sal ing be rk on-
frontasi, sal ing m enud uh satu sam a l ain, d an m e rek a sal ing m e l
arik an
d iri k are na tak ut te rk e na tuntutan. H alini d ite gask an ol e h Allah :

“Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan


sangkakala yang kedua), pada hari itu seseorang melarikan diri
(karena takut dituntut) dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya,
dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari
itu mempunyai urusan yang sangat menyibukkannya.” 54

D i d alam pe ristiw a d ah syatd i pad ang m ah syar te rsebut, tim bul


k e panik an yang sangat m e m uncak . Se m ua m anusia sibuk m e ncari
pe rtol ongan k e pad a para nabi, m ul ai d ari Nabi Ad am h ingga nabi
te rak h ir sebe l
um Nabi Muh am m ad . Ak an te tapi, m erek a sem ua tid ak
bisa m e m be ri pe rtolongan. Pad a saatitul ah R asul
ullah M uh am m ad

54
QS. Abas [80]: 33–37.

146
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

tam pilm em be rik an pem bel aan d an pe rtolongan k e pad a um atm anu-
sia d e ngan be rsujud m e m oh on am punan d an k asih sayang Al l
ah .
D an, Al l
ah Yang M ah a Pe ngasih l agi M ah a Pe nyayang pun ak h irnya
berk e nan m e ngabulk an m unajatnabi d an k e k asih -Nya, M uh am m ad
R asul ullah . Inil
ah yang d im ak sud d e ngan asy-syafâ’ah al-‘uzh m a’
(syafa’at yang pal ing agung).
Ak an tetapi, d al am k eh id upan ini, ad a sebagian um atIsl am yang
ingk ar te rh ad ap ad anya syafa’at. M e re k a b iasanya m e nd asark an
k e yak inannya itu pad a firm an Al l
ah : “M ak a tid ak be rguna l agi bagi
55
m e re k a syafa’atd ari orang-orang yang m e m be ri syafa’at”. Pe nd apat
ini pe rl u d itinjau k e m bali k are na yang d im ak sud “m e re k a” d al am
ayatte rse butad al ah k uffâr m in al-m ujrim î n (orang-orang k afir yang
m e nd ustak an atau tid ak m em percayai ad anya h ari pe m bal asan (yaum
ad -d în). H alini sebagaim ana d isebutk an pad a ayatsebel um nya: “D an
ad al ah k am i m end ustak an h ari pe m bal asan.56 Se d angk an syafa’atyang
d im ak sud k an d i sini ad alah yang d ibe rik an ol e h R asulul lah k e pad a
orang-orang yang berim an. Sebab, syafa’atseperti ini d ijam in ol eh Al lah
d al am firm an-Nya: “Pad a h ari itu tid ak l ah be rguna suatu syafa’at,
k ecual i (syafa’at-nya) orang yang Al lah M ah a Pem urah te l ah m em be ri
izin k e pad anya, d an D ia te l ah m e rid h ai pe rk ataannya.”57
D ari ayat te rse but m ak a je l
aslah bah w a ad a d i antara h am ba
Al lah yang d iizink an d an d irid h ai untuk m e m be rik an syafa’at; d an
k ita be rk e yak inan bah w a M uh am m ad Saw . ad al
ah h am ba Al lah yang
d ibe ri m and at pe nuh ol e h Allah untuk m e m be rik an syafa’atk e pad a
um atnya. Se bab, be l iau ad alah nabi, utusan, d an k e k asih Al
lah yang
d iberi pred ik atSayyid al-anb iyâ’ w a al-m ursalî
n dan yang m enjal ank an
fungsi rah m atan li al- âlam î n.
D al am k aitannya d e ngan syafa’at(pe m be rian pe rtol
ongan rasul
k e pad a um atnya), R asulul l
ah m e ne gask an:

55
QS.Al-Muddatsir [74]: 48.
56
QS. Al-Muddatstsir [74]: 46.
57
QS. Thaha [20]: 109.

147
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Aku adalah sayyid dari anak cucu Adam pada hari kiamat,
dan tidak membanggakan diri. Di tanganku terdapat “bendera
pujian”, dan tidak membanggakan diri. Tiada dari seorang nabi
pun ketika itu (maksudnya Adam), dan orang selainnya, kecuali
bernaung di bawah benderaku. Aku adalah orang yang pertama
memberi syafa’at dan orang pertama yang diterima syafa’at-nya,
tidak membanggakan diri”. 58

Pad a saat yang l ain R asulul l


ah juga m e ne gask an: “Yang d apat
m e m be ri syafa‘at be sok pad a h ari k iam at ad a tiga gol ongan; yaitu
para nabi, ul am a, k em ud ian syuh ad a (H R . Ibn M ajah d ari Utsm an).59
K e m ud ian, d alam k e se m patan yang l ain rasuljuga be rsabd a:
Hidupku adalah kebaikan bagimu sekalian dan kematianku
pun merupakan kebaikan bagimu sekalian. Adapun masa hidup-
ku aku memberikan tuntunan berbagai sunnah kepadamu sekalian
dan mengajarkan berbagai macam syari’at kepadamu sekalian.
Sedangkan kematianku juga suatu kebaikan bagimu sekalian.
Karena sesungguhnya amal-amalmu sekalian diperlihatkan ke-
padaku. Maka apa saja yang aku lihat daripadanya suatu kebaikan,
aku memuji kepada Allah atas kebaikan itu, dan apa saja yang
aku melihatnya suatu keburukan maka aku memohonkan ampun-
an kepada Allah bagimu sekalian (HR. Bazzar dari Abdullah bin
Mas‘ud dengan sanad yang shahih).

D e ngan d e m ik ian, je l
aslah bah w a syafa’atR asul ullah be rlak u d i
d unia d an d i ak h iratk e l
ak . M e nge nai ad anya syafa’atNabi M uh am -
m ad k e pad a um at m anusia, k ita bisa m e re nungk an firm an Al l
ah
berik utini: “D an k am u sek al ian sud ah berad a d i tebing jurang nerak a,
k e m ud ian Al l
ah m e nye l am atk an k am u se k alian d aripad anya. D e m i-
k ianlah Al lah m enerangk an ayat-ayat-Nya k epad a k am u sek al ian agar
k am u se k alian m e nd apat pe tunjuk ”.60

58
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahamad dan At-Tirmidzi dan Ibn Majah dari Abu
Sa’id al-Khudri; diriwayatkan juga oleh Al-Hakim dari Jabir dengan sanad yang
shahih. Lihat Sayyid Syaikh Yusuf, Syawâhid al-Haqq, hlm. 132.
59
Jalaluddin Abd ar-Rahman bin Abî Bakr as-Suyuthi, Al-Jâmi’ ash-Shaghîr fi Ahâdîts
al-Basyîr an-Nadzîr, juz II, (Surabaya: al-Hidayah, t.t.), hlm. 106.
60
QS. Ali ’Imran [3]: 103.

148
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Pad a saatitu, yak ni pad a zam an Jah il iah , m anusia sud ah be rad a
d i te bing jurang d an nyaris te rje rum us pad a k e h ancurannya ak ibat
ul ah m anusia itu send iri yang sem ak in jauh d ari Tuh an. Perbuatannya
sudah m enyerupai peril ak u binatang, dan bah k an terk adang l ebih buas
d aripad a binantang buas. K e m ud ian Al lah m e nye lam atk an m anusia
d e ngan m e ngutus Nabi M uh am m ad untuk m e njad i juru pe ne rang
d alam k egel apan d an juru sel am atd ari k e sengsaraan d an k e h ancuran,
se bagai pe rw ujud an rah m at d an k asih sayang-Nya k e pad a se l uruh
al am ,61 d an b ah w a M uh am m ad ad al ah rasulyang d iutus untuk
m anusia d i se luruh al am .62
D e m ik ianlah fungsi k e nabian M uh am m ad . D ia m e njad i pe -
m im pin se l uruh bangsa d an bah k an m enjad i pem im pin sel uruh um at
m anusia. D ia te l ah m e m b e b ask an m anusia d ari b e le nggu nafsu
angk ara m urk a dan m enyel am atk annya d ari sik ap am oral.O l eh k arena
itu, sud ah se l ayak nya um at m anusia m e nyad ari h alte rse but d an
se m e stinya be rsik ap baik (b e rad ab) se cara lah ir-batin k e pad a Nabi
M uh am m ad d i m ana pun d an k apan pun se rta d al am k ond isi apa
pun, te rl e bih lagi pad a saat m e m baca sh al aw at.

F. Sh al
aw atW ah id iyah
1. Lafald an Te rje m ah Sh al
aw at W ah id iyah

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha


Pengayang

Kami hadiahkan ke haribaan pemimpin kami Baginda Nabi


Muhammad Saw., membaca al-fatihah (7 X).

61
Q.S. Al-Anbiya [21]: 107.
62
QS. As-Saba’ [34]: 28.

149
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Dan kami hadiahkan ke pangkuan ghauts hâdza az-zamân,


para pembantunya, dan segenap kekasih Allah, radhiyallâhu ta’âlâ
‘anhum (semoga Allah meridhai mereka), membaca al-fatihah (7X).

Ya Allah, ya Tuhan Yang Mahaesa, ya Tuhan Yang Mahasatu,


ya Tuhan Yang Maha Menemukan, ya Tuhan Yang Maha Mem-
beri, limpahkanlah shalawat, salam, dan barakah atas junjungan
kami baginda Nabi Muhammad dan atas keluarga Nabi Muham-
mad pada setiap berkedipnya mata dan naik-turunnya nafas,
sebanyak bilangan segala sesuatu yang Allah Maha Mengetahui-
nya dan sebanyak limpahan pemberian serta kelestarian peme-
liharaan-Nya. Baca al-fatihah (100 X).

150
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Ya Allah, sebagaimana keahlian ada pada-Mu, limpahkanlah


shalawat, salam, dan barakah atas junjungan kami, pemimpin
kami, pemberi syafa’at kami, kekasih kami, dan buah-jantung-
hati kami Baginda Nabi Muhammad Saw. yang sepadan dengan
keahliannya; kami bermohon kepada-Mu ya Allah, dengan hak
kemuliaannya, tenggelamkan kami dalam pusat-dasar samudera
keesaan-Mu sedemikian rupa sehingga tiada kami melihat dan
mendengar, tiada kami menemukan dan merasa, tiada kami ber-
gerak ataupun berdiam, melainkan senantiasa merasa di dalam
samudera tauhid-Mu; dan kami bermohon kepada-Mu, ya Allah,
limpahilah kami ampunan-Mu yang sempurna, ya Allah, nikmat
karunia-Mu yang sempurna, ya Allah, sadar ma’rifat kepada-Mu
yang sempurna, ya Allah, cinta kepada-Mu dan kecintaan-Mu
yang sempurna, ya Allah, ridha kepada-Mu serta memeroleh ridha-
Mu yang juga sempurna, ya Allah. Dan sekali lagi, ya Allah,
limpahkanlah shalawat salam dan barakah atas Baginda Nabi dan
atas keluarga serta sahabat beliau, sebanyak bilangan segala yang
diliputi oleh ilmu-Mu dan termuat di dalam kitab-Mu; dengan
rahmat-Mu, ya Tuhan, Maha Pengasih dari seluruh pengasih; Segala
puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Baca al-fatihah (7 X)

Duhai pemberi syafa’at atas makhluk; shalawat serta salam Allah


kusanjungkan,

Kepadamu duhai Nur-cahaya makhluk, pembimbing manusia

Duhai asal dari unsur dan jiwa makhluk; bimbinglah kami


Sungguh, aku manusia yang senantiasa berbuat zhalim, didiklah
kami
Tiada arti diriku tanpa engkau duhai Sayyidi,
Jika engkau hindari aku (akibat keterlaluan yang berlarut-larutku),
pastilah, pastilah, pasti aku akan hancur dan binasa.
Duhai pemimpin kami, duhai utusan Allah!

151
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Duhai Ghauts Zaman, salam Allah


Ku haturkan ke pangkuanmu; bimbing dan didiklah aku dengan
izin Allah;
Dan arahkan pancaran sinar nazhrah-mu kepadaku Ya Sayyidi,
Radiasi batin yang me-wushul-kan aku, sadar ke hadirat Yang
Mahaluhur Tuhanku.”

Duhai nabi pemberi syafa’at atas makhluk, duhai kekasih Allah,


Ke pangkuanmu shalawat dan salam Allah kusanjungkan;
Jalanku buntu, usahaku tak menentu buat kesejahteraan negeri-
ku,
Raihlah tanganku Ya Sayyidi, tolonglah aku dan seluruh umat ini!
“Duhai pemimpin kami, duhai utusan Allah!”

Ya Tuhan kami, ya Allah, limpahkanlah shalawat salam


atas baginda Nabi Muhammad pemberi syafa’at umat;
dan atas keluarganya; dan jadikanlah umat manusia segera
kembali
mengabdikan diri dan sadar kepada Tuhan Semesta Alam.

152
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Ya Tuhan kami, ampunilah segala dosa-dosa kami, permudahlah


segala urusan kami, bukakanlah hati dan jalan kami, dan tunjuki-
lah kami,
Pereratlah persaudaraan dan persatuan di antara kami, ya Tuhan
kami!

Ya Allah, limpahkanlah berkah di dalam segala makhluk yang


Engkau ciptakan dan di dalam negeri ini ya Allah, dan di dalam
mujahadah ini, ya Allah!”

ISTIGH R AQ !(b e rd iam : se gal a pe rh atian te rtuju h anya k e pad a


Al lah ! Pe nd e ngaran, pe rasaan, ingatan, pik iran, d an pe ngl ih atan,
se l
uruh ya d ik onse ntrasik an k e pad a Allah ).
Al
- Fatih ah !
K e m ud ian m e m baca d oa be rik utini:

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang. Ya Allah, dengan hak kebesaran asma-Mu, dan dengan
kemuliaan serta keagungan Baginda Nabi Muhammad Saw., dan

153
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

dengan barakah ghauts hâdza az-zamân wa a’wânihi serta


segenap auliya, kekasih-Mu, ya Allah, ya Allah, ya Allah, radhiya
Allâhu ta’âlâ ‘anhum, sampaikanlah seruan kami ini kepada jamî’al
‘âlamîn dan letakkanlah kesan yang merangsang di dalamnya;
Maka sesungguhnya Engkau Mahakuasa berbuat segala sesuatu
dan Mahaahli memberi ijâbah (pengabulan).

Fafirrûila Allâh ! = Be se ge ral


ah k e m bal
i k e pad a Al
lah !
W a q uljâ-alh aq q u … = “D an k atak anl ah (w ah ai M uh am m ad )
pe rk ara yang h aq q (b e nar) te l
ah d atang d an m usnah lah pe rk ara yang
batal . Se sungguh nya pe rk ara yang batalitu pasti m usnah .”
Al
- Fatih ah ! (m e m baca suratal
-Fatih ah ).

2. K arak te ristik Sh al aw at W ah id iyah


Sh alaw at W ah id iyah te rm asuk sh alaw at gh airu m a’tsurah yang
d ianggit ol e h K H . Abd oe lM ad jid M a’roe f. D i d alam sh al aw at ini
pal ing tid ak te rd apate nam k arak te r, yak ni:
Pertam a, se b agaim ana te rtul is d i d alam Lem b aran Sh alaw at
W ah id iyah , ia m e rupak an rangk aian d oa sh alaw atnabi, te rm asuk tata
cara d an ad ab pe ngam al annya.
Ked ua, ia bagaik an suatu obatbagi pe nyak it-pe nyak itbatiniah
yang h anya b isa d irasak an re ak sinya d al am b atin se se orang jik a
d iam al k an. Tid ak cuk up h anya d ipe l
ajari atau d ik e tah ui k om posisi
d an k e gunaannya.
Ketiga, d i d al am nya te rd apatd oa-d oa pe rm oh onan agar d ibe ri
k eim anan (k etauh id an) d an k esad aran k epad a Al l
ah yang disertai bim -
bingan k e sad aran b illâh untuk m e re al isasik an k etelad anan R asul ul
lah
se bagai pengentas um atd ari k e ge l apan syirik . Se lain itu, d i d al
am nya
juga terdapatdoa perm oh onan pertol ongan (syafa’at) bagi um atm anu-
sia, m e m oh onk an k e sad aran k e pad a Al lah bagi m anusia, m e m oh on
d an m em oh onk an am punan, d iperm ud ah k an segal a urusan k ebaik an,
d ib uk ak an h atinya, d ib e ri pe tunjuk , d an agar d ib e ri k e d am aian
(k e se jah te raan), k e ruk unan d e ngan se sam a, m e m oh onk an barak ah

154
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

(bertam bah nya k ebaik an) terh ad ap negara d an sel


uruh m ak h l
uk cipta-
an Al l
ah .
Keem pat, ia m erupak an rangk um an sh al aw atnabi, seperti sh al a-
w at-sh al aw atlain yang bol eh d iam al
k an oleh siapa saja tanpa d isyarat-
k an ad anya sanad atau silsilah se pe rti yang be rl ak u d al am am al an
tarek at. Se bab, seluruh sh alaw atsanad -nya ad al ah sh ah ib ash sh alaw ât
se nd iri, yaitu R asulullah . H alini be rbe d a d e ngan tare k at yang d i-
h arusk an ad anya m ursyid yang k âm il-m uk am m il.63
Kelim a, ia m em punyai sistem ajaran d an bim bingan prak tis yang
d ise but ajaran W ah id iyah .
Keenam , sh alaw at d an ajaran W ah id iyah m ul ai d isiark an pad a
tah un 19 63 d an te l ah d i-ijazah -k an se cara m utl ak ol e h m uallif-nya
(K H . Abd oe lM ad jid M a’roe f). Siapa saja d an d ari m ana pun m e m e -
rol e h nya te l
ah d ibe ri izin untuk m e ngam al k an d an m e ne rapk annya,
bah k an d ianjurk an supaya m enyiark an k epada m asyarak atl uas d engan
ik h las d an bijak sana.

3. D asar-D asar Sh al aw at W ah id iyah


D asar-d asar Sh alaw atW ah id iyah d an pengam al annya tid ak be r-
be d a d e ngan sh alaw at-sh alaw at lain, yaitu firm an Al lah : “Se sung-
guh nya Al l
ah d an para m al aik at-Nya m em baca sh al aw atk epad a Nabi
Muh am m ad Saw . W ah ai orang-orang yang berim an, bacal ah sh alaw at
64
d an sam paik an sal am se baik -baik nya k e pad anya”.
Se lain ayat d i atas, Sh al aw at W ah id iyah juga d id asark an pad a
h ad its-h ad its nabi yang m e nje l ask an te ntang pe ntingnya m e m baca
sh alaw at k e pad a nabi se pe rti te lah d ije l
ask an d i d e pan.

63
Lihat Syaikh Ahmad Shawi al-Maliki, Hâsyiyah ash-Shâwi ‘alâ al-Jalâlayn, Juz III,
(Beirut-Libanon: Dar al-Fikr, 1993), hlm. 323 dan Syaikh Yusuf an-Nabhani,
Sa’âdah ad-Dârain..., hlm. 90.
64
QS. Al-Ahzab [33]: 56.

155
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

4. Fae d ah Sh al aw atW ah id iyah


Secara um um , sh al aw atini m engand ung berbagai m acam faed ah
se bagaim ana sh al aw at-sh al aw at yang l ain. Ak an te tapi, d ari se k ian
b anyak fae d ah , yang barangk al i paling m e nonjolb agi pe ngam al
Sh al aw at W ah id iyah ad al ah , d e ngan fad h l(k e utam aan) d ari Al lah ,
d ibe ri k e je rnih an h ati, k ete nangan, d an k e te nte ram an batin seh ingga
m e njad i l e bih banyak ingat d an sad ar k e pad a Al lah d an rasul -Nya.
D i sam ping itu juga d ik aruniai m anfaat l ainnya, se pe rti k e se h atan,
k e ruk unan d al am rum ah tangga, k e l ancaran d al am usah a d an
pek erjaan, k ecerd asan dan perbaik an ak h l ak (m oral) di sem ua k al angan
m asyarak at, term asuk bagi k anak -k anak dan rem aja, dan m asih banyak
lagi m anfaat yang d ibe rik an Al lah k e pad a para pe ngam alsh al aw at
te rse b ut.

5. Cara M e ngam al k an Sh al aw at W ah id iyah


Ad a e m patl angk ah yang h arus d ite m puh jik a ingin m e ngam al -
k an Sh al aw atW ah id iyah :
a. H arus be rniatse m ata-m ata m e ngabd ik an d iri (be ribad ah ) k epad a
Al l
ah d e ngan ik h l as tanpa pam rih , se rta m e m ul iak an d an m e n-
cintai Nabi M uh am m ad . Pe ngam alSh al aw atW ah id iyah (k e tik a
m e m baca sh al aw at) h e nd ak nya m e rasa d irinya be nar-be nar se -
pe rti be rad a d i h ad apan nabi (istih d h âr) se h ingga ia bisa be rsik ap,
be r-ad ab , ta’zh î m , d an m ah ab b ah d e ngan se pe nuh h ati.
b . D iam al k an se l am a 40 (e m pat pul uh ) h ari be rturut-turut. Se tiap
h ari m e m b aca sh al aw at pal ing se d ik it m e nurut bil angan yang
tertul is d i bel ak ang Lem b ar Sh alaw atW ah id iyah d al am sek ali dud uk
(satu k al i k esem patan); bol eh pagi, sore, atau m al am h ari. Bol eh
juga se l am a 7 h ari be rturut-turut, nam un b il angannya d ipe r-
banyak m e njad i se pul uh k al ilipat.
c. Se te lah se l e sai m e ngam al k an sh al aw atse lam a 40 h ari (atau 7 h ari
jik a m e m ang m am pu), pe ngam al an te rse but supaya d ite rusk an.
Bil angannya bisa d ik urangi sebagian atau sel uruh nya, nam un l ebih
utam a jik a d ipe rb anyak . Bol e h m e ngam al k an se nd iri-se nd iri,

156
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

nam un sangatd ianjurk an untuk d iam al k an se cara be rjam aah ber-


sam a k e luarga d an m asyarak at se te m pat. Bagi pe re m puan yang
se d ang ud zur bul anan m ak a cuk up m e m baca sh al aw atnya saja
tanpa m e m baca suratal -Fatih ah . Ad apun k al im atFafirrûila Allâh
d an w a q ulja al-h aq q ... bol e h d ibaca se bab k al im at ini d im ak -
sud k an se bagai d oa.
d . Bagi yang bel um m am pu m em baca sh al aw atini secara k esel uruh an
m ak a bol eh m e m baca bagian-bagian m ana yang sud ah bisa d ibaca
lebih d ah ul u. M isalnya m e m baca suratal -Fatih ah saja, atau m em -
baca Yâ sayyid îyâ R asûlallah saja yang d ibaca se cara be rul ang-
ul ang selam a k ira-k ira sam a w ak tunya jik a m engam al k an Sh alaw at
W ah id iyah se cara k e se luruh an, yak ani se k itar 30 m e nit. K al au
itu pun b e l um m ungk in d il ak uk an m ak a bol e h be rd iam saja
se lam a w ak tu yang sam a, d e ngan m em usatk an h ati d an pe rh atian
(be rk onsentrasi) k e pad a Al l
ah d an m e m ul iak an se rta m e nyatak an
rasa cinta se cara tul us d engan rasa istih d h âr d i h ad apan R asul ullah
Saw .

G.Panca-Ajaran Pok ok W ah idiyah


Se be l um m e m bah as te ntang panca-ajaran W ah id iyah , d i sini
ak an te rle bih d ah ulu d ijelask an te ntang m ak na d ari ajaran W ah id iyah
itu send iri. Ad pun yang d im ak sud d engan “Ajaran W ah id iyah ” ad al ah
“bim bingan prak tis l ah ir d an batin d i d alam m el ak sanak an tuntunan
R asul ul l
ah , yang m e l iputi bid ang syari’at d an h ak ik at, m e ncak up
pe ningk atan im an, pe l ak sanaan Isl am , d an pe rw ujud an ih san se rta
pe m be ntuk an m oral(ak h l ak )”. K om posisi ini se cara rinci m e l iputi
lim a h al, yak ni: (1) peningk atan im an m enuju k esad aran atau m a’rifat
k e pad a Al lah ;(2) pe lak sanaan Isl am se bagai re alisasi d ari k e taq w aan
k e pad a Al lah , Tuh an Yang M ah a Esa;(3) pe rw ujud an ih san se bagai
m anife stasi d ari im an d an Isl am yang se m purna, (4) pe m be ntuk an
m oral(ak h l ak ) untuk m e w ujud k an ak h l ak yang m ul ai (al-ak h lak al-
k arim ah ), d an (5) bim bingan prak tis l ah iriah d an batiniah d al am
m e m anfaatk an pote nsi l ah iriah yang d itunjang ol e h pe nd ayagunaan
pote nsi batiniah (spiritual ) yang se im bang d an se rasi.

157
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

D engan penjel asan d i atas, d apatl


ah d ipah am i bah w a bim bingan
prak tis d al
am ajaran W ah id iyah m el iputi segal
a ak tivitas h id up m anu-
sia d alam h ub ungannya d e ngan Al l
ah d an rasul -Nya, h ubungan
m anusia d al am k eh id upan m asyarak atse bagai insan sosial , h ubungan
m anusia d engan k el uarga, rum ah tangga, d engan bangsa, negara, d an
agam a, dengan sesam a um atm anusia, serta h ubungan m anusia dengan
se m ua m ak h l
uk h id up.
Se cara ringk as, ajaran W ah id iyah te rse but d apat d irum usk an
m enjad i l im a, yak ni: (1) lillâh -b illâh , (2) lirrasûl-b irrasûl,(3) lilgh auts-
b ilgh auts, (4) yuk tîk ulla d zîh aq q in h aq q ah , d an (5) taq d îm ulah am m
fal-ah am m tsum m alanfa’ fal-anfa’. Inil ah yang d im ak sud d e ngan
Panca-Ajaran W ah id iyah .

1. Lil
lâh -Bill
âh
a. Lill âh
Pe nge rtian lillâh ad al ah m e lak sanak an se gal a am alpe rbuatan
se raya disertai niatberibadah k epada Al lah d engan ik h las tanpa pam rih ,
baik pam rih d uniaw i m aupun uk h raw i. D e ngan m e nye rtak an niat
tersebut (d i d al am h ati) m ak a perbuatan yang k ita l ak uk an ak an ter-
catat se b agai am alibad ah . D e ngan d e m ik ian, h alitu juga se suai
d e ngan k eh end ak Al lah yang d igarisk an d al am Q S. ad z-D zariyatayat
56. Pe rl u d ite gask an pul a bah w a pe rbuatan yang bol e h d an bah k an
h arus d ise rtai niatibad ah lillâh te rbatas h anya pad a pe rbuatan yang
tid ak te rl arang (tid ak m e l anggar syari’at). Ad apun pe rbuatan yang
m el anggar syari’atatau undang-undang, yang tid ak dirid h ai ol eh Al l
ah ,
atau yang m erugik an d iri send iri m aupun orang l ain, h alitu sam a
se k ali tid ak bol e h d ise rtai d e ngan niat ibad ah lillah (k are na Al l
ah ).
D al am h alini, pe ne rapan niat ibad ah k are na Al lah d il ak uk an pad a
saat m e njauh i atau m e ninggal k an se suatu yang m e m ang m e l anggar
syari’at (d il arang ol e h Al lah ). Ini be rarti bah w a m e ninggal k an pe r-
buatan yang m e l anggar syariat agar bisa be rnil ai ibad ah juga h arus
d iniati d al am rangk a m e njal ank an pe rintah Al lah .

158
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

D e ngan d e m ik ian, se cara l e bih je las, k e tik a k ita m e njalank an


sh alat, berpuasa, m e ngel uark an zak at, m enunaik an ibad ah h aji, m em -
baca Al -Q ur’an, berzik ir, m em baca sh al aw at, dan am al(ak tivitas) yang
lain supaya d ise rtai niat yang ik h l as untuk be ribad ah m e ncari k e -
rid h aan Al lah , se pe rti ungk apan k ita d al am sh al at: “Se sungguh nya
sh al atk u, ibad ah k u, h id up d an m atik u ad al ah untuk Al lah R ab b al-
‘âlam î n”. Ini juga sesuai d engan k and ungan ayatyang sering k ita baca
d alam sh al at: Iyyak a Na’b ud u (h anya k e pad a Engk aul ah k am i m e ng-
abd ik an d iri). D e ngan d e m ik ian, orang yang m am pu m e ne rapk an
h al-h alte rse but d apat d ik atak an h atinya se nantiasa b e r-tah lî l: La
Ilah a Illa Allah (Tiad a Tuh an se l ain Al l
ah ).
D alam W ah id iyah , ajaran pok ok ini diasah secara intensifdengan
m em perbanyak m ujah ad ah , d i sam ping juga m el atih h ati secara terus-
m e ne rus d e ngan niat m e l ak uk an ibad ah se cara ik h las. M ujah ad ah
se cara inte nsif d ibangun k e arah k e m ajuan d an pe ningk atan d al am
h albe ribad ah k epad a Al l
ah d e ngan niatik h las. D alam h alini, firm an
Al lah be rik ut ini pe nting untuk d ipe rh atik an:

Dan tidaklah mereka diperintah melainkan supaya menyembah


(beribadah) kepada Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata
kerena (menjalankan) agama, dan supaya mereka menjalankan shalat
dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang benar
(QS. Al- Bayyinah [98]: 5).

D alam Al-Q u r’an d an Te r je m ah n ya yang d ite rb itk an ol eh


D e parte m e n Agam a R I d ite rangk an bah w a yang d im ak sud “m e n-
jal ank an agam a d e ngan l urus” ad al ah te rbe bas d ari syirik d an k e -
se satan. Untuk m e nye l am atk an d iri d ari bah aya syirik d an k e se satan,
ajaran W ah id iyah m e m be rik an bim bingan prak tis, yaitu pe ne rapan
k onse p b illâh se bagaim ana pe nje lasan be rik utini.

b . Billâh
Te rm b illâh m e ngand ung m ak na bah w a d i d al am se gala pe r-
buatan d an ge rak -ge rik lah ir m aupun batin, d i m ana pun d an k apan
pun, h ati se nantiasa m e rasa d an berk eyak inan bah w a yang m e ncipta-

159
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

k an d an m e nitah k an itu se m ua ad al ah Al lah Sang M ah a Pe ncipta.


K ita d il arang m e ngak u atau m e rasa m e m punyai k e k uatan d an k e -
m am puan se nd iri tanpa d ititah k an ol e h Allah . D e ngan d e m ik ian,
b illah bol e h d ik atak an m e rupak an pe rw ujud an d ari ungk apan: La
h aula w a la q uw w ata illa b illah (tiad a d aya d an k e k uatan m e l aink an
atas titah Al lah ) d an pe ne rapan firm an Al lah : “D an Al lah -lah yang
m e nciptak an k am u se k al ian d an apa saja yang k am u se k al ian pe r-
buat” (Q S. Ash l -Sh affat [37]: 9 6);se rta firm an Al lah : “D an k am u
se k al ian tid ak d apat m e ngh e nd ak i (tid ak d apat b e rk e h e nd ak
m e ne m puh jal an yang l urus) m e laink an apabil a d ik e h e nd ak i oleh
Al lah , Tuh an se m e sta alam ” (Q S. At-Tak w ir [81]: 29 ).
Atas d asar itu sem ua, d i d al
am k ita m e lih at, m end e ngar, m erasa,
m ene m uk an, berge rak , d iam , be rangan-angan, d an be rpik ir h e nd ak -
nya h ati se l alu sad ar d an m e rasa bah w a se m ua yang m e ngge rak k an
d an m e nitah k an ad al ah Al lah . Pe rasaan atau sad ar b illâh h arus m e -
rasuk d i d al am h ati. Tid ak cuk up h anya d i d al am pik iran, buk an
se k ad ar pe nge rtian ilm iah saja.
Nil ai pe nting sad ar b illah juga d iungk apk an ol e h Syaik h Abul
H asan asy-Syad zal i, gh auts az-zam anih (se orang gh auts pad a zam an-
nya). D ia m e nyatak an: “Barang siapa tid ak m e ncicipi il m uk u ini
(sad ar b illâh ) m ak a d ia te tap m e m baw a d osa be sar se k al
ipun be tapa
banyak am alibad ah nya65 d an d ia tid ak m e nyad arinya.”
Pene rapan niatik h l as k arena Al lah (lillâh ) se k al
igus m e m uncul -
k an k esad aran bah w a segal a sesuatu ad a k arena k eh endak Al lah (b illâh )
d alam se tiap perbuatan d il ak uk an d al am rangk a untuk m e ngarah k an
nafsu agar bisa ik h l as. Nafsu se nd iri m e m punyai ciri k h as, yaitu
pam rih . D e ngan k ata l ain, sifatpam rih d ari nafsu ini h arus d iarah k an
d e ngan siste m pe ne rapan niatik h l as d an k e sad aran. Se bab, jik a sifat
pam rih itu d ibiark an saja d an tid ak d iarah k an m ak a ia ak an m ak in
m e njad i-jad i d an be rcok old i d al am h ati. Sifatitu se m ak in l am a se -
m ak in te bal, se m ak in be sar, d an se m ak in k ok oh . D ari situ k e m ud ian

65
Ibadah yang dimaksud di sini adalah ibadah lahir

160
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

m unculd arinya “k e rajaan” d i d alam h ati, yaitu “k e rajaan anâniyah ”


atau rasa k e -Ak u-an (egosentris);rasa Ak u yang be rusah a, Ak u yang
m e nge rjak an, Ak u yang berk uasa, Ak u yang m ene ntuk an;k al au tid ak
k are na Ak u …, d an se te rusnya.
O rang yang h atinya sud ah d ijajah ol e h nafsu se pe rti itu ak an
m e njad ik an se galal angk ah d an am alpe rbuatannya d ise tir ol e h h aw a
nafsunya, d an d iarah k an pad a apa yang m e njad i k e puasan nafsu.
Se gal a am al, tind ak an, d an pe rbuatannya se m ata-m ata h anya untuk
m e nuruti k e m auan nafsunya tanpa m e m and ang be nar atau sal ah ,
tid ak pe rd uli yang h ak atau batil , d an tid ak pe rd ul
i te rh ad ap orang
lain, se k al
ipun orang l ain m e nd e rita. Pad ah altind ak an yang h anya
d id asark an pad a nafsu h anya ak an m e nje rum usk an pe l ak unya pad a
k e h ancuran, k e binasaan, d an k e se ngsaraan.
Pad a um um nya, orang yang be rtind ak atas d asar nafsu tid ak
ak an pernah sadar h ingga ia m engal am i k esengsaraan d an k eh ancuran.
Se te lah h ancur d an se ngsara, d ia baru m e rasa bah w a tind ak annya
te lah d iom bang-am bingk an ol e h nafsunya se nd iri. Jik a m e nd apat
pe rtol ongan d ari Al l
ah m ak a d ia baru m e nyad ari d osa d an pe rbuat-
annya, d an k e m ud ian be rtobat. Ak an te tapi, jik a tid ak m e m e rol eh
pe rtol ongan Al lah , niscaya d ia ak an se nantiasa d al am k e se ngsaraan
d an k e ge lapan yang m e rongrong jiw anya. D al am situasi se pe rti ini,
be runtungl ah orang yang m e nyad ari k e sal ah annya d an k e m ud ian
m e nye sal i d an be rtobat. Se bab, jik a d ia tid ak m e nd apat pe tunjuk
d ari Al lah niscaya d ia ak an senantiasa be rad a d al am k esesatan seum ur
h id up d an d i ak h irat nanti ak an m e nye sal i se gal a apa yang te l ah
d ilak uk annya d i d unia. Pad ah alpe nye sal an d i ak h irattid ak lagi be r-
m ak na, tid ak ad a k e se m patan untuk m e m pe rbaik i d iri k are na pintu
tobat sud ah te rtutup d an d ia ak an m erasak an k eped ih an sik sa yang
dah syatsel am a-l am anya. O l eh k arena itu, sel agi m asih ad a k ese m patan
d i d unia ini, k ita h arus be rusah a untuk m e m be bask an d iri k ita d ari
be le nggu nafsu d an be rpe rang m e l aw an nafsu.
Jih ad m elaw an nafsu (jih âd an-nafs) m erupak an perjuangan yang
te ram atbe rat. D alam suatu riw ayatd ise butk an bah w a se k e m bal
inya

161
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

pasuk an Isl am d ari suatu peperangan yang be ratd an m e ne l an banyak


k orban, R asul ul l
ah be rsabd a: “K ita baru k e m bali d ari pe rang k e cil
d an ak an m engh ad api perang yang l ebih besar”. Para sah abatbertanya:
“Ya R asul allah , pe rang besar yang m ana l agi?” R asul ullah m e njaw ab:
“jih âd an-nafs (pe rang m e l aw an h aw a nafsu)” (H R . Baih aq i).
D engan d em ik ian, setiap m anusia m em ang h arus berjuang k eras
(b e rpe rang) m e l aw an h aw a nafsu. H alini m e m ang be rat. Nam un
d em ik ian, se tiap orang yang m e ngingink an k esel am atan d an k e bah a-
giaan h id up d i d unia d an ak h iratm ak a d ia h arus m au m el ak uk annya.
Jik a tid ak , d ia ak an d ik uasai d an m e njad i bud ak nafsu. Nafsu h arus
d ik uasai d an d iarah k an ol e h m anusia, buk an se bal ik nya, m anusia
yang d ik uasai d an d ik e nd al ik an ole h h aw a nafsunya.
Cara yang pal ing prak tis d an tanpa risik o untuk m e nguasai d an
m engarah k an nafsu ial ah d engan m enerapk an sik ap sad ar b illâh secara
te rus-m e ne rus d i sam ping niat lillâh d al am pe rbuatan, sam bilm e -
m upuk k e sad aran d e ngan m ujah ad ah . Sad ar b illâh ad al ah m asal ah
pal ing pok ok yang ak an m e ne ntuk an bah agia atau tid ak nya se orang
m anusia. Sik ap sad ar b illah ini m e m ang buk an se suatu yang m ud ah ,
nam un buk an be rarti tid ak bisa d il ak uk an. Se bab, jik a se se orang m e -
m ang sungguh -sungguh be rusah a untuk sad ar b illah niscaya Al lah
ak an m e m be rik an jal an untuk nya. H alini se suai d e ngan firm an-
Nya: “D an orang-orang yang be rjih ad (b e rsungguh -sungguh ) d al am
m enuju k epad a K am i, niscaya K am i tunjuk k an k epad a m erek a jal an-
jal an K am i” (Q S. Al -Ank ab ut [29 ]: 69 ).
Lebih jauh , ibad ah yang tid ak d isertai d engan niatik h l as k arena
Al lah tid ak ak an d ite rim a ole h -Nya. Le bih be rat l agi jik a k e tid ak -
ik h lasan itu d ise rtai d e ngan pe ngak uan pe l ak unya bah w a ia m e rasa
m em punyai k em am puan sendiri. M erasa m am pu m enjal ank an ibad ah .
Tid ak m e nyad ari bah w a k e m am puannya m e l ak uk an ibad ah ad al ah
k are na m e nd apat k e utam aan (fad h al) d an pe rtol ongan d ari Al lah .
O rang se pe rti itu be rarti te l
ah te rjangk iti sifatujub , riya, d an tak ab ur
se k alipun d alam k ad ar yang sangat h al us.

162
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Apabil a rasa sepe rti itu d iperlih atk an k e pad a orang lain, d e ngan
lisan m aupun tind ak an, l e bih -l
e bih d e ngan k e d ua-d uanya m ak a ia
sud ah te rjangk iti pe nyak itriya, d an apabil a m e rasa d irinya l
e bih baik
d aripad a orang l ain m ak a ia te lah be sik ap tak ab ur.
U jub , riya, d an tak ab ur ad al ah bagian d ari pe nyak it h ati d an
k e se m uanya m e rupak an pe nye bab h ancurnya am alibad ah . Jik a h ati
d isusupi sifat-sifatini, ibad ah yang pad a m ul anya d ilak uk an se bagai
w ujud k e tund uk an te rh ad ap Al l
ah pad a ak h irnya d ilak uk an h anya
untuk m e nam pak k an e go pe l ak unya. D e ngan pe ril ak u se pe rti itu,
se se orang be rarti te l ah m e m pe rse k utuk an Al l
ah se cara h al us (syirik
k h afi). Sed em ik ian h alusnya syirik jenis ini, sam pai-sam pai pel ak unya
se nd iri tid ak m e nyad arinya. D osa syirik , se k alipun k h afi, ak ibatnya
sangatl ah be rat. D alam Al -Q ur’an d isebutk an: “Se sungguh nya Al l
ah
tid ak m e m be ri am pun jik a d ipe rse k utuk an d an Al l
ah m e ngam puni
d osa-d osa se l ain d osa syirik bagi orang yang D ia k eh end ak i;d an siapa
m e nye k utuk an Al lah m ak a sungguh ia te l ah m e l
ak uk an d osa be sar”
(Q S. An-Nisa [4]: 48).
Be ratse k ali ak ibatd an sik sa bagi d osa syirik . Nabi M uh am m ad
d an juga para nabi serta para rasulse be l um nya, yang m enjad i k ek asih
Al lah d an d ijam in te rpe l ih ara d ari d osa (m a’sh ûm ), juga d ib e ri
pe ringatan ol eh Al lah tentang bah aya syirik . Al lah berfirm an: “D an
sungguh tel ah d iw ah yuk an k epad am u d an k e pad a orang-orang (nabi-
nabi) sebe lum engk au, jik a e ngk au m el ak uk an syirik pasti am al
-am al -
m u m e njad i le bur, d an (ole h k are nanya) e ngk au te rm asuk golongan
orang-orang yang m engal am i k e rugian be sar” (Q S. Az-Z um ar [39 ]:
65).
Be gitu beratnya ancam an Al lah te rh ad ap orang yang m e l ak uk an
syirik , m e sk ipun syirik k h afi. Am alpe rbuatan yang baik tid ak ak an
berarti apa-apa jik a d i d al am h atinya te rd apatsyirik w al aupun se d ik it
d an sam ar. O l e h k are na itu, m ujâh ad ah an-nafs pe rl u se nantiasa d i-
tingk atk an d i d al am se tiap ge rak d an l ak u, yak ni d e ngan te rus-
m enerus m el atih h ati d an tid ak berh enti k arena m e rasa sud ah m am pu
m elak sanak an ajaran lillah -b illah . D al am h alini, k e tik a k ita te l
ah

163
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

m am pu m enerapk an ajaran lillâh -b illâh , k ita juga h arus m erasa bah w a


h alitu terjad i atas k eh end ak Al l
ah (b illâh )— buk an atas k eh end ak d an
k e m am puan k ita se nd iri. K e sad aran ak an h alitu be rl
ak u se te rusnya.
K H . Abd oe lM ad jid M a’roe f m e nganjurk an k e pad a pe ngam al
W ah id iyah agar m e m pe rbanyak m em baca: Ya sayyid i ya R asulallah d i
se tiap k e se m patan: k apan pun d an d i m ana pun k ita be rad a, d i sam -
ping m ujah ad ah W ah id iyah pad a w ak tu-w ak tu te rte ntu. Jik a nid ak
ya sayyid i ya R asulallah itu d ibaca se cara rutin, baik d e ngan l isan
m aupun h anya d al am batin se suai d e ngan situasi d an k ond isi m ak a
InsyaAl lah ak an m e m be rik an m anfaat yang sangat be sar bagi h ati
untuk bisa m e ne rapk an lillâh -b illâh .
Secara k om paratif, sebenarnya ad a perbed aan d i dal am m enerap-
k an k onse p lillah -b illah . Pe ne rapan lillâh te rbatas pad a h al -h alyang
tidak dil arang ol eh syari’at. Perbuatan atau tindak an yang dil arang ol eh
syari’at, baik pe rbuatan l ah ir m aupun pe rbuatan batin, sam a se k al i
tid ak bol e h d ise rtai niat k are na Allah . Ad apun k e sad aran b illâh itu
be rsifat m utl ak , tid ak te rbatas, d an m e nye l uruh ; d alam se gal a k e-
ad aan, situasi, d an k ond isi. D al am se gal a tingk ah l ak u, baik l ah ir
m aupun batin, d an tid ak m em bed a-bed ak an taatatau m ak siat. Sek al i-
pun d i d al am k e ad aan m ak siat, baik yang tid ak d ise ngaja ataupun
yang d ise ngaja, h arus d ise rtai k e sad aran b illâh ; bah w a tiad a d aya
d an k e k uatan m e l aink an atas titah Al lah . D alam Al -Q ur’an juga d i-
je l
ask an bah w a: “K atak anl ah (w ah ai M uh am m ad ) se gal a se suatu itu
d atang d ari Al lah ”(Q S. An-Nisak [4]: 78).
M e nurutajaran W ah id iyah , orang yang m e l ak uk an m ak siatd an
tid ak m e rasa b illâh m ak a d osanya m e njad i be rl ipat. Pertam a, d osa
k arena berbuatm ak siatitu send iri, yak ni m el anggar syari’at, d an k ed ua,
d osa k are na tid ak sad ar b illâh . D osa yang k e d ua ini justru l e bih be rat
sebab term asuk d osa syirik , sek al ipun syirik k h afi (syirik secara sam ar).
Ak an te tapi h arus d iingat bah w a h alte rse but tid ak bol e h d iartik an
bah w a se se orang d ipe rbol e h k an m e l
ak uk an m ak siat asalsud ah bisa
sad ar b illâh . Pe rsoal
an bol e h atau tid ak nya m e l ak uk an m ak siat, h al
itu m asuk w il ayah syari’at(bid ang lillâh ). Sed ang b illâh ad al ah bid ang

164
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

im an (tauh id). Setiap orang h arus m engisi sel uruh w il ayah , baik syari’at
m aupun tauh id , se cara baik d an total . D i d alam bid ang syari’at,
tind ak an m ak siatte tap d ianggap se bagai m ak siatse h ingga h arus d i-
ce gah d an d ih ind ari se k uat m ungk in. Apabil a se se orang te rpak sa
m e njal ank an m ak siat m ak a h arus d iak ui bah w a tind ak an te rse but
ad al ah te rlarang, d an pe l ak unya h arus se ge ra be rtobat. K e tik a se se -
orang m e ngh ind ark an d iri d ari m ak siat d an be rtobat m ak a h alitu
juga h arus d ise rtai d e ngan niat lillâh d i sam ping juga h arus sad ar
b illâh . Sebab, siapa saja yang m el ak uk an m ak siatd al am k ead aan sad ar
b illâh d an d ia tid ak se ge ra m e ninggal k annya d e ngan d id asari ol eh
sik ap lillâh m ak a h alitu d ianggap sebagai suatu pe ngh inaan terh ad ap
Al lah .
D al am Al -Q ur’an Al l
ah be rfirm an: “Apa saja nik m atyang k am u
perol eh ad alah d ari Al lah , d an apa saja bencana yang m enim pa d irim u
ad alah d ari k e salah an d irim u se nd iri”(Q S. An-Nisa [4]: 79 ). Ayat
ini ad alah contoh bagim ana m e ngisi bid ang syari’atd an bid ang ad ab .
Apa yang d irasak an baik m ak a h arus d isad ari bah w a itu m e rupak an
pe m be rian d ari Al lah , k e m ud ian m e ningk atk an syuk ur k epad a-Nya.
Sem entara apa yang d irasa tid ak baik m ak a h arus d iak ui d engan jujur
bah w a itu ad al ah ak ibatperbuatan d an k e sal ah an (d osa-d osa) pel
ak u-
nya se nd iri. D ia h arus se ce patnya be rtobat, m e m oh on am punan,
d an m e m pe rbaik i h al -h alyang k urang baik .

c. Lil l
âh -Bil lâh
Se m ua orang yang be ragam a, apa pun agam anya, sam a-sam a
d ik aruniai k e m am puan ol e h Al lah Tuh an Yang M ah ak uasa untuk
d apatm e ne rapk an ajaran lillah -b illah . D alam arti buk an d alam suatu
ritualk e agam aan, m e laink an d al am k e se ragam an sik ap h ati m anusia
be ragam a atau m anusia yang be rim an k e pad a Tuh an. Jad i, lillâh -
b illâh se h arusnya m e njad i uniform bagi h ati se tiap m anusia yang
m e nyatak an d iri se bagai h am ba Tuh an Yang M ah a Esa.
Bagi bangsa Indonesia yang m engak ui dan m enggunak an fal safah
Pancasila se bagai pe d om an atau tuntunan h id up, ajaran lillah -b illah
juga bisa d ite rapk an. Sil
a pe rtam a d ari Pancasil
a ad al
ah K e tuh anan

165
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Yang M ah a Esa. O l e h k are na itu, bangsa Ind one sia d ituntut untuk
b isa m e ne rapk an ajaran lillâh -b illâh . Atau jik a m e m ak ai istil
ah
Pancasil a: “untuk Tuh an Yang M ah a Esa d an sebab Tuh an Yang M ah a
Esa”. Ajaran te rse but h arus d ite rapk an d i d al
am h ati se tiap bangsa
Ind one sia d alam se galal angk ah d an k e giatan h id upnya.
Lillâh = Li Tuh an Yang M ah a Esa = Untuk Tuh an Yang M ah a Esa
Billâh = Bi Tuh an Yang M ah a Esa =Se bab Tuh an Yang M ah a Esa
D al am pe rspe k tif W ah id iyah , se m ua e le m e n bangsa Ind one sia
d ib e ri k e m am puan d apat m e ne rapk an ajaran ini. Se m ua l apisan
m asyarak at d ipand ang m am pu m e ne rapk annya. Pe ne rapan lillâh -
b illâh tid ak m e m butuh k an syarat yang be rat, tid ak m e m butuh k an
w aw asan il m iah yang rum it, d an juga tid ak m e m e rl uk an batasan
um ur, sud ah d ew asa atau bel um de w asa;sem uanya d iberi k em am puan
ol e h Al lah , Tuh an Yang M ah a Pe ncipta. D al am h alini, yang pe nting
ad al ah ad anya k e m auan se bab siapa saja yang m e m punyai k e m auan
m ak a d ia pasti ak an d ibe ri jal an-pe tunjuk .66
M e nurut ajaran W ah id iyah , pe nje l asan il m iah atau te ore tis
k onsep lillah -b illah sangatm ud ah untuk d ipel ajari. Ak an tetapi, pene-
rapannya pe rl u pe rh atian yang k h usus d an se rius. Pe ne rapan k onse p
lillah -b illah d igerak k an d an d ituntun ol eh pe tunjuk (h id ayah ) d ari
Al lah . H id ayah Al lah inil ah yang ak an m enentuk an k esel am atan h id up
um at m anusia. Jik a se se orang m e nd apat h id ayah d ari Al lah niscaya
d ia ak an se l am at d al am m e njal ani h id up d i d unia d an juga ak h irat.
Ak an tetapi sebal ik nya, jik a seseorang tidak m endapath id ayah d ari Al lah
m ak a d ia tid ak m e m e rol e h syafa’at d ari R asulullah se h ingga ia ak an
suk ar m enerapk an k onsep lillah -b illah . O l eh k arena itu, um atm anusia
d i sam ping perl u m em pel ajari il
m u penge tah uan, juga h arus berusah a
untuk bisa m e m e rol e h h id ayah Al lah . Ad apun sal ah satu caranya,
d al am pe rspe k tif W ah id iyah , ad al ah d e ngan m e l ak uk an m ujah ad ah .
D al am k aitan ini, pe nting k iranya m e m e rh atik an sabd a R asul ullah :
66
Dalam Al-Qur’an ditegaskan: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di
dalam menuju kepada-Ku, pasti Aku tunjukkan berbagai jalan-Ku” (QS. al-Ankabut
[29]: 69).

166
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

“Barang siapa yang be rtam bah il m unya nam un tid ak b e rtam b ah


h id ayah nya m ak a d ia tid ak m enjad i d ek at(k epad a Al
lah ), tetapi justru
se m ak in jauh d ari-Nya” (H R . Abu M ansur d an ad -D ail am i).

2. Lirrasul-Birrasul
a. Lirrasul
Pe nge rtian lirrasulad al ah b ah w a se gal a am alibad ah k ita d i
sam ping h arus d ise rtai niatk are na Al lah , juga h arus d ise rtai d e ngan
niat“m e ngik uti tuntunan R asul ullah Saw . D engan d em ik ian, sel uruh
tind ak an k ita sel am a tid ak be rte ntangan d e ngan syari’atm ak a h arus
d iniati se cara gand a, yak ni niat lillâh d an niat lirrasul. D e ngan
tam bah an niatlirrasulini m ak a nil ai k e m urnian ik h l as k ita ak an se -
m ak in be rtam bah be rsih ; tid ak m ud ah d igod a ol e h ibl is d an juga
tid ak gam pang d isal ah gunak an ol eh k einginan nafsu. Sel ain itu, pene-
rapan k onse p lirrasuljuga m e rupak an cara untuk be rh ubungan atau
be rk onsul tasi batin d e ngan rasul(ta’alluq b i janâb ih i). D e ngan m e -
ne rapk an k onse p lirrasul— d i sam ping tentunya juga niatlillâh secara
te rus-m e ne rus— m ak a l am a-k e lam aan h ati ak an d ik aruniai suasana
se pe rti m e ngik uti R asul ul l
ah atau se pe rti be rsam a-sam a d e ngannya
d i m ana saja k ita be rad a, te rutam a k e tik a se d ang m e njal ank an am al -
am alibad ah . D e ngan d e m ik ian, suasana batin be nar-be nar d apat
m e nd ud uk i “h ak ik atm e ngik uti”, yak ni m e l ih atk e pad a yang d iik uti
d alam se gal a k e ad aan, se gala situasi d an k ond isi.
Ad apun d al ilte ntang pene rapan lirrasulbanyak d ijum pai d al am
Al -Q ur’an, antara l ain, yang be rupa pe rintah : “D an taatl ah k e pad a
Al lah (lillâh ) d an rasul -Nya (lirrasul) jik a k am u se k alian be nar-be nar
orang yang be rim an” (Q S. al -Anfal[8]: 1);“W ah ai orang-orang yang
be rim an, taatl ah k e pad a Al l
ah (lillâh ) d an rasul -Nya (lirrasul) d an
janganl ah k am u sek al ian berpal ing d ari-Nya sed angk an k am u sek al ian
m e nd e ngar” (Q S. al -Anfal[8]: 20); “W ah ai orang-orang yang be r-
im an, taatl ah k e pad a Al lah (lillâh ) d an taatlah k e pad a rasul(lirrasul)
d an janganl ah k am u se k alian m em batal k an (m e rusak k an) am al-am al
k am u se k alian” (Q S. M uh am m ad [47]: 33); “D an siapa yang taat

167
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

k e pad a Al lah (lillâh ) d an rasul


-Nya (lirr asul) m ak a sungguh ia
m e m e rol
e h k abah agiaan yang agung” (Q S. al -Ah zab [33]: 71).
O rang yang h atinya se l alu m e rasa m e ngik uti rasul , d ia ak an
b e rsik ap h ati-h ati d i d al
am se tiap tind ak annya. Sik apnya se l alu
h orm atd an taw ad h u’ k e pad a siapa pun. Perk ataan d an pe rbuatannya
se nantiasa sopan d an ram ah k are na d isinari ol e h pancaran ak h l ak
Al lah d an rasul -Nya;se l alu h orm atk e pad a orang yang l e bih tua d an
k asih sayang k e pad a yang l e bih m ud a; se nang m e nol ong k e pad a
k epad a sesam a, baik d im inta ataupun tid ak d im inta, baik pertol ongan
lah iriah m aupun batiniah .

b . Birrasul
Birrasulte rm asuk bid ang h ak ik atse pe rti h al
nya d e ngan b illâh ,
se k al
ipun d al
am pe ne rapannya ad a pe rbe d aan. Se d angk an lillâh d an
lirrasulad alah bid ang syari’at.
Birrasulad al ah k e sad aran h ati bah w a se gal a se suatu te rm asuk
d iri d an juga ge rak -ge rik k ita, l
ah ir m aupun batin ad al ah be rk atjasa
R asul ul l
ah Saw . Be rbe d a d e ngan k onse p b illâh yang be rsifatm utl ak ,
pe ne rapan b irrasulbe rsifat te rbatas. Te rbatas h anya d al am h al -h al
yang d irid h ai oleh Al l
ah d an rasul -Nya. D engan d em ik ian, k etik a k ita
m el ak uk an m ak siat, m isalnya, k ita tid ak boleh m erasa b irrasul, nam un
se bal ik nya h arus te tap m e rasa b illâh .
Langit d an bum i be se rta isinya ad al ah rah m at d ari Al l
ah yang
d iperuntuk k an bagi um atm anusia d an ia d isal urk an l ew atR asul ullah
se bagaim ana firm an-Nya: “D an tiad ak l ah Ak u m e ngutus e ngk au
(M uh am m ad ) m e l aink an agar m e njad i rah m at bagi se l uruh al am ”
(Q S. al -Anbiya [21]: 107). D e ngan d e m ik ian, se l uruh al am ini—
te rm asuk m anusia— be rh utang bud i k e pad a R asul ullah . Isl
am d an
im an yang ad a d i d ad a ad alah juga be rk atjasa R asul ullah . Inil
ah jasa
yang pal ing be sar nilainya;tid ak d apatd iuk ur d e ngan h arta ataupun
m ate ri, be rapa pun banyak nya. Tanpa R asul ul lah , um at m anusia
tentu sud ah te rje rum us k e d al
am tind ak k ese w e nang-w e nangan, per-
tik aian, d an pe rm usuh an satu sam a l ain, te rse re t pad a be ncana k e -

168
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

h ancuran d an m al ape tak a k e se ngsaraan, se pe rti d ifirm ank an ol


eh
Al lah : “D an k am u se k al
ian sud ah be rad a d i te pinya jurang ne rak a,
k e m ud ian Al lah m e nye lam atk an k am u se k al ian d aripad anya” (Q S.
Al i Im ran [3]: 103).
Yang d im ak sud tepi jurang nerak a d al am ayat d i atas ad al ah
d e k ad e nsi m orald an k e biad aban m anusia yang sud ah tid ak k e nal
pe rik e m anusiaan, se pe rti yang te rjad i pad a m asa Jah iliah m e nje l
ang
d iutusnya R asul ullah . Ad apun d iutusnya M uh am m ad Saw ., ad al ah
untuk m e nye l am atk an um at m anusia d ari jurang k e h ancuran d an
k e binasaan ak ibatk e biad aban pe rbuatannya se nd iri. D e ngan d e m i-
k ian, sal ah satu fungsi d iutusnya M uh am m ad ad al ah se bagai Juru
Se l am at um at m anusia atau pe m be bas m anusia d ari k e se satan d an
k e h ancuran. Ak an te tapi, sayangnya k e banyak an m anusia tid ak m e -
nyad ari d an tid ak m au tah u betapa agungnya jasa R asul ul l
ah te rsebut.
K ebanyak an dari m anusia justru l arutd an terus d iom bang-am bingk an
ol e h nafsunya se nd iri, tanpa m e re k a sad ari. D alam k aitan ini, patut
d ire nungk an firm an Al l
ah : “K e tah uilah ! Se sungguh nya m anusia
be nar-be nar be rl arut-l arut m e l
am paui batas, m e nganggap d irinya
se rba cuk up” (Q S. Al -‘Al aq [9 6]: 6–7 ).
D e ngan m e ne rapk an ajaran lirrasûl-b irrasûl, d i sam ping te ntu-
nya juga lillâh -b illâh , m anusia d apatm e nd ud uk k an d irinya se bagai
h am ba Al lah d an um atR asul ul l
ah secara be nar. D apatd iyak ini bah w a
orang se pe rti itu d irid h ai ole h Allah d an juga ol e h R asul ul lah d al am
h id up d an k e h id upannya. K e h id upan orang se pe rti itu d apatm e m -
baw a be rk ah d an m anfaatbagi orang l ain d an juga m asyarak atse rta
bagi bangsa d an ne garanya. O rang yang m e ne rapk an k onse p lirrasûl-
b irrasûlm ak a ia ak an se nantiasa m e rasa se ol ah -ol ah se nantiasa d i-
pand ang ol e h R asul ul lah d an m e rasa d al am pe ngaw asan Al lah se -
h ingga d ia tid ak be rani be rbuath al -h alyang tid ak d irid h ai ol e h Al lah
d an rasul -Nya. O rang se pe rti ini ak an d ise l am atk an ol e h Al lah d ari
azab-Nya, se bagaim ana firm an Al lah : “D an Al lah se k al i-k al i tid ak
ak an m enyik sa m e re k a, sed ang e ngk au be rad a d i antara m e rek a. D an
tidak lah All ah ak an m enyik sa m erek a sel agi m erek a m em oh on am pun”
(Q S. Al -Anfal[8]: 33.).

169
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

D e m ik ianl
ah , antara l ain, nilai pe nting d an m anfaatm e ne rap-
k an k onsep lirrasûl-b irrasûld an juga lillâh -b illâh . Lirrasulm erupak an
pe l ak sanaan b id ang syari’at se d angk an b irrasulte rm asuk re al isasi
bid ang h ak ik at. K e d uanya h arus d iterapk an se cara te pat;tid ak cuk up
h anya se bagai pe nge rtian il m iah saja. K e d uanya juga h arus be nar-
be nar d irasak an d i d al am h ati. Se bab, jik a k e d uanya h anya d ipak ai
se bagai pe nge tah uan il m iah se m ata d an tid ak d ite rapk an d i d alam
k e h id upan m ak a bah ayanya justru l e bih be rat d aripad a orang yang
be l um m e nge rti sam a se k al i.
c. Lirrasul -b irrasul
Pe ne rapan k onse p lirrasûl-b irrasûlbe rsifat te rbatas, tid ak uni-
ve rsalse pe rti h alnya k onse p lillâh -b illâh ;d al
am arti ia h anya d apat
d ilak uk an ol e h orang yang be ragam a Isl am saja. Um at d ari agam a
lain m ungk in ad a h alangan d al am m enerapk annya. Ak an tetapi, tid ak
m ustah ilad a jal an untuk itu.
Um atIsl am w ajib m e ne rapk an k onse p lirrasûl-b irrasûld i d al am
k e h id upannya, d i sam ping juga m e ne rapk an k onse p lillâh -b illâh ,
se bagai k onse k ue nsi batiniah se lak u um atR asul ul lah . K onse p lillâh -
b illâh dan lirrasûl-b irrasûlm erupak an real isasi prak tis atau k onsek uensi
batiniah d ari d ua k al im at syah ad at: Asyh ad u allâ ilâh a illa Allâh w a
Asyh ad u an-nna M uh am m ad R asulullah . D e ngan d e m ik ian, orang
yang se nantiasa m e ne rapk an k onse p lillâh -b illâh d an lirrasûl-b irrasûl
berarti h atinya senantiasa m usyah ad ah tauh î d d an m usyâh ad ah risâlah .
D e ngan istil ah lain, h atinya te rus-m e ne rus m e m baca/m e ne rapk an
d ua k al im atsyah ad atd e ngan pe nuh pe ngabd ian, pe ngh ayatan, d an
k e sad aran yang m e nd al am .
K esad aran ak an h ad irnya Allah dan rasul-Nya d alam setiap gerak
k e h id upan ad alah m asal ah prinsip bagi se tiap m uslim . H alini h arus
te rus-m e ne rus d itingk atk an d an d ise m purnak an tanpa ad a batasnya.

3. Lilgh auts-Bilgh auts


Tum buh nya k esadaran ak an h ad irnya Al l
ah dan rasul-Nya (lillâh -
b illâh d an lirrasûl-b irrasûl) d al
am k e h id upan um at m anusia ad al ah

170
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

b e rk at pe tunjuk (h id ayah ) Al lah . Untuk m e m e role h h id ayah ini


d ipe rluk an bantuan d an bim bingan d ari orang yang sud ah ah l i d an
b e rpe ngal am an se rta m e m punyai k om pe te nsi, yaitu orang yang
m e ne rim a tugas d ari Al lah untuk m e m bim bing m asyarak at d al am
pe rjal anan w ush uld an m a’rifatk epad a Allah d an rasul
-Nya. D i d al am
d unia tasaw uf, pe m bim bing te rse but d ik e nalse bagai m ursyid atau
gh auts yang k âm ild an m uk am m il, yak ni orang yang sud ah se m purna
d an m am pu m e nye m purnak an orang l ain.
D i d al
am ajaran W ah id iyah ad a k e yak inan bah w a gh auts ad alah
priagung (tok oh te rh orm at) yang be rk om pe te n m e ngantark an d an
m em bim bing m asyarak atm e nuju sad ar k epad a Al l
ah d an rasul -Nya.
Ol e h k are na itu, para pe ngam alW ah id iyah d an m asyarak at pe l ak u
spiritual(sâlik in) pad a um um nya pe rl u d an h arus m e ngad ak an h u-
bungan d e ngan gh auts, te rutam a h ubungan se cara batiniah . Sal ah
satu caranya ad al ah d e ngan m e ne rapk an k onse p lilgh auts-b ilgh auts
d i d alam h ati.

a. Lilgh auts
Cara m enerapk an k onsep lilgh auts sam a dengan cara m enerapk an
k onse p lillâh d an lirrasul, yak ni bah w a se l
ain niatik h l as sem ata-m ata
k are na Al l
ah (lillâh ) d an niatm engik uti tuntunan R asul ul lah (lirrasul),
juga h arus d ibare ngi niat m e ngik uti bim bingan gh auts h âd za az-
zam ân (lilgh auts). Ini ad al ah am al an h ati d an tid ak m e ngubah k e -
te ntuan-k e te ntuan l ain d i bid ang syari’at, se rta te rbatas h anya pad a
soal -soalyang d irid h ai Al lah d an rasul -Nya. H al -h alyang te rl arang,
se pe rti m ak siat m isal nya, sam a se k al
i tid ak bol e h d ise rtai d e ngan
niatlilgh auts.
D i d alam Al -Q ur’an ad a ayatyang m e nyatak an: “D an ik util ah
jalannya orang-orang yang k e m bal i k e pad a-K u” (Q S. Luq m an [31]:
15). D al am W ah id iyah ad a k e yak inan bah w a orang yang pal ing te pat
k em balinya k e pad a Al lah (ash d aq u m an anâb a) pad a zam an se k arang
ini ad alah gh auts h âd za az-zam ân. D ia ad al ah orang yang m e nge -
tah ui Al lah b e se rta h u k um - h u k u m nya (’alî m u n b illah i w a b i

171
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

ah k âm ih ), yak ni orang yang ‘arif b illâh . D ia ad al


ah se orang m ursyid
yang k âm il-m uk am m il.

b . Bilgh auts
Cara m enerapk an k onsep b ilgh auts juga sam a d engan cara m ene-
rapk an k onse p b irrasul, yaitu m e nyad ari d an m e rasa b ah w a k ita
se nantiasa m e nd apat bim bingan ruh ani d ari al-gh auts. Se sungguh -
nya bim bingan ruh ani d arinya sel al
u m em ancar k epad a se l
uruh um at,
baik d isad ari m aupun tid ak . Se bab, bim bingan al-gh auts itul ah yang
m e nuntun k ita k e m bal i k e pad a Allah d an rasul-Nya, yang se l alu
m e m ancar se cara otom atis se bagai butir-butir m utiara yang k e l uar
d ari lubuk h ati se orang yang b e rak h l ak d e ngan ak h lak nya rasul
(tak h alluq b i ak h lâq rasûlillâh ).
Ad anya k e sad aran bah w a k ita d ibim bing ol e h al-gh aust bol eh
d ik atak an te rm asuk pe nye m purnaan syuk ur k ita k e pad a Al lah . Arti-
nya, ungak apan syuk ur k e pad a se sam a m anusia m e rupak an be ntuk
pe nye m purnaan d ari rasa syuk ur k e pad a Al lah , se b agaim ana d i-
d inyatak an d al am se buah h ad its: “Barang siapa yang tid ak be rsyuk ur
k e pad a sesam a m anusia m ak a d ia tid ak bersyuk ur k epad a Al l
ah ” (H R .
At-Tirm id zi d ari Abu H urairah d an d ari Abu Said ).
K onsep lillâh -b illâh , lirrasûl-b irrasûl,dan lilgh auts-b ilgh auts h arus
d iterapk an be rsam a-sam a d i d al am h ati. Ak an tetapi, jik a h alterse but
bel um d apatd il ak uk an se cara be rsam a-sam a m ak a prinsip yang te l ah
d id apati l
ebih d ah ul u h arus d ipe l ih ara d an te rus d itingk atk an. Se bab,
yang te rpe nting ad al ah ad anya pe rh atian d an juga usah a yang sung-
guh -sungguh untuk bisa m e ngam al k an ajaran lillah -b illah , lirrasul-
b irrasul,d an lilgh auts-b ilgh auts secara be rsam a-sam a. D al am m e l atih
k esad aran ini, orang h arus tek un, sabar, d an tid ak berputus asa. D al am
ajaran W ah id iyah d ije l ask an bah w a d i sam ping orang pe rl u m el atih
h ati se cara te rus-m e ne rus, ia juga d ianjurk an untuk rajin b e r-
m ujah ad ah .

172
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

4. Yu’tîKulla d zîH aq q in H aq q ah
Ungk apan Yu’tîk ulla d zîh aq q in h aq q ah m e ngand ung m ak na
bah w a se gal
a k e w ajiban h arus d ipe nuh i d an be rsik ap l e bih m e ng-
utam ak an k e w ajiban d aripad a h ak , baik k e w ajiban te rh ad ap Al lah
d an rasul -Nya m aupun k e w ajib an-k e w ajib an yang b e rh ub ungan
d e ngan m asyarak at d i se gala bid ang d an te rh ad ap m ak h l uk pad a
um um nya.
D alam k e h id upan m anusia d i d unia ini pasti ak an se l
al u tim bul
h ak dan k ew ajiban yang sal ing terk ait. K ew ajiban A terh ad ap B, m isal-
nya, m e rupak an h ak B atas A. Be gitu juga se bal ik nya, k e w ajiban B
te rh ad ap A m e rupak an h ak A atas B. D i antara h ak d an k e w ajiban
te rse but yang h arus d iutam ak an ad al ah pe m e nuh an te rh ad ap k e -
w ajiban m asing-m asing. Ad apun soalh ak tid ak pe rl u d ijad ik an tun-
tutan. Sebab, seand ainya k ew ajiban dipenuh i dengan baik m ak a secara
otom atis apa yang m e njad i h ak nya ak an d atang d e ngan se nd irinya.
Se bagai contoh ad al ah pe m e nuh an h ak d an k e w ajiban d alam
h ub ungan suam i istri. Sang suam i m e m punyai h ak m e m e rol eh
pe l ayanan yang b aik d ari sang istri, nam un ia juga m e m punyai k e -
w ajiban te rh ad ap istri. Be gitu juga d e ngan istri, ia m e m punyai h ak
nafk ah , bim bingan, d an pe rl ind ungan d ari sang suam i, nam un ia
juga m em punyai k ew ajiban untuk berbak ti atau m e m berik an l ayanan
yang b aik k e pad a suam i. Jik a m asing-m asing pih ak (suam i d an istri)
te rse b ut m e nunaik an k e w ajibannya d e ngan baik m ak a se cara oto-
m atis h ak d ari m asing-m asing pih ak juga ak an te rpe nuh i. Suam i
m e m e nuh i k e w ajiban nafk ah , m e lind ungi, d an m e m be rik an bim -
bingan k e pad a istri yang m ana se m ua itu m e rupak an h ak d ari istri.
Be gitu juga sik ap istri yang m engh orm ati d an m em berik an pel ayanan
k e pad a suam i.
Contoh l ainnya ad al ah h ubungan pe m e rintah d e ngan rak yat.
Pe m e rintah be rh ak d itaati ole h rak yat, nam un ia juga be rk e w ajiban
m e m b im bing, m e m ajuk an, d an m e nse jah te rak an rak yat. D e ngan
d e m ik ian, h alyang h arus d iutam ak an ol e h pe m e rintah ad al ah
k e w ajib an m e m b im b ing, m e l ind ungi, se rta m e m ajuk an rak yat.

173
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Se bal ik nya, rak yat be rh ak m e nd apat bim bingan d an pe rl ind ungan


d ari pe m e rintah , nam un juga m e m punyai k e w ajiban taat d an se tia
k epad a pem erintah . D engan d em ik ian, jik a k ita m engacu pad a k onsep
Yu’ti k ulla d zi h aq q in h aq q ah m ak a yang h arus d iutam ak an oleh rak yat
ad alah taatk epad a pe m e rintah tanpa h arus m e nuntuth ak nya. Begitu
juga yang h arus d iutam ak an ol e h pe m e rintah ad al
ah m e m bim bing,
m el ind ungi, m e m ajuk an, d an m e nye jah te rak an rak yat.

5. Taq d î m al-Ah am m fa al-Ah am m tsum m a al-Anfa’ fa al-Anfa’


Se ring k al i k ita jum pai le bih d ari satu m acam pe rsoal an yang
h arus disel esaik an dal am w ak tu yang bersam aan d an k ita tid ak m am pu
m e nge rjak an se cara be rsam a-sam a. D al am k e ad aan se pe rti itu k ita
h arus m e m il ih m ana yang l e bih pe nting d ari d ua pe rsoal an te rse but
d an itul ah yang h arus k ita k erjak an lebih d ah ulu. Jik a k ed ua persoal an
te rse but sam a-sam a pe nting m ak a yang h arus d id ah ul uk an ad al ah
yang l e bih be sar m anfaatnya. D e m ik ianl ah yang d im ak sud d e ngan
prinsip Taq d î m al-Ah am m fa al-Ah am m Tsum m a al-Anfa’ fa al-Anfa’.
Jad i, m end ah ul uk an yang l ebih penting d aripad a yang k urang penting
d an jik a sam a-sam a pe nting m ak a h arus d ipil ih m ana yang l e bih
be sar m anfaatnya.
Untuk m e ne ntuk an pil ih an yang le bih pe nting (ah am m ) d an
yang l e b ih be rm anfaat (anfa’), k ita bisa m e nggunak an pe d om an:
“Se gala h alyang be rh ub ungan l angsung d e ngan Al lah d an rasul -
Nya, te rutam a yang w ajib, pad a um um nya h arus d ipand ang l e bih
pe nting, d an se gal a h alyang m anfaatnya d irasak an juga ol e h orang
lain (m asyarak at b anyak ) m ak a h alitul ah yang h arus d ipand ang
se bagai yang l e bih be sar m anfaatnya.”
D i sini pe rlu d ipe rh atik an bah w a pe nge rtian m anfaath arus d i-
tinjau d ari be rbagai se gi d an m e m ak ai be rbagai pe rtim bangan. Ak an
te tapi se cara um um d apatd ik atak an bah w a yang d im ak sud m anfaat
ad alah “se gal a h alatau pe rk ara yang bisa m e nd e k atk an d iri k e pad a
Al l
ah d an rasul -Nya”. D e ngan d e m ik ian, tind ak an atau h alapa pun
yang tid ak bisa m e njad i se bab d ek atnya se orang h am ba k e pad a Al lah

174
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

d an rasul -Nya m ak a ia tid ak m asuk d al am k ate gori pe rk ara yang


be rm anfaat, m e l
aink an se balik nya m e najd i se suatu yang m ad h arat
(m e m bah ayak an).

H .Ajaran W ah id iyah te ntang Etik a K e tasaw ufan


M asal ah ad ab (e tik a-tata k ram a) ad al ah h alyang am atpe nting
d an h arus d iperh atik an d al am k eh id upan ini, baik ad ab l ah ir m aupun
batin. K e d uanya sal ing m engisi, yang l ah ir m e nyuburk an yang batin,
d an yang batin m e njad i jiw a bagi yang l ah ir. Bid ang ini m e l
iputi
ad ab k e pad a Al lah , R asul ullah , gh auts h âd za az-zam ân, para w al i
Al l
ah , ulam a d an sh al ih in, guru, m urid , orang tua, d an ad ab k e pad a
m asyarak atpad a um um nya. Bah k an, k e pad a apa d an siapa saja yang
berh ubungan d engan k ita, term asuk d iri k ita se nd iri. Sem uanya h arus
m e nggunak an e tik a. R asul ullah te lah m e m be rik an tuntunan ad ab
pad a se tiap l angk ah d an tingk ah l ak u m anusia. Be gitu pe ntingnya
m asal ah ad ab d alam k e h id upan m anusia, d al am ajaran W ah id iyah
d ik atak an: “M e m e lih ara ad ab h arus l e bih d iutam ak an d aripad a (se -
be l um ) m e l
ak sanak an pe rintah .” Secara l ogis, suatu h alyang d ik e rja-
k an tanpa m e nggunak an ad ab bisa m e nye babk an pe k e rjaan te rse but
te rtolak atau bisa m e nim bul k an sid e effect (ak ibat sam pingan) yang
buruk d an m e rugik an.
Ad apun d e finisi ad ab m e nurut pand angan para ah l i h ak ik at,
sebagaim ana d isebutk an d al am ajaran W ah id iyah , ial ah Ijtim â’ k h ish âl
al-k h air (te rpad unya bud i pek e rti, tingk ah lah ir d an sik ap batin yang
baik ). D engan d em ik ian, l ah ir d an batin h arus serasi. Ad ab yang baik
tid ak cuk up tam pak pad a aspe k l ah iriah nya saja, te tapi juga h arus
selaras d engan apa yang ad a d i d al am batinnya. Lah ir m e ncerm ink an
batin, be gitu juga se bal ik nya. Se se orang d iangk at d e rajatnya ol eh
Al lah se bab ad ab -nya baik , d an d iturunk an d e rajatnya k are na ad ab -
nya buruk . Nabi M uh am m ad se nd iri m e ne m pati k e d ud uk an te r-
tinggi d an te rm ul ia juga k are na ak h lak nya yang te rk e nall uh ur. Al lah
m e m b e rik an pujian: “D an se sungguh nya e ngk au (M uh am m ad )
be nar-benar be rbud i pek erti yang agung” (Q S. al -Q al am [68]: 4);

175
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

d an bah w a nabi juga d iutus h anya untuk m end id ik d an m em bim bing


m anusia agar m e m punyai bud i pe k e rti yang l uh ur.67
Contoh ad ab tid ak baik yang m e njad i se bab turunnya d e rajat
ad al ah pe ristiw a yang te rjad i pad a Ibl is. Pad a aw alnya, ibl is be rad a
d i d alam k e l om pok m al aik at d an pe rnah m e njad i pim pinan d i
k alangan m al aik at. Nam a asl inya Azâzil, d an se lam a 80 ribu tah un
te rus-m e ne rus m e njal ank an tugasnya taatk e pad a Al lah . Ak an te tapi,
k are na be rsik ap d urh ak a (sû’ul-ad ab ) k e pad a Al l
ah , tid ak m au m e -
lak sanak an perintah Al lah untuk bersujud -m e ngh orm atk epad a Nabi
Ad am d an justru bersik ap tak ab b ur d engan m e ngatak an: Ana k h airun
m inh u (ak u l ebih baik d aripad a Ad am ) m ak a ia d iturunk an d e rjatnya
d an d ipe cat d ari k e d ud uk annya se bagai pe m im pin m al aik at. Se jak
saat itul ah ibl is m e njad i te rce l
a d an te rk utuk .
D al am upaya w ush ulm a’rifat k e pad a Al l
ah , ak h lak yang baik
m e njad i se suatu yang sangatpe nting d an h arus d ipe rh atik an, yak ni
sik ap baik k e pad a Al l
ah , rasul
-Nya, d an k e pad a guru (m ursyid ) yang
m e nuntun d an m e m bim bingnya. D ik atak an ol e h Syaik h D iyaud d in
bah w am e l uk ai atau m e nyinggung [perasaan]guru ad al ah pe rbuatan
yang tid ak ad a tobatnya.68 Artinya, jik a tind ak an sang m urid te rse but
tid ak m e nd apatk an m aaf d an re stu d ari sang guru m ak a m urid yang
be rlak u d urh ak a ak an m e ngal am i ak ibatyang fatal .O l e h k are n itu,
k ita h arus be rh ati-h ati d al
am m e m e lih ara ad ab te rh ad ap guru yang
m e nuntun k ita sad ar k e pad a Al lah d an rasul -Nya, te rutam a ad ab
batin k ita. Lebih l anjutSyaik h D iyaud d in m e ngatak an: “Barang siapa
m em pertanyak an pad a gurunya d engan pertanyaan “m engapa?” m ak a
ia tid ak ak an m encapai suk ses.”69 K ata m engapa yang d im ak sud d al am
ungk apan d i atas ad al ah yang m engand ung arti m ene ntang atau tid ak
se tuju d e ngan pe tunjuk atau k e bijak sanaan guru. H alini m e nunjuk -

67
Dalam hadits dinyatakan: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan
akhlak yang luhur” (HR. Ahmad, al-Baihaqi, dan al-Hakim).
68
Syaikh an-Nasik Diyauddin, Jâmi’ al-Ushûl…, hlm. 107.
69
Ibid.

176
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

k an be tapa pe ntingnya ad ab d al
am pe rjal
anan w ush ulk e pad a Al
lah
d an rasul -Nya.
Te rk ait d e ngan m asalah w ush ulk e pad a Al lah ini, Abu Al i ar-
R aw d zabari m e ngatak an: “Se se orang d apatm asuk surga se bab am al -
70
nya, d an be rh asilw ush ulm a’rifat k e pad a Al lah se bab ad ab -nya.”
H alyang h am pir sam a juga d ite m uk an d al am k itab Jam î’ al-Ush ûl.
D i d alam k itab te rse but d ik atak an: “Se orang h am ba d apat sam pai
(w ush ul) k e pad a Tuh annya se bab ad ab -nya d an d apat m asuk surga
se bab taatnya.”71
Se m e ntara Itu, K H . M a’roe f, m ual l
if Sh alaw atW ah id iyah , m e -
nyatak an: “Se se orang tid ak d apat w ush ulk e pad a Al lah m e l aink an
b illâh (atas titah d an k e h e nd ak Al lah ).” Apabil a ad ab k e pad a Al lah
d an rasul -Nya baik m ak a ad ab k e pad a yang l ainnya juga pasti baik .
Se bal ik nya, jik a ad ab k e pad a Al lah d an rasul -Nya tid ak atau k urang
baik m ak a ad ab k e pad a yang l ain juga tid ak atau k urang baik . Jik a
ad ab se se oarang k e pad a Al l
ah d an rasul -Nya buruk nam un ad ab
k e pad a se sam a m anusia te rnyata baik m ak a h alitu se be narnya h anya
k elih atan baik se cara l ah iriah saja, nam un pad a h ak ik atnya ad al ah
buruk k are na te l ah d ik otori ol e h m ak sud -m ak sud d an k e pe ntingan-
k e pe ntingan te rte ntu, tid ak ik h l as. R ingk asnya, jik a tind ak an baik
yang d il ak uk an ol e h se se orang tid ak d ise rtai k e sad aran lillâh -b illâh
m ak a tind ak an te rse but bisa d ipastik an m asih k otor, tid ak m urni,
ad a pam rih d an m ak sud -m ak sud te rte ntu.
Se cara um um d apat d ik atak an bah w a ad ab tid ak l ain ad al ah
pe l ak sanaan d ari k onse p atau prinsip Yu’tîk ulla d zîh aq q in h aq q ah ,
yak ni m e m be rik an h ak k e pad a pih ak lain yang m em punyai h ak , atau
m el ak sanak an k e w ajiban te rh ad ap pih ak lain yang m e m punyai h ak .
Jik a d irinci, ad ab k epad a Allah tercak up d i d al
am prinsip lillâh -b illâh ,
ad ab k e pad a rasulte rcak up d al am prinsip lirrasûl-b irrasûl,d an ad ab
k e pad a gh auts h âd za az-zam ân te rcak up d al am prinsip lilgh auts-
70
Syaikh Ahmad bin Syaikh Hijazy al-Fasni, Al-Majâlis as-Saniyyah, (T.tp.: t.p., t.t.),
hlm. 58.
71
Syaikh an-Nasi Diyauddin, Jâmi’ al-Ushûl…, hlm. 176.

177
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

b ilgh auts. Se d angk an ad ab k e pad a m anusia d an k e pad a se sam a


m ak h luk h id up pad a um um nya banyak sek al i m acam nya, tergantung
pad a b e ntuk d an m acam h ub ungan yang d il ak uk an. M isalnya,
taw ad h u’, ram ah tam ah , sopan santun, sal ing m e ngh orm ati, suk a
m e nol ong, jujur d an d apat d ipe rcaya, k asih sayang, d an h usn azh -
zh ann (b e rbaik sangk a), se m uanya ak an te rw ujud se bagai buah d ari
ad ab yang baik k e pad a Al lah d an rasul
-Nya.

1. Syuk ur
D al am m e njal ani k eh id upan ini, k ita h arus senantiasa bersyuk ur
atas se m ua k arunia yang te l ah Al lah be rik an k e pad a k ita yang tak
te rh itung banyak nya.72 Nik m atpe m be rian Al l
ah d apatd igol ongk an
m e njad i d ua: pe rtam a, ni’m ah al-î jâd (nik m atyang d iw ujud k an) d an
k e d ua, ni’m ah al-im d âd (nik m atyang d ipel ih ara). Pem el ih araan Al lah
te rh ad ap m ak h l uk ciptaan-Nya be rjal an te rus-m e ne rus bagaik an air
yang m e ngal ir. Se m ua m ak h l uk , te rm asuk se gal a apa yang ad a pad a
d iri k ita, tid ak lepas sed ik itpun d ari pem el ih araan Al lah . O le h k are na
itu, syuk ur k ita k e pad a Al lah juga tid ak bol e h te rh e nti se d e tik pun.
Q S. Ibrah im ayat 7 m e m be ri pe ringatan te gas k e pad a k ita te ntang
ak ibatorang yang tid ak m au be rsyuk ur atas nik m atyang te l ah Al lah
be rik an k e pad a k ita:

Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguh-


nya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengkufuri/mengingkari (nikmat-Ku) maka
sesungguhnya siksaan-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim [14]: 34).

D e ngan d e m ik ian, k ita h arus se l


alu be rh ati-h ati d an m aw as d iri
jangan sam pai l e ngah se d e tik pun untuk be rsyuk ur atas nik m atyang
te lah Al l
ah be rik an k e pad a k ita. Be rsyuk ur juga h arus d il and asi niat
ik h las ibad ah k e pad a Allah tanpa pam rih (lillâh ). D e ngan d e m ik ian,
yang d ise butsyuk ur se m purna ad al ah syuk ur yang d ijiw ai ol e h sik ap
72
Dalam QS. Ibrahim [14]: 34, ditegaskan: “Jika kamu sekalian menghitung-hitung
nikmat pemberian Allah niscaya kamu sekalian tidak akan mampu menghitungnya.
Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat kufur”.

178
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

lillâh -b illâh , yak ni be rsyuk ur d e ngan ik h l


as k are na All
ah d an atas
d asar k e sad aran bah w a se m ua itu juga atas k e h e nd ak Al
lah .
Se lain k ita h arus be rsyuk ur k e pad a Al
lah atas nik m atyang tel ah
d ibe rik an-Nya, baik se d ik itataupun banyak , k ita juga m e m il ik i k e -
w ajib an untuk b e rsyuk ur k e pad a se sam a m anusia yang m e njad i
pe rantara d atangnya nik m at. D al am se b uah h ad its d inyatak an:
“Barang siapa yang tid ak m e nsyuk uri nik m atyang se d ik itm ak a d ia
tid ak m e nsyuk uri nik m atyang banyak , d an barang siapa yang tid ak
be rsyuk ur k e pad a m anusia m ak a ia tid ak be rsyuk ur k e pad a Al lah ”
(H R . Nu’m an bin Basir).
Pad a d asarnya, se m ua m ak h l uk , k h ususnya m anusia, m e m il ik i
h ak untuk m e nd apatk an ungk apan rasa syuk ur. H anya saja, pe m -
be rian ungk apan syuk ur k e pad a m anusia h arus se pad an d e ngan jasa
m asing-m asing. Ad apun orang yang pal ing be sar jasanya k e pad a k ita
ad alah Nabi M uh am m ad . O l e h k are na itu, rasa syuk ur k ita k e pad a
nabi h arusl ah m el ebih i syuk ur k ita k epad a yang l ain (lirrasûl-b irrasûl).
Bah k an pe ne rapan syu k ur ini ad al ah pal ing pok ok d an h arus
d ijad ik an jiw a d alam se gal a k e giatan ibad ah k ita k e pad a Al lah .
Ad apun cara bersyuk ur k ita k e pad a Allah bisa d ilak uk an d engan
be be rapa cara: pertam a, k ita h arus m e nyad ari d an m e rasa m e nd apat
nik m at. Ked ua, m e nge rti, m e nge tah ui, d an m e nyad ari siapa yang
m em beri nik m atk epad a k ita. Ketiga, syuk ur b illisân, m isal
nya d engan
m e ngucapk an k al im at “al h am d ulill
âh ” atau k al im at lainnya yang
m ak sud nya m e ngutarak an rasa terim a k asih k e pad a pem beri nik m at.
Keem pat, m e nggunak an nik m at yang te l ah d ibe rik an untuk h al -h al
yang d irid h ai ol
e h sang pe m be ri nik m at.
Asy-SyarifAl i bin Muh am m ad al -Jurjani d al
am k itab At-Ta’rifat
m e njel
ask an tentang m ak na syuk ur. D ia m enyatak an: “Syuk ur ad alah
m en-tash aruf-k an segala nik m at(pend engaran, pengl ih atan, d an l
ain-
nya) yang d ibe rik an ol e h Al lah untuk se suatu yang d irid h ai ol eh
yang m e m be ri nik m at.”73
73
Asy-Syarif Ali bin Muhammad al-Jurjani At-Ta’rifat, (Singapura-Jiddah: t.p., t.t.).

179
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Jik a nik m at-nik m atitu tid ak d ipe rgunak an untuk h al-h alyang
d irid h ai ol e h yang m e m be ri nik m at m ak a h alitu m asuk k ate gori
m e nyal ah gunak an nik m at d an h alitu be rarti zal im . H alini je l
as
b e rte ntangan d e ngan m ak sud Al l
ah m e m be rik an nik m at k e pad a
m ak h l uk nya.
2. Ik h l as
Se cara b ah asa, ik h las b e rarti “m e m urnik an”. Jik a d ik aitk an
d e ngan pe l ak sanaan ibad ah m ak a yang d im ak sud ik h l as ad al
ah m e n-
jal ank an ibad ah d e ngan d ise rtai niat yang ik h l as tanpa pam rih apa
pun, baik pam rih d uniaw i m aupun pam rih uk h raw i, baik pam rih
yang be rsifatspiritualm aupun m ate riil . H alini be rl ak u pad a sem ua
bentuk ibad ah , baik ibad ah yang berh ubungan l angsung d engan Al lah
d an rasul -Nya m aupun yang be rh ubungan d e ngan se sam a m anusia.
D i d alam beribad ah , k ita m e m ang d ih arusk an untuk bersik ap ik h l as.
Ad a banyak d al ilyang m e nunjuk k an h alterse but, d i antaranya ad al ah
firm an Al lah : “Se sungguh nya K am i m e nurunk an k e pad am u K itab
(Al -Q ur’an) d e ngan (m e m baw a) k e b e naran. M ak a se m bah (b e r-
ib ad ah )-lah k e pad a Al lah d e ngan m e m urnik an k e taatan (ik h l as)
k e pad a-Nya” (Q S. Az- Z um ar [39 ]: 3). D al am ayat yang l ain d i-
nyatak an: “Pad ah alm e re k a tid ak d isuruh k e cual i supaya m e re k a
m enye m bah (be ribad ah k epad a) Al lah d e ngan m em urnik an k etaatan
(ik h l
as) k e pad a-Nya” (Q S. Al -Bayyinah [9 8]: 5).
Se l
ain d ua ayat d i atas, pe rintah untuk b e rsik ap ik h l
as juga
d itunjuk k an d al
am h ad its nabi:

Berbahagialah orang-orang yang (beramal dengan) ikhlas.


Mereka adalah lampu-lampu petunjuk yang segala fitnah yang
diserupakan dengan kegelapan menjadi kelihatan jelas dari (karena)
mereka (HR. Abu Nu’aim dari Tsauban).

180
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Ik h l
as itu se nd iri d apatd ik ate gorik an k e d al
am tiga tingk atan,
yak ni: (1) ik h lâsh al-‘âb id î
n, (2) ik h lâsh az-zâh id în, d an (3) ik h lâsh
al-‘ârifin.
Pe rtam a, Ik h lâsh al-‘Â b id î
n , yak ni ik h lasnya gol ongan ah l i
ibad ah yang d i d al am m enjal ank an ibad ah m asih m engh arap im bal an
pah al a, ingin surga, d an m e ngh arapk an bisa te rh ind ar d ari ne rak a.
Gol ongan ini biasanya be rse m angat, te k un, d an rajin d i d al am m e n-
jal ank an ibad ah nam un k e se m uanya itu d id orong ol e h pam rih agar
m e nd apatk an pah al a, surga, d an te rh ind ar d ari ne rak a. Be ribad ah
d e ngan pam rih ingin m e nd apatk an pah al a, surga, d an te rh ind ar d ari
nerak a ini m asih m asuk k ategori ik h las, nam un ik h las dal am tingk atan
yang pal ing re nd ah .
K e d ua, Ik h lâsh az-zâh id î n atau ik h lâsh al-m uh ib b î
n ialah sik ap
ik h l
as yang d itunjuk k an ol e h para ah l i zuh ud d an ah l i m ah ab b ah .
M e re k a ini m e njal ank an ibad ah d e ngan ik h l as tanpa pam rih , tid ak
k are na ingin surga d an juga tid ak k are na tak utne rak a. D e ngan k ata
lain, ibad ah yang d il ak uk an ol e h para ah l i zuh ud d an m ah ab b ah ini
be nar-be nar lillâh , se m ata-m ata m e ngh arap k e rid h aan Al lah . Ini
ad al ah ik h las tingk atan k e d ua yang h anya bisa d il ak sanak an ol eh
para ah l i zuh ud d an ah l i m ah ab b ah .
K e tiga, Ik h lâsh al-‘ârifî n ad al ah be rsik ap ik h l as d alam m engerja-
k an ibad ah se m ata-m ata k arena ingin m end apatk an rid h a Al lah , tid ak
k are na m e ngh arap pah al a, ingin surga, ataupun k are na tak utne rak a.
Ik h lâsh al-‘ârifî n ini h am pir m irip d e ngan ik h lâsh az-zâh id î n atau
ik h lâsh al-m uh ib b î n. H anya saja, ik h lâsh al-‘ârifî n ini l e bih tinggi
tingk atannya d an h anya bisa d im il ik i oleh para ah l i m a’rifat. D i d alam
m e njal ank an ibad ah , para ah l i m a’rifatbuk an saja lillah k arena m eng-
h arapk an k e rid h aan Al lah , te tapi m e re k a juga be rsik ap b illah , yak ni
m e yak ini bah w a k e m am puannya be ribad ah d an juga be rsik ap ik h l as
se m ata-m ata k are na pe rtol ongan Al lah . M e re k a tid ak m e ngak u d an
juga tid ak m e rasa d apat m e l ak uk an ibad ah se nd iri, te tapi se m ata-
m ata atas k e h e nd ak Al lah . Inil ah yang d im ak sud ik h l as d al am

181
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

ungk apan: Al-Ik h lâsh tark u al-ik h lâsh fîal-ik h lâsh (Yang d inam ak an
ik h l
as ad al
ah tid ak m e rasa ik h l
as d i d al
am k e ad aan ik h l
as).
Sik ap ik h las m e m ilik i pe ngaruh yang sangatbe sar te rh ad ap d i-
te rim a atau d itol ak nya am alib ad ah . D i d al am k itab Al-H ik am
d inyatak an: “Am al -am alibad ah itu (h anya) se bagai gam bar h id up
yang b e rd iri, d an jiw anya ad al ah w ujud d ari rah asia ik h l
as d i d al
am
74
am al -am alibad ah itu.”
D i sisi l
ain, Syaik h Sah alat-Tustari juga m e ngatak an te ntang
bah ayanya am alibad ah yang tid ak d ise rtai sik ap ik h l
as. D ia m e nyata-
k an:

Semua manusia akan hancur kecuali yang berilmu; dan yang


berilmu juga akan hancur kecuali yang mengamalkan ilmunya;
yang berilmu dan mengamalkan ilmunya juga akan hancur, ke-
cuali yang ikhlas di dalam beramal; dan yang sudah ikhlas (dalam
beramal) pun masih dalam teka-teki besar. 75

Yang d im ak sud d engan ungk apan “m asih d al am te k a-tek i besar”


pad a ungk apan d i atas ad al ah m e nyangk ut je nis ik h las yang m ana
yang d im il ik i ole h m e re k a yang be ram alibad ah . Jik a se se orang yang
be ribad ah be l um lillâh -b illâh m ak a sik ap ik h l
asnya be l um l ah se m -
purna d an h alte rse but m asih be rpote nsi m e ngal am i k e h ancuran
se pe rti d ik atak an Syaik h Sah alat-Tustari te rse but. O l e h k are na itu,
k ita h arus se nantiasa introspe k si d iri te rh ad ap se tiap tind ak an (am al
ibad ah ) yang k ita l ak uk an agar jangan sam pai m e njad i orang yang
be rpote nsi m e ngal am i k e h ancuran.

3. Sab ar
Sabar juga te rm asuk ibad ah batin yang m e m il ik i nil
ai tinggi
d alam pand angan Al lah . Banyak ayat Al -Q ur’an yang b e rb icara
te ntang sabar, antara lain: “Se sungguh nya h anya orang-orang yang
sabarlah yang dicuk upk an pah al a m erek a tanpa batas” (Q S. Az-Z um ar

74
Ibn Atha’illah as-Sakandari, Al-Hikam, juz I, hlm. 11.
75
Al-Ghazali, Ihyâ’ Ulûm ad-Dîn, juz I, (T.tp: Dâr asy-Syu’b, t.t.).

182
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

[39 ]: 10);d an “H ai orang-orang yang berim an, m oh onl ah pertol ong-


an (k epad a All
ah ) d engan sabar d an (m enjal
ank an) sh al
at, se sungguh -
nya Al lah beserta orang-orang yang sabar” (Q S. Al -Baq arah [2]: 153).
Se balik nya, orang yang tid ak sabar, be ratse k al
i ak ibatyang d i-
d e ritanya. Al lah m e m pe ringatk an d al
am se buah h ad its q ud si:

Aku (Allah), tiada Tuhan melainkan Aku; siapa yang tidak


bersyukur atas nikmat-nikmat pemberian-Ku, tidak bersabar atas
ujian-Ku dan ridho terhadap kepastian qadha-Ku, maka carilah
Tuhan selain Aku.

Prak tik sabar itu se nd iri m e ncak up tiga h al, se bagaim ana sabd a
nabi, yak ni (a) sh ab run ala al-m ush ib ah (b e rsabar atas m usibah yang
m e nim panya, (b ) sh ab run ‘ala ath -th a’ah (b e rsabar d alam k e taatan),
d an (c) sh ab run ‘an al-m a’sh iyah (b e rsabar untuk tid ak m e l ak uk an
tind ak an m ak siat).

a. Sh ab run ’ala al-M ush î b ah


Sh ab run ’ala al-m ush î b ah ad alah sik ap sabar d an tabah d al am
m e ngh ad api be rbagai ujian d an cobaan h id up, sabar d al am m e ng-
h ad api m usibah . Be rsik ap sabar atas m usibah yang d ite rim anya m e -
rupak an be ntuk ibad ah yang sangat be sar pah al anya. H alte rse but
d ite gask an ol e h R asul ullah : “Be rsik ap sabar se saat atas m ush ibah
(yang d ial am inya) l e bih baik d aripad a ibad ah se tah un.”76

b . Sh ab run fîath -Th â’ah


Sh ab run fîath -th â’ah ad alah be rsik ap tabah , k uat, te k un, rajin,
d an be rsungguh -sungguh d al am m e njal ank an k e taatan d an tid ak
te rpe ngaruh ol e h k ond isi apa pun juga.
76
Utsman bin Hasan bin Ahmad asy-Syakir al-Khuwaiwi, Durrah an-Nâsihin, (In-
donesia: Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah), hlm. 187.

183
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

c. Sh ab run ‘an al-M a’sh iyah


Sh ab run ’an al-m a’sh iyah ad al
ah k uatm e nah an d iri untuk tid ak
be rbuatm ak siatse k alipun ad a banyak te k anan d an ancam an.
D i d al
am prak tik nya, sik ap sabar h arus d ibare ngi d e ngan sik ap
taw ak al. Ad apun m ak na taw ak alitu send iri, se bagaim ana d inyatak an
ol e h al
-Gh azal i ad al
ah : “ib arah d ari be rsand arnya h ati k e pad a w ak il
satu-satunya.”77 D e ngan d e m ik ian, taw ak alad al ah sik ap batin d an
te rm asuk ibad ah batin yang d ipe rintah k an ol e h Allah . Banyak se k al i
ayat Al -Q ur’an yang be rbicara te ntang taw ak al , antara l ain: “D an
barang siapa yang be rtaw ak alk e pad a Al lah m ak a Allah lah yang ak an
m e ncuk upk an (k e pe rluan)-nya” (Q S. Ath -Th al aq [65]: 3).
D i sam ping sik ap sabar d an taw ak al , ad a satu h all agi yang juga
h arus d ise rtak an d al
am sik ap sabar d an taw ak al , yaitu ik h tiar (usah a)
m e ncari k e ad aan yang l e bih b aik . Se b agi contoh , jik a se se orang
sed ang m end erita suatu penyak itm ak a d ia h arus bersabar d an taw ak al
k e pad a Al l
ah te rh ad ap d e rita sak it yang d ial am inya. Ak an te tapi,
sik ap sabar d an taw ak alte rse butjuga h arus d ise rtai d e ngan ik h tiyar,
yak ni be rusah a untuk be robatm e ncari k e se m buh an. D e ngan d e m i-
k ian, sik ap sabar, taw ak al, d an ik h tiar h arus d ilak sanak an se cara be r-
bare ngan.
Sabar itu m e njad i k unci k ese l
am atan d an alatperaih be rm acam -
m acam pe rtol ongan, taufik , h id ayah , d an perl
ind ungan Allah . D al
am
k aitan ini, R asul
lul l
ah be rsabd a:

“Barang siapa yang diberi dan kemudian bersyukur, diuji dan


kemudian bersabar, dizalimi dan kemudian memaafkan, berbuat
zalim dan kemudian meminta maaf,” Rasulullah Saw. terdiam sejenak
dan kemudian melanjutkan: “mereka itulah orang-orang yang aman
(selamat) dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”
(HR. Ath-Thabrani dan al-Baihaqi).

Pad a k e se m patan yang l


ain R asul
ull
ah juga m e nyatak an:

77
Al-Ghazali, Ihyâ’ Ulûm ad-Dîn, juz 4, hlm. 323. .

184
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

“Sesungguhnya balasan yang paling besar dari Allah senantiasa


disertai dengan besarnya bala (cobaan-ujian). Sesungguhnya apabila
Allah mencintai seorang hamba maka Dia akan mengujinya terlebih
dahulu, jika ia bersikap sabar maka Allah akan memilihnya dan jika
ia ridha (dengan ujian tersebut) maka dia akan didisayangi oleh-
Nya.”78

Ol e h k are na itu, siapa saja yang ingin d ik asih i d an d icintai oleh


Al l
ah m ak a d ia h arus be rsik ap sabar d an juga rid h a te rh ad ap apa
yang sud ah d igarisk an ol e h -Nya. Ini m e nunjuk k an be tapa pe nting
d an juga tingginya nil ai se buah k e sabaran. Bah k an d ik atak an bah w a
orang yang sabar terh ad ap apa yang tel ah d itaq d irk an oleh Allah lebih
utam a d aripad a orang yang be rsyuk ur atas nik m atyang Al l
ah berik an
k e pad anya. Se bab , Al lah h anya m e njanjik an k e l ipatan tam bah an
nik m at k e pad a orang yang be rsyuk ur (syâk ir), se d angk an te rh ad ap
orang yang sabar (sh âb ir) Al lah m e njanjik an ak an se nantiasa m e -
nye rtainya.

4. R id h a
D al am ajaran W ah id iyah d ik atak an bah w a rid h a ial ah m e rasa
puas terh ad ap q ad h a’ d an q ad ar Allah , m esk i bagaim anapun k ead aan-
nya. R id h a te rm asuk ad ab d an ibad ah batin yang pal ing tinggi nilai-
nya. D al am k aitan ini, Al lah be rfirm an: “D an k e rid h aan d ari Allah
itul
ah yang pal ing agung” (Q S. At-Taub ah [9 ]: 72).
Se sungguh nya se gal a k e ad aan yang d ial am i ol e h m anusia, baik
k e ad aan yang m e nye nangk an m aupun yang tid ak m e nye nangk an,
se m uanya ad al ah k arunia Al l ah yang d ibe rik an k e pad a h am ba-Nya.
H anya saja, se ring k al i h am banya tid ak m au be rsabar d an tid ak m e -
nge tah ui h ik m ah d i bal ik apa yang m e nim panya.
D al am m e ngh ad api k e sul itan ataupun m usib ah , W ah id iyah
m e ngajark an k e pad a pe ngik utnya untuk se nantiasa rid h a, nam un
d e ngan d ise rtai sik ap ik h tiar, yak ni te rus be rusah a untuk bisa m e -
le pask an d iri d ari k e sul
itan atau m usibah yang m e nim panya. Le bih
78
Utsman bin Hasan, Durrah an-Nâsihin.

185
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

lanjut, W ah id iyah juga m e ngajark an bah w a sik ap ik h tiar te rse but


h arus d ilak uk an lah ir d an batin d engan d ise rtai sik ap taw ak alk e pad a
Al lah d an se lalu d ijiw ai ol
e h pe ril
ak u lillâh -b illâh . D engan dem ik ian,
d alam ajaran W ah id iyah , sik ap sabar, rid h a, ik h tiar, d an taw ak alh arus
se lalu be rgand e ngan d i d al am pe ne rapan d al am h ati. Se pe rti h alnya
d i d al
am ik h l as d an sabar.
D alam ajaran W ah id iyah , ik h tiar batin ad al
ah berd oa m em oh on
k e pad a Al lah agar d ik e l
uark an d ari k e sul itan atau m usib ah yang
se d ang d ialam inya. D alam k aitan ini, K H . M a’roe f(m uallif Sh al aw at
W ah id iyah ) pe rnah m e ngajark an d oa faraj, yak ni d oa pe rm oh onan
agar d ibe ri jalan k e l
uar d ari se gal a k e sul
itan. Ad apun re d ak si d oa
faraj ad al ah :

Ya Allah, dengan hak keagungan asma-Mu dan dengan ke-


besaran Baginda Nabi Muhammad Saw., dan sebab berkah ghauts
hâdza az-zamân, para pendukungnya, serta para kekasih Allah
radhiya Allâhu ta’âlâ ‘anhum (semoga Allah meridhai mereka
semua), jadikanlah bagi kami dan keluarga serta keturunan kami,
bagi orang-orang yang ada hubungan hak dengan kami, bagi
mereka para pengamal Wahidiyah sampai Hari Kiamat, dan bagi
seluruh umat Baginda Nabi Muhammad Saw. jalan keluar dari
segala kesulitan dan kesusahan, dan tunjukilah kami dan mereka
jalan-Mu yang lurus (dibaca 3 kali).

186
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Se cara psik ol ogis, orang yang se l alu rid h a d e ngan k e te ntuan


Al lah , niscaya h idupnya ak an senang d an tenteram ;tidak m udah putus
asa d an juga m e ngge rutu. D ia se l alu m e rasa puas d an ge m bira m e ng-
h ad api segal a situasi d an k ond isi h id upnya. H atinya senantiasa m e ng-
h ad ap k e pad a Al lah . Se balik nya, orang yang tid ak rid h a atas q ad h â’
d an q ad ar Al l
ah h id upnya ak an d ipenuh i perasaan tid ak puas, m ud ah
em osi, m arah , putus asa, d an m enggerutu. Pad ah alq ad h â’-q ad ar Al l
ah
tid ak ak an d apatd iubah d engan k e tid ak rid h aan sang h am ba. Bah k an,
orang yang tid ak rid h a atas q ad h â’ d an q ad ar Al l
ah buk an saja ak an
m e nd apat d osa, m e l aink an juga tid ak d iak ui se bagai h am ba-Nya.

5. M ah ab b ah (Cinta)
M ah ab b ah atau cinta, m e nurut W ah id iyah , m e l iputi cinta k e -
pad a Al l ah , cinta k epad a para nabi, para rasul
, d an para m alaik at, cinta
k e pad a k e l
uarga d an para sah abatnabi, cinta k e pad a para w al i Allah ,
para ul am a, pem im pin, orang tua, k el uarga, d an cinta k epad a segenap
um atIsl am se rta k e pad a se m ua m ak h l
uk ciptaan Al lah .
Cinta k epad a Al lah sebagai Kh aliq (Pencipta) m engand ung k on-
se k ue nsi h arus cinta juga k e pad a m ak h l uk ciptaan-Nya. Ak an te tapi,
cinta k e pad a m ak h l uk te ntu saja tid ak sam a d e ngan cinta te rh ad ap
sang K h al ik . Pad a prinsipnya, k ita m e ncintai m ak h l uk k are na ia
ad al ah ciptaan Al lah . D al am W ah id iyah , cinta m aupun be nci h arus
d id asari ol eh prinsip lillâh -b illâh buk an lin-nafs-b in-nafs. Cinta k epad a
m ak h l uk h anyal ah m anisfe stasi d ari cinta k e pad a Al lah . M e m ad u-
k an antara cinta k e pad a Al lah se b agai Kh aliq d an cinta k e pad a
m ak h l uk tid ak lah d ipe rbol e h k an. Le bih -l
e bih cinta k e pad a m ak h l
uk
tid ak bol e h m e ngal ah k an cinta k e pad a Sang K h al ik . D al am k aitan
ini Al lah be rfirm an:

Katakanlah (wahai Muhammad), jika bapak-bapak kamu


sekalian, anak-anak kamu, saudara-saudara kamu, suami/istri kamu,
keluarga kamu, harta benda yang kamu sekalian kumpulkan,
perniagaan yang kamu sekalian takut menderita rugi, dan rumah
tempat tinggal yang kamu sekalian senangi, jika semua itu lebih
kamu cintai daripada Allah dan rasul-Nya dan daripada berjuang di

187
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

jalan-Nya maka bersiap-siaplah sampai Allah menurunkan perintah


penyiksaan-Nya dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada
orang-orang fasik (QS. At-Taubah [9]: 24).

Se lain ayat d i atas, R asul ullah juga m e m be rik an pe ne gasan:


“Tid ak lah se m purna im an sal ah satu d ari k am u se k al ian se h ingga
Ak u le bih d icintai d aripad a d irinya se nd iri, h artanya, d an se m au
m anusia” (H R . Buk h ari, Musl im , Ah m ad , Tirm id zi, d an Ibn M ajah ).
D e ngan d e m ik ian, cinta k ita k e pad a d iri k ita se nd iri, k e pad a
orang tua, k e pad a suam i atau istri, d an juga k e pad a k e l uarga, se -
h arusnya sek ad ar h anya sebagai sal ah satu w ujud rasa cinta k ita k epad a
Al lah d an rasul -Nya.
M enurutajaran W ah idiyah , m anifestasi cinta k epad a Al lah dapat
tim buld ari h ati yang se nantiasa m e ne rapk an k onse p lillâh -b illâh ,
lirrasûl-b irrasûl,d an lilgh auts-b ilgh auts, se rta rajin m e l ak uk an m uja-
h ad ah , se rta m e m pe rbanyak tafak k ur, yak ni m e re nungi k e agungan
d an k e be saran Al l
ah ;se rta m e re nungi k e be saran, k e m ul iaan, d an k e -
luh uran b ud i R asul ullah ; se rta m e re nungi te ntang k e ind ah an-
k e ind ah an yang te rd apatpad a se ge nap m ak h l uk Al lah .
Cinta k e pad a Al l
ah d apat be rtam b ah m e nd al am d an m urni
d e ngan cinta pad a rasul -Nya. Cinta pad a rasul -Nya d apat m e njad i
subur antara l ain d e ngan m e m perbanyak m e ngingatnya d i m ana saja
k ita be rad a. Yak ni d e ngan m e m pe rbanyak m e m baca sh al aw at se rta
m em perbaik i d an m eningk atk an h ubungan batin dengan gh auts h âd za
az-zam ân . Caranya, antara l ain, ad alah d e ngan m e m prak tik k an
h aq îq ah al-m utâb a’ah ru’yah al-m atb û’ ‘ind a k ullisyay’in se bagaim ana
te lah d ibah as d i m uk a. Se bab, salah satu w ujud cinta k e pad a se suatu
ad al ah banyak m e nye but nam a yang d icintainya, se pe rti yang d i-
nyatak an ol e h rasul .79

79
Dalam sebuah hadits dinyatakan: “Siapa yang mencintai sesuatu, dia akan banyak
menyebut (mengingat) sesuatu itu” (HR. Dailami). Dalam Hâsyiyah ash-Shâwi …
(juz III, hlm. 41) juga disebutrkan bahwa tidak disebut beriman orang yang tidak
memiliki cinta.

188
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Pengak uan im an d an m ah ab b ah tid ak cuk up h anya d engan per-


nyataan l isan saja, te tapi h arus m e re sap k e d al am h ati d an d iw ujud -
k an d alam tind ak an nyata, baik tind ak an yang be rh ubungan d e ngan
Al lah d an rasul -Nya m aupun yang be rh ub ungan d e ngan se sam a
m ak h luk Al lah . D alam k itab Sirâjath -Th âlib î n d ije l
ask an: “D i surga
tid ak ad a k e nik m atan yang l e bih tinggi d aripad a k e nik m atan orang-
orang ah l i m ah ab b ah d an m a’rifat, d an d i ne rak a tid ak ad a sik sa yang
le bih d ah syat d an l e bih m e nge rik an d aripad a sik sanya orang yang
m e ngak u m ah ab b ah d an m a’rifatte tapi tid ak ad a buk tinya.”
Jik a cinta k e pad a Allah d an rasul -Nya sungguh be nar ad anya
m ak a apa yang d ipe rintah k an ol e h Al lah d an rasul-Nya pasti d e ngan
senang h ati ak an d ijalank annya. Begitupun d engan apa yang d il arang,
te ntu juga ak an d ijauh inya. Am alibad ah nya sungguh -sungguh ik h l as
tanpa pam rih , se nantiasa lillâh d an lirrasul. Ia se l al
u ingat k e pad a
yang d icintai d alam k e ad aan bagaim anapun juga. K e tik a m e ngal am i
m usibah , d ia ak an te tap sabar, rid h a, d an ge m bira ol
e h k are na yang
m e ngujinya ad al ah yang ia cintai, yak ni Al lah .
Ad apun d al am be rm asyarak at, d ia se nantiasa be rak h l ak se pe rti
ak h lak nya Al l ah d an rasul-Nya (tak h alluq b i ak h laq i m ah b ûb ih ). D ia
m e nyayangi apa d an siapa saja yang d ik asih i ol e h k e k asih nya. D ia
bersik ap pem aafd an penyayang, senang m em beri pertol ongan k epad a
siapa saja. Tingk ah l ak unya juga se l alu m e nye nangk an d an m e m -
buah k an m anfaatbagi m asyarak at. Se l alu taw ad h u’ d an ram ah . Ak an
tetapi, k etik a situasi m enuntutnya be rtind ak tegas, d ia ak an be rtind ak
te gas, yak ni d al am m e m be la k e be naran d an k e ad ilan yang d ik e h e n-
d ak i ole h yang ia cintai, yak ni Al lah d an rasul -Nya.
D i antara tand a-tand a cinta secara um um adal ah sifat“cem buru”.
R asa tak ut, re sah , d an k h aw atir ak an m unculjik a ad a orang l ain
yang ik utm e ncintai pih ak yang d icintainya. Ini ad al ah tand a-tand a
cinta antarse sam a m anusia. Ak an te tapi, cinta Al lah d an rasul -Nya
justru m e nuntuth alyang se bal ik nya. R asa tak ut, resah , d an k h aw atir
justru m unculk e tik a m e l ih at orang l ain tid ak cinta k e pad a Al lah
d an rasul -Nya. O l e h k are na itu, ia be rusah a agar orang l ain ik ut

189
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

m encintai Al
lah dan rasul -Nya dan jik a perlu dengan segala pengorban-
an;apa yang ad a pad a d irinya d icurah k an agar orang lain ik utm e n-
cintai All
ah d an rasul-Nya.
Cinta atau m ah ab b ah itu se nd iri d apatd ibe d ak an m enjad i tiga,
yak ni (a) m ah ab b ah sh ifâtiyah , (b) m ah ab b ah fi’liyah , dan (c) m ah ab b ah
d zâtiyah .
Pe rtam a, m ah ab b ah sh ifatiyah ad al ah cinta k are na te rtarik pad a
sifat-sifat d ari pih ak yang d icintainya, se pe rti tam pan, cantik , sim -
patik , lincah , d an pand ai. Cinta se m acam ini m ud ah be rubah d an
h il
ang. Jik a sifat-sifatyang m enjad i d aya tarik itu h il ang atau berubah
m ak a cintanya pun ak an be rubah d an bisa h il ang sam a se k al i, atau
bah k an m ungk in bisa be rbal ik m e njad i be nci.
K e d ua, m ah ab b ah fi’liyah ad al
ah cinta k are na te rtarik pad a
pe k e rjaan, jabatan, atau k ek ayaan pih ak yang dicintai. Cinta sem acam
ini juga tidak ak an l anggeng, m ud ah berubah seperti h al nya m ah ab b ah
sh ifatiyah .
K e tiga, m ah ab b ah d zâtiyah ad al
ah cinta terh ad ap zatatau w ujud
d ari yang d icintai, bagaim anapun k e ad aan d an rupa se rta be ntuk nya.
Inilah cinta se jati.
D al am m ah ab b ah k e pad a Al lâh d an rasul-Nya sud ah seh arusnya
te rk um pulk e tiga m acam cinta te rse but. H alini d apatd itum buh k an
d e ngan cara m e l atih h ati, m e m pe rbanyak tafak k ur, d an m e l ak sana-
k an m ujah ad ah w ah id iyah dengan sungguh -sungguh dan sesuai dengan
bim bingan m uallif-nya. Tafak k ur d al am h alini m e l iputi tafak k ur
te rh ad ap k e ind ah an (jam al), k e agungan (jalal), d an k e se m purnaan
(k am al) Al lah , se rta be rpik ir te ntang k e l
uh uran bud i d an k e m ul iaan
R asul ul lah d an te rh ad ap jasa-jasanya yang sangat be sar d an agung.
D i antara cara m e l
atih m ah ab b ah k e pad a Al lah d an rasul-Nya
ad alah d e ngan cara m e m biasak an m e nge nal i sifat Allah d an rasul -
Nya, berd zik ir, m em baca sh alaw at, d an m encoba untuk sel alu d ek at
dengan yang dicintainya. Sebab, k ebiasaan seperti ini bisa m enum buh -
k an rasa cinta. Cara-cara se pe rti itu d apatd ite rapk an untuk m e l atih

190
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

h ati agar bisa m e num buh k an rasa cinta k e pad a Al lah d an rasul -Nya.
Se m ua m ak h l uk yang ad a d i al am ini ad al ah m il ik Al l
ah d an be rasal
d ari Nur M uh am m ad . O l e h k are na itu, k e tik a k ita m e lih at, m e n-
d e ngar, atau m e rasak an se suatu, se h arusnya k ita l angsung ingat k e -
pad a Al l
ah d an rasul -Nya. Cara d em ik ian ak an d apat m el atih h ati
dal am m e ngh ad api segal a se suatu seh ingga l am a-k el am aan ak an tum -
buh pe rasaan cinta k e pad a Al lah d an rasul -Nya d an ak h irnya ia ak an
betul -betull ebur (tenggel am ) dal am dzatyang dicintainya. D al am k aitan
ini, m uallif Sh al aw at W ah id iyah pe rnah m e ngatak an: “Cinta se jati
ad alah apabil a e ngk au m e njad i le bur k e d alam yang e ngk au cintai.”
D e ngan m ak sud yang sam a, d i d al am Syarah al-H ik am juga d inyata-
k an: “H ak ik at cinta ad al ah se k iranya e ngk au m e l e burk an se luruh
d irim u d e m i untuk orang yang e ngk au cintai se h ingga tid ak ad a
se suatu pun d ari e ngk au yang te rtinggaluntuk d irim u se nd iri.”80

6. H usnuzh ann (Baik Sangk a)


H usn azh -zh ann ad al ah be rbaik sangk a atau be rprasangk a baik
k e pad a Allah d an rasul -Nya, k e pad a orang l ain, d an juga k e pad a
sesam a m ak h luk . Te rh ad ap Allah d an rasul
-Nya k ita bah k an seh arus-
nya buk an h anya be rbaik sangk a (h usn azh -zh ann), m e l aink an juga
h arus h usn al-yaq în (b aik k e yak inan)!
H usn azh -zh ann atau h usn al-yaq î n ini m e njad i k unci bagi be r-
bagai h ik m ah d an fae d ah , se rta m e njad i sum be r bagi be rm acam -
m acam m anfaatd an m ash lah ah . Se bal ik nya, berprasangk a buruk (sû’
azh -zh ann) m enjad i sum ber d ari berm acam -m acam fitnah k erusak an,
m enjad i sum be r m acam -m acam perte ngk aran d an pe rm usuh an, d an
m e rupak an pe nggoncang k e k om pak an d an pe rsatuan. O l e h k are na
itu, k ita h arus se l
alu h usn azh -zh ann k e pad a siapa saja, m e sk i bagai-
m anapun k ead aannya. K ecual i terh ad ap m usuh atau orang yang m en-
curigak an m ak a k ita h arus w aspada, term asuk k epada nafsu k ita send iri
yang m e rupak an m usuh yang pal ing jah at, se pe rti d isabd ak an ol eh

80
Ibn Ibad, Syarh al-Hikam, Juz II, hlm. 63.

191
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

R asulul lah : “Se jah at-jah at m usuh m u ad al


ah nafsum u yang b e rad a
pad a d irim u (H R . Baih aq i d ari Ibn Ab bas).
D engan d e m ik ian, te rh ad ap nafsu yang ad a pad a d iri, k ita h arus
be rsik ap w aspad a, m e sk ipun k e tik a k ita se d ang m e njal
ank an ibad ah
k arena pad a saatitul ah nafsu biasanya m enggunak an be rbagai m acam
cara untuk m e rusak am alibad ah d e ngan m e naburk an racun ujub,
riya, d an tak abur, d e ngan cara yang sangath al us. O rang yang be l um
lillah d an b illâh te ntu ak an sangatm ud ah te rk e na god aan nafsu yang
ak an m e ngh ancurk an am al nya.81
D i dal
am h adits q udsi Al lah berfirm an: “Ak u (Allah ) ad al
ah se suai
d e ngan prasangk a h am b a-K u; jik a h am b ak u b e rprasangk a b aik
m ak a Ak u m e njad i b aik , d an jik a d ia b e rprasangk u b uruk m ak a
Ak u m e njad i b uruk ” (H R . Abu Na’im , At-Tabrani, d an Ib n Asak ir).
Sû’uzh an ad alah k e balik an d ari h usnuzh an, yaitu be rprasangk a
buruk yang te gas-te gas d ilarang ol e h Al lah .82 O rang yang be rsik ap
sû’uzh an se nantiasa l
upa k e pad a Al lah , tid ak sad ar atas q ud rah d an

81
Ada suatu hikayah: Syaikh Junaid al-Baghdadi, waliyullah yang terkenal, pada
suatu hari melihat seorang laki-laki masih muda dan masih kuat badannya
mengemis di muka suatu masjid. Dalam hati Syaikh Junaid timbul suatu angan-
angan: “Sayang orang itu; masih muda dan masih kuat badannya kok pekerjaannya
mengemis; seandainya dia mau bekerja, tentu ia menjadi terhormat”.
Pada malam harinya, Syaikh Junaid terasa berat dalam menjalankan awrâd lailiyah
(amalan di waktu malam) yang sudah menjadi kebiasaannya. Akhirnya dia tertidur,
dan di dalam tidurnya itu dia bermimpi didatangi beberapa orang yang membawa
bungkusan, dan menyerahkan bungkusan tersebut kepada Syaikh Junaid sambil
berkata: “Makanlah daging mentah saudaramu yang kamu prasangkai buruk dalam
hatimu siang tadi”. Setelah dia buka, ternyata isi bungkusan tersebut adalah
gumpalan daging manusia. Syaikh Junaid terkejut dan terbangun. Pagi harinya,
dia mencari pengemis yang dilihatnya kemarin di depan masjid. Setelah bertemu
dengannya, Syaikh Junaid pun meminta maaf.
82
Dalam Al-Qur’an ditegaskan: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, janganlah
kamu mencari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudara-
nya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan ber-
takwalah kepada Allah; sesung-guhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha
Penyayang” (QS. Al-Hujurat [49]: 12).

192
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

irad ah Al
lah , bah w a sem uanya berasald ari Allah sebagaim ana firm an-
Nya: “K atak anlah , segala-gal
anya itu berasald ari All
ah ” (Q S. An-Nisa
[4]: 78).
D al am k aitannya d e ngan sik ap h usnuzh an ini, Im am asy-Syafi’i
m e ngatak an: “Barang siapa yang ingin m e m e rol e h h usnulk h âtim ah
m ak a be r-h usnuzh an-l
ah k e pad a m anusia”.
D ari uraian d i atas d apatl ah d isim pul k an be tapa pe ntingnya
sik ap h usnuzh an. M e sk i d e m ik ian, ad a h alyang pe rl u d ipe rh atik an
bah w a d i sam ping h usnuzh an, k ita juga h arus te tap w aspad a d an
b ijak sana d alam m e nyik api se suatu, te rutam a k e pad a nafsu k ita
se nd iri.

I. M ujah ad ah d al
am W ah id iyah
D al am bah asa Arab, istil ah m ujah ad ah m e rupak an isim (k ata
bend a) berbentuk m ash d ar d ari fi’ilm ad h i (k ata k e rja l am pau) jâh ad a,
d an fi’ilm ud h âri’ (k ata k erja sek arang) yujâh id u. Se d angk an m ash d ar-
nya ad al ah m ujâh ad ah d an jih âd an. K al im at te rse but m e m punyai
banyak arti, baik se cara bah asa m aupun istil ah , antara l ain: (a) perang
fisik , se pe rti firm an Al l
ah : “H ai Nabi, pe rangil ah orang-orang k afir”
(Q S. At-Taub ah [9 ]: 24);(b ) m ujah ad ah be rarti m e m ak sa, se pe rti
d al am firm an Al l
ah : “D an jik a k e d ua orang tuam u m e m ak sa k am u
untuk m e nye k utuk an Ak u d e ngan se suatu yang k am u tid ak m e nge -
tah uinya m ak a janganl ah e ngk au ik uti” (Q S. Al -Ank ab ut [29 ]: 8);
(c) be rsungguh -sungguh m e ncurah k an se gal a k e m am puan, se pe rti
ungk apan be rik ut: Jâh ad a ath -Th âlib fîta’allum ih i (se orang pe l ajar
b e rsungguh -sungguh [m e ncurah k an se gal a k e m am puan] d al am
bel ajarnya);83 d an (d ) m ujâh ad ah b e rarti pe rang m e l aw an nafsu
(m e nund uk k an nafsu), se perti d inyatak an al -Gh azal i: Al-M ujah ad ah
m iftah al-h id ayah la m iftah a lah a siw ah a (m ujah ad ah ad al ah k unci
84
h id ayah , tiad a k unci bagi h id ayah se l ain m ujah d ah ).

83
Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, hlm. 217.
84
Al-Ghazali, Ihyâ’ Ulûm ad-Dîn, juz 1, hlm. 39.

193
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Itul ah bebe rapa m ak na etim ol ogis d ari k ata m ujah ad ah . Ad apun


se cara te rm inologis, ad a be be rapa pe nge rtian atau d e finisi te ntang
m ujah ad ah . D i d alam k itab Jâm i’ al-Ush ûl, m isal nya, d inyaak ana:
“... m e nurut istil ah ah li h ak ik at (m ujah ad ah ) ad al ah m e m e rangi
nafsu am arah b is-sû’ d an m e m b e ri b e b an k e pad anya untuk m e l ak u-
k an se suatu yang b e rat b aginya yang se suai d e ngan aturan syara’
(agam a).”85 D i bagian l ain d ari k itab te rse butjuga d inyatak an bah w a
m ujah ad ah ad al ah m e m b e b ani nafsu untuk m e l ak uk an h al -h al
yang b e rat se cara jasm ani d an m e ngh ind ari k e se nangannya d ari
se gala b id ang.86
Se m e ntara itu, d i d alam se buah h ad its d inyatak an: “Se orang
m ujah id (orang yang be rm ujah ad ah ) ial ah orang yang m e m e rangi
(m e nund uk k an) nafsunya untuk sad ar k epad a Al l
ah ” (H R . Th irm id zi
d an Ibn H ibban d ari Fad l alah bin Ubaid ).
D i d alam Isl am , m ujah ad ah m e rupak an am al an yang sangat
d ianjurk an. Ad a banyak d al ilyang m e nunjuk k an h alte rse but, d i
antaranya ad al ah firm an Al lah : “D an orang-orang yang be rjih ad
(b e rsungguh -sungguh ) m e nuju k e pad a K am i, pasti K am i tunjuk an
m e re k a jal
an K am i” (Q S. Al-Ank ab ut[29 ]: 69 );W ah ai orang-orang
yang be rim an, be rtak w al ah pad a Al lah d an caril
ah w asilah /sarana
(untuk m e nd e k atk an d iri) k e pad a-Nya, be rjih ad l ah d i jalan-Nya
(w ajâh ad û fîsab ilillâh ) supaya k am u se k al ian m e m e rol
e h k e b e r-
untungan” (Q S. Al -M aid ah [5]: 35);d an, “be rsungguh -sungguh l ah
k am u m enuju Al lah (w ajâh ad ûfî llâh ) d engan sebenar-benarnya” (Q S.
Al -H ajj [22]: 78).
K alim at w ajâh ad ûfîllâh d an w ajâh ad ûfîsab î lillâh pad a d ua
ayattersebut, d al
am k itab H âsyiyah ash -Sh âw i d itafsiri sebagai berik ut:

“Berjihadlah di jalan Allah menghadapi musuh-musuhmu yang


nyata (lahiriah) dan yang batin (batiniah). Musuh lahiriah adalah
kelompok-kelompok tersebut dan (orang-orang) kafir. Cara meme-

85
Syaikh an-Nasik Diyauddin, Jâmi’ al-Ushûl…, hlm. 221.
86
Ibid.

194
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

ranginya sudah maklum, dan dinamakan “perang kecil”. Sementara


yang dimaksud musuh batiniah adalah nafsu, kesenangan, dan setan.
Cara memeranginya adalah menahan dari kesenangan-kesenang-
annya sedikit demi sedikit. Dan ini dinamakan “perang yang lebih
besar/berat”.87

Secara um um , ad a banyak h alpositifyang d iperol eh ol eh m erek a


yang te k un b e r-m ujah ad ah , antara l ain: (a) m e m e role h h id ayah
m e nuju sad ar k e pad a Al l
ah , se bagaim ana firm an Al lah d al am Q S.
al-Ank ab ut [29 ] ayat 69 d an juga pe rnyataan al -Gh azal i b ah w a
“m ujah ad ah ad al ah k unci h id ayah , tiad a k unci bagi h id ayah se l ain
m ujah ad ah ;88 (b) m em erole h k ebe runtungan, se bagaim ana d ijel ask an
ole h firm an Al l
ah d alam Q S. al -M aid ah [5] ayat 35; d an (c) m e -
m erol eh k esad aran (m usyah ad ah /m a’rifat) k epada Allah . D alam k aitan
ini, Abu Al i al-D aq aq m e nyatak an: “Barang siapa yang m e ngh iasi
lah iriah nya d e ngan m ujâh ad ah m ak a Al lah ak an m e m pe rb aik i
batiniah nya d e ngan m usyah ad ah (m e nyak sik an Al l
ah ).”
D em ik ianl ah berbagai m anfaatm ujah ad d ah . O l eh k arena begitu
banyak m anfaatbe r-m ujah ad ah m ak a sangatl ah rugi orang yang tid ak
m au m e l ak uk annya d an h anya m e nuruti h aw a nafsunya. Pad ah al
m e ngik uti h aw a nafsu ad al ah bagian d ari k e taatan te rh ad ap se tan.
Ini se pe rti d ije l
ask an d alam k itab Jâm i’ al-Ush ûl: “Se sungguh nya
m e nuruti k e h e nd ak nafsu be rarti taat k e pad a se tan.”89 Pad a bagian
lain d ari k itab te rse but juga d ije l
ask an:

“Jangan ada yang menduga bahwa ma’rifat (sadar kepada


Allah) bisa berhasil dengan membaca kitab-kitab syari’at dan
muthala’ah kitab-kitab ahli tasawuf tanpa disertai mujahadah
dengan melakukan amal-amal shalih. Tanpa berusaha member-
sihkan (kotoran-kotoran) nafsu dan menetralkan jiwa dari kesibuk-
an jasmani maka tidak mungkin dia diberi kesadaran, terbukanya
hati atau musyahadah kepada Allah.” 90

87
Syaikh Ahmad Shawi, Hâsyiyah ash-Shâwi…, hlm. 134.
88
Al-Ghazali, Ihyâ’ Ulûm ad-Dîn, juz 1, hlm. 3.
89
Syaikh an-Nasik Diyauddin, Jâmi’ al-Ushûl…, hlm. 158.
90
Ibid., hlm. 230.

195
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Se m e ntara itu, Abu Ali ad -D aq aq m e nyatak an: “D an k e tah ui-


lah bah w a orang yang pad a perm ul aannya tid ak be r-m ujah ad ah (be r-
singguh -sungguh ) m ak a d ia tid ak ak an m e ne m uk an d alam th ariq ah
91
ini se batang l il
in pun yang m e ne rangi jal an baginya.”

1. M ujah ad ah W ah id iyah
Yang d im ak sud d e ngan m ujah ad ah W ah id iyah ad al ah b e r-
sungguh -sungguh m e m e rangi d an m e nund uk k an h aw a nafsu untuk
d iarah k an pad a k e sad aran fa firr û ila Allâh w a rasûlih , d e ngan
m engam al k an Sh al
aw atW ah id iyah atau bagian d arinya m enurutad ab ,
cara, d an tuntunan yang d ibe rik an ol eh m uallif, K H . Abd oe lM ad jid
M a’roe f, se bagai pe ngh orm atan k e pad a R asulul lah d an se k aligus m e -
rupak an d oa perm oh onan k epada Al lah bagi d iri pribad i d an k eluarga,
baik yang m asih h id up m aupun yang sud ah m eninggald unia, bagi
bangsa d an negara, bagi para pem im pin bangsa d an negara, bagi um at
di seluruh al am d an para pem im pim m erek a, serta bagi sel uruh m ak h -
luk Al lah .
Bagi se m ua orang yang ak an m e l ak uk an m ujah ad ah W ah id iyah
m ak a d ia h arus m e m e nuh i e tik a atau ad ab be r-m ujah ad ah . Ad apun
ad ab (e tik a) be r-m ujah ad ah ad al ah :
a. H arus d ijiw ai pe rasaan lillâh -b illâh , lirrasûl-b irrasûl, lilgh auts-
b ilgh auts.
b . H atinya h ud h ûr (b e rk ose ntrasi) k e pad a Al
lah .
c. Istih d h âr, yak ni m e rasa h ad ir d i h ad apan R asul ullah d an gh auts
h âd z az-zam ân, d e ngan k e tul usan h ati, ta’zh îm , d an m ah ab b ah
se d alam -d alam nya d an se m urni-m urninya.9 2

91
Al-Qusyairi an-Naysaburi, Risâlah al-Qusyairiyyah fi ‘Ilm at-Tasawwuf, (T.tp.:
Dar al-Khair), hlm. 98.
92
Dalam kaitan ini, Imam al-Ghazali mengatakan: “Sebelum kamu mengucapkan
As-Salamu’alika ayyuha an-nabiyyu (pada saat membaca tahiyat) hadirkan pribadi
nabi yang mulia dalam hatimu dan mantapkan harapanmu bahwa salammu sampai
pada beliau dan bahwa beliau menjawabnya dengan jawaban yang lebih tepat.
Lihat Sayyid Syaikh Yusuf an-Nabhani, Sa’âdah ad-Dârain …, hlm. 223.

196
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

d . Tad zallul(m e rasa h ina ak ibatbanyak nya d osa yang d il ak uk an).9 3


e . Tazh allum , yak ni m erasa banyak be rbuatzal im d an d osa te rh ad ap
Al l ah , rasul
-Nya, gh auts, m aupun k epad a sesam a m ak h l uk Al lah .9 4
f. Iftiq âr, yak ni m e rasa sangat b utuh ; butuh te rh ad ap am punan
(m agh firah ), perl ind ungan, d an petunjuk (taufiq -h id ayah ) Al lah ,9 5
butuh te rh ad ap syafa’at-tarb iyah R asul ul l
ah , butuh terh ad ap b ara-
k ah , k aram ah , nad h rah , d an d oa re stu gh auts h âd za az-zam ân,
d an para w al i Al lah yang l ain.
g. D i d al am be rd oa, d i sam ping be rd oa d an m e m oh on untuk d iri
se nd iri d an k e l
uarga, juga h e nd ak nya k ita be rd oa untuk um at
d an m asyarak atse rta bangsa d an ne gara;juga m e nd oak an se m ua
yang ad a h ubungan h ak d e ngan k ita, te rl e bih lagi m e re k a yang
k ita rugik an, baik m oralm aupun m ateriil , baik yang m asih h id up
m aupun yang sud ah m e ninggal . Jik a k ita m au m e ngasih ani d an
m end oak an m erek a niscaya k ita juga ak an d ik asih ani dan did oak an
ol e h para m al aik at. H alitu se pe rti d isabd ak an ol e h R asul ullah :

Sementara itu, dalam Kitab Jâmî’ al-Ushûl dijelaskan: “Hatinya orang yang ârif
billâh itu merupakan hadhratullah dan inderanya sebagai pintu-pintu hadhrah.
Maka barang siapa yang mendekatkan diri kepadanya dengan pendekatan yang
serasi (sesuai) dengan kedudukan dia maka akan terbukalah baginya pintu-pintu
hadhrah (sadar kepada Allah). Lihat Syaikh an-Nasik Diyauddin, Jâmi’ al-Ushûl…,
hlm. 48.
Syaikh Ibrahim at-Tajibi berkata: “Setiap orang yang beriman ketika menyebut
nabi atau ketika namanya disebut, diwajibkan menunduk, memuliakan, dan diam
(tidak bergerak) serta berusaha mengagungkan dan memuliakan sebagaimana
berhadapan langsung serta membayangkan seakan-akan berada di hadapannya,
dan beradab dengan tata krama yang telah diajarkan oleh Allah, yaitu ta’zhîm
(mengagungkan), takrîm (memuliakan), dan seterusnya. Lihat Sayyid Ahmad,
Taqrîb al-Ushûl…, hlm. 156.
93
Dalam kitab Taqrîb al-Ushûl disebutkan: “Menghadap kepada Allah dan rasul-
Nya dengan sungguh-sungguh seraya merasa hina dan meratapi dosa-dosa serta
merasa tidak mempunyai daya dan kekuatan adalah pangkal segala kebaikan
dunia dan akhirat.” Lihat ibid.
94
Dalam QS. Ibrahim [14]: 34 ditegaskan: “Sesungguhnya manusia itu selalu berbuat
zalim dan kufur”.
95
Dalam QS. Muhmmad [47]: 38 ditegaskan: “Allah Mahakaya sedangkan kamu
orang-orang yang membutuhkan-Nya. Dan jika kamu berpaling niscaya Dia
mengganti (kamu) dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan seperti kamu ...”

197
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

“K asih anil ah orang-orang yang ad a d i bum i m ak a e ngk au ak an


d ik asih i m al aik atyang adadi l angit” (H R .Th abrani dan al -H ak im ).9 6
h. Be rk e yak inan bah w a m ujah ad ah /d oanya ak an d ik abul k an. Sebab
d oa d ari orang yang tid ak yak in tid ak ak an d ik abul k an ol e h Al lah ,
se pe rti d isabd ak an ol e h nabi: “Be rd oal ah k e pad a Al l
ah d e ngan
be rk e yak inan bah w a (d oam u) ak an d ik abul k an; d an k e tah uil ah
bah w a Al l
ah tid ak m e ngabul k an d oa d ari h ati orang yang l upa
d an l alai” (H R . At-Turm ud zi d an al -H ak im d ari Abu H urairah ).9 7
i. Bacaan sh al aw atdan doa h endak nya tartil(berurutan) sesuai dengan
m ak h raj, tajw id , d an m ad d (panjang-pe nd e k nya) se rta tand a baca
yang te pat.
j. Gaya, l agu, sik ap, d an cara m el ak sanak an m ujah ad ah supaya sesuai
d e ngan tuntunan d ari m uallif. D al am k aitan ini, ad a bim bingan
k h usus be rupa l e m baran tand a bacaan yang biasanya d isam paik an
d al am k e giatan pe m binaan k e w ah id iyah an.
Se l ain itu, ad a pe rh atian k h usus te ntang gaya, l agu, sik ap,
d an cara m e l ak sanak an m ujah ad ah . Bagi para pe nyiar, pe m bina,
d an terl ebih l agi para im am m ujah ad ah d ianjurk an supaya m em er-
h atik an h al -h alte rse but.9 8
k. Jik a m end apati suatu pengal am an batin, seperti tangis d an je ritan,
apabil a m asih bisa d ik uasai, supaya d im anfaatk an sek uatm ungk in
untuk l e bih m end e k atk an d iri k epad a Al lah d an rasul -Nya. Pe ng-
al am an batin itu tid ak bol e h d iluapk an be gitu saja seh ingga m eng-
ganggu orang-orang yang ad a d i se k itarnya, te rl e bih l agi k e tik a

96
Jalaluddin as-Suyuthi, Al-Jâmi’ ash-Shaghîr ..., juz I, hlm. 38.
97
Ibid., hlm. 83.
98
Sepeninggal muallif, para pengamal, khususnya para imam jama’ah, dianjurkan
dan diajarkan oleh DPP PSW agar berlatih dan membiasakan diri meniru gaya
bacaan muallif, sekalipun kemampuannya masih belum bisa persis, namun setidak-
nya tidak terlalu menyimpang jauh dari standar lagu yang diajarkan olehnya.
Anjuran dan ajaran ini dimaksudkan untuk menjaga orisinalitas ajaran Wahidiyah.
Sepengetahuan penulis, dalam nada mujahadah yang diajarkan oleh muallif,
khususnya pada bait tasyâffu’an dan istighâtsah, terkandung energi psikologis
khas Wahidiyah yang dapat menimbulkan suasana khusyu’ dan tawaddu’. Hal
ini terkait dengan adab bermujahadah yang diajarkan oleh muallif.

198
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

m ujah ad ah dil ak uk an secara berjam aah atau m end engark an k ul iah -


k ul iah W ah id iyah se cara be rsam a-sam a.
l. K e tik a m ujah ad ah d il ak uk an se cara be rjam aah , suara m ak m um
tid ak bol e h m e nd ah ului suara im am d an juga tid ak bol e h te rlalu
jauh te rtinggal . Bacaan d an suara h arus se ragam . Tid ak bol e h te r-
lal u tinggi d ari suara im am ! M inim alsam a atau l e bih re nd ah .
m . Bagi pengam alyang terpak sa tid ak d apatm e nge nd al ik an k erasnya
suara, supaya m e ngam bilte m patd ud uk yang jauh d ari m ik ropon
supaya tid ak m e ngganggu/m e m e ngaruh i orang l ain.
n. K etik a m el aguk an tasyaffu’an, nad a, gaya, d an lagu h arus seragam .
Apabil a m enggunak an pengeras suara m ak a m ik ropon tid ak bol eh
d im onopol i ol
e h satu atau be berapa suara saja. Se m ua suara h arus
te rd e ngar se ragam , k e cual i untuk m e m be rik an aba-aba.

2. Tangis d al
am M ujah ad ah
Tangis d alam pe l ak sanaan m ujah ad ah te rm asuk se bagian d ari
h al-h alyang d ipe rm asal ah k an ole h m asyarak atum um . Se be narnya,
tangis itu send iri term asuk sunnah d an k ebiasaan para rasul , para nabi,
d an para sah abatse rta orang-orang yang d e k atk e pad a Al l
ah . Te rk ait
d engan h alini, ad a banyak d al il
, baik d ari Al
-Q ur’an, al
-h ad its, m au-
pun pe nd apat para ul am a:
D al
ild ari Al
-Q ur’an
a. Firm an Al
lah yang m e ne rangk an tangisnya para nabi d an rasul

“Mereka itu adalah orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah


dari para nabi dari keturunan Adam dan orang orang yang Kami
muat (dalam perahu) bersama Nabi Nuh, dan dari keturunan Nabi
Ibrahim dan Israil, dari orang-orang yang Kami beri petunjuk.

199
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Dan Kami pilih, apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah


Maha Pengasih, mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis” (QS. Maryam [19]: ayat 58).

b. Firm an Al
lah yang m e ne rangk an te ntang tangisnya para sah abat

“Dan mereka menyungkurkan muka sambil menangis dan


mereka bertambah khusyu’” (QS. al-Isra’ (17): ayat 109).

c. Firm an Al
lah yang be risi k e cam an bagi orang yang tid ak m e nangis

“Apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini dan


kamu menertawakan dan tidak menangis, sedangkan kamu
melengahkan” (QS. an-Najm [53]: 59-61).

D al
ild ari al
-H adits
a. Sabd a Nabi Saw .:

“Tidak akan masuk neraka seorang laki-laki (juga perempuan)


yang menangis karena takut kepada Allah sehingga ada air susu
masuk kembali pada kantongnya” (HR. at-Tirmidzi dari Abu
Hurairah).

b . Sabd a Nabi Saw .:

“Kuasailah (jagalah) lisanmu, luaskan rumahmu, dan


tangisilah kesalahanmu” (H.R. at-Turmudzi dari Uqbah bin Amir).

200
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

c. Sabd a Nabi Saw .:

Dua mata yang tidak terkena api neraka: mata yang menangis
karena takut kepada Allah dan mata yang semalaman tidak tidur
karena berjaga dalam perjuangan Allah” (HR. at-Turmudzi dari
Ibn Abas).

d . Sabd a Nabi Saw .:

“Hai manusia, menangislah, apabila kamu tidak bisa menangis


berusahalah untuk bisa menangis” (HR. Abu Daud).

Pendapatpara ul
am a
a. Syaik h D h iyaud d in Ah m ad M usth afa m e nje l
ask an:

Katakanlah bahwa menangis karena takut Allah adalah suatu


pertanda kuat yang menunjukkan takutnya kepada Allah dan con-
dongnya terhadap kehidupan akhirat. Sedang yang mendorong
timbulnya tangis ada dua; takut kepada Allah dan menyesali atas
perbuatan yang berlebihan dan penyalahgunaan yang telah
dilakukan. Namun sebab yang paling kuat menimbulkan tangis
adalah mahabbah (cinta) (kepada Allah dan rasul-Nya-pen.). 99

99
Syekh an-Nasik Dhiyauddin, Jamî‘ al-Ushûl…, hlm. 264.

201
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

b . Syaik h Fud h ailibn Iyad h be rk ata:

Celaka kamu! Saat ini bukan saatnya berbicara, melainkan


saat ini adalah saatnya menangis, ber-depe-depe (menunduk,
mencari ketenangan dan berdoa seperti doanya orang yang teng-
gelam (dalam air). 100

c. Syaik h Ish aq at-Tujibi be rk ata:

Para sahabat Nabi Saw setelah mereka wafat, mereka tiada


menyebut (mengingat) melainkan mereka ber-khusyu’, berkerut
(gemetar) kulitnya dan menangis. Begitu juga sebagian besar
tabi’in. 101

Pada dasarnya, tangis m erupak an fenom ena psik ol ogis, baik k etik a
m asa bayi, m asa k anak -k anak , m asa re m aja, m asa d e w asa, k e tik a
m e njad i orang tua, atau bah k an k e tik a sud ah be rusia tua, se se orang
d apat m e nangis.
M otifasi (d orongan) m e nangis itu d apatterjad i k arena bebe rapa
se bab. Tangisnya bayi m e rupak an bah asa untuk m e m be ritah uk an
k e ad aan d irinya d an apa yang d ibutuh k an: l apar, h aus, bad an te rasa
k otor, te rk e na pipis, atau k are na bad an tid ak e nak (sak it). D al am
sal ah satu h ad its, R asulull
ah m e nyatak an bah w a tangis bayi sam pai
um ur e m pattah un m erupak an istigh far (perm oh onan am punan) atas
d osa k e d ua orang tuanya.

100
Al-Ghazali, Ihyâ’ Ulûm ad-Dîn, Juz III, hlm. 183.
101
Abu al-Fadhl Ayyadh al-Yahshubi, Asy-Syifâ’, (Beirut-Libanon: Dar al-Fikr, 1988
M./1409 H.), hlm. 20.

202
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

O rang yang susah k are na m e ngal am i m usibah atau pe nd e ritaan


yang be rat, atau k are na sak it, k e m atian sanak fam il i, k e h il
angan
k e k asih , k eh il
angan h arta bend a d an sebagainya juga d apatm enangis.
Be gitu juga orang yang te rl al u se nang d an ge m bira, ia d apat m e -
nangis. Te rl al
u tak ut juga d apat m e nangis. D e ngan d e m ik ian, m e -
nangis d apatterjad i dal am situasi d an k ond isi yang berm acam -m acam ,
se lam a pik iran m asih norm al .
D e nga d em ik ian jel
asl
ah bah w a d orongan m enangis d atang d ari
d alam d iri orang yang m e nangis k are na ad anya se ntuh an jiw a atau
ransangan batin. Tangis tid ak d apatd ipak sak an d ari l uar tanpa ad a-
nya se suatu yang m e nye ntuh k e d al am jiw a. Be gitu juga k ita tid ak
d apatm e m ak sa orang yang se d ang m e nangis untuk be rh e nti be gitu
saja. Bagaim anapun usah a k ita, d engan k ek erasan sek al ipun, k ita tid ak
d apatm e nah an orang agar tid ak m e nangis atau supaya be rh e nti m e -
nangis. Tangis itu ak an be rh e nti d e ngan se nd irinya jik a te l
ah d atang
“se suatu” yang m e rangsang jiw anya, yang m e re d ak an k e goncangan
batinnya. Usah a m e nah an tangis d ari l uar d iri h anya se k ad ar m e m -
bantu prose s d atangnya “se suatu” yang m e ne nte ram k an jiw a.
D alam m ujah ad ah W ah id iyah se ring d ijum pai pe ngal am an
orang m e nangis. Banyak d i antara para jam aah yang tid ak d apatm e -
nguasai d iri d ari k e ad aan m e nangis, tid ak m am pu m e nge nd al ik an
tangis sam pai te rd e ngar suara je ritan yang k e ras. Ak an te tapi h arus
d ik e tah ui bah w a tangis yang te rjad i d al am m ujah ad ah W ah id iyah
ad al ah tangis yang be rorientasi (be rh ubungan atau berk aitan) d e ngan
Al l
ah d an rasul -Nya. Tangis d al am W ah id iyah tid ak m e nangisi soal
h arta atau apa saja yang bersifatk e be nd aan (m ateriil ). M otivasi tangis
te rse but, antara l ain, d ise babk an ol e h tiga h al : pertam a, tangis k are na
ad anya sentuh an jiw a yang h al us se h ingga m e rasa pe nuh be rl um uran
d osa, se ring berbuatk ezal im an, atau k arena m e rasa se ring m erugik an
orang l ain d an m asyarak at. Ked ua, tangis k are na m erasa be rd osa: ber-
d osa k e pad a Al lah , k e pad a R asulul lah , te rh ad ap orang tua, anak d an
k eluarga, te rh ad ap guru, d an te rh ad ap pe rjuangan k e sad aran ak an
se ruan Fa firrûila Allâh w a R asûlih . Se l ain itu juga bisa d ise babk an

203
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

k are na se ntuh an batin be rupa syauq (rind u) d an m ah ab b ah (cinta)


yang m e nd al am k e pad a Al l
ah d an R asul ullah . Ketiga, tangis k are na
k agum m e l ih atk e agungan Al lah , sifatjam al(k e ind ah an) d an k am al
(k e se m purnaan) Al lah , d an m ungk in juga k are na h atinya te rse ntuh
m el ih at k asih sayang d an jasa se rta pe ngorbanan R asul ullah k e pad a
um atnya.
Tangis yang ad a h ubungannya d e ngan Al lah ad alah tangis yang
banyak d ilak uk an ol e h para nabi, m ul ai Nabi Ad am h ingga Nabi
M uh am m ad Saw . Nabi Ad am se te l ah d ik e l
uark an d ari surga, te rus
m e nangis m e ratapi d osanya k e pad a Allah , m e nangis k are na ingin
be rtobatuntuk m e m oh on am punan k e pad a Al l
ah .

J. D ana Box d an Z ak atd al


am W ah id iyah
1. K onse p Utam a D ana Box d an Z ak at
D ana b ox m e rupak an “pak e t tarb iyah ” l angsung d ari m uallif
Sh al aw atW ah id iyah (K H . Abd oelM ad jid M a’roef) agar d il
ak sanak an
ol e h se tiap pe ngam alW ah id iyah se cara rutin se tiap h ari m e nurut
k e m am puan, k e sad aran, d an k e ik h l
asan m asing-m asing.
W ah id iyah m em berik an bim bingan prak tis k epad a um atd al am
pene rapan ajaran Isl am , zh âh iran w a b âth inan, syar’an w a h aq î
q atan.
Bim bingan prk atis yang d iajark an W ah id iyah m e l iputi bid ang im an,
k h ususnya soaltauh id , soalk e sad aran k e pad a Al lah d an rasul -Nya,
se rta bid ang Isl am d an ih san d alam segal a bentuk h ubungan m anusia,
baik d al am h ubungannya d e ngan Al lah d an rasul -Nya m aupun yang
b e rh ub ungan d e ngan se sam a m anusia, b ah k an d e ngan se sam a
m ak h luk Al lah .
Beram ald engan h arta d al am bentuk sh ad aq ah /infak /am aljariyah
ad al ah am alsh al e h yang d ianjurk an d al am Islam . Bah k an be rzak at
d iw ajibk an d an m e njad i ruk un Isl
am k e tiga yang h arus d il
ak sanak an
ol e h se tiap m usl
im yang be rk e m am puan. Tind ak an te rse butd im ak -
sud k an untuk m e m e nuh i firm an Al lah : “Be rangk atl
ah (be rjuangl ah )
se k alipun d al am k e ad aan te rasa ringan atau te rasa be rat, d an be r-

204
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

jih ad l
ah d e ngan h arta d an te nagam u d i jal
an Al lah . Yang d e m ik ian
itu ad alah l e bih baik bagim u jik a k am u m e nge tah ui.” Be gitu pul a
pe rintah d an anjuran sh ad aq ah /infak /am aljariyah yang d ise butk an
d alam h ad its-h ad its Nabi M uh am m ad Saw .
Yang d im ak sud be rjih ad d e ngan h arta d al am ayatte rse butad a-
lah be rinfak d i jal an Al lah yang d apat d il ak sanak an d al am be ntuk
zak at, sh ad aq ah , w ak af, d an jariah . O l
e h k arena itu, m uallif Sh alaw at
W ah id iyah m e m be ri bim bingan k e pad a para pe ngam alW ah id iyah
d engan cara-cara yang prak tis, m ud ah , ringan, te rtib, te rarah , e fe k tif,
d an e fisie n d al
am m e l ak sanak an pe rintah Al lah , yaitu d e ngan m e ng-
gunak an siste m d ana b ox.
D ik atak an prak tis k are na bim bingannya tid ak h anya be rsifat
te ore tis-ilm iah , te tapi juga d ibim bing sam pai tingk atprak tik pe l ak -
sanaannya. D ik atak an m ud ah k are na d apat d il ak uk an ol e h se m ua
pe ngam alW ah id iyah : tua-m ud a, l ak i-l
ak i-pe re m puan, b aik d ari
k al angan b e rad a m aupun d ari k al angan yang tid ak atau k urang
m am pu. D ik atak an ringan k arena tid ak ad a pe ngaruh -pengaruh yang
bersifatpak saan, baik pe ngaruh l ah ir m aupun pengaruh yang bersifat
psik ol ogis. Ia b e rsifat suk a re la m e nurut k ad ar k e m am puan d an
k e ik h l
asan m asing-m asing. D ik atak an te rtib k arena d il ak uk an setiap
h ari ol e h m asing-m asing pe ngam alW ah id iyah d i rum ah nya se nd iri-
se nd iri tanpa m e ngganggu pe k e rjaan (k e butuh an) rum ah tangga.
D i sam ping itu juga te rk oord inir d ari tingk at PSW D e sa sam pai
d e ngan D PPPSW .
D ana b ox juga d ik atak an te rarah k are na d al am m e ngisi d ana
b ox te rse but h arus sungguh -sungguh d iarah k an se m ata-m ata h anya
m e ngh arap k e rid h aan Al lah ;d alam istilah d i W ah id iyah h arus d ijiw ai
ol e h lillâh -b illâh , lirrasûl-b irrasûl,lilgh auts-b ilgh auts!Selain itu, d ana
b ox d iarah k an untuk m e nunjang pe rjuangan d i jal an Al l
ah , yaitu
pe rjuangan k e sad aran fa firrûila Allâh w a rasûlih , suatu pe rjuangan
untuk m e m bebask an um atm anusia d ari be l e nggu k e m usyrik an yang
m e nye satk an, m e m be bask an m anusia d ari ce ngk e ram an h aw a nafsu
yang m e nye re t k e pad a k e h ancuran d an k e binasaan d i d unia d an d i

205
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

ak h irat. D ik atak an e fe k tif k are na d ana b ox te pat pad a sasaran yang


d ituju d an je l as arah pe nggunaannya, yak ni untuk pe rjuangan
W ah id iyah . Se d angk an d ik atak an e fisie n k are na d e ngan biaya d an
te naga yang te rse d ia d an ringan ak an m e m e rol e h h asilyang m e l
im -
pah , te rutam a d i sisi Al l
ah d an rasul -Nya.
Ad apun m uncul nya d ana b ox d id asark an pad a firm an Al
lah d an
juga h ad its R asul ul lah yang m e nganjurk an k e pad a se m ua orang
untuk be rinfak d an be rsad aq ah ;ad anya h ik m ah yang ak an d ipe rol eh
bagi m erek a yang m au berinfak d an bersad aq ah , serta ad anya ancam an
bagi m e re k a yang tid ak m au m e nafk ah k an h artanya.
D i antara firm an Al lah yang m e njad i d asar ad anya d ana b ox
ad al ah : “Be rangk atlah (b e rjuang) se k al ipun d al am k e ad aan te rasa
ringan atau te rasa be rat, d an be rjih ad lah d e ngan h arta d an te nagam u
d i jalan Allah . Yang d e m ik ian itu ad al
ah l ebih baik bagim u jik a k am u
m engetah ui” (Q S. At-Taub ah [9 ]: 41);” d an “H ai orang-orang yang
be rim an, d e rm ak anl ah se bagian d ari rizk i yang K am i be rik an k e -
pad am u se be l um d atangnya suatu h ari yang tiad a l agi jualbe l i, tiad a
lagi pe rsah abatan d an pe rtol ongan” (Q S. Al -Baq arah [2]: 254).
Se tiap h ari, bah k an se tiap saat, k ita se l
alu m ene rim a pe m be rian
(rizk i) d ari Allah . D e ngan ayatte rse but, d apatd ipah am i bah w a k ita
se tiap h ari h arus m e nd e rm ak an se bagian d ari rizk i yang k ita te rim a.
D al am h alini, siste m d ana b ox m e rupak an cara yang l e bih ringan
d an m ud ah untuk d igunak an.
Se l ain ayat Al -Q ur’an, k onse p d ana b ox juga d id asark an pad a
h ad its nabi: “D ari Sayyid ina H asan, R asul ul lah bersabd a: “Be nte ngi-
lah h artam u d engan berzak at, obatil ah orang-orang yang sak itd engan
be rse d e k ah , d an h ad apil
ah ge jolak bal ak d e ngan b e rd oa d an m e rasa
re nd ah (h ina) d i h ad apan Al lah ” (H .R . Abu D aud ).
H ad its nabi yang l ain yang juga m enganjurk an agar um atIsl am
banyak be rsh ad ak ah d an be rinfak ad al ah : “Tak utl
ah (h ind arilah ) api
ne rak a, se k al
ipun h anya d e ngan se d e k ah se paro biji k urm a. Barang
siapa tid ak m e m il ik inya m ak a d e ngan ucapan yang bagus (H .R .
Ah m ad ).

206
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

Sel ain ayatAl -Q ur’an d an juga h ad its nabi, k ita juga m e njum pai
anjuran be rinfak d an be rsad aq ah d ari para sah abat. Sayyid ina Al i,
m isalnya, pernah be rk ata: “Pad a zam an ak h ir agam a tid ak bisa be rd iri
te gak k e cuali d e ngan h arta.”
H alini m e ngand ung arti bah w a d i ak h ir zam an se pe rti saatini
se tiap orang h arus m em il
ik i h arta (uang/m ate ri) agar d apatm ene gak -
k an agam anya. Pe rjuangan W ah id iyah m em punyai m isi m e ne gak k an
k e m urnian ajaran Isl am pad a ak h ir zam an, baik d i bid ang syari’at
m aupun b id ang h aq iq at, yang se cara otom atis m e m butuh k an be r-
bagai m acam penunjang d em i k el ancaran perjuangan tersebut. Sem ua
itu m e njad i tanggung jaw ab be rsam a bagi se l uruh pe ngam al nya.
Lantas m e ngapa d ana b ox h arus d il ak uk an se cara rutin. H al
te rse b utd id asark an pad a ayatAl -Q ur’an d an juga h ad its nabi. Ad a-
pun ayatAl -Q ur’an yang d im ak sud ad al ah : “M erek a yang m enderm a-
k an h artanya se tiap m al am d an h ari d e ngan sam ar atau te rang-
te rangan m ak a baginyal ah pah al a d i sisi Tuh an m e re k a d an m e re k a
tidak ak an m engal am i k ek h aw atiran d an k esusah an” (Q S. Al -Baq arah
[2]: 274). Se d angk an h ad its nabi yang d im ak sud ad al ah : “Am alpe r-
b uatan yang pal ing d isuk ai ol e h R asul ul l
ah ad al ah yang rutin
(k ontinu) m e sk ipun se d ik it” (H .R . At-Turm ud zi). Juga h ad its nabi:
“Se ge ra be rse d e k ah l
ah se tiap pagi k are na se sungguh nya bal ak itu
tid ak ak an m e l angk ah i se d e k ah ” (H .R . Baih aq i).
H ad its R asulullah yang l ain m e nyatak an: Se tiap pagi ad a d ua
m al aik atyang m end oak an h am ba-h am ba Al lah ;salah satunya berd oa:
“Ya Al lah orang yang berinfak pad a h ari ini berilah ganti”, d an satunya
lagi b e rd oa: “Ya Al l
ah orang yang tid ak m au be rinfak pad a h ari ini
be rilah k e rusak an” (H .R . Buk h ari d an M uslim ).
Se l
ain ad anya pe rintah d an juga anjuran d ari Al lah d an rasul -
Nya untuk be rinfak d an be rsh ad aq ah , k onse p d ana b ox juga d id asar-
k an pad a ad anya jam inan te rh ad ap orang yang m au be rinfak d an
be rsh ad aq ah . Al
lah te l
ah m e njanjik an anuge rah yang tiad a band ing-
annya te rh ad ap orang yang m au m e nge l uark an se bagian h artanya
untuk be rinfak d an besh ad aq ah , d i antaranya: “Perum pam aan (infak

207
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

yang d ik e l
uark an) ol
e h orang-orang yang m e nginfak k an h artanya d i
jalan Al lah ad alah se rupa d e ngan se b utir be nih yang m e num buh -
k an tujuh butir, pad a tiap-tiap butirnya ad a se ratus biji. D an Al lah
m elipatgand ak an (pah al a) bagi siapa yang D ia k e h e nd ak i. D an Al
lah
M ah a Luas (k arunia-Nya) l agi M ah a M e nge tah ui.”
D i d al am h ad its nabi juga ad a jam inan bagi orang yang m au
m e nafk ah k an h artanya, d i antaranya: “Barang siapa be rinfak d i jal
an
Allah m ak a baginya d itul isk an (pah al
a) tujuh ratus k alil
ipat (H .R .
Ah m ad , at-Tirm id zi, d an an-Nasai).
D i sisi l
ain ad a ancam an bagi orang yang tid ak m au m e nafk ah -
k an h artanya. D al am h alini Al lah berfirm an: “D an orang-orang yang
m e nyim pan e m as d an pe rak (h arta k e k ayaan) d an tid ak m e nafk ah -
k annya d i jal an Al lah m ak a be ritah uk anl ah k e pad a m e re k a (b ah w a
m e re k a ak an m e ngal am i) sik saan yang pe d ih ” (Q S. at-Taub ah [9 ]:
34);“Pad a h ari d ipanask an e m as d an pe rak itu d al am ne rak a jah an-
nam , l alu d ibak ar d e ngannya d ah i, l am bung, d an pinggang m e rak a
(sam bild ik atak an) k epad a m erek a: “Inil ah h arta bend am u yang k am u
sim pan untuk d irim u se nd iri ol e h sebab itu rasak anlah se k arang (ak i-
bat d ari) apa yang k am u sim pan itu” (Q S. at-Taub ah [9 ]: 35).
Se m e ntara itu, R asulullah juga m e nge cam orang yang tid ak
m au be rinfak . D al am se buah h ad its d inyatak an: “Tiad a orang yang
m e m punyai h arta yang tid ak d izak ati k e cual i d ia ak an d ibak ar d i
atas h artanya itu d i d al am ne rak a jah anam . H artanya itu ak an d i-
jad ik an se m acam se trik a untuk m e nye trik a k e d ua l
am bung d an k e -
ningnya sam pai Al lah m e ngh ak im i d i antara h am ba-h am ba-Nya d i
suatu h ari yang uk uran (h ari d unia) sam a d e ngan l im a pul uh ribu
tah un (pe r h arinya). K e m ud ian se te l ah itu baru d ik e tah ui d ia k e
surga atauk ah k e ne rak a” (H .R . Im am M usl im ).
D i te m pat l ain, R asul ullah juga m e nyatak an: “O rang yang
d e rm aw an itu d e k atk e pad a Al
lah , d e k atk e pad a m anusia (d ise nangi
m asyarak at), d e k atd ari surga d an jauh d ari ne rak a. Sed angk an orang
yang b ak h il(pe l it) ak an jauh d ari Al lah , jauh d ari m anusia (tid ak
d ise nangi m asyarak at), jauh d ari surga d an d e k at d e ngan ne rak a.

208
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

O rang bod oh nam un d e rm aw an l


e bih d icintai ol
e h Al
lah d aripad a
ah l
i ib ad ah te tapi b ak h il
.”
D engan m e m erh atik an ayatAl -Q ur’an d an h ad its d i atas, d apat
d ipah am i be tapa be sar k e cam an d an ancam an Al l
ah te rh ad ap orang
yang e nggan m e nge l uark an zak atd ari h artanya d an e nggan be rinfak
atau b e rsh ad aq ah d i jalan Al lah . M e re k a d ianggap be l um se m purna
pe ngabd iaannya. M ere k a ak an m engal am i sik sa yang pe d ih d an h arta
yang m e re k a sim pan (tim bun) ak an m e nyik sanya. Se m ak in b anyak
h arta yang d isim pan m ak a se m ak in banyak pul a sik saannya d an
sem ak in ped ih pul a azab yang m enim panya. Bah k an yang l ebih parah
lagi ad alah m e rek a d icap sebagai orang yang bak h ilse h ingga m e njad i
jauh d ari Al lah , jauh d ari m anusia (tid ak d isenangi m asyarak at), jauh
d ari surga, d an d e k atk e ne rak a. Singk atnya, orang yang e nggan be r-
sh ad aq ah /be rinfak ak an d im asuk k an k e d al am ne rak a se pe rti sabd a
nabi: “O rang yang pe l it tid ak bisa m asuk surga se k al ipun d ia ah l i
be rtapa.”
Se balik nya, orang yang ge m ar bersh aq ah ak an m end apatjam in-
an anugerah atau k enik m atan yang sangatbesar d ari Al lah , k e nik m at-
an yang tid ak d apatd inil ai h arganya, tid ak d apatd ih itung, tid ak dapat
d iband ingk an d e ngan se l uruh d unia d an se m ua isinya. O l e h k are na
itul ah , m uallif Sh alaw atW ah id iyah (K H . M a’roe f) se lalu m enganjur-
k an k e pad a se luruh pe ngam alSh al aw at W ah id iyah untuk ik ut be r-
juang d e ngan h arta d an te naganya, baik l ah ir m aupun batin. D i
antara sh ad aq ah atau infak yang sangat m ud ah untuk d il ak uk an
ad al ah d engan m el alui d ana b ox secara rutin setiap h ari, sesuai d engan
k e m am puan d an k e sad aran se tiap orang.

2. H ik m ah /M anfaatD ana Box


K onse p d ana b ox yang ad a d al
am W ah id iyah m e m il
ik i banyak
m anfaat, d i antaranya:
a. Se cara rutin m e nd e rm ak an d an m e ngik utse rtak an se bagian rizk i
yang d ite rim a d ari Allah untuk pe rjuangan W ah id iyah d an m e -
re al
isasik an rasa syuk ur k e pad a Al
lah d an rasul -Nya atas k arunia

209
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

yang te l ah d ite rim a be rupa Sh al aw at W ah id iyah d an ajarannya.


D e ngan d e m ik ian, rizk i yang d itinggal k an ak an d ibe ri tam bah an
be rk ah ol e h Al lah .
b. D engan m engisi d ana b ox se tiap h ari se cara tertib, pend erm a m en-
jad i te rlatih m e nabung d an sam a se k al i tid ak ad a rasa be rat ol eh
k are na h anya se k ad ar uang l im a pul uh atau se ratus rupiah .
D e ngan d e m ik ian, k eik h l asan d al am berinfak bisa l e bih terjam in.
c. Be rsh ad aq ah se d ik itse tiap h ari d e ngan te rtib le bih baik d aripad a
sh ad aq ah b anyak nam un d il ak uk an se bul an se k al i. Sh ad aq ah
se d ik it te tapi d e ngan ik h las itu le bih baik d an l e bih be rm anfaat
d aripad a sh ad aq ah banyak nam un tid ak atau k urang ik h l as.
d. D e ngan m e ngisi d ana b ox se tiap h ari b e rarti se tiap h ari ingat
k e pad a pe rjuangan Fa firrûila Allâh i w a rasûlih , d an juga se tiap
h ari m e ne rim a pancaran nad h rah k h usus d ari m uallif Sh al aw at
W ah id iyah , K H . Abd oe lM ad jid M a’roe f. Se d ang ingat(pe rh ati-
an) k e pad a pe rjuangan itu d apat m e rangsang h ati untuk ingat
k e pad a Al l ah d an rasul -Nya. Ingat k e pad a Al l ah d an rasul -Nya
m erupak an zik ir, d an zik ir itu term asuk ibad ah . D engan dem ik ian,
se k urang-k urangnya, ad a d ua m acam pah al a yang d ipe rol e h oleh
pe ngisi d ana b ox se tiap h ari: (1) pah al a infak d an (2) pah al a
berzik ir k epad a Al l
ah . Mungk in juga h alitu term asuk orang berad a
d alam k ate gori h ad its nab i: “Ad a orang b e rtany a k e pad a
R asul ullah : “Siapa orang yang pal ing baik ?” R asulm e njaw ab:
“Sebaik -baik m anusia ial ah seorang m uk m in yang berjuang di jal an
Al lah d engan te naga dan h arta bendanya”(H R . Buk h ari d ari Abu
Sa’id al -K h udzri).
e. H asild ana b ox d igunak an untuk k e pe rl uan pe rjuangan m e m pe r-
baik i m e ntalum at d an m asyarak at. D e ngan d e m ik ian, m e ngisi
d ana b ox, se k al ipun h anya d e ngan l im a pul uh atau se ratus rupiah
se tiap h ari, be rarti ik ut and ild al am be rjuang d i jal an Al l
ah d an
m ungk in ak an te rm asuk orang yang ak an d e k atd e ngan Al l
ah d i
ak h irat nanti, se pe rti d isabd ak an nabi: “Sungguh be rbah agial ah
orang-orang yang be rjuang m e m pe rbaik i k e ad aan d i antara para

210
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

m anusia. M e re k a itul ah yang be sok d i h ari k iam at m e ne m pati


te m pat yang d e k at k e pad a Al lah ”.
f. Se tiap h ari Al l
ah m e nugask an m al aik at untuk m e ncatat am al -
am alk e baik an h am ba-Nya. Se te l ah se l e sai be rtugas m al aik atte r-
se butk e m bal i m asuk k e BaitulM ak m ur d an tid ak ak an k e m bal i
sel am a-l am anya. O l e h k are na itu, barang siapa tid ak be rsh ad aq ah
setiap h arinya m ak a dia tid ak punya catatan am alk ebagusan h arian.
Se l ain itu, se tiap h ari m al aik atte rse butak an m e nd oak an k e pad a
orang yang be rsh ad aq ah agar d ibe ri ganti yang l e bih baik d an
m e nd oak an d ibe ri k e rusak an bagi yang tid ak be rse d e k ah pad a
h ari itu.
g. D ana b ox d apat d iisi d e ngan se l ain uang, bah k an d apat be rupa
tiupan Fa firrûila Allah ... atau yang l ainnya. O l e h k are na itu,
jik a terpak sa tid ak ad a uang untuk d iisik an k e d al am nya, cuk upl ah
d ib acak an Bism illâh i ar - rah m ân i ar - rah î m i, Yâ Sayyid îyâ
R asûlallâh ” 3X d an Fa firrûila Allâh 3X d e ngan d isertai niatlillâh -
b illâh , lirrasûl-b irrasûl,d an lilgh auts-b ilgh auts.
h. D ana b ox jik a d igunak an untuk m e nce tak Lem b aran Sh alaw at
W ah id iyah ; d e ngan rid h a Al lah orang yang be rd e rm a untuk itu
ak an senantiasa d iberi am punan ol eh -Nya, sel am a tul isan sh alaw at
te rse butm asih ad a. Te rl e bih l agi jik a sh al aw atitu d iam al k an ol eh
orang l ain, ia se nantiasa m e m e rol e h k irim an rah m at d ari Al lah .
Te rk ait d e ngan h alini, R asul ullah be rsabd a: “Barang siapa yang
m e nul is sh alaw at untuk k u d i d al am k itab m ak a para m al aik at
tiad a h e nti-h e ntinya m e m oh onk an am punan (m agh firah ) bagi
orang itu se l am a nam ak u m asih te rtul is d i d alam k itab te rse but”.
i. Se tiap h ari d apat m e ngirim d oa (m e l al ui sum bangan yang d i-
berik an l ew atd ana b ox) k epad a k el uarganya yang sud ah m eninggal
d unia.
j. Se k al ipun uang yang d isum bangk an k e d ana b ox h anya se d ik it,
ia ak an be rk ata: (a) ak u ad al ah uang k e cilyang k am u be sark an;
(b) ak u te rsia-sia, nam un k am u agungk an d i sisi Al lah ; d an (c)
d ah ul u k am u m e njagak u, nam un se k arang ak u m e njagam u.

211
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

k . D ana b ox ak an m e m pe re rat h ubungan antarpe ngam alSh al aw at


W ah id iyah atau antara pe ngam ald e ngan PSW -nya.
Lantas bagaim ana pe l ak sanaan d ana b ox?D i d al am ajaran
W ah id iyah terd apatk ete ntuan d an juga tata cara atau pe tunjuk pelak -
sanaan d ana b ox. Ad apun k e te ntuan be r-d ana b ox ad al ah se bagai
be rik ut:
a. D ana b ox d il ak uk an ol e h se tiap pe ngam al , baik yang d ud uk d i
jajaran PSW d i se m ua tingk atan m aupun yang tid ak . O l e h k arena
d ana b ox m e rupak an suatu pak e t bim bingan d ari m uallif m ak a
d iupayak an jangan sam pai ad a pe ngam alSh al aw at W ah id iyah
yang tid ak be r-d ana b ox.
b . Pe ngisian d ana b ox h e nd ak l ah tid ak d ik aitk an d e ngan pe m be rian
d ana l ainnya. Se orang pe juang W ah id iyah , m isal nya, ole h k are na
d ia sud ah m e nyum bang se jum l ah uang untuk pe rjuangan W ah i-
d iyah l antas d ia tid ak m au m e nyum bang l e w at d ana b ox. H al
se pe rti itu tid ak lah d ibe nark an.
c. Se ge nap pe rsonilPSW d i se m ua tingk atan se h arusnya m e njad i
sponsor (contoh ) bagi pe ngam all ainnya.
d . M e ngingat be gitu be sar nil ainya d ana b ox m ak a bagi siapa saja
yang m e ne rim a tugas m e ngurusnya supaya be nar-be nar am anah
(d apat d ipe rcaya) d an be rtanggung jaw ab d i h ad apan Al lah d an
rasul -Nya, se rta gh auts h âd za az-zam ân, d i d unia d an ak h irat.
H e nd ak l ah d ia tid ak sek al i-k ali m enyal ah gunak an d ana b ox untuk
se suatu yang buk an te m pat pe nggunaannya, se k e cilapa pun.
Se d angk an tata cara atau pe tunjuk pel ak sanaan d ana b ox ad al ah
se bagai be rik ut:
a. D i se tiap rum ah pengam alsupaya d ise d iak an k otak d ana b ox satu
buah atau be be rapa k otak se jum l ah pe ngam ald i rum ah te rse but
(m isal nya: b apak /ib u/anak -anak nya m e m il ik i k otak se nd iri-
se nd iri). K otak d ana b ox bol e h te rbuat d ari k ayu, atau k ale ng
be k as, atau bam bu yang d il obangi.

212
Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

K otak d ana b ox d ibe ri tand a d ana b ox d an d il e tak k an d i te m pat


yang m ud ah d ijangk au d an juga m ud ah d il ih at se rta am an d ari
gangguan anak k e cil .
b. Se tiap pe ngam ald i suatu rum ah (l ak i-l
ak i, pe re m puan, re m aja,
d an k anak -k anak ) d ianjurk an m e ngisi d ana b ox se tiap h ari m e -
nurutk ond isi k em am puan d an situasi m asing-m asing (tid ak m esti
h arus sam a se tiap h arinya); m isal nya: R p.100,- , R p.200,-,
R p.500,-, R p.1.000,- atau l e bih be sar l
agi.
c. Se lain be rupa uang, d ana b ox d apat juga d iisi d e ngan barang;
m isal nya: se se nd ok be ras, se cangk ir gabah , se butir k e l apa, atau
se batang rok ok . Pad a saatak an d isetork an, barang-barang te rsebut
d ituk ar d e ngan uang se nil ai h arganya.
d. Se be lum pe ngam alm e m asuk k an d ana k e d al am b ox, h e nd ak l ah
le bih d ah ul u ia m e m baca:
Bism illâh i ar-rah m âni ar-rah î mi (1 X)
Yâ sayyid îyâ rasûlallâh (3 X)
Fa firrûila Allâh (3 X)
Se te l
ah itu, ruh bacaan te rse butd itiupk an pad a uang atau barang
yang ak an d im asuk k an k e d al am k otak d ana b ox d e ngan niat,
m isal nya, k irim d oa bagi k el uarganya yang sud ah m eninggald unia
… (d ise butk an nam anya).
e. Jik a suatu h ari pe ngam alte rl upa atau tid ak se m patm e ngisi d ana
b ox, se baik nya d ia m e nggantinya pad a k e se m patan h ari be rik ut-
nya.
f. Be sar-k e cilnya uang yang d isum bangk an tid ak ad a batasan te r-
te ntu. M asing-m asing pe ngam ald apat m e m buatuk uran se nd iri
se suai d e ngan k e m am puan sosiale k onom inya, yang se k iranya
d apat d ilak uk an se cara rutin tanpa ad a pe rasaan be rat.
D e ngan d e m ik ian, bagi pe ngam alyang te rgol ong be rad a se cara
sosiald an ek onom i (berpengh asil an) banyak m ak a h end ak l ah tidak
m e nyam ak an d irinya d e ngan orang yang k urang m am pu (b e r-
pe ngh asil an k e cil
/re nd ah ) d i d alam m e m be rik an d ana b ox.

213
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

g. Aturan prose d ur pe m bagian d an ad m inistrasi d ana b ox h arus


m e ngik uti k e te ntuan yang be rl
ak u d ari D PPPSW .

214
4
PENGALAMAN KEBERAGAMAAN
MASYARAKAT WAHIDIYAH

A. Pola H ub ungan M uallif – Murid – Pe ngam alSh al


aw at
W ah id iyah
1. Pol
a H ub ungan M uallif – Murid – Pe ngam al
W ah id iyah m e m punyai ciri k h as d i d al
am m el ak uk an pem bim -
bingan ruh ani. Ciri k h as yang m e m be d ak annya d ari al iran tare k at
(tasaw uf) l ain te rl e tak pad a pe nggunaan pol a h ub ungan antara
m ursyid d an m urid . M ursyid ad al ah se orang pe m angk u jabatan spiri-
tuald al am tare k atyang be rw e nang m e m be rik an pe tunjuk jal an bagi
pe rjalanan (sulûk ) ruh aniah sang m urid . Se d angk an m urid ad al ah
orang yang m e l ak uk an pe rjal anan ruh ani d al am b im b ingan atau
pe tunjuk sang m ursyid . Se cara organisasi, jab atan m ursyid d apat
be rganti d ari se orang m ursyid k e m ursyid yang l ain. Pe rgantian ini
d il
ak uk an apabil a te rjad i h al
-h alyang m e nye babk an k e m e stian pe r-
gantian, se pe rti m e ninggald unia atau se bab l ainnya. Ak an te tapi,
pol a h ubungan bim bingan ruh aniah yang d e m ik ian tid ak be rl ak u
d alam W ah id iyah .
D alam W ah id iyah , h ubungan antara m ursyid d engan m urid atau
antara m uallif d engan pengam alad al ah seperti h ubungan antara guru
d e ngan m urid se bagaim ana l ayak nya. Se m ua pe ngam alW ah id iyah ,
d ari m ana pun d an d ari gol ongan apa pun, se m uanya ad alah m urid

215
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

m uallif Sh al
aw at W ah id iyah , K H . Abd oe lM ad jid M a’roe f. M e re k a
yang ik ut ak tif d al
am pe rjuangan W ah id iyah d ise but ol e h m uallif
se bagai “orang yang ak an se nantiasa be rsam ak u sam pai h ari k iam at”
(m an m a’âna ‘alaih â ilâ yaum al-q iyâm ah ’). Bah k an, se m ua pengam al
W ah id iyah d iangk at se b agai w ak ilm uallif. Ini m e rupak an rasa
tanggung jaw abnya d al am pe rjuangan Fa firrûila Allâh i w a R asûlih i
Saw . (W asiat, 9 M e i 19 86).
D al am ajaran W ah id iyah , ad a syarat-syarat yang cuk up be rat
d an h arus d ipe nuh i ol e h se orang m urid m aupun guru. Guru h ak ik i
m e m il ik i k e w ajib an m e m b ina m urid nya untuk b isa w ush ûlse -
bagaim ana R asul ullah m e m bina Abu Bak ar ash -Sh id d iq . R asul
ullah
pe rnah m e nyatak an: “Se m ua yang d ituangk an ol e h Al lah k e d al
am
d ad ak u, l angsung ak u tuangk an k e d al am d ad a Abu Bak ar.”1
M uallif Sh alaw at W ah id iyah , K H . Abd oe lM ad jid M a’roe f,
m e ngajark an bah w a d al am organisasi W ah id iyah tid ak ad a istil ah
guru d an m urid . Ini se cara e tis d apat d ipah am i, d an m e nunjuk k an
k etaw adh u’an m uallif untuk m em berik an pel ajaran k epad a para peng-
am alagar senantiasa tad zallul(m e rend ah k an d iri), d an buk an sebal ik -
nya.
Guru yang k âm il-m uk am m ilad al ah guru yang m am pu m e m -
buk a h ati sang m urid d an m e ngantark annya w ush ûl(sad ar) k e pad a
Al lah , w alaupun d ari te m pat yang jauh . Para pe ngam alW ah id iyah
m eyak ini bah w a m uallif Sh alaw atW ah id iyah d iberi h ak untuk m em -
bangunk an m urid yang m asih tid ur, m e sk ipun si m urid be rad a d i
te m patyang jauh d an be l um pe rnah berte m u d e ngan pribad i m uallif
se cara l ah iriah . D al
am k e yak inan m e re k a, m uallif juga d ibe ri h ak
untuk m e nje bolanâniyah (e goism e /k e ak uan) sang m urid d ari jarak
jauh . Bah k an, m uallif juga te l
ah m e rom bak m e ntalm asyarak atyang
syirik (m e nye k utuk an Tuh an) m e njad i sad ar b illâh , m asyarak atyang
k ufur nik m atm e njad i m au m e nsyuk uri nik m atyang d ibe rik an ol eh
1
Sayyid Ahmad bin Sayyid Zaini Dakhlan, Taqrîb al-Ushûl li Tashîl al-Ushûl fî
Ma’rifah ar-Rabb wa ar-Rasûl, (Mesir: Musthafa al-Babi al-Halabi wa Auladuh,
1349 H.).

216
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

Al lah . Se l
ain itu, d ia juga d ibe ri h ak m e nge nd al
ik an d an m e nge re m
k e rusak an m e ntalm asyarak at. Le bih d ari itu, m uallif juga d ibe ri h ak
untuk m e m pe rbaik i, m e ngangk at, d an m e ngarah k an k ond isi sosial
e k onom i m asyarak at, te rutam a d i k al angan m asyarak at pe ngam al
W ah id iyah yang m e ngal am i k e sul itan h id up.
M uallif Sh al aw at W ah id iyah pe rnah b e rk ata: “Jangank an
m e njad i guru, m e njad i m urid saja saya be lum m e m e nuh i syarat.”
Ini m e m be ri pe l
ajaran bah w a be tapa be ratnya syarat-syaratm e njad i
m urid yang be nar, antara l ain h arus pasrah se cara totalk e pad a guru-
nya, se pe rti ungk apan: “Se orang m urid te rh ad ap guru h arus se pe rti
m ayit d i baw ah k e d ua tangan orang yang m e m and ik annya.”
Pe nge rtian k e taatan se orang m urid d al am ungk apan d i atas
sangatl ah l
uas, te rm asuk m e ne rim a d an m e njal ank an apa saja yang
te l
ah d iajark an d an d igarisk an ol e h sang guru. D al am W ah id iyah ,
pe ngam ald iajark an untuk be rsik ap sam ’an w a th â’atan (m e nd e ngar-
k an d an m e m atuh i) d an k onse k ue n m e njalank an apa saja yang te lah
d iajark an d an d ite ntuk an ole h m uallif, baik yang be rupa sh al aw at
d an ajaran W ah id iyah m aupun k e l e m b agaan Pe nyiar Sh al aw at
W ah id iyah (PSW ) yang d ibe ntuk se nd iri ol e h m uallif. Le m baga ini
be rfungsi m e ngatur k e bijak sanaan d an se k al igus m e m im pin pe l
ak -
sanaan d i bid ang pe ngam al an, pe nyiaran, pe m binaan, pe nd id ik an,
d an sarana l ain yang d ibutuh k an d i d al am pe rjuangan W ah id iyah .
Sel anjutnya, d i d al
am W ah id iyah juga d ite k ank an bah w a barang
siapa yang m e ngubah , m e nam bah , m e ngurangi, atau tid ak m e ng-
ind ah k an k e te ntuan yang ad a, te rl
e bih l
agi m e nyim pang atau m e ng-
ingk arinya m ak a ia ak an d ianggap te rje rum us k e d al am sik ap sû‘ul-
ad ab (pe ril ak u buruk ) d an te rm asuk ’uq ûq al-ustâd z (m e nd urh ak ai
guru), se bagaim ana ajaran d ari m asyâyik h ash -sh ûfiyah (para syaik h
tasaw uf). M e nurut para syaik h tasaw uf, m e nd urh ak ai guru d inil ai
se bagai d osa yang tid ak te robati.2

2
Syaikh an-Naqsyabandi, Jâmi’ al-Ushûl fi al-Auliyâ‘, (Surabaya–Indonesia: al-
Haramain, t.t.), hlm. 155. Menurut Syaikh Abu Sahal ash-Shu’luki, seorang murid
dilarang bertanya kepada gurunya jika hal itu dimaksudkan untuk menentang.

217
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Be rsik ap h orm atte rh ad ap guru w ush ûlh arus d ilak uk an buk an


h anya k e tik a sang guru m asih h id up, te tapi juga se te l ah d ia m e -
ninggal . Se bab, bim bingan guru w ush ûltid ak h anya be rl ak u k e tik a
d ia m asih h id up, te tapi juga se te lah d ia m e ninggald unia, k are na
pad a h ak ik atnya d ia te tap h id up. O le h k are na itu, pe ngh orm atan
te rh ad ap guru w ush ûljuga h arus d il ak uk an se panjang m asa. H alini
d ije l
ask an d alam Al-H ad î q ah an-Nad iyyah :
Sudah dimaklumi (secara syar’i), sesungguhnya para wali
Allah itu tetap hidup dalam alam kuburnya, dan sesungguhnya
dia hanya pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Maka
menghormatinya setelah wafat harus seperti menghormatinya
ketika masih hidup, dan beradab kepadanya setelah wafat harus
seperti beradab kepadanya ketika masih hidup dan pada waktu
mati. Di antara wali Allah itu ada yang manfaatnya kepada murid-
nya yang sungguh-sungguh setelah wafatnya lebih banyak dari-
pada manfaat yang diberikannya ketika masih hidup. 3

Dia mengatakan: “Barang siapa berkata kepada gurunya “mengapa”?, dia tidak
akan bahagia (lulus). Lihat ibid. Masih terkait dengan masalah keharusan
menghormati guru wushûl, di dalam kitab Jâmi’ al-Ushûl fî al-Auliyâ‘ dinyatakan:
“Adapun mengenai hal yang menjaga penghormatan dan pemuliaan kepada guru
serta menghindari penyimpangan kepada guru maka Allah—dalam kisah Nabi
Musa dengan Nabi Khidir a.s.—berfirman: Hal attabi’uka (apakah aku boleh
mengikuti Anda)?, kata Nabi Musa kepada Nabi Khadir ketika akan berguru. Itu
berarti setengah dari menjaga syarat adab, yakni pertama-tama adalah meminta
izin. Kemudian Nabi Khidir memberikan syarat agar Nabi Musa tidak menanyakan
sesuatu yang dipandang kurang sesuai dengan pendapatnya sebelum diberi tahu,
yaitu dalam kata-katanya: fa’in-ittaba’tanî fa lâ tas’alnî ‘an syai`in (jika ingin
mengikuti dan berguru kepadaku, Anda jangan sekali-kali menanyakan kepadaku
tentang sesuatu). Ketika Nabi Musa bersikap menyalahi satu-dua kali, Nabi Musa
masih dimaafkan dan masih bisa terus mengikuti Nabi Khidir. Pada saat Nabi
Musa berbuat kesalahan yang ketiga kalinya, dan tiga itu merupakan ukuran
banyak dari yang terkecil maka Nabi Musa pun diberi sanksi tidak lagi boleh
mengikuti Nabi Khidir: “Hâdzâ firâqu bainî wa bainaka” (inilah saatnya saya dan
Anda putus hubungan). Lihat ibid.
3
Abd al-Ghani an-Nayilsi al-Hanafi, Al-Hadîqah an-Nadiyyah Syarh at-Tharîq al-
Muhammadiyyah, juz I, (Istambul-Turki: Dar al-Khilafah, 1980), hlm. 242.
Di dalam kitab al-Bahjah as-Saniyah, juga dinyatakan: “Dan apabila syaikh (guru)
seseorang telah meninggal dunia dan dia tidak menemukan (guru) selain orang yang
derajatnya di bawah syaikhnya, dengan terbukti dia belum mencukupi untuk
membimbing perjalanan wushûl maka sayogianya janganlah berpindah dari syaikhnya
(yang telah meninggal dunia itu) kepada orang yang baru ditemuinya.” Lihat Ibid.

218
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

Se l ain h arus be rsik ap h orm atk e pad a guru, se orang m urid juga
h arus bisa m e njaga e tik a d i d alam be rguru, te rm asuk bagaim ana jik a
sang m urid ingin be rpind ah atau berganti guru w ush ûl.D al am k aitan
ini, d i d alam k itab al-Ib rî z d ik isah k an:

Ada seorang murid yang sudah masuk dalam bimbingan


seorang Syaikh Suhbah (guru wushûl), tetapi dia masih meman-
dang bahwa di alam wujud (dunia) ini ada guru wushûl lagi yang
lebih memenuhi syarat dan lebih sempurna daripada gurunya.
Dan ia tetap menginginkan bimbingan darinya dalam i’tikadnya,
kemudian kejadian ini diketahui oleh syaikhnya yang sudah wafat
maka seketika itu pula putuslah hubungan tarbiyah (bimbingan)
dari syaikh pertamanya, dan dia tidak bisa mengambil manfaat
dari guru pertama maupun dari guru kedua. 4

Se lain h arus h orm atd an bere tik a terh ad ap guru, se orang m urid
yang ingin be rh asild i d al am w ush ûlk e pad a Al lah juga h arus m e -
m e nuh i d an be rpe gang pad a h al -h alyang be rsifat prinsip. Se bab,
m e ngabaik an h al -h alprinsip ak an m e ngak ibatk an gagal nya w ush ûl
k epad a Al lah . D al
am k itab Jâm i’ al-Ush ûld isebutk an: “Sesungguh nya
m e re k a te rh alang d al am pe rjal
anan w ush ûlk e pad a Al lah d ise babk an
5
m e ninggal k an h al-h alyang prinsip”.
D al am W ah id iyah , yang te rm asuk h al -h alprinsip ad alah te pat-
nya h ubungan pengam ald engan m uallif, terutam a h ubungan batiniah
d an m utab a’ah (m e ngik uti tuntunan d an bim bingannya). D e ngan
d e m ik ian, barang siapa d i antara pe ngam alyang te rganggu h ubung-
annya d e ngan m uallif W ah id iyah m ak a te rtutupl ah jal
an w ush ûl-nya
k e pad a Al lah d an rasul -Nya, te rtutup pintu n az h rah (pancaran
pe rh atian) d an tarb iyah (b im bingan), m e sk ipun yang be rsangk utan
m asih m engam al k an Sh alaw atW ah id iyah , m asih ber-m ujah ad ah , d an
m asih ik ut be rjuang se cara l ah iriah . Se l
ain itu, h all ain yang juga
te rm asuk prinsip ad al ah m e m ilih guru yang te pat. Se bab, k e sal ah an
d i d alam m e m ilih guru w ush ûlak an be rak ibatpad a tid ak sam painya

4
Abd al-‘Aziz ad-Dibaghi, Al-Ibrîz, (Al-Azhar: t.p. , t.t.), hlm. 237.
5
Syaikh an-Naqsyabandi, Jâmi’ al-Ushûl … hlm. 104.

219
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

w ush ûlk e pad a Al


lah . D al
am k itab Jâm i’ al-Ush ûl, d ik utip pe nd apat
al-Q usyairi yang m e ngatak an:
Buruk sekali bagi seorang murid ber-intisab (berguru) kepada
orang yang tidak membidangi tentang jalannya wushûl. Karena
manusia itu ada yang ahli Al-Qur’an, ada yang ahli hadits, dan
ada pula yang ahli ‘aqli (intelek). Sedangkan para pembimbing
wushûl menguasai segala ilmu-ilmu tersebut. Dan sesuatu yang
samar (gaib) bagi umumnya manusia, bagi para pembimbing
wushûl tetap jelas. Dan pengetahuan yang dituju (digali) oleh
umumnya manusia, para pembimbing wushûl sudah memeroleh-
nya dari Allah sebab para pembimbing wushûl sudah sampai
pada tujuan, sementara manusia lainnya masih mencari jalan. 6

Se m e ntara itu, d i d al
am k itab Al-Bah jah as-Saniyah , Syaik h
Abd ulW ah ab asy-Sya’rani be rk ata:
Siapa yang tekun melakukan amalanku dan mematuhi per-
aturanku dengan menjaga diri, ber-zuhud, ber-wara’i, dan sedikit
tama’ (dengan ikhlas), dialah anakku, sekalipun dia berada di
negeri yang jauh. Sedangkan siapa yang tidak demikian (tidak
melakukan amalanku dan tidak mematuhi peraturanku), mereka
bukan anak-anakku, meskipun dia dari keturunanku sendiri. 7

2. K riteria Guru W ush ûl


D e ngan m e l ih at be tapa tinggi d an te rh orm atnya posisi guru
w ush ûl, l antas pe rtanyaan yang m unculad al ah : siapa yang bisa d i-
jad ik an se bagai guru w ush ûl?Ad ak an ciri-ciri atau k rite ria d ari se -
orang guru w ush ûl?Te rk aitd e ngan h alini, d i d al am k itab Tanw îr al-
Q ulûb d ije lask an k rite ria orang yang sah m e njad i syaik h (m ursyid /
guru w ush ul). Se cara um um , k rite ria se orang guru w ush ulad al ah :
a. Te l
ah m e ncapai tingk atan orang-orang yang se m purna (k âm il-
m uk am m il),8 baik d i bid ang syari’at m aupun d i bid ang h ak ik at;
6
Ibid.
7
Abdul Wahab asy-Sya’rani, Bahjah as-Saniyyah, hlm. 43.
8
Di dalam kitab Uns at-Tauhid (hlm. 64) dinyatakan:” Guru kamil ialah guru yang
mampu mempercepat proses wushûl kepada Allah Yang Maha Perkasa dengan
melalui rahasia-rahasianya yang menemukan kamu sebagai ayah di bidang ke-
rahasiaan dan sebagai ibu di bidang ruhani.

220
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

b . Pe rjal anan h id upnya be rl and asan Al -Q ur’an d an sunnah nabi,


se rta m e ngik uti ul am a;
c. Te l ah m e m e role h izin d ari gurunya untuk m e m bim bing d an m e -
nunjuk k an jal an k e pad a Al lah ;d an tid ak d e ngan k e bod oh an d an
d orongan k e pe ntingan nafsu … orang yang m e nyatak an d irinya
se bagai guru w ush ûlpad ah ald ia tid ak m e m bid anginya (b uk an
ah l i pe ngantar w ush ûl) m ak a h alitu justru h anya ak an m e nim bul -
k an k e rusak an d an ia berd osa se bagaim ana d osanya pe m utus jal an
k e sad aran k e pad a Al lah .9
Se cara l e bih d e til
, k rite ria se orang guru w ush ûl, se bagaim ana
d ise butk an d al am k itab Tanw ir al-Q ulub , ad al ah :
a. H arus ‘alim d al am h al -h alyang d ipe rl
uk an m urid nya, baik d i
bid ang syari’at m aupun h ak ik at;
b . M e nge tah ui te ntang k e se m purnaan h ati d an ad ab -ad ab -nya,
te ntang pe rusak (afat) jiw a d an pe nyak it-pe nyak itnya;
c. Be rsifat k asih sayang te rh ad ap se sam a m usl im , d an te rutam a
k e pad a m urid nya;
d . Se l al
u m e nutupi aib (k e k urangan) yang ad a pad a d iri m urid nya;
e . Be rsih d ari k einginan untuk m em erol eh h arta d an h ak m il
ik i m urid -
nya;
f. Se l alu m e njad i te lad an bagi para m urid nya;
g. M e m b e tasi pe rte m uan d e ngan m urid nya;
h . Pe rk ataannya be rsih d ari d orongan h aw a nafsu, h um or, d an se suatu
yang tid ak b e rguna, d an
i. M e m b e ri k e longgaran k e pad a m urid nya d al am h ak d irinya se -
h ingga d ia tid ak m e nuntu t agar d iangu ngk an d an d im ul iak an
se rta tid ak m e nuntut m urid nya untuk m e l ak uk an se suatu yang
be rad a d i luar k e m am puannya. 10

9
Muhammad Amin al-Kurdi, Tanwir al-Qulub fi Mu’amalat Alam al-Ghaib, hlm.
524.
10
Ibid., hlm. 525–527.

221
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Se m e ntara itu , d i d al
am Jam i’ al-U sh u lfi al-Auliya’, Syaik h
D iayaud in an-Naq saband i m e nye butk an k rite ria se orang guru w ush ûl
(m ursyid ). M e nurutnya, d i antara k rite ria se se orang yang bisa d ijad i-
k an guru w ush ûlad al ah :
a. M e m il ik i rasa k e sad aran (k e pad a All
ah ) yang je l
as;
b . M e m il ik i ilm u pe nge tah uan agam a yang sah ih (b e rd asark an Al -
Q ur’an d an h ad its);
c. Be rcita-cita tinggi (‘ind allâh w a R asûlih );
d . Be rpe rangai d an be rpe ril ak u yang d irid h ai ol
e h Allah , d an
e . M e m il ik i pe ngl ih atan batin yang tajam .
D e ngan d e m ik ian, orang-orang yang tid ak m em il ik i sifat-siafat
d i atas, atau bah k an yang be rl aw anan d e ngannya, ia tid ak sah d ijad i-
k an se bagai guru w ush ûl, yak ni orang-orang yang d i d al am d irinya
te rd apat sifat-sifat se bagai be rik ut:
a. Bod oh d i bid ang il m u agam a (syari’ah d an aq id ah );
b. Senang m enjatuh k an (m encem ark an) k eh orm atan sesam a m usl im ;
c. Suk a m e l ak uk an h al-h alyang tid ak be rguna;
d. Se l
al u m e ngik uti k e h e nd ak nafsunya d i se gal
a bid ang, d an
11
e. Be rpe rangai buruk .
Jik a se orang m urid te l ah m e ne m uk an guru w ush ûlm ak a d ia
h arus m e ngh orm ati d an juga h arus m am pu m e njaga e tik a (ad ab )
d alam be rh ubungan d e ngan guru w ush ûl-nya. D al am k itab Tanw îr
al-Q ulûb d ise b utk an ad ab (e tik a) se orang m urid te rh ad ap guru
w ush ûl-nya, yak ni: 12
a. H arus m e ngh orm ati d an m e m ul iak an gurunya l ah ir-batin, be r-
k e yak inan bah w a tid ak ak an be rh asilapa yang m e njad i m ak sud -
nya k e cual i atas b im b ingan gurunya; d an apab il a b e rpaling
k epad a guru lain m ak a terh al angl ah h ubungan d e ngan guru yang
pe rtam a d an te rtutup pul a pancaran bim bingannya;
11
Syaikh Diyauddin an-Naqsyabandi, Jâmi’ al-Ushûl… hlm. 76.
12
Muhammad Amin al-Kurdi, Tanwir al-Qulub ..., hlm. 528.

222
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

b . H arus m e nye rah , tund uk , d an re l a pad a k e h end ak gurunya, d an


be rk h id m atd e ngan se pe nuh h ati be se rta h arta-be nd a d an jiw a-
raganya;
c. Sik apnya tid ak be rte ntangan d e ngan apa yang d ipe rbuat ol eh
gurunya, d an tid ak m enegurnya d engan k ata-k ata “m engapa tuan
guru m e l ak uk an ini?” k are na yang d e m ik ian itu ak an m e nye -
babk an yang be rsangk utan tid ak ak an be runtung se l am anya.
Sebab, te rk ad ang suatu h alyang d il ak uk an ol e h sang guru se cara
lah iriah tam pak te rce l a, nam un se be narnya te rpuji m e nurut
pand angan batin;
d . Be rk um puld e ngan guru tiad a tujuan apa-apa se l ain untuk be r-
taq arrub (m e nd e k atk an d iri) k e pad a Al lah ;
e . H arus m e l e burk an ik h tiar d irinya k e d al am ik h tiar guru d al am
se gal a urusan, baik se cara k e se l uruh an m aupun se bagian, baik
urusan ibad ah m aupun k e biasaan;
f. Tid ak m e ngore k si pe ril ak u gurunya se cara m utl ak , d an se lal u
be rprasangk a baik (h usnuzh ann) k e pad a gurunya d al am se gal a
h al ;
g. H atinya se l alu m e rasa be rsam a gurunya d an m e ne rim a bim -
bingan d arinya d al am segal a urusan, baik saatbe pergian m aupun
d i k e d iam an, agar m e m e rol e h be rk ah nya;
h . Se ge ra m e l ak sanak an pe rintah guru tanpa m e nund a-nund a
d engan istirah atd an be rd iam se bel um se l esainya suatu pe rintah ;
i. M e njauh i se gal a se suatu yang d ibe nci ol e h gurunya;
j. Tid ak be rgauleratd engan orang yang tid ak d isenangi ol e h guru-
nya d an m e ncintai orang yang d icintai ol e h gurunya;
k . Tid ak d ud uk d i te m patd ud uk yang d ipe rsiapk an k h usus untuk
gurunya atau yang biasa d igunak an d ud uk gurunya;d an
l. Tid ak m e nyam paik an k ata-k ata gurunya k e pad a orang l ain k e -
cual i se uk uran d e ngan k e pah am an d an ak alpik iran m e re k a.
Se orang m urid , se l ain h arus be re tik a se cara baik te rh ad ap guru
w ush ûl-nya, ia juga h arus m e m il ik i e tik a (tata k ram a) te rh ad ap d iri-

223
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

nya se nd iri. Ad apun e tik a se orang m urid te rh ad ap d irinya se nd iri


ad al
ah se bagai be rik ut:
a. M e rasa se l al u d ipand ang d an d il ih atol e h Al lah d an h atinya se lalu
ingat k e pad a Al lah k apan pun d an d i m ana pun, se l alu lillâh -
b illâh ;
b . M e njauh i orang-orang yang be rpe ril ak u buruk (k e cual i untuk
penyiaran d an pem binaan), d an m end ek ati orang-orang yang baik ;
c. M e ninggal k an pe ril ak u d an sifat gil a d unia d e m i k e pe ntingan
ak h irat;
d . Se l alu m e ngore k si d iri d an be rusah a m e ningk atk an d iri d al am
pe ngam al an d an pe ne rapan ajaran yang te l ah d ite rim a d ari guru-
nya;
e . M e ngh il angk an rasa gil a k e d ud uk an d an pangk at;
f. Se l alu m e rasa tak utk e pad a Al lah d an m e ngh arap am punan-Nya
se rta m e rasa bah w a am alibad ah nya tiad a artinya tanpa m e m e r-
ol e h k e utam aan-Nya;
g. Be rsik ap taw ad h u’ te rh ad ap se m ua orang;
h . Tid ak m e ngutarak an rah asia-rah asia yang d ite rim anya d al am
m im pi atau se cara l angsung k e pad a se l ain gurunya atau orang-
orang yang m e m bid anginya;
i. M e ne ntuk an w ak tu-w ak tu te rtentu untuk ber-m ujâh ad ah d engan
am al an yang te l ah d ite ntuk an ol e h gurunya tanpa m e nam bah
d an m e ngurangi. D i d al am W ah id iyah , m isal nya, ad al ah m uja-
h ad ah -m ujah ad ah yang tel ah d ibak uk an m ul ai m ujâh ad ah 40 h ari,
yaum iyah sam pai d engan Mujah ad ah Kubra d engan cara-cara yang
te lah d iajark an ol e h m uallif-nya.13
Se be narnya m asih banyak l agi k e te rangan yang m e nye butk an
etik a (tata k ram a) seorang m urid terh ad ap dirinya sendiri, yang intinya
ad alah bah w a m urid h arus be rusah a se k uat m ungk in untuk m e l ak -
sanak an segal a am alk ebaik an yang m end orong te rcapainya k esad aran

13
Ibid., hlm. 531–534.

224
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

k e pad a Al
lah d an m e njauh i se gal a am alk e m ungk aran yang m e ng-
h am bat jalan k e sad aran k e pad a All
ah , baik lah ir m aupun batin.

3. Be rpind ah Guru
D al
am k itab Jâm i’ al-Ush ûl, Syaik h Bah a’ud d in an-Naq syaband i
m enyatak an:

“Bagi seorang guru yang mengetahui ada guru lain yang lebih
mumpuni dari segi keilmuannya maka dia dengan mengajak mu-
rid-muridnya harus menyadari tentang dirinya dan wajib ber-
khidmat kepada guru yang lebih tinggi keilmuannya. Dengan cara
demikian, dia dan murid-muridnya akan mendapatkan kebaikan
dan kebahagiaan. Jika tidak demikian, berarti dia bukanlah se-
orang guru yang menyadari dan memerhatikan dirinya, dan juga
bukan guru yang bercita-cita luhur, melainkan seorang guru yang
rendah dan lemah cita-citanya. Bahkan, boleh dikatakan dia ter-
masuk seorang guru yang gila pangkat dan kedudukan ...” 14

Sem entara itu, d al am k itab Taq rî b al-Ush ûl,Sayyid Ah m ad juga


m e nje l
ask an bah w a bagi se orang yang sud ah be rk h id m atpad a pe m -
be sar w ali Allah yang k âm il, se te lah d itinggalw afat, se yogianya d ia
tid ak be rguru l agi k e pad a se se orang yang d e rajatnya l e bih re nd ah
d ari gurunya, k e cual i sud ah d ite m uk an guru yang l e bih se m purna
d aripad a gurunya (yang pe rtam a).
D e ngan d e m ik ian, jik a pe ngam alSh al aw at W ah id iyah sud ah
bisa m e ne m uk an se orang guru yang be rge l ar k âm ilm uk am m ailw a
m uw âsh ilw a al-m ujad d id yang pe nge tah uannya m e l e bih i m uallif
Sh al aw at W ah id iyah d al am se m ua h alm ak a d ia h arus pind ah (b e r-
guru) k e pad anya. Ak an te tapi, h alini buk anl ah h alyang m ud ah
k are na ak an sangatsul ituntuk bisa m e ncari guru-m ursyid yang bisa
m e m be rik an am al an (aw râd ) pe ngantar w ush ûlyang l e bih m ud ah
d aripad a am al an sh al
aw at, te rutam a Sh al aw atW ah id iyah . Sud ah atau
ak an ad ak ah ajaran d al am Isl am yang l e bih te pat d aripad a ajaran
lillâh –b illâh , lirrasûl–b irrasûl, dan lilgh auts-b ilgh auts?M uallif Sh alaw at

14
Syaikh an-Nasik Diyauddin an-Naqsyabandi, Jâmi’ al-Ushûl ... hlm. 112.

225
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

W ah id iyah pe rnah be rk ata: “K al au ad a jalan w ush ûlk e pad a Allah


d an rasul -Nya yang l e bih ce patd ari Sh alaw atW ah id iyah m ak a saya
d an k e l
uarga saya be se rta pe ngik ut saya ak an pind ah k e situ.”
Setelah m uallifSh al aw atW ah idiyah , K H . AbdoelM adjid M a’roef,
m e ninggal , tim b u lb e rb agai k e re sah an d i k al angan pe ngam al
W ah idiyah . H alitu terk aitd engan posisi yang d itinggal k annya sebagai
guru w ush ûlbagi jam aah W ah id iyah . D ari situ m unculpe rtanyaan:
“Siapa guru k âm il-m uk am m ilyang h arus d ipil ih se bagai guru w ush ûl
d alam W ah id iyah se te lah m e ninggal nya m uallif d an apa se buatan
yang tepatbagi guru w ush ûlpengganti tersebut?” Terk aitd engan per-
tanyaan yang m e nyangk ut se b utan yang te pat b agi guru w ush ûl
pe nganti, d i sini m unculbe be rapa se butan, d i antaranya ad a yang
m e nye but“gh auts pengganti”, ad a juga yang m e m prom osik an istil ah
“gh auts pe ne rus”, d an ad a pul a yang m e nye but “gh auts m ujad d id ”.
H alini m e nunjuk k an bah w a k e cintaan d an k e taatan k e pad a m ual l
if
W ah id iyah sud ah m ul ai luntur atau sud ah m aro tingald e ngan se l ain
m uallif. Ini sungguh m e m prih atink an. M e l uasnya “d zauq k e liru”
inilah yang m enjad i sum ber terjad inya k em el utd i k al
angan pengam al
Sh alaw atW ah id iyah se pe ninggalm uallif.
Jauh -jauh h ari m uallif W ah id iyah sebe narnya tel ah m em berik an
pe ringatan d al am be rbagai k e se m patan te ntang tata cara m e m il ih
guru. D al am pe ngajian m inggu pagi, m isal nya, d i K e d ungl
o (Ah ad
le gi, 17 Jum ad ilAk h ir 139 7 H ./5 Juni 19 77 M .), yang d im uat
d alam buk u Pe ngajian Al-H ik am , e d isi 01, h al am an 67–68, te rbitan
tah un 1409 H ./19 89 M . D al am k esem patan itu, m uallif m enyatak an:

Seorang yang kâmil-mukammil dapat ditandai dalam lahiriah-


nya, antara lain dalam bidang syari’at dia sempurna, konsekuen,
tidak ada cacatnya. Hubungan dalam masyarakat, dia tidak menge-
cewakan. Hubungan soal ibadah lahiriah juga tidak mengecewa-
kan. Itu lahiriahnya. Di samping itu, batiniahnya senantiasa sadar
kepada Allah SWT: sadar dan menyadarkan orang lain. Tapi
sayang, batiniah tidak mudah kelihatan orang lain atau masya-
rakat. Dus, yang bisa ditandai hanya soal lahiriahnya. Soal
agamanya minim tidak mengecewakan.

226
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

Lha, umpamanya sekarang ada seorang yang lahiriahnya


sudah kelihatan mengecewakan, baik soal agamanya maupun
dalam hubungannya di dalam masyarakat, maka itu tidak disebut
kâmil-mukammil. Sebab, pada zaman akhir mungkin saja ada
orang yang mungkin sama sekali PALSU, atau mungkin dianya belum
mampu mengantarkan ke arah kesadaran kepada Allah SWT. Itu
mungkin sekali.
Oleh karena itu, harus berhati-hati memilih guru kâmil-
mukammil. Dus, mungkin sekali ada orang yang sudah sadar
kepada Allah SWT., memang sungguh min al-’ârifîn, tapi dia belum
mampu mengantarkan orang lain sadar kepada Allah SWT.
Dus, yang dapat dipakai pedoman soal lahiriahnya saja. Soal
agamanya tidak mengecewakan. Adapun soal batiniah seseorang
itu tidak mudah diketahui. Dan hubungannya dengan masyarakat
juga tidak mengecewakan. Lha, kalau salah satu dari kedua
hubungan itu mengecewakan, berarti belum memenuhi syarat-
syarat guru yang kâmil-mukammil, HARUS DIHINDARI!”.

Para pe ngam alW ah id iyah be rk e yak inan bah w a K H . Abd oe l


M ad jid M a’roe f (m uallif Sh al
aw at W ah id iyah ) m e m il ik i d an m e -
m e nuh i pe rsyaratan se bagai guru w ush ûlk e pad a Al lah d an rasul -
Nya se pe rti yang te l
ah d ise butk an d i atas. H alitu d id asark an pad a
be be rapa alasan:
a. M uallif m e m il ik i d zauq (k e sad aran) k e pad a Allah yang tinggi d an
bah k an d ial ah yang justru m e m asyarak atk an k onse p b illâh (sad ar
k e pad a Al lah );
b . Ilm u pe ngetah uan m uallif bagaik an sam ud e ra yang tak be rpantai.
R e d ak si Sh al aw at W ah id iyah d an rangk um an ajaran W ah id iyah
m e rupak an se bagian buk ti d ari be tapa ‘allâm ah -nya d ia;
c. M uallif m e m il ik i h im m ah ‘âliyyah (cita-cita yang tinggi). H alini
te rbuk ti d e ngan ad anya pe rjuangan Fafirrûila Allâh , k e m bal inya
um at m asyarak at k e pad a Al l
ah Yang M ah atinggi, se rta sasaran
d an ob je k pe rjuangan W ah id iyah ad al ah jam i’ al-‘âlam î n d an
k âffah li an-nâs. Ini m e rupak an buk ti nyata be tapa m uallif m e -
m il ik i k asih sayang yang tinggi te rh ad ap um at d an m asyarak at;
d . Pe ril ak u d an ak h l ak m uallif ad al ah Al -Q ur’an d an h ad its. D ia
berak h l ak d e ngan ak h l ak R asul ullah (tak h alluq b i ak h lâq ar-rasul).

227
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Ol eh k arena itu, h am pir tid ak seorang pun yang pe rnah d ik e cew a-


k an ol e h nya. Te rh ad ap siapa pun, se k al ipun orang yang k ontras
te rh ad ap W ah id iyah , d ia tid ak m e m and angnya se bagai m usuh ,
tetapi sebagai “k aw an seperjuangan”. M enurutpara pel ak u sejarah ,
d i d alam usah a m em be ntuk Lem baga K h id m ah Pe nyiar Sh al aw at
W ah id iyah (PSW ), m uallif ad al ah “organisator yang ul ung,
ad m inisrator yang rapi, tel iti, dan cerm at, serta m anajer yang cak ap,
ad il, d an bijak sana”;
e Bash irah (pand angan batiniah ) m uallif sangattajam . H alini d apat
d ibuk tik an d e ngan be rbagai pe ngal am an yang d ialam i ol e h para
Pe ngam alW ah id iyah .
Singk atnya, m uallif Sh al aw at W ah id iyah ad al ah ce rm in d ari
usw ah h asanah (te l ad an baik ) bagi m e re k a yang m e ngingink an sad ar
k em bal i k e pad a Allah d an R asul ul lah , k h ususnya bagi para pe ngam al
Sh al aw at W ah id iyah . O l e h k are na itu, m e nurut tok oh -tok oh PSW ,
d ipand ang sangat tid ak W ah id iyaw i jik a se te l ah m uallif m e ninggal
ad a pengam alyang m e m bingungk an d iri, ber-m aro tingald an beral ih
pand ang k e pad a tok oh A atau B se bagai guru w ush ûl, l e bih -le bih
m e m and angnya se bagai gh auts. M e nurut m e re k a, sik ap m oro tingal
se b agian pe ngam alW ah id iyah d im oh onk an m aaf k e pad a m uallif
W ah id iyah . M e re k a be rh arap, m ud ah -m ud ah an sik ap te rse buttid ak
berl arut-l arutd an segera k em bal i k e arah pand angan guru yang be nar,
yak ni m uallif Sh al aw at W ah id iyah , K H . Abd ioe lM ad jid M a’roe f,
se h ingga d i ak h irat k e l ak tid ak m e nye salatas pe ristiw a yang d i-
al am inya.
Te rk ait d e ngan h alte rse but, d al
am k itab Al-Ib rî
z d ise butk an:
Ketika cinta seorang murid terhadap gurunya timbul dari nur
keimanan (keyakinan atas kebesaran guru)-nya maka tarbiyah
(pembimbingan) guru tetap mengalir kepadanya, baik ketika ber-
temu maupun berpisah, bahkan meskipun gurunya sudah wafat
beberapa ribu tahun. Dari sinilah para wali Allah di sepanjang
masa selalu memeroleh bimbingan Nabi Saw., dididik dan di-
tingkatkan olehnya karena cintanya kepada Rasulullah merupa-
kan cinta yang bersih-murni, semata-mata timbul dari cahaya ke-

228
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

imanannya. Jika cinta murid terhadap guru wushûl-nya itu timbul


dari jiwanya sendiri, tidak dari nur keyakinannya, seperti cinta
orang tua kepada anak atau cinta seorang suami kepada istri atau
sebaliknya maka dia bisa mengambil manfaat dari gurunya hanya
ketika dia bertemu. Dan jika berpisah dari gurunya, lebih-lebih
setelah ditinggal wafat maka seketika itu pula terputuslah tarbiyah
(pendidikan dan bimbingan) dari guru wushûl-nya kepadanya. 15

4. M uttâb a’ah atau M e ngik ut


Sete lah k ita be rbicara te ntang guru (m ursyid ) yang bol e h d iik uti
d alam upaya agar bisa w ush ûlk e pad a Al lah m ak a pad a bagian ini
k ita ak an m e ngk aji te ntang k e h arusan m e ngik uti Al l
ah , rasul -Nya,
d an juga orang-orang yang k e m bal i k e pad a Al lah d e ngan k e im anan
yang be nar. Pe rintah untuk m e ngik uti Al lah , rasul -Nya, d an juga
orang-orang yang be nar d al am k e im anannya banyak d ise buatk an
d alam Al -Q ur’an d an juga h ad its nabi, d i antaranya: “K atak anl ah :
“Jik a k am u (benar-benar) m encintai Al lah , ik utilah ak u, niscaya Al lah
m e ngasih i d an m e ngam puni d osa-d osam u. Al lah M ah a Pe ngam pun
lagi M ah a Pe nyayang” (Q S. Al i ‘Im rân [3]: 31). D al am ayat l ain
Al lah be rfirm an: “D an ik util ah jalan orang yang k e m bal i k e pad a-
K u” (Q S. Luq m ân [31]:15). Se l ain itu, Al lah juga m e ne gask an:
“Sesungguh nya orang-orang yang be rim an m e ngik uti k e be naran d ari
Tuh an m e re k a”(Q S. M uh am m ad [47]: 3). D i bagian l ain Al lah juga
be rfirm an: “D an ik util ah d ia (R asul ul lah ), niscaya k am u m e nd apat
pe tunjuk ” (Q S. al -A’râf [7]: 158).16

15
Sayyid Ahmad bin al-Mubarak ad-Dibaghi, al-Ibrîz… hlm. 210. 9 .
16
Selain ayat-ayat tersebut, keharusan untuk mengikuti Allah, rasul-Nya, dan juga
orang-orang yang kembali kepadanya juga dinyatakan dalam ayat-ayat yang lain,
misalnya firman Allah: “Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan
sesat dan tidak akan celaka (QS. Thâhâ [20]:123.); “Dan bahwa (yang kami ajarkan)
ini adalah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah itu, dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-
Nya (QS. al-An’âm [6]:153.);“Dan barang siapa menentang rasul sesudah jelas
petunjuk baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin
maka Kami biarkan dia berlarut-larut dalam kesesatan yang telah ia dikuasainya
itu, dan akan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu adalah
seburuk-buruk tempat kembal” (QS. an-Nisâ‘ [4]:115).

229
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Jik a k ita d ih arusk an m e ngik uti Al lah , rasul , d an juga orang-


orang yang be nar d al am k e im ananya, l antas apa h ak ik atd ari m e ng-
ik uti (m utab a’ah ) itu?Te rk aitd e ngan pe rtanyaan ini, tam pak nya k ita
h arus m e m e rh atik an apa yang d inyatak an ol e h Im am Asy-Syad zil i,
d ia be rk ata: “Ak u be rte m u R asul ul lah Saw ., k e m ud ian ak u be rtanya,
“Ya R asul al l
ah , apa h ak ik atm utâb a’ah itu?” R asulm enjaw ab: “M el ih at
yang d iik uti (m atb û’) k apan pun d an d i m ana pun.” 17
D al am k itab Tanw î r al-Q ulûb d ije l
ask an bah w a tid ak ak an bisa
te rcapai suatu d e rajat yang tinggi d i sisi Al lah k e cual i m e ngik uti
R asul ul lah (ittib â’ ar-R asûl). M e ngik uti rasulitu se nd iri ad a d ua
m acam , yak ni: (1) M e ngik uti se cara l ah iriah , se pe rti m e njalank an
sh alat, zak at, d an puasa d an k e w ajiban-k ew ajiban agam a l ainnya serta
m el ak uk an sunnah -sunnah nya d an (2) m e ngik uti se cara batiniah ,
yak ni m e rasa berk um puld e ngan rasuld i m ana pun d an k apan saja.18
K e tik a k ita m e lak sanak an sh alat, m e m baca Al -Q ur’an, m e m -
baca d zik ir, atau k e taatan l ainnya d an d i situ k ita tid ak m e rasa be r-
sam a/m e l ih at Al l
ah atau R asul ullah m ak a k e tah uil ah b ah w a k ita
se be narnya te l ah te rk e na pe nyak itbatin be rupa ‘ujub , riya’, tak ab b ur,
sum ’ah , atau pe nyak it batin l ainnya. Ini se bagaim ana d ifirm ank an
ol eh Al lah : “Ak u ak an m em al ingk an orang-orang yang m enyom bong-
k an d iri d i atas bum i tanpa al asan yang h aq d ari ayat-ayat(pe tunjuk )-
K u” (Q S. al -A’râf [7]:146).
M uttâb a’ah yang te pat d apat m e njad i se bab si tâb i’ (pe ngik ut)
m e njad i k e l
om pok atau bagian d ari si m atb û’ (orang yang d iik uti),
m e sk ipun d ia b e l
um pe rnah b e rte m u se cara l ah iriah , b e rjauh an
te m patnya, atau sud ah d itinggalw afat d al am jangk a w ak tu yang
lam a. H alini se pe rti d inyaak an Al lah d al am firm an-Nya: “M ak a
barang siapa m e ngik uti ak u (M uh am m ad ), se sungguh nya d ial ah
gol ongank u, d an barang siapa m e nd urh ak ai ak u m ak a se sungguh nya

17
Lihat Sayyid Ahmad, Taqrîb al-Ushûl ... hlm. 55; Sayyid Syaikh Yusuf an-Nabhani,
Sa’âdah ad-Dâraini … hlm. 35 dan Kuliah Wahidiyah, hlm. 48.
18
Syaikh Muhammad Amin al-kurdi, Tanwîr al-Qulûb.

230
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

Engk au M ah a Pengam pun l agi M ah a Penyayang” (Q S. Ib râh î m [14]:


36). H altersebutjuga seperti pengak uan R asul ullah te rh ad ap Salm an
al-Farisi se bagai bagian d ari k e l
uarganya, d e ngan sabd anya: “Sal m an
ad al
ah k el uarga k am i” (H R . Th abarani d an H ak im ).
Se balik nya, jik a k ita tid ak te patd al
am be r-m uttâb a’ah m ak a h al
itu ak an m enjad ik an putusnya h ubungan batiniah antara yang d iik uti
(m atb û’) d e ngan orang yang m e ngik utinya (tâb i’), k e nd ati d i antara
k e d uanya se cara l ah iriah be rd e k atan (b e rk um pul ), ad a h ubungan
nasab atau k e l uarga. H alini bisa d isim ak d al am pe ristiw a yang terjad i
pad a K an’an, pute ra Nabi Nuh yang tid ak m au m e ngik uti ayah nya.
Pe ristiw a te rse butd ire k am d al am Q S. H ûd [11]ayat42–46, se bagai
be rik ut:
“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang
laksana gunung. Dan Nabi Nuh memanggil anaknya, sedangkan
anaknya itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku,
naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada
bersama orang-orang kafir.”
“Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung
yang dapat menjaga aku dari air bah!” Nabi Nuh berkata: “Hari
ini tidak ada yang bisa menyelamatkan diri dari azab Allah selain
Allah (saja) Yang Maha Peyayang”. Dan gelombang menjadi peng-
halang antara keduanya, maka jadilah anak itu termasuk orang-
orang yang ditenggelamkan.”
“Dan Nabi Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya
Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan se-
sungguhnya janji Engkau itulah yang benar, dan Engkaulah seadil-
adilnya Hakim.”
Allah berfirman: “Wahai Nuh, sesungguhnya dia (Kan’an) bukan-
lah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan),
sesungguhnya perbuatannya (itu) tidak baik.”

Be rd asark an be be rapa re fe re nsi d i atas tam pak nya k ita pe rlu


introspe k si d iri: sud ah k ah k ita m utâb a’ah k e pad a R asul ullah d an
gh auts h âd za az-zam ân se bagai pe nd id ik k ita?Jik a sud ah , l
antas pe r-
tanyaannya: sud ah te patk ah k ita d i d al am be r-m utâb a’ah , atauk ah
justru m utâb a’ah k ita m asih b e rcam pur d e ngan nafsu yang te r-

231
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

se l
ubung?K al au m utâb a’ah yang k ita l ak uk an sud ah te patm ak a k ita
pe rlu be rsyuk ur d an m e nyad ari bah w a sem ua itu se m ata-m ata k are na
anuge rah Al lah , syafa’at R asul ullah , d an nazh rah d ari gh auts h âd za
az-zam ân. Ak an tetapi, jik a k ita bel um be nar d i d al am be r-m utab a’ah
m ak a k ita h arus se ge ra m e m pe rbaik i d iri, be rtobat, d an k e m bal
ike
jalan yang b e nar. H alini d im ak sud k an agar k ita tid ak te rm asuk
orang-orang yang m e rugi, se bagaim ana firm an Al lah : “K atak anlah :
“Apak ah perl u K am i beritah uk an k epad am u tentang orang-orang yang
sangat m e rugi am alpe rbuatannya?Yaitu orang-orang yang te rse sat
am alpe rbuatannya d al am k e h id upan d unia ini, se d angk an m e re k a
m e nyangk a bah w a m e re k a be rbuatk e bajik an.” (Q S. al -K ah fi [18]:
103–104).

B. Sl
ogan d an Se ruan d al
am W ah id iyah
1. Sl ogan Fafirrûila Allâh d an Se ruan k e Em patPe njuru
D al
am W ah id iyah ad a trad isi m el ak uk an seruan Fafirrûila Allâh
d e ngan be rd iri m e ngh ad ap k e e m pat pe njuru. H alini se be narnya
m e ngik uti apa yang pernah d il ak uk an oleh Nabi Ibrah im , yak ni pad a
saat K a’bah se l e sai d ibangun. Pad a saat itu, Nabi Ibrah im be rd iri d i
atas gunung Abi Q ubais d e ngan m e ngh ad ap k e arah Utara, Se l atan,
Tim ur, d an Baratd an m e nyeru k epad a m anusia supaya m e njal ank an
ibad ah h aji, se pe rti d inyatak an d alam firm an Al lah : “D an be rse rulah
k epad a m anusia untuk m e ngerjak an h aji, niscaya m ere k a ak an d atang
k e pad am u d e ngan be rjal an k ak i d an m e nge nd arai unta k urus yang
d atang d ari se ge nap pe njuru yang jauh ” (Q S. al -H ajj [22]: 27).
D alam Tafsir Jalalain d inyatak an bah w a tafsir te rh ad ap ayat
te rsebutad al ah : “Nabi Ibrah im m em anggilm anusia d ari atas gunung
Abi Q ubais: “W ah ai m anusia, se sungguh nya Tuh anm u te l ah m e m -
bangun rum ah (K a’bah ) d an te l ah m e w ajibk an h aji atasm u. M ak a
pe nuh il ah panggil an Tuh anm u”. K e m ud ian Nabi Ibrah im m e ng-
h ad ap k e arah k anan, k iri, tim ur, d an barat.”19

19
Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, Tafsîr Jalalaîn, juz 1, hlm. 276.

232
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

2. Slogan Yâ Sayyid îYâ R asûlAllâh


D alam k aitan ini, ad a d ua h alyang pe rl u d ije l
ask an: (a) trad isi
m e m baca se ruan Yâ sayyid îyâ rasûlallâh d an (b ) h uk um m e m baca
se ruan Yâ sayyid îyâ rasûlallâh . Untuk m asal ah yang pe rtam a pe nul is
pah am i d ari re al
itas k e h id upan m asyarak at W ah id iyah . Se d angk an
m asalah yang k ed ua penul is perol
eh d ari d ok um e n-d ok um en pustak a
W ah id iyah .
a. Tradisi m em baca seruan Yâ sayyid îyâ rasûlall âh
Sl
ogan Yâ sayyid îyâ rasûlallâh be gitu ak rab d al am k e h id upan
m asyarak atW ah id iyah . Sl ogan ini se ring m unculse cara refl e k s d al
am
be rbagai situasi d an k ond isi. D e ngan sl ogan te rse but, tam pak se cara
te gas bah w a para pe ngam alSh al aw atW ah id iyah begitu d e k atjiw anya
d e ngan R asul ullah . R asa rind u k e pad a R asulullah yang d iw ujud k an
d e ngan ungk apan Ya sayyid i ya rasulallah sel al
u m engh iasi Mujah ad ah
W ah id iyah d an b ah k an juga d al am b anyak k e se m patan d i l uar
m ujah ad ah .
Para pe ngam alSh al aw at W ah id iyah se cara spontan m e ngung-
k apk an sl ogan itu pad a saat-saatril e k s, ge m bira, syuk ur, tak jub, atau
b ah k an pad a saat je ngk e lse k al ipun. D ari trad isi para pe ngam al
W ah id iyah te rse but, tam pak je l as be tapa R asul ul lah sangat pe nting
d an be rarti bagi m e re k a. M e re k a se d e m ik ian m e njunjung tinggi te r-
h ad ap d iri d an e k siste nsi R asulullah se bagai utusan Al l
ah , se rta satu-
satunya pe m e gang garansi syafa’atd i h ari ak h irat, se k al igus tum puan
k e rind uan d an h arapan d i d unia d an ak h irat.
Ol eh k arena itu, secara psik ol ogis d apatd ipah am i m e ngapa para
pengam alSh al aw atW ah id iyah tam pak se m ak in cinta, sem ak in d ek at,
d an se m ak in tinggi k e rind uannya k e pad a R asul ullah , se rta se m ak in
ak rab d engan sl ogan Yâ sayyid îyâ rasûlallâh d al am k eh id upan m erek a.
Sem ak in tingginya k e cintaan d an k erind uan para pengam alSh al aw at
W ah id iyah juga tam pak d al am rangk ain bait tasyaffu’ , yang sering
m erek a ucapk an, yak ni ucapan W a laisa l îyâ sayyid îsiw âk a, fain tarud d a
k untu syak h sh an h âlik â (tiad a bagik u sel
ain e ngk au, d uh ai pem im pin-

233
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

k u! Jik a e ngk au m e nol


ak , niscaya ak u m e njad i orang yang binasa/
rugi).
Ad a d ua h alpe nting yang pe rl u d ipah am i d al
am ungk apan te r-
se but. Pertam a, ungk apan itu te rk aitd e ngan sapaan sanjungan pad a
baris pe rtam a d al am baityang sam a, yak ni Yâ syafi’ al-k h alqi (W ah ai
Pe m beri syafa’atte rh ad ap m ak h l uk ). And ai sanjungan itu tid ak m en-
d ah ul ui ungk apan w a laisa lîyâ sayyid îsiw âk a, fain tarud d a k untu
syak h sh an h âlik â, atau berad a d i l
uar baitm ak a sangatm ungk in terjad i
pe m ah am an bah w a ungk apan te rse butm em pertuh ank an R asul ull
ah .
Ak an tetapi, k enyataan d al am susunan baitparagrafnya tid ak l ah d em i-
k ian.
Ked ua, bobotungk apan d i atas m e ngingatk an k ita pad a se buah
H ad its Q ud si: “Jik a tid ak k are na e ngk au (M uh am m ad ), jik a tid ak
k are na e ngk au, sungguh Ak u tid ak ak an m e nciptak an cak raw al a).20
M e nuruth em atpenul is, h ad its q ud si te rsebutm e rupak an pene-
gasan Al lah ak an pe ntingnya k e be rad aan R asul ull
ah se bagai cik al -
bak alpe nciptaan se m ua m ak h l uk d i al am sem e sta ini. D e ngan d e m i-
k ian, te k s h ad its d i atas juga bisa d ibaca “Tid ak Ak u ciptak an al am
se m e sta ini tanpa ad anya e ngk au (M uh am m ad )”. Pad a pe m bacaan
yang te rak h ir inil ah d apat d ipah am i ungk apan W a laisa lîyâ sayyid î
siw âk a, fa’in tarud d a k untu syak h sh an h âlik â yang m e ngisyaratk an
m ak na be tapa se ntralpe ran Nabi M uh am m ad se bagai cik al -bak al
pe nciptaan al am se m e sta.
Pe nd e k k ata, d e ngan ungk apan te rse but, para pe ngam alW ah i-
d iyah m e ne gask an pe rnyataan “h id upk u tid ak be rarti apa-apa tanpa
e ngk au, w ah ai pe m im pink u.”
b . H uk um m e m baca se ruan Yâ sayyid îyâ rasûlall âh
Seruan Yâ sayyid îyâ rasûlallâh ini berasald ari rangk aian k al
im at
d alam Sh al
aw atW ah id iyah yang pe nul is je l
ask an d i d e pan.

20
Syaikh Diyauddin an-Naqsyabandi, Jâmi’ al-Ushûl …, hlm. 89.

234
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

D al am pustak a W ah id iyah , se ruan (nid â‘) k e pad a R asul ul lah


d engan panggil an Yâ sayyid îyâ rasûlallâh tidak l ah berarti m enyam ak an
Al l
ah d an R asul ullah se bagaim ana k aum Nasrani m e njad ik an nabi
m e re k a se bagai Tuh an se lain Allah . Ak an te tapi, panggil an Yâ sayyid î
yâ rasûlallâh ad al ah pe nye butan taw assulk e pad a R asul ullah , pe -
nyand aran m ajâz d e ngan m e ngam bilpe nge rtian usah a, pe rantara
m e nd apatk an syafa’at, d an pe rantara m e l ak sanak an pe rintah Al lah
d an rasul -Nya se bagaim ana firm an Al lah : “H ai orang-orang yang
be rim an, tak utl ah k am u k e pad a Al lah d an caril ah w asilah (jal an)
k e pad a-Nya” (Q S. al-M â’id ah [5]: 35). Ayat ini m e ngand ung
pe nge rtian bah w a tid ak ad a w asî lah k e pad a Al lah yang l e bih d e k at
d an l ebih agung d aripad a be r-w asî lah m e lalui R asulul l
ah Saw . D al am
k aitan ini, R asul ullah be rsabd a: “Be rtaw asul lah d e ngank u d an k e -
luargak u (untuk m e nuju) k e pad a Al lah k are na se sungguh nya orang
yang be r-w asilah itu tid ak ak an d itol ak ” (H .R . Ibn M ajah ).
Ibn Abbas, sal ah seorang sah abatnabi, m em ak nai w asilah sebagai
“se m ua pe rk ara yang m e nd e k atk an d iri k e pad a Al
lah , d an m e nye but
nabi ad alah term asuk ibad ah .” Pernyataan Ibn Abbas ini sesuai d engan
sabd a nabi: “M e ngingat ak u (m e nye but nam anya) ad al ah ibad ah ”
(H .R . Ibn M ajah ).
D i d al am h ad its yang lain d inyatak an: “Ingatk e pad a para nabi
ad al ah bagian d ari ibad ah , ingatorang-orang yang sal eh ad alah pe ne -
b us k ifarat (d e nd a bagi pe l anggaran h uk um ), ingat m ati ad al ah
se d e k ah , d an ingatk ubur ak an m e nd e k atk an k am u se k al
ian k e pad a
surga” (H .R . ad -D ail am i).
Atas d asar ayat d an h ad its d i atas, m e ngucapk an Yâ sayyid îyâ
rasûlallâh m e rupak an bagian d ari m e ngingat rasuld an juga se ruan
langsung k epad a R asul ullah untuk m e m oh on syafa’atnya yang dijiw ai
rasa ta’zh îm (m em ul iak an), m ah ab bah (cinta), dan iftiq h ar (cetusan rasa
butuh ). D engan d em ik ian, m em anggilYâ sayyid îyâ rasûlallâh k epad a
R asul ul lah m erupak an suatu be ntuk pe m ul iaan k epad a k ek asih Al lah .
Ol e h k are na itu, sud ah se pantasnya bagi um atIsl am untuk m em ang-
gilnya d e ngan panggil an pe nuh pe ngh orm atan d an m e m ul iak an.

235
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Se bab, Al lah se nd iri juga m e m uji R asul


ull
ah , se pe rti d alam firm an-
Nya: “D an sesungguh nya engk au (Muh am m ad ) benar-be nar berbud i
pe k e rti luh ur” (Q S. al -Q alam [68]: 4). Se balik nya, Al lah m e l
arang
k ita m e m anggilR asul ul
lah d e ngan panggil an yang re m e h : “D an
janganl ah k alian m e m anggilrasulse bagaim ana k al ian m e m anggil
satu sam a l ain d i antara k alian” (Q S. an-Nûr [24]: 63).
Te rk ait d e ngan firm an Al
lah d i atas, d i d al
am k itab Tafsî
r ash -
Sh âw i d ije l
ask an:
“Maksud panggilan kepada Rasulullah adalah janganlah me-
manggil Rasulullah Saw. dengan mengatakan Yâ Muhammad, dan
jangan pula dengan julukan (laqab)-nya, misalnya dengan me-
ngatakan Yâ Abal-Qâsim, tapi memanggillah dan beraudiensilah
dengan mengagungkan (ta’zhîm), memuliakan (takrîm), dan
merfendahkan diri (tauqîr). Maka panggillah dengan Yâ Rasûlallâh,
Yâ Nabiallâh, Yâ imâm al-mursalîn, Yâ rasûl rabb al-‘âlamîn, Yâ
khâtim an-nabiyyîn, dan sebagainya (seperti yâ syâfi’ al-khalq, yâ
rahmah li al-‘âlamîn, yâ khaira khalqillâh, yâ khaira wâlid, yâ khaira
walad, yâ hâdi al-anâm, yâ nûr al-khalq, yâ habîballâh) ...” 21

Se l ain itu, m e nye butatau m e m anggilR asul ul lah d e ngan pang-


gil an Yâ sayyid îyâ rasûlallâh ad al ah te rm asuk d zik ir k e pad a Allah ,
se bagaim ana h ad its nabi: “Barang siapa yang be rd zik ir k e pad ak u
m ak a d ia be rd zik ir k e pad a Al lah , barang siapa yang m e ncintaik u
m ak a d ia m e ncintai Al lah , d an orang yang m e m b aca sh al aw at
k e pad ak u m ak a d ia be rd zik ir k e pad a Al ah .”22
l
Syak ih Yusuf an-Nabh ani m e nyatak an: “Siyâd ah (m e m baca Yâ
Sayyid î) ad alah ibad ah k are na orang yang m e m baca sh al aw at pasti
be rm ak sud , d e ngan sh alaw atnya, untuk ta’zh î
m k e pad a R asulul l
ah
seh ingga m eninggal k an tasyî
d (bacaan Yâ Sayyid î
) pada saatitu tidak l
ah
23
ad a artinya k are na tasyid ad alah inti pe ngagungan.”

21
Ahmad Shawi al-Maliki, Hâsyiyah ash-Shâwi ‘alâ al-Jalâlain, juz III, (Beirut-
Libanon: Dar al-Fikr, 1993), hlm. 124.
22
Sayyid Syaikh Yusuf an-Nabhani, Sa’âdah ad-Dârain …, hlm. 66.
23
Ibid., hlm. 66.

236
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

D al am m asal ah ini h arus d iak ui, ad a se k e l


om pok orang yang
be rpe nd apat bah w a pe ngagungan te rh ad ap R asul ullah d inil ai sam a
d e ngan pe ngagungan k aum Nasrani te rh ad ap Nabi Isa, ol e h k are na
itu d ih uk um i se bagai pe rbuatan syirik . M e nurut k am i, pe nd apat
se pe rti ini tid ak lah te pat k are na pe ngagungan te rh ad ap R asul ul lah
d ise babk an ol e h m artabatnya yang pal ing tinggi d iband ing d e ngan
se m u a m ak h l u k yang l ain, b u k annya m e nse jajark an m artab at
R asul ullah d e ngan Al lah . Se m e ntara pe ngagungan k aum Nasrani
te rh ad ap Isa Al m asih itu tid ak h anya se batas pe ngagungan Nabi Isa
se bagai utusan Al lah , te tapi sam pai pad a k e pe rcayaan d an k e yak inan
bah w a Isa Al m asih ad al ah anak tuh an.
Begitu juga k am i tid ak se pak atd e ngan pe nd apatyang m e nyata-
k an bah w a antara m e ngagungk an d e ngan m e nye m bah ad al ah sam a.
Pe nd apatse pe rti ini je las tid ak d apatd ite rim a. Se bab, antara m e ng-
agungk an d an m e nye m bah ad al ah d ua h alyang je l as be rbe d a. Ad a
banyak buk ti yang m e nunjuk k an h alte rse but. D al am Al -Q ur’an,
m isalnya, ad a ayatyang m enginform asik an bah w a para m al aik atber-
sujud k epad a Nabi Ad am k are na d ipe rintah ol eh Allah . Pe ngh orm at-
an se pe rti itu, bah k an sam pai be rsujud k e pad a Nabi Ad am , tid ak l ah
d apat d ianggap se bagai pe nye m bah an. Be gitu juga R asul ullah yang
se l
alu m e re nd ah k an bah unya bil a be rte m u sah abatnya tid ak bisa d i-
m ak nai se bagai pe nye m bah an. D al am k e h id upan ini, prak tik para
pe jabat yang m e m anggilatasannya d e ngan panggil an yang m ul ia
juga tid ak d apat d iartik an pe nye m bah an. Be gitu juga d al am trad isi
Jaw a d i m ana anak -anak d al am se tiap l e baran be rsim puh pad a orang
tuanya tid ak bisa d ise but se bagai be ntuk pe nye m bah an yang m e m -
bah ayak an im an.
c. Tentang bacaan sayyid inâ
Se cara bah asa, te rm sayyid m e ngand ung arti orang yang te r-
tinggi (te rm ul ia) d aripad a yang l ain. Se bagaim ana orang yang te r-
tinggi k e d ud uk annya d i suatu d e sa d inam ak an sayyid al-q aryah d an
orang yang te rtinggi d i suatu ne gara d ise but sayyid al-b alad .

237
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

D al am sh alaw ât m a’tsûrah (sh al aw at yang re d ak sinya d isusun


oleh R asul ullah ) m em ang tid ak ada yang m enggunak an k ata sayyid inâ.
Ak an te tapi, h alitu tid ak boleh d im ak nai bah w a k ita juga tid ak bol eh
m e nggunak an k ata sayyid ina k e tik a m e m baca sh al aw at. Se bab, tid ak
ad anya k ata sayyid ina d al am sh alaw atm a’tsurah l e bih be rm ak na atau
m e nunjuk k an k e l uh uran bud i R asul ullah yang tid ak pe rnah m e -
nonjol k an d iri. D ia sel
alu bersik ap taw âd h u’ dan lem ah l em butk epad a
siapa pun, suatu sik ap yang se h arusnya d ite l ad ani ol e h um atnya.
D al am tradisi Sunni, k ata sayyid ina sering dilafalk an k etik a m em -
baca sh al aw at atau k e tik a m e nye but nam a Nabi M uh am m ad . K ata
itu m e rupak an tam bah an yang d ibe rik an ol e h para sah abat rasul ,
se bagai be ntuk rasa ta‘zh î m (m e ngagungk an) d an m ah ab b ah (cinta)
k e pad anya. D alam pand angan k aum Sunni, sud ah se w ajarnya um at
R asul ullah m e nye butnya d e ngan k ata sayyid ina, atau k ata l ain yang
sem ak na d engannya, seperti k ata k anjeng, gusti, b end ara, d an b agind a.
Se m ua itu d im ak sud k an untuk m e ngagungk an bagind a nabi d an
se bagai w ujud rasa m ah ab b ah te rh ad apnya. H alitu sam a se k al i tid ak
d im ak sud k an untuk m e ngubah status nabi se bagai utusan Al lah .
Pad a suatu k e se m patan R asulul lah be rsabd a: “Ak u ad al
ah sayyid
bagi anak cucu Ad am d an tid ak m e m banggak an d iri … (H R . Im am
Ah m ad , Tirm id zi, d an Ibn M ajah , d ari Abu Sa’id al -K h ud ri).
Al lah m el arang k ita m em anggilNabi Muh am m ad h anya d engan
m e nye but Yâ M uh am m ad atau Yâ Ab al-Q âsim d an panggil an lain
yang tid ak m engand ung nil ai ta’zh î
m : “Janganl
ah k am u jad ik an pang-
gil an rasul(M uh am m ad ) d i antara k am u se pe rti panggil an se bagian
k am u k e pad a se bagian (yang l ain) …” (Q S. an-Nûr [24]: 63). Ayat
ini m e ne gask an bah w a k ita d il arang m e m anggilNabi M uh am m ad
d e ngan panggil an yang tanpa d ise rtai pe ngh orm atan se bab h alitu
m e rupak an pe ril ak u yang buruk (sû’ul-ad ab ) te rh ad ap R asulullah .
Trad isi m e m pe rbanyak se ruan Yâ sayyid îyâ rasûlallâh d i d al
am
W ah id iyah juga d im ak sud k an untuk m e lak uk an pe ngh orm atan te r-
h ad ap R asul ullah d an se bagai sal
ah satu w ujud rasa m ah ab b ah te r-
h ad apnya. H alte rse b ut sam a se k al i tid ak d im ak sud k an untuk

238
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

m e ninggal k an Allah atau m e nom ord uak an-Nya. Se bal ik nya, nid a’
te rse butd im ak sud k an sek al igus untuk be rd zik ir k epad a Al lah . Sebab,
jik a d ipe rh atik an d al am susunan k al im atnya, d i d al am nya juga
te rd apat l afal“Al lah ”. Se lain itu, be rd zik ir k e pad a R asul ullah juga
term asuk bagian d ari berd zik ir k epad a Al lah , sebagaim ana sabd a nabi:
“Barang siapa yang be rd zik ir k e pad ak u m ak a se sungguh nya d ia be r-
d zik ir k e pad a Allah , barang siapa m e ncintai ak u m ak a se sungguh -
nya d ia m encintai Al l
ah , d an orang yang m em baca sh al aw atk epad ak u
te rm asuk be rd zik ir k e pad a Al lah .24
Lebih d ari itu, berd zik ir k epad a R asul ul
lah juga m erupak an sal ah
satu w ujud rasa m ah ab b ah (cinta) k e pad anya. H alini se bagaim ana
sabd a nabi: “Barang siapa m e ncintai se suatu, niscaya d ia banyak m e -
nyebutnya” (H .R . D ail am i d ari Aisyah ). Sem e ntara m ah ab b ah k epad a
R asul ullah m e rupak an sal ah satu tal i pe ngik at im an k e pad a Al l
ah :
“K e tah uilah , tid ak l
ah be rim an orang yang tid ak m e m punyai rasa
cinta k e pad anya.”25

d. Gh auts d an nazh rah


D al am ajaran W ah id iyah , gh auts m e m ilik i posisi yang strate gis
se te l
ah R asul ul lah . Bah k an, gh auts d iyak ini ol e h para pe ngam al
W ah id iyah se bagai pe nge m ban am anat l angsung d ari Al lah d alam
m e m bim bing um atm anusia, sek al igus d al
am m e nyel am atk an m anu-
sia d ari se gal
a probl e m d an k e buruk an d unia d e m i te rcapainya rid h a
Al lah d i d unia d an ak h irat.
K e yak inan itu b uk an tanpa d asar yurid is m aupun spiritual .
Se jum l ah re fe re nsi naq liyah d ari Al
-Q ur’an d an h ad its se rta re fe re nsi
d ari k itab-k itab tasaw uf m e nd asari k e yak inan itu. D e m ik ian juga
h alnya tentang d asar spiritualyang d igunak an. Singk atnya, k eyak inan
te ntang posisi d an pe ran gh auts d al am ajaran W ah id iyah buk an atas
24
Sayyid Syaikh Yusuf an-Nabhani, Sa’âdah al-Dârain …, hlm. 11.
25
Ibid., hlm. 512. Dalam sebuah hadits yang lain juga dinyatakan: “Tidaklah
sempurna iman seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintai daripada
dirinya sendiri, hartanya, dan manusia semuanya” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad,
Tirmidzi, dan Ibn Majah, dari Anas).

239
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

d asar taq lî
d iyah (ik ut-ik utan), d ok trin tanpa d asar, atau sek ad ar sim bol
k e tok oh an.26
Te rm gh auts27 m erupak an ge l ar yang d il
ek atk an pad a d iri tok oh
tasaw uf. Ia ad al ah re form is yang d iturunk an ol e h All
ah untuk m e m -
pe rb arui ajaran agam anya. D al am se jarah um at m anusia, gh auts
(m ujad d id ) biasanya m unculpad a setiap se ratus tah un. H alini se suai
d e ngan sabd a nabi: “Se sungguh nya Al l
ah m e ngutus untuk um atini
pad a se tiap se ratus tah un se orang yang m e m pe rbarui agam anya.”28
D alam pustak a ajaran W ah id iyah , ge l ar-ge lar sulth ân al-auliyâ’
atau q uth b al-aq th âb juga d igunak an sebagai pend am ping gel ar gh auts.
Bah k an, k ed ua gel ar itu d igunak an untuk m enjel ask an m ak na d efinitif
d ari gh au ts. D igunak annya k e d u a ge l ar te rse b ut d al am ajaran
W ah id iyah d id asark an atas pe m ah am an bah w a d alam tasaw ufniscaya
te rk and ung k onse p tare k atd an nil ai-nil
ai filosofis.
Se cara e tim ologis, gh auts be rarti “pe rtol
ongan”, nam un m ak na
tersebutk em ud ian bergese r m enjad i orang yang m e m be ri pertol
ong-
an. Se l
ain itu, te rm te rse but juga be rm ak na “pe nuntun” atau “pe m -
bim bing”.
D alam pustak a W ah id iyah , gh auts ad al
ah penuntun um atm anu-
sia k e pad a k e baik an d an pe m bim bing k e pad a k e se l
am atan d an k e -
bah agiaan yang d iridh ai ol eh Allah dan rasul -Nya di d unia dan ak h irat.
Gh auts ad al ah pe nuntun d an pe nd id ik , k h ususnya d al am upaya
m e nuju w ush ûl(sad ar, m a’rifat) k e pad a Al l
ah d an rasul -Nya, se rta
pe nol ong d ari be rbagai k e sulitan d an probl e m -probl e m k e h id upan
lainnya.
Se m e ntara d al
am trad isi sufi, yang d im ak sud gh auts ad al ah
sulth ân al-auliyâ` atau q uth b al-aq th âb , yak ni pe m im pin para w ali

26
Syaikh Ahmad Shawi, Hâsyiyah ash-Shâwi …, juz III, hlm. 41.
27
Selain ghauts, terdapat istilah lain yang semakna dengannya, yakni mujaddid,
sulthân al-auliyâ‘, dan quthb al-Athâb.
28
Muhammad Muhiddin Abd al-Hamid, Sunan Abî Dâwud, Jld. IV, (Kairo: at-
Tijariyyah al-Kubra, 1953), hlm. 109.

240
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

Al l
ah . D e ngan d e m ik ian, m ak na gh auts h âd za az-zam ân ad al
ah
pe m im pin para w al i Allah pad a zam an se k arang.
Sunnatul lah yang b e rjal an tiap m asa m e m il ih salah satu d i
antara h am b a-Nya untuk d ijad ik an sulth ân al-auliyâ‘ pad a zam an
yang be rsangk utan, atau yang d ise but juga d e ngan gh auts zam ânih .
Jik a gh auts h ad za az-zam ân ini m eninggald unia m ak a dia ak an diganti.
Be gitu juga jik a pe nggantinya m e ninggalm ak a d ia ak an d iganti l agi.
H alte rse but ak an te rus be rl anjut h ingga h ari k iam at nanti.
D alam k itab M asyâriq al-Anw âr d ije l ask an bah w a gh auts yang
pe rtam a k al
i ial ah Sayyid ina H asan bin ‘Al i (w . 50 H .). Sayyid ina
H asan k e m ud ian d igantik an ol e h Sayyid ina H use in bin Al i. Pad a
generasi berik utnya, d i antara tok oh yang m asuk k ategori gh auts adalah
Syaik h ‘Abd as-Sal am bin M asyisy, Syaik h ‘Abd al -Q ad ir al
-Jailani,
Syaik h Ab i al - H asan asy-Syad zil i, d an Syaik h Bah au d d in an-
Naq syaband i. M e re k a ad al
ah gh auts zam ânih i atau sulth ân al-auliyâ’
pad a zam annya.
Te rk ait d e ngan h alini, nabi pe rnah be rsabd a: “D i k al angan
um atk u se nantiasa tid ak se pi d ari ad anya th â’ifah yang m e m pe r-
juangk an pe rk ara yang be nar sam pai d atangnya h ari k iam at” (H .R .
al-H ak im ). K ata th â’ifah te rse b ut d i d al
am k itab Ad -D a’w ah at-
Tâm m ah d itafsirk an se b agai R ijâlallâh d an Ah lullâh , yak ni al-
Aq th âb .29
D i dal am m enjal ank an fungsinya sebagai gh auts zam ânih m erek a
m e m il
ik i k e bijak an se nd iri-se nd iri, yang te ntu saja be rbe d a antara
satu tok oh d e ngan tok oh l ainnya. Ad a tok oh yang m e m ang d ih arus-
k an untuk m e m prok l am asik an d iri se bagai gh auts zam ân, se pe rti
Syaik h ‘Abd al -Q ad ir al-Jailani d an Syaik h Abi al -H asan asy-Sad zal i.
Ada juga tok oh yang h arus m erah asiak an k ed ud uk annya sebagai gh auts
zam ân, sepe rti Syaik h Abd as-Sal am bin M asyisy d an Im am Naw aw i
al-M urajjih al -Falastin. Ak an te tapi ad a juga tok oh yang d ib e ri

29
Abdullah bin Alawi al-Haddad, Ad-Da’wah at-Tâmmah, (Surabaya: al-Hidayah,
t.t.), hlm. 23–60.

241
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

k ew enangan untuk m erah asiak an atau sebal


ik nya, m e m prok l
am irk an
d iri se bagai gh auts zam ân.
K H . Abd oelM ad jid M a’roef, m uallif Sh al aw atW ah id iyah , tid ak
m e m il ik i ciri-ciri l ah iriah se bagai gh auts h âd za az-zam ân k are na
k e ad aan l ah iriah nya biasa saja, sam a se pe rti h alnya m anusia pad a
um um nya. Ak an tetapi, para pengam alSh al aw atW ah id iyah m em il ik i
k e yak inan b ah w a d ia ad al ah gh auts h âd za az-zam ân k are na d ia
m e m il ik i ciri-ciri batin yang m e nunjuk k an h alitu, se pe rti yang d i-
se butk an d al am k itab Jâm i’ al-Ush ûlfîal-Auliyâ‘d an k itab Taq rî b al-
U sh ûl,yak ni:
a. H atinya se nantiasa th aw âf (inte nsif be rd zik ir) k e pad a Al lah
se panjang m asa; d al am istilah W ah id iyah , se nantiasa lillâh -
b illâh ;
b . M e m punyai sirri (rah asia) yang d apat m e ne robos k e se l uruh
al am , se pe rti m e ratanya roh d i d al am jasad atau se pe rti m e -
re m be snya air d i d al am poh on-poh on;
c. M e nanggung (m e m e rh atik an) k e susah an d an k e sul itan ah l i
d unia.30
D al am k itab Taq rî b al-Ush ûld ik atak an: “Se and ainya tid ak ad a
w âh id az-zam ân yang se nantiasa m e ngh ad ap (taw ajjuh ) k epad a Al lah
te rk ait d e ngan pe rsoal an-pe rsoal an para m ak h l uk , te ntul
ah d atang
pe rintah Al l
ah yang m e nge jutk an m e re k a d an k e m ud ian m e ng-
h ancurk an m erek a.”31 Ad apun w âh id az-zam ân yang d im ak sud dal am
ungk apan te rse but tid ak l ain ad al
ah gh auts h âd za az-zam ân atau
sulth ân al-auliyâ‘.
D e m ik ianl
ah antara l
ain fungsi d an pe ranan gh auts h âd za az-
zam ân. Tanggung jaw abnya be gitu be rat: m e m ik irk an d an m e m e r-

30
Ciri-ciri ini merupakan intisari yang diambil dari beberapa kata ulama yang ‘arif.
Lihat ciri-ciri ghauts hadza az-zaman secara lebih detil dalam kitab Jâmi’ al-
Ushûl fî al-Auliyâ‘ karya an-Naqsyabandi dan kitab Taqrîb al-Ushûl karya.Sayyid
Zaini Dahlan.
31
Sayyid Ahmad, Taqrîb al-Ushûl …, hlm. 53.

242
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

h atik an m asyarak at se luruh al am . Pe rjuangannya, te rutam a be rad a


d al am al am ruh ani. Se d angk an k e giatan-k e giatan l ah iriah nya sam a
d e ngan m anusia pad a um um nya, yak ni m e njal ank an am ar m a’ruf
(m e m e rintah d an m e ngajak pad a k e baik an) d an nah i m unk ar (m e n-
cegah dari perbuatan m ungk ar), m enegak k an k ebenaran dan k ead il an,
d an m e ngajak se rta m e nuntun um atk em bal i sad ar k e pad a Allah d an
rasul -Nya. Se lain itu, tanggung jaw abnya juga m e l iputi k e giatan-
k e giatan d an tugas-tugas k e m anusiaan; m e m be rik an pe rtol ongan,
m enunjuk k an jal an k eluar d ari k esul
itan-k esul itan h id up yang d ialam i
ol e h m asyarak atd alam be rbagai pe rsoal an.
Sebagaim ana diterangk an di depan bah w a gh auts h âd za az-zam ân
d ipil ih d an d iangk at l angsung ol e h Al lah . D al am h alini, Al lah
m e m il ih d an m e ngangk atnya d e ngan cara te rse nd iri. D e ngan k ata
lain, gh auts h âd za az-zam ân b uk anl ah h asild ari pe m il ih an d an
pe ngangk atan ol e h se sam a m anusia atau bah k an se sam a auliyâ’ (para
w al i) Al lah . Ajaran W ah id iyah be ryak inan bah w a gh auts h âd za az-
zam ân ad al ah atq a an-nâs fîzam ânih (m anusia yang pal ing be rtak w a
pad a zam annya). D ia ad al ah insan yang k âm il-m uk am m il,yaitu orang
se m purna d an m am pu m e m b im b ing se k al igus m e njad ik an orang
lain m e njad i se m purna, se orang guru se k al igus m ursyid yang m am pu
m e m bim bing orang l ain untuk bisa m e ncapai w ush ûl(m a’rifat, sad ar)
k e pad a Al lah d an rasul -Nya. D ia ad al ah se orang yang ‘âlim b illâh
w a b i ah k âm ih (se orang yang ‘âr if b illâh , yang m e nguasai d an
k onse k ue n m e njal ank an h uk um -h uk um Al ah ).32
l
D al
am h alk e sad aran k e pad a Allah d an rasul -Nya, gh auts h âd za
az-zam ân d ik aruniai h ak d an w e w e nang yang d isebutjalab d an salab .
Jalab be rarti m e narik , m e ngangk at, m e ningk atk an d e rajatd an im an
se se orang; se d angk an salab b e rarti m e ncab ut m artab at im an se -
seorang. Be rd asark an h altersebutm ak a sud ah se h arusnya k ita m e ng-

32
Di dalam kitab Ahkâm asy-Syarî’ah dinyatakan bahwa ghauts hâdza az-zamân
adalah seorang hakim yang adil dan bijak. Pendapatnya dalam penetapan hukum
selalu tepat dan adil karena pandangan-pandangannya disinari oleh cahaya
ketuhanan (nûr ilâhiyah) yang murni sebagai buah dari hatinya yang senantiasa
thawâf sepanjang masa ke hadirat Allah (qalbuhu yathûf Allâh dâ’iman).

243
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

ad ak an k ontak b atin d e ngan gh auts h âd za az -zam ân , te rutam a


h ubungan ruh ani atau k onsul tasi batin d al am segal a pe rsoal an d unia
d an ak h irat, k h ususnya d alam bid ang w ush ûl(m a’rifat-sad ar) k epad a
Al l
ah d an rasul -Nya. Caranya ad al ah d e ngan m e ne rapk an lilgh auts -
b ilgh auts se bagaim ana pe nje l asan d i d e pan. H alitu se suai d e ngan
firm an Al lah : “M ak a be rtanyalah k e pad a ah l
i d zik ir jik a k al
ian tid ak
m e nge tah ui” (Q S. al -Anb iyâ‘ [21]: 7 d an Q S. an-Nah l[16]: 43).
Yang d im ak sud d e ngan ah l i d zik ir d al am ayat d i atas ad al ah
orang-orang yang ‘âlim b illâh d an m enguasai (h uk um -h uk um ) agam a
Al lah , se rta m e ngam al k an il m u-il m u yang m e re k a m il ik i se m ata-
m ata h anya m e ngh arap rid h a Al l
ah . D al am ajaran W ah id iyah , orang
yang m e m e nuh i k rite ria ah l i d zik ir se pe rti ini ad al
ah gh auts h âd za
az-zam ân. Ini se suai d e ngan firm an Al lah : “D an ik util
ah jal an orang
yang k e m bal i k e pad a-K u, k e m ud ian h anya k e pad a-K ul ah e ngk au
ak an k e m bal i, m ak a K ube ritak an k e pad am u apa yang te l ah k am u
k e rjak an” (Q S. Luq m ân [31]: 15).
D al am se buah h ad its juga d inyatak an: “H e nd ak l ah k am u se -
nantiasa be rsam a d engan Al l
ah . Jik a tid ak bisa m ak a h end ak nya k am u
be rsam a ‘orang yang se l alu be rsam a Al lah ’. Se sungguh nya d ia m e -
w ush ûl-k an k am u k e pad a All
ah , apabil a k am u be se rta d e ngannya.” 33
“O rang yang be rsam a Al lah ” ad alah orang yang h atinya se l alu
ingatk epad a Al lah , se l
alu sad ar k e pad a-Nya. D e ngan d e m ik ian, yang
d im ak sud m an k âna m a’a Allâh (orang yang senantiasa bersam a Al l
ah )
pad a zam an se k arang ini ad al ah gh auts h âd za az-zam ân.
Ad a juga ul am a yang m e ngatak an: “Barang siapa be r-tak lid k e -
pad a orang alim m ak a ia ak an bertem u Al l
ah dengan sel am at.” Ad apun
yang d im ak sud d engan orang alim di sini ad al ah orang yang senantiasa
sad ar k e pad a Allah d an m e nguasai se rta k onse k ue n m e l ak sanak an
h uk um -h uk um Al lah . Pad a saatini, orang se pe rti ini tiad a l
ain ad alah
gh auts h âd za az-zam ân.

33
Sayyid Muhammad Haqqi an-Nazili, Khazînah al-Asrâr, juz 1, (Semarang: Usaha
Keluarga, t.t.), hlm. 194.

244
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

Be rk aitan d e ngan posisi atau k e d ud uk annya, ul am a bisa d i-


klasifik asi m e njad i tiga: [1] ‘âlim b illâh w a b i ah k âm ih (orang yang
alim te rh ad ap Al lah d an h uk um -h uk um nya), [2] ‘âlim b illâh faq ath
(orang yang h anya al im te rh ad ap Al l
ah ), d an (3) ‘âlim b i ah k âm ih
faq ath (orang yang al im te rh ad ap h uk um -h uk um nya saja).
Pe rtam a, ‘âlim b i Allâh w a b i ah k âm ih , yak ni orang yang al im
te rh ad ap Al lah (arif b illah ) d an m e nge tah ui h uk um -h uk um -Nya;
d alam arti m a’rifat(m engenald an sad ar) k epad a Al l
ah d an m enguasai
serta m e lak sanak an d e ngan k onse k ue n h uk um -h uk um Al lah . Ul
am a
yang m e ncapai d e rajat ‘âlim b illâh w a b i ah k âm ih itul ah yang d i-
se b ut orang yang k âm il-m uk am m il(se m purna d an d apat m e m -
bim bing orang l ain m enjad i sem purna). D ial ah orang yang k om peten
d an re sponsibeluntuk d ijad ik an guru m ursyid atau guru pem bim bing
k e arah k e sad aran k e pad a Al l
ah d an rasul -Nya;pe m bim bing d al am
m enjal ank an h uk um -h uk um syari’atsecara tepat, l engk ap, d an d alam
m e ne rapk an h alh aq î q at se cara be nar; pe m bim bing d an pe m bina
d alam h ubungan vertik alk epada Al l
ah (h ab lm in Allâh ) d an h ubungan
h orizontald al am k e h id upan sosialbe rm asyarak at(h ab lm in an-nâs).
K e d ua, ‘âlim b illâh faq ath , yak ni orang yang h anya m e nge nal
Al lah se m ata; d al am arti m a’rifat (m e nge nal -sad ar) k e pad a Allah
nam un tid ak atau k urang m e nguasai h uk um -h uk um -Nya secara l uas.
Ia m e nge tah ui h uk um agam a se k ad ar yang d ipe rl uk an untuk m e -
lak sanak an k e w ajiban-k e w ajiban syari’at bagi d irinya se nd iri. D ia
d apatd ik l asifik asik an sebagai seorang k âm ilnam un bel um m uk am m il
se h ingga bel um bisa atau bel um bol eh d ijad ik an se bagai guru m ursyid
yang m e m bim bing k e arah m a’rifat k e pad a Al lah d an rasul -Nya.
K etiga, ‘âlim b i ah k âm ih faq ath , yak ni orang yang pah am d engan
h uk um -h uk um Al lah , nam un tid ak atau be l um m a’rifatk epad a Al lah
(tid ak sad ar b illâh ). Pe nge tah uan agam anya te ntang h uk um -h uk um
fiq h cuk up l uas, nam un tid ak m e m il ik i il
m u-il
m u h ik m ah . D e ngan
d e m ik ian, d ia bole h d ijad ik an guru h anya d i bid ang syari’at(l ah iriah )
saja, nam un tid ak d apatd ijad ik an pe m bim bing d an pem bina bid ang
w ush ulk e pad a Al lah .

245
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

D e ngan d e m ik ian, orang yang d apat d ijad ik an guru m ursyid


atau pe m bim bing k e arah m a’rifatullah ad al ah ulam a yang m asuk
d alam k l asifik asi pe rtam a, yaitu orang ‘âlim yang ‘ârif b illâh w a b i
ah k âm ih i. Te rk ait d e ngan h alini, d al
am k itab Taq rî
b al-Ush ûld i-
se b utk an:

“Hati orang yang ‘â’rif billâh adalah hadhrah Allâh dan panca-
inderanya sebagai pintu-pintu-Nya. Siapa yang mendekat kepada-
nya dengan pendekatan yang layak dan sesuai dengan keduduk-
annya maka terbukalah pintu-pintu hadhrah Allâh baginya.” 34

D e m ik ianl ah d alil
-d al
ilyang m e nunjuk k an k e istim e w aan se rta
pe rl
unya be rh ubungan d e ngan gh auts h âd za az-zam ân se bagai orang
yang m e nuntun d an m e m bim bing jal an m e nuju w ush ûl, m a’rifat,
atau sad ar k e pad a Allah d an rasul
-Nya.
Ad apun k e rugian bagi orang yang tid ak d apat be rh ubungan
d e ngan orang yang k âm il-m uk am m il, se bagaim ana d ik atak an ol eh
Syaik h D aw ud bin M ak h ol a ad alah bah w a d ia ak an k e l
uar d ari d unia
(m e ninggald unia) d al am k e ad aan be rl
um uran d osa be sar, se k al ipun
ibad ah nya se pe rti ibad ah jin d an m anusia.35
D alam ajaran W ah id iyah d itunjuk k an cara-cara be rh ubungan
d engan gh auts h âd za az-zam ân, antara l ain d e ngan cara m e ngh ad iah -
k an pah ala am al , se pe rti bacaan al
-Fâtih ah .
Persoalannya sek arang adal ah , siapak ah orang yang disebutgh auts
h âd za az-zam ân itu?D i sinil ah W ah id iyah m e ngajark an bah w a para
pe ngam alSh al aw atW ah id iyah tid ak d isyaratk an h arus m e nge tah ui
gh auts h âd za az-zam ân. Se bab, se pe rti sud ah d ise butk an d i m uk a,
tid ak ad a ciri-ciri l
ah iriah yang d apatd ik e m uk ak an te ntang pribad i
se orang gh auts k are na k e ad aan l ah iriah nya biasa-biasa saja se pe rti
h al nya m anusia atau ul am a pad a um um nya. Cuk upl ah bagi para
pengam alSh al aw atW ah idiyah percaya ak an ad anya gh auts pad a zam an
se k arang ini;d al am arti pe rcaya te rh ad ap fungsi d an w e w e nangnya
34
Sayyid Ahmad, Taqrîb al-Ushûl …, hlm. 68.
35
Lihat Ibid., hlm. 58.

246
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

se rta pe rcaya ad anya k eistim ew aan-k e istim ew aan yang Al l


ah k arunia-
k an k epad anya, yang berupa b arak ah , k aram ah , k em am puan m em beri
pancaran ruh ani (nazh rah ) dan bim bingan (tarb iyah ) dal am perjal anan
w ush ûl-m a’rifatk e pad a Al l
ah . Cuk upl ah pe rcaya bah w a gh auts h âd za
az-zam ân ad al ah perantara (sab ab iyah ) bagi para pengam alW ah idiyah
untuk bisa d ik aruniai rah m atd an k e utam aan d ari Al l
ah serta syafa’at
d ari R asul ullah be rupa k e je rnih an h ati, k e te nangan batin, d an k e -
te nte ram an jiw a d e ngan be rk at Sh alaw atW ah id iyah .
Se bagaim ana d iak ui ol e h para tok oh W ah id iyah , tid ak se tiap
orang d an tid ak se m ua pe ngam alW ah id iyah d ik aruniai k e m am puan
m engetah ui atau m engenalsecara jasm aniah m aupun ruh aniah gh auts
h âd za az-zam ân. Jik a d i antara para pe ngam alitu ad a yang d ik aruniai
k e m am puan m e nge rti atau m e nge tah ui, l abih -le bih m e nge nalsiapa
gh auts h âd za az-zam ân m ak a itu ad al ah suatu rah m atd an k e utam a-
an be sar yang d ibe rik an Al l
ah . Pe ngal am an batiniah te rse but h arus
d im anfaatk an d engan sebaik -baik nya, untuk m eningk atk an k esad aran
Fafirrû ila Allâh w a rasûlih ; tid ak bol e h d ijad ik an se bagai bah an
pe m bicaraan atau pe rcak apan, l ebih -l
ebih te rh ad ap orang yang m asih
be l um m e m ilik i pe nge rtian te ntang m asal ah te rse but.
K onsul tasi se cara batiniah d e ngan gh auts h âd za az-zam ân, yang
d alam istil ah tare k at d ise but râb ith ah , jik a d ipe l
ih ara d e ngan baik
ak an b e sar m anfaatnya b agi h u b u ngan jiw a (ta’allu q ) d e ngan
R asul ullah . Ta’alluq ini, se bagaim ana te l ah d ije lask an d i d e pan, m e -
rupak an ak ar tunjang î m ân d an m ah ab b ah , m e njad i poh on n ûr
m a’rifatullâh w a h aq î q atal-M uh am m ad iyyah (cah aya m a’rifatk e pad a
Al l
ah d an h ak ik atM uh am m ad iyah ), d an m enjad i pe tunjuk bagi ber-
m acam h ik m ah k e bijak sanaan.
D alam ajaran W ah id iyah d ijelask an bah w a m inatuntuk m e nge-
tah ui atau m e nge nalpribad i gh auts h âd za az-zam ân d apatd iik h tiari,
antara l ain d e ngan m e m pe rbanyak m e ngirim h ad iah fatih ah atau
m ujah ad ah Sh al aw at W ah id iyah yang d ik h ususk an k e pad a m uallif
d an m em perbanyak istigh atsah d engan m e m perbanyak bacaan sepe rti
d i baw ah ini:

247
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Duhai ghauts-zaman, ke pangkuanmu salam Allah


kuhaturkan; bimbing dan didiklah diriku dengan izin Allah;
Dan arahkan pancaran sinar nazhrah-mu kepadaku ya sayyidi,
dengan nazhrah batin yang me-wushul-kan aku sadar ke hadirat
Yang Mahaluhur.

e . Tasyaffu’
Tasyaffu’ (m e m oh on syafa’atR asul ullah ) m e rupak an bagian d ari
h al -h alyang se ring m e w arnai k e giatan k e agam aan d an sosiald i
k al angan para pe ngam alW ah id iyah , se pe rti pad a acara-acara m ujâ-
h ad ah d i m ana l afaltasyaffu’ m e rupak an b agian inte grald al am
rangk aian Sh al aw at W ah id iyah . Se l
ain itu, ia juga m e w arnai acara-
acara se re m oniald al am se l uruh je nisnya, d al am se nand ung d zik ir
m e nje l ang sh alatjam a’ah l im a w ak tu d an se sud ah nya, pe nyam butan
k e h ad iran pad a upacara te m u pe ngantin, d an bah k an juga d ise nan-
d ungk an d al am pe nyam butan k e h ad iran tok oh pad a acara-acara ber-
se jarah .
D al am ajaran W ah id iyah , tasyaffu’ be rarti m e m oh on k e pad a
R asul ull ah supaya m e m oh onk an k e pad a Al l
ah agar D ia be rk e nan
m e ngabul k an pe rm oh onan te rse but. D al am ajaran W ah id iyah ad a
k eyak inan bah w a pe rtol ongan ad al ah m utl ak m ilik Al
lah , d an bah w a
k e h e nd ak Al lah juga be rsifat m utlak , te rm asuk d alam h alini Al l
ah
b e rk e h e nd ak m e m b e rik an h ak syafa’at rasu l - Nya b agi se l u ru h
m ak h l uk .
D i sini h arus d iak ui bah w a ad a se bagian orang yang be rpe n-
d apat bah w a se l ain Al lah tid ak d apat m e m be ri syafa’at k are na itu
m e m oh on syafa’atk e pad a R asul ullah ad alah sam a d e ngan syirik d an
d an h alitu ad alah tind ak an sesat. Pend apatini d id asark an pad a firm an

248
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

Allah : “K atak anl


ah : sem ua syafa’ath anyal
ah k epunyaan Al
lah sem ata”
(Q S. az-Z um ar [39 ]: 44).
Ak an te tapi, atas d asar ayat itu, W ah id iyah m e nge m uk ak an
pe nje l
asan d an argum e ntasi pe ne gas te rh ad ap m asal
ah te rse but.
a. Tid ak ad a satu ayat pun d al am Al -Q ur’an d an h ad its nabi yang
m el arang m e m oh on syafa’atk e pad a R asulullah , d an
b . Ayatd i atas tid ak m enunjuk k an l arangan m em oh on syafa’at, tetapi
se m ak na d e ngan ayat-ayat l ain yang m e nje l ask an k e m utlak an
k e k uasaan Al lah se bagai pe nguasa tunggalyang tid ak te rsaingi
ol e h apa pun. H alini m e m punyai pe nge rtian bah w a Al l
ah d apat
m e nganuge rah k an apa pun d an k e pad a siapa pun se suai d e ngan
k eh e nd ak -Nya.
D alam Al -Q ur’an ad a ayatyang m e nerangk an tentang anugerah
Al lah k e pad a h am b a-Nya untuk m e m b e rik an syafa’at: “D an se -
se m bah an yang m e re k a se m bah se l ain Al lah tid ak d apat m e m be ri
syafa’at, nam un (yang d apat m e m b e ri syafa’at ial ah ) orang yang
m e ngak ui k e be naran (tauh id ) d an m e re k a m e yak ini(nya)” (Q S. az-
Z uk h ruf [43]: 86).” Pad a bagian ayatyang l ain Al lah berfirm an: “Pad a
h ari itu (h ari k iam at) tiad a be rguna syafa’at, k e cual i (syafa’at) orang
yang te l ah d iizink an ole h Yang M ah a Pe ngasih d an d irid h ai pe rk ata-
annya” (Q S. Th âh â [20]:109 ).
Ayatte rse butm e nunjuk k an bah w a ad a sebagian m ak h l uk Al l
ah
yang d ianuge rah i (d iizink an) untuk m e m be ri syafa’at k e pad a yang
lainnya. K al aupun ad a ayat-ayat yang m e nunjuk k an tid ak ad anya
syafa’at, seperti Q S. al
-Baq arah [2]: 48 d an 123 serta Q S. al -Mud d ats-
tsir [74]: 48, se m ua itu be rh ubungan d e ngan orang-orang m usyrik .
Jik a k ita sud ah yak in bah w a ad a d i antara m ak h l
uk Al
lah yang
d ibe ri w e w e nang untuk m e m be rik an syafa’atk e pad a um atm anusia,
lantas pe rtanyaannya, siapa yang d apatm e m be ri syafa’atd e ngan izin
Al lah te rse b ut. Be rk aitan d e ngan h alini, tam pak nya k ita h arus
m e nyim ak be be rapa h ad its be rik ut ini.

249
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

R asul ullah pernah be rsabd a: “Yang d apatm e m be ri syafa’atpad a


h ari k iam atad a tiga gol ongan, yaitu para nabi, ul am a, d an k em ud ian
syuh ad a’” (H .R . Ibn M ajah d ari Utsm an). H ad its yang l ain m enyata-
k an: “Se orang yang m ati syah id ak an m e m be ri syafa’at k e pad a 70
orang d ari k e l uarganya” (H .R . Abu D aw ud d ari Abi ad -D ard a’). Ad a
juga h ad its yang m enyatak an: “Ak u adal ah sayyid (orang yang term ul ai)
d ari anak cucu Nabi Ad am , d an (ak u m e ngucapk an ini) tid ak k are na
m e m banggak an d iri. Ak u ad al ah orang pe rtam a yang d ibangunk an
d ari k ubur. Ak u ad al ah orang pe rtam a yang m e m be rik an syafa’atd an
orang pe rtam a yang d ite rim a syafa’at-nya, d i tangank ul ah be nd e ra
puji d an d i b aw ah b e nd e ra itu b e rnaung Nabi Ad am d an yang
lainnya” (H .R . at-Tirm id zi d an Ibn M ajah ). Pad a k e se m patan yang
lain rasulbersabd a: “Siapa berziarah k e m ak am k u m ak a w ajib baginya
(m e m e role h ) syafa’at-k u” (H .R . Ibn Ad i d an al
-Baih aq i).
Se m e ntara itu, d i d al
am k itab Syaw âh id al-H aq q d ije lask an:
“Tasyaffu’an (m e m oh on syafa’at) k epad a Nabi Saw ., d i m ana pun pasti
be rm anfaat d an pasti ak an sam pai k e pad a Nabi Saw .”36 D i bagian
lain d alam k itab ini juga d ite gask an:

“Sesungguhnya syafa’at baginda nabi pasti diterima di sisi


Allah, baik di dunia maupun di ahirat, dan juga orang-orang yang
berwasilah kepadanya dalam permohonan mereka agar nabi
berkenan menyampaikan hajat mereka dalam urusan dunia dan
urusan akhirat. Hal tersebut telah disepakati oleh para ulama.” 37

M em oh on syafa’atk epad a R asulull


ah , baik pad a m asa rasulm asih
h id up m aupun se te l ah w afat, d ib ol e h k an d al
am Isl am . Se b ab ,
R asul ul
lah ak an se nantiasa m e nd e ngar d an m e nunjuk k an um atnya
k e jal
an yang be nar. D al am suatu k e se m patan R asul ullah be rsabd a:

“Hidup dan matiku adalah baik bagimu. Semasa hidupku,


aku memberikan tuntunan dan mengajarkan syari’at kepadamu.

36
Yusuf bin Isma’il an-Nabhani, Syawâhid al-Haqq, (Beirut-Libanon: Dar al-Fikr,
t,.t.), hlm. 203.
37
Ibid., hlm. 45.

250
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

Sedangkan setelah wafatku, semua amalmu diperlihatkan kepada-


ku. Maka ketika aku melihat amalmu baik, aku memuji kepada
Allah atas kebaikanmu itu, dan ketika aku melihat amalmu jelek,
aku mohonkan ampunan kepada Allah bagi kamu sekalian (H.R.
al-Bazzar dari Abdullah bin Mas’ud).

D al
am h ad its yang l ain d inyatak an: “Tiad a se orang pun yang
m e nyam paik an sal am k e pad ak u, m e l aink an Allah m e nyam paik an
salam itu k e pad ak u se h ingga ak u m e njaw ab sal
am itu” (H .R . Ah m ad
d an Abu D aw ud ).
D alam h alte rse but, para ul am a be rpe nd apat bah w a k e nd ati
R asul ul l
ah te l ah w afat, b e l
iau te tap tam pak se pe rti m asih h id up.
Ol e h k are na itu, pe nd apatyang m e nyatak an bah w a R asul ullah tid ak
ak an m e m be rik an m anfaatl agi se te l
ah m e ninggald unia ad al ah pe n-
d apatyang sesatd an m enye satk an. D al am Tafsî r Sh âw i d ik em uk ak an:
“M ak a barang siapa be rik tik ad bah w a Nabi Saw . tiad a m anfaat se -
sud ah w afatnya, bah k an d ia d ianggap se pe rti um um nya m anusia,
orang se pe rti itu ad al ah se sat d an m e nye satk an.”38
Sayyid Ah m ad D ak h l an pe rnah m e nuk ilpe nd apat Ab i al -
M aw ah ib asy-Syad zali, se bagai be rik ut: “Allah m e m punyai h am ba-
h am ba yang d ibim bing l angsung ol e h Nabi M uh am m ad Saw . tanpa
perantara se bab banyak nya bacaan sh al iau”.39
aw atm e rek a k epad a be l
Ad apu n b acaan tasyaffu’ d al
am W ah id iyah ad al
ah se b agai
be rik ut:

38
Syaikh Ahmad Shawi, Hâsyiyah ash-Shâwi …, juz 1, hlm. 161.
39
Lihat Syaikh Yusuf an-Nabhani, Sa’âdah ad-Dâraini …, hlm. 511.

251
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Duhai nabi pemberi syafa’at makhluk; shalawat dan salam Allah


kusanjungkan ke pangkuanmu duhai cahaya makhluk, pem-
bimbing manusia
Duhai unsur dan jiwa makhluk, bimbing dan didiklah diriku
Sungguh aku manusia yang selalu berbuat zalim
Tiada arti diriku tanpa engkau duhai sayyidi
Jika engkau hindari aku (akibat keterlaluan berlarut-larutku),
pastilah aku akan hancur binasa
Duhai pemimpin kami, duhai utusan Allah!

Duhai Ghauts Zaman, salam Allah


kusampaikan ke pangkuanmu, bimbing dan didiklah diriku
dengan izin Allah;
Dan arahkan pancaran sinar nazhrah-mu kepadaku, ya sayyidi
Radiasi batin yang me-wushul-kan aku, sadar ke hadirat Tuhanku
Mahaluhur.”

Bacaan tasyaffu’ te rse butbe rbe ntuk baitsyair seh ingga cara pe m -
bacaannya ad alah d e ngan d il aguk an.40

f. Istigh râq
Istigh r âq b e rarti te ngge l
am , yak ni te ngge lam d al am l autan
tauh id . D al am pustak a W ah id iyah , ad a tiga m acam istigh râq , yaitu:
40
Menurut hemat penulis, lagu dalam tasyaffu’ bercorak slow-sentimentil yang
mampu memberikan kesan dan menciptakan suasana rendah diri dan damai.
Pada saat tasyaffu’ disenandungkan, terbentuklah suasana religius khas Wahi-
diyah. Kekhasan itu terbentuk karena paduan harmonis tiga hal, yakni materi
lagu tasyaffu’, corak lagu, dan suasana khidmat yang tertradisikan dengan tata
krama kewahidiyahan. Ketiga hal inilah yang memimpin dua hal lainnya dalam
pembentukan suasana khas tersebut. Demikian ini terjadi oleh karena tata krama
dijunjung tinggi dalam tradisi ketasawufan dan akhlak Wahidiyah. Bahkan, dalam
hemat penulis, seakan-akan penyanyi rock pun tidak berdaya melakukan improvisasi
dengan gaya rock-nya terhadap lagu tasyaffu’ Wahidiyah.

252
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

(1) istigh râq w ah id iyah , (2) istigh râq b i h aq î


q ah al-M uh am m ad iyah ,
d an (3) istigh râq ah ad iyah .
Pertam a, istigh râq w âh id iyah , yak ni m enerapk an k alim atlâ h aula
w alâ q uw w ata illâ b i Allâh se pe rti sud ah d iuraik an d i d e pan pad a
sub pe m bah asan te ntang b illâh . Istigh râq h arus d ite rapk an d i d al am
h ati pad a se m ua situasi d an k ond isi, d al am se tiap ge rak -ge rik l
ah ir
d an batin, d an be rsifat m utl ak . D al am Sh al aw at W ah id iyah juga
te rd apatd oa istigh râq w âh id iyah , yaitu pad a k al im ah an tugh riq anâ
fîlujjati b ah r al-w ah d ah , h attâ lâ nâra …
K e d ua, istigh râq b i h aq î
q ah al-M uh am m ad iyah , yak ni k esad aran
d iri bah w a se l uruh m ak h l uk be rasald ari Nûr M uh am m ad . H alini
juga be rsifat m utl ak , tanpa ad anya pe nge cual ian.
K e tiga, istigh râq ah ad iyyah ad al ah istigh râq se pe rti yang k ita
prak tik k an pad a tiap pengam al an Sh al aw atW ah id iyah d i bagian ak h ir
se be lum m e m baca d oa Fafirrûila Allâh . Jad i, te ngge l am d i d al am
ah ad iyyati d zât Allâh , te ngge l am d i d al am k e e saan Tuh an. Ad apun
cara m e m prak tik annya ad al ah d e ngan berd iam l ah ir d an batin, tid ak
m e m b aca atau m e w irid k an se suatu apa pun. Pik iran, pe rh atian,
perasaan, pe ngl ih atan, d an pe nd e ngaran, se m uanya d iarah k an h anya
k e pad a Al lah sem ata. Tid ak ad a perh atian k epad a sel ain Al lah !H anya
Al lah !Buk an l afalAl l
ah , te tapi Al lah –Tuh an!Pe ngal am an se pe rti ini
te rk ad ang juga d iungk apk an d e ngan istil ah Lâ m aujûd a illâ Allâh
(tiad a yang w ujud se l ain Al lah ). Artinya, k are na k uatnya k onse ntrasi
h anya k e pad a Al lah m ak a yang se l ain-Nya m e njad i tid ak te rl ih at;
tid ak te rl ih at ol e h pand angan m ata h ati, buk an pand angan l ah ir.
Yang te rl ih at h anyal ah Al l
ah . D irinya se nd iri juga tid ak te rl ih at
se h ingga bol e h d ik atak an bah w a tiad a w ujud se l ain Al lah .
O rang yang sed ang istigh raq , term enum , d an terpesona terh ad ap
se suatu, d ia tid ak m e l
ih atapa pun se l ain se suatu yang m e m buatnya
te rpe sona. D irinya se nd iri pun sud ah tid ak te rl
intas l
agi d al
am jang-
k auan pe ngl ih atan batin atau pe rasaannya. H anya saja, k e ad aan se -
pe rti itu h anya d ialam i d alam be be rapa saat: m ungk in h anya d al am

253
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

be be rapa d e tik , nam un bisa juga te rjad i d alam te m po yang l


e bih
lam a. Be gitul ah gam baran d ari istigh râq ah ad iyyah .
Se lain istilah lâ m aujûd a illâ Allâh ad a l agi yang m e nye butnya
d e ngan m anunggaling k aw ula lan gusti (m e nyatunya h am ba d e ngan
Tuh an). Istil ah ini m unculd ari trad isi spiritual itas d i Jaw a. D al am
d unia tasaw uf, ad a juga istil ah l ain yang d igunak an, se pe rti ittih âd ,
ittih âd b i al-h ulûl(k e m anunggal an d al am be ntuk pe nje l m aan Tuh an
k e d al
am diri m anusia) d an ittih âd b i w ah d ah al-w ujûd (k em anunggal -
an m anusia d al am d iri Tuh an). Ak an te tapi, istil ah -istilah te rse but
sebenarnya k urang tepatk arena d i d al am istil ah m anunggalatau istil ah
ittih âd m asih ad a d ua unsur, yak ni k aw ula d an Gusti (h am ba d an
Tuh an) pad ah alpad a h ak ik atnya h anya ad a satu h ak ik at, yak ni Al lah .
Pem ah am an tentang istigh râq ah ad iyyah tid ak h anya bersifatk on-
se ptual , te tapi juga be rsifat prak tis;d alam arti bah w a ia d ite rapk an,
d iprak tik k an, d an d irasak an. Se te l
ah itu, baru be nar-be nar d apatd i-
m e nge rti apa d an bagaim ana pe ngal am an istigh râq ah ad iyyah itu.
Pe ngal am an se pe rti ini sangatm irip d e ngan k e jad ian saatk ita tid ak
d apatm e njel ask an m anisnya gul a persis se pe rti rasanya. Jik a d i d al
am
m ul utk ita ad a gul a, itulah m anisnya gul a. Be gitu juga te ntang istigh -
râq ah ad iyyah , gam b aran se b e narnya tid ak d apat d ipah am i d ari
susunan k ata-k ata, ia h anya bisa d ipah am i d e ngan d zaw q (rasa).
Pengal am an istigh râq ah ad iyyah itu se nd iri h anya bisa d irasak an
d alam jangk a w ak tu tertentu saja: ad a orang yang m erasak annya h anya
be be rapa d e tik saja, nam un ad a juga yg bisa m e ngal am inya h ingga
satu m enit, d ua m enit, l im a m enit, sepul uh m enit, atau bah k an l ebih
lam a d ari itu. D al am h alini, l atih an se cara inte nsif d im ungk ink an
d apat m e ningk atk an k e m am puan untuk m e m ah am i se cara prak tis
te rh ad ap istigh râq ah ad iyyah . D alam k aitan ini, K H . Abd oe lM ad jid
M a’roe f se ring m e nganju rk an k e pad a para pe ngam alSh al aw at
W ah id iyah supaya banyak m e l ak uk an latih an istigh râq ah ad iyyah d i
m ana saja d an juga k apan saja, tid ak te rbatas h anya k e tik a se d ang
m el ak sanak an m ujah ad ah W ah id iyah ; m isal nya se su d ah sh al at
m ak tubah , pad a w ak tu m al am h ari, d alam situasi yang tenang, w ak tu

254
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

sid em k ayon, w ak tu-w ak tu istirah atd i saw ah , d i l


ad ang, atau d i saat-
saat se nggang l ainnya. H alini ak an sangat be rm anfaat untuk m e n-
d apatk an pe ngal am an batin d al am istigh râq ah ad iyyah .
Istigh râq itu sendiri, baik istigh râq w âh id iyyah , istigh râq b i h aq î
q ah
al-M uh am m ad iyah , m aupun istigh râq ah ad iyyah , te rm asuk ibad ah
batin yang be sar nil ainya. D al am k itab Taq rî b al-Ush ûl, m isal nya,
d ise b utk an: “D ud uk se saat (d al am istigh râq ) l e bih b aik d aripad a
ibad ah h aji se ribu k al i.”41
Ini tid ak be rarti bah w a ibad ah h aji, atau ibad ah -ibad ah l ainnya,
m enjad i tid ak penting. Sebab, sem ua ibad ah m e m il ik i nil ai tersend iri.
Ibad ah h aji, yang te rm asuk ruk un Isl am k e lim a, w ajib d il ak sanak an
ol e h siapa pun yang m e m il ik i k e m am puan untuk m anunaik annya.
Ibad ah h aji tid ak bol e h d iganti d e ngan je nis ibad ah l ainnya; l e bih -
le bih ibad ah l ah iriah d iganti ol e h ibad ah batiniah . Ini sam a se k al i
tid ak d ibenark an d al am ajaran Isl am . Ibad ah lah ir h arus d il ak sanak an
se m e stinya, d i sam ping ibad ah batin juga tid ak bol e h d itinggal k an.
K ontek s k al im at(siyâq al-k alam ) pad a k al im at: “d ud uk se saat(d al am
istigh râq ) l e bih baik d aripad a ibad ah h aji se ribu k al i”, h anya se bagai
k alam k h ab ar (k al im atberita, inform atif), m em beritah uk an k e baik an
istigh râq . D i sini yang d ibah as ad al ah m asal ah nil ai, buk an m asal ah
h uk um . H arus ad a pe rbe d aan atau pe rband ingan d al am h alpe n-
d e k atannya. M asal ah nil ai tid ak d apat d id e k ati d e ngan pe rspe k tif
h uk um , se k al ipun m ungk in d apat saja te rjad i inte rak si (sal ing m e -
m engaruh i), bah k an interd ependensi (sal ing berk aitan) antara m asal ah
nil ai d an m asal ah h uk um .
Se nad a d e ngan ungk apan “d ud uk se saat(d al am istigh râq ) l
e bih
baik d aripad a ibad ah h aji se ribu k al i”, ad alah ungk apan: “Lail atul
q ad ar itu l e bih baik d aripad a se ribu bul an” (Q S. al -Q ad r [9 7]: 3).
Te rk ait d e ngan ungk apan te rse but, d i d al am k itab Taq rî b al-Ush ûl
dicantum k an pernyataan Syaik h Al i al
-H aiti: “K etik a pertol
ongan Il ah i

41
Sayyid Ahmad, Taqrîb al-Ushûl… hlm. 108.

255
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

d atang pad a se orang h am ba m ak a d zarrah m in ‘um rih (se d e tik d ari


um urnya) se pad an d e ngan ibad ah (l ah ir) se ribu tah un.”42
Pe rtol ongan Al lah yang d im ak sud d al am ungk apan d i atas ad a-
lah k em am puan untuk ber-istigh raq atau tafak k ur k epada Al lah . D engan
d e m ik ian, ungk apan d i atas m engand ung m ak na bah w a ak tivitas be r-
istigh raq atau tafak k ur k epada Al l
ah yang d ilak uk an m esk i h anya sesaat,
nil ainya sepad an d engan ibad ah l ah iriah yang d ilak uk an selam a seribu
tah un. Yang d im ak sud tafak k ur d i sini ad al ah m e m ik irk an d an m e -
re nungk an k e be saran d an k e agungan Al l
ah . D alam h alini, ak tivitas
ak al(rasio) jauh l e b ih b e sar nil ainya d aripad a ak tivitas ib ad ah
bad aniah . D al am k aitan ini, Syaik h an-Naq syaband i m e nje l ask an:
“Tafak k ur se saat l e bih baik d aripad a ibad ah l ah iriah se tah un.”43
D al am re fe re nsi l
ain juga d ije l
ask an: “Se d ik itd ari am alibad ah
h ati (ibad ah batiniah ) l e bih baik d aripad a se gunung am alibad ah
lah iriah .”44 Yang d im ak sud ibad ah l ah iriah d i sini ad alah ibad ah yang
h anya m e m e nuh i syarat-syarat d an ruk un-ruk un l ah iriah nya saja.
Se d angk an yang d im ak sud ibad ah batiniah ad al ah ibad ah yang l e bih
m e nge d e pank an unsur batini, se pe rti istigh râq .

g. Taw assul
Taw assulpad a d asarnya m e rupak an k onse p yang d apatd ite m ui
pad a se luruh aliran tasaw uf atau tare k at, baik d al am ajaran Isl am
m aupun l ainnya. Secara e tim ologis, taw assulberarti pe rm intaan (pe r-
m oh onan).45 Se m e ntara se cara te rm inologis, taw assulad alah m e d ia
strategis untuk m em bangun jal an spirituald em i suk sesnya pe rjal
anan
batiniah m e nuju Al l
ah .
D al
am pe m bah asan d i sini, taw assulyang d im ak sud k an ad alah
taw assulyang be rk aitan d e ngan d oa (pe rm oh onan k e pad a Al lah ).
42
Sayyid Ahmad, Taqrîb al-Ushûl …, hlm. 93.
43
Syaikh an-Nasik Diya’uddin, Jâmi’ al-Ushîl …, hlm. 237.
44
Lihat Al-Hikam I, hlm. 78 dan juga Syaikh Ahmad Shawi, Hâsyiyah ash-Shâwi,
juz I, hlm. 172.
45
Idris al-Marbawi, Kamus Arab-Melayu, hlm. 389.

256
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

H alini penting dipah am i k arena dal am doa yang m enggunak an w asilah


(pe rantara) te rd apat pe rbe d aan pe nd apat: ad a yang m e m bole h k an
d an ad a juga yang m e l arang. Taw assulitu se nd iri bisa d ilak uk an
d e ngan m e nggunak an be be rapa cara atau m e tod e , d i antaranya:
1. Taw assuld e ngan m e nggunak an al
-Asm â‘ al -H usnâ
Contoh taw assuld engan al-asm â‘al-h usnâ (9 9 nam a Al
lah ) ad al
ah :
a.

b.

Pad a d ua contoh pe rtam a, taw assuld e ngan al-asm â‘ al-h usnâ


te rd apat pad a k ata-k ata: Ya w ah id u ya ah ad u ya w ajid u ya jaw w ad u
(Ya Tuh an Yang M ah a Esa, ya Tuh an Yang M ah asatu, ya Tuh an Yang
M ah a M ene m uk an, ya Tuh an Yang M ah a M el im pah k an). Sed angk an
pad a contoh k e d ua, taw assuld e ngan al-asm â‘al-h usnâ te rd apatd al am
k ata-k at: Allah um m a b i h aq q ism ik a al-A’zh am (Ya Al lah , d e ngan h ak
k e be saran asm a-M u).
Ad apun d asar h uk um taw assuld e ngan al-asm â‘al-h usnâ ad al
ah :
a. Firm an Al lah : “H anya m il
ik Allah al-asm â‘ al-h usnâ, m ak a be r-
m oh onl ah k epad a-Nya d engan m enyebut al-Asm a al-H usna itu”
(Q S. al -A’râf [7]: 180).
b . H ad its Nabi. Nabi M uh am m ad Saw . se nd iri be rd oa d e ngan be r-
taw assuld e ngan al-asm â‘al-h usnâ, se pe rti d oa be rik ut ini:

257
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ya Allah,


Tuhan Yang Mahaesa, yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu, yang tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan
yang tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. Aku memohon
kepada-Mu untuk mengampuni dosa-dosaku. Sesungguhnya
Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang ...” (HR. Abu
Dawud, an-Nasai, dan Ahmad dengan sanad shahih).

2. Taw assuld e ngan pribad i R asul ullah


W asilah d e ngan pribad i R asul ull
ah juga pe rnah d il ak uk an ol
eh
sah abat nabi se pe rti yang d ice ritak an d al
am h ad its be rik ut ini:

Dari Utsman bin Hunaif, bahwasanya seorang laki-laki yang


sakit mata datang kepada Rasulullah Saw. sambil berkata: “Ya
Rasulullah, mohonkanlah kepada Allah agar aku sembuh.” Beliau
menjawab: “Kalau kau mau kudoakan dan mau bersabar, itu lebih
baik.” Laki-laki itu menjawab: “doakanlah saya.” Lantas Rasulullah
Saw. menyuruhnya agar berwudhu dan memperbaiki wudhunya.
Dan kemudian berdoa dengan doa: “Ya Allah, sesungguhnya saya
menghadap kepadamu (tawassul) dengan Nabi-Mu Muhammad,

258
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

nabi pembawa rahmat. Sesungguhnya saya menghadap Tuhanku


bersamamu (Rasulullah) untuk mengabulkan hajatku ini. Ya Allah,
berikanlah syafa’at-nya untukku.” 46

3. Taw assuld e ngan orang-orang sal e h (Sh âlih în)


Be r-taw assuld e ngan orang-orang sal e h se l
ain R asulul lah juga
pernah d il ak uk an ol
eh K h al
ifah Um ar, yaitu pad a saatd ia ber-taw assul
d e ngan pam an Nabi Saw ., Abbas bin Abd al -M uth al
ib.

Dari Anas, saat terjadi kemarau panjang, sesungguhnya Umar


bin Khattab r.a. meminta hujan (kepada Allah) dengan ber-
tawassul kepada Abbas bin Abdul Muthalib. Dia berdoa: “Ya
Allah, kami pernah ber-tawassul kepada-Mu dengan nabi kami,
maka Engkau menurunkan hujan, dan (sekarang) kami ber-
tawassul kepada-Mu dengan paman nabi kami (Abbas) maka
turunkanlah hujan kepada kami. Kemudian hujan pun turun
kepada mereka” (H.R. Bukhari).

4. Taw assuld e ngan am alsal eh


D alam se buah h ad its yang cuk up panjang yang d iriw ayatk an
ol e h al-Buk h ari d an M usl im d ari Abd ul lah bin Um ar, R asul ul
lah
Saw . pe rnah m e nce ritak an te ntang orang d i zam an d ah ulu yang te r-
tutup batu d al am se buah gua. K e tiga orang tad i baru d apat k e l uar
d ari gua se te l
ah be rd oa k e pad a Allah d e ngan be r-taw assuld e ngan
am al -am alm e re k a yang saleh .

46
At-Turmudzi, Sunan at-Turmudzi, “kitab (bab) Da’awat”, hadits nomor 3502.

259
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Abdullah bin Umar bin Khattab r.a. berkata: Saya telah men-
dengar Rasulullah Saw. bersabda: “Dahulu, sebelum kalian, ada tiga
orang yang bepergian dan karena suatu sebab mereka kemudian
bermalam di sebuah gua (maksudnya hendak beristirahat). Setelah
mereka masuk gua, tiba-tiba ada batu besar jatuh dari atas gunung
tepat di pintu gua itu. Maka gua itu tertutup dan ketiganya tidak
dapat keluar. Kemudian berkata: “Sesungguhnya kalian tidak akan
bisa selamat dari batu ini kecuali jika kalian mau berdoa kepada
Allah dengan perantara amal salehmu masing-masing.”47

C.Piagam Ngad il
uw ih d al
am Se jarah W ah id iyah
Piagam Ngad il uw ih pad a d asarnya m e rupak an fond asi k onse p-
tualyang m e ngiringi d ial e k tik a h istoris d al
am k e l ah iran Sh alaw at
W ah id iyah sebagai fenom e na k ul turald al am se jarah tasaw uf d i Ind o-
nesia. Pad a tataran d ialek tik a h istoris, piagam tersebutd ik enald engan
istil
ah “Piagam K eputusan Musyaw arah Ngad il uw ih ” atau yang lebih
popul e r d e ngan se butan “Piagam Ngad il uw ih ”.48
Pad a suatu k esem patan, k al
angan tok oh W ah id iyah d isod ori ber-
bagai pe rtanyaan yang be rk e naan d e ngan sh alaw atd an ajaran W ah i-
d iyah . Pe rtanyaan-pe rtanyaan te rse but d atang d ari k al angan tok oh
Nah d h atulUl am a Propinsi Jaw a Tim ur. D alam m e njaw ab be rbagai
pe rsoal an te rse but, k al
angan W ah id iyah d iw ak il
i ol e h K H . M oh .

47
Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri, “kitab (bab) al-Buyû’”, hadits nomor 958 dan
2063, dan “kitab Muzâra’ah”, hadis nomor 2165; Imam Muslim, Shahîh Mus-
lim, “kitab Dzikr wa ad-Du’â wa at-Taubah wa al-Istighfâr”, hadis nomor 4926.
48
Ngadiluwih adalah nama suatu daerah di Kabupaten Kediri yang dijadikan tempat
musyawarah bersejarah tersebut.

260
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

Ih san M ah in (Pengasuh Pesantren At-Tah dzib, R ejoagung, K ecam atan


Ngoro, K abupate n Jom bang) se bagai pim pinan k afil ah d e ngan d i-
d am pingi ol e h d ua orang anggotanya, yak ni K iai M oh . Jazul y d an
49
Agus Ah m ad Baid h ow i. Sed angk an d ari k al angan Nah d h atulUl am a
Propinsi Jaw aTim ur diw ak il i oleh K H . Abu Syujak 50 sebagai pim pinan
k afil
ah , yang d id am pingi ol eh tiga orang anggotanya, yak ni K iai Abd .
M uk h ith , K H . Ak h m ad i, d an K iai Abd . K h al
im Syafi’i.
Be rik ut ini ad al
ah re d ak si “Piagam Ngad il
uw ih ”, yang d itul
is
ul
ang se suai d e ngan nask ah asl inya.

PIAGAM
K EPUTUSAN M USYAW AR AH NGAD ILUW IH

Bism i Allâh i ar-R ah m ân ar-R ah î


m
K am i, yang te rse but d an be rtand a tangan d i baw ah ini:
(1)K H . ABU SYUJAK , Ngad il uw ih , K e d iri
be rsam a-sam a d an d id am pingi ol eh :
- K . ABD . M UK H ITH
- K .H . AK H M AD I
- K . ABD . K H ALIM SYAFI’I.
(2)K . M O H . IH SAN M AH IN, PA. R e joagung, Ngoro, Jom bang
be rsam a-sam a d an d id am pingi ol eh :
- K . M O H . JAZ ULY
- AGUSAH M AD BAID H O W I

49
Dijadikannya KH. Ihsan Mahin sebagai pimpinan kafilah dari Wahidiyah adalah
atas amanat dari muallif-nya, Syaikh K.H. Abdoel Madjid Ma’roef.
50
KH. Abu Syujak adalah seorang pen-tashih (korektor) kitab-kitab Islam yang pernah
belajar di Timur Tengah selama kurang-lebih 15 tahun. Informasi ini diperoleh
dari dokumen yang ada di DPP PSW dan hasil wawancara dengan Bapak
Munshorif, pada hari Sabtu, 4 Februari 2006. Menurutnya, hal tersebut bersumber
dari KH. Ihsan Mahin.

261
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

te lah m e nye l e nggarak an M usyaw arah te ntang be b e rapa m as’alah


d iniyah , pad a:
- tanggal20 O k tobe r 19 79 (29 D zulQ a’d ah 139 9 H .)
be rte m pat d i rum ah K H . Abu Syujak , Ngad il uw ih , K e d iri
- tanggal15 D e sm be r 19 79 (25 M uh arram 1400 H .)
d al am suasana ta’aruf untuk m e m pe rol e h k e b e naran h ak ik i,
d iland asi se m angat uk h uw ah Isl am iyah guna m e m pe rol e h rid h a
Al l
ah SW T.
Se suai tata te rtib m usyaw arah yang te l ah k am i se pak ati be rsam a,
d e ngan ini k am i be rik rar untuk :
Se cara k ose k ue n m e naati d an m e m be l
a se rta m e m pe rjuangk an
se m ua k e putusan m usyaw arah .
K e putusan-k e putusan m usyaw arah se banyak 11 (se be l as) pasal
d isusun se d e m ik ian rupa untuk m e m ud ah k an pe ngk ajiannya.
D e ngan m e m oh on rid h a Al
lah SW T., d an se suai d e ngan tata
te rtib m usyaw arah Bab Vayat(6), Piagam K e putusan M usyaw arah
ini k am i tand a tangani be rsam a.
K ED IR I, 19 80 M .
1400 H .
K am i (2) K am i (1)

K . M O H . IH SAN M AH IN K .H . ABU SYUJAK

Sak si-sak si/Pim pinan Sid ang:


K etua Sek retaris

H . M O H AM M AD SYIFA D R S. M ANSYUR AD NAN

262
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

K esebelas persoal an yang diajuk an oleh tok oh -tok oh d ari k al


ang-
an Nah d h atulUl am a d an se k aligus yang d ijaw ab ol e h para tok oh
W ah id iyah d an ak h irnya m e njad i pasalyang ad a d al am d ok um e n
Piagam Ngad il uw ih te rse but ad alah :
1. Pe rih alm urab b ûn fîâk h ir az-zam an;
2. Pe rih alm e ngapa Sh al aw atW ah id iyah yang d ipil ih d an tid ak m e -
m ilih sh al aw at yang w ârid ah ;
3. Pe rih alm ujad d id ;
4. Pe rih alisu b ah w a orang yang tid ak m e ngam al k an Sh al aw at
W ah id iyah k ufur;
5. Pe rih alm e nangis pad a w ak tu orang b e r-m ujah ad ah Sh al aw at
W ah id iyah ;
6. Pe rih alm e m b ayangk an b e ntuk R asul ull
ah d e ngan m e nye b ut
nam anya;
7. Pe rih alm e nal q in m uh tad h ar d e ngan tuntunan bacaan yâ sayyid î
yâ rasûlallâh ;
8. Pe rih alanak (k anak -k anak ) yang tid ak m asuk se k ol ah l antaran
ik utbe r-m ujah ad ah ;
9 . Pe rih alm ak na th arî q ah m u’tab arah ;
10. Pe rih al“pe ngangk atan” se orang m ursyid ;
11. Pe rih alsebutan (d al am pujian) nam a b a’d h ash -sh alih in (se bagian
orang sh al ih ) d ari para aw liyâ‘ yang d igand e ng d e ngan k alim ah
th ayyib ah .

Se bagai d ok um e n h istoris, Piagam Ngad il uw ih te rse but d apat


d ipah am i se bagai d ok um e n re sm i-form alW ah id iyah . D ok um e n te r-
se but se cara niscaya m e rupak an k re d ib ilitas fak ta pascad ial e k tik a
sim bol ik d alam re al itas h ubungan sosialte ntang k e w ah id iyah an.

263
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

D .Tradisi d an O rie ntasi Pe m b inaan K e l


om pok -K e l
om pok
Sosial
-M asyarak at
D i d al
am W ah id iyah te rd apat ak tivitas pe m binaan te rh ad ap
k el
om pok -k e l
om pok sosial . Pe m binaan te rse butd il
ak uk an m e nurut
k el
om pok -k e l
om pok anak -anak , re m aja, ibu-ibu, d an bapak -bapak .
Pe m binaan k e l
om pok -k e l
om pok ini d il ak sanak an d alam b e ntuk -
be ntuk pe m binaan m ujâh ad ah d an pe m binaan k e w ah id iyah an.
Pertam a, pem binaan d al am bentuk m ujah ad ah dil ak sanak an pada
se tiap m ujâh ad ah usb û’iyah (m ingguan) d i tingk atd usun atau d e sa.
M asing-m asing k el om pok sosialm em il ik i jadw alm ujâh ad ah usb û’iyah .
M ujâh ad ah syah riyah (b ul anan) d i tingk atk e cam atan, rub ‘u as-sanah
(tiga bul anan) d i tingk atk abupate n atau k ota m ad ya, nish fu as-sanah
(se te ngah tah unan) d i tingk atprovinsi, d an m ujâh ad ah k ub ra (be sar)
d i tingk at pusat.
K h usus pad a m ujâh ad ah k ub ra,51 pengorganisasian k egiatannya
d il
ak sanak an se l am a e m path ari, d an d iatur se cara pe riod ik m e nurut
k elom pok -k e lom pok sosial . H ari pe rtam a untuk k e l om pok bapak -
bapak , h ari k e d ua untuk k e l om pok ibu-ibu, h ari k e tiga untuk k e -
lom pok re m aja, d an h ari k e e m pat untuk um um (se m ua k e l om pok
sosial). Pad a se tiap pe riod e , se m ua acara d ilak sanak an se suai d e ngan
k elom pok sosial nya, k e cual i pad a sh alat jam a’ah . Te rutam a untuk
im am sh al at, tugas ini d il ak sanak an m e nurut k e te ntuan fiq h . Ini
be rarti bah w a m e sk ipun ibu-ibu d an anak anak m e m punyai h ak m e -
nurutpe riod e nya, m e re k a tid ak d apatbe rtugas se bagai im am sh al at
jam a’ah .
Ked ua, pe m binaan k e w ah id iyah an juga d ilak uk an m e nurutk e -
lom pok -k e lom pok sosial. Pe m binaan ini d ilak sanak an pad a tiap-tiap
tingk atan w ilayah d alam be ntuk turb a (turun k e baw ah ). Be ntuk ini
m e nunjuk k an ad anya re l
asi ve rtik al;tingk atan yang l e bih tinggi m e -
lak uk an pe m binaan k epad a tingk atan yang l e bih rend ah . Istil
ah yang

51
Mujâhadah Kubrâ dilaksanakan pada tiap enam bulan sekali (setahun dua kali),
yakni pada setiap bulan Syawal dan bulan Muharam.

264
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

d igunak an d al am trad isi pe m binaan k e w ah id iyah an ad al


ah up-grad e.
Se lain te rh ad ap k e l
om pok -k e l
om pok sosialte rse b ut, up-gr ad e k e -
w ah id iyah an ju ga d ilak u k an te rh ad ap k e lom pok m ah asisw a.
O rganisasi m ah asisw a pengam alW ah idiyah d iberi nam a H IM PASW A
(H im punan M ah asisw a Pe ngam alSh al aw atW ah id iyah ).
Selain pem binaan m enurutk el om pok -k el om pok sosialtersebut,
pem binaan k ew ah idiyah an juga dil ak uk an secara um um . Pad a k egiatan
m ujah ad ah , pe m binaan ini d il ak sanak an pad a m ujah ad ah d i tingk at
k e cam atan sam pai m ujâh ad ah k ub ra d i tingk at pusat. D i sam ping
itu, pe m binaan k e w ah id iyah an se cara um um d il ak sanak an d al
am k e -
se m patan l ainnya se cara be rk ala d alam d ua be ntuk : (1) pe nd al am an
m ate ri k e w ah id iyah an pad a m inggu ak h ir se tiap b ul an, d an (2)
pe ngajian k itab Al-H ik am pad a se tiap k am is l e gi. Pe m binaan um um
be rk ala ini d ilak sanak an te rutam a d i tingk at pusat.
Pend al am an m ate ri k e w ah id iyah an d il
ak sanak an d e ngan m od e l
m usyaw arah (d isk usi) d e ngan partisipasi para pe ngam ald ari d ae rah -
d ae rah yang d ipand u ol e h nara sum be r yang d ipand ang m um puni,
k h ususnya K e tua Um um D PPPSW , para se se puh d i M aje l is Tah k im
D PPPSW , d an para tok oh D PPPSW yang d ipand ang k apabel . Pe n-
d al am an ini m e m ungk ink an pe nye rapan pote nsi-pote nsi w aw asan
para pe ngam alyang d apatbe rm anfaatuntuk m e m pe rl uas cak raw al a
k e w ah id iyah an bagi para pe ngam alse cara um um .
Se d angk an untuk m e m be rik an w aw asan k e tasaw ufan bagi para
pe ngam alSh al aw atW ah id iyah , d il
ak uk an pengajian k itab Al-H ik am .
Pe ngajian ini d i tingk atpusatd ibina ol e h K iai Ah m ad M asruh Ih san
M ah in (Pengasuh Pesantren At-Tah dzib R ejoagung, Ngoro, Jom bang).
Pe ngajian ini m e rupak an upaya pe l e starian te rh ad ap trad isi yang d i-
lak sanak an ol e h m uallif Sh al
aw at W ah id iyah , K H . Abd oe lM ad jid
M a’roe f. D alam prak tik nya, pengajian ini sek arang d ipe rk aya d e ngan
w aw asan k e w ah id iyah an yang d isam paik an ol e h sal
ah se orang atau
be be rapa tok oh W ah id iyah untuk m e nam bah , m e m pe rtajam , d an
m e nye gark an w aw asan k e w ah id iyah an.

265
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

E. Trad isi Sal


afiyah d al
am Ib ad ah d an Mu’am al
ah
D al am h alibad ah , m asyarak at W ah id iyah m e njunjung tinggi
nil ai-nilai sal afiyah , seperti nil
ai-nil ai k esucian d an k eh ati-h atian d em i
te rcapainya k e se m purnaan ib ad ah . Se m ua sarana ib ad ah , se pe rti
pak aian, te m patsh al at, l
antai rum ah , bah k an sarana k am ar yang te r-
se ntuh ol e h k ulittubuh , d ijaga k e suciannya. Jik a ad a k otoran h e w an
yang jatuh k e l antai m ak a se ge ra d ibe rsih k an d an d isucik an, atau
se ge ra d ibe ri tand a m utan ajis (te m pat yang te rk e na najis, te m pat
yang tid ak suci) sam bild ibe ri l ingk aran pe ngam an, agar ”siapa pun”
se ge ra m e nge tah ui bah w a te m pat te rse but tid ak suci. Tand a pe ng-
am an ini se ge ra d il ak uk an agar najis pad a te m pat te rse but tid ak
m e nye bar k e te m pat-te m pat l ain pad a saat orang yang tid ak m e -
nge tah uinya m e nginjak nya. Se te l ah itu, k e m ud ian d il ak uk an pe m -
be rsih an d an pe nyucian.52
Trad isi m e njaga k esucian juga d il ak uk an d engan m em il ih m od el
sand alyang sesuai, terutam a pad a saatm usim h ujan. Pad a um um nya,
m od e lsand alyang d ipil ih m asyarak atW ah id iyah ad al ah sand alyang
tid ak te m bus air jik a d igunak an untuk jal an-jalan d i l uar rum ah .
M e re k a pad a um um nya tid ak m e m il ih sand alje pit k are na sand al
je pitpad a um um nya te m bus air k e tik a d igunak an jal an-jal an d i atas
tanah yang te rk e na air;k ecual i untuk sand alje pitte rte ntu yang am an
d ari te m busan air. M e sk i d e m ik ian, m od e lsand alte rak h ir ini jarang
d ijum pai pad a m asyarak atW ah id iyah .
Se l
ain istil
ah m utanajis, ad a ungk apan l ain yang d im ak sud k an
sebagai upaya untuk bersik ap h ati-h ati guna tercapainya k esem purna-
an ibad ah , yaitu istil
ah tagh ayyur. Istil ah ini d igunak an jik a ad a anak
k e cilyang tid ak be ralas k ak i saat d i luar rum ah tiba-tiba m asuk k e
d al am rum ah . D al am k e ad aan se pe rti ini, l
antai rum ah yang d iinjak

52
Di Pesantren At-Tahdzib (PA), misalnya, perlakuan semacam itu sering terjadi,
termasuk di kelas-kelas yang dijadikan tempat belajar para santri. Kata “siapa
pun” dalam penjelasan di atas dapat mencakup semua orang yang masuk ke
lokasi yang bersangkutan, misalnya para santri, para tamu, pengurus pondok,
atau bahkan keluarga ndalem (keluarga kiai) pondok.

266
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

anak te rse b ut d ianggap tagh ayyur k are na statusnya be rubah d ari


k ead aan suci k e k ead aan l
ain yang m engh alangi k esem purnaan ibad ah .
Jik a k e ad aan ini be lum d isucik an m ak a d igunak an alas k ak i d al
am
rum ah m e nuju k e te m pat yang be nar-be nar d ik e tah ui k e suciannya
untuk be ribad ah .
Ad a fak ta l ain yang m e nunjuk k an sik ap h ati-h ati m asyarak at
W ah id iyah d e m i te rcapainya k e se m purnaan ibad ah , yaitu d e ngan
m e m baw a sarung. H alse pe rti ini banyak d il ak uk an ole h para m ah a-
sisw a yang k ul iah pad a siang h ingga sore h ari. M erek a bol eh d ik atak an
se nantiasa m e m baw a sarung yang d isiapk an untuk ibad ah sh al at
Ash ar.53 K e se ngajaan m e m baw a sarung ini m e nurut pe nul is, tid ak
be rarti bah w a si pe m baw a sarung se ngaja m e nggunak an ce l ana yang
tid ak suci, te tapi justru k are na pe ril
ak u k e h ati-h atian tad i.
Gam baran d i atas m erupak an sebagian dari tradisi sal afiyah dalam
ibad ah yang d ijunjung tinggi ol eh m asyarak atW ah id iyah . Jik a d il acak
ak ar trad isi ini m ak a d ite m uk an h im m ah (k e inginan m ul ia) d al
am
ibad ah , yaitu k e inginan untuk te rcapainya status ih san d al am ibad ah .
Untuk te rcapainya status ini, m e nuruttrad isi m asyarak atW ah id iyah
m ak a se luruh sarana ibad ah h arus te rl e bih d ah ul u d ipastik an k e -
suciannya. Se te l ah itu, ibad ah d il ak uk an d e ngan busana yang rapi
dan penuh k esopanan serta dil ak uk an dengan sik ap taw ad h u’ (sopan-
santun) d an k h usyu’ (k onse ntrasi) k are na d al am trad isi m asyarak at
W ah id iyah ibad ah buk an sek ad ar rutinitas form al , m el
aink an ek spresi
be rm ak na sow an m e re k a k e h ad apan Al lah , d e ngan se ge nap sik ap
fisik d an batin.
D e ngan gam baran fak tuald i atas, se cara m ak naw i, ad a d al il
yang te rungk ap d al
am pe ril
ak u nyata, m e sk ipun tid ak te rucap d al
am

53
Penulis melihat ada dua orang mahasiswa pembawa sarung yang ketika kuliah
sering duduk di deretan bangku depan, yaitu Alif Munifin dan Sujarwo. Dua
mahasiswa ini adalah santri Pesantren At-Tahdzib (PA) yang kuliah di Fakultas
Syari’ah IKAHA Tebuireng, Jombang. Dengan tradisi khas kepesantrenannya,
kedua mahasiswa ini membawa buku kuliahnya tanpa terbungkus tas, sedangkan
sarungnya akrab dengan buku yang dibawanya, sehingga sarung itu secara mudah
dapat diketahui.

267
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

k ata-k ata, yaitu: “K e sucian ad al ah se bagian d ari im an” (al -h ad its).


D e ngan k ata l ain, latar k e ad aan se pe rti itu, m e nuruth e m atpe nul is,
d apat d ise but “d al ilpe ril ak u nyata” atau “d al ilnyata”. D alam pe r-
spe k tif trad isi m asyarak at W ah id iyah , “d al ilnyata” te rse but d apat
m e m be ri pe nje lasan bah w a jik a se se orang m e nyatak an d iri se bagai
orang yang be rim an m ak a se m e stinya ia m e njunjung tinggi nil ai-
nilai k e sucian, apal agi d al am k aitannya d e ngan ibad ah k e pad a Al lah .
D al am prak tik nya, orang yang m e m biasak an d iri m e njaga k e -
sucian niscaya d ia ak an te rl e bih d ah ul
u m e m biasak an d iri m e njaga
k e be rsih an k are na status suci itu d i atas status be rsih . D e ngan k ata
lain, trad isi ini juga te l ah m e ngam al k an sab d a R asul ull ah bah w a
“k e be rsih an ad al ah se bagian d ari im an.”
Se b agaim ana d alam h alibad ah , d al am h alm u’am al ah , para
pe ngam alSh al aw at W ah id iyah juga m e njunjung tinggi nil ai-nil ai
salafiyah . D alam k aitan ini, ad a k isah m e narik te ntang pe ngal am an
Syaik h K H . Ih san M ah in d alam h alm e m il ih w arung m ak an.54
K etik a K H . Ih san M ah in sedang d alam perjal anan d an k em ud ian
ad a k e inginan m am pir k e w arung m ak an, d ia tid ak ak an be gitu saja
langsung m asuk w arung. Ad a k ete l itian te rse nd iri d al
am h alm e m ilih
w arung. Pertam a, w arungnya h arus be rsih k are na k e be rsih an ad al ah
sebagian d ari im an. Jik a w arungnya be rsih m ak a h alitu m e nand ak an
bah w a pe m il ik w arung ad al ah orang yang be rim an d an m e njaga
d e ngan baik k e im anannya. Apal agi pe m ilik w arung se ngaja m e njual
m ak anan d an m inum an k e pad a orang l ain m ak a m utl ak baginya
m e njaga k e be rsih an w arungnya. W arung m e rupak an te m pat bagi
sem ua barang d agangan yang d ipajang d an d ijual . K ebersih an w arung

54
Kisah ini diceritakan kepada penulis oleh Bapak Bahrul Ulum, salah seorang
santri KH. Ihsan Mahin dan staf pengajar di Pesantren At-Tahdzib (PA) Rejoagung,
Ngoro, Jombang. Kisah tersebut diperoleh dari KH. Ihsan Mahin sendiri. Kisah
tersebut diceritakan pada saat penulis dan Bapak Bahrul Ulum kembali ke PA
dari perjalanan penggalian data-data konseptual tentang Wahidiyah kepada Kiai
Zainuddin Tamsir, salah seorang tokoh Penyiar Shalawat Wahidiyah (PSW) dan
pengasuh Pesantren At-Tahzhibi di Desa Sangen Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun, (16 Maret 2006).

268
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

m e rupak an jam inan b agi k e b e rsih an se m ua b arang yang ad a d i


d alam nya. D e ngan d e m ik ian, k e b e rsih an w arung m ak anan d an
m inum an m e rupak an jam inan bagi te rjaganya k e be rsih an m ak anan
d an m inum an yang d ijualol e h pe m il ik atau pe l
ayannya.
Se l
ain al asan k e im anan pe njualatau pe l ayan w arung se rta
jam inan k e be rsih an m ak anan d an m inum an yang d ijual nya, k e -
be rsih an w arung juga pe nting bagi terpe l
ih aranya k eseh atan. W arung
yang be rsih d apat m e njad i jam inan bagi te rjaganya m ak anan d an
m inum an yang jauh d ari ancam an pe nyak it, m isal nya pe nyak ityang
d ibaw a ol e h binatang-binatang yang biasanya suk a m e nge rum uni
te m pat-te m pat yang tid ak be rsih atau jorok .
Ked ua, pem il ik atau pel ayan w arungnya juga d iperh atik an, apa-
k ah d ia–jik a pe re m puan— m e m ak ai k e rud ung atau tid ak k are na
k e rud ung m e rupak an sim bolid e ntitas se orang yang taat be ragam a.
O rang yang se pe rti ini d ipe rcaya be rh ati-h ati d al am h alm e m asak
d an m e njualm ak anan d an m inum annya. Te ntu pe m il ih an te rh ad ap
bah an m asak an, cara m e m asak , d an cara m e njual nya juga m e m pe r-
h atik an ajaran-ajaran agam a. D al am ungk apan singk at, se bagaim ana
d ice ritak an k e pad a Bapak Bah rulUl um , K H . Ih san M ah in pe rnah
m e ngatak an: “Tid ak se m ua orang m e nge rti air d ua k ul ah ”. O rang
yang m e nge rti air d ua k ul ah m e rupak an tand a bah w a d ia m e m ah am i
ajaran d an h uk um Isl am . Se bab uk uran d ua k ulah te rse butm e rupa-
k an jam inan stand ar bagi k ad ar k e sucian air yang cuk up d igunak an
untuk be rsuci.
Ketiga, pem il ik w arung atau penjualm ak anan juga d ipe rh atik an
le bih jauh d ari sisi k e be rsih an bad annya. D i sini, te ntu yang ak an
d ipilih ad alah pe m il ik w arung atau pe njualm ak anan yang be rbad an
be rsih . Se bab, jik a bad annya be rsih , te ntu d ia juga ak an m e m pe r-
lak uk an barang jual annya se cara be rsih . Se l
ain itu, d al
am pand angan
m asyarak at um um , jik a si pe njualm ak anan be rbad an be rsih , atau
m ungk in pl us be rpe nam pil an m e naw an, h alitu d apat m e m bantu
m e ningk atk an se l e ra m ak an bagi k onsum e nnya.

269
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Apabil a k etiga syaratitu terpenuh i d al am sebuah w arung m ak an-


an atau m inum an m ak a K H . Ih san M ah in tid ak ak an se gan-se gan
untuk m am pir k e w arung te rse but.
M e nurut h e m at pe nul is, se l
e k tivitas d al am pe m ilih an w arung
yang d il ak uk an K H . M ah in m erupak an sebagian d ari ek spresi k eh ati-
h atiannya d al am m e nerapk an ajaran agam a bid ang m u’am al ah . Sik ap
b e rh ati-h ati d al am m e m il ih m ak anan m e m ang se suatu yang d i-
anjurk an. Se bab, m ak anan d an m inum an yang d ise rap ol e h tubuh
ak an be rpe ngaruh te rh ad ap pe rk e m bangan ruh ani si pe m ak an d an
pe m inum nya. Pe rk e m bangan ruh ani ini se l anjutnya juga be rpe nga-
ruh te rh ad ap w arna pe ril ak u d an k ond isi pe ngal am an ibad ah nya.
Ol e h k are na itu, k ita pe rl u m e m il ih m ak anan d an m inum an yang
d ijam in k e be rsih an, k e sucian, d an k e h al alannya, agar tid ak te rk e na
sank si l arangan d an tid ak berpengaruh buruk terh ad ap perk em bangan
ruh ani d an pe ngal am an be ribad ah .
D al am k aitan d e ngan pe ngaruh m ak anan te rse but, suatu saat
K H . Ih san M ah in m e m be ri pe nje l asan k e pad a sal ah se orang pute ri-
nya, Tsul asa’: jik a se se orang te l anjur m ak an se e k or se m ut— k are na
tid ak se ngaja— m isal nya, h atinya ak an ge l ap se l am a 40 h ari.55 Ini
m erupak an gam baran sed e rh ana bah w a m ak anan d an m inum an yang
d iserap ol eh tubuh ak an berpengaruh terh ad ap perk em bangan ruh ani.
Pad ah alse m ut tid ak pe rnah d ise b ut se b agai h e w an yang h aram
d im ak an.
D ari pe nje l asan te rse but se be narnya d apat d iam bilpe l ajaran
bah w a k e h ati-h atian d al am m e m il ih m ak anan d an m inum an ad al ah
pe nting untuk d ipe rh atik an agar pe rk e m bangan ruh ani d an pe ng-
al am an be ribad ah d apat be rl angsung d e ngan baik , d e m i k e se m pur-
naan ibad ah k e pad a Al lah .
Ad a k isah l ain yang be rk aitan d e ngan trad isi sal afiyah d al am
bid ang m u’am al ah , yaitu k isah pe nol ak an te rh ad ap sum bangan d ana
pe m bangunan. Sum bangan d ana pe m bangunan yang cuk up be sar

55
Informasi diperoleh penulis dari Ning Tsulasa’, salah seorang puteri KH. Ihsan
Mahin, (15 Maret 2006).

270
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

jum l ah nya untuk pond ok m il ik K H . Ik h san M ah in ini be rasald ari


uarga pe jabat ne gara.56
se orang anggota k e l
Suatu saat ad a se orang utusan d atang m e m baw a uang tunai
d ari pe nyum bang d ana untuk k e pe rl uan te rse but. Nam un be be rapa
h ari se be l
um nya, K H . Ik h san M ah in m e m e rol e h inform asi bah w a si
pe nyum bang m e m il ik i pe rusah aan te rnak babi d i Batam . Atas d asar
inform asi ini, d ia tid ak bersedia m enerim a sum bangan tersebutk arena
d ia tid ak ingin pond ok yang d ibangun d an d ik e m bangk annya te r-
cam puri ol eh barang h aram . Apal agi dia benar-benar m enyadari bah w a
pondok yang d iasuh nya m erupak an tem patm ul ia yang k elak m elah ir-
k an para ‘alim yang m engem ban tugas m ul ia untuk m enyiark an Isl am ,
m e nye bark an il m u Isl am , d an m e m bina h al -ih w alk e be ragam aan
m asyarak at.
Atas d asar pe ristiw a tersebut, K H . Ik h san M ah in ak h irnya justru
ce nd e rung m e nol ak sum bangan apa pun d ari m asyarak atd an pe m e -
rintah , d an bah k an d ari al um ninya se nd iri. D ia l e bih suk a m e m -
bangun pond ok d engan k e ringatnya send iri, d ibantu ol eh para santri-
nya d engan m od e lgeril ya d an k erja bak ti se bagai ‘am aljariyah m erek a
se l
am a be l ajar d i pe santre n. Trad isi k e rja bak ti itu te rus be rl
angsung
h ingga se k arang, d al am k e pe ngasuh an K iai Ah m ad M asruh , pute ra
sul ung K H . Ik h san M ah in. K iai Ah m ad M asruh inil ah yang m el anjut-
k an pe rjuangan Ayah and anya m e ngasuh Pe santre n At-Tah d zib (PA).
K e h ati-h atian K H . Ik h san M ah in be gitu d al am te rtanam d i
h ati para santrinya. Bah k an, be berapa santri yang k e m ud ian m e njad i
al um ni, yang se k arang ini te l ah suk se s h id upnya m e nyatak an tak ut
d itolak k e inginannya untuk m e m be rik an sum bangan bagi pond ok
k are na m e re k a pah am be nar bah w a K H . M ah in d ah ul unya tid ak
suk a m e m inta atau m e ne rim a sum bangan d ari m asyarak at, bah k an
d ari alum ninya se nd iri, untuk pe m bangunan pond ok .57
56
Nama dan identitas pemberi sumbangan tidak dicantumkan oleh penulis, demi
terwujudnya kearifan dalam buku ini.
57
Informasi ini diperoleh penulis dari Gus Ahmad Dzaki Ghufron (akrab dipanggil
Gus Mad), salah seorang putera KH. Ihsan Mahin, (25 Februari 2006).

271
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

F. Etik a d al
am K onte k s Spiritual
itas dan R e l
asi Sosial
D al am k eh id upan se h ari-h ari m asyarak atW ah id iyah , nil ai-nilai
e tik a juga d ijunjung tinggi d al am k onte k s spiritual itas d an re lasi
sosial . D i antara nil ai-nil
ai tersebutad al ah sopan-santun d an k el uh ur-
an bud i pe k e rti. Nil ai-nil
ai ini m e w ak ili nilai-nilai m orald an ak h l ak
m ul ia (al-ah lâq al-k arîm ah ). M e re k a pad a um um nya be gitu m e ng-
h orm ati orang yang status sosialatau usianya l e bih tinggi d an m e -
nyayangi orang yang status sosialatau usianya l e bih re nd ah .
Trad isi m e ncium tangan k iai ol e h santri atau m asyarak at, ucap-
an santun k iai k e pad a santri atau m asyarak at, be rd iam d iri d e ngan
pe nuh h orm atpad a saatk iai l e w atatau ak an l e w at, se rta tid ak se ge ra
m e m bal ik k an bad an saat pam it d ari pe rte m uan d e ngan k iai atau
se se puh m e rupak an se bagian d ari buk ti trad isi m e njunjung tinggi
nil ai e tik a d alam k e h id upan sosialm asyarak atW ah id iyah .
Nil ai-nil ai etik a seperti itu tam pak nya d ijiw ai ol eh trad isi tah sîni
(b e rbaik ak h l ak ) d alam k onte k s spiritual itas ibad ah d an re lasi sosial.
Nil ai tah sî
ni ini m e rupak an status m ul ia te rtinggi yang ingin d icapai
ol e h m asyarak atW ah id iyah d al am k e h id upan spiritual itas d an re l
asi
sosial , buk an sek ad ar ungk apan form al . Jik a ad a pengam alW ah id iyah
yang be rl ak u sopan-santun k epad a orang l ain atau m e nyayangi orang
lain, se be narnya ad a nil ai d i bal ik e k pre si itu yang m e njad i ruh nya,
yaitu nil ai tah sîni. D e ngan d e m ik ian, pe ril ak u sopan-santun d apat
d ipah am i sebagai pancaran nil ai yang bersum ber dari dal am dan bah w a
trad isi te rse but buk an k am ufl ase e k spre sif d al am trad isi pe rilak u.
Le bih jauh lagi, jik a d il
acak d ari ak arnya, trad isi sopan-santun
te rsebutbersum ber d ari nil ai-nil
ai taw ad h u’ (k e sopanan) d alam spiri-
tual itas ibad ah . D alam ibad ah se h ari-h ari, m asyarak at W ah id iyah
m e m biasak an d iri m e njunjung tinggi sik ap d an pe ril ak u taw ad h u’
d alam ibad ah . Ibad ah d an m ujâh ad ah (d zik ir) yang d il ak uk annya
d ise rtai d e ngan e k spre si tangis h ingga te rse d u-se d u. Ek spre si ini
m e rupak an buk ti yang m ud ah d ipah am i se bagai sik ap taw ad h u’ d an
pe nuh h arap saat be ribad ah k e pad a Al lah . Sik ap ini m e njad i trad isi
h arian pada setiap m erek a beribadah dan ber-m ujah ad ah k epad a Al lah .

272
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

Bah k an, sik ap taw ad h u’ te rse but be rd iri d i atas sik ap rasa be rd osa
d e ngan se d e m ik ian sunguh -sungguh m e m oh on am punan k e pad a
Al l
ah . Sik ap rasa be rd osa ini m e njad i trad isi h arian d al am ibad ah
d an m ujah ad ah m e re k a k e pad a Al
lah .
Sik ap taw ad h u’ d an pe nuh h arap saat be ribad ah k e pad a Al lah
itu m enjad i ruh d al am k eh id upan seh ari-h ari m asyarak atW ah id iyah .
Buah d ari sik ap terse butad al ah sik ap d an pe ril
ak u m enjunjung tinggi
nil ai-nil ai k e sopanan k e pad a orang-orang yang d ipand ang d e k at
d e ngan Al lah . O l e h k are na itu, k iranya d apat d ipah am i m e ngapa
m e re k a se d e m ik ian m e njunjung tinggi R asul ul lah d an para w al i,
k h ususnya orang yang d ipand ang (atau d ipe rcaya) se bagai sulth ân
al-auliyâ’ atau gh auts h ad za az-zam an. Buk an h anya itu, d al am k ontek s
re lasi sosial , m e re k a juga m ene rapk an nil ai-nilai taw ad h u’ itu d e ngan
cara m e ngh orm ati orang yang status sosialatau usianya l e bih tinggi
d an m e nyayangi orang yang status sosialatau usianya l e bih re nd ah .
D i sinil ah d item uk an, d an d apatd ipah am i, m ak na-m ak na etik a yang
d ijunjung tinggi d al am k onte k s bud aya spiritual itas d an re lasi sosial
m asyarak atW ah id iyah .
Trad isi taw ad h u’ se b agaim ana gam b aran d i atas juga d apat
d ijum pai pad a se bagian k om unitas m asyarak at atau d i pe santre n-
pe santre n sal afiyah . D i be be rapa pe santre n d i Pasuruan d an M ad ura
m isal nya, trad isi taw ad h u’ se d e m ik ian d ijunjung tinggi ol e h m asya-
rak atd an para santri. Bah k an d i pe santre n Sid ogiri Pasuruan, santri
tid ak h anya m e ngh orm ati k e l uarga nd alem (k e luarga k iai d an seluruh
anggota k e l uarganya), te tapi juga para tam unya. M isal nya, k e tik a
tam unya se d ang be rjal an-jal an k e liling pond ok , para santri— d e ngan
k em am puan d aya se l ek sinya— m engh orm ati si tam u itu d engan sik ap
h orm at yang tinggi, m e sk ipun si tam u m asih be rad a d i jarak yang
tid ak d e k at d e ngan d irinya.
Ak an tetapi, tradisi taw ad h u’ d al
am m asyarak atW ah id iyah m em -
punyai ruh yang k h as se suai d e ngan substansi d an nil ai-nil ai m oral
ajaran W ah id iyah , d an ini te rtanam se d e m ik ian k uatd alam sanubari
d an pe ril
ak u m e re k a. D e ngan d e m ik ian, se cara h istoris d an sosial,

273
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

te rpe l
ih aranya bud aya e tik a d al am k onte k s re l asi sosialsangat d i-
te ntuk an ol e h d e rajatk e te guh an untuk m e m e gang d an m e w arisk an
nil ai-nilai k e -taw ad h u’-an k e pad a d iri pribad i, k e l
uarga, d an m asya-
rak atW ah id iyah pad a k h ususnya, d an k e pad a m asyarak atl uas pad a
um um nya.

G.H arm oni antara D im e nsi Spiritual


itas, Syari’at, d an
M oralitas
D al am k eh id upan ini, d im e nsi spiritual itas terk ad ang d ijad ik an
se bagai pe risai untuk sik ap-sik ap yang m e rend ah k an d im ensi l ainnya,
yak ni d im e nsi syari’at d an m oral itas (al-ak h lak al-k arim ah ). Ak an
te tapi, d alam m asyarak at W ah id iyah , h alte rse but tid ak pe rnah te r-
jad i. M asyarak at W ah id iyah be rusah a m e m pe rjuangk an h ubungan
yang h arm onis antara d im e nsi spiritual itas, d im e nsi syari’at, d an
d im ensi m orald al am k eseh arian h id up m erek a. Trad isi ini bersum ber
d ari nilai-nil ai yang d iajark an ol e h id e ologi W ah id iyah yang te rd iri
d ari lim a ajaran pok ok , yak ni: (1) lillâh -b illâh (be rusah a untuk tobat,
k e m b ali m e ne guh k an tauh id k e pad a Al lah d e ngan m e l ak sanak an
syari’at-Nya se cara utuh d an sungguh -sungguh );(2) lirrasûl-b irrasûl
(m e njunjung tinggi e k siste nsi d an jasa-jasa R asul ul lah M uh am m ad
Saw .); (3) lilgh auts-b ilgh auts (m e ngh orm ati k e be rad aan d an pe ran
pe nting gh auts yang m e nge m ban am anat re form asi ruh aniah d an
ak h lak um at m anusia, se rta pe nye l am atan d al am k e l angsungan se -
jarah nya);(4) yu’tî k u al-lad zîh aq q in h aq q ah (m em berik an h ak k epad a
se tiap yang be rh ak );d an (5) taq d î m al-ah am m fa al-ah am m tsum m a
alanfa’ fa al-anfa’ (m e ngutam ak an h al -h alyang l e bih pe nting d an
le bih be rm anfaat d aripad a yang k urang pe nting d an k urang be r-
m anfaat).
Satu contoh untuk m e nje l ask an h arm oni k e tiga d im e nsi te r-
se butad al ah sik ap sal
ah se orang pe ngam alW ah id iyah k e tik a m e nge -
tah ui ad a orang te ngge lam d i sungai saatia ak an m e lak sanak an sh al at
w ajib yang w ak tunya h am pir h ab is. D al am m e ngh ad api siatuasi
se pe rti ini, se orang pe ngam alW ah id iyah h arus be rpik ir d an m e m -

274
Pengalaman Keberagamaan Masyarakat Wahidiyah

pe rtim bangk an banyak h al , m ana yang l e bih pe nting d an l e bih be r-


m anfaat. Pertam a, m e l ak sanak an sh al atm e rupak an tugas h id upnya
d al am jangk auan lillâh -b illâh , d an ini bersifatm utl ak baginya. Ked ua,
m el ak sanak an sh al at juga ad al ah sunnah R asul ul lah d al am k orid or
lirrasûl-b irrasûl, dan ini m em erol eh jam inan k ebenaran secara m utl ak .
Ketiga, sh al atjuga h arus d il ak sanak an k are na m e ngik uti bim bingan
ruh ani gh auts–sang pe nge m b an am anat re form asi ruh aniah d an
ak h l ak um at m anusia d al am upaya pe ncapaian d e rajat m ul ia d i sisi
Al lah d i d unia d an ak h irat. Keem pat, jik a sh al attetap ia l ak uk an d em i
m em e nuh i pe rintah Al lah , m e ngik uti rasul -Nya, d an juga m e ngik uti
pe tunjuk gh auts m ak a orang yang te ngge l am ak an te rancam m ati.
Pad ah ald ia juga be rh ak atau bah k an w ajib m e m e rol e h pe rtol ongan.
D al am k ead aan d e m ik ian, seorang pengam alW ah id iyah m em punyai
k e w ajiban untuk “m e m be rik an h ak orang yang te ngge l am untuk d i-
tol ong” (yu’tî k u al-lad zîh aq q in h aq q ah ). D al am k ond isi se pe rti ini,
se orang pe ngam alW ah id iyah be nar-be nar d al am k e ad aan d il e m atis.
Lantas apa yang h arus d ia l ak uk an?Kelim a, segera m el ak sanak an sh al at
pad a w ak tu yang h am pir h abis ad al ah pe nting. D e m ik ian juga m e -
nol ong orang yang te ngge l am juga pe nting k are na m e nye l am atk an
jiw a (nyaw a) m ak h l uk Al lah , d an setiap jiw a d alam pand angan syari’at
Isl am ad al ah sangatberh arga. Bah k an di d al am Al -Q ur’an d isebutk an:
“Siapa yang m enyel am atk an jiw a m anusia m ak a nil ainya sam a dengan
m e nye l am atk an se l uruh um at m anusia” (Q S. al -M â‘id ah [5]: 32).
D e ngan d e m ik ian, se ge ra m e l ak sanak an sh al atd an m e nol ong orang
yang te ngge l am ad al ah sam a-sam a pe nting. O l e h k are na itu, h arus
d iputusk an m ana d i antara k e d ua h alitu yang l e bih pe nting d an
berm anfaat. Untuk itu, tanpa k eraguan sed ik itpun d iputusk an bah w a
m e nol ong orang te ngge l am itu l e bih pe nting d an be rm anfaat d an
k are nanya h arus l e b ih d iutam ak an d aripad a se ge ra m e l ak sanak an
sh al atk are na pe l ak sanaan sh al atd apatd i-q ad h a’ (d iganti pad a w ak tu
lain), se d angk an m e nol ong orang te ngge l am tid ak d apat d itund a.
D ari contoh di atas dapatdipah am i secara lebih jel as bah w a w ush ûl
(sad ar beribad ah ) d al
am d im ensi spiritual
itas W ah id iyah d item patk an
se cara k ok oh d al
am h arm oninya d engan d im ensi syari’atd an d im ensi

275
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

m oral , terutam a dal am k ontek s h ubungan sosialk em asyaratan. Prinsip


lillâh -b illâh secara spiritual istik tid ak d item patk an secara terpisah d an
apal agi untuk m erend ah k an d im ensi syari’atd an d im ensi m oral . Ak an
te tapi se bal ik nya, prinsip ajaran lillâh -b illâh justru d ijad ik an se bagai
ruh d al am pe ngam al an syari’atIsl am se cara utuh d an sungguh -sung-
guh se rta d al am d im e nsi m oral itas.

276
Shalawat Wahidiyah: Produk Tasawuf Lokal dengan Misi ...

setiap k urun w ak tu tertentu d al am sejarah m anusia, pasca-R asul ullah .


Ol eh k arena sed e m ik ian strate gis k e berad aan gh auts d al
am k e h id upan
ini m ak a W ah idiyah m engajark an agar m anusia, k h ususnya para peng-
am al nya, m e ngh orm ati k e be rad aan d an pe ran pe ntingnya.
Pad a prak tik nya, k e sad aran te ntang pe ran strate gis gh auts d an
pengh argaan terh ad apnya d iw ujud k an d al am em patbentuk . Pertam a,
m e m e rh atik an d an m e ngam al k an d e ngan sungguh -sungguh bim -
bingan gh auts dal am h alk eruh anian untuk tercapainya w ush ûl-m a’rifat
k e h ad iratAl lah . K esad aran ini m erupak an energi yang m enggerak k an
se ge nap pote nsi d iri d an k e sanggupan jiw a untuk m e ncapai rid h a
Al lah , d e ngan m e l ak sanak an syari’at-Nya se cara utuh d an sungguh -
sungguh .
Ked ua, k e d ud uk an gh auts d im asuk k an k e d al am aw râd (rang-
k aian k al im at d zik ir d an d oa) Sh al aw at W ah id iyah . Ad apun yang
d ih arapk an d ari gh auts d al am aw râd te rse butad al ah nazh rah , yak ni
pancaran bim bingan agar d ipe rol e h w ush ûlk e h ad iratAl lah . H alini
se suai d e ngan d ua firm an Al lah berik utini: (1) “D an janganl ah k alian
berk ata bah w a orang-orang yang gugur d i jal an Al lah itu m ati;m erek a
te tap h id up, te tapi k al ian tid ak m e nyad arinya” (Q S. al -Baq arah [2]:
154) d an (2) “D an janganl ah k al ian m engira bah w a orang-orang yang
gugur d i jal an Al lah itu m ati; m e re k a te tap h id up d i sisi Tuh annya
d an m e re k a m e m e rol e h rizk i (k e nik m atan be sar)” (Q S. Al i ‘Im rân
[3]: 169 ). D e ngan k ata l ain, orang yang m ati syah id saja te tap h id up,
apal agi para nabi, para rasul , d an para k e k asih Al lah . O le h k are na
itu, d alam W ah id iyah d iyak ini se cara k uatpote nsi gh auts yang m e m -
bim bing ruh ani um at m anusia d al am usah a te rcapainya w ush ûlk e
h ad irat Al lah .
Ketiga, m e m be rik an h ad iah fâtih ah k e pad a gh auts se bagai ung-
k apan terim a k asih k epadanya yang tel ah m em bim bing w ush ulk epad a
Al l
ah . Ini juga te rk ait d e ngan h arapan m e m e rol e h nazh rah gh auts
se bagaim ana d ije lask an d al am poin k e d ua. Pad a prak tik nya, h ad iah
fâtih ah itu sebe narnya tid ak h anya d ipe runtuk k an bagi gh auts sem ata,
te tapi juga k e pad a Nabi M uh am m ad , para pe nd uk ung gh auts, d an

281
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

se l
uruh k e k asih (w al i) Allah . H ad iah fâtih ah ini d ib aca se be l
um
rangk aian aw râd Sh al aw at W ah id iyah d ibaca. Ad apun urut-urutan
pe m be rian h ad iah fatih ah ad al ah (1) h ad iah fâtih ah k e pad a Nabi
M uh am m ad Saw ., (2) h ad iah fâtih ah k e pad a gh au ts d an para
pe nd uk ungnya, (3) h ad iah fâtih ah k e pad a se l uruh k e k asih (w ali)
Al lah . Posisi m e re k a d alam rangk aian pe m bacaan aw rad Sh al aw at
W ah id iyah ad al ah se bagai jal ur pe ngh ubung (w asî lah ) d al
am pe r-
jalanan m e nuju w ush ûlk e pad a Al l
ah m e lalui “jal
an pintas be b as
h am batan” W ah id iyah .1
D al am ajaran W ah id iyah , gh auts m e m ang m e m il ik i posisi d an
juga pe ranan yang strate gis. Gh auts d ipand ang se bagai pe m bim bing
ruh ani para pangam alW ah id iyah . H alini d apatd ipah am i l e bih jauh
d alam h ie rark i pe nge m bangan d al am tasaw uf W ah id iyah .2 D al am
h alini, m uallif Sh al aw at W ah id iyah pe rnah be rpe san k e pad a para
pe ngam alagar be rh ati-h ati k e tik a be rbicara te ntang gh auts, bah k an
le bih baik tid ak m e m bicarak annya k are na d ik h aw atirk an ak an m e -
nim bul k an k e sal angan m asyarak at um um .3 Pe san
ah pah am an d i k al
m uallif ini d apatdipah am i sebagai l angk ah preventif. K al aupun gh auts
d ibah as atau d ipe rbincangk an m ak a l e bih baik d ibicarak an se cara
internalk arena gh auts yang m unculpad a d e k ad e tertentu (tiap seratus
tah un m e nurutve rsi tafsiran te rh ad ap h ad its nabi*) se bagai m ujad d id
ruh ani m e rupak an rah asia Al lah . H alini be rbe d a d e ngan k e h ad iran
se orang nabi, se m isalNabi M uh am m ad Saw . yang se be l um nya te l ah
d ibe ritah uk an d alam k itab Taurat d an Injil .

1
Wawancara dengan KH. Moh. Ruhan Sanusi (Ketua Umum DPP PSW) di
Mangunsari, Tulungagung, (22 Februari 2007).
2
Mengenai hal ini, lihat pembahasan tentang “Hierarki dalam Tasawuf Wahidiyah”
pada subbahasan A, nomor 2.
3
Hasil wawancara dengan Abdul Wahid Suwoto, pengamal Shalawat Wahidiyah
yang memeroleh bimbingan langsung dari muallif, (21 Februari 2007), di Maesan
Sooko Kediri.
*
Muhammad Muhyiddin ‘Abd al-Hamid, Sunan Abî Dâwud, Jld. IV, (Kairo, Mesir:
at-Tijariyyah al-Kubra, 1953), hlm. 109.

282
Shalawat Wahidiyah: Produk Tasawuf Lokal dengan Misi ...

D al am l ite ratur tasaw uf, gh auts ad al ah w al i Al lah yang m e n-


d ud uk i strata te rtinggi.4 W al
i-w ali (al-aw liyâ‘) se bagai pengh uni al am
gaib (ah lal-gh aib ) m e m be ntuk suatu struk tur se cara h ie rark i yang
be rbe ntuk se pe rti piram id a d e ngan q uth b be rad a d i atasnya. M e re k a
ad al ah pe gaw ai-pe gaw ai Al l
ah : 300 orang d ise but Ak h yâr, 40 orang
d ise b ut Ab d âl, tujuh orang d ise b ut Ab râr, e m pat orang d ise b ut
Aw tâd , tiga orang d ise but Nuq ab â’, d an satu orang d ise but Q uth b
atau Gh auts.5
Piram id a struk tur itu d apat d igam bark an se bagai be rik ut:

1 orang
(Quthb /Ghauts)
3 orang (Nuqabâ’)
4 orang (Awtâd)
7 orang (Abrâr)
40 orang (Abdâl)
300 orang (Akhyâr)

Gambar 3: Piramida Struktur Wali-Wali Allah Penghuni Alam Gaib

d . Strate gi Pe m b e ntuk an K e se im b angan Sosial


Inti ajaran te ntang “strate gi pe m be ntuk an k ese im bangan sosial ”
ini be rsum ber d ari pok ok k e em patajaran W ah id iyah , yak ni yu’tîk ulla
d zîh aq q in h aq q ah (m e m be rik an h ak k e pad a se tiap yang be rh ak ;
m el ak sanak an k e w ajiban tanpa m e nuntuth ak ).
Se cara sosiol ogis, k e se im bangan sosial(socialeq uilib rium ) m e -
rupak an k ond isi k e se im bangan sosialyang m e nggam bark an ad anya
4
Wali ialah orang yang telah mencapai puncak kesempurnaan (al-insân al-kâmil).
Oleh karena pengabdian dan amalannya yang ikhlas hanya untuk mencarai ridha
Allah semata, ia memeroleh berbagai kemampuan yang luar biasa, kemampuan
yang suprainsani sebagai karunia Allah, yang biasa disebut dengan karâmah.
5
Tentang wali dan ghauts, lihat Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, hlm. 402-
403.

283
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

re l
asi fungsionalantarpe ran d al am siste m sosial . Fungsi-fungsi sosial
yang m e w ak ili pe ran ind ivid u-ind ivid u se m uanya be rjal an d e ngan
baik d alam d inam ik a sosialsuatu m asyarak at. R e fe re nsi d an penge n-
d ali utam a be rfungsinya pe ran ini ad al ah nilai-nil ai d an pe rangk at
aturan, h uk um , se rta ad at-istiad at yang be rl ak u d al am k om unitas
yang be rsangk utan. Se cara sosiol ogis, k ond isi k e se im bangan sosial
m e rupak an em brio bagi te rciptanya k eh id upan sosialyang h arm onis.
Se cara id e alm aupun prak sis, pe ran-pe ran sosialitu pad a d asar-
nya m e rupak an e k spre si d ari h ak d an k e w ajiban. K e w ajiban bagi
se se orang m e rupak an h ak bagi orang l ain. Se balik nya, h ak bagi se -
se orang m e rupak an k e w ajiban bagi orang l ain. Se bagai contoh , k e -
w ajiban orang tua m e rupak an h ak bagi anak se m e ntara k e w ajiban
anak m e rupak an h ak bagi orang tua. Be gitu juga k e w ajiban suam i
m e rupak an h ak bagi istri d an k e w ajiban istri m e rupak an h ak bagi
suam i. D al am re l asi sosialse cara l e bih luas, se tiap orang punya h ak ,
m isal nya, untuk m e m pe rol e h rasa am an, d ih argai, d ih orm ati d an
d ipe rlak uk an se cara baik , se m uanya itu m e rupak an k e w ajiban yang
h arus d ipe nuh i ol e h orang l ain te rh ad apnya.
Se cara id e al
, k e se im bangan sosiald apat te rcipta apabil a se tiap
ind ivid u d al
am peran sosial nya m elak sanak an k ew ajiban dan sek aligus
m e m be rik an h ak te rh ad ap pih ak yang m e m ang sud ah se h arusnya
m e nd apatk an h ak te rse but. Ak an te tapi, d al am prak tik nya, banyak
orang yang l e bih m e ngutam ak an d an se l alu m e nuntut h ak , nam un
tid ak m au m e l ak sanak an k e w ajibannya. Ad a juga orang yang m e -
nuntut se suatu yang buk an h ak nya atau m e ram pas h ak orang l ain.
H al -h alinilah yang m e ngh al angi te rw ujud nya k e se im bangan sosial .
Tasaw ufW ah id iyah m engajark an bah w a “m e m e nuh i h ak se tiap
yang berh ak ” h arus l e bih d iutam ak an d aripad a m e nuntuth ak . Ajaran
ini juga d iyak ini d apatd igunak an se bagai strate gi pe m be ntuk an k e -
se im bangan sosial . Pad a ajaran W ah id iyah , se cara l e bih l
uas istilah
“se tiap yang be rh ak ” itu tid ak h anya te rbatas pad a “m anusia d al am
pe ran sosial nya”, te tapi juga pad a “apa pun yang be rh ak ,” se pe rti
tugas d an pe k e rjaan yang punya h ak untuk d il ak sanak an d an d i-

284
Shalawat Wahidiyah: Produk Tasawuf Lokal dengan Misi ...

k e rjak an;l ingk ungan te m pattinggal , busana, d an k e nd araan se h ari-


h ari juga punya h ak untuk d iraw at d an d ibe rsih k an; be gitu juga
se tiap barang punya h ak untuk d ite m patk an pad a te m patnya.
D al am k aitan ini, tasaw ufW ah id iyah tid ak m enye butk an istil ah
“k e w ajiban” d al am ajarannya. Ia juga tid ak m engajark an “m engutam a-
k an h ak d aripad a k e w ajiban”. Se bal ik nya, W ah id iyah m e m and ang
cuk up e fe k tif d an e fisie n d e ngan h anya m e nye but “m e m e nuh i h ak
k e pad a se tiap yang be rh ak .”
Se cara se k il as, rangk aian k al im at itu tam pak d atar saja k are na
tid ak ad a k ata “m e ngutam ak an” atau k ata yang se m ak na d e ngannya;
be gitu juga tid ak ad a k ata “d aripad a” atau k ata yang sem ak na d e ngan-
nya, d an tid ak ad a k ata-k ata “h arus”, “se h arusnya”, “h end ak nya”, atau
k ata l ain yang se m ak na d e ngannya. M e sk i d e m ik ian, d i d al am nya
term uatm ak na yang dal am d an substantif. Pertam a, rangk aian k al im at
d al am ajaran itu m e nggam bark an tid ak ad anya unsur pe rband ingan
d an tarik -m enarik antara h ak dan k ew ajiban. Ked ua, rangk aian k al im at
d al am ajaran itu juga m e nggam bark an substansi ajaran te ntang k on-
sentrasi terh ad ap h ak yang m esti d iberik an k epad a setiap yang be rh ak .
D an, m ak na substantif itul ah yang m e m ang d ik e h e nd ak i ol e h ajaran
W ah id iyah . Bah k an W ah id iyah m engajark an agar para pe ngam al nya
m e m be rik an prioritas untuk m e m be rik an h ak k e pad a se tiap yang
berh ak , tanpa terl al
u be rh arap h ak nya ak an d ipe nuh i ol eh orang l ain.
H alini d apatd ipah am i l ebih jauh jik a d ik aitk an dengan fondasi utam a
d al am ajaran W ah id iyah , yak ni lillâh -b illâh d e m i te rcapainya rid h a
Al lah . R id h a Allah inil ah yang m enjad i puncak m a’rifatd al am sel uruh
am alpe rbuatan. Al lah se nd iri yang be rh ak m e ngatur d an m e nd istri-
busik an h ak k e pad a se tiap yang be rh ak .
Gam baran d i atas l e bih banyak be rk e naan d e ngan am alibad ah
d an re l asi sosial , k ecual i pad a aspe k tugas jabatan d an pe k e rjaan yang
be rsifattransak sionald an profe sional . Ak an te tapi yang pasti bah w a
prinsip ajaran yu‘tîk ulla d zîh aq q in h aq q ah juga bisa d igunak an se -
bagai l and asan ope rasionald al am aspe k tugas jabatan d an pe k e rjaan
yang be rsifattransak sionald an profe sional . Se m ua itu d im ak sud k an
agar te rjad i k e se im bangan sosiald al am m asyarak at.

285
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

e . Efisie nsi d an Prod uk tivitas H id up Prib ad i d an Sosial


Inti ajaran “e fisie nsi d an prod uk tivitas h id up pribad i d an sosial

ini be rsum be r d ari pok ok k e lim a ajaran W ah id iyah , yak ni taq d î
m al-
ah am m fa al-ah am m tsum m a al-anfa’ fa al-anfa’’ (m e ngutam ak an h al
yang l e bih pe nting d an l e bih be rm anfaatd aripad a yang pe nting d an
berm anfaat).
D al am k e h id upan se h ari-h ari, se ring d ijum pai be rbagai pe r-
soal an sul it yang h arus d ise le saik an d al am w ak tu yang be rsam aan.
D al am k e ad aan se pe rti ini, pe rlu d il ak uk an se k al
a prioritas; m ana
pe rsoalan yang pe nting d an m ana yang l e bih pe nting (ah am m ) d an
pe rlu d iprioritask an untuk d ise l e saik an. Jik a be rbagai pe rsoal
an itu
sam a-sam a pe nting m ak a yang d iprioritask an ad al ah yang l e b ih
be rm anfaat (al-anfa’).
Te rk aitd e ngan h alini, W ah id iyah te l ah m e ne tapk an pe d om an
stand ar m e nge nai “yang l e bih pe nting” (al-ah am m ) d an “yang l e bih
be rm anfaat” (anfa’). Yang d im ak sud al-ah am m (yang l e bih pe nting)
se cara um um ad al ah se gala h alyang be rh ubungan l angsung d e ngan
Al lah d an rasul -Nya, terutam a h al -h alyang bersifatw ajib. Sed angk an
yang d im ak sud al-anfa’ (yang l e bih be rm anfaat) ad al ah se gala h al
yang m anfaatnya b isa d irasak an ol e h b anyak orang (m asyarak at
banyak ). D al am pand angan W ah id iyah , stand ar bagi al-ah am m be r-
sifat syar’iyyah (yurid is); d al am arti be rh ubungan l angsung d e ngan
Al lah d an rasul -Nya. Se m e ntara stand ar bagi al-anfa’ be rsifat sosial ,
d alam arti k em anfaatan sosial . D al am h uk um Isl am , te rm inol ogi “k e-
m anfaatan sosial ” te rm asuk d al am k onse p m ash lah ah linnâs (k e m as-
lah atan m anusia).
Se cara l e bih d e til, W ah id iyah m e nje l
ask an bah w a se suatu h al
6
bisa d ik atak an m e m il ik i m anfaat apabil a ia bisa m e njad i pe nye bab
sem ak in d ek atnya sese orang k e pad a Al lah d an rasul-Nya. Ak an te tapi,

6
Gerak manfaat dalam hal ini mengalami perkembangan terminologi secara
konseptual, yang semula ditempatkan pada terminologi gerak sosial kemudian
dikaitkan dengan terminologi gerak ibadah kepada Allah (relasi dengan Sang
Ilahi).

286
Shalawat Wahidiyah: Produk Tasawuf Lokal dengan Misi ...

jik a se suatu h aljustru be rfungsi se bal ik nya m ak a h alitu d ik atak an


m ud arat (m e m bah ayak an). Jik a sh al at, puasa, atau ibad ah -ibad ah
lainnya te rnyata tid ak m e nyebabk an se se orang yang m e njal ank annya
se m ak in d e k atk e pad a Al
lah d an rasul -Nya m ak a se m ua tind ak an itu
bol e h d ik atak an tid ak be rm anfaat, te tapi justru bisa m e nd atangk an
bah aya. Sh al at yang tid ak se m ak in m e nd e k atk an pe l ak unya k e pad a
Al l
ah ad al ah sh al at yang tid ak d ise rtai ad anya pe rasaan h ud h ûr
(k onse ntrasi) h ati, d an bah k an m ungk in se bal ik nya, d ipe nuh i ol eh
perasaan ‘ujub , riya’, dan tak ab b ur. Jik a ini yang terjadi m ak a perbuatan-
pe rbuatan te rse but tid ak be rnil ai m anfaat.
K onse p “e fisie nsi d an prod uk tivitas h id up pribad i d an sosial ”
ini se be narnya m e ngajark an pol a h id up yang e fisie n d an prod uk tif
d alam ik h tiar m e nguk ir pre stasi te rbaik se l am a h id up d i d unia. H al
ini te rk ait d e ngan m anaje m e n h id up ind ivid u. Ak an te tapi, k are na
pre stasi h id up ind ivid u-ind ivid u be rak um ul asi d e ngan siste m sosial
m ak a h alini te rk aitjuga d e ngan m anaje m e n h id up sosial . D i sinilah
d ite m uk an ad anya d im e nsi e fisie nsi d an d im ensi prod uk tivitas d al am
ajaran W ah id iyah .
K e d ua d im e nsi itu d apat d ipe rl uas pad a se m ua sisi k e h id upan
se h ari-h ari, se pe rti h e m at e ne rgi h e m at biaya, tid ak boros, te tapi
juga tid ak b ak h il(pe l it). Ini se suai d e ngan ajaran Isl am se bagaim ana
te rcantum d al am Al -Q ur’an.7 Pol a h id up m e m ang h arus h e m at,
nam un sh ad aq ah juga perl u d iperh atik an m enurutk em am puan, zak at
juga h arus d il ak sanak an m e nurut uk uran. Se bab d al am sh ad aq ah
d an zak atitu terd apatnil ai efisiensi d an prod uk tivitas bagi pel ak unya,
m inim ald al am d ua h al . Pertam a, e fisie nsi d an prod uk tivitas d al am
re lasi sosial . Bagi se orang w arga m asyarak at, m isal nya, apabil a d ia
suk a be rsh ad aq ah atau be rzak atniscaya d ia ak an m e nd apatk an nil ai
tam bah d al am h ubungan k e m asyarak atan. H alini d apat m e m buat

7
Efisiensi dan produktivitas waktu—termasuk energi—demi prestasi hidup: QS. al-
’Ashr, 103; efisiensi ekonomi: QS. al-A’râf, [7]: 31; tidak pelit: QS. al-Balad [80]:
6 dan QS. al-An’âm, [6]: 141; tidak boros: QS. al-Isrâ’ [17]: 26–27; suka
bershadaqah: QS. al-Baqarah [2]: 273 dan QS. Ali ‘Imrân, 3:134.

287
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

h ubungan sosial nya te rasa le bih am an d an nyam an. Pad a saat d ia


se d ang punya h ajat, atau se bal ik nya, saat te rk e na m usibah , d e ngan
nil ai tam bah yang d im il
ik inya niscaya m asyarak atsek itar ak an d engan
se nang h ati m e m bantunya. D e ngan nil ai pl us itu pul a m asyarak at
se k itarnya ak an m ud ah m e naruh sim pati d an e m pati, atau d e ngan
se nang h ati m e nolongnya d ari m usibah atau ak ibat m usibah yang
d ial am inya.
Ked ua, e fisie nsi d an prod uk tivitas d al am re l asi esk atol
ogis. Islam
m engajark an bah w a sh ad aq ah d an zak atm erupak an tabungan ak h irat
bagi pe l ak unya. Se l ain itu, sh ad aq ah juga d iyak ini m am pu m e nol ak
m usibah ,8 sed angk an zak atd apatm e nyucik an h arta (Q S. at-Taub ah ,
[9 ]: 103). D e ngan d e m ik ian, nil ai e fisie nsi d an prod uk tivitas sh ad a-
q ah d an zak at m e njad i be rl ipat; pe l ak unya m e m punyai tabungan
ak h irat, se l
am atd ari m usibah , d an h artanya suci d ari k otoran k are na
se bagiannya m e rupak an h ak orang l ain yang h arus d ibe rik an.

f. R e volusi Psik is d an Pe rilak u


Inti ajaran “revol usi psik is d an perilak u” ini bersum ber d ari ajaran
d an trad isi m ujâh ad ah d alam W ah id iyah . K onse p m ujâh ad ah d al am
W ah id iyah ini be rsifatk h as, be rbe d a d e ngan be rbagai al iran tare k at
(tasaw uf) yang um um nya m e nggunak an istil ah istigh atsah . M ujâ-
h ad ah be rarti “be rsungguh -sungguh . Se d angk an istigh âtsah be rarti
pe rm oh onan pe rtol ongan.
D al am W ah id iyah , m ujâh ad ah d iajark an se cara te gas d an d i-
trad isik an ol e h para pe ngam al nya se cara inte nsif. H alte rse but bisa
d il
ih at d ari jad w alrutin k e giatan m ujâh ad ah m ul ai d ari (1) m ujâ-
h ad ah ind ivid ual40 h arian, (2) m ujâh ad ah k e luarga, (3) m ujâh ad ah
m ingguan (usb û’iyah ) untuk tingk atd usun atau d e sa, (4) m ujâh ad ah

8
Diriwayatkan oleh Sahabat Anas, Rasulullah Saw. bersabda: “Segera bershadaqah-
lah setiap pagi, karena sesungguhnya bala itu tidak akan melangkahi shada-
qah”(HR. Baihaqi); Dari Sayyidina Hasan, Rasulullah Saw. bersabda: “Bentengi-
lah hartamu dengan berzakat, obatilah orang-orang sakitmu dengan bershadaqah,
dan hadapilah gejolak bala dengan berdoa dan merasa rendah (hina) di hadapan
Allah” (H.R. Abu Dawud).

288
Shalawat Wahidiyah: Produk Tasawuf Lokal dengan Misi ...

bulanan (syah riyah ) untuk tingk at k e cam atan, (5) m ujâh ad ah tiga
bulanan (rub’u as-sanah ) untuk tingk at k abupate n atau k otam ad ya,
(6) m ujâh ad ah se te ngah tah unan (nish f as-sanah ) untuk tingk atpro-
pinsi, d an (7) m ujâh ad ah k ub râ (b e sar) untuk tingk at pusat yang
m elibatk an partisipasi se luruh pe ngam alSh al aw atW ah id iyah .
M ujâh ad ah , se bagai usah a ruh ani untuk m e l ak uk an re volusi
psik is d an peril
ak u m em ilik i berbagai m ak na bagi pengam al nya. D an,
se l
uruh m ak na yang te rk and ung d i d al am nya m e m e rlih atk an poros
d im e nsi psik ol
ogis d al am ajaran W ah id iyah .
Pe rtam a, m ujâh ad ah d ijad ik an se bagai ungk apan tauh id se tiap
pe ngam alSh al aw atW ah id iyah k e h aribaan Al lah , k e rind uan k e pad a
R asulul lah , d an pe ngh orm atan k e pad a gh auts h ad za az-zam an yang
telah m em erol eh am anatd ari Al l
ah untuk m el ak uk an reform asi ruh ani
d an ak h l
ak um atm anusia.
M ujâh ad ah sebagai ungk apan tauh id k epada Al l
ah m enjadi m edia
pe nguatan k e yak inan te ntang syah ad atil ah iah yang sud ah te rtanam
d i d al
am k al bu. Se l ain itu, ia juga m e njad i m e d ia tobatk e pad a Al l
ah
d an m e d ia m e m perbaik i peril ak u, se rta m ed ia pe ngasah an k esad aran
d iri se bagai h am ba Al lah yang se l al u m e rasa butuh k e pad a-Nya.
Sem entara itu, sebagai ungk apan k erind uan k epad a R asul ul l
ah , m ujâ-
h ad ah d ijad ik an se bagai m e d ia pe ngam aluntuk be raud ie nsi d e ngan
nabi;m engungk apk an k erind uan yang m endal am sek aligus m em oh on
syafa’atnya. O l e h k are na itu, sapaan Yâ sayyid îyâ rasûlallâh be nar-
be nar h id up d al am m ujâh ad ah yang m e re k a l ak uk an, d an bah k an
d alam trad isi h id up k e se h arian m e re k a.
Se l
anjutnya, se bagai ungk apan pe ngh orm atan k e pad a gh auts
h ad za az-zam an, m ujâh ad ah d ijad ik an se bagai ungk apan sal am d an
syuk ur k e pad a gh auts, se k al
igus pe rm oh onan untuk m e m e rol eh
nazh rah (pe rh atian d an pancaran ruh ani)-nya. Ungk apan syuk ur ini
juga d isam paik an k e pad a para pe nd uk ung gh auts d an se l uruh w al i
Al lah yang te l
ah be rjasa d alam h alre form asi ruh ani d an ak h l
ak um at
m anusia.

289
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

K e d ua, m ujâh ad ah juga m e rupak an w ujud k e pe d ul ian para


pengam alSh al aw atW ah idiyah untuk m el anjutk an perjuangan m uallif.
Setiap m urid m uallif Sh al aw atW ah id iyah berk eyak inan bah w a dirinya
m em erol eh am anatdari m uallif dan juga gh auts-nya untuk m enerusk an
pe rjuangannya, yak ni m e ngajak orang l ain untuk b e rsam a-sam a
m em perbaik i d iri d em i m em erol eh rid h a Il
ah i. Usah a ini d iw ujud k an
d al am be ntuk m ujâh ad ah se cara sungguh -sungguh d an d il ak uk an
secara istiq âm ah (k ontinu), juga dengan m eningk atk an k ual itas ibadah
k e pad a Al lah d an b e rak h l
ak te rh ad ap se sam a m anusia d an al am
se k itarnya d e ngan ak h l ak yang te l ah d iajark an ole h R asul ullah .
K etiga, m ujâh ad ah m erupak an upaya setiap pengam alSh al aw at
W ah id iyah untuk m e nd e k atk an d iri k e pad a Al lah . K e d e k atan para
pe ngam alW ah id iyah d e ngan Al lah ini d iyak ini ak an m e njad ik an
Al lah be rk e nan m e ngabul k an apa yang m e njad i tujuan m ul ia d alam
h id up m e rek a. Ak an te tapi, h alitu te tap d ite m patk an pad a pe rk e nan
Al lah send iri, tid ak d ijad ik an sebagai targetperm oh onan pel ak u m ujâ-
h ad ah . Artinya, apak ah Al lah ak an m engabul k an atau tid ak m engabul -
k an perm oh onan h am banya, sem uanya itu tergantung pad a k eh end ak
Al lah , nam un yang je l as Al l
ah M ah a m e nge tah ui m ana yang te rbaik
buath am banya. Apa yang d ianggap baik ol e h h am ba, m ungk in justru
tid ak baik m e nurut Al lah . D e m ik ian juga se balik nya, apa yang d i-
anggap tid ak baik ol e h h am ba, m ungk in justru baik m e nurutAl lah .9
K e e m pat, m ujâh ad ah m e rupak an sim bol“usah a d iri”, buk an
“pe rm oh onan d iri”. D al am “usah a d iri” te rk and ung m ak na “m e ng-
utam ak an k e w ajiban usah a, d an ini buk an se k ad ar usah a, m e l
aink an
juga usah a yang d il ak uk an se cara sungguh -sungguh d al am rangk a
pe ncapaian rid h a Al lah . D al
am h alini, m ujâh ad ah tid ak d im ak sud -
k an untuk “m e nuntut agar Al lah m e ngabul k an pe rm oh onan sang
h am ba”. M esk ipun d al am rangk aian m ujâh ad ah juga terk and ung k ata
istigâtsah nam un ia tid ak d igunak an se bagai istil ah k unci d al am
W ah id iyah .

9
Tentang hal ini, Allah telah berfirman dalam QS. an-Nûr [24]:

290
Shalawat Wahidiyah: Produk Tasawuf Lokal dengan Misi ...

Kel im a, m ujâh ad ah m e njad i m e d ia k ore k si d iri bagi para pe ng-


am alSh al aw atW ah id iyah d i h ad apan Al lah . Secara psik ol ogis, k orek si
d iri ini m e m punyai d ua be ntuk , yak ni introspe k si d an re trospe k si.
Introspe k si be rarti k ore k si te rh ad ap k e salah an d an k e k urangan d iri
se nd iri pad a k ond isi te rak tual , k ond isi k e k inian, atau k ond isi yang
sed ang d ial am i oleh pel ak u instrospek si. Sed angk an retrospek si berarti
k ore k si te rh ad ap k e sal
ah an d an k e k urangan d iri se nd iri pad a pe ng-
al am an-pe ngal am an yang te l ah d ial am i atau d il ak uk an pad a m asa-
m asa se be l um nya. D al am te rm inol ogi Isl am , re trospe k si ini d ise but
m uh âsab ah .
M ujâh ad ah se bagai m ed ia k ore k si d iri m em il
ik i d ua gerak , yaitu
ge rak pribad i d an ge rak sosial . K e d ua ge rak ini be rpote nsi m e njad i
pe nje rnih te rh ad ap pol usi-pol usi d an pe nye gar stam ina b atiniah
pel ak u m ujâh ad ah (pengam al ). Gerak pribad i pad a k orek si d iri m en-
je rnih k an d an m e nye gark an batin pe ngam ald al am statusnya se bagai
h am ba Al lah d an ind ivid u anggota m asyarak at. Se d angk an ge rak
sosial nya m e nje rnih k an d an m e nye gark an psik is pe ngam ald al am
pe ran sosial nya. Pad a k e nyataannya, ge rak sosialini m e rupak an
apl ik asi nyata d ari ge rak ind ivid u. Se m ak in tinggi k ual itas ge rak
pribad i m ak a se m ak in tinggi pul a k ual itas ge rak sosial nya.
Pad a gerak pribad i, pe ngam alSh al aw atW ah id iyah be nar-benar
m e rasa re nd ah , h ina, d an m e rasa be rsal ah d i h ad apan Al lah , d an
m e rasa butuh k epad a-Nya. Pad a gerak ini pengam albenar-benar m e-
num pah k an se ge nap e ne rgi batin untuk be r-m unâjat (b e rsim puh
sam bilm e ne te sk an air m ata) k e h ad iratAl lah ;m e m oh on am punan,
pe rtolongan, d an rid h a-Nya. Se d angk an pad a gerak sosial , pe ngam al
Sh alaw at W ah id iyah l e bih banyak m e rasa be rsal ah d an m e lak uk an
pe m be nah an d iri d alam pe ran sosial nya d i m asyarak at.
M e nuruth e m atpe nul is, ge rak sosialpad a k ore k si d iri ini d apat
m e njad i pote nsi yang prod uk tif d alam m e nciptak an tata k e h id upan
sosialyang h arm onis. Sebab, d engan gerak sosialk orek si d iri itu se tiap
orang m e ngutam ak an pe m be nah an d an pe ningk atan pre stasi d iri,
tid ak m engutam ak an k orek si atau k ritik pad a orang lain. Sem ua k ritik

291
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

atau saran d ari orang l


ain d ijad ik an se bagai m asuk an be rh arga d an
pe nam bah k h azanah bagi k ore k si d iri.
Be ntuk -be ntuk riilge rak sosialk ore k si d iri ad al ah tah u d iri,
tepa salira (tenggang rasa), tid ak suk a be rl ak u se w e nang-w e nang pad a
orang l ain, suk a m e ngh orm ati orang l ain d an h ak -h ak nya, d an
m e m and ang orang l ain pe nting d an be rh arga. Singk atnya, d apatd i-
k atak an bah w a h am pir sem ua pe ril ak u yang m unculd ari ge rak sosial
k ore k si d iri ad al
ah prod uk tifd al
am pe nciptaan tata k e h id upan sosial
yang h arm onis.

g. K e pe d ul
ian Sosial
Inti ajaran te ntang “k e pe d ul
ian sosial ” ini be rsum be r d ari sal
ah
satu inti aw rad Sh al aw at W ah id iyah , te patnya pad a k alim at d oa:

Ya Allah, berkahilah semua makhluk yang Engkau ciptakan


dan negeri ini, serta dalam mujâhadah ini, ya Allah.

D oa tersebutm e nge k spresik an pe rh atian te rh ad ap k epe ntingan


tiga pih ak : (1) m ak h luk Al lah se cara k e se l
uruh an;(2) ne gara te m pat
pe ngam albe r-m ujâh ad ah be rad a;d an (3) para pe ngam alm ujâh ad ah
itu se nd iri. Pe rh atian d al
am d oa itu be rw ujud pe rm oh onan k e pad a
Al l
ah agar berk enan m e l im pah k an berk ah k e pad a m e rek a sem ua. H al
ini m e m be rik an pe m ah am an bah w a d al am ajaran W ah id iyah , pe r-
h atian tid ak h anya tertuju pad a k epentingan d iri send iri d al am rangk a
usah a w ush ûlk e pad a Al l
ah , te tapi juga k e luarga d an saud ara, se rta
um atm anusia d an juga sem au m ak h l uk Al l
ah . Isak tangis yang biasa-
nya m e w arnai m ujâh ad ah W ah id iyah juga tid ak be rorie ntasi pad a
k e pe ntingan ind ivid u, te tapi be rorie ntasi pad a k e pe ntingan sosial .
M ak na tangis m e re k a itu, se bagai e k spre si rasa re nd ah (h ina) d i
h ad apan Al lah , sem ak in tam pak se bagai w ujud d ari k e pe d ul ian sosial
k e tik a d ik aitk an d e ngan firm an Al l
ah d an sabd a Nabi M uh am m ad
be rik ut ini:

292
Shalawat Wahidiyah: Produk Tasawuf Lokal dengan Misi ...

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menyiksa mereka, sedang


engkau berada di antara mereka. Dan tidaklah Allah akan menyiksa
mereka selagi mereka memohon ampun” (QS. al-Anfâl [8]: 33).

Nab i Saw . b e rsab d a:

Dari al-Hasan, Rasulullah Saw. bersabda: “Bentengilah harta-


mu dengan berzakat, obatilah orang-orang sakitmu dengan ber-
shadaqah, dan hadapilah gejolak bala dengan berdoa dan merasa
rendah (hina) di hadapan Allah” (HR. Abu Dawud).

Te rk aitd e ngan k e pe d ul
ian sosiald al am ajaran W ah id iyah , te r-
d apat d ua h alyang te rk ait d i d al am nya. Pertam a, k e pe d ul ian sosial
yang d ie k spre sik an se cara spiritual itas se bagaim ana te rd apat d al am
d oa te rse but. Ked ua, k e pe d ulian sosialyang te rd apatpad a inti ajaran
W ah id iyah l ainnya, yak ni (1) se ruan Fafirrûila Allâh untuk be rge gas
k e m bal i d an be rtobat k e pad a Al lah , se rta m e ne guh k an tauh id d an
m el ak sanak an syari’at-Nya se cara utuh d an sungguh -sungguh , (2)
prinsip yu‘tîk ulla d zîh aq q in h aq q ah (m e m be rik an h ak k epad a se tiap
yang be rh ak ) yang d i d al am nya te rm uat d im e nsi sosiol ogis, yak ni
d al am k aitannya d e ngan pe ran ind ivid u d al am re l asi sosial, d an (3)
sik ap k uratif (pe ngobatan) te rh ad ap pe rbuatan batilyang m e rusak
tata k e h id upan sosial -m asyarak at.
Se cara prak tis, se lain m ujâh ad ah -m ujâh ad ah yang te l
ah d ite ntu-
k an w ak tunya secara te tap, k eped ul ian sosiald alam ajaran W ah id iyah
juga d iw ujud k an d al am be ntuk -be ntuk : (1) m ujâh ad ah k eam anan
untuk m e ngantisipasi d an m engatasi m usibah sosiald an (2) k e giatan
partisipasi ak tif k e pe d ulian sosiald i lapangan. K e d ua be ntuk m ujâ-
h ad ah ini d ilak sanak an atas instruk si pim pinan pusat, atas inisiatif
pim pinan w il ayah , atas inisiatif w ilayah l ok ald i baw ah nya, atau atas
inisiatif ind ivid u pe ngam alW ah id iyah .

293
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

h . Strate gi M e nyik api K e m ungk aran


Inti ajaran te ntang “k e pe d ulian sosial
” ini be rsum be r d ari ruh
aw râd Sh al aw at W ah id iyah , te patnya pad a k alim at pe rintah yang
d id ah ul
ui ol e h se ruan:

Bersegeralah kembali kepada Allah. Dan katakanlah: “Yang


benar telah datang dan yang batil telah musnah”. Sesungguhnya
yang batil itu pasti musnah.

K al
im at pe rintah d al am aw râd d i atas ad al
ah w a q uljâ’a al-
h aq q …”, d an k al im atse ruannya ad al
ah fafirrûila Allâh .
K al im at pe rintah te rse but se be narnya ad al ah ayat Al -Q ur’an
(Q S. al -Isrâ’ [17]: 81) yang d inuk ild al am rangk aian aw râd Sh al aw at
W ah id iyah d an d ite m patk an d i bagian ak h ir. Ayattersebutbe rintik an
pe rintah Al l
ah k e pad a Nabi Muh am m ad untuk m e l ak uk an d e k l
arasi
(pe rnyataan) te gas bah w a te l ah d atang k e be naran (risalah Islam yang
d ibaw anya) d an h ancurl ah k e batilan k are na se sungguh nya k e batil an
itu pasti m usnah .
D ek l
arasi itu m e rupak an pernyataan sik ap W ah id iyah te rh ad ap
k e batil
an atau se gal a h ald an pe rbuatan yang be rte ntangan d e ngan
norm a-norm a agam a d an m e rusak k e h id upan m asyarak at. Sik ap ini
d apatd itransfe r k e d al am strategi m enyik api k em ungk aran d i tengah -
te ngah m asyarak at. D al am ajaran W ah id iyah , strate gi te rse but se -
bel um nya d id ah ul ui ol e h se ruan Fafirrû ila Allâh ; se ruan untuk
be rtobat, k e m bal i k e pad a Allah , d an m e l
ak sanak an syari’at-Nya.
D e ngan pe nje l asan d i atas, W ah id iyah m e ngajark an l angk ah
strate gis d alam m e nyik api k e m ungk aran: pertam a, usah a m e nye ru
k e pad a pe lak u k e m ungk aran untuk be rtobat, k e m bal i k e pad a Al
lah ,
d an m el ak sanak an syari’at-Nya. Langk ah pertam a ini d iringk as d al am
istilah k ul turalfafirrû. Ked ua, jik a pe lak u k e m ungk aran m e ngabai-

294
Shalawat Wahidiyah: Produk Tasawuf Lokal dengan Misi ...

k an se ruan itu, d il
ak uk an usah a k uratif (pe ngobatan, d al
am arti pe n-
ce gah an atau d al am tingk at te rte ntu, pe m b e rantasan) te rh ad ap
k em ungk aran itu. Langk ah k e d ua ini d iringk as d al
am istil
ah k ultural
w a q uljâ’a.
Se jauh se pe nge tah uan pe nul is, l
angk ah k uratif te rh ad ap k e -
m ungk aran se ring d il ak uk an ol e h W ah id iyah pad a l ingk ungan
m asing-m asing pe ngam al . W ah id iyah d apatd ik atak an m e rasa tid ak
pe rl u m elak uk an usah a k uratif itu d al am sk al a be sar d e ngan m e ng-
ge rak an banyak m assa k are na h alse pe rti ini d apat te rje bak pad a
k onspirasi pol itis. W ah id iyah le bih m e m e rcayak an h alte rse butpad a
ne gara untuk m e l ak uk an l angk ah k uratif te rh ad ap k e m ungk aran
d al am sk ala besar atau nasional . Se bab, pad a k e nyataannya, ne garal ah
yang m e m il ik i pe rangk at infrastruk tur untuk m e l ak uk an tugas d an
k e w ajiban te rse but.

i. Be rinfak untuk K epe ntingan Agam a


Ajaran tentang “infak untuk k e pe ntingan agam a” ini bersum be r
d ari ajaran W ah id iyah m e nge nai sik ap atau tind ak an untuk pe m e -
nuh an sarana/prasarana agam a d an pe rjuangan. R e al isasinya ad al ah
pe ngh im punan d ana l e w atd ana b ox d an pe ne rim aan zak atd ari para
pe ngam al nya.
D ana b ox m erupak an usah a pengh im punan d ana d ari para peng-
am alW ah id iyah d e ngan cara m e m asuk k an d ana se cara rutin (se tiap
h ari) k e d alam k otak yang bertul isk an d ana b ox, m enurutk em am puan
e k onom i m asing-m asing pe ngam al . D al am W ah id iyah , ajaran be r-
infak (te rm asuk d i d al am nya bersh ad aq ah ) d iorganisasi secara te ratur,
e fisie n, d an e fe k tif. Pe ngorganisasian ini d ise rtai ol e h pe ngungk apan
ajaran Isl am te ntang d asar-d asar infak , pe ril ak u d an sik ap be rinfak ,
rew ard (pe ngh argaan, m anfaat, k e untungan) infak , se rta w arning
(pe ringatan) bagi orang-orang yang pe l itbe rsh ad aq ah , berinfak , atau
be rzak at.
Se m ua d ana d an h arta yang d ih asil
k an d ari usah a pe ngorgani-
sasian d ana te rse but se pe nuh nya d igunak an untuk m e m e nuh i k e -

295
6
PENUTUP

A. K e sim pul
an
Sh alaw at W ah id iyah m e rupak an aw râd (rangk aian d zik ir/
am al an) yang d ie m ban ol e h id e ol
ogi W ah id iyah . Ia l ah ir d ari bum i
Ind one sia, te patnya d i K e d ungl o, K e d iri, Jaw a Tim ur, pad a 19 63.
M uallif-nya ad al ah K H . Abd oe lM ad jid M a’roe f. O rganisasi yang
d ibe ntuk nya d ibe ri nam a “Pe nyiar Sh al aw at W ah id iyah ”, yang d i-
singk at d e ngan PSW . O rganisasi ini d id aftark an k e D itsospolJaw a
Tim ur pad a 7 Septe m be r 19 87, d an sek arang tel ah berbad an h uk um ,
d e ngan Ak ta Notaris K h usnulH ad i, SH ., Jom bang, nom or: 10,
tanggal26 Januari 2007. Be rk as pe rm oh onan te rse but k e m ud ian
d im intak an pe nge sah an k e pad a M e nte ri H uk um d an H ak Asasi
M anusia R I d i Jak arta, d an b e rk as te rse b ut d ite rim a d i K antor
D ire k torat Je nd e ralAd m inistrasi H uk um Um um pad a 30 Januari
2007.
Sh al aw atW ah id iyah buk anl ah al iran tare k at, m e l
aink an al iran
tasaw uf. O l e h k are na itu, aliran ini tid ak m e m e rl uk an jalur sanad
am al an se bagaim ana um um nya al iran-aliran tare k at. D an, se bagai
al iran tasaw uf, ia m e nye d iak an pe rangk at siste m ik yang te rd iri d ari
tiga h al : (1) sarana untuk m e nje rnih k an h ati d an m a’rifat k e pad a
Al lah SW T d an R asul ullah Saw .);(2) pe rangk at siste m ajaran yang
d ise but pancaajaran pok ok W ah id iyah ; (3) orie ntasi tasaw uf yang
je las, d i sam ping satu h alpe nd uk ungnya, yak ni organisasi yang d i-
rintis d an d ibim bing l angsung ol e h m uallif Sh al aw at W ah d iyah .

345
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Pancaajaran pok ok W ah id iyah yang d im ak sud ad al ah (1) m eng-


ajak um atuntuk be rtobat, k e m bal i m e ne guh k an tauh id k e pad a Al
lah
d e ngan m e l ak sanak an syari’at-Nya se cara utuh d an sungguh -sung-
guh , (2) m e njunjung tinggi e k siste nsi d an jasa-jasa R asul ul
lah
M uh am m ad , (3) m e ngh orm ati k e berad aan d an pe ran pe nting gh auts
yang m engem ban am anatreform asi ruh aniah d an ak h l ak um atm anu-
sia, se rta pe nye lam atan d al am k e langsungan se jarah nya, (4) m e m -
be rik an h ak k e pad a se tiap yang be rh ak , d an (5) m e ngutam ak an h al -
h alyang l e bih pe nting d an l e bih be rm anfaat.
Tipol ogi tasaw ufW ah id iyah d apatd il ih atd ari d ua aspe k , yak ni
aspe k k onse ptuald an aspe k siste m ik . Pertam a, d al am aspe k k onse p-
tual , tipol
ogi tasaw ufW ah idiyah adal ah m oderat, antara tasaw uffal safi
d an tasaw uf sunni. Aspe k tasaw uf fal safi W ah id iyah ini d apatd il ih at
pad a k ata w ah d ah (k e be rsatuan) d al am aw râd Sh al aw atW ah id iyah .
Ak an te tapi, d al am siste m ajarannya, k ata itu d im ak nai bah w a Al lah
se bagai sum be r yang m e ngge rak k an ak tivitas se gal a m ak h l
uk ;tid ak
d im ak sud k an se pe rti k onse p w ah d ah al-w ujûd (k e be rsatuan w ujud
antara m anusia d an Tuh an) yang d itentang ol eh aliran tasaw uf sunni.
Se d angk an aspe k tasaw ufsunni W ah id iyah d apatd il ih atpad a k onse p
prak tisnya yang se d e rh ana, bah k an tanpa baiat(ink l usif). D ua aspe k
ini m em perl ih atk an tipol ogi tasaw ufW ah id iyah yang k h as d iband ing
d e ngan aliran-al iran tasaw uf d an tare k atpad a um um nya.
D al am pe rk e m bangannya, k ata w ah d ah d al am aw râd Sh al aw at
W ah id iyah yang d ib aca se cara parsialm e nye b ab k an m uncul nya
pe nol ak an k e ras d ari k alangan tok oh -tok oh Isl am , te rutam a para
ul am a NU d an para pe m uk a tare k at m u’tab arah d i Ind one sia. H al
ini d apatd im ak l um i k are na se cara h istoris m aupun id eologis, m ere k a
cenderung m enentang ajaran w ujûd iyah atau w ah d ah al-w ujûd , ittih âd ,
h ulûl, atau m anunggaling k aw ula-gusti. Pe ne ntangan ini juga d i-
pe rlak uk an te rh ad ap W ah id iyah . D ise babk an ad anya k ata w ah d ah
te rse but, m e re k a se cara se rta-m e rta m e nud uh W ah id iyah se bagai
ajaran se sat, d an d ipand ang m e nye b ark an ajaran m an un ggalin g
k aw ula-gusti.

346
Penutup

K ata w ah d ah d alam aw râd Sh al aw at W ah id iyah tid ak id e ntik


d e ngan k onse p w ah d ah d al
am te ori-te ori tasaw uf fal
safi fanâ’, b aq â’,
d an ittih âd m il
ik Abu Yazid al -Bustam i, te ori h ulûlm il ik al-H al laj,
te ori w ah d ah al-w ujûd m il ik Ib n ‘Arab i, d an te ori m an un galin g
k aw ula-gusti m ilik R onggow arsito d an Syaik h Siti Je nar.
D e ngan d e m ik ian, d ite m uk an bah w a tipologi m od e rattasaw uf
W ah id iyah m e m e rlih atk an ad anya k e sad aran spiritualitas d al
am tasa-
w uf yang d ite k ank an pad a aspe k am al iah atau ak h lak ibad ah d an
m u’am al ah , yang be rtum pu secara k ok oh pad a k esad aran tauh id yang
m el e nyapk an syirik . H alini be rk ait d e ngan d im e nsi re k onstruk si
ak id ah ;dim ensi pertam a di antara sem bil an dim ensi ajaran W ah id iyah .
Ked ua, d al
am aspek sistem ik , tipol ogi tasaw ufW ah id iyah m e ng-
gabungk an secara h arm onis antara tiga bid ang se k al igus, yaitu bid ang
spiritual , bid ang syari’at, d an bid ang ak h l ak . Ge rak k e tiga bid ang
ini d itujuk an se cara tand as k e arah re sponsibil itas sosial, m e sk ipun
langk ah aw alyang se nantiasa d i-upgrad e ad al ah re volusi psik is d an
id e ol
ogis se tiap ind ivid u pe ngam alW ah id iyah .
Adapun inti ajaran W ah idiyah m encak up sem bil an dim ensi, yak ni
(a) rek onstruk si ak id ah , (b) re k onstruk si ak h l ak , (c) pengh argaan atas
jasa-jasa para pe m baru (m ujad d id ), (d ) strate gi pe m be ntuk an e k ui-
librium sosial , (e ) e fisiensi d an prod uk tivitas h id up pribad i d an sosial ,
(f) re volusi psik is d an pe ril ak u, (g) re sponsibil itas sosial, (h ) strate gi
m e nyik api k e m ungk aran, d an (i) be rinfak untuk k epentingan agam a.
Ad apun visi W ah id iyah ad al
ah “m engajak um atm anusia jam i’al
‘alam in (se luruh al am ) untuk m e nje rnih k an h ati m e nuju k e sad aran
k e pad a Allah d an rasul -Nya.” Visi ini d ite rje m ah k an k e d al
am m isi
ink lusivism e gl obalyang se cara tand as te re k spre si m e l alui tiga h al
,
yak ni (1) aw râd Sh al aw at W ah id iyah yang m e nyatak an se ruannya
k e pad a m asyarak at global , (2) tid ak ad anya baiat d al am prose d ur
le galisasi am alan Sh al aw at d an Ajaran W ah id iyah bagi pe ngam al ,
d an (3) aw râd Sh alaw atW ah id iyah d ik onsum sik an bagi segal alapisan
m asyarak at d an l intas usia.

347
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Pad a k e nyataannya, m isi ink l usif te rse but m e w ad ah i be rbagai


tingk atan usia, k arak ter m anusia, profesi, berbagai al iran d an id eol ogi.
H alini m e m erl ih atk an k e te rbuk aan id e ologi W ah id iyah d al am d ina-
m ik a h istorisnya. Bah k an, banyak tok oh se puh NU yang m e njad i
pe ngam alW ah id iyah k are na k e te rbuk aan ini. Se l anjutnya, ink l usi-
vism e gl obalW ah id iyah tid ak h anya be rk e m bang d i be rbagai d ae rah
d i Ind one sia, te tapi juga d i m ancane gara: Tim or Le ste , M al aysia,
Brune i D arussal am , Singapura, Austral ia, H ongk ong, Je pang, Arab
Saud i, Se land ia Baru, Pe ru, d an Am e rik a Se rik at.
D al am pe rk e m b angannya, d i d al am organisasi W ah id iyah
m unculd an be rk e m bang d ua k e pe ngurusan, se l ain al iran PSW yang
d ibentuk l angsung ol eh m uallif-nya. D ua al iran tersebutad al ah al iran
Pe rjuangan W ah id iyah yang d ik e nald e ngan istil ah al iran Pim pinan
Um um Perjuangan W ah id iyah (PUPW ) d an al iran M il ad iyah . K ed ua
al iran baru ini d ipe l opori d an d ipim pin ol e h d ua pute ra m uallif
Sh al aw at W ah id iyah . D ua al iran te rse but m e m ilik i orie ntasi yang
k h as, se suai d e ngan visi d an m isi yang d ie m bannya.
D alam peta w acana tasaw ufd an tare k at, W ah id iyah m e rupak an
sal ah satu d i antara d ua al iran tasaw uf prod uk asl i Ind one sia. Satu
aliran lainnya ad al ah Tare k atSh id d iq iyah yang pusatperk e m bangan-
nya ad a d i Jom bang, Jaw a Tim ur. Bah k an, al iran tare k atini te rcatat
sebagai sal ah satu d i antara 44 aliran tarek atterk enald i d unia m enurut
ve rsi Ensik loped i Tem atis D unia Islam .

B. Saran-Saran
Se jauh h asilpe ne l itian ini, ad a be be rapa pe rm asal ah an yang
bel um te rk aji d i d al am nya, yaitu (1) aspe k psik ol ogis tasaw uf
W ah id iyah , (2) im plik asi ad anya aliran-aliran W ah id iyah d al am k ait-
annya d e ngan k onsiste nsi ajaran d an pe rse psi d an pe rl ak uan m asya-
rak atterh ad ap W ah id iyah , d an (3) potensi W ah id iyah , sebagai sebuah
id e ol
ogi, d al am pe ta id e ologi aliran-aliran yang ad a.
K iranya k e tiga pe rm asalah an te rse but, d an pe rm asal
ah an baru
l
ainnya, d apatd ite liti ol
e h para pe m inatk ajian te ntang W ah id iyah .

348
Penutup

Te rak h ir, pe nul is panjatk an puji d an syuk ur k e h ad irat Al


lah
yang te l ah m e l im pah k an rah m atd an h id ayah -Nya se h ingga pe nul is
be rh asilm e nye l e saik an buk u ini. M ud ah -m ud ah an buk u ini be r-
m anfaat.

349
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

350
DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz M asyh uri (Pe ngh im pun). 2006. Perm asalah an Th ariq ah :
H asilK e se pak atan M uk tam ar d an M u syaw ar ah Be sar
Jam ’iyyah Ah lith Tariq ah al-M u’tab arah Nah d latulUlam a
(19 57–2005 M ). Su rab aya d an Jom b ang: K h alisth a
be rsam a Pe santre n Al -’Aziziyah D e nanyar-Jom bang.
A. FaisalIl yas (h irAFI). t.t. Sh alaw at W ah id iyah Ajaran Sesat atau
Tid ak ?Yogyak arta: Tok o Am am at.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . 2004. Tanggapan terh ad ap Buk u Sh alaw atW ah id iyah
b uk an Ajaran Sesat. Yogyak arta: Tok o Am am at.
Ab d al -H al im M ah m ud . t.t. Q âd h iyah fîat-Tash aw w uf. K airo:
M ak tabah al -Q ah irah .
Abd al -Gh ani Nabl usi. t.t. Ta‘th î
r al-Anâm . T.tp.: t.p.
‘Abd al -Gh ani an-Nayil si. 19 80. Al-H ad îq ah an-Nad iyyah Syarh ath -
Th ar î q al-M u h am m ad iyyah . Istam b u l - Tu rk i: D ar al
-
K h ilafah .
‘Abd al -K arim Jil i. 19 75. Al-Insân al-Kâm ilfîM a’rifah al-Aw âk h ir
w a al-Aw âil.Be irut: D ar al -Fik r.
‘Abd al -K arim bin H aw azin al -Q usyairi. t.t. R isâlah al-Q usyairiyyah
fî‘Ilm at-Tasaw w uf. T.tp: D ar al -K h air.
Abd al -Q ad ir M ah m ud . t.t. Al-Falsafah ash -Sh ûfiyah fîal-Islâm . K airo:
D ar al -Fik r al-’Arabi.

351
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Abd al -W ah h ab K h al af. 19 77. ‘Ilm Ush ûlal-Fiq h . K uw ait: D ar al -


Q al am .
‘Abd al-Ah ab Sya’rani. t.t. Bah jah as-Saniyyah . T.tp.: t.p.
Abd al -Aziz ad -D ibagh i. t.t. Al-Ib rî z. Al -Azh ar: t.p.
‘Abd ul l ah bin Al aw i H ad d ad . t.t. Ad -D a’w ah at-Tâm m ah . Surabaya:
al -H id ayah .
Abi al -Fad h l‘Ayyad h Yah sh ubi. 19 88. Asy-Syifâ`. Be irut-Libanon:
D ar al -Fik r.
Aboe bak ar Atje h . 19 84. Pengantar Sejarah Sufi d an Tasaw uf. Sol o:
R am ad h ani.
Abu Bak r Bak ry al -M al ik i D im yath i. Kifâyah al-Atq iyâ‘w a M inh âj
al-Ash fiyâ‘. T.tp.: D ar Ak h yar.
Abu D aw ud . 19 53. Sunan Ab îD âw ud , Jil id IV. K airo, M e sir: at-
Tijariyyah al -K ubro.
Abu H am id M uh am m ad bin Muh am m ad al -Gh azali. t.t. Ih ya‘‘Ulûm
ad -D î n. T.tp.: M ak tabah D ar Ih ya’ al -K utub al -’Arabiyyah
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . t.t. M inh âj al-’Â b id î n. Se m arang: M ak tabah Usah a
K el uarga.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . t.t. Al-M unq izh m in ad h -D h alâl.Be irut: al -M ak tabah
asy-Syu’ub iyah .
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . t.t. Kitab al-Arb a’î n fîUsh ûlad -D î n. K airo: M ak tabah
al -Jind i.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . t.t. M uk âsyafah al-Q ulûb . K airo: Abd ulH am id Ah m ad
H anafi.
Abu al -H asan an-Nad w y. 19 77. Asy-Syura b ain al-Fik rah al-Islâm iyah
w a al-Fik rah al-Gh arb iyyah . M esir: M ak tabah al -Taq ad d um
Abu al -H usayn bin al -H ajjajal -Q usyairi an-Naisaburi. 19 9 7. Sh ah î h
M uslim . K airo: D ar al -H ad its.
Abu Nasr as-Sarrajath -Th usi. 19 60. Al-Lum a’. M e sir: D ar al -K utub
al -H ad itsah .

352
Bibliografi

Abu al -W afa’ at-Taftazani. 19 79 . M ad k h alilâ at-Tash aw w uf al-Islâm i.


K airo: D ar ats-Tsaq afah l i ath -Th iba’ah w a an-Nasyr.
Ah m ad ash -Sh aw i al -M al ik i. 19 9 3. H âsyiyah ash -Sh âw i ‘alâ al-
Jalâlain. Be irut-Libanon: D ar al -Fik r.
Ah m ad ibn H anbal . t.t. M usnad Im âm Ah m ad . T.tp: tp.
Ah m ad ibn R usl am . t.t. Nazh am az-Z ub ad . T.tp: t.p.
Ah m ad ibn Syaik h H ijazy Fasni. t.t. Al-M ajâlis as-Saniyyah . T.tp:
t.p.
Ah m ad Am in. 19 69 . Z h uh r al-Islâm . Be irut: D ar al -K itab al-’Arabi.
Ah m ad Lutfi R id l o. t.t. “Atsar ash -Sh al aw atal -W ah id iyah fi Ak h l
aq
Th ul lab al -M a’h ad at-Tah d zib Ngoro Jom bang”. Sk ripsi.
Ponorogo: Fak ul tas Ush ul uddin InstitutD arussal am Pond ok
M od e rn Gontor.
Ah m ad Sod l i, Yusriati, Yustiani, d k k . 19 9 0. Th ariq atW ah id iyah d i
Jaw a Tim ur d an Jaw a Ten gah . Se m arang: D e parte m e n
Agam a R I Bal ai Pe ne litian Al iran K e roh anian/K e agam aan.
Am atul lah Arm strong. 19 9 6. Kh azanah Istilah Sufi: Kunci M em asuk i
D unia Tasaw uf. Terj. M .S. Nash rul lah d an Ah m ad Baiq uni.
Band ung: M izan.
Am in Al a ad -D in an-Naq syaband i. t.t. M â H uw a at-Tash aw w uf w a
m â H iya at-Th arî q ah an-Naq syab and iyah . T.tp: t.p.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . t.t. Jâm i’ al-Ush ûlfi al-Auliyâ‘. Singapura–Je d d ah –
Ind one sia: al -H aram ain.
AS. Asm aran. 2002. Pengantar Stud i Tasaw uf. Jak arta: R aja Grafind o
Persad a.
Ase p Usm an Ism ail . “Tasaw uf”. D al am Taufik Abd ul lah (ed .). 2002.
Ensik loped i Tem atis D unia Islam . Jak arta: PT. Ich tiar Baru
van H oe ve.
Bad ri Yatim . 19 9 7. Sejarah Perad ab an Islam . Jak arta: R ajaGrafind o
Persad a.

353
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Bagian Pe ne l itian d an Pe nge m b angan Syah am ah (Syab ab Ah l us-


sunnah w alJam a’ah ). 2005. Aq id ah Ah li Sun n ah W al
Jam a’ah . Jak arta: Syah am ah Pre ss.
Bogd an, R . d an Ste ve n Tayl or. 19 84. Introd uction to Q ualitativee
R esearch M eth od s. Joh n W il e y & Sons.
Bruine sse n, M artin van. 19 9 5. Kitab Kuning, Pesantren, d an Tarek at.
Band ung: M izan.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . 19 9 6. Tarek atNaq syab and iyyah d i Ind onesia. Band ung:
M izan.
al -Buk h ari. t.t. Sh ah î h al-Buk h âri. T.tp: t.p.
Cucuk Suroso. 19 9 8. “Stud i te ntang M a’rifatd al am W ah id iyah d an
Ittih ad M e nurut Abu Yazid ”. Sk ripsi. Jom bang: Fak ul tas
Ush ul ud d in Unive rsitas D arulUl um .
D PP PSW . 2000. Fatw a d an Am anat K.H . Ab d urrah m an W ah id ,
Presid en R I, pad a acara M ujah ad ah Nisfussanah d i D K I
Jak arta, Tanggal2 April2000 (d ok um e n k ase t re k am an).
Jom bang.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . 2004. Pengajian Kitab al-H ik am d an Kuliah W ah id iyah
oleh H ad lratus Syaek h Al-M uk arrom R om o K.H . Ab d oel
M ad jid M a’roef Muallif Sh olaw atW ah id iyah . Jom bang, Ed isi
IV.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . 2006-. Kolom W ah id iyah . Surabaya: H arian “Bangsa”.
D PW PSW D ae rah Propinsi Jaw a Tim ur, Bid ang Pe ne rbitan. Bulle-
tin Kem b ali.
Erl yn Ind arti. 2003. “CriticalTh e ory, CriticalLe galTh e ory, and
CriticalLe galStud ie s”. M ajalah Ilm iah . Fak ul tas H uk um
Und ip, Vol . XXXII No. 2. April -Juni.
Esposito, Joh n L. 19 84. Islam and Politics. Ne w York : Syracuse Uni-
ve rsity Pre ss.
F. Bud i H ard im an. 19 9 0. Kritik Id eologi. Yogyak arta: K anisius.
Fish er, M ary Pat. 19 9 7. Living Religions: An Encyclopaed ia of th e W orld
Faith s. Lond on-Ne w York : I.B. Tauris Publ ish e r.

354
Bibliografi

Gl asse , Cyril . 19 9 6. En sik loped i Islam R in gk as. Te rj. Gh ufron A.


M as’ad i. Jak arta: PT R aja Grafind o Pe rsad a.
H ad ari Naw aw i. 19 9 1. M etod e Penelitian Bid ang Sosial.Yogyak arta:
Gajah M ad a Unive rsity Pre ss.
H arun K usaijin. 2003. Pe ril ak u K e be ragam aan Pe ngam alSh al aw at
W ah id iyah d i Pe santre n At-Tah d zib R e joagung Ngoro
Jom bang. Tesis. Program Pascasarjana IAIN Sunan Am pe l
Surabaya.
H arun Nasution. 19 73. Falsafatd an M istisism e d alam Islam . Jak arta:
Bul an Bintang.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . 19 86. Islam D itinjau d ari Berb agai Aspek . Jak arta: UI
Press.
Ib n Abi Ish aq al -K alab ad zi. 19 69 . At-Ta’âr uf li M azh ab Ah lat-
Tash aw -w uf. K airo: M ak tabah al -K ul liyah al -Azh ariyah .
Ibn ‘Arabi. 19 67. Fush ûs al-H ik am . K airo: M ustafa al -Babi Al -H alabi
w a Aw l ad uh .
Ib n ‘Ath a’il lah as-Sak and ari. 19 69 . Al-H ik am al-’Ath â’iyyah . Ed .
M ah m ud ‘Abd al -W ah ab ‘Abd al -Mun’im . K airo: M ak tabah
al-Q ah irah .
Ibn ‘Ibad . t.t. Syarh al-H ik am . t.k .: t.p.
Ibn K h al d un. t.t. Al-M uq ad d im ah . Be irut: D ar al -Fik r.
Ibn Taim iyah . t.t. Al-Îm ân. K airo: ath -Th iba’atal -M uh am m ad iyah .
Ib rah im M ad k ur. 19 76. Fîal-Falsafah al-Islâm iyah M an h âj w a
Tath b î gh uh u. K airo: D ar al -M a’arif.
Ibrah im Basyuni. 19 69 . Nasy’ah at-Tasaw w uf al-Islâm i. K airo: D ar
al-Fik r.
Ibrah im H il al. 19 79 . At-Tash aw w uf al-Islâm i b aina ad -D î n w a al-
Falsafah . K airo: D ar Nah d h ah al -’Arabiyah .
Id ris M arbaw i. t.t. Kam us Arab -M elayu.
Ifran ‘Abd al -H am id Fattah . 19 73. Nasy’ah al-Falsafah asy-Sh ûfiyyah
w a Tath aw w uruh a. Be irut: al -M ak tab al-Islam i.

355
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Ih san Ilah i Z h ah ir. 2000. D irâsâtfîat-Tash aw w uf. Terj. Fad h l i Bah ri,
D arah H itam Tasaw uf: Stud i Kesesatan Kaum Sufi. Jak arta:
D arulFal ah .
Im am Suprayogo. 2001. M etod ologi Penelitian Sosial-Agam a. Ban-
d ung: R osyd ak arya.
Jak aria. 19 9 9 . “Ak tivitas D ak w ah BPRW (Bad an Pe m bina R e m aja
W ah id iyah ) d al am Pe m b inaan R e m aja d i Lingk ungan
R e m aja W ah id iyah ”. Sk ripsi. Fak ul tas D ak w ah IK AH A
Te buire ng Jom bang.
Jal al
ud d in ‘Ab d urrah m an as-Suyuth i. t.t. Al-Jâm i’ ash -Sh agh î r fî
Ah âd î ts al-Basyî r an -Nad zî r. Surab aya: Tok o K itab al -
H id ayah .
K h olilPraw oto. 2002. “Pe ngaruh Ajaran Sh ol aw at W ah id iyah te r-
h ad ap Pe ningk atan Am alIbad ah M asyarak at D e sa R e jo-
agung K e cam atan Ngoro K abupate n Jom bang”. Sk ripsi.
Jom bang: Fak ul tas D ak w ah IK AH A Te buire ng.
K rae m e r, Joe lL. 19 9 2. H um anism in th e Renaissance of Islam : Th e
RevivalD uring th e Buyid Age. Le id e n-Ne w York -K ol n: E.J.
Bril l.
K h un, Th om as S. 19 70. Th e Structure of Scientific Revolutions. Ch i-
cago: Unive rsity of Ch icago Pre ss.
Le vtzion, Ne h e m ia and Vol l
, Joh n O be rt. 19 87. Eigh teenth -Centur y
Renew aland Reform in Islam . Ne w York : Syracuse Unive r-
sity Pre ss.
Lore ns Bagus. 2000. Kam us Filsafat. Jak arta: PT. Gram e d ia Pustak a
Utam a.
Luth fi W iraw an. 2007. “K onse p M a’rifat M e nurut Jam a’ah Pe nyiar
Sh al aw atW ah id iyah ”. Sk ripsi. Yogyak arta: Fak ul tas Ush u-
lud d in Unive rsitas Isl am Ne ge ri Sunan K al ijaga.
M ah bub Am asy. 2002. “Pe ranan Pe ngam al an Sh al aw at W ah id iyah
dal am M enanggul angi K em erosotan Ak h l ak Sisw a M adrasah
Al iyah Ih sanniat D e sa R e joagu ng K e cam atan Ngoro

356
Bibliografi

K abupaten Jom bang”. Sk ripsi. Sek ol ah Tinggi Il m u Tarbiyah


“Taruna” Surabaya.
M ansur Faq ih . 2001. Sesat Te ori Pe m b an gun an d an D e m ok rasi.
Yogyak arta: Pustak a Pe l ajar.
M a’sh um . 2003. 7 H ik m ah d i Balik D ana Box. Se m arang: D PW
PSW Propinsi Jaw a Te ngah .
M ol e ong, Le xy J. 19 9 5. M etod ologi Penelitian Kualitatif. Ce t. VI.
Band ung: R osd a K arya.
M . Lail y M ansur. 19 9 6. Ajaran d an Telad an Para Sufi. Jak arta: PT.
R aja Grafind o Persad a.
M . Sol ih in. 2005. M elacak Pem ik iran Tasaw uf d i Nusantara. Jak arta:
PT. R aja Grafind o Pe rsad a.
M och . M uch tar b in H . Ab d M uk ti. 1418 H . In for m asi ten tan g
Sh id d iq iyah . Losari- Pl oso- Jom b ang: Pe ringatan H ari
Sh id d iq iyah .
M oh . M urtaq i M ak arim a. 2003. “M anage m e n D ak w ah W ah id iyah
pad a Lem baga D PPPSW (D e w an Pim pinan PusatPe nyiar
Sh alaw atW ah id iyah ) d i D esa R ejoagung K e cam atan Ngoro
K abupate n Jom bang. Sk ripsi. Fak ul tas D ak w ah IK AH A
Te buire ng Jom bang.
M uh am ad . 19 9 8. “Sh ol aw atW ah id iyah Se buah Ak tivitas R itual istik
d alam Pe ngem bangan D ak w ah Isl am iyah d i PPAt-Tah d zib
Ngoro Jom b ang (Stud i D e sk riptif K ual itatif)”. Sk ripsi
Fak ul tas D ak w ah IK AH A Te buire ng Jom bang.
Muh am m ad Am in al -K urd i. t.t. Tanw î r al-Q ulûb fi Mu’am alât‘Allâm
al-Gh uyûb . Surabaya: Syirk ah Bungk ulInd ah .
M uh am m ad bin Ah m ad al -M ah al i. t.t. Tafsîr Jalalain. Se m arang:
Toh a Putra.
M uh am m ad D jazul y Yusuf. t.t. Ak u … Pengganti M uallif Sh olaw at
W ah id iyah . Surabaya: Tarbiyah .
Muh am m ad H aq q i an-Nazil i. t.t. Kh azî nah al-Asrâr. Sem arang: Usah a
K eluarga.

357
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

M uh am m ad Naw aw i al -Jaw i. t.t. Tafsir an-Naw âw i. Juz I. Sem arang:


Usah a K e l uarga.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . t.t. Syarh Sullam at-Taufî q ilâ M ah ab b ah Allah ‘alâ
at-Tah q î q . Surabaya: al -H id ayah .
Muh am m ad Sa’id Busth am iy. 19 84. M afh ûm Tajd î n. Kuw ait:
d ad -D î
D ar ad -D a’w ah .
M uh am m ad ash -Sh ad iq Arjun. 19 67. At-Tash aw w uf fi al-Islâm
M anâb i’uh u w a Ath w âruh u. K airo: M ak tabah al -K ul liyah
al -Azh ariyah .
M uh am m ad YusufM usa. 19 65. Falsafah al-Ak h lâq fîal-Islâm . K airo:
M uassisah al -K h aniji.
M uh ibbin Abd urrah m an. t.t. Sh alaw atW ah id iyah seb uah Parad igm a
untuk M em b ina Anak -Anak yang Sh alih d an Sh alih ah . t.p.
M usl ih . 19 9 8. “Stud i Pe rband ingan Antara Tasaw uf d an Sh al aw at
W ah id iyah ”. Sk ripsi. Jom bang: Fak ul tas Ush ul ud d in Uni-
ve rsitas D arulUl um .
M ustafa Z ah ri. 19 9 1. Kunci M em ah am i Ilm u Tasaw w uf. Surabaya:
Bina Il m u.
M ustam an. 2002. “Pend id ik an Ak h l ak d alam Al iran Sh alaw atW ah i-
d iyah (Stud i te ntang M ate ri M e tod e Pe nd id ik an Ak h l ak )”.
Sk ripsi. Yogyak arta: Fak ul tas Tarbiyah IAIN Sunan K al ijaga.
an-Naw aw i ad -D im asyq i. R iyâd h ash -Sh âlih î n. Surabaya: PT Iram a
M inasari.
Nich ol son, R e ynol d A. 19 21. Stud ies in Islam ic M ysticism . Lond on:
Cam brid ge Unive rsity Pre ss
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . 19 75. Th e M ystics of Islam . Lond on: R outl e d ge and
K e gan Paul .
Noe ng M uh ad jir. 2000. M etod ologi Penelitian Kualitatif. Ed isi IV.
Ce t. I. Yogyak arta: R ak e Sarasin.
Ne w m an, W . Law re nce . 2000. SocialResearch M eth od s, Q ualitative
and Q uantitative Approach es. Need h am H eigh ts USA: Al l
yn
& Bacon, 4th e d ition.

358
Bibliografi

Nurch ol ish M ad jid . 19 85. Pesantren d an Pem b an gun an. Jak arta:
LP3ES.
Q om ari Muk h tar. 2006. “Pengal am an Seorang Pengam al ”: Perjuangan
W ah id iyah se te lah D itin ggalSe d o M uallifn ya R A Pecah
M e n jad i 3. Cuplik an D aw uh -D aw uh W asiatn ya (un tuk
k alangan send iri). T.tp.: t.p.
R apar, Jan H e nd rik . 19 9 6. Pengantar Filsafat. Yogyak arta: K anisius.
R onny H anitijo Soe m itro. 19 9 0. M etod ologi Penelitian H uk um d an
Jurim etri. Jak arta: Yud h istira.
R usl ani (ed .). 2000. W acana Spiritualitas Tim ur d an Barat. Yogyak arta:
Q al am .
Sanapiah Faisal . 19 9 5. Form at-Form atPenelitian SosialD asar-D asar
d an Aplik asi. Jak arta: R ajaGrafind o Pe rsad a.
Sayyid Ath ar Abbas R isw i. 19 78. A H istory of Sufism in Ind ia. Ne w
D el h i: M unash iram M anoh arial .
Sayyid H use in Nasr. 19 66. Id ealan d R ealities of Islam . Lond on:
Ge orge Al le n & Unw in Ltd .
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . 19 86. Tiga Pem ik ir Islam . Te rj. Ah m ad M ujah id .
Band ung: R isal ah .
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . 19 9 1. Tasaw uf D ulu d an Sek arang. Te rj. Abd ulH ad i
W M . Jak arta: Pustak a Fird aus.
Sch im m e l , Anne m arie . 19 86. D im ensi M istik d alam Islam . Te rj.
Sapard i D jok o D am ono. e t.al . Jak arta: Pustak a Fird aus.
Sirajud d in Abbas. I’tik ad Ah li Sunnah W alJam a’ah . Jak arta: Pustak a
Tarbiyah .
Sayyid Ab u Bak ar. t.t. Kifâyah al-Atq iyâ‘ w a M in h âj al-Ash fiyâ’.
Ind one sia: M ak tabah D ar Ih ya al -K utub al -’Arabiyah .
Sutand yo W ingnyosubroto. 19 9 7. “Pe ngol ah an d an Anal isis D ata”.
D al am Koe ntjaraningrat. M etod e-M etod e Penelitian M asya-
rak at. Jak arta: Gram e d ia.
Te am Pe nyusun D itbinpe rta. 19 81/19 82. Pengantar Ilm u Tasaw uf.
M e d an: Proye k D itbinpe rta IAIN Sum ate ra Utara.

359
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

Team Pengal am an R oh ani. 2004. Sh alaw atW ah id iyah d an Pengalam an


Roh ani (untuk k alangan send iri). K ed iri: Yayasan Perjuangan
W ah id iyah d an Pond ok Pe santre n K e d ungl o.
at-Tirm izi. Sunan at-Tirm id zi.
Utsm an bin H asan bin Ah m ad asy-Syak ir K h uw aiw i. t.t. D urrah
an-Nâsih î n. Ind one sia: D ar Ih ya’ al -K utub al -’Arabiyah .
W ah bah az-Z uh ail i. 19 86. Ush ûlal-Fiq h al-Islâm î . D am ask us: D ar
al-Fik r.
Yayasan Pe rjuangan W ah id iyah d an Pe santre n K e d ungl o K e d iri.
M ajalah Ah am m .
Yud ian W ah yud i. e t. al . 19 88. Th e D inam ics of Islam ic Civilization.
Yogyak arta: Titian Il ah i Pre ss.
YunasrilAl i. 19 9 7. M anusia Citra Ilah i. Jak arta: Param ad ina.
Yusufbin Ism a’ilan-Nabh ani. t.t. Syaw âh id al-H aq q . Beirut-Libanon:
D ar al -Fik r.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . t.t. Sa’âd ah ad -D ârain fîash -Sh alâh ‘alâ Sayyid al-
Kaw nain. Be irut-Libanon: D ar al -Fik r .
Z aini D ak h l an. 1349 H . Taq rî b al-Ush ûlliTash î lal-Ush ûlfîM a’rifah
ar-R ab b w a ar-R asûl. M e sir: M usth afa al -Babi al -H al abi
w a Aw l ad uh .
Z ainud d in Tam sir. 2006. Tud uh an Sh olaw atW ah id iyah M engand ung
Kek ufuran yang Sh arih D itanggapi oleh K. Z ainud d in Tam sir.
Jom bang: D PPPSW .
W eb site d an E-m ailD PP PSW : h ttp://w w w .sh ol aw at.m utipl y.com ;
h ttp://w w w .psw pu sat.m utipl y.com ; E- m ail :d pppsw @ -
yah oo.co.id
W eb site Yayasan Pe rjuangan W ah id iyah d an Pe santre n K e d ungl o
K e d iri: h ttp://w w w .w ah id iyah .org.
W inarno Surak h m ad . 19 9 4. Pengantar Penelitian Ilm iah D asar M etod e
Tek h nik . Band ung: Tarsito.

360
361
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

362
INDEKS

A Abu Muhammad al-Jariri 22


Abu Yazid al-Busthami 37, 39,
‘Abd al-Qadir al-Jailani 241
43, 51
‘Abd as-Salam bin Masyisy 241
Abul Wafa at-Taftazani 25
Abd Ra’uf an-Sinkili 4
Agus Abdul Latif Madjid 105,
Abd Shamad al-Palimbani 4, 5,
107, 108, 110, 111, 112
79, 92
Agus Ahmad Baidhowi 261
Abdoel Madjid Ma’roef 78, 93,
ahadiyah 5, 81, 118
115, 120, 125, 144, 164,
Ahlullâh 241
165, 173, 213, 214, 216,
Ahlussunnah wal Jama’ah 315,
226, 227, 242, 254, 261,
317, 353
267, 321, 328, 333, 345,
Ahmad Chamim Jazuli 318, 320
357
al fanâ‘ fillâh 45
Abdul Karim Hasyim 318, 319
al-Anwâr 46, 50, 241
Abdul Kholiq Hasyim 318, 319
al-Aqthâb 241
Abdul Muhyi Pamijahan 4
al-Asmâ‘ al-Husnâ 257
Abdullah at-Tustari 27
al-Burhanpuri 4, 5, 80, 81
Abi al-Hasan asy-Syadzili 241
al-fanâ‘ ‘an an-nafs 40, 41
Abi Qubais 232
al-Ghazali 4, 6, 23, 36, 52,
Abu al-Hazan al-Asy’ari 317
53, 55, 56, 57, 59, 64,
Abu al-Husain an-Nuri 27
80, 81, 184, 193, 195,
Abu Ali al-Daqaq 195
196, 317, 352
Abu Ali as-Sindi 43
al-Hallaj 3, 37, 43, 44, 45,
Abu Bakar al-Kattani 23
46, 51, 79, 313, 317, 339,
Abu Husein an-Nuri 22
347

363
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

al-Jili 3, 4, 79, 80, 81 172, 177, 179, 182, 186,


al-Kalabadzi 32, 33, 40, 59, 187, 188, 192, 196, 197,
354 205, 211, 216, 224, 225,
al-Kattani 23, 28 227, 242, 243, 244, 245,
al-Kurani 4, 80 246, 253, 274, 275, 276,
al-mazaqah 27 278, 279, 285, 299, 313,
al-Qusyairi 4, 6, 37, 52, 64, 314, 316, 332, 333
80, 82, 196, 220, 351, 352 birrasûl 144, 158, 169, 170,
al-wahdah al-muthlaqah 49 172, 177, 179, 188, 196,
‘alam ajsâm 5, 81 205, 211, 225, 274, 275,
‘alam arwah 5, 81 314, 316
‘alam insân 5, 81 Budhisme 2, 43
‘alam mitsal 5, 81
alamat gaib 93, 94 C
‘âlim billâh 243, 244, 245 Cahaya Mutlak 49
‘âlim billâh faqath 245
Ana al-Haqq 44
D
ar-Raniri 4, 5, 79, 81
‘ard dan jauhar 47 dana box 205, 206, 207, 209,
‘arif billah 119 210, 211, 212, 213, 214,
as-Sumatrani 3, 4 295
asketis 21
Asy-Syadzili 230 F
at-Taftazani 25, 43, 48, 316, Fadhlullah al-Burhanpuri 4, 80
317, 352 fanâ’ 40, 141, 313, 347
awrâd 192, 225, 278, 281, fundamentalisme 3
282, 294, 302, 303, 304, fundamentalisme Islam 3
305, 312, 313, 324, 345,
346, 347 G
ghair mu‘tabarah 63
B ghauts 101, 150, 154, 158,
baqâ’ 313, 347 160, 170, 171, 172, 175,
BHLW 334 177, 178, 186, 188, 196,
bilghauts 158, 171, 172, 178, 197, 205, 211, 212, 225,
188, 196, 205, 211, 225, 228, 231, 232, 239, 240,
244, 274, 280, 314 241, 242, 243, 244, 246,
billâh 98, 131, 143, 144, 154, 247, 248, 273, 274, 275,
158, 159, 160, 162, 164, 280, 281, 282, 283, 289,
165, 166, 168, 169, 170,

364
Indeks

290, 299, 311, 314, 319, Ibrahim Madkur 24, 25, 41,
346 42, 354
ghauts hâdza az-zamân 150, Idham Kholid 320
154, 171, 175, 177, 186, Idrisiyah 63
188, 197, 212, 231, 232, ihsân 21, 24, 30, 31
241, 242, 243, 244, 246, ikhlâsh al-‘âbidîn 181
247, 280 ikhlâsh al-‘ârifin 181
ghauts mujaddid 226 ikhlâsh az-zâhidîn 181
ghauts penerus 226 Ikhwan ash-Safa’ 38
ghauts pengganti 226 inklusivisme global 121, 277,
ghauts zamânih 241 303, 304, 343, 347, 348
Gus Mik 318, 320 insân kâmil 4, 5, 37, 80
istighatsah 247, 288
H istighrâq 252, 253, 254, 255,
Haji Hasan Musthafa 4, 5, 80, 256
81 istighrâq ahadiyah 253
Hamzah al-Fansuri 3, 4 isyrâq 39, 49, 50
Hasan al-Basri 22, 57 ittihâd 37, 39, 41, 42, 43, 46,
Hasan bin ‘Ali 241 50, 254, 313, 346, 347
hikmah al-isyrâq 50 ittihâd bi al-hulûl 254
hikmah isyrâqiyah 49, 50 ittihâd bi wahdah al-wujûd 254
himmah ‘âliyyah 227
HIMPASWA 265 J
Hinduisme 2 Jalab 243
hulûl 37, 39, 43, 44, 45, 46, jami’ al-‘âlamîn 227
47, 313, 346, 347 Jam’iyyah Thariqah Mu’tabarah
Husein bin Ali 241 63
husnuzhan 192, 193, 223, jihâd an-nafs 58, 161, 162
310, 311 Jombang 7, 8, 9, 10, 11, 98,
99, 105, 107, 109, 111,
I 112, 114, 115, 118, 144,
Ibn al-Farid 49 261, 265, 267, 268, 296,
Ibn al-Qayyim 28 318, 319, 332, 333, 334,
Ibn Arabi 3, 4, 5, 37, 46, 47, 337, 345, 348, 351, 353,
48, 49, 67, 68, 80, 81, 355, 357, 358, 359, 371,
313 372
Ibn Sina 22, 38, 51 JPWM 115, 116
Ibn Taimiyah 30, 31, 51, 354 Junaid al-Baghdadi 28, 52, 192

365
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

K lilghauts-bilghauts 158, 171,


172, 177, 188, 196, 205,
kâffah li an-nâs 227
211, 225, 274, 280, 314
kâmil 4, 5, 37, 49, 80, 155,
lillâh 66, 104, 144, 158, 160,
171, 172, 216, 220, 225,
162, 164, 165, 166, 167,
226, 227, 243, 245, 246,
168, 169, 170, 171, 172,
283
177, 178, 179, 181, 182,
kâmil-mukammil 155, 172,
186, 187, 189, 194, 196,
216, 220, 226, 227, 243,
205, 211, 224, 225, 242,
245, 246
274, 275, 276, 278, 279,
karamah 23, 197, 247
280, 285, 299, 314, 315,
kebangkitan spiritual 2, 3
316, 333
Kediri 7, 10, 11, 78, 93, 95,
lillâh-billâh 144, 158, 164,
97, 98, 99, 103, 105, 108,
165, 166, 169, 170, 172,
109, 111, 112, 115, 116,
177, 179, 182, 186, 187,
117, 120, 260, 261, 262,
188, 196, 205, 211, 224,
282, 310, 318, 319, 320,
242, 274, 275, 276, 278,
321, 322, 325, 328, 331,
279, 285, 314, 316, 333
334, 336, 345, 359, 360
lirrasûl 144, 158, 169, 170,
KH. Abu Syujak 261, 262
172, 177, 179, 196, 205,
KH. Akhmadi 261
211, 225, 274, 275, 280,
KH. Moh. Ihsan Mahin 260
314, 316
Khalwatiyah 4, 63, 80
lirrasûl-birrasûl 144, 158, 169,
khawas 98
170, 172, 177, 179, 188,
Kiai Abd. Khalim Syafi’i 261
196, 205, 211, 274, 275,
Kiai Abd. Mukhith 261
314, 316
Kiai Moh. Jazuly 261

L M
mahabbah dzâtiyah 190
Lâ maujûda illâ Allâh 253
mahabbah fi’liyah 190
lâhût 44, 45, 47
mahabbah shifâtiyah 190
Lembaran Shalawat Wahidiyah
manunggaling kawula-gusti
97, 98, 99, 100, 101, 102,
5, 81
138, 154, 211, 309, 310,
ma’rifat billah 300
329, 330, 331, 333, 337
martabat tujuh 5, 6, 81, 118
lilghauts 158, 171, 172, 177,
Ma’ruf al-Karkhi 26
196, 205, 211, 225, 244,
ma’shûm 163
274, 280, 314
masyâyikh ash-shûfiyah 217
Melayu 3, 4, 79, 256, 354

366
Indeks

Moh. Ruhan Sanusi 99, 106, mursyid 62, 63, 65, 66, 68,
112, 282, 300, 302, 320 72, 73, 119, 120, 121,
muallif 8, 11, 98, 99, 100, 131, 155, 171, 172, 176,
101, 102, 104, 105, 106, 215, 220, 222, 225, 229,
107, 108, 109, 110, 111, 243, 245, 246, 263, 298
112, 113, 115, 116, 117, musyâhadah 21, 23, 24, 57,
118, 120, 121, 125, 131, 195
137, 139, 155, 177, 186, musyâhadah risâlah 170
190, 191, 196, 198, 204, musyahadah tauhîd 170
205, 209, 210, 212, 215, Musyawarah Kubro 103, 104,
216, 217, 219, 224, 225, 113, 144
226, 227, 228, 242, 247, mutâba’ah 133, 188, 230, 231,
261, 265, 282, 290, 298, 232
299, 303, 304, 305, 306, mu’tabarah 7, 8, 63, 64, 78,
315, 318, 320, 323, 325, 263, 277, 312, 343, 346
328, 331, 333, 343, 345, muwahhidîn 315
348
Muhammad Aidrus 4, 79 N
muhâsabah 57, 291 Nahdhatul Ulama 63, 260,
mujaddid 225, 226, 240, 263, 261, 263, 323
277, 280, 282, 315, 347 Nahdhiyyin 315, 318
mujâhadah 23, 27, 102, 163, Naqsyabandiyah 4, 6, 24, 63,
193, 195, 224, 248, 264, 65, 80, 353
265, 272, 278, 288, 289, nâsût 44, 45, 47
290, 291, 292, 293, 296, Nawawi al-Murajjih 241
298, 303, 304, 316, 322, nazhrah 152, 219, 232, 239,
333, 334, 336 247, 248, 252, 281, 289
mujâhadah an-nafs 163 Neo Platonisme 38, 49
Mujahadah Kubro 96, 103, neosufisme 6, 81
110, 117, 118 New Age Movement 2
Mujâhadah syahriyah 264 Nûr al-Anwâr 50
mujâhadah usbû’iyah 264, 333 Nûr al-A’zhâm 50
mujahadah wahidiyah 190 Nûr al-Qahir 49
mukammil 155, 171, 172, 216, Nuruddin ar-Raniri 5, 81
220, 226, 227, 243, 245, Nusantara 3, 4, 63, 79, 80,
246 355
munajat 56, 93, 94, 137, 147
Murad 73

367
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

P R
pantheisme 38 Rabi’ah al-Adawiyah 316
Penyiar Shalawat Wahidiyah 9, Rifaiyah 63
102, 103, 115, 217, 228, Rijâlallâh 241
268, 302, 305, 306, 310, Ronggowarsito 4, 80, 313, 347
337, 342, 345, 359
Pesantren At-Tahdzib 9, 10, S
115, 118, 144, 261, 265, Sahl at-Tustari 51
266, 267, 268, 271, 296, salab 243
332, 333, 334, 337, 358 Sammaniyah 4, 63, 80
Pesantren Kedunglo 10, 11, 93, Sayyid Ahmad 7, 119, 131,
115, 117, 318, 359, 360 134, 197, 216, 225, 229,
petunjuk gaib 93 230, 242, 246, 251, 255,
Piagam Ngadiluwih 260, 261, 256, 299
263, 334, 336, 341, 343 Sayyid Alawi 5, 81
PSW 9, 10, 11, 78, 103, 104, Seyyed Hossein Nasr 24, 34, 36
105, 106, 107, 108, 109, shalawat badawiyah 93
110, 111, 112, 113, 114, shalawat masisiyah 93
115, 116, 117, 118, 122, shalawat munjiyat 93, 137
144, 198, 205, 212, 214, shalawat nariyah 93
217, 228, 261, 265, 268, Shalawat Wahidiyah 7, 8, 9,
282, 296, 300, 302, 304, 10, 11, 93, 95, 96, 97,
305, 306, 318, 319, 320, 98, 99, 100, 101, 102,
322, 323, 334, 336, 337, 103, 105, 106, 108, 109,
342, 345, 348, 353, 357, 110, 111, 113, 115, 118,
358, 359 120, 121, 123, 125, 131,
PUPW 11, 115, 116, 117, 348 138, 139, 149, 154, 155,
156, 157, 177, 186, 191,
Q 196, 204, 205, 209, 210,
Qadiriyah 4, 6, 24, 63, 65, 211, 212, 215, 216, 217,
67, 80 219, 225, 226, 227, 228,
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah 233, 234, 242, 246, 247,
6 248, 253, 254, 260, 263,
Quthb 283, 372 265, 268, 277, 278, 281,
quthb al-aqthâb 240 282, 289, 290, 291, 292,
294, 298, 299, 300, 302,
303, 304, 305, 306, 307,
308, 309, 310, 311, 312,
313, 315, 317, 318, 319,

368
Indeks

320, 321, 322, 323, 324, taqarrub 94, 223


325, 328, 329, 330, 331, tarekat 3, 4, 6, 7, 8, 24, 52,
332, 333, 334, 336, 337, 59, 61, 62, 63, 64, 65,
338, 339, 340, 341, 342, 66, 67, 68, 69, 72, 73,
343, 344, 345, 346, 347, 74, 76, 77, 78, 80, 92,
348, 357, 358, 359 118, 120, 121, 123, 155,
Shiddiqiyah 6, 7, 78, 123, 215, 240, 247, 256, 277,
348, 355 288, 298, 305, 306, 311,
Siyâdah 236 312, 322, 343, 345, 346,
sowan 96, 106, 267 348
spiritual revival 2 tasawuf 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
sufisme 3, 6, 34, 81 8, 21, 22, 23, 24, 25,
Suhrawardi al-Maqtul 49, 51 26, 27, 28, 29, 30, 31,
sulthân al-auliyâ’ 240, 241, 273 32, 33, 34, 35, 36, 37,
sulûk 215 38, 39, 40, 41, 42, 43,
sû‘ul-adab 217 44, 49, 51, 52, 53, 57,
sû’uzhan 53, 192 58, 59, 60, 61, 62, 63,
syaikh 7, 65, 67, 68, 134, 64, 69, 72, 73, 74, 78,
217, 218, 219, 220, 298, 79, 80, 81, 82, 92, 118,
299 119, 120, 121, 171, 175,
Syaikh Ahmad Khatib as-Sambasi 195, 215, 217, 239, 240,
6 252, 254, 256, 260, 265,
Syaikh Siti Jenar 313, 347 277, 282, 283, 285, 288,
Syaikh Yusuf al-Makassari 4, 5, 298, 304, 305, 311, 312,
79, 81 313, 314, 315, 316, 317,
Syamsuddin as-Sumatrani 3 322, 323, 333, 341, 342,
Syathariyah 4, 63, 80 345, 346, 347, 348
syikaftis 32 tasawuf akhlaqi 8, 37, 52, 316
syirik khafi 163, 164 tasawuf amali 52
tasawuf falsafi 3, 8, 37, 38,
T 39, 79, 92, 311, 313, 346,
ta’alluq 122, 141, 144, 167, 347
247 tasawuf sunni 3, 6, 37, 38,
tabarrukan 98 52, 79, 82, 311, 312, 316,
tadzallul 216 317, 346
tahalli 53, 54 tasawuf sunni akhlaqi 37
tajalli 4, 5, 45, 53, 55, 80, 81 tasawuf sunni ‘amali 37
takhalli 53, 54 tasyaffu’ 144, 199, 233, 248,
tanazzul 4, 5, 80, 81 251, 252

369
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

tawajjuh 94, 242 Wali Songo 4, 6, 79, 82


tawassul 235, 256, 257, 258, wasîlah 21, 23, 119, 235, 282
259 wujudiyah 4, 80
thâ’ifah 241 wujûdiyyah mulhidah 5, 81
thariqah mu’tabarah 7 wushûl 138, 216, 218, 219,
theosophi 33 220, 221, 222, 223, 225,
Tijaniyah 63 226, 227, 228, 229, 240,
“Tim-3” 105, 106 243, 244, 246, 247, 275,
281, 282, 292, 299, 314
U
’uqûq al-ustâdz 217 Y
Yâ sayyidî yâ rasûlallâh 213,
W 233, 234, 235, 236, 238,
Wahab Hasbullah 318 289, 323
wahdah 4, 5, 37, 39, 46, 47, Yusuf an-Nabhani 130, 132,
48, 49, 80, 81, 253, 254, 133, 134, 136, 141, 155,
312, 313, 337, 339, 340, 196, 230, 236, 239, 251,
346, 347 299
wahdah al-wujûd 4, 5, 37, 39,
46, 47, 80, 81, 254, 312, Z
313, 339, 340, 346, 347 zâhid 21, 181, 316
wahdah asy-syuhûd 49 zuhud 21, 22, 59, 74, 181,
wâhid az-zamân 242 220, 316
wâhidiyah 5, 81, 253 Zunnun al-Mishri 26

370
BIODATA PENULIS

Sok h i H ud a, l ah ir d i Sid oarjo, pad a 28


Januari 19 67, d ari pasangan H asan Aijud d in d an
Nur Azah . Pendid ik an dasar h ingga m enengah nya
ia te m pu h d i Sid oarjo: SD N (19 79 ), M Ts
(19 83), M A (19 85). Ia be rh asilm e nye l e saik an
S1 d i Fak ultas D ak w ah pad a 19 9 0 d an M agiste r
Pem ik iran Islam pad a 2001. K e d uanya d item puh
d i IAIN Sunan Am pe l , Surabaya.
Se l
ain se bagai d ose n te tap d i Fak ultas D ak w ah Sunan Am pe l
Surabaya, Sok h i H ud a juga m e njad i d ose n d i d i Fak ultas D ak w ah
Institut K e isl
am an H asyim Asy’ari (IK AH A) Te buire ng, Jom bang.
Pe rnah m enjabatm enjabatK e tua Jurusan Kom unik asi d an Penyiaran
Islam (K PI) d an K epal a Laboratorium D ak w ah , m enjad i w ak ilD ek an
Fak ultas D ak w ah , d an juga pe rnah m e njad i K epal
a Biro Ad m inistrasi
Um um , Ak ad e m ik , d an K e m ah asisw aan d i tingk atInstitut.
Artik e l
-artik e lil m iah nya turut m e w arnai be be rapa m e d ia d an
jurnalilm iah , se pe rti d i Antologi Kajian Islam Program Pascasarjana
IAIN Surabaya, JurnalIlm u D ak w ah Fak ul tas D ak w ah IAIN Sura-
baya, jurnalil m iah M enara Teb uireng IK AH A, Bul le tin al-Fik rah
IK AH A, d an d i Bul le tin R ABU Fak ul tas Tarbiyah IK AH A. D ia juga

371
Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah

pe rnah m e njad i e d itor d i m e d ia d an jurnalil


m iah d i IK AH A, d an
K e tua e k si Pe l
atih an/Pe ne l
itian pad a Forum K ajian Isl am d an Sosial
(FK IS) Program Pascasarjana IAIN Surabaya (19 9 9 /2000).
Be be rapa artik e lnya yang te lah d ite rbitk an, antara l ain:Sintesis
Q uth b ad -D in d alam M em b angun Rangk a Pik ir Islam isasi Ilm u (19 9 7);
Beb erapa M od elKem ajuan Ilm u-Ilm u Keislam an (2000);Nilai-Nilai
H um anistik Ad vok asi Fik ih al-Im am asy-Syafi’i terh ad ap W anita (2002);
“Te laah K asuistik te ntang Kh alq Al-Q ur’an d alam Latar H istoris
(2004), d an Stud i Kritis atas Pem ik iran W ensinck tentang Sum b er d an
Perk em b angan Ak id ah Muslim (2006). Sem entara beberapa penel itian
yang pernah d il ak uk annya bersm a tim Fak ul tas D ak w ah d an Syari’ah
IK AH A , antara l ain: Keruk unan Antarum atBeragam a d i Kecam atan
M ojow ar no Kab upaten Jom b an g [Stud i D esk riptif] (19 9 8); Sistem
Pengelolaan M asjid d an Gereja [Stud i Kasus M asjid Jam i’ d an Gereja
Katolik Tanjunganom Nganjuk ] (2002); Urgensi Teori M aslah ah al-
M ursalah d alam M erespons Prob lem atik a Ketatanegaraan d i Ind onesia
(Stud i Kasus Pasca Gagasan Era Reform asi) (2001); d an Reorientasi
Pengem b angan Bank Syari’ah Pasca Bergulirnya Lem b aga Perb ank an
Syari’ah (D evelopm entalResearch untuk Stud i M u’am alah ) (2001).
Sel ain ak tifm engajar, m enul is, d an m el ak uk an penel itian, Sok h i
H ud a juga pe rnah m e ngik uti “K ajian Con ten t An alysis” (19 9 7);
“Lok ak arya Pe ne l itian K ual itatif” (19 9 9 ); “Lok ak arya Pe nguatan
Par ticipator y Action R e se ar ch (PAR ) b agi PTAIS se -Ind one sia”
(Surak arta, 2006); “W ork sh op Pe m be rd yaan D iri D ose n” (2003);
W ork sh op Em otionalFreed om Tech niq ue (2005);Tem u Il m iah W orldview
Islam & M od er nism e (2004); d an “ToT Program Pe nge m bangan
Pe santre n d an M ad rasah ” (2005). Se l ain itu, Sok h i H ud a juga ak tif
m e ngisi k e giatan d i luar k am pus, se pe rti d isk usi, b e d ah b uk u,
pe m b inaan m asyarak at, pe ne l itian, d an ak tivitas pe m b e rd ayaan
pe santre n d an m ad rasah .

372

Anda mungkin juga menyukai