Anda di halaman 1dari 7

AKAR DAN

REALITAS
TASAWUF DI
PERKOTAAN
NUSANTARA

ADRIAN DWI YANDA

AFI-A

SEMESTER 5

TASAWUF NUSANTARA

2 JANUARI 2020

APA ITU TASAWUF???


Era modern yang serba teknologi dan sains tak luput di gunakan
oleh berbagai kalangan. Namun di era modern tersebut Apakah
kita masih mendengar orang-orang membicarakan masalah
tasawuf atau pernahkah kita mendengar dan melihat penerapan
tasawuf di era modern ini?. Barangkali masih ada orang-orang
yang membicarakan dan menerapkan tasawuf di era modern ini
tetapi hal itu jarang kita lihat. Nah pada bagian artikel pertama
saya ini saya akan membagikan suatu ilmu mengenai Apa itu
tasawuf dan bagaimana penerapannya tasawuf tersebut di
perkotaan nusantara di era modern ini apakah tasawuf masih ada
sampai sekarang dan bagaimana realitas nya.

Dari segi bahasa tasawuf berarti sikap mental yang selalu


memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela
berkorbann untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap
yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia

Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau


pendapat para ahli amat bergantung pada sudut pandang yang
digunakan masing-masing.

Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli
untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu :

a. Sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas

Didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara


menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan hanya memusatkan
perhatian kepada Alloh SWT.

b. Manusia sebagai makhluk yang harus berjuang

2
Diartikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang
bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri
kepada Alloh SWT

c. Dan manusia sebagai makhlauk yang ber-Tuhan

Diartikan sebagai kesadaran fitrah (ke-Tuhanan) yang dapat


megarahkan jiwa agar tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang
dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan

Jika tiga definisi tasawuf tersebut di atas satu dan lainnya


dihubungkan, maka segera tampak bahwa, Tasawuf pada intinya
adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan diri dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga
tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Alloh SWT.
Dengan kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan yang
berhubungan dengan mental rohaniah agar selalu dekat dengan
Tuhan.

Berikut beberapa definisi Tasawuf menurut para ahli / sufi :

1. Tasawuf menurut Muhammad bin Ali bin Husain bin Abi Thalib

Kebaikan budi pekerti. Maka apabila bertambah baik kelakuannya,


maka bertambah pula tasawufnya

2. Tasawuf menurut Hasan Nuri

Tasawuf itu tidak terdiri atas praktik-praktik dan ilmu-ilmu


tertentu melainkan ia (tasawuf) itu merupakan etika

3
3. Tasawuf menurut Ali Karmini

Tasawuf itu merupakan moral/etika yang baik.

4. Tasawuf menurut Al- Junaidi

Suatu sifat yang di dalamnya terletak dikehidupan manusia

Tasawuf juga berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dapat di lihat


ayat-ayat dan hadist-hadist yang menggambarkan dekatnya
manusia dengan tuhan, di antaranya adalah :

1. Terdapat dalam surat Al-Baqarah (2) kalimat pertama ayat 186,


yang terjemahannya kurang lebih berbunyi sebagai berikut :
“(jawablah Muhammad) bahwa aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang bermohon kepadaKu”…

2. Di dalam ayat 115 surat yang sama, Allah berfirman : “Dan


kepunyaan Allah lah timur dan barat, maka kemanapun kamu
menghadap, di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

PERJALANAN TASAWUF HINGGA NUSANTARA


Dalam konteks sejarah Islam di kepulauan Melayu Nusantara,
tasawuf bukanlah fenomena baru dan asing. Sejak awal pesatnya
perkembangan Islam dan perlembagaannya pada abad ke-13-15
M, komunitas-komunitas Islam yang awal telah mengenal tasawuf
sebagai bangunan spiritualitas Islam yang kaya dengan kearifan
dan amalan-amalan yang dapat menuntun para penuntut ilmu
suluk menuju pemahaman yang mendalam tentang tauhid.

4
Sedangkan ahlinya yang dikenal sebagai sufi tak jarang dikenal
sebagai wali, guru kerohanian, pemimpin organisasi tarekat,
pendakwah dan darwish atau fakir yang suka mengembara sambil
berniaga untuk menyebarkan agama Islam ke berbagai pelosok
negeri.

Mereka menemui para bangsawan, saudagar, kaum terpelajar,


pengrajin, orang-orang di pinggiran kota dan pedesaan untuk
menyerukan kebenaran di jalan Islam. Tidak sedikit pula di antara
mereka dikenal sebagai ahli falsafah, cendikiawan, sastrawan, dan
pemimpin gerakan sosial keagamaan yang populis.

Ahli-ahli sejarah Islam dulu maupun sekarang juga telah


menemukan bukti bahwa tidak sedikit organisasi-organisasi
perdagangan Islam (ta`ifa) pada abad-abad tersebut memiliki
afiliasi dengan tarekat-tarekat sufi tertentu. Dengan
memanfaatkan jaringan-jaringan pendidikan, intelektual, dan
keagamaan yang tersebar di seantero dunia Islam seperti
Istanbul, Damaskus, Baghdad, Makkah, Yaman, Samarkand,
Bukhara, Nisyapur, Herat, Delhi, Gujarat, Bengala, Samudra Pasai,
Malaka, dan lain sebagainya mereka tidak memperoleh kesukaran
dalam menyebarkan agama Islam.

Seperti berkembangnya Islam sendiri di Indonesia yang dimulai di


kota, begitu pula dengan tasawuf. Setelah itu ia baru merembet
ke kawasan pinggiran atau urban, kemudian ke wilayah
pedalaman dan pedesaan. Sufi-sufi awal seperti Hasan Basri dan

5
Rabiah Al-Adawiyah memulai kegiatannya di Basra, kota yang
terletak di sebelah selatan Iraq yang pada abad ke-8-10 M
merupakan pusat kebudayaan.

Makruf al-Karqi, Junaid Al-Baghdadi, dan Mansur Al-Hallaj


mengajarkan tasawuf di Baghdad yang merupakan pusat
kekhalifatan Abbasiyah dan kota metropolitan pada abad ke-8-13
M. Attar lahir dan besar di Nisyapur, yang pada abad ke-10-15 M
merupakan pusat keagamaan, intelektual dan perdagangan
terkemuka di Iran.

Rumi hidup dan mendirikan Tarekat Maulawiyah di Konya, kota


penting di Anatolia pada abad ke-11-17 M. Hamzah Fansuri lahir
dan besar di Barus, kota dagang di pantai barat Sumatra yang
merupakan pelabuhan regional pada abad ke-13-17 M. Sunan
Bonang, seorang dari wali sanga terkemuka, mengajarkan ilmu
suluk di Tuban yang pada abad ke-14-17 M merupakan kota
dagang besar di Jawa Timur. Syamsudin Pasai adalah penganjur
tasawuf wujudiah dan pendiri madzab Martabat Tujuh yang
terkenal. Dia seorang mufti dan juga perdana menteri pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M) di kesultanan
Aceh Darussalam.

Sebab sebagaimana kebangkitannya pada masa awal, bangkitnya


kembali gairah terhadap tasawuf di Indonesia bermula di kota
besar seperti Jakarta dan Bandung pada akhir 1970-an, dan
terutama sekali dalam dekade 1980-an. Pelopornya ialah para
sastrawan, seniman, sarjana ilmu agama, dan cendekiawan.
Pendek kata kaum terpelajar yang tidak sedikit dari mereka

6
adalah dokter, pengusaha, manager, sarjana ekonomi, ilmu
politik, falsafah, dan ilmuwan.

Ada beberapa fenomena pada akhir 1970-an dan awal 1980-an


yang menandakan bangkitnya kembali gairah dan minat terhadap
tasawuf. Pertama, mulai penerbitan buku tentang tasawuf dan
relevansinya. Buku-buku ini sebagian besar merupakan
terjemahan karangan para sarjana modern seperti Syed Hossein
Nasr, A J Arberry, Reynold Nicholson, Frithjof Schuon, Martin
Lings, Syed M Naquib Al-Attas, Roger Garaudy, Annemarie
Schimmel, Idries Shah dan lain-lain. Sebagian lagi terjemahan
karya sufi klasik seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Arabi, Fariduddin
Attar, Jalaluddin Rumi, Ali Utsman Al-Hujwiri, Muhammad Iqbal,
dan lain-lain. Penerbit-penerbit awal yang berjasa ialah Pustaka
Salman dan Mizan di Bandung.

REALITAS TASAWUF DI PERKOTAAN NUSANTARA

Setelah kita mengetahui apa itu tasawuf Lalu, bagaimana dengan


realitas tasawuf di perkotaan Nusantara sekarang??? Modernisasi
adalah salah satu alasan yang menjadikan tasawuf sebagai ajaran
yang jarang di dengar lagi. Namun, juga tidak dapat di pungkiri,
Tasawuf pada realitanya masih tetap eksis di daerah perkotaan
sekalipun. Timbul pertanyaan, bagaimana hal itu dapat terwujud?.
Ya, karena tasawuf adalah ajaran yang bersifat dinamis yaitu yang
dapat menyesuaikan dirinya dengan perkembangan zaman dan
dapat juga membuktikan ke eksistensiannya dengan ajarannya
yang membuat hati menjadi lembut. Hal ini juga pernah di
lakukan oleh imam Al Ghazali seorang tokoh sufi terkemuka yang
berhasil meyakinkan orang orang akan kebenaran ajaran tasawuf.
Bukan sebaliknya, Tasawuf bukan ajaran yang statis dan kaku.

Anda mungkin juga menyukai