Anda di halaman 1dari 80

PEDOMAN

PELAYANAN INSTALASI BEDAH SENTRAL


RUMAH SAKIT UMUM GANESHA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang mendalam kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, hanya karena nikmat dan hidayahNya pula kami dapat menyusun Pedoman
Pelayanan Instalasi Bedah sentral RSU Ganesha. Pedoman Pelayanan ini disusun
agar dapat dikembangkan menjadi acuan dalam penyusunan akreditasi Rumah Sakit
yang berhubungan dengan pelayanan pasien dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pelayanan di Rumah Sakit.

Ucapan terima kasih kami aturkan kepada semua pihak, termasuk pihak
management RSU ganesha serta seluruh staf IBS yang mendukung terlaksananya
program kerja ini. Harapan kami semoga dapat dilaksanakan, dan dapat membantu
dalam mencapai perkembangan yang optimal, serta mendukung dalam upaya
meningkatkan mutu rumah sakit.

Gianyar,

Kepala Instalasi Bedah Sentral

dr. Kadek Pasek Budiana, SpOT


DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………...…………………………….. i
Daftar Isi……………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………….. 1
B. Tujuan Pedoman …………………………………………………………… 2
C. Ruang Lingkup Pelayanan …………………………………………………. 2
D. Batasan operasional ………………………………………………………… 2
E. Landasan Hukum …………………………………………………………… 4

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ………………………………………… 6
B. Distribusi Ketenagaan ……………………………………………………… 7
C. Pengaturan Dinas …………………………………………………………… 7

BAB III STANDAR FASILITAS


A. Denah Ruang ……………………………………………………………….. 8
B. Standar Fasilitas …………………………………………………………….. 10

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN


A. Persiapan Lingkungan Kamar Operasi Bedah ……………………………… 18
B. Syarat-syarat Bekerja di Kamar Operasi …………………………………… 19
C. Lalu Lintas di Lingkungan Kamar Operasi ………………………………… 19
D. Tata laksana Pembedahan pada Penderita dengan HIV dan Penderita Hepatitis
B dan C ……………………………………………………………………… 21
E. Tata Laksana Perencanaan Pembedahan ………………………………….… 23
F. Penatalaksaan Bedah Rawat Jalan ………………………………………….. 24
G. Tata Laksana di Ruang Pulih Sadar ………………………………………… 27
H. Tata Laksana di ruang VK ………………………………………………….. 27
I. Asuhan Persalinan Normal ………………………………………………… 29

BAB V LOGISTIK …………………………………………………………...… 42


BAB VI KESELAMATAN PASIEN ………………………………………….. 58
BAB VII KESELAMATAN KERJA …………………………………………... 66
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU …………………………………………. 69
BAB IX PENUTUP …………………………………………………………….. 71
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan bedah di Instalasi Kamar Operasi dan ruang bersalin RSU
Ganesha harus terencana dan terdokumentasikan berdasarkan hasil assesmen.
Karena tindakan pembedahan membawa risiko dengan tingkatan tinggi, maka
penggunaannya haruslah direncanakan secara seksama. Asesmen pasien adalah
dasar untuk memilih prosedur yang tepat. Assesmen memberikan informasi
penting terhadap pemilihan prosedur yang tepat dan waktu yang optimal,
terlaksananya prosedur secara yang aman, menginterpretasikan temuan dalam
monitoring pasien. Pemilihan prosedur tergantung pada riwayat pasien, status
fisik, dan data diagnostik termasuk risiko dan manfaat prosedur bagi pasien.
Pemilihan prosedur mempertimbangkan informasi dari asesmen saat masuk
rawat inap, tes diagnostik, dan sumber lain yang tersedia.
Proses asesmen dapat dijalankan dalam kerangka waktu yang lebih
singkat bilamana pasien secara darurat membutuhkan pembedahan. Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah edukasi dan diskusi dengan pasien dan keluarganya
atau orang yang berwenang membuat keputusan bagi pasien. Pasien dan keluarga
atau para pembuat keputusan menerima informasi yang adekuat untuk
berpartisipasi dalam keputusan pemberian pelayanan dan memberikan
persetujuan (informed consent) yang berisi risiko dari prosedur yang
direncanakan, manfaat prosedur yang direncanakan, komplikasi yang potensial
terjadi, alternatif tindakan pembedahan dan nonbedah yang tersedia untuk
merawat.
B. Tujuan Pedoman
a. Tujuan umum
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang menjalani
persalinan di ruang besalin ataupun operasi di Instalasi Bedah Sentral RS
Ganesha
b. Tujuan khusus
1. Menyediakan, meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia.
2. Meningkatkan sarana prasarana serta peralatan di instalasi bedah sentral
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan pelayanan instalasi
bedah sentral

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang Lingkup Pelayanan Kamar Operasi adalah Pelayanan Operasi
yang di laksanakan di Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit dan ruang bersalin
RSU Ganesha. Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut
berperan terhadap kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual
atau melalui operasi dengan tangan. Hal ini memiliki sinonim yang sama dengan
kata “Chirurgia” (dibaca: KI-RUR-JIA). Dalam bahasa Yunani “Cheir” artinya
tangan; dan “ergon” artinya kerja.

D. Batasan Operasional
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk
mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan
obat-obatan sederhana (Potter, 2006). Perkembangan baru juga terjadi pada
pengaturan tempat untuk dilaksanakan prosedur operasi. Bedah sehari
(ambulatory surgery), kadangkala disebut pembedahan tanpa rawat inap
(outpatient surgery) atau pembedahan sehari (one-day surgery).
1. Jenis Pembedahan/Operasi
Beberapa jenis pembedahan diantaranya:
a. Bedah Minor
Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan
secara sederhana, tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak
memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya, seperti: membuka
abses superficial, pembersihan luka, inokulasi, superfisial neuroktomi dan
tenotomi
b. Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit
untuk dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu,
melibatkan risiko terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan
asisten, seperti: bedah caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak.
c. Bedah Antiseptik
Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap
penggunaan agen antiseptik untuk mengontrol kontaminasi bakterial.
d. Bedah konservatif
Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan
berbagai cara untuk melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang
diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan, daripada melakukan
amputasi, seperti: koreksi dan imobilisasi dari fraktur pada kaki daripada
melakukan amputasi terhadap kaki.
e. Bedah Radikal
Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau
sumber dari penyakit tersebut dibuang, seperti: pembedahan radikal untuk
neoplasma, pembedahan radikal untuk hernia.
f. Pembedahan Rekonstruktif
Pembedahan rekonstruktif merupakan pembedahan yang dilakukan
untuk melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah dilakukan
pada deformitas atau malformasi, seperti: pembedahan terhadap langit-
langit mulut yang terbelah, tendon yang mengalami kontraksi.
g. Bedah Plastik
Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk
memperbaiki defek atau deformitas, baik dengan jaringan setempat atau
dengan transfer jaringan dari bagian tubuh lainnya.

2. Sifat Pembedahan/Operasi
a. Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan
penundaan tanpa membahayakan nyawa pasien.
b. Bedah Emergensi
Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam
keadaan sangat mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari
proses penyakit atau untuk menyelamatkan jiwa pasien.

E. Landasan Hukum
Landasan hukum pedoman pelayanan Instalasi Bedah Sentral RS Ganesha
sesuai dengan :
1. Undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
3. Pedoman kerja perawat kamar operasi, departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2003
4. Undang-undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan
5. Standar, pedoman dan pernyataan, Perhimpunan Dokter spesialis
Anestesiologi dan Reanimasi tahun 2003
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK
02.02/MENKES/251/2015 tentang pedoman nasional pelayanan kedokteran
Anestesiologi dan terapi intensif.
7. Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana
Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001.
8. Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2005.
9. SK Direktur No. 199A/RSUG/SK/Dirut/I/2014 tentang pemberlakuan standar
prosedur Operasional keperawatan di rumah sakit umum ganesha.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kualifikasi Tenaga Di Instalasi Kamar Operasi Rumah Sakit Ganesha :
a. Operator Bedah Instalasi kamar Operasi menggunakan jasa
1) Dokter tetap : Dokter spesialis bedah umum, dokter spesialis obstetri
dan ginekologi, dokter SpTHT, dokter spesialis mata
2) Dokter tamu : Dokter spesialis bedah umum, dokter spesialis obstetri
dan ginekologi, dokter spesialis bedah urologi, dokter spesialis bedah
onkologi, dokter SpTHT, dokter spesialis ortopedi
b. Operator anestesi instalasi menggunakan jasa :
1) Satu orang dokter spesialis anestesi tetap, dan
2) Tiga orang dokter spesialis anestesi tamu
c. Kualifikasi Tenaga Perawat Instalasi Kamar Operasi RS Ganesha
1) Perawat instalasi kamar Operasi memiliki: sertifikat Basic Trauma
Cardiac Life Support (BCLS) Mempunyai sertifikat Pelatihan Dasar
Perioperatif dan Pelatihan Dasar Perawat Anestesi
2. Kualifikasi Tenaga Di Instalasi Ruang VK/Bersalin Rumah Sakit Ganesha
a. Operator di Instalasi Persalinan Sentaral Ruang VK menggunakan jasa
a. Dokter tetap : dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dokter anak
Terdapat 1 dokter OBGYN dan 1 dokter Anak tetap di Instalasi
Persalinan Sentral Ruang VK
b. Dokter tamu : dokter spesialis obstetri dan ginekologi
Terdapat dua orang dokter spesialis OBGYN tamu dan 1 dokter
spesialis anak tamu
b. Kualifikasi Tenaga Bidan Instalasi Ruang VK/Bersalin RSU Ganesha
1) Bidan instalasi Ruang VK/Bersalin memiliki: Sertifikat pelatihan
PONEK.
B. Distribusi Ketenagaan
Dalam pelayanan bedah perlu menyediakan sumber daya manusia yang
kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan
teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan
efisien. Atas dasar tersebut di atas, maka perlu kiranya menyediakan,
mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Untuk
menunjang pelayanan bedah di instalasi kamar operasi, maka dibutuhkan tenaga
dokter, perawat yang mempunyai pengalaman, keterampilan dan pengetahuan
yang sesuai.
Dalam pelayanan persalianan perlu menyediakan sumber daya manusia
yang kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan
perkembangan teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal,
efektif, dan efisien.Atas dasar tersebut di atas, maka perlu kiranya menyediakan,
mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada.Untuk
menunjang pelayanan persalianan di instalasi ruang VK, maka dibutuhkan tenaga
dokter, bidan yang mempunyai pengalaman, keterampilan dan pengetahuan yang
sesuai.

C. Pengaturan Dinas
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan
bagi perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan di instalasi kamar operasi
sehingga semua kegiatan pelayanan bedah dapat terkoordinir dengan baik.
Pengaturan dinas dibuat 3 shift dalam 24 jam yaitu:
1. Dinas Pagi Jam 07.00 sampai dengan Jam 13.00.
2. Dinas Sore Jam 13.00 sampai dengan Jam 19.00.
3. Dinas Malam Jam 19.00 sampai dengan Jam 07.00.
4. On Call 24 Jam
Pengaturan jadwal dinas bisa secara fleksibel sesuai jam operasi (untuk
mengurangi angka kelebihan jam dinas ), jadwal dibuat sebulan sekali.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas Kamar Operasi


1. Pembatasan :
: Zona 5 Tim Instalasi Kamar Operasi wajib memakai jas operasi.
: Zona 4 Petugas Kamar Operasi wajib memakai pakaian khusus.
: Zona 3 Petugas Kamar Operasi wajib menggunakan pakaian khusus.
: Zona 2 Pakaian luar Kamar Operasi masih boleh dipakai.
: Zona 1 Pakaian dari luar Kamar Operasi boleh dipakai.
2. Pembagian Daerah-Daerah di Kamar Operasi
a. Daerah Bebas
Daerah bebas merupakan daerah dimana pengunjung tidak diizinkan
masuk, dan petugas harus melepaskan alas kaki.
b. Daerah Bersih
1) Koridor transfer pasien
2) Kamar ganti Pakaian dokter
3) Kamar ganti Perawat
4) Kamar persiapan dan pemulihan pasien
c. Area Semirestriktik (koridor)
Area semirestriktik adalah daerah dimana pengunjung dan petugas harus
melepaskan alas kaki.
d. Area restriktik (kamar operasi dan koridor kamar operasi)
Area restriktik adalah daerah dimana pengunjung tidak diizinkan masuk,
petugas harus memakai perlengkapan khusus (topi, masker, alas kaki,
pakaian khusus), harus ganti pakaian, tidak boleh rangkap.
3. Pembagian Daerah di Sekitar Kamar Operasi
a. Daerah Publik
Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus.
Misalnya: kamar tunggu kamar operasi.
b. Daerah Semi Publik
Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas.
Pada daerah ini biasanya diberi tulisan “DILARANG MASUK SELAIN
PETUGAS” dan sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian yang
dikenakan oleh petugas (pakaian khusus kamar operasi) serta penggunaan
alas kaki khusus di dalam.
c. Daerah Aseptik
Daerah aseptik merupakan daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa
dimasuki oleh orang yang langsung ada hubungan dengan kegiatan
pembedahan, ruangan ini maksimal berisi 10 orang. Daerah aseptik dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
1) Daerah aseptik 0, yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya
pembedahan.
2) Daerah aseptik 1, yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk atau
kain steril, tempat instrumen dan tempat perawat instrumen mengatur
dan mempersiapkan alat.
3) Daerah aseptik 2, yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita
masuk.
4. Bagian-bagian Kamar Operasi
Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang, baik itu di dalam kamar
operasi maupun di lingkungan kamar operasi:
a. Ruang Penerimaan Pasien
Ruang Penerimaan Pasien adalah ruang serah terima pre operasi Instalasi
Kamar Operasi yang dilengkapi dengan brankar, lemari tempat pakaian
Instalasi Kamar Operasi bagi pasien yang akan menjalani operasi,
dilengkapi ruang ganti pasien One Day Care (ODC), lemari terkunci untuk
penyimpanan pakaian dan barang berharga milik pasien.
b. Ruang Induksi dan Premedikasi
Ruang induksi dan premedikasi adalah ruang dimana pasien dari ruang
penerimaan dibawa ke ruang induksi untuk dilakukan premedikasi, tersedia
oksigen sentral.
c. Ruang Operasi I
Ruang operasi I dilengkapi meja operasi (datar, head up-head down, tilt
kiri-kanan, duduk atau setengah duduk, V atau V terbalik) secara manual.
Ruang operasi I dilengkapi lampu operasi yang mampu menerangi bagian-
bagian operasi, menggunakan oksigen sentral, suction sentral, mesin
anestesi, monitor pasien, tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan dan
jenis cairan yang bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam
troli. Kamar Operasi I digunakan untuk operasi biasa.
d. Ruang Operasi II
Ruang operasi II dilengkapi meja operasi (datar, head up-head down, tilt
kiri-kanan, duduk atau setengah duduk, V atau V terbalik) secara manual.
Ruang Operasi II dilengkapi dengan lampu operasi yang mampu menerangi
bagian-bagian operasi. Mesin anestesi dilengkapi dengan tabung
penampung gas anestesi (merek Penlon), monitor EKG yang bisa terlihat
tekanan darah, rekaman jantung, nadi, saturasi oksigen, AC sentral,
Suction, oksigen sentral, alat kauter (Alsa bisa dipakai untuk TUR, bisa
dipakai untuk Bifolar), tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan, dan
jenis cairan yang bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam
troli.
e. Ruang Operasi III
Ruang operasi III dilengkapi meja operasi (datar, head up-head down, tilt
kiri-kanan, duduk atau setengah duduk, V atau V terbalik) dengan remote
control. Ruang Operasi III dilengkapi dengan lampu operasi yang mampu
menerangi bagian-bagian operasi. Mesin anestesi dilengkapi dengan tabung
penampung gas anestesi, monitor EKG yang bisa terlihat tekanan darah,
rekaman jantung, nadi, saturasi oksigen, Suction, oksigen sentral, alat
kauter (Alsa bisa dipakai untuk TUR, bisa dipakai untuk Bifolar),
tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan, dan jenis cairan yang bisa
memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam troli.
f. Ruang Penyimpan Alat Steril
1) Lemari linen dan instrumen steril
Tersedia lemari untuk penyimpanan alat instrumen dan linen sudah steril
terbungkus yang siap pakai disimpan di lemari masing-masing.
2) Lemari linen non steril
Tersedia juga lemari untuk penyimpanan linen biasa, seperti baju
petugas instalasi kamar operasi, stik laken, selimut dan untuk kebutuhan
linen lainnya.
g. Ruang Penyimpanan Alat Kesehatan
Tersedia lemari untuk penyimpanan alat kesehatan, sesuai jumlah
inventaris.
h. Ruang Penyimpanan Obat dan Alat Anestesi
Tersedia lemari untuk menyimpan obat dan alat kesehatan anestesi yang
terkunci, kulkas untuk menyimpan obat yang memerlukan suhu tertentu.
i. Ruang Sadar Pulih atau Recovery Room
Ruang sadar pulih adalah ruang dimana pasien setelah operasi dibawa ke
ruang sadar pulih untuk diobservasi sekitar 2 jam. Ruang sadar pulih
dilengkapi dengan 6 buah tempat tidur (standar dengan hek pengaman),
oksigen sentral, suction sentral, monitor pasien 6 set, persediaan cairan
infus, meja tulis, dan alat-alat untuk keperluan administrasi. Di ruang sadar
pulih terdapat sebuah komputer untuk urusan administrasi. Di ruang ini
juga tersedia spool hoek, toilet. Di ruang sadar pulih ini serah terima pasien
dari instalasi kamar operasi dengan perawat ruang inap (pasien kembali ke
ruangan).
j. Ruang Pertemuan
Ruang pertemuan ini digunakan untuk pertemuan. Di ruang ini tersedia
meja, kursi dan dilengkapi dengan gambar kerangka anatomi tulang
manusia, lemari buku untuk menyimpan buku-buku.
k. Ruang Istirahat
Tersedia tempat tidur atau istirahat
l. Ruang Makan
Ruang ini digunakan untuk ruang santai sekalian ruang makan, dilengkapi
dengan kursi meja makan, sofa, televisi, kulkas, dispenser, lemari untuk
menyimpan alat-alat makan, dan lainnya.
m. Ruang Ganti Wanita
Ruang ini digunakan khusus untuk wanita ganti pakaian, dengan pakaian
instalasi kamar operasi. Di ruang ini terdapat lemari pakaian gantung,
lemari pakaian dan persediaan pakaian bersih instalasi kamar operasi, dan
loker yang terkunci.
n. Ruang Ganti Pria
Ruang ini digunakan khusus untuk pria ganti pakaian. Di ruang ini terdapat
lemari pakaian gantung, lemari tempat penyimpanan pakaian bersih
instalasi kamar operasi dan loker yang terkunci.
o. Kamar Mandi
Tersedia Shower untuk mandi, closet duduk.
p. Ruang Kepala Instalasi Kamar Operasi
Tersedia kursi meja, lemari kecil.
q. Ruang Kepala Urusan Pelayanan Perawatan
Tersedia kursi meja, ada lemari untuk penyimpanan dokumen atau arsip-
arsip, buku.

5. Alur Linen Kotor


Linen kotor yang telah terpakai dibungkus dengan kantong plastik
kuning dan alat/instrument kotor dikeluarkan oleh petugas CSSD dengan
menggunakan kotak khusus melalui pintu yang sama dengan pasien namun
waktu pengeluaran linen dibedakan dengan waktu pasien keluar. Setelah
pasien keluar dari kamar operasi menuju recovery room petugas cleaning
service membersihkan kamar operasi sekaligus memasukkan linen ke dalam
kantong plastic kuning untuk kemudian di bawa keluar dan diserahkan kepada
petugas binatu. Linen kotor dikeluarkan ketika operasi sudah selesai dan
dibungkus dengan kantong plastic kuning sebanyak 2 lapis. Linen kotor
dikeluarkan oleh Cleaning Service sedangkan alat kotor dikeluarkan oleh
petugas CSSD.

C. Standar Fasilitas Ruang VK/Bersalin


Ruang VK/Bersalin terdiri dari beberapa ruang:
1. Ruang VK dibagi menjadi 4 Ruang yang terdiri dari Ruang VK Vip untuk
pasien kelas VIP, kemudian 2 kamar bersalian untuk pasien tanggungan atau
umum (bukan vip) ruanagna ini digunakan untuk pasien inpartu sampai post
partum 2 jam
2. Ruang Resusitasi
Ruang ini digunakan pada saat melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
3. Ruang gynekologi
Ruang ini digunakan untuk melakukan curettage pada pasien yang akan
dilakukan curettage atau observasi kasus gynekologi
4. Ruang untuk petugas dan file
Ruang ini berisi spulhoek untuk memcuci alat dan juga tersedia ruang kecil
untuk penyimpanan file ruang VK/Bersalin

D. Fasilitas Non Medis


1. Pintu
Bentuk pintu sliding, pintu harus selalu tertutup dengan menggunakan
penutup otomatis. Pintu selalu terawat dan tidak boleh mengeluarkan suara.
2. Ventilasi
Memakai AC dilengkapi filter dan sistem ultraclean luminay airflow. Suhu
diatur antara 19-22C dan kelembaban udara 50-60 %
3. Sistem Penerangan
Lampu ruangan memakai lampu pijar putih tertanam di dalam langit-langit
sehingga tidak menampung debu dan mudah dibersihkan. Pencahayaan
ruangan sesuai peraturan pencahayaan pada buku ini. Lampu operasi
merupakan lampu khusus yang terdiri dari beberapa lampu yang fokusnya
dapat diatur, tidak panas, terang, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan
bayangan
4. Sistem Gas
Sistem gas sebaiknya dibuat sentral memakai sistem pipa. Sistem pipa melalui
bawah lantai atau di atas langit-langit, dibedakan sistem pipa O 2 dan Nitrogen
Oksida
5. Sistem Listrik
Ada sistem penerangan darurat dan sistem listrik cadangan
6. Sistem Komunikasi
Ada sistem komunikasi dengan ruangan lain di dalam rumah sakit dan ke luar
Rumah Sakit
7. Instrumentasi
Semua peralatan menggunakan mobile atau troli, mempunyai roda atau
diletakkan di atas troli beroda. Semua alat terbuat dari stainless steel dan
mudah dibersihkan.

E. Pembersihan
Pembersihan kamar operasi dilakukan beberapa kali, diantaranya:
1. Pembersihan Harian
Perawat tim kamar operasi bekerjasama dngan CS dengan tahapan:
membuat larutan desinfektan sesuai kebutuhan Hibicep 1:30cc untuk
membersihkan meja, Lysol 5% untuk membersihkan lantai.
2. Pembersihan Mingguan
Seluruh permukaan dinding Kamar Operasi dibersihkan dengan cairan
didesinfeksi Lysol 5%. Seluruh permukaan lain seperti permukaan lampu
operasi, troli anestesi, kabel-kabel dan selang, tabung N2O, meja operasi troli
alat kesehatan, kursi, AC dibersihkan dan didesinfeksi. Kamar mandi
dibersihkan pagi sore. Semua alat yang berada di dalam kamar operasi
dikeluarkan dan dibersihkan. Setelah ruangan dan alat-alat bersih
dikembalikan ke posisi semula.
3. Pembersihan Pra Operasi
Bila jadwal operasi dilaksanakan setelah dilakukan pembersihan rutin
maka ruangan bedah tidak perlu dibersihkan lagi. Bila jadwal operasi
dilaksanakan sebelum dilaksanakan pembersihan rutin, maka segera dilakukan
pembersihan ruangan operasi dan sekitarnya.
4. Pembersihan Pasca Operasi
Dinding dibersihkan dan didesinfeksi, lantai dibersihakan dan
didesinfeksi.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Persiapan Lingkungan Kamar Operasi Bedah


1. Persiapan alat-alat
a. Semua kebutuhan perlengkapan bedah dikemas atau dibungkus dengan
pembungkus steril yang memenuhi syarat.
b. Kemasan atau pembungkus steril harus diperiksa terhadap:
1) Keutuhan dari bungkusan atau kemasan tersebut (tidak robek, tidak
terbuka, tidak kotor).
2) Kelembaban dari kemasan atau bungkusan.
3) Tanggal steril harus tercantum di bagian luar pembungkus, bila lewat
dari 3 x 24 jam harus disteril ulang.
c. Perlengkapan bedah yang dipergunakan untuk operasi sepsis, harus segera
diamankan agar tidak menyebabkan kontaminasi.
d. Alat-alat bedah yang disposable tidak boleh diulang, harus segera langsung
dibuang.
e. Tempat larutan antiseptik atau desinfektan yang dipakai di kamar bedah
harus sering diganti, paling sedikit seminggu sekali.
f. Alat-alat besar seperti: lampu operasi, alat-alat anestesi, troli dibersihkan
dengan desinfektan tertentu.
2. Ventilasi
Udara yang masuk kamar bedah disaring bebas debu dan kuman, filter
harus sering diganti sesuai dengan petunjuk dan harus sering diperiksa. Suhu
dan kelembaban udara harus diatur, suhu antara 200 -250 C, kelembaban antara
50-55.
Tekanan udara dalam kamar operasi sedikit lebih tinggi dari ruang
sekitarnya supaya kotoran tidak masuk ke dalam kamar operasi bila pintu
dibuka.
3. Persiapan Permukaan Kamar Operasi (Dinding, Lantai, Plafon)
a. Klorinasi air yang dipakai untuk cuci tangan.
b. Dinding dan lantai dicuci dengan desinfektan tertentu (Steriliside)

B. Syarat-Syarat Bekerja di Kamar Operasi


1. Displin yang tinggi dalam menjalankan peraturan sepsis jangan banyak bicara.
2. Jangan banyak mondar-mandir dan usahakan jangan terlalu banyak orang
dalam kamar operasi.
3. Kesehatan dan kebersihan.
4. Petugas kamar operasi harus bebas dari kuman-kuman yang mudah ditularkan
(karier sangat sukar ditentukan).
5. Perlengkapan petugas:
a. Perlengkapan petugas yang ikut pembedahan:
1) Baju kamar operasi
2) Penutup kepala
3) Masker
4) Alas kaki atau sepatu dalam kamar operasi
5) Jas operasi steril
6) Sarung tangan steril
b. Perlengkapan petugas yang lain:
1) Baju kamar operasi
2) Penutup kepala
3) Masker
4) Alas kaki
C. Lalu Lintas di Lingkungan Kamar Operasi
Pada lalu lintas ini perlu diingat adanya daerah-daerah bebas, area
semirestriktik, daerah bersih dan area restriktik. Lalu lintas meliputi:
1. Lalu lintas Petugas
Sarana pada lalu lintas petugas harus ditentukan adanya:
a. Ruang ganti pakaian
b. Perlengkapan-perlengkapan khusus
c. Batas daerah bersih dan kotor. Batas-batas tersebut meliputi:
1) Petugas buka alas kaki, masuk ruang bedah lewat pintu khusus, menuju
ruang ganti pakaian (daerah bersih)
2) Petugas ganti pakaian dengan pakaian khusus bedah (tidak boleh
dirangkap) dan cuci tangan.
3) Pakaian petugas disimpan dalam lemari pakaian yang sudah disiapkan.
4) Petugas masuk dalam area restriktik dalam kedaan sudah memakai tutup
kepala, masker dan alas kaki khusus.
5) Bila sudah selesai bekerja petugas keluar melalui jalur yang sama waktu
masuk dengan meletakkan kembali perlengkapan-perlengkapan yang
sudah dipakai di tempat yang sudah ditentukan.
2. Lalu lintas Penderita
a. Penderita dikirim ke ruang bedah lewat koridor transfer penderita.
b. Petugas kamar operasi menyemput dengan brankar kamar operasi di
koridor transfer. Penderita dibawa ke kamar persiapan (ganti baju dengan
baju kamar operasi).
c. Dari kamar persiapan, penderita dibawa ke kamar operasi dengan memakai
brankar di Instalasi Kamar Operasi, dipindahkan ke meja operasi, brankar
disimpan di luar kamar operasi (masih dalam area restriktik).
d. Selesai operasi penderita dibawa ke kamar pemulihan atau ruang sadar
pulih dengan menggunakan Brankar Instalasi Kamar Operasi dan memakai
pakaian bedah.
e. Penderita keluar dari kamar pemulihan menuju ruangan lewat pintu ruang
pulih sadar.
3. Lalu lintas Alat
a. Sarana untuk lalu lintas.
1) Ruang untuk penyimpanan alat yang sudah steril.
2) Alat pengangkut: troli atau meja kecil.
b. Prosedurnya:
1) Sebelum operasi dimulai, semua alat yang mungkin akan dipakai
sudah ada di dalam kamar operasi.
2) Setelah selesai operasi, semua alat yang sudah dipakai harus segera
diletakkan di loket yang telah disiapkan tempatnya, dibawa ke Instalasi
Sterilisasi Sentral bagian pengepakan.
3) Instrumen disiapkan oleh petugas Instalasi Sterilisasi Sentral sampai
instrumen siap pakai.
4) Penyerahan instrumen oleh petugas Instalasi Sterilisasi Sentral lewat
loket.
5) Alat linen yang sudah dipakai dimasukan ke dalam kantong khusus
lewat loket dan dikirim ke bagian pencucian.
6) Alat–alat disposable yang sudah dipakai dimasukkan ke dalam
kantong atau tempat khusus dan dikirim ke bagian pembakaran.

D. Tata Laksana Pembedahan pada Penderita dengan HIV dan Hepatitis B


dan C
1. Penderita direncanakan dilakukan operasi terakhir, supaya kamar operasi bisa
langsung dibersihkan setelah selesai pembedahan.
2. Harus menggunakan mesin anestesi yang bagian-bagiannya dapat disterilkan
dengan autoclave atau memakai yang disposable, dan memakai virus filter
antarra endotracheal tube dengan closed circuit-nya.
3. Harus disiapkan:
a. Desinfektan yang cukup (glutaraldehyde 2 %)
b. Celemek plastik yang kedap cairan.
c. Pelindung mata dan muka.
d. Kantong plastik yang tebal dan kedap air dengan tanda khusus untuk
tempat kotor yang terkontaminasi.
4. Personil kamar operasi harus memakai celemek plastik kedap air di bawah jas
operasi memakai pelindung mata (kaca mata) dan pelindung muka, memakai
sarung tangan rangkap dua.
5. Personil dalam kamar operasi sesedikit mungkin dan alat-alat yang diperlukan
saja, harus ada dua orang perawat keliling: 1 orang di dalam dan 1 orang lagi
di luar untuk menghindari kontaminasi ke luar ruangan.
6. Perawat keliling juga harus menggunakan sarung tangan, pelindung mata dan
muka, celemek kedap air di bawah jas operasi yang steril.
7. Harus memakai linen disposable, meja operasi tertutup dan kain yang kedap
air, kemudian ditutup lagi dengan kain disposable.
8. Penderita dibawa ruang pemulihan setelah sadar benar.
9. Instrumen yang telah dipakai harus dicuci dengan sabun air panas sebelum di
autoclave. Instrumen yang tidak dapat di-autoclave setelah dicuci dengan
sabun air panas harus direndam dengan sterilicide atau Natrium
dichloroisocyanurate atau NaDCC (Solution) sesuai kebutuhan.
10. Perawat yang mencuci instrumen tersebut harus memakai perlengkapan
seperti:
a. Sarung tangan yang kuat dan utuh.
b. Celemek plastik kedap air di bawah jas luar.
c. Pelindung mata (kaca mata), pelindung wajah ini sangat penting dengan
banyaknya percikan-percikan air yang mengandung kuman.
11. Alat anestesi (closed circuit) setelah dipakai disterilkan.
12. Setelah pembedahan, kamar operasi dan alat-alat yang telah dipakai harus
segera dibersihkan dengan air sabun panas.
13. Rahasia penderita harus dijaga kecuali tanda merah status.
14. Darah dan cairan tubuh penderita harus dibakar.
15. Kamar operasi segera harus disterilkan sesuai prosedur yang berlaku di kamar
operasi (1 kali saja)
E. Tata Laksana Perencanaan Pembedahan
1. Proses perencanaan pembedahan dilakukan oleh DPJP di poliklinik rawat
jalan dan untuk kasus kedaruratan dilakukan di IRD.
2. Proses perencanaan pembedahan dibuat bila semua proses penilaian yang
mendasari keputusan pembedahan sudah dianggap lengkap, disertai dengan
diagnosa pasien.
3. Pembedahan dibagi menjadi pembedahan elektif dan darurat
4. Pasien diberi informasi oleh DPJP Bedah mengenai informasi penjadwalan
pembedahan
5. Untuk pembedahan elektif:
a. Pasien dari poli akan diperiksa secara seksama meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik pemeriksaan penunjang, dan konsultasi dengan unit
terkait.
b. Hasil yang didapat dari proses (a) akan menentukan keputusan tindakan
pembedahan yang akan dilakukan oleh DPJP Bedah
c. Perencanaan pembedahan yang dibuat minimal meliputi rencana teknik
bedah, kebutuhan peralatan khusus bedah, persiapan ruang rawat dan RTI,
serta rencana perawatan pasca bedah selanjutnya.
6. Pada assessment awal di poli, dokter bedah menentukan urgensi pembedahan
(cito/urgent/elektif).
7. Pada perencanaan juga dipertimbangkan beberapa hal seperti : pembedahan
kasus sulit, perubahan atau perluasan tindakan yang mungkin terjadi karena
temuan intra-operatif, apakah pasien harus dirawat inap atau rawat jalan, dan
apakah pasien membutuhkan tindakan anestesia.
8. Bila pasien membutuhkan tindakan anastesia, maka dikonsultasikan ke
poliklinik pra-operatif untuk dilakukan prosedur sesuai dengan SPO
Kunjungan Pra-Anestesia (terlampir).
9. Setelah pasien dari poliklinik pra-operatif akan kembali ke DPJP Bedah.
10. Semua proses penilaian hingga perencanaan pembedahan dan perencanaan
anestesia harus dicatat di dalam rekam medis pasien.
11. Seluruh proses perencanaan pembedahan dan perencanaan anestesia termasuk
hasil penilaian awal yang mendasari harus dikomunikasikan dan dilakukan
pemberian edukasi pembedahan dan anestesia kepada pasien dan keluarga
oleh DPJP Bedah dan Anestesiologi/ peserta didik Bedah dan Anestesiologi
dan Terapi Intensif.
12. Bila semua hal diatas sudah diputuskan, maka dokter bedah akan
menjadwalkan operasi pasien dan mendaftarkannya ke kamar bedah minimal
24 jam sebelum tindakan operasi (sesuai dengan SPO Pendaftaran dan
Penjadwalan).
13. Setelah operasi terjadwal, maka dilakukan pendaftaran rawat inap dan/atau
RTI (apabila inpatient) oleh dokter bedah.
14. Apabila ruang rawat tidak tersedia, maka dilakukan pendaftaran dan
penjadwalan ulang baik kamar operasi maupun ruang rawat inap. Pasien
diinformasikan bahwa jadwal operasi diundur sampai ruangan tersedia
kemudian DPJP dan peserta didik bedah berkoordinasi dengan koordinator
bangsal/ruang untuk mengupayakan ketersediaan ruang rawat.
15. Bila ruangan tidak tersedia, maka akan silakukan pendaftaran dan
penjadwalan operasi dengan pasien tersebut, dengan prioritas untuk
mendapatkan ruang rawat yang tersedia.

F. Penatalaksanaan Bedah Rawat Jalan


1. Tim Dokter memberitahu koordinator dari poliklinik ketika memutuskan
pasien direncanakan operasi.
2. Untuk pembedahan elektif rawat jalan:
a. Pasien dari poli/cluster akan diperiksa secara seksama meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik pemeriksaan penunjang, dan konsultasi
dengan unit terkait untuk toleransi operasi.
b. Pada assessment awal di poliklinik , dokter bedah menentukan urgensi
pembedahan (cito/urgent/elektif), estimasi lama operasi dan apakah
pasien membutuhkan tindakan anestesi.
c. Petugas poliklinik menghubungi dokter anestesi untuk melakukan
kunjungan Pra Anestesi (analisa formulir pra anestesi) dan membuat surat
persetujuan tindakan anestesi.
d. Jika dokter anestesi berhalangn hadir, dapat berkoordinasi dengan dokter
umum di poliklinik umum untuk melakukan evaluasi pra anestesi dengan
tetap berkonsultasi dengan dokter spesialis anestesi yang jaga pada hari
itu.
e. Pasien didampingi perawat mengisi formulir pra-anestesi
f. Perawat mengecek kelengkapan formulir pra-anestesi, dan menganalisa
kelainan fisik
g. Perawat mengisi formulir pemeriksaan penunjang preoperatif yang
dibutuhkan, sesuai dengan kelainan fisik yang ditemukan berdasarkan
panduan pemeriksaan diagnostik standar.
h. Jika ada hal yang meragukan atau ingin ditanyakan mengenai
pemeriksaan penunjang, perawat menghubungi Dokter Anestesi dan atau
Spesialis terkait sesuai dengan saran Dokter Anestesi bila diperlukan
i. Pasien melakukan pemeriksaan penunjang sesuai instruksi dalam formulir
pemeriksaan penunjang
j. Bila hasil pemeriksaan penunjang sudah ada, perawat menghubungi
Dokter Anestesi untuk melakukan kunjungan pra-anestesi
k. Dokter Anestesi berkoordinasi dengan dokter umum poliklinik umum
melakukan kunjungan, dan penilaian (lihat SPO kunjungan pra-anestesi)
melakukan konsulasi ke Dokter lain ( cth: Internis, kebidanan atau
kardiologis) jika diperlukan
l. Dokter Anestesi memberitahukan apakah pasien dapat direncanakan
operasi atau tidak ke koordinator dan atau ketua Tim Bedah jika
diperlukan
m. Pada kasus emergensi semua prosedur tersebut dapat dilakukan secara
bersamaan, dengan persiapan operasi di kamar bedah.
n. Setelah semua hal diatas sudah diputuskan, maka petugas poliklinik akan
menjadwalkan operasi pasien dan mendaftarkannya ke kamar bedah
meliputi data personal pasien, jenis operasi, diagnosa operasi,waktu
operasi, estimasi lama operasi, nama operator,perawatan pasca bedah, alat
khusus yang dibutuhkan saat operasi
o. Setelah operasi terjadwal,dokter bedah membuat surat pengantar operasi
rawat jalan berdasarkan jadwal yang telah disepakati.
p. Seluruh proses perencanaan pembedahan harus dikomunikasikan dan
dilakukan pemberian edukasi pembedahan kepada pasien dan keluarga
oleh DPJP Bedah dan anestesi sesuai dengan kompetensinya.
q. Seluruh proses persiapan dan edukasi pembedahan harus
didokumentasikan di dalam form terkait
3. Untuk bedah emergency( < 24 jam)
a. Pasien masuk dirujuk dari poli dengan kegawatdaruratan bedah akan
diperiksa secara seksama meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
pemeriksaan penunjang, persiapan anestesi dan konsultasi dengan
unit/DPJP.
b. Pada assessment selanjutnya ditentukan apakah jenis pembedahan pada
pasien termasuk kasus sulit (melibatkan multidisiplin) atau tidak serta
apakah pasien cukup rawat jalan pasca operasi atau tidak.
c. Setelah semua hal diatas sudah diputuskan, maka petugas poliklinik akan
menjadwalkan operasi pasien dan mendaftarkannya ke kamar bedah.
Pasien ini mendapatkan prioritas
d. Setelah operasi terjadwal, maka dilakukanlah pendaftaran rawat jalan oleh
petugas poliklinik ke bagian pendaftaran. Pasien ini mendapatkan
prioritas.
e. Seluruh proses persiapan pembedahan harus dikomunikasikan dan
dilakukan pemberian edukasi pembedahan kepada pasien dan keluarga
oleh DPJP.

G. Tata Laksana di Ruang Sadar Pulih


1. Semua petugas di ruang sadar pulih harus bebas dari penyakit yang menular
melalui pernapasan atau udara dan bebas dari luka terbuka.
2. Prosedur kewaspadaan universal harus dipatuhi dengan merujuk pada
penularan lewat darah.
3. Sebelum masuk ruang sadar pulih semua petugas harus mengganti pakaian
dengan pakaian yang khusus dipakai untuk bekerja di ruang tersebut,
termasuk alas kaki, pakaian tersebut tidak diperbolehkan dibawa ke luar
ruangan, dan pakaian dari luar tidak boleh dibawa masuk.
4. Semua pengunjung harus mengenakan gaun pelindung atau gaun dan alas
kaki pelindung yang disediakan sebelum memasuki ruangan.
5. Petugas diharuskan selalu mencuci tangan dengan sabun antiseptik setiap
kali kontak dengan pasien.

H. Tata Laksana Tindakan Di Ruang VK


1. Pre OP SC
a. Tindakan Pre Opersai SC
Asuhan Kebidanan pre operasi dimulai ketika keputusan tindakan
pembedahan di ambil, dan berakhir ketika klien di pindahkan ke kamar
operasi. Dalam fase pre operasi ini dilakukan pengkajian pre operasi awal,
merencanakan penyuluhan dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan
pasien, melibatkan keluarga atau orang terdekat dalam wawancara,
memastikan kelengkapan pemeriksaan praoperasi, mengkaji kebutuhan klien
dalam rangka perawatan post operasi.
Persiapan pre operasi yang perlu dilakukan oleh petugas untuk penderita
antara lain :
Menerangkan kepada penderita dan keluarganya alasan dilakukan operasi dan
memberikan pengertian serta kekuatan mental kepada mereka dalam
menghadapi keadaan ini. Diterangkan pula bahwa operasi untuk operasi ini
diperlukan izin / persetujuan dari penderita dan keluarganya.
b. Persiapan
1). Alat
a) Blood set
b) Ringer laktat sebanyak 1500 ml dimana 1000 cc RL diguyur 30 menit
sebelum dilakukan SC
c) Treeway
d) abbocath no 18
e) Jubah OK
f) Obat antibiotic sesuai intruksi dokter
g) spuit 1 cc
h) Spuit 5 cc
i) Aqua PI
j) Alat untuk membersihkan rambut pubis

2) Persiapan Operasi
a) Konsultasi Anestesi.
b) Pemeriksaan Laboratorium (minimal: DL, CT, BT, HbsAg, Anti HIV,
Golongan darah).
c) Persediaan (darah jika memerlukan).
d) Persiapan alat operasi (oleh petugas IBS).
e) Informed consent dari Suami atau Keluarga.
3) Persiapan Pasien
a) Menginformasikan tentang tindakan pre op SC dan meminta persetujuan
b) Meminta/membantu pasien untuk menggunakan pakaian pre operasi
c) Memasang infuse serta mengguyur sebanyak 1000 ml 30 menit sebelum
SC
d) Melakukan skin test antibiotic
e) Membersikan rambut pubis
f) Disela-sela tindakan sambil memberikan KIE mengenai hal yang
dibutuhkan pasien seperti tehnik relaksasi, personal hygiene
g) Mengirim pasien ke ruang OK
h) Melakukan operan dengan perawat ok dan perinatologi secara SBAR

I. Asuhan Persalinan Normal


1. Persalinan Normal
Pengertian Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan kebidanan pada
persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi (Depkes,
2004). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2000).
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup
dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
berbagai upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal). Setiap intervensi yang akan
diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan
bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan
keberhasilan proses persalinan.
Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan
normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin
di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan dimana pun hal
tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah,
puskesmas ataupun rumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja seorang
bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang akan
diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang
dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir (APN, 2007).

2. Persiapan
a. Persiapan perlindungan diri :
1) celemek plastic
2) sepatu boot
3) masker
4) Handuk bersih
5) Kacamata
6) Penutup kepala
7) mencuci tangan 6 langkah
b. Persiapan Ibu dan Bayi
1) 1 buah handuk
2) 1/3 kain Alas bokong ibu
3) Selimut untuk mengganti topi bayi
4) Pakaian ibu
5) Kain/sarung yang bersih dan kering (±5 buah)
6) Pakaian bayi
7) Buah washlap
c. Peralatan steril atau DTT parus set (Dalam wadah steril yang
berpenutup) :     
1) klem Kelly/ klem kocher    
2) Gunting tali pusat    
3) Benang tali pusat / klem plastik    
4) Kateter nelaton    
5) Gunting episiotomi    
6) Klem 1⁄2  kocher     
7) pasang sarung tangan     
8) Kasa atau kain kecil 5 bh    
9) Gulungan kapas basah (1 kom kapas kapas DTT, 1 kom alat DTT)    
10) Tabung suntik 2,5 atau 3 ml    
11) Penghisap lendir De Lee 
d. Heacting set (penjahitan episiotomi)    
1) Tabung suntik 10 ml beserta jarum suntik  
2) 1 Pinset anatomi dan 1 pinset sirurgi    
3) Pegangan jarum / nald pooder    
4) 2-3 jarum jahit tajam/ nald (kulit dan otot)    
5) Benang chromic ukuran 2.0 atau 3.0    
6) 1 pasang sarung tangan DTT atau steril 
7) Klem arteri    
e. Peralatan tidak steril    
1) Termometer     
2) Stetoskop     
3) Tensimeter     
4) Pita pengukur / meteran    
5) Pinnards, fetoskop.stetoskop Laenec atau dopler    
6) Bengkok    
7) Piring plasenta    
8) Timbangan bayi    
9) Pengukur panjang bayi    
10) Gunting ferband    
11) Sarung tangan rumah tangga    
12) Wadah untuk larutan klorin 0,5 %    
13) Wadah untuk air DTT    
14) Tempat sampah (sampah tajam, kering dan basah)  
f. Obat-Obat dan bahan habis pakai
1) Oksitosin 1 ml 10 U
2) Lidokain 1%      
3) Cairan infus R/L,Nacl, dan Dext 5%    
4) Peralatan untuk menginfus
5) Kanula IV no 16-18G    
6) Methylergometrin   
7) MgSO4 40% (25 gr)    
8) Amoxicillin / ampisilin tab 500 gr atau IV 2 gr    
9) Vitamin K  
10) salep mata tetrasilklin 1 % 
g. Peralatan resusitasi (persiapkan semua menjelang persalinan)
1) Meja yang bersih, datar dan keras
2) 1 buah kain di gelar di atas perut ibu     
3) 1 buah kain untuk mengalas meja dan untuk mengganti kain
pembungkus bayi yang basah
4) 1 buah kain untuk mengganjal bahu bayi
5) Lampu sorot 60 watt 
6) Alat penghisap lendir (bola-bola karet/ de lee)
7) Balon dengan sungkupnya
8) Jam / pecatat waktu
h. Formulir yang disiapkan     
1) Formulir informed consent    
2) Formulir partograf    
3) Formulir persalinan / nifas dan KB    
4) Formulir rujukan     
5) Formulir surat kelahiran    
6) Formulir permintaan darah     
7) Formulir kematian     
i. Bahan-bahan yang bisa disiapkan oleh keluarga    
1) Makanan dan minuman untuk ibu    
2) Beberapa sarung bersih (3-5)    
3) Beberapa kain bersih (3-5)    
4) Beberapa celana dalam bersih     
5) Pembalut wanita, handuk, sabun    
6) Pakaian ibu dan bayi    
7) Washlap 2 buah    
j. Persiapan Lingkungan
1) Ciptakan lingkungan yang aman dan tenang
2) Lingkungan harus bersih
3) Pencahayaan harus sesuai dengan tindakan partus
k. Persiapan Pasien
1) Memberikan asuhan sayang ibu
2) Mengajari ibu tehnik relaksasi
3) Memberikan dorongan semangat untu persalinan norma
4) Memenuhi nutrisi ibu di sela-sela his

2) Tahap Kerja
a. Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II
Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang dilakukan
adalah: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda :
1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada  rektum dan
vaginanya.
3) Perineum menonjol.
4) Vulva vagina dan sfingter ani membuka. Melapor kepada dokter DPJP
tentang keadaan pasien

b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan


1) Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk  menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan
bayi baru lahir. Untuk resusitasi → tempat datar, rata, bersih, kering
dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap
lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.
a) Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi.
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set.
2) Pakai celemek plastik yang bersih.
3) Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan  tangan dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.
4) Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
pemeriksaan dalam.
5) Masukan  oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan disinfeksi  tinggkat tinggi atau steril.

c. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan keadaan Janin Bayi.


1) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di
basahi air disinfeksi tingkat tinggi.
a) Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang.
b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia.
c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan
dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9.
2) Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
3) Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
4) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
5) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.
d. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu proses pimpinan meneran.
1) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
2) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk  meneran
(pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan dia merasa   nyaman).
3) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
4) Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.

e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


1) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
2) Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
3) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
4) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

f. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


(Lahirnya kepala)
1) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang
lain di kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan saat kepala lahir.
2) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
terjadi lilitan tali pusat.
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan
potong diantara kedua klem tersebut.
3) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar secara
spontan.
(Lahirnya Bahu)
4) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah
luar sehingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu
posterior. Lahirnya badan dan tungkai
5) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan
tangan bayi saat melewati perineum, gunakan tangan bagian bawah saat
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior
(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi
keduanya lahir.
6) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung
dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati – hati
membantu kelahiran kaki.

g. Penanganan Bayi Baru Lahir


1) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di
posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan).
2) Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
3) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal)
4) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik..
5) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM
(Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
6) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat  bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah
bayi dan memasang klem ke dua  2 cm dari klem pertama ke arah ibu.
7) Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan penguntungan tali pusat diantara dua klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.
8) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan
posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
9) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.

h. Penatalaksanaan Aktif  Persalinan Kala III.


1) Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
2) Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus, memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang
lain.
3) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas ( dorso – kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
4) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi puting susu.
i. Mengeluarkan Plasenta
1) Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
2) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
3) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
4) Rangsangan Taktil (Masase) Uterus.
5) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase uterus,
meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( Fundus menjadi
keras).
6) Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
detik masase.

j. Menilai Perdarahan
1) Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung
plastik atau tempat khusus.
2) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. Bila ada robekan yang
menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
k. Melakukan Prosedur paska persalinan
1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi  perdarahan
pervaginam.
2) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
1 jam.
3) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15
menit bayi cukup menyusu dari satu payudara.
4) Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
5) Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika
salep mata pencegahan, dan vit K 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
6) Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha
kanan anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan ibu agar sewaktu-
waktu bisa disusukan. Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
l. Evaluasi
1) Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua paska persalinan
2) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksanaan atonia uteri.
a) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
b) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
c) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama paska persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua paska persalinan.
3) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
paska persalinan
4) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
5) Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi
bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-
37,5 0C).
m. Kebersihan Dan keamanan
1) Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit), mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.
a) Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
b) Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk
memakai pakaian yang bersih dan kering. Pastikan bahwa ibu nyaman,
membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
2) Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5%.
3) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% membalikan
bagian sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
4) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang  mengalir.
n. Pendokumentasian
Lengkapi patograf
BAB V
LOGISTIK

Daftar inventaris kamar operasi RSU Ganesha adalah sebagai berikut:


SET SC I
No
Nama Alat Jumlah
.
1 HAK LANGEN BACK KECIL 1
2 HAK LANGEN BESAR 1
3 DUK KLEM 5
4 SCALPEL 1
5 PINSET ANATOMIS BESAR 1
6 PINSET ANATOMIS KECIL 1
7 PINSET CHIRURGIS BESAR 2
8 GUNTING BENANG 1
9 GUNTING METZEMBAUM 1
10 NEDLE HOLDER 3
11 KOCHER LURUS 1
12 KOCHER BENGKOK 1
13 CHROME LURUS 1
14 CHROME BENGKOK 5
15 KLEM 4
16 MICULIS 2
17 RINGTANG 6
SET UROLOGI
NO NAMA ALAT JML
1 HAK OTOMATIS 1
2 DUK KLEM 5
3 LANGEN BACK 2
4 HAK GIGI 3 2
5 KANUL SUCTION 1
6 RETS ANGEL 5
7 ELIS 2 1
8 RINGTANG 2
9 METZEMBAUM 2
10 PINSET ANATOMIS 2
11 BAKCHOCK 2
12 NEEDLE HOLDER 1
13 LANGEN HAK 2
14 LANGEN BACK TUNGGAL 1
15 HAK TIMAN 2
16 HAK GINJAL 2
17 CHROM LURUS 1
18 CHROM BENGKOK 1
19 STONE TANG 1
20 STATIN SKY 1
21 STONE TANG LURUS 1
22 KLEM URETER 2
23 KLEM URETER 90° 2
SET ONCOLOGY
NO NAMA ALAT JML
1 LANGEN BACK 2
2 LANGEN BACK GIGI 3 2
3 DUK KLEM 5
4 SCAL PEL 1
5 HAK GIGI 1 2
6 PINSET COBRA CHIRURGIS 1
7 PINSET CHIRURGIS 1
8 PINSET ANATOMIS 2
9 KANUL SUCTION 1
10 RINGTANG 2
11 NEEDLE HOLDER 2
12 KLEM 8
13 RETH ANGEL 2
14 GUNTING IRIS 1
15 GUNTING BENANG 1
16 METZEMBAUM 1
17 ELIS 4
18 BENGKOK 1
19 CUCING 2
SET BEDAH UMUM I
NO NAMA ALAT JML
1 KOM 2
2 RINGTANG 2
3 NEEDLE HOLDER 2
4 ELIS 2
5 ELIS PANJANG 1
6 KLEM PEAN 10
7 PINCET CHIRURGIS PANJANG 1
8 PINCET CHIRURGIS KECIL 1
9 PINCET COBRA CHIRURGIS 1
10 PINCET ANATOMIS 2
11 PINCET ANATOMIS PANJANG 1
12 HAK GIGI 3 2
13 GUNTING METZEMBAUM 1
14 SCALPEL NO 4 1
15 SCALPEL NO 3 1
16 HAK LANGEN 2
17 DOEK KLEM 6
18 GUNTING BENANG 2
19 BENGKOK 1
SET BEDAH UMUM II
NO NAMA ALAT JML
1 BENGKOK 1
2 COM 2
3 DOEK KLEM KECIL 6
4 DOEK KLEM BESAR 2
5 LANGEN BACK 2
6 GUNTING JARINGAN 2
7 RINTANG 2
8 NEEDLE HOLDER BESAR 2
9 NEDLE HOLDER KECIL 1
10 KANUL SUCTION 1
11 GUNTING BENANG 1
12 ELIS 3
13 HAK GIGI 3 2
14 GUNTING JARINGAN KECIL 2
15 KLEM ATERI 11
16 PINSET CHIRURGIS COBRA 4
17 PINCET ANATOMIS 4
18 SCAPLE 3 1
SET SC II
NO NAMA ALAT JML
1 HAK LANGEN BACK BESAR 1
2 HAK LANGEN BACK KECIL 1
3 DOEK KLEM 5
4 SCAPLE NO 3 1
5 RINGTANG 6
6 GUNTING JARINGAN 1
7 GUNTING BENANG 1
8 NEEDLE HOLDER 2
9 PINSET CIRURGIS 2
10 PINSET ANATOMY 2
11 MICULIZ 3
12 CHROME BENGKOK 4
13 KOCHER LURUS 2
14 KOCHER BENGKOK 2
15 KLEM ARTERI 4

SET SC III
NO NAMA ALAT JML
1 HAK LANGEN BACK BESAR 1
2 HAK LANGEN BACK KECIL 1
3 DOEK KLEM 5
4 SCAPLE NO 3 1
5 RINGTANG 6
6 GUNTING JARINGAN 1
7 GUNTING BENANG 1
8 NEEDLE HOLDER 3
9 PINSET CIRURGIS 2
10 PINSET ANATOMY 2
11 MICULIZ 3
12 CHROME BENGKOK 4
13 KOCHER LURUS 2
14 KOCHER BENGKOK 1
15 CHROME LURUS 1

SET THT
NO NAMA ALAT JML
1 BENGKOK BESAR 1
2 CUCING BESAR 2
3 SUCTION 1
4 MOOT GEEG 11CM 1
5 MOOT GEEG 10CM 1
6 MOOT GEEG 9CM 1
7 MOOT GEEG 7CM 1
8 MOOG GEEG 4CM 1
9 GAGANG MOOT GEEG 1
10 GUNTING BENANG 1
11 ALIGATOR RUNCING 1
12 ALIGATOR TUMPUL 1
13 ELIS BESAR 1
14 ELIS KECIL 1
15 PEAN BENGKOK 21 CM 2
16 REED ANGLE 180° 1
17 RING TANG 1
18 STANSKY 1
19 KLEM LURUS PANJANG 1
20 NEEDLE HOLDER 1
21 REED ANGLE 90° 1
22 PEAN BENGKOK 1
23 KURET 1
24 PINSET ANATOMIS 1
25 PINSET BAYONET 1
26 GUNTING JARINGAN 1
27 RESPAT 1
28 SUCTION KECIL 1
29 TROCAT KECIL 1
30 TROCAT BESAR 1
31 DOEK KLEM BESAR 1
32 DOEK KLEM KECIL 2
33 MESS 1

SET LUAR
NO NAMA ALAT JML
1 KHOCER LURUS 14 CM 8
2 KHOCER BENGKOK 14 CM 2
3 NEEDLE HOLDER 14CM 2
4 NEEDLE HOLDER 19CM 1
5 NEEDLE HOLDER 18CM 1
6 APPENDIK KLEM 4
7 GUNTING JARINGAN 1
8 GUNTING BENANG 4
9 ELIS 15 CM 1
10 ELIS 16 CM 3
11 ELIS 19CM 1
12 HAK OTOMATIS 1
13 KLEM ARTERI 13 CM 5
14 KLEM ARTERI 14 CM 3
15 KLEM LURUS 13CM 1
16 KLEM LURUS 15CM 1
17 DARM KLEM 4
18 DOEK KLEM 1
19 HAK GIGI 1 1
20 PINSET ANATOMIS BESAR 1
21 PINSET CHIRURGIS 1
22 PINSET CHIRURGIS BESAR 1
23 PINSET CRIRUGIS KECIL 1
24 PINSET ANATOMIS 1
25 PINSSET COBRA ANATOMIS 1
26 BORNIUM 1
27 KURET 1
28 RINGTANG 3
29 HAK GIGI 4 2
30 LANGEN BACK 22CM 2
31 LANGEN BACK 21CM 2
32 LANGEN BACK DOUBLE 2
33 LANGEN BACK BESAR 1
34 KNABEL 1
35 PENGGARIS 1
36 SCALPEL NO 4 3
37 SCALPEL NO 3 1
38 HAK SLEBOR KECIL 1
39 HAK SLEBOR BESAR 2
40 CUCING 2

NON MEDIS
NO NAMA ALAT JML KONDISI
      B R
1 MEJA OPERASI 3 2 1
2 LAMPU OK 3 3  
3 MESIN ANASTESI 3    
4 UNIT MONITOR 4 3 1
5 VENTILATOR 2 2  
6 SUCTION PUMP 3 3  
7 MESIN CAUTER 3 3  
8 LAMPU UV 1 1  
9 STERILISATOR OZON 1    
10 MEJA INTRUMENT 3 3  
11 TROLI PANJANG 2 2  
12 STANDAR INFUS 7 7  
13 LAMPU RO 3 3  
14 TROLI KECIL 3 3  
15 MEJA MAYO 2 2  
16 AUTOCLAVE 2 1 1
17 SRRING PUMP 1 1  
18 TROLI KECIL OK 3 3  
19 AMBUBAG 1 1  
20 STERILISATOR BASAH 1   1
21 KACA MATA GOGLE 1 1  
22 BRANGKAR PX 4 3 1
23 AC 9 9  
24 MEJA TULIS 2 2  
25 MEJA LACI 3 3  
26 KORSI SOFA 3 3  
27 KURSI PLASTIK 8 8  
28 KURSI OPERATOR 3 3  
29 BANTAL OK 100CM 6    
30 BANTAL OK 50CM 3    
31 GULING 100CM 4    
32 BANTAL DONAT 2 2  
33 MEJA KABINET KAYU 2    
34 TELEPON 2 2  
35 BAJU OK BIRU 3    
36 BAJU OK HIJAU 34    
37 TOPI OK      
38 JAS OK 42    
39 LINEN BESAR 55    
40 LINEN KECIL 37    
41 CELANA OK BIRU 8    
42 CELANA OK HIJAU 45    
43 EMBER PLASTIK WC 1    
44 CENTONG WC 1    
45 EMBER SAMPAH 9    
46 BOX PLASTIK BESAR 2 2  
47 BOX PLASTIK SEDANG 2 2  
48 BOX PLASTIK KECIL      
49 SIKAT ALAT 1    
50 SANDAL 15    
51 BAJU PX 16    
52 SCOT PERLAK 9    
53 SEROK PLASTIK 2    
54 SAPU 2    
55 JAM DINDING 6    
56 DUK LUBANG 5    
57 KULKAS 2 1 1
58 TENSI METER 1 1  
59 SPREI HIJAU 2    
60 SARUNG BANTAL OK 6    
61 SELIMUT HIJAU 7    
62 PERLAK MEJA OP 2 2  
63 GALON NONMIN 13    
64 HT 1 1  
65 LEMARI KACA 2 PINTU 3    
66 LEMARI KACA 1 PINTU 2    
67 LEMARI LOKER 2    
68 RAK TEMPAT SANDAL 2    
69 MIKROSKOP MATA 1    

Daftar inventaris ruang bersalin RSU Ganesha adalah sebagai berikut:


JUMLAH Per
NO NAMA BARANG
TAHUN 2016

1 kupet partus 3
2 kupet sedang 10
3 Sterilisator 1
4 gunting episiotomy 3
5 gunting tali pusat 6
6 1/2 kocher 3
7 Naifpoeder 6
8 pinset anatomis 3
9 kateter metal 3
10 klem tali pusat 8
11 klem arteri 3
12 gunting benang 6
13 Bengkok 1
14 Funduskop 1
15 Dopler 3
16 stetoscope dewasa 3
17 Tensimeter 4
18 Tromol 2
19 amubag bayi 2
20 amubag dewasa 1
21 suction vakum 1
22 Cucing 8
23 cocor bebek 2
24 suction bayi 2
25 pinset chirugi 4
26 Tenakulum 2
27 sonde bayi  
28 Delle  
29 set kuret 2
30 Korentang 2
31 Vakum 2
32 klem duk 2
33 pinset anatomis panjang 4
34 vorcef IUD 2
35 kaseter neraton 6
36 stetoscope anak 2
37 laryngoscope baby 1
38 sparebulb for laryngoscope baby  
39 NST 2
40 bed partus 3
41 meja gynecologi 1
42 Incubator  
43 tabung O2 1
44 timbangan bayi 1
45 Pispot 2
46 infant radian wammer 1

No NAMA BARANG MERK JUMLAH


parwata
3
1 lemari kaca aluminium
2 meja dokter Local 1
3 baby …. Olympic 1
4 Bantal Local 4
5 bak sampah - 9
6 toples kaca - 11
7 kursi lipat Chitose  
8 AC Daikin 5
9 Meteran - 4
10 Perlak Local 7
11 Selimut Local  
12 baju pasien Local  
13 duk steril Local 14
14 Skotch Local 6
15 sepatu boot Toyobo 4
16 kacamata goggle - 4
17 standar infuse - 4
18 kursi besi merah -  
19 kursi putar hitam - 1
20 Stampel Local 2
21 bantalan stampel Hero 2
22 Perporator - 2
23 box plastic Grand 5
24 Ember -  
25 gayung -  
26 troli tindakan - 4
27 DVD   1
28 bed pasien Platinum 2
29 bed pasien Max 1
30 lemari pasien Max 1
31 bok bayi Local 2
32 troli sedang Local 3
33 lampu sorot Hot 3
34 Waskom besar   3
35 Pispot   2
36 kursi putih   4
37 Computer   1
38 meja computer   1
39 meja telepon   1
40 Kulkas   1
41 rak sepatu   2
42 vas bunga   2
43 lukisan dinding   2
44 gorden vip   2
45 perlak besar orange   2
46 kursi pasien vip   1
47 kursi penunggu ps kayu   1
48 kursi penunggu ps plastic   1
49 kursi roda   1
50 Usg   1

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai
tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian
tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang
kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal
potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus


diterapkan. Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut di atas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas)
dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan
keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.

D. Sasaran Keselamatan Pasien


Pada Pelayanan Bedah dan Persalinan
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien
sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua
pelayanan yang diterima oleh pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan
prosedur: Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm).
3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high-alert)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan atau kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
4. Kepastian tepat – lokasi, tepat – prosedur, tepat – pasien operasi
Penandaan lokasi operasi adalah tata cara yang wajib dilakukan sebelum
tindakan pembedahan oleh dokter spesialis bedah untuk memberikan tanda di
lokasi yang akan dibedah pada semua pasien yang akan dilakukan tindakan
pembedahan. Tepat lokasi adalah melaksanakan tindakan pembedahan secara
tepat pada lokasi yang diharapkan. Tepat prosedur adalah melaksanakan
tindakan pembedahan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Tepat
pasien adalah melaksanakan tindakan pembedahan sesuai dengan pasien yang
tepat yang terjadwal operasi (perawat harus selalu melakukan identifikasi
pasien sebelum pasien dimasukkan kamar operasi).
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering
berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun
infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
Pengurangan risiko pasien jatuh adalah pengurangan pengalaman pasien yang
tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja
pada seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat atau dirasakan atau
kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit
seperti stroke, pingsan, dan lainnya.

E. Keselamatan Pasien Bedah


Tindakan pembedahan wajib memperhatikan keselamatan pasien, kesiapan
pasien, dan prosedur yang akan dilakukan, karena resiko terjadinya kecelakaan
sangat tinggi, jika dalam pelaksanaannya tidak mengikuti standar prosedur
operasional yang sudah ditetapkan. Tim kamar bedah tentu tidak bermaksud
menyebabkan cedera pasien, tetapi fakta menyebutkan bahwa ada pasien yang
mengalami KTD (kejadian tidak di harapkan), KNC (kejadian nyaris cedera),
ataupun kejadian sentinel yaitu KTD yang menyebabkan kematian atau cedera
serius (Depkes,2008), saat dilakukan tindakan pembedahan. Oleh sebab itu
diperlukan program untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena sebagian
KTD merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah
melalui program keselamatan pasien.
Program Keselamatan Pasien safe surgery saves lifes sebagai bagian dari
upaya WHO untuk mengurangi jumlah kematian bedah di seluruh dunia. Tujuan
dari program ini adalah untuk memanfaatkan komitmen dan kemauan klinis untuk
mengatasi isu-isu keselamatan yang penting, termasuk praktek-praktek
keselamatan anestesi yang tidak memadai, mencegah infeksi bedah dan
komunikasi yang buruk di antara anggota tim. Untuk membantu tim bedah dalam
mengurangi jumlah kejadian ini, WHO menghasilkan rancangan berupa checklist
keselamatan pasien di kamar bedah sebagai media informasi yang dapat membina
komunikasi yang lebih baik dan kerjasama antara disiplin klinis.
Upaya peningkatan keselamatan pasien di kamar bedah menggunakan
selembar formulir surgery safety checklist sebagai alat komunikasi atau sistem
informasi yang merupakan program WHO yang diharapkan dapat mencegah
kesalahan prosedur operasi, kesalahan pasien operasi ataupun kesalahan area yang
dilakukan operasi. Hasil penelitian yang sudah dilakukan terkait penggunaan
surgery safety checklist membuktikan pentingnya system informasi dan tindakan
yang dilakukan oleh perawat, dan tim bedah lainnya dalam upaya pencegahan
terhadap kejadian yang tidak diharapkan yang berdampak terhadap keselamatan
pasien.
Kesalahan yang terjadi di kamar bedah yaitu salah lokasi operasi, salah
prosedur operasi, salah pasien operasi, akibat dari komunikasi yang tidak efektif
atau tidak adekuat antar anggota tim bedah. Kurang melibatkan pasien dalam
penandaan area operasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk
memverifikasi lokasi operasi, asesmen pasien tidak adekuat, telaah catatan medis
juga tidak adekuat.
Langkah yang dilakukan tim bedah terhadap pasien yang akan di lakukan
operasi untuk meningkatkan keselamatan pasien selama prosedur pembedahan,
mencegah terjadi kesalahan lokasi operasi, prosedur operasi serta mengurangi
komplikasi kematian akibat pembedahan sesuai dengan sepuluh sasaran dalam
safety surgery (WHO 2008). Yaitu:
1. Tim bedah akan melakukan operasi pada pasien dan lokasi tubuh yang benar.
2. Tim bedah akan menggunakan metode yang sudah di kenal untuk mencegah
bahaya dari pengaruh anestresia, pada saat melindungi pasien dari rasa nyeri.
3. Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan bantuan hidup dari
adanya bahaya kehilangan atau gangguan pernafasan.
4. Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan adanya resiko
kehilangan darah.
5. Tim bedah menghindari adanya reaksi alergi obat dan mengetahui adanya
resiko alergi obat pada pasien.
6. Tim bedah secara konsisten menggunakan metode yang sudah dikenal untuk
meminimalkan adanya resiko infeksi pada lokasi operasi.
7. Tim bedah mencegah terjadinya tertinggalnya sisa kasa dan instrument pada
luka pembedahan.
8. Tim bedah akan mengidentifikasi secara aman dan akurat, specimen (contoh
bahan) pembedahan.
9. Tim bedah akan berkomunikasi secara efektif dan bertukar informasi tentang
hal-hal penting mengenai pasien untuk melaksanakan pembedahan yang
aman.
10. Rumah sakit dan system kesehatan masyarakat akan menetapkan pengawasan
yang rutin dari kapasitas , jumlah dan hasil pembedahan.
Surgery safety checklist WHO merupakan penjabaran dari sepuluh hal
penting tersebut yang diterjemahkan dalam bentuk formulir yang diisi dengan
melakukan ceklist. Ceklist tersebut sudah baku dari WHO yang merupakan alat
komunikasi yang praktis dan sederhana dalam memastikan keselamatan pasien
pada tahap preoperative, intraoperatif dan pasca operatif, dilakukan tepat waktu
dan menunjukan manfaat yang lebih baik bagi keselamatan pasien (WHO 2008).
Surgery Safety Checklist di kamar bedah digunakan melalui 3 tahap, masing-
masing sesuai dengan alur waktu yaitu sebelum induksi anestesi (Sign In),
sebelum insisi kulit (Time Out) dan sebelum mengeluarkan pasien dari ruang
operasi (Sign Out) (WHO 2008) diawali dengan briefing dan diakhiri dengan
debriefing menurut (Nhs,uk 2010). Implementasi Surgery Safety Checklist
memerlukan seorang koordinator untuk bertanggung jawab untuk memeriksa
checklist. Koordinator biasanya seorang perawat atau dokter atau profesional
kesehatan lainnya yang terlibat dalam operasi. Pada setiap fase, koordinator
checklist harus diizinkan untuk mengkonfirmasi bahwa tim telah menyelesaikan
tugasnya sebelum melakukan kegiatan lebih lanjut. Koordinator memastikan setiap
tahapan tidak ada yang terlewati, bila ada yang terlewati, maka akan meminta
operasi berhenti sejenak dan melaksanakan tahapan yang terlewati
1. Sign in
Langkah pertama yang dilakukan segera setelah pasien tiba di ruang serah
terima sebelum dilakukan induksi anestesi. Tindakan yang dilakukan adalah
memastikan identitas, lokasi/area operasi (surgery side marking), prosedur
operasi, serta persetujuan operasi. Pasien atau keluarga diminta secara lisan
untuk menyebutkan nama lengkap, tanggal lahir dan tindakan yang akan
dilakukan. Penandaan lokasi operasi harus oleh ahli bedah yang akan
melakukan operasi. Pemeriksaan keamanan anestesi oleh ahli anestesi dan harus
memastikan kondisi pernafasan, resiko perdarahan, antisipasi adanya
komplikasi, dan riwayat alergi pasien. Memastikan peralatan anestesi berfungsi
dengan baik, ketersedian alat, dan obat-obatan.
2. Time out
Merupakan langkah kedua yang dilakukan pada saat pasien sudah berada
di ruang operasi, sesudah induksi anestesi dilakukan dan sebelum ahli bedah
melakukan sayatan kulit. Untuk kasus pada satu pasien terdapat beberapa
tindakan dengan beberapa ahli bedah timeout dilakukan tiap kali pergantian
operator. Tujuan dilakukan timeout adalah untuk mencegah terjadinya
kesalahan pasien , lokasi dan prosedur pembedahan dan meningkatkan
kerjasama diantara anggota tim bedah, komunikasi diantara tim bedah dan
meningkatkan keselamatan pasien selama pembedahan. Seluruh tim bedah
memperkenalkan diri dengan menyebut nama dan peran masing-masing.
Menegaskan lokasi dan prosedur pembedahan, dan mengantisipasi risiko. Ahli
bedah menjelaskan kemungkinan kesulitan yang akan di hadapi ahli anestesi
menjelaskan hal khusus yang perlu diperhatikan. Tim perawat menjelaskan
ketersedian dan kesterilan alat. Memastikan profilaksis antibiotik sudah
diberikan. Memastikan apakah hasil radiologi yang ada dan di perlukan sudah
di tampilkan dan sudah diverifikasi oleh 2 orang.
3. Sign Out
Merupakan tahap akhir yang dilakukan saat penutupan luka operasi atau
sesegera mungkin setelah penutupan luka sebelum pasien dikeluarkan dari
kamar operasi. Koordinator memastikan prosedur sesuai rencana, kesesuaian
jumlah alat, kasa, jarum, dan memastikan pemberian etiket dengan benar pada
bahan-bahan yang akan dilakukan pemeriksaan patologi.
Penggunaan Surgery safety checklist WHO dimaksudkan untuk
memfasilitasi komunikasi yang efektif dalam prosedur pembedahan sehingga
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan peningkatan keselamatan
pasien di kamar bedah baik sebelum operasi, selama operasi dan sesudah
operasi.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa
upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti
disebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam
dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa
“Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang
bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan
selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak
sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Pelayanan Bedah dan perlindungan
terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
2. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
3. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin
4. Tidak tersedia alat-alat pengaman
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-
lain.

A. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan


1. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
2. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum
dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.

B. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan


1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang
sesuai untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan
penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran
penyakit.
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
3. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di
instalasi perawatan intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan. Indikator Mutu pada Pelayanan Bedah
RS GANESHA mengacu pada Pedoman Indikator Mutu RSU GANESHA yaitu:
A. Indikator mutu ruang operasi RSU Ganesha
1. Waktu tunggu operasi elektif
a. Numerator : Jumlah kumulatif waktu tunggu operasiyang terencana dari
seluruh pasien yang dioperasi dalamm 1 hari
b. Denominator : Jumlah pasien yang dioperasi dalam 1 hari
c. Standar : < 2hari

2. Kejadian kematian di meja operasi


a. Numerator : Jumlah pasien yang meninggal di meja operasi dalam
waktu 1hari
b. Denominator : Jumlah pasien yang dilakukan pembedahan dalam 1 hari
c. Standar : < 1%

3. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi


a. Numerator : Jumlah pasien yang dioperasi dalam 1 hari dikurangi
jumlah pasien yang dioperasi salah sisi dalam waktu 1 hari
b. Denominator : Jumlah pasien dalam waktu satu hari
c. Standar : 100%

4. Tidak ada kejadian operasi salah orang


a. Numerator : Jumlah pasien operasi dikurangi jumlah operasi salah orang
b. Denominator : Jumlah pasien yang dioperasi
c. Standar : 100%
5. Tidak adanya kejadian salah tindakan operasi
a. Numerator : Jumlah pasien yang dioperasi dikurangi pasien yang
mengalami salah tindakan operasi
b. Denominator : Jumlah pasien yang dioperasi
c. Standar : 100 %

6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien setelah
operasi
a. Numerator : Jumlah pasien yang dioperasi dikurangi pasien yang
mengalami tertinggalnya benda asing akibat operasi
b. Denominator : Jumlah pasien yang dioperasi
c. Standar : 100%

7. Ketidaksesuaian diagnosis medic pre dan post operasi


a. Numerator : jumlah pasien oprasi yang diagnosis pre dan post
operasinya tidak sesuai
b. Denominator : jumlah pasien yang menjalani operasi
c. Standar : 0% pasien dengan general anestesi

8. Angka komplikasi pasca bedah


a. Numerator : Jumlah pasien yang menglami komplikasi pasca bedah
b. Denominator : jumlah pasien yang dioperasi
c. Standar : 0%

9. Waktu tunggu sebelum operasi elektif


a. Numerator : Jumlah pasien operasi yang menunggu >24 jam
b. Denominator : jumlah total pasien yang operasi
c. Standar : 0%
B. Indikator mutu ruang bersalin RSU Ganesha:
Mengobservasi indikator pelayanan ibu bersalin dan bayi dan dibuat pada
form peta resiko di Ruang VK bila terjadi kejadian, Indikator Pelayanan Ibu
bersalin dan bayi yang terdiri dari:
1. Indikator Pelayanan Ibu bersalin dan bayi
a. Angka kemataian ibu karena Eklamsia (Eklamsia Death Rate)
Definisi operasional:
Eklamsia (menurut Standar Pelayanan Medis, Desember 1993) Suatu
kelainan akut yang terjadi pada wanita hamil dalam persalianan atau nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Gejala preeklamsian
yaitu:
 Tekanan darah sistolik >160 mmHg dan diastolic >110 mmHg
 Protein urine > 5 gr/24 jam, 3+?+ pada pemeriksaan kwalitatif
oliguria, yaitu produksi urine <400 cc/24 jam
 Gangguan visual, celebral atau nyeri epigastrium
 Edema pari atau cyanosis
Kecualian: hipertensi menahun ( kronik), super imposed eklamsia
Pemeriksaan penunjang:
Pada preeklamsia berat/eklamsia: urine lengkap, Hb, Hematokrit, Asam
Urat Darah , Trombosit, SGOT, dan SGPT, serta Ureum Kreatin
Formulasi : Angka Kematian Ibu karena Eklamsia (AKIE)
Total CM yang belum lengkap dan benar dalam 14 hari perbulan
Banyaknya ibu-ibu yang meninggal karenaEklamsia
X100%
Total ibu-ibu dengan eklamsia pada bulan tersebut
Petugas penanggung jawab : Wadir pelayanan medic
b. Angka kematian ibu karena Perdarahan (Maternal Hemorrhagia Death
Rate)
Definisi operasional
Kematian Ibu karena Perdarahan (KIP) : kematian ibu yang disebabkan
karena perdarahan yang dapat terjadi pada semua skala dalam persalinan.
Kematian ibu ini biasanya disebabkan oleh kegagalan Uri (plasenta) untuk
keluar secara spontan (retensio plasenta) setelah ibu melahirkan, dan tidak
berkontraksinya rahim ibu (atonia uteri) dimana kedua sebab ini
menyebabkan perdarahan
Catatan:
perdarahan karena trauma atau karena tindakan fisik yang lain:
Fisik : adanya plasenta (uri) yang masih di dalam rahim, atau rahim ibu
yang terasa lembek atau membesar. Ada perdarahan per vaginam baik
masif masupun profus
Laboraturium :
Hb, Hematokrit , Thrombocyt, waktu pembekuan darah
Formula: (Maternal Hemorrhagia Death Rate)
Banyaknya ibu bersalin yang meninggal karena
perdarahan/bulan
X 100%
Total ibu bersalin dengan perdarahan pada bulan tersebut

Angka ini menunjukan tingkat kompetensi Dokter di bagian Kebidanan


Petugas penanggung jawab: Wadir pelayanan medik

c. Angka kematian ibu karena Sepsis (Maternal Septicaemia Death Rate


=AKIS)
Definisi operasional:
Kematian ibu yang disebabkan karena keracunan darah. Biasanya
disebabkan oleh pertolongan persalinan yang tidak mengikuti Standard
Profesi dan proses yang ditetapkan. Penyakit ini ditandai dengan demam
yang tinggi sekali setelah persalinan
Pengecualian :
Deman tinggi yang disebabkan oleh penyakit lain, misalnya: Thypoid,
ginjal, malaria, DHF dan demam lainnya yang tidak diketahui sebabnya
Pemeriksaan penunjang:
Hb, Diff, Thrombocyt, Widal Test, darah tepid an kultur
Formula: Maternal Septicaemia Death Rate =AKIS
Banyaknya ibu melahirkan yang meninggal karena
sepsis/bulan X100%
Total ibu melahirkan dengan sepsis pada bulan tersebut

Angka ini menunjukan tingkat mutu pelayanan ibu bersalin, baik dengan
persalinan normal maupun persalinan penyulit (termasuk operasi)
Petugas penanggung jawab: SMF NKebidanan, Wadir pelayanan medik
d. Angka kematian bayi dengan BB lahir ≤20000 gram
Definisi operasional
Untuk dapat membedakan secara jelas pengaruh Berat Badan Bayi baru
lahir pada Angka Kematian Bayi dipakai patokan Berat Badan 2000 gram.
Angka ini menunjukan presentase banyaknya Bayi Baru Lahir dengan
BB>= 2000 Gr, yang lahir dalam bulan tersebut
Perkecualian:
Tidak ada
Pemeriksaan penunjang:
Tidak ada
Formula: Angka Kematian Bayi Baru Lahir dengan BB<=2000
Banyaknya kematian bayi baru lahir dengan BB <=2000gr/bulan
X100%
Total bayi dengan BB<=2000 gr bulan tersebut
Angka ini menunjukkan tingkat mutu pelayanan unit neonatal
Petugas penanggung jawab : Wadir pelayanan medis
e. Angka Sectio Caesarea
Definisi operasional
Section sesarea adalah tindakan bedah obstetric yang dilakukan pada ibu
yang akan melahirkan, baik elektif maupun akut, tanpa keadaan anak yang
dilahirkan
Formulasi: Angka Sectio Sesarea
Jumlah persalinan dengan section sesarea
X100%
Total jumlah persalinan

Angka ini menunjukkan mutu di bagian kebidanan

Indikator Tambahan
Sama dengan indicator dari poin a-e hanya dibagi dalam 2 kelompok yaitu
rujukan dan bukan rujukan
BAB IX
PENUTUP

Dengan dikeluarkannya Pedoman Pelayanan Bedah ini maka setiap petugas


Rumah Sakit yang terkait agar senantiasa memperhatikan dan menjalankan pelayanan
bedah sebaik-baiknya.
Senantiasa mematuhi prosedur dan mengembangkan pelayanan berbasis
keselamatan dan kepuasan pasien.

Anda mungkin juga menyukai