Rasa syukur yang mendalam kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, hanya karena nikmat dan hidayahNya pula kami dapat menyusun Pedoman
Pelayanan Instalasi Bedah sentral RSU Ganesha. Pedoman Pelayanan ini disusun
agar dapat dikembangkan menjadi acuan dalam penyusunan akreditasi Rumah Sakit
yang berhubungan dengan pelayanan pasien dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pelayanan di Rumah Sakit.
Ucapan terima kasih kami aturkan kepada semua pihak, termasuk pihak
management RSU ganesha serta seluruh staf IBS yang mendukung terlaksananya
program kerja ini. Harapan kami semoga dapat dilaksanakan, dan dapat membantu
dalam mencapai perkembangan yang optimal, serta mendukung dalam upaya
meningkatkan mutu rumah sakit.
Gianyar,
Kata Pengantar…………………………………...…………………………….. i
Daftar Isi……………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………….. 1
B. Tujuan Pedoman …………………………………………………………… 2
C. Ruang Lingkup Pelayanan …………………………………………………. 2
D. Batasan operasional ………………………………………………………… 2
E. Landasan Hukum …………………………………………………………… 4
A. Latar Belakang
Pelayanan bedah di Instalasi Kamar Operasi dan ruang bersalin RSU
Ganesha harus terencana dan terdokumentasikan berdasarkan hasil assesmen.
Karena tindakan pembedahan membawa risiko dengan tingkatan tinggi, maka
penggunaannya haruslah direncanakan secara seksama. Asesmen pasien adalah
dasar untuk memilih prosedur yang tepat. Assesmen memberikan informasi
penting terhadap pemilihan prosedur yang tepat dan waktu yang optimal,
terlaksananya prosedur secara yang aman, menginterpretasikan temuan dalam
monitoring pasien. Pemilihan prosedur tergantung pada riwayat pasien, status
fisik, dan data diagnostik termasuk risiko dan manfaat prosedur bagi pasien.
Pemilihan prosedur mempertimbangkan informasi dari asesmen saat masuk
rawat inap, tes diagnostik, dan sumber lain yang tersedia.
Proses asesmen dapat dijalankan dalam kerangka waktu yang lebih
singkat bilamana pasien secara darurat membutuhkan pembedahan. Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah edukasi dan diskusi dengan pasien dan keluarganya
atau orang yang berwenang membuat keputusan bagi pasien. Pasien dan keluarga
atau para pembuat keputusan menerima informasi yang adekuat untuk
berpartisipasi dalam keputusan pemberian pelayanan dan memberikan
persetujuan (informed consent) yang berisi risiko dari prosedur yang
direncanakan, manfaat prosedur yang direncanakan, komplikasi yang potensial
terjadi, alternatif tindakan pembedahan dan nonbedah yang tersedia untuk
merawat.
B. Tujuan Pedoman
a. Tujuan umum
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang menjalani
persalinan di ruang besalin ataupun operasi di Instalasi Bedah Sentral RS
Ganesha
b. Tujuan khusus
1. Menyediakan, meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia.
2. Meningkatkan sarana prasarana serta peralatan di instalasi bedah sentral
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan pelayanan instalasi
bedah sentral
D. Batasan Operasional
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk
mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan
obat-obatan sederhana (Potter, 2006). Perkembangan baru juga terjadi pada
pengaturan tempat untuk dilaksanakan prosedur operasi. Bedah sehari
(ambulatory surgery), kadangkala disebut pembedahan tanpa rawat inap
(outpatient surgery) atau pembedahan sehari (one-day surgery).
1. Jenis Pembedahan/Operasi
Beberapa jenis pembedahan diantaranya:
a. Bedah Minor
Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan
secara sederhana, tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak
memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya, seperti: membuka
abses superficial, pembersihan luka, inokulasi, superfisial neuroktomi dan
tenotomi
b. Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit
untuk dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu,
melibatkan risiko terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan
asisten, seperti: bedah caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak.
c. Bedah Antiseptik
Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap
penggunaan agen antiseptik untuk mengontrol kontaminasi bakterial.
d. Bedah konservatif
Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan
berbagai cara untuk melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang
diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan, daripada melakukan
amputasi, seperti: koreksi dan imobilisasi dari fraktur pada kaki daripada
melakukan amputasi terhadap kaki.
e. Bedah Radikal
Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau
sumber dari penyakit tersebut dibuang, seperti: pembedahan radikal untuk
neoplasma, pembedahan radikal untuk hernia.
f. Pembedahan Rekonstruktif
Pembedahan rekonstruktif merupakan pembedahan yang dilakukan
untuk melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah dilakukan
pada deformitas atau malformasi, seperti: pembedahan terhadap langit-
langit mulut yang terbelah, tendon yang mengalami kontraksi.
g. Bedah Plastik
Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk
memperbaiki defek atau deformitas, baik dengan jaringan setempat atau
dengan transfer jaringan dari bagian tubuh lainnya.
2. Sifat Pembedahan/Operasi
a. Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan
penundaan tanpa membahayakan nyawa pasien.
b. Bedah Emergensi
Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam
keadaan sangat mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari
proses penyakit atau untuk menyelamatkan jiwa pasien.
E. Landasan Hukum
Landasan hukum pedoman pelayanan Instalasi Bedah Sentral RS Ganesha
sesuai dengan :
1. Undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
3. Pedoman kerja perawat kamar operasi, departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2003
4. Undang-undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan
5. Standar, pedoman dan pernyataan, Perhimpunan Dokter spesialis
Anestesiologi dan Reanimasi tahun 2003
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK
02.02/MENKES/251/2015 tentang pedoman nasional pelayanan kedokteran
Anestesiologi dan terapi intensif.
7. Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana
Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001.
8. Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2005.
9. SK Direktur No. 199A/RSUG/SK/Dirut/I/2014 tentang pemberlakuan standar
prosedur Operasional keperawatan di rumah sakit umum ganesha.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
C. Pengaturan Dinas
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan
bagi perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan di instalasi kamar operasi
sehingga semua kegiatan pelayanan bedah dapat terkoordinir dengan baik.
Pengaturan dinas dibuat 3 shift dalam 24 jam yaitu:
1. Dinas Pagi Jam 07.00 sampai dengan Jam 13.00.
2. Dinas Sore Jam 13.00 sampai dengan Jam 19.00.
3. Dinas Malam Jam 19.00 sampai dengan Jam 07.00.
4. On Call 24 Jam
Pengaturan jadwal dinas bisa secara fleksibel sesuai jam operasi (untuk
mengurangi angka kelebihan jam dinas ), jadwal dibuat sebulan sekali.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
E. Pembersihan
Pembersihan kamar operasi dilakukan beberapa kali, diantaranya:
1. Pembersihan Harian
Perawat tim kamar operasi bekerjasama dngan CS dengan tahapan:
membuat larutan desinfektan sesuai kebutuhan Hibicep 1:30cc untuk
membersihkan meja, Lysol 5% untuk membersihkan lantai.
2. Pembersihan Mingguan
Seluruh permukaan dinding Kamar Operasi dibersihkan dengan cairan
didesinfeksi Lysol 5%. Seluruh permukaan lain seperti permukaan lampu
operasi, troli anestesi, kabel-kabel dan selang, tabung N2O, meja operasi troli
alat kesehatan, kursi, AC dibersihkan dan didesinfeksi. Kamar mandi
dibersihkan pagi sore. Semua alat yang berada di dalam kamar operasi
dikeluarkan dan dibersihkan. Setelah ruangan dan alat-alat bersih
dikembalikan ke posisi semula.
3. Pembersihan Pra Operasi
Bila jadwal operasi dilaksanakan setelah dilakukan pembersihan rutin
maka ruangan bedah tidak perlu dibersihkan lagi. Bila jadwal operasi
dilaksanakan sebelum dilaksanakan pembersihan rutin, maka segera dilakukan
pembersihan ruangan operasi dan sekitarnya.
4. Pembersihan Pasca Operasi
Dinding dibersihkan dan didesinfeksi, lantai dibersihakan dan
didesinfeksi.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
2) Persiapan Operasi
a) Konsultasi Anestesi.
b) Pemeriksaan Laboratorium (minimal: DL, CT, BT, HbsAg, Anti HIV,
Golongan darah).
c) Persediaan (darah jika memerlukan).
d) Persiapan alat operasi (oleh petugas IBS).
e) Informed consent dari Suami atau Keluarga.
3) Persiapan Pasien
a) Menginformasikan tentang tindakan pre op SC dan meminta persetujuan
b) Meminta/membantu pasien untuk menggunakan pakaian pre operasi
c) Memasang infuse serta mengguyur sebanyak 1000 ml 30 menit sebelum
SC
d) Melakukan skin test antibiotic
e) Membersikan rambut pubis
f) Disela-sela tindakan sambil memberikan KIE mengenai hal yang
dibutuhkan pasien seperti tehnik relaksasi, personal hygiene
g) Mengirim pasien ke ruang OK
h) Melakukan operan dengan perawat ok dan perinatologi secara SBAR
2. Persiapan
a. Persiapan perlindungan diri :
1) celemek plastic
2) sepatu boot
3) masker
4) Handuk bersih
5) Kacamata
6) Penutup kepala
7) mencuci tangan 6 langkah
b. Persiapan Ibu dan Bayi
1) 1 buah handuk
2) 1/3 kain Alas bokong ibu
3) Selimut untuk mengganti topi bayi
4) Pakaian ibu
5) Kain/sarung yang bersih dan kering (±5 buah)
6) Pakaian bayi
7) Buah washlap
c. Peralatan steril atau DTT parus set (Dalam wadah steril yang
berpenutup) :
1) klem Kelly/ klem kocher
2) Gunting tali pusat
3) Benang tali pusat / klem plastik
4) Kateter nelaton
5) Gunting episiotomi
6) Klem 1⁄2 kocher
7) pasang sarung tangan
8) Kasa atau kain kecil 5 bh
9) Gulungan kapas basah (1 kom kapas kapas DTT, 1 kom alat DTT)
10) Tabung suntik 2,5 atau 3 ml
11) Penghisap lendir De Lee
d. Heacting set (penjahitan episiotomi)
1) Tabung suntik 10 ml beserta jarum suntik
2) 1 Pinset anatomi dan 1 pinset sirurgi
3) Pegangan jarum / nald pooder
4) 2-3 jarum jahit tajam/ nald (kulit dan otot)
5) Benang chromic ukuran 2.0 atau 3.0
6) 1 pasang sarung tangan DTT atau steril
7) Klem arteri
e. Peralatan tidak steril
1) Termometer
2) Stetoskop
3) Tensimeter
4) Pita pengukur / meteran
5) Pinnards, fetoskop.stetoskop Laenec atau dopler
6) Bengkok
7) Piring plasenta
8) Timbangan bayi
9) Pengukur panjang bayi
10) Gunting ferband
11) Sarung tangan rumah tangga
12) Wadah untuk larutan klorin 0,5 %
13) Wadah untuk air DTT
14) Tempat sampah (sampah tajam, kering dan basah)
f. Obat-Obat dan bahan habis pakai
1) Oksitosin 1 ml 10 U
2) Lidokain 1%
3) Cairan infus R/L,Nacl, dan Dext 5%
4) Peralatan untuk menginfus
5) Kanula IV no 16-18G
6) Methylergometrin
7) MgSO4 40% (25 gr)
8) Amoxicillin / ampisilin tab 500 gr atau IV 2 gr
9) Vitamin K
10) salep mata tetrasilklin 1 %
g. Peralatan resusitasi (persiapkan semua menjelang persalinan)
1) Meja yang bersih, datar dan keras
2) 1 buah kain di gelar di atas perut ibu
3) 1 buah kain untuk mengalas meja dan untuk mengganti kain
pembungkus bayi yang basah
4) 1 buah kain untuk mengganjal bahu bayi
5) Lampu sorot 60 watt
6) Alat penghisap lendir (bola-bola karet/ de lee)
7) Balon dengan sungkupnya
8) Jam / pecatat waktu
h. Formulir yang disiapkan
1) Formulir informed consent
2) Formulir partograf
3) Formulir persalinan / nifas dan KB
4) Formulir rujukan
5) Formulir surat kelahiran
6) Formulir permintaan darah
7) Formulir kematian
i. Bahan-bahan yang bisa disiapkan oleh keluarga
1) Makanan dan minuman untuk ibu
2) Beberapa sarung bersih (3-5)
3) Beberapa kain bersih (3-5)
4) Beberapa celana dalam bersih
5) Pembalut wanita, handuk, sabun
6) Pakaian ibu dan bayi
7) Washlap 2 buah
j. Persiapan Lingkungan
1) Ciptakan lingkungan yang aman dan tenang
2) Lingkungan harus bersih
3) Pencahayaan harus sesuai dengan tindakan partus
k. Persiapan Pasien
1) Memberikan asuhan sayang ibu
2) Mengajari ibu tehnik relaksasi
3) Memberikan dorongan semangat untu persalinan norma
4) Memenuhi nutrisi ibu di sela-sela his
2) Tahap Kerja
a. Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II
Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang dilakukan
adalah: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda :
1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vaginanya.
3) Perineum menonjol.
4) Vulva vagina dan sfingter ani membuka. Melapor kepada dokter DPJP
tentang keadaan pasien
j. Menilai Perdarahan
1) Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung
plastik atau tempat khusus.
2) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. Bila ada robekan yang
menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
k. Melakukan Prosedur paska persalinan
1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
2) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
1 jam.
3) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15
menit bayi cukup menyusu dari satu payudara.
4) Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
5) Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika
salep mata pencegahan, dan vit K 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
6) Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha
kanan anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan ibu agar sewaktu-
waktu bisa disusukan. Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
l. Evaluasi
1) Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua paska persalinan
2) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksanaan atonia uteri.
a) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
b) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
c) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama paska persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua paska persalinan.
3) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
paska persalinan
4) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
5) Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi
bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-
37,5 0C).
m. Kebersihan Dan keamanan
1) Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit), mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.
a) Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
b) Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk
memakai pakaian yang bersih dan kering. Pastikan bahwa ibu nyaman,
membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
2) Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5%.
3) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% membalikan
bagian sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
4) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
n. Pendokumentasian
Lengkapi patograf
BAB V
LOGISTIK
SET SC III
NO NAMA ALAT JML
1 HAK LANGEN BACK BESAR 1
2 HAK LANGEN BACK KECIL 1
3 DOEK KLEM 5
4 SCAPLE NO 3 1
5 RINGTANG 6
6 GUNTING JARINGAN 1
7 GUNTING BENANG 1
8 NEEDLE HOLDER 3
9 PINSET CIRURGIS 2
10 PINSET ANATOMY 2
11 MICULIZ 3
12 CHROME BENGKOK 4
13 KOCHER LURUS 2
14 KOCHER BENGKOK 1
15 CHROME LURUS 1
SET THT
NO NAMA ALAT JML
1 BENGKOK BESAR 1
2 CUCING BESAR 2
3 SUCTION 1
4 MOOT GEEG 11CM 1
5 MOOT GEEG 10CM 1
6 MOOT GEEG 9CM 1
7 MOOT GEEG 7CM 1
8 MOOG GEEG 4CM 1
9 GAGANG MOOT GEEG 1
10 GUNTING BENANG 1
11 ALIGATOR RUNCING 1
12 ALIGATOR TUMPUL 1
13 ELIS BESAR 1
14 ELIS KECIL 1
15 PEAN BENGKOK 21 CM 2
16 REED ANGLE 180° 1
17 RING TANG 1
18 STANSKY 1
19 KLEM LURUS PANJANG 1
20 NEEDLE HOLDER 1
21 REED ANGLE 90° 1
22 PEAN BENGKOK 1
23 KURET 1
24 PINSET ANATOMIS 1
25 PINSET BAYONET 1
26 GUNTING JARINGAN 1
27 RESPAT 1
28 SUCTION KECIL 1
29 TROCAT KECIL 1
30 TROCAT BESAR 1
31 DOEK KLEM BESAR 1
32 DOEK KLEM KECIL 2
33 MESS 1
SET LUAR
NO NAMA ALAT JML
1 KHOCER LURUS 14 CM 8
2 KHOCER BENGKOK 14 CM 2
3 NEEDLE HOLDER 14CM 2
4 NEEDLE HOLDER 19CM 1
5 NEEDLE HOLDER 18CM 1
6 APPENDIK KLEM 4
7 GUNTING JARINGAN 1
8 GUNTING BENANG 4
9 ELIS 15 CM 1
10 ELIS 16 CM 3
11 ELIS 19CM 1
12 HAK OTOMATIS 1
13 KLEM ARTERI 13 CM 5
14 KLEM ARTERI 14 CM 3
15 KLEM LURUS 13CM 1
16 KLEM LURUS 15CM 1
17 DARM KLEM 4
18 DOEK KLEM 1
19 HAK GIGI 1 1
20 PINSET ANATOMIS BESAR 1
21 PINSET CHIRURGIS 1
22 PINSET CHIRURGIS BESAR 1
23 PINSET CRIRUGIS KECIL 1
24 PINSET ANATOMIS 1
25 PINSSET COBRA ANATOMIS 1
26 BORNIUM 1
27 KURET 1
28 RINGTANG 3
29 HAK GIGI 4 2
30 LANGEN BACK 22CM 2
31 LANGEN BACK 21CM 2
32 LANGEN BACK DOUBLE 2
33 LANGEN BACK BESAR 1
34 KNABEL 1
35 PENGGARIS 1
36 SCALPEL NO 4 3
37 SCALPEL NO 3 1
38 HAK SLEBOR KECIL 1
39 HAK SLEBOR BESAR 2
40 CUCING 2
NON MEDIS
NO NAMA ALAT JML KONDISI
B R
1 MEJA OPERASI 3 2 1
2 LAMPU OK 3 3
3 MESIN ANASTESI 3
4 UNIT MONITOR 4 3 1
5 VENTILATOR 2 2
6 SUCTION PUMP 3 3
7 MESIN CAUTER 3 3
8 LAMPU UV 1 1
9 STERILISATOR OZON 1
10 MEJA INTRUMENT 3 3
11 TROLI PANJANG 2 2
12 STANDAR INFUS 7 7
13 LAMPU RO 3 3
14 TROLI KECIL 3 3
15 MEJA MAYO 2 2
16 AUTOCLAVE 2 1 1
17 SRRING PUMP 1 1
18 TROLI KECIL OK 3 3
19 AMBUBAG 1 1
20 STERILISATOR BASAH 1 1
21 KACA MATA GOGLE 1 1
22 BRANGKAR PX 4 3 1
23 AC 9 9
24 MEJA TULIS 2 2
25 MEJA LACI 3 3
26 KORSI SOFA 3 3
27 KURSI PLASTIK 8 8
28 KURSI OPERATOR 3 3
29 BANTAL OK 100CM 6
30 BANTAL OK 50CM 3
31 GULING 100CM 4
32 BANTAL DONAT 2 2
33 MEJA KABINET KAYU 2
34 TELEPON 2 2
35 BAJU OK BIRU 3
36 BAJU OK HIJAU 34
37 TOPI OK
38 JAS OK 42
39 LINEN BESAR 55
40 LINEN KECIL 37
41 CELANA OK BIRU 8
42 CELANA OK HIJAU 45
43 EMBER PLASTIK WC 1
44 CENTONG WC 1
45 EMBER SAMPAH 9
46 BOX PLASTIK BESAR 2 2
47 BOX PLASTIK SEDANG 2 2
48 BOX PLASTIK KECIL
49 SIKAT ALAT 1
50 SANDAL 15
51 BAJU PX 16
52 SCOT PERLAK 9
53 SEROK PLASTIK 2
54 SAPU 2
55 JAM DINDING 6
56 DUK LUBANG 5
57 KULKAS 2 1 1
58 TENSI METER 1 1
59 SPREI HIJAU 2
60 SARUNG BANTAL OK 6
61 SELIMUT HIJAU 7
62 PERLAK MEJA OP 2 2
63 GALON NONMIN 13
64 HT 1 1
65 LEMARI KACA 2 PINTU 3
66 LEMARI KACA 1 PINTU 2
67 LEMARI LOKER 2
68 RAK TEMPAT SANDAL 2
69 MIKROSKOP MATA 1
1 kupet partus 3
2 kupet sedang 10
3 Sterilisator 1
4 gunting episiotomy 3
5 gunting tali pusat 6
6 1/2 kocher 3
7 Naifpoeder 6
8 pinset anatomis 3
9 kateter metal 3
10 klem tali pusat 8
11 klem arteri 3
12 gunting benang 6
13 Bengkok 1
14 Funduskop 1
15 Dopler 3
16 stetoscope dewasa 3
17 Tensimeter 4
18 Tromol 2
19 amubag bayi 2
20 amubag dewasa 1
21 suction vakum 1
22 Cucing 8
23 cocor bebek 2
24 suction bayi 2
25 pinset chirugi 4
26 Tenakulum 2
27 sonde bayi
28 Delle
29 set kuret 2
30 Korentang 2
31 Vakum 2
32 klem duk 2
33 pinset anatomis panjang 4
34 vorcef IUD 2
35 kaseter neraton 6
36 stetoscope anak 2
37 laryngoscope baby 1
38 sparebulb for laryngoscope baby
39 NST 2
40 bed partus 3
41 meja gynecologi 1
42 Incubator
43 tabung O2 1
44 timbangan bayi 1
45 Pispot 2
46 infant radian wammer 1
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai
tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian
tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa
upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti
disebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam
dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa
“Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang
bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan
selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak
sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Pelayanan Bedah dan perlindungan
terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
2. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
3. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin
4. Tidak tersedia alat-alat pengaman
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-
lain.
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan. Indikator Mutu pada Pelayanan Bedah
RS GANESHA mengacu pada Pedoman Indikator Mutu RSU GANESHA yaitu:
A. Indikator mutu ruang operasi RSU Ganesha
1. Waktu tunggu operasi elektif
a. Numerator : Jumlah kumulatif waktu tunggu operasiyang terencana dari
seluruh pasien yang dioperasi dalamm 1 hari
b. Denominator : Jumlah pasien yang dioperasi dalam 1 hari
c. Standar : < 2hari
6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien setelah
operasi
a. Numerator : Jumlah pasien yang dioperasi dikurangi pasien yang
mengalami tertinggalnya benda asing akibat operasi
b. Denominator : Jumlah pasien yang dioperasi
c. Standar : 100%
Angka ini menunjukan tingkat mutu pelayanan ibu bersalin, baik dengan
persalinan normal maupun persalinan penyulit (termasuk operasi)
Petugas penanggung jawab: SMF NKebidanan, Wadir pelayanan medik
d. Angka kematian bayi dengan BB lahir ≤20000 gram
Definisi operasional
Untuk dapat membedakan secara jelas pengaruh Berat Badan Bayi baru
lahir pada Angka Kematian Bayi dipakai patokan Berat Badan 2000 gram.
Angka ini menunjukan presentase banyaknya Bayi Baru Lahir dengan
BB>= 2000 Gr, yang lahir dalam bulan tersebut
Perkecualian:
Tidak ada
Pemeriksaan penunjang:
Tidak ada
Formula: Angka Kematian Bayi Baru Lahir dengan BB<=2000
Banyaknya kematian bayi baru lahir dengan BB <=2000gr/bulan
X100%
Total bayi dengan BB<=2000 gr bulan tersebut
Angka ini menunjukkan tingkat mutu pelayanan unit neonatal
Petugas penanggung jawab : Wadir pelayanan medis
e. Angka Sectio Caesarea
Definisi operasional
Section sesarea adalah tindakan bedah obstetric yang dilakukan pada ibu
yang akan melahirkan, baik elektif maupun akut, tanpa keadaan anak yang
dilahirkan
Formulasi: Angka Sectio Sesarea
Jumlah persalinan dengan section sesarea
X100%
Total jumlah persalinan
Indikator Tambahan
Sama dengan indicator dari poin a-e hanya dibagi dalam 2 kelompok yaitu
rujukan dan bukan rujukan
BAB IX
PENUTUP