SKRIPSI
Oleh
Ike Kumalasari
NIM 152110101109
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Pendidikan S-1 Kesehatan Masyarakat
dan mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
Ike Kumalasari
NIM 152110101109
ii
PERSEMBAHAN
iii
MOTTO
iv
PERNYATAAN
Ike Kumalasari
NIM. 152110101109
v
PEMBIMBINGAN
SKRIPSI
Oleh
Ike Kumalasari
NIM 152110101109
Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama : Dr. Farida Wahyu Ningtyias, S.KM., M.Kes
Dosen Pembimbing Anggota : Sulistyani, S.KM., M.Kes
vi
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya serta sholawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Penambahan Tepung Daun Kelor Terhadap Kadar Zat Besi,Kalsium dan Daya
Terima pada Dawet”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan
menyelesaikan program pendidikan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan
terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan, petunjuk, bantuan dan motivasi dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Dr. Farida Wahyu Ningtyias, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember, Dosen Pembimbing Utama dan
Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan arahan, saran serta membantu dalam proses belajar sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik;
2. Dr. Anita Dewi Prahastuti Sujoso, S.KM., M.Kes selaku Wakil Dekan 1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember;
3. Ibu Christyana Sandra, S.KM., M.Kes selaku Koordinator Program Studi
Kesehatan Masyarakat;
4. Sulistiyani, S.KM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah
meluangkan waktu dalam membimbing, memberikan saran dan motivasi
serta membantu dalam proses belajar sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi ini dengan baik;
5. Ninna Rohmawati, S.Gz., M.PH selaku Ketua Penguji serta Bapak Dimas
Bagus Cahyaningrat W.S.Si., M.Si sebagai Sekretaris Penguji penulis yang
telah memberikan saran dan masukan yang membangun;
6. Dr. Elly Kurniawati, S.Tp., M.P selaku Penguji Anggota penulis yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun;
viii
7. Kedua orang tua dan kerabat yang selalu ikhlas mendoakan dan
mendukung;
8. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan selama ini;
9. Teman-teman seperjuangan team Gizi 2017, teman-teman PBL dan teman-
teman magang yang selalu berbagi pengetahuan dan saling memberikan
semangat serta doa selama ini;
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Proposal skripsi ini telah disusun dengan optimal, namun tidak menutup
kemungkinan adanya kekurangan dan perlu diperbaiki. Oleh karena itu saya
dengan tangan terbuka menerima masukan yang membangun. Semoga tulisan ini
berguna bagi semua pihak yang memanfaatkanya.
ix
RINGKASAN
Salah satu makanan atau minuman tambahan ibu hamil yang bisa dijadikan
alternatif pemenuhan gizi ibu hamil yaitu adalah dawet. Minuman dawet juga
mempunyai rasa dan tampilan yang sederhana. Dawet dengan penambahan
tepung daun kelor dapat dijadikan inovasi menu pada PMT ibu hamil yang
mengalami anemia defisiensi besi. Selain itu warna hijau pada daun kelor dapat
digunakan sebagai bahan pewarna alami dalam pembuatan dawet. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan tepung daun kelor terhadap
zat besi, kalsium dan daya terima pada dawet dalam pencegahan anemia
defisiensi besi gizi besi pada ibu hamil.
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian eksperimen
dengan Quasi Experimental Design. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain penelitian Posttest Only Control Group Design.
Kelompok subjek dibedakan menjadi dua yaitu kelompok kontrol dan dan
kelompok perlakuan. Pengujian kadar zat besi dan kadar kalsium dalam
penelitian ini dilakukan di laboratorium Analisis Pangan Politeknik Negeri
Jember, sedangkan pengujian daya terima dilakukan diposyandu ibu hamil
Lingkungan Kalisat Kabupaten Jember. Penelitian dilakukan pada bulan Juni
2021 sampai dengan bulan Agustus 2021.Uji daya terima dilakukan pada sampel
manusia yaitu ibu hamil. Penelitian ini menggunakan uji laboratorium untuk
mengetahui kadar zat besi dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA) dan kadar kalsium dengan Permanganometri. Uji daya terima
menggunakan formulir uji kesukaan (Hedonic Scale Test) guna mengetahui
tingkat rasa suka atau tidak suka terhadap warna, aroma,rasa dan tekstur.
x
Serta menggunakan uji Friedman yaitu versi non parametrik dari Anova
dilanjutkan dengan uji Wilcoxon Sign Rank Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar zat besi pada dawet tanpa atau
dengan penambahan tepung daun kelor mengalami peningkatan seiring dengan
penambahan tepung daun kelor 10%,15%,20%. Nilai rata-rata kadar zat besi
tertinggi terdapat pada dawet dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak
20 % (perlakuan X3) yaitu sebesar 5,4mg. Kadar kalsium pada dawet tanpa atau
dengan penambahan tepung daun kelor mengalami peningkatan seiring dengan
penambahan tepung daun kelor 10%,15%,20%. Nilai rata-rata kadar kalsium
tertinggi terdapat pada dawet dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak
20% (perlakuan X3) yaitu sebesar 332,8 mg.
Penambahan tepung daun kelor dengan proporsi 10%, 15%, dan 20%
memiliki pengaruh terhadap daya terima dawet. Daya terima warna, aroma, rasa
dan tekstur memiliki perbedaan signifikan. Berdasarkan uji Hedonic Scale Test
(daya terima warna, aroma, rasa dan tekstur) hasil penilaian terbaik oleh panelis,
dawet yang paling disukai oleh panelis adalah dawet dengan penambahan
tepung daun kelor 15% (X2). Dawet dengan penambahan tepung daun kelor
yang disarankan sesuai dengan kandungan zat gizi adalah perlakuan X2
(penambahan tepung daun kelor sebanyak 15 %). Karena mengandung zat besi
dan kalsium yang sesuai dengan syarat Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dan sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG), yaitu zat besi 4,5 mg dan
kalsium 264,38 mg. Sedangkan Uji Hedonic Scale Test disarankan pada dawet
perlakuan X2 yaitu dawet dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak
15%.
Saran yang diberikan yaitu diharapkan dawet kelor digunakan sebagai
alternatif minuman lokal yang sehat bagi ibu hamil. Dawet dengan penambahan
tepung daun kelor bisa dijadikan inovasi baru untuk wirausaha karena dawet
banyak diminati masyarakat. Dawet dengan penambahan tepung daun kelor
dapat dimanfaatkan untuk pencegahan anemia defisiensi besi pada ibu hamil
serta digunakan untuk promosi memperkenalkan produk minuman lokal sebagai
preventif anemia defisiensi besi.
xi
SUMMARY
xii
The results showed that the iron levels in dawet without or with the addition
of Moringa leaf flour increased along with the addition of Moringa leaf flour
10%, 15%, 20%. The highest average value of iron content was found in dawet
with the addition of 20% Moringa leaf flour (X3 treatment) which is 5.4mg.
Calcium levels in dawet without or with the addition of Moringa leaf flour
increased along with the addition of Moringa leaf flour 10%, 15%, 20%. The
highest average calcium content was found in dawet with the addition of 20%
Moringa leaf flour (treatment X3), which was 332.8 mg.
The addition of Moringa leaf flour with a proportion of 10%, 15%, and
20% has an effect on the acceptability of dawet. Acceptance of color, aroma, taste
and texture have significant differences. Based on the Hedonic Scale Test
(acceptance of color, aroma, taste and texture) the results of the best assessment
by the panelists, the most preferred dawet by the panelists was the dawet with the
addition of 15% Moringa leaf flour (X2). Dawet with the addition of Moringa leaf
flour which is recommended according to the nutritional content is the X2
treatment (the addition of Moringa leaf flour as much as 15%). Because it
contains iron and calcium in accordance with the requirements for Supplementary
Feeding and in accordance with the Nutritional Adequacy Ratio, namely iron 4.5
mg and calcium 264.38 mg. While the Hedonic Scale Test is recommended for
the X2 treatment dawet, namely the dawet with the addition of 15% Moringa leaf
flour.
The advice given is that it is hoped that dawet moringa is used as an
alternative to healthy local drinks for pregnant women. Dawet with the addition of
Moringa leaf flour can be used as a new innovation for entrepreneurs because
dawet is in great demand by the public. Dawet with the addition of Moringa leaf
flour can be used to prevent iron deficiency anemia in pregnant women and be
used to promote the introduction of local beverage products as a preventative for
iron deficiency anemia. It is also necessary to carry out laboratory analysis related
to levels of micronutrients, including: vitamin A, vitamin C, vitamin B2, and
vitamin B6, in this product which also affects the nutrients consumed for the
prevention of iron deficiency anemia in pregnant women.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
PERSEMBAHAN.................................................................................................iii
MOTTO.................................................................................................................iv
PERNYATAAN......................................................................................................v
PEMBIMBINGAN................................................................................................vi
PENGESAHAN....................................................................................................vii
PRAKATA..........................................................................................................viii
RINGKASAN................................................................................................x
SUMMARY.................................................................................................xii
DAFTAR ISI.......................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL.............................................................................................xviii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xx
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................7
1.4.1 Manfaat Teoritis.................................................................................7
1.4.2 Manfaat Praktis..................................................................................7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
2.1 Tanaman Kelor......................................................................................8
xiv
2.1.4 Diversifikasi Pangan Lokal dengan Tepung Daun Kelor................12
2.2 Mutu Gizi.............................................................................................13
2.2.1 Zat besi.............................................................................................13
2.2.2 Kalsium............................................................................................15
2.3 Dawet....................................................................................................18
2.3.1 Definisi dawet..................................................................................18
2.3.2 Kandungan gizi dawet......................................................................19
2.3.3 Cara Pembuatan...............................................................................20
2.3.4 Jenis-jenis Dawet.............................................................................20
2.4 Pemberian Makanan Tambahan.......................................................22
2.4.1 Tujuan Pemberian Makanan Tambahan..........................................22
2.4.2 Pemberian Makanan Tambahan Ibu Hamil.....................................23
2.4.3 Pemberian Makanan Tambahan Balita............................................24
2.4.4 Persyaratan Pemberian Makanan Tambahan...................................24
2.4.5 Prinsip Dasar Pemberian Makanan Tambahan................................25
2.4.6 Pengelolaan Pemberian Makanan Tambahan..................................26
2.5 Daya Terima........................................................................................29
2.5.1 Panelis..............................................................................................29
2.5.2 Metode Pengujian Organoleptik......................................................31
2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi.............................................................32
2.5.4 Hal-hal yang Membutuhkan Uji Daya terima..................................33
2.6 Kerangka Teori....................................................................................33
2.7 Kerangka Konsep................................................................................34
2.8 Hipotesis Penelitian.............................................................................35
BAB 3. METODE PENELITIAN.......................................................................36
3.1 Jenis Penelitian....................................................................................36
3.2 Desain Penelitian.................................................................................36
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................38
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian.........................................................38
3.4.1 Populasi Penelitian...........................................................................38
3.4.2 Sampel dan Replikasi.......................................................................38
xv
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...................................39
3.5.1 Variabel Penelitian...........................................................................39
3.5.2 Definisi Operasional........................................................................39
3.6 Data dan Sumber Data........................................................................41
3.7 Teknik dan Alat Pengumpulan Data.................................................41
3.7.1 Teknik Pengumpulan data................................................................41
3.7.2 Alat pengumpulan data....................................................................42
3.8 Prosedur Penelitian.............................................................................42
3.8.1 Prosedur Pembuatan Dawet.............................................................42
3.8.2 Prosedur Uji Kadar Zat Besi Metode Spektrofotometri..................44
3.8.3 Prosedur Uji Kadar Kalsium Metode Permanganometri.................45
3.8.4 Prosedur Uji Daya Terima...............................................................46
3.9 Teknik Penyajian dan Analisis Data.................................................48
3.10Alur Penelitian.....................................................................................49
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................50
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................50
4.1.1 Kadar Zat Besi pada Dawet dengan Penambahan Tepung Daun
Kelor........................................................................................................50
4.1.2 Kadar Kalsium pada Dawet dengan Penambahan Tepung Daun
Kelor........................................................................................................51
4.1.3 Daya Terima pada Dawet dengan Penambahan Tepung Daun Kelor
52
4.1.4 Jumlah Konsumsi Dawet sebagai Selingan untuk Ibu Hamil..........61
4.2 Pembahasan.........................................................................................62
4.2.1 Kadar Zat Besi pada Dawet dengan Penambahan Tepung Daun
Kelor........................................................................................................62
4.2.2 Kadar Kalsium pada Dawet dengan Penambahan Tepung Daun
Kelor........................................................................................................64
4.2.3 Daya Terima pada Dawet dengan Penambahan Tepung Daun Kelor
66
4.2.4 Jumlah Konsumsi Dawet sebagai Selingan untuk Ibu Hamil..........71
xvi
BAB 5 PENUTUP................................................................................................75
5.1 Kesimpulan..........................................................................................75
5.2 Saran.....................................................................................................76
5.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya.................................................................76
5.2.2 Bagi Masyarakat..............................................................................76
5.2.3 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat..............................................76
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................77
LAMPIRAN..........................................................................................................87
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Kandungan Nutrisi 100 Gram Daun Kelor Segar............................................10
2.2 Kandungan Gizi Tepung Daun Kelor 100 Gram.............................................11
2.3 Bahan Makanan Mengandung Zat Besi...........................................................15
2.4 Kebutuhan Kalsium Ibu Hamil........................................................................18
2.5 Kandungan Gizi 100 Gram Dawet...................................................................20
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2. 1 Tanaman Kelor (Sumber : Koleksi Pribadi, 2019)..........................................9
2. 2 Tepung Daun Kelor........................................................................................10
2. 3 Dawet.............................................................................................................18
2. 4 Proses Pembuatan Dawet...............................................................................43
3. 5 Alur Penelitian...............................................................................................49
4. 1 Kadar Zat Besi Dawet tanpa atau dengan Penambahan Tepung Daun Kelor50
4. 2 Kadar Kalsium Dawet tanpa atau dengan Penambahan Tepung Daun Kelor51
4. 3 Persentase Uji Daya Terima pada Warna Dawet...........................................53
4. 4 Presentase Uji Daya Terima pada Aroma Dawet..........................................55
4. 5 Presentase Uji Daya Terima pada Rasa Dawet..............................................57
4. 6Presentase Uji Daya Terima pada tekstur Dawet............................................59
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Naskah Penjelasan Kepada Subjek Penelitian................................................ 88
B. Lembar Pernyataan Persetujuan (Informed Consent).....................................90
C. lembar Form Kesukaan dan Uji Alergi .......................................................... 91
D. Hasil Laboratorium Zat Besi dan Kalsium..................................................... 93
E. Hasil penilaian Hedonik Scale Tes .............................................................. 106
F. Hasil Analisis Statistik Andungan Tepung Kelor ........................................ 110
G. Hasil Analisis Statistik Daya Terima Tepung Kelor .................................. 116
H. Perhitungan AKG Penambahan Tepung Kelor ......................................... 118
I. Surat Ijin Penelitian ........................................................................................ 122
J. Surat Uji Etik................................................................................................. 123
K. Dokumentasi. ................................................................................................ 124
xx
DAFTAR SINGKATAN
xx
BOK : Bantuan Operasional Kesehatan
SBBM : Surat Bukti Barang Masuk
SBBK : Surat Bukti Barang Keluar
KPB : Kartu Persediaan Barang
BAE : Buku Agenda Ekspedisi
Gakin : Keluarga Miskin
ISO : International Organization for Standardization
FIFO : First In First Out
IOM : Institute of Medicine
PTH : Parathyroid Hormone
QDA : Quantitative Descriptive Analysis
Anova : Analysis of Variance
SSA : Spektrofotometri Serapan Atom
pH : Potensial Hidrogen
HNO3 : Asam Nitrat
Ca10(PO4)6(OH)2: Hidroksiapatit
HCL : Hydrochloric Acid (Asam Klorida)
H2C204 :Asam oksalat
H2O2 : Hidrogen peroksida
KMnO4 :Kalium permanganat
xxi
DAFTAR NOTASI
xxii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
penyumbang prevalensi anemia defisiensi besi pada ibu hamil tertinggi tahun
2018 adalah Puskesmas Kalisat yang berada di urutan kedua dengan persentase
39,57% setelah Puskesmas Patrang 52,59%. Tahun selanjutnya, Puskesmas
Kalisat menduduki peringkat pertama sebagai penyumbang prevalensi anemia
defisiensi besi pada ibu hamil di Kabupaten Jember dengan 402 kasus (31,75%)
ibu hamil yang terdiagnosa anemia defisiensi besi. Meski angka tersebut menurun,
namun wilayah kerja Puskesmas Kalisat menjadi Kecamatan tertinggi
penyumbang anemia defisiensi besi ibu hamil di Kabupaten Jember (Dinas
Kesehatan Jember, 2019: 1-2).
Perbaikan status gizi merupakan faktor utama dalam pencegahan anemia
defisiensi besi pada ibu hamil. Salah satu cara untuk menaikkan status gizi pada
ibu hamil adalah dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil akan memenuhi kebutuhan gizi ibu
selama hamil. Pemberian Makanan Tambahan yang tepat sebagai tambahan
konsumsi gizi dilakukan pada trimester II dan trimester III untuk membantu
pertumbuhan janin (Zulaidah et al., 2014:62). Melalui pemberian makanan
tambahan, status gizi ibu hamil dapat ditingkatkan dengan mengembangkan
pangan lain yang berbasis pangan lokal yang diminati masyarakat dan mudah
diperoleh. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Permenkes RI) Nomor 51 tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi.
Selama masa kehamilan atau menyusui, perlu dilakukan penambahan makanan
atau minuman bergizi untuk menambah kebutuhan gizi.
Salah satu makanan atau minuman tambahan ibu hamil yang bisa dijadikan
alternatif pemenuhan gizi ibu hamil yaitu adalah dawet. Minuman dawet juga
mempunyai rasa dan tampilan yang sederhana. Dawet adalah salah satu minuman
warisan kuliner Indonesia yang mudah ditemukan, terutama di Pulau Jawa. Bagi
ibu hamil minuman dawet juga bisa dijadikan sebagai alternatif PMT karena
selain mudah dimakan, bahannya mudah didapat. Kandungan gizi yang terdapat
pada dawet dengan berat 100g antara lain energi sebesar 878 kkal, protein 11,25g,
karbohidrat 175,37g, lemak 14,9g, Kalsium 163 mg, dan zat besi 2,28 mg
(Kementerian Kesehatan, 2018).
3
Tepung daun kelor kaya akan protein, mineral dan vitamin. Kelebihan dari
penambahan tepung kelor ini bias meningkatkan kualitas dari produk, karena
kelor memiliki kandungan mikro yang tinggi. Tepung daun kelor dapat diproduksi
dari daun yang masih muda. Artinya yang masih berada pada tangkai daun
ketujuh dari pucuknya. Tepung daun kelor memiliki kandungan gizi yang lebih
baik. Proses pembuatan produk yang memiliki kandungan gizi yang rendah,
penambahan tepung daun kelor dapat meningkatkan nilai gizi dari produk
tersebut. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pemanfaatan sumber daya
lokal yang ada serta meningkatkan nilai gizi dawet, dilakukan substitusi tepung
daun kelor pada pembuatan dawet sehingga dawet yang dihasilkan sebagai dawet
sumber zat besi dan kalsium (Mazidah et al., 2018:69-70).
Penambahan tepung daun kelor pada olahan minuman berdasarkan
penelitian Dewi (2019) dengan ekstrak daun kelor sebesar 10 % ditambahkan
pada minuman susu edamame jelly kelor menjadi minuman yang disukai oleh
panelis. Sejalan dengan penelitian pada Pengaruh Jumlah Ekstrak Daun Kelor
(Moringa oleifera) dan Karagenan Terhadap Sifat Organoleptik Jelly Drink Nira
Siwalan (Borassus flabellifer L) jumlah ekstrak daun kelor yang ditambahkan
adalah 10%, 15%, dan 20% menghasilkan produk Jelly Drink terbaik dibuat dari
penggunaan nira siwalan 100%, gula pasir 5%, karagenan 0,1% dan ekstrak daun
kelor 20% (Abidah et al., 2020). Sedangkan penelitian pada Kajian Sifat
Organoleptik dan Daya Terima Es Krim Jalor (Jambu Biji dan Sari Daun Kelor)
diberikan 5 perlakuan pada produk yaitu penambahan sari daun kelor 10%, 20%,
30%, 40%, dan 50% menghasilkan Es Krim JALOR (Jambu Biji dan Sari Daun
Kelor) yang memiliki sifat organoleptik yang paling disukai yaitu dengan
penambahan sari daun kelor sebanyak 20% (Natasya, 2019). Sedangkan untuk
produk dawet didapatkan dari penelitian Mirayanti (2018) yaitu dawet yang
menggunakan tambahan tepung torbangun, rancangan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 3 taraf perlakuan
perbandingan formula, yaitu 5 (D1), 10 (D2), dan 15 (D3). Dawet terpilih adalah
dawet formula (D3) yang memiliki tingkat kesukaan dalam kategori agak suka-
6
agak tidak suka (2.86-5.71). Produk yang terpilih dari hasil uji sensori dan
organoleptik khususnya uji hedonik yaitu dawet dengan penambahan tepung
torbangun sebanyak 15%.
Dari beberapa penelitian sebelumnya, maka penelitian dawet menggunakan
tambahan tepung daun kelor ini diharapkan mendapatkan peningkatan kadar zat
besi dan kalsium serta diminati masyarakat terutama ibu hamil. Proporsi yang
digunakan pada penelitian ini yaitu 0%, 10%, 15%, dan 20%. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui perbandingan dawet yang tepat, sehingga
menghasilkan produk dawet dengan kadar zat besi dan kalsium yang terbaik.
b. Bagi Masyarakat
1) Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat secara tidak langsung
dalam penanggulangan anemia defisiensi besi ibu hamil
2) Dapat memberikan informasi terhadap masyarakat untuk menggunakan
tepung daun kelor sebagai bahan tambahan pembuatan dawet dan
menambah variasi makanan
3) Dapat mengetahui perbandingan proporsi yang tepat antara bahan
pembuatan dawet dengan tepung daun kelor dengan mutu yang baik dan
disukai konsumen
4) Meningkatkan nilai guna dawet dan tepung daun kelor
c. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
1) Dapat memperoleh informasi mengenai minuman sehat dawet dengan
penambahan tepung daun kelor, dengan menganalisis pengaruh penambahan
tepung daun kelor terhadap daya terima dan kandungan gizi pada dawet.
2) Dapat digunakan sebagai referensi penelitian terkait anemia defisiensi besi
pada ibu hamil dan makanan gizi masyarakat.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
8
9
Bagian yang lebih khas dari tanaman kelor adalah daunnya. Nutrisi yang
terdapat pada daun kelor adalah vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, fosfor
serta 27% protein. Manfaat daun kelor lainnya antara lain digunakan sebagai obat
cacing, rematik, rabun senja, sulit buang air kecil, luka bernanah dan hepatitis.
Kandungan pterigospermin di daun kelor dapat merangsang kulit manusia, dapat
dipakai untuk penghangat. Daun kelor diremas dapat digunakan untuk menutupi
bekas luka gigitan anjing dan dengan membalurkan dipayudara ibu menyusui
untuk menahan ASI berlebih (Handayani, 2013:46-48).
Konsumsi Pangan Indonesia (TKPI), 100 g daun kelor memiliki kandungan gizi
yang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut
2.2.2 Kalsium
a. Definisi
Kalsium merupakan mineral penting bagi tubuh manusia, 99% kalsium
dalam tubuh manusia ada di tulang. Satu persen kalsium ditemukan dalam cairan
tubuh seperti serum darah, sel somatik, cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Kalsium adalah mineral yang paling melimpah di tubuh manusia, terhitung sekitar
1,5-2% berat badan. Untuk orang dengan berat badan 50 kg, terdapat 0,750 - 1
kilogram kalsium. Kalsium terletak di jaringan keras yaitu jaringan tulang dan
gigi dengan jumlah sekitar 99%. Sisa kalsium didistribusikan secara luas didalam
tubuh (Sulistiyani dan Shita, 2010).
b. Fungsi Kalsium
Kalsium berguna untuk struktur tulang dan gigi yang berfungsi sebagai
pembekuan darah, kontraksi otot, transmisi sinyal pada sel saraf. Kalsium
membantu mencegah terjadinya osteoporosis. Fungsi utama kalsium berperan
penggerak dari otot-otot, endapan utama ada ditulang dan gigi, jika perlu kalsium
bisa masuk ke darah (Amran, 2018).
Kalsium tidak hanya berperan dalam pembentukan tulang dan gigi, tetapi
juga berperan penting dalam berbagai proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh,
seperti pembekuan darah, fleksibilitas neuromuskular, adhesi sel, transmisi
impuls saraf, pemeliharaan dan perbaikan sistem saraf. fungsi membran sel,
aktivasi reaksi enzimatik, sekresi lipase dan hormon. Kalsium digunakan untuk
pembekuan darah yang berkaitan dengan vitamin K. Mineral ini diperlukan untuk
mengaktifkan protrombin, yang berperan dalam berbagai proses pembekuan
darah.
c. Komposisi Kalsium dalam Tubuh
Kalsium didalam tubuh manusia merupakan mineral dengan jumlah yang
banyak. Kalsium menempati urutan kelima dalam tubuh setelah oksigen, karbon,
hidrogen, dan nitrogen. Komposisi kalsium pada manusia sekitar 22 g
kalsium/kgBB tanpa lemak. Sekitar 99% kalsium berada di tulang dan gigi, 1%
ditemukan dalam darah dan jaringan lunak. Komposisi kalsium menyerupai suatu
hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Kebutuhan kalsium laki-laki dewasa 0,45g gram
17
2.3 Dawet
Gambar 2. 3 Dawet
Dawet adalah jajanan khas Indonesia berbahan dasar dari tepung beras.
Dawet merupakan minuman tradisional yang diolah secara turun temurun,
berdasarkan resep leluhur dan kearifan lokal. Rasanya yang manis seolah tepat
19
dipadu dengan gurihnya santan yang menyegarkan. Minuman dawet memang ada
berbagai jenis dan nama yang bias dengan mudah ditemukan di berbagai tempat.
Cerita tentang Cendol dan dawet memiliki kesamaan, namun distribusinya yang
berbeda. Cendol di Jawa Barat atau terkenal olahan Sunda akan tetapi dawet
tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Minuman dawet hampir sama dengan
minuman es cendol dengan tampilan sama warna hijau, panjang dan dimakan
dengan kuah santan dan gula jawa yang manis dan legit. Pembeda dari dawet dan
cendol adalah bahan utama pembuatannya, cendol menggunakan tepung hunkwe
atau tepung kacang hijau sedangkan dawet dengan tepung beras yang diberi
pewarna makanan atau daun pandan suji sehingga terlihat warna hijaunya. Tekstur
dawet lebih lembut, halus dibandingkan cendol memiliki tekstur sedikit lebih
kenyal dan mempunyai bentuk yang gemuk dan tebal. Mulai dari anak-anak
hingga dewasa, seolah semua tak asing dengan sajian es dawet segar tersebut.
Dawet dapat membuatnya sendiri di rumah, mempraktikkan cara membuat es
dawet dengan sederhana dan mudah (Fitria, 2020).
Dawet kalasan dibuat dari tepung aren atau pathi sehingga dawet ini
berwarna putih bening teksturnya kenyal. Dawet disajikan dengan kuah santan
dan tambahan gula jawa. Penempatan dawet ini ditempatkan pada kendi dan
disajikan kepada pembeli dengan mangkok kecil.
e. Dawet Durian Semarang
Bahan utama pembuatan dawet ini adalah tepung maizena yang direbus
sehingga menghasilkan warna bening dan bertekstur kenyal. Dawet ini disajikan
di sebuah mangkok dengan tambahan satu biji durian yang berdaging tebal dan
ditambahkan es serut diatasnya. Tambahan santan cair dan gula merah menambah
rasa gurih dan manis.
f. Dawet Mawar Banyuwangi
Dawet ini berbahan dasar tepung maizena dimasak dengan campuran sari
bunga mawar. Teksturnya kenyal dan berwarna merah muda dan beraroma wangi
mawar. Dawet mawar dicetuskan oleh Tri Krisbiantara dari Banyuwangi.
Penyajiannya dawet, santan dan gula merah dan ditambahkan es batu agar lebih
dingin dan segar.
g. Dawet ayu Banjarnegara
Dawet ayu khas Banjarnegara terbuat dari tepung beras. Penyajiannya
menggunakan santan dan pemanisnya berasal dari gula kelapa. Adonan hijaunya
berasal dari perasan daun pandan. Dawet ayu lebih nikmat jika ditambahkan
dengan rasa pandan atau nangka saat penyajiannya. Dawet ayu dijajakan dengan
gerobak dorong atau alat angkut dengan dua gentong yang berisi dawet dan
santan. Uniknya ada dua tokoh punakawan di bagian atas gerobak yaitu semar dan
gareng. Semar atau gareng diyakini sebagai lambang pengharapan akan musim
kemarau atau mareng. Tujuannya agar jualan laris manis di musim kemarau
(Arnani, 2018).
h. Dawet jabung
Desa Jabung Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo mempunyai minuman
khas yaitu Dawet Jabung yang sudah lama dikenal kelezatannya. Perbedaan dawet
Jabung dengan dawet lainnya adalah adanya gempol didalam dawet tersebut. Satu
mangkuk dawet Jabung terdapat gempol yang merupakan keunikan dari dawet ini,
22
gempol terbuat dari tepung beras yang dibentuk bulat. Semangkok dawet Jabung
terdiri dari bulir dawet, gempol dan tapai ketan hitam yang berasa manis dan
masam serta bila sedang musim nangka, maka akan ada tambahan beberapa suwir
buah nangka. Perpaduan kuah manis dalam santan dan gula kelapa atau juruh
serta disajikan dengan cara dingin semakin menambah kelezatan Dawet Jabung
yang cocok untuk diminum disiang hari sebagai pelepas dahaga ( Luthfi, 2019).
i. Dawet ireng Purworejo
Dawet ireng adalah penghilang dahaga tradisional dari Kabupaten
Purworejo, Jawa Tengah. Warna hitam pada dawet diperoleh dari campuran abu
dari jerami yang dibakar sehingga menghasilkan warna hitam pada air yang
digunakan sebagai pewarna. Penyajian menu ini menggunakan gula jawa cair,
santan dan penambahan es batu.
j. Dawet Jepara
Dawet Jepara dibuat dari tepung sagu aren sehingga lebih halus dan kenyal.
Isiannya ditambah gula merah dan santan, dihias dengan irisan nangka, alpukat,
dan durian yang disajikan dengan es batu (Mustikasari, 2019).
dan bahan jenis lainnya. Makanan tambahan harus dilindungi dari kerusakan dan
kotoran yang menyebabkan kontaminasi.
f. Cara penyimpanan
1) Kebersihan gudang penyimpanan terjaga, tidak berdebu, bebas dari
tikus, kecoa dan binatang pengerat lainnya.
2) Ventilasi yang baik pada ruang gudang diperlukan agar tidak lembab
3) Bangunan dan pekarangan gudang harus bersih, bebas kotoran dan
sampah.
4) Pintu gudang dapat dibuka dan ditutup dengan rapat pada saat keluar
masuk makanan tambahan.
5) Makanan disimpan dalam alas/rak/palet yang kuat dengan jarak minimal
10-20 cm dari lantai dan minimal 30 cm dari dinding.
6) Penyusunan/peletakan/penumpukan makanan tambahan maksimum 12
karton
7) Saat menumpuk lebih banyak karton makanan di gudang, alas / rak /
nampan harus digunakan, dan karton lain dilarang diinjak.
8) Makanan tambahan yang di gudang menggunakan system FIFO (First In
First Out =FIFO).
9) Jangan mencampur makanan lain dengan bahan bukan makanan.
10) Makanan tambahan yang rusak selama penyimpanan di
gudang,dipisahkan dari makanan tambahan yang masih baik.
11) Makanan tambahan yang rusak dibuatkan berita acara penghapusan oleh
tim yang ditunjuk oleh kepala Dinkes kabupaten/kota setempat.
12) Makanan tambahan dinyatakan rusak apabila kemasan berlubang, robek,
pecah, kempes dan teksturnya berubah.
13) Pada waktu melakukan bongkar muat makanan tambahan dilarang
menggunakan gancu atau dibanting.
g. Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilakukan Dinkes kabupaten/kota:
1) Memantau penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pemberian makanan
29
2.5.1 Panelis
Penilaian penelitian organoleptik diperlukan panel guna menilai mutu atau
analisis sifat-sifat sensori, panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Kelompok
ini terdiri dari orang atau kelompok yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi
sifat atau kualitas barang berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi
anggota panel disebut panelis. Terdapat 7 macam panel dalam penilaian
organoleptik yaitu, panel perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak
30
terlatih, panel tidak terlatih, panel konsumen, dan panel anak-anak. Perbedaan
ketujuh panel berdasarkan keahlian melakukan penilaian organoleptik.
a. Panel Perseorangan (Individual Expert)
Keahlian kepekaan spesifik yang tinggi karena bakat dan latihan merupakan
suatu keahlian oleh panel perseorangan. Panel perseorangan mengetahui
karakteristik, kontribusi dan pengolahan bahan yang akan dinilai atau evaluasi
serta mahir metode-metode analisis organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan
menggunakan panelis ini adalah kepekaannya tinggi, bias dapat dihindari,
penilaian cepat, efisien, dan tidak cepat fatik. Panel perseorangan biasanya
digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyak dan
mengenali penyebabnya.
b. Panel Terbatas
Kepekaan atau sensitivitas yang tinggi pada panel terbatas terdiri dari 3-5
orang sehingga bisa lebih dapat dihindari. Tim panelis mengetahui faktor-faktor
evaluasi sensorik dan dapat memahami cara pengolahan dan pengaruh bahan baku
terhadap hasil akhir. Keputusan diambil setelah berdiskusi di antara anggota-
anggotanya.
c. Panel terlatih
Kepekaan yang cukup baik ada pada panel terlatih terdiri dari 15-25
orang.Untuk menjadi panelis terlatih perlu seleksi dan latihan-latihan.Panelis ini
dapat mengevaluasi beberapa karakteristik rangsangan sehingga tidak terlampau
spesifik keputusan dibuat setelah analisis data statistik.
d. Panel agak terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang telah dilatih untuk
mendeteksi karakteristik sensorik tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari
kalangan terbatas dengan terlebih dahulu menguji sensitivitasnya, sedangkan data
yang sangat menyimpang boleh tidak digunakan data analisis.
e. Panel tidak terlatih
Panel tidak terlatih terdiri lebih dari 25 orang awam yang dapat dipilih
berdasarkan jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak
terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana,
31
seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan data uji pembedaan. Untuk itu,
panel tidak terlatih hanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria
sama dengan panelis wanita.
f. Panel Konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada
target pemasaran suatu komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum
dan dapat ditentukan berdasarkan daerah atau kelompok tertentu.
g. Panel anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10
tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-
produk pangan yang disukai anak-anak, seperti coklat, permen, es krim (Arbi,
2009).
c. Uji skalar
Uji skalar dilakukan oleh panelis dengan menyatakan besaran kesan yang
diperoleh dari produk tersebut. Besaran dinyatakan dengan bentuk besaran skalar
atau bentuk skala numerik. Uji skalar dibagi menjadi beberapa uji yaitu : uji skalar
garis, uji skor, dan uji penjenjangan.
d. Uji deskriptif
Uji deskriptif merupakan uji yang menjelaskan sifat-sifat sensori suatu
produk dan menggunakan sifat ini guna mengetahui perbedaan-perbedaan.
Beberapa jenis metode analisis sensori deskriptif yaitu Flavour Profile Method,
Quantitative Descriptive Analysis (QDA), Spectrum Descriptive Analysis dan
Texture Profile Method. Deskripsi produk sensori memerlukan upaya untuk lebih
baik dan lebih konsisten memahami atribut sensori, diekspresikan dalam istilah
teknis, dan memulai pendekatan sistematis untuk meningkatkan penerimaan.
(Faridah, 2009: 37-39).
d. Kondisi Psikologis
Kepekaan indera seseorang dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologis
seseorang seperti emosi, motivasi, prasangka, tingkah laku, stress atau terlalu
sedih. Selain itu, rangsangan yang terus-menerus atau terlalu tajam, misalnya
sering makan cabai, petai, durian dan bahan pangan lainnya dapat menurunkan
kepekaan indera seseorang.
f. Pengelasan Mutu
Kualitas pengelasan perlu diklasifikasikan dengan cermat sesuai dengan
standar yang ditentukan. Uji yang dilakukan adalah uji skalar.
g. Pemilihan Produk atau Bahan
Untuk kepentingan perusahaan, satu atau lebih varietas tertentu dipilih maka
dilakukan uji pembedaan, uji skalar dan uji deskripsi.
h. Uji Pemasaran
Uji pemasaran dilakukan di pasar atau toko dengan melakukan uji
pembedaan sederhana dan uji hedonik.
i. Kesukaan Konsumen
Produk yang sama dan dibutuhkan, maka akan diketahui produk mana yang
paling disukai dengan uji hedonik.
j. Seleksi Panelis
Uji daya terima yang dapat digunakan untuk memilih anggota sampel
adalah uji pembedaan, uji skalar, dan uji deskripsi.
33
Daun Kelor
Tepung Beras
a. Zat besi
a. Zat besi
b. Kalsium
b. Kalsium
c. Protein
c. Karbohidrat
d. Vitamin A
d. Protein
e. Vitamin C
e. Lemak
f. Kalium
f. Fosfor
g. Zink
g. Vitamin B1
Kandungan gizi
Daya Terima a. Zat besi
b. Kalsium
a. Rasa c. Protein
b. Aroma d. Karbohidrat
c. Warna e. Vitamin A
d. Tekstur f. Vitamin B1
g. Vitamin C
h. Lemak
i. Fosfor
j. Kalium
k. Zink
Kandungan gizi
Daya Terima
Zat besi
Rasa Kalsium
Aroma Protein
Warna Karbohidrat
Tekstur Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
Lemak
Fosfor
Kalium
Zink
Keterangan
Tepung beras memiliki kandungan energi tinggi 364 kkal dan berbagai
nutrisi lainnya seperti protein 7 g, lemak 0,5 g, karbohidrat 80 g, kalsium 5 mg,
fosfor 140 mg, zat besi 1 mg, vitamin B1 0,12 mg. Tepung beras digunakan
sebagai bahan utama pembuatan minuman dawet. Kelor yang mudah ditemukan
akan diolah menjadi tepung kelor sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu
lebih lama , mempunyai nilai lebih dan mempunyai kandungan gizi yang lebih
banyak.
Pada penelitian ini digunakan 4 perbandingan serbuk daun kelor yang
berbeda yaitu 0%, 10%, 15% dan 20% untuk mengetahui hasil modifikasi produk
dawet. Produk dawet modifikasi dibuat untuk mengetahui kadar zat besi, kadar
kalsium, daya terima yang baik dan disukai konsumen terutama ibu hamil. Dawet
dengan penambahan tepung kelor sebagai upaya pencegahan anemia defisiensi
besi pada ibu hamil.
36
37
Keterangan :
X0 : Dawet tanpa penambahan tepung daun kelor (kontrol).
X1 : Dawet dengan penambahan tepung daun kelor 10g
X2 : Dawet dengan penambahan tepung daun kelor 15g
X3 : Dawet dengan penambahan tepung daun kelor 20g
Px0 : Pengukuran kadar zat besi, kadar kalsium dan daya terima dawet tanpa
penambahan tepung daun kelor (kontrol).
Px1 : Pengukuran kadar zat besi, kadar kalsium dan daya terima dawet dengan
penambahan tepung daun kelor 10g.
Px2 :Pengukuran kadar zat besi, kadar kalsium dan daya terima dawet dengan
penambahan tepung daun kelor 15g.
Px3 :Pengukuran kadar zat besi, kadar kalsium dan daya terima dawet dengan
penambahan tepung daun kelor 20g.
a. Perlakuan 0 :Dawet tanpa penambahan tepung daun kelor.
b. Perlakuan 1 : Dawet dengan penambahan tepung daun kelor 10g.
c. Perlakuan 2 :Dawet dengan penambahan tepung daun kelor 15g.
d. Perlakuan 3 :Dawet dengan penambahan tepung daun kelor 20g.
Proporsi penambahan tepung daun kelor dapat digambarkan juga seperti tabel 3.2
berikut:
Tabel 3.2 Proporsi Penambahan Tepung Daun Kelor
No Kelompok Tepung Beras Tepung Daun Kelor
1 X0 100 g 0g
2 X1 100 g 10g
3 X2 100 g 15g
4 X3 100 g 20g
yang sehat, tidak memiliki alergi terhadap bahan pembuatan dawet, tidak ada
larangan mengonsumsi makanan yang diujikan serta bukan makanan yang
disukai dan tidak disukai. Ibu hamil yang menjadi panelis merupakan ibu hamil
di posyandu Kalisat Kabupaten Jember. Tujuan uji daya terima ini adalah
penerimaan produk di masyarakat.
Penimbangan bahan
Tepung beras dengan beras 100 g
Tepung daun kelor dengan proporsi 0%, 10%, 15%, 20%
Percampuran bahan
Tepung beras dengan berat 100 g ditambahkan dengan Tepung daun kelor dengan
proporsi 0%, 10%, 15%, 20%. tambahkan garam sedikit lalu diaduk dengan air
hingga tercampur semuanya
Proses pemasakan
Pencetakan dawet
- Siapkan baskom yang diisi dengan air dingin, letakkan cetakan dawet diatasnya
lalu tuang adonan sedikit demi sedikit
- Adonan yang sudah diatas cetakan tekan perlahan dengan spatula hingga keluar
dari lubang cetakan dawet.
- Dawet akan keluar dari cetakan dan jatuh ke baskom berisi air dingin sehingga
terbentuk bulir-bulir dawet
- Lakukan hingga adonan habis, lalu tiriskan
-
Studi pendahuluan Memperoleh informasi tentang masalah gizi, dawet, tepung daun
kelor dari jurnal serta melakukan percobaan
Menentukan desain penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimental
dengan menggunakan desain Posttest Only Control Group Design
Menentukan alat dan bahan Menentukan alat dan bahan serta langkah kerja pembuatan dawet
penelitian serta langkah kerja
Kesimpulan dan saran Data disajikan dalam bentuk teks, tabel, dan grafik
5 4.55
4
3.37
3
1 0.82
0
X0 (0% TK) X1 (10% TK) X2 (15% TK) X3 (20% TK)
4.1.2 Kadar Kalsium pada Dawet dengan Penambahan Tepung Daun Kelor
Berikut adalah rata-rata nilai kadar kalsium pada dawet dengan dan
tanpa penambahan tepung daun kelor dengan proporsi sebesar 0%, 10%,
15%, 20% pada X0, X1, X2,dan X3 disajikan pada Gambar 4.2 dibawah
ini :
350 332.88
300
Kadar rata-rata kalsium (mg)
264.38
250
200 187.22
150
100
50
6.1
0
X0 (0% TK) X1 (10% TK) X2 (15% TK) X3 (20% TK)
4.1.3 Daya Terima pada Dawet dengan Penambahan Tepung Daun Kelor
Hasil uji daya terima menggunakan metode uji skala rating hedonik
(Hedonic rating scale) pada dawet tanpa atau dengan penambahan tepung
daun kelor dengan 4 taraf perlakuan (X0, X1, X2, dan X3) secara umum
dapat diterima oleh panelis.
a. Warna
Uji Hedonic Scale Test berdasarkan warna dawet dengan penambahan
atau tanpa penambahan tepung daun kelor diketahui bahwa warna dari
empat kelompok perlakuan dawet (X0, X1, X2, dan X3) diterima oleh
53
sebagian besar panelis. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.3 Daya terima
warna dawet
100%
X3(TK 20%)
90%
Presentase Daya Terima
80% X2 (TK 15%)
70%
Pada Warna
Signed Rank Test terhadap Daya Terima Dawet dengan dan tanpa
Penambahan Tepung Daun Kelor
Tabel 4. 3 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test terhadap Daya Terima Dawet dengan dan
tanpa Penambahan Tepung Daun Kelor
Perlakuan X0 X1 X2 X3
X0 0,227 0,091 0,136
X1 0,001* 0,013*
X2 0,981
X3
Keterangan (*) terdapat perbedaan yang signifikan karena p value ≤ 0,05
Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test berdasarkan aspek daya terima
warna dawet dengan penambahan tepung daun kelor, terdapat beberapa
kelompok yang memiliki perbedaan signifikan yaitu kelompok perlakuan
X1 dan X2 , X1 dan X3. Sedangkan pada perlakuan X0 dan X1, X0 dan
X2, X0 dan X3, X2 dan X3 tidak berbeda secara nyata. Kelompok
perlakuan X1 dan X2 serta X1 dan X3 dinyatakan memiliki perbedaan
signifikan karena nilai p value pada dua kelompok sampel yang saling
berhubungan tersebut< 0,05.
55
b. Aroma
Uji Hedonic Scale Test berdasarkan aromadawet dengan penambahan atau
tanpa penambahan tepung daun kelor diketahui bahwa aroma dari empat
kelompok perlakuan dawet (X0, X1, X2, dan X3) diterima oleh sebagian besar
panelis. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.4 daya terima pada aroma dawet
100%
90% X3(TK 20%)
80% X2 (TK 15%)
Presentase Daya Terima
X0 (TK 0%)
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Sangat Tidak Suka Biasa Suka Sangat
tidak suka Suka
Persentase daya terima aroma pada dawet paling tinggi adalah kelompok
perlakuan X0 dengan penambahan tepung kelor 0 gram yaitu sebesar 56% dari
seluruh panelis yang mengikuti uji hedonic scale test. Penilaian Uji hedonic scale
test panelis suka aroma dawet X0 dengan penambahan tepung kelor sebesar 0
gram sebesar 28% dan X1,X2,X3 sebesar 4% untuk yang sangat suka sebesar 0 %
dari semua kelompok perlakuan. Dawet kelompok X3 memperoleh penilaian
sangat tidak suka berdasarkan aroma sebesar 24%.
Uji Friedman terhadap Daya terima aroma dawet pada perlakuan
X0,X1,X2,X3 menunjukkan p value 0.000<0,05. Artinya terdapat perbedaan daya
terima proporsi dawet dari segi aroma.Analisis dapat dilanjutkan dengan uji
56
Wilcoxon Signed Ranks Test untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan dari
masing-masing kelompok sampel yang saling berhubungan. Hal ini ditunjukkan
pada tabel 4.4 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test terhadap Daya Terima Dawet
dengan dan tanpa Penambahan Tepung Daun Kelor
Tabel 4. 4 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test terhadap Daya Terima Dawet dengan dan
tanpa Penambahan Tepung Daun Kelor
Perlakuan X0 X1 X2 X3
X0 0,004* 0,001* 0,001*
X1 0,305 0,117
X2 0,405
X3
Keterangan (*) terdapat perbedaan yang signifikan karena p value ≤ 0,05
Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test berdasarkan aspek daya terima aroma
dawet dengan penambahan tepung daun kelor, terdapat beberapa kelompok yang
memiliki perbedaan signifikan yaitu kelompok perlakuan X0 dan X1, X0 dan X2,
X0 dan X3. Sedangkan pada perlakuan X1 dan X2, X1 dan X3, X2 dan X3 tidak
berbeda secara nyata. Kelompok perlakuan X0 dan X1, X0 dan X2, X0 dan X3
dinyatakan memiliki perbedaan signifikan karena nilai p value pada tiga
kelompok sampel yang saling berhubungan tersebut< 0,05
c. Rasa
Uji Hedonic Scale Test berdasarkan rasa dawet dengan penambahan atau tanpa
penambahan tepung daun kelor diketahui bahwa rasa dari empat kelompok
perlakuan dawet (X0, X1, X2, dan X3) diterima oleh sebagian besar panelis. Hal
ini dapat dilihat pada gambar 4.5 daya terima pada rasa dawet
57
100%
90% X3(TK
80% 20%)
Presentase Daya Terima
70% X2 (TK
60% 15%)
pada Rasa
50% X1(TK
40% 10%)
30% X0 (TK
20% 0%)
10%
0%
Sangat Tidak Suka Biasa Suka Sangat
tidak suka Suka
Persentase daya terima rasa yang sukapada dawet paling tinggi adalah
kelompok perlakuan X2 dengan penambahan tepung kelor 15 gram yaitu sebesar
36% dari seluruh panelis yang mengikuti uji daya terima. Penilaian Uji daya
terima panelis sangat suka rasa dawet pada X2 dengan penambahan tepung kelor
sebesar 15 gram sebesar 4%. Dawet kelompok X3 memperoleh penilaian tidak
suka berdasarkan rasa sebesar 64%.
Uji Friedman terhadap Daya terima rasa dawet pada perlakuan
X0,X1,X2,X3 menunjukan p value 0.005< 0,05. Artinya terdapat perbedaan daya
terima proporsi dawet dari segi rasa. Analisis dapat dilanjutkan dengan uji
Wilcoxon Signed Ranks Test untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan dari
masing-masing kelompok sampel yang saling berhubungan. Hal ini ditunjukkan
pada tabel 4.5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test terhadap Daya Terima Dawet
dengan dan tanpa Penambahan Tepung Daun Kelor
58
Tabel 4. 5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test terhadap Daya Terima Dawet dengan dan
tanpa Penambahan Tepung Daun Kelor
Perlakuan X0 X1 X2 X3
X0 0,115 0,659 0,005*
X1 0,033* 0,087
X2 0,002*
X3
Keterangan (*) terdapat perbedaan yang signifikan karena p value ≤ 0,05
Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test berdasarkan aspek daya terima rasa
dawet dengan penambahan tepung daun kelor, terdapat beberapa kelompok yang
memiliki perbedaan signifikan yaitu kelompok perlakuan X0 dengan X2, X2
dengan X1 dan X3 dengan X2. Sedangkan pada perlakuan X1 dengan X0, X2
dengan X0, dan X1 dengan X3 tidak berbeda secara nyata. Kelompok perlakuan
X0 dengan X2, X2 dengan X1 dan X3 dengan X2 dinyatakan memiliki perbedaan
signifikan karena nilai p value pada tiga kelompok sampel yang saling
berhubungan tersebut< 0,05
d. Tekstur
Uji Hedonic Scale Test berdasarkan tekstur dawet dengan penambahan atau
tanpa penambahan tepung daun kelor diketahui bahwa tekstur dari empat
kelompok perlakuan dawet (X0, X1, X2, dan X3) diterima oleh sebagian besar
panelis. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.6 daya terima pada tekstur dawet
59
100%
Presentase Daya Terima 90%
80%
70%
pada Tekstur
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Sangat Tidak Suka Biasa Suka Sangat
tidak suka Suka
Penilaian Uji daya terima panelis suka tekstur dawet paling tinggi pada X0
dengan penambahan tepung kelor sebesar 0 gram sebesar 36% dan X1 sebesar
4%,X2 sebesar 16 %,dan X3 sebesar 4% untuk yang sangat suka paling tinggi
pada X2 sebesar 4 % dari semua kelompok perlakuan. Dawet kelompok X3
memperoleh penilaian sangat tidak suka berdasarkan tekstur sebesar 20%.
Uji Friedman terhadap Daya terima tekstur dawet pada perlakuan
X0,X1,X2,X3 menunjukan p value 0.001< 0,05. Artinya terdapat perbedaan daya
terima proporsi dawet dari segi tekstur. Analisis dapat dilanjutkan dengan uji
Wilcoxon Signed Ranks Test untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan dari
masing-masing kelompok sampel yang saling berhubungan. Hal ini ditunjukkan
pada tabel 4.6 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test terhadap Daya Terima Dawet
dengan dan tanpa Penambahan Tepung Daun Kelor
60
Tabel 4. 6 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test terhadap Daya Terima Dawet dengan dan
tanpa Penambahan Tepung Daun Kelor
Perlakuan X0 X1 X2 X3
X0 0,003* 0,129 0,008*
X1 0,033* 0,739
X2 0,031*
X3
Keterangan (*) terdapat perbedaan yang signifikan karena p value ≤ 0,05
Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test berdasarkan aspek daya terima tekstur
dawet dengan penambahan tepung daun kelor, terdapat beberapa kelompok yang
memiliki perbedaan signifikan yaitu kelompok perlakuan X0 dengan X1, X0
dengan X3, X2 dengan X1 dan X2 dengan X3. Sedangkan pada perlakuan X0
dengan X2dan X1 dengan X3 tidak berbeda secara nyata. Kelompok perlakuan
X0 dengan X1, X0 dengan X3, X2 dengan X1 dan X2 dengan X3 dinyatakan
memiliki perbedaan signifikan karena nilai p value pada empat kelompok sampel
yang saling berhubungan tersebut< 0,05.
61
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kadar Zat Besi pada Dawet dengan Penambahan Tepung Daun Kelor
Berdasarkan hasil analisis laboratorium (Gambar 4.1) bahwa rata-rata
kadar zat besi meningkat seiring dengan penambahan tepung daun kelor pada
setiap perlakuannya. Kadar zat besi tertinggi pada X3 yaitu dawet dengan
penambahan tepung daun kelor sebanyak 20% dengan kandungan rata-rata zat
besi sebesar 5,4 mg. Sedangkan untuk rata-rata kadar zat besi terendah terdapat
pada perlakuan X0 atau kelompok kontrol, yaitu dawet tanpa penambahan tepung
daun kelor dengan kandungan rata-rata zat besi sebesar 0,82 mg.
Hal ini sejalan dengan penelitian pada Pengaruh Substitusi Tepung Daun
Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Kualitas Sensorik, Kandungan Zat Besi (Fe)
dan Aktivitas Antioksidan Roti Tawar, penambahan tepung daun kelor pada roti
tawar ada 4 perlakuan. Perlakuan R0 (tepung terigu 100%), R1(tepung terigu 96%,
tepung daun kelor 4%), R2 (tepung terigu 92%, tepung daun kelor 8%), R3 (tepung
terigu 88%, tepung daun kelor 12%). Hasil analisis roti tawar yang dihasilkan dari
subtitusi tepung terigu dan tepung daun kelor yang memiliki kandungan zat besi
terendah yaitu R0 sedangkan zat besi terbesar yaitu R3 dibandingkan perlakuan
yang lain. Dapat disimpulkan semakin banyak tepung kelor yang disubstitusi
semakin tinggi kandungan zat besi pada produk pangan (Cengceng et al.,
2020:3002). Penelitian lain pangan yang mengandung zat besi tinggi ketika
ditambahkan tepung daun kelor adalah Penambahan Tepung Daun Kelor
(Moringa oleifera) dan Tepung Kacang Kedelai (Glycine max. L) terhadap Nilai
Gizi Snack Bar. Perlakuan pada snack bar tepung daun kelor dan tepung kacang
kedelai yaitu K1P1 (0:100%), K2P2 (25:75%), K3P3 (15:15%), K4P4 (75:25%),
K5P5 (0:100%). Analisis terhadap kandungan zat besi pada snack bar tepung daun
kelor dan tepung kacang kedelai mempunyai nilai tertinggi pada perlakuan K5P5
dengan nilai 109,3810 ppm, sedangkan nilai terendah pada perlakuan K1P1
63
dengan nilai 55,9773 ppm. Semakin banyak penambahan tepung daun kelor
semakin tinggi kandungan zat besi di dalam produk makanan. Bahan yang
digunakan untuk penambah zat besi pada makanan tersebut adalah tepung daun
kelor yang memiliki zat gizi tinggi (Puspaningrum et al., 2019:54).
Zat besi merupakan salah satu zat gizi mikro yang mempunyai pengaruh
luas terhadap aktivitas metabolisme tubuh dan sangat penting untuk proses
pertumbuhan. Fungsi zat besi didalam tubuh sebagai pembawa oksigen dari paru-
paru ke jaringan tubuh dan sebagai bagian dari reaksi enzim dalam tubuh (Pretty
dan Muwakhidah, 2017:179). Peran zat ini untuk hemopoesis (pembentukan
darah) yaitu sintesis hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb) adalah salah satu jenis
oksigen yang mengantarkan eritrosit yang mempunyai fungsi penting bagi tubuh.
Zat besi pada pertumbuhan dan perkembangan janin memiliki peran sebagai
kofaktor enzim yang terlibat proses reaksi oksidasi dan reduksi, yang terjadi pada
tingkat sel selama proses metabolisme (Susiloningtyas, 2012:3).
Kondisi kehamilan menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan zat besi
pada tubuh. Kebutuhan zat pembentuk darah terutama zat besi akan meningkat
hingga dua kali lipat dibandingkan saat tidak hamil kebutuhan gizi mikro terutama
zat besi (Fe) berperan penting bagi ibu hamil sebagai sumber pembentukan sel-sel
darah merah. Kebutuhan zat pembentuk darah terutama zat besi akan meningkat
hingga dua kali lipat dibandingkan saat tidak hamil. Keadaan ini disebabkan
adanya peningkatan volume darah pada ibu hamil, karena sel darah merah
membawa oksigen dan zat gizi yang diperlukan oleh ibu hamil maupun janin
(Paramita, 2019:22)
Kelor diketahui memiliki kandungan mineral yang tinggi, salah satunya
yaitu zat besi.Kandungan zat besi pada kelor lebih tinggi dari bayam yang mampu
memenuhi kebutuhan zat besi harian orang dewasa sekitar 10-20 mg. Tanaman
kelor merupakan bahan makanan yang potensial menyediakan zat besi yang
mudah diabsorbsi. Hal ini disebabkan tanaman kelor mengandung vitamin C yang
membantu absorbsi zat besi. Daun kelor mengandung zat besi tinggi dapat
dijadikan alternatif penanggulangan anemia defisiensi besi pada ibu hamil secara
alami (Rani et al., 2019:26-27).
64
Hasil uji One Way Anova menunjukkan bahwa kadar zat besi pada keempat
perlakuan dawet yang berbeda secara signifikan, karena ada perbedaan
penambahan tepung daun kelor antar perlakuan yaitu X0 (tanpa penambahan
tepung daun kelor), X1 (penambahan tepung daun kelor sebanyak 10%), X2
(penambahan tepung daun kelor sebanyak 15%) dan X3 (penambahan tepung
daun kelor sebanyak 20%). Berdasarkan post hoc Tukey menunjukkan bahwa
nilai p value < 0,05, sehingga dapat disimpulkan semua sampel berbeda signifikan
(X0 dan X1), (X0 dan X2), (X0 dan X3), (X1 dan X2) dan (X2 dan X3).
4.2.2 Kadar Kalsium pada Dawet dengan Penambahan Tepung Daun Kelor
Kalsium didalam tubuh manusia merupakan mineral dengan jumlah yang
banyak.Kalsium menempati urutan kelima dalam tubuh setelah oksigen, karbon,
hidrogen, dan nitrogen. Komposisi kalsium pada manusia sekitar 22 g
kalsium/kgBB tanpa lemak (Suhardjo dan Kusharto, 2010:73). Kalsium
merupakan nutrisi penting dalam pola diet sehat dan kandungan mineral dalam
tubuh. Penyerapan kalsium meningkat dibantu oleh beberapa zat yang terkandung
dalam makanan yaitu protein,asam amino, vitamin D3 dan laktat. Peran kalsium
dalam tubuh umumnya dibagi menjadi dua yaitu membantu membentuk tulang
gigi dan mengatur proses biologis dalam tubuh (Yusmiati dan Wulandari,
2017:44). Rekomendasi jumlah kalsium yang dibutuhkan oleh orang dewasa
adalah 1000 mg/hari, ibu hamil dan menyusui membutuhkan lebih tinggi kalsium
(Rani et al., 2019:20).
Peningkatan kebutuhan kalsium ketika hamil yaitu menggantikan cadangan
kalsium ibu guna membentuk jaringan baru pada janin. Asupan kalsium yang
kurang dapat mengakibatkan risiko keracunan kehamilan (preeklamsia), tulang
keropos. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 28 tahun 2019
kebutuhan kalsium pada ibu hamil per hari bertambah 200 mg/hari (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014). World Health Organization (WHO)
menganjurkan suplementasi kalsium 1500-2000 mg/hari pada ibu hamil sebagai
bagian dari Antenatal Care (ANC). Selama kehamilan ibu mentransfer kalsium ke
janin Sebanyak 30 g. Turnover tulang dan penyerapan kalsium meningkat untuk
65
dalam air yang menghasilkan rasa pahit. Rasa pahit dan aroma yang ditimbulkan
mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen terhadap produk olahan pangan
yang ditambahkan dengan daun kelor (Indriasari et al., 2019:222)
Penelitian penambahan tepung daun kelor pada Daya Terima Dan Zat Gizi
Permen Jeli Dengan Penambahan Bubuk Daun Kelor (Moringa oleifera)
dilakukan uji organoleptik terhadap rasa, aroma,warna, tekstur. Uji organoleptik
pada aroma permen jelly kelor Aroma dari formula F1(penambahan tepung kelor
2%) menjadi yang paling disukai oleh panelis, sedangkan aroma pada formula
permen jeli F2 (penambahan tepung kelor 4%) memiliki penerimaan yang rendah
dibandingkan dengan formula F1 dan F3 (Penambahan tepung kelor 6%).aroma
permen jeli tanpa bubuk daun kelor lebih disukai oleh panelis (Rahmawati dan
Adi, 2016:90)
3. Rasa
Rasa merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan suatu produk
dapat diterima atau tidak oleh konsumen. Rasa merupakan sesuatu yang diterima
oleh lidah. Dalam penginderaan cecapan manusia dibagi empat cecapan utama
yaitu manis, pahit, asam dan asin serta ada tambahan respon bila dilakukan
modifikasi. Kompleksitas suatu cita rasa dihasilkan oleh keragaman persepsi
alamiah. Cita rasa dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu bau, rasa, dan rangsangan
mulut (panas dan dingin). Faktor yang pertama dapat dideteksi oleh indera
pencium dan dua faktor yang disebutkan terakhir dapat dideteksi oleh sel-sel
sensorik pada lidah (Lamusu, 2018:13).
Berdasarkan hasil uji Hedonic Scale Test terhadap daya terima rasa
diketahui bahwa dawet yang memiliki daya terima paling tinggi dari segi rasa
adalah kelompok perlakuan X2 yaitu dawet dengan penambahan tepung daun
kelor 15 %. Panelis yang suka pada dawet kelompok X2 sebesar 36% sedangkan
yang sangat suka 4%. Uji Friedman menunjukkan terdapat perbedaan daya terima
proporsi dawet dari segi rasa pada kelompok X0,X1,X2,X3.
Penelitian pada Analisis Kadar Protein, Kalsium dan Daya Terima Es Krim
dengan Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) yaitu es krim tanpa
penambahan tepung daun kelor/kontrol (X0), dan dengan penambahan tepung
70
daun kelor 20 gram (X1), 25 gram (X2), 30 gram (X3) menyatakan rasa dengan
nilai tertinggi pada perlakuan dengan penambahan tepung daun kelor 25 gram
(X2) dengan nilai 2,32.Penambahan tepung daun kelor pada es krim menyebabkan
perubahan rasa. Rasa yang khas dari daun kelor yaitu agak sepat mempengaruhi
rasa es krim.Perlakuan X2 mempunyai jumlah penambahan tepung daun kelor
dibandingkan X1, namun lebih disukai karena ada rasa daun kelornya namun
tidak sampai sepat/pahit, masih bisa diterima oleh indera perasa para panelis
(Iskandar et al., 2019:68). Penelitian penambahan tepung daun kelor pada Es
Krim JALOR (Jambu Biji dan Daun Kelor) tingkat kesukaan panelis yaitu pada
perlakuan t2 (penambahan kelor 20%) dengan skor 4,5 dari lima perlakuan.
Penggunaan kelor pada es krim memberikan rasa yang berbeda dibandingkan es
krim pada umumnya. Perbedaan inilah yang membuat perlakuan t2 lebih menarik
karena rasa pahit dari kelor tertutupi dengan rasa jambu biji susu (Natasya,
2019:50).
4. Tekstur
Tekstur adalah penginderaan yang dihubungkan dengan rabaan atau
sentuhan. Tekstur juga sama penting dengan bau, rasa dan aroma karena
mempengaruhi citra makanan (Lamusu, 2018:14). Dawet memiliki tekstur yang
lembut dan tidak terlalu kenyal karena terbuat dari tepung beras.
Berdasarkan hasil uji Hedonic Scale Test terhadap daya terima tekstur
diketahui bahwa dawet yang memiliki daya terima paling tinggi dari segi tekstur
adalah kelompok perlakuan X0 dawet tanpa penambahan tepung daun kelor
panelis yang suka sebesar 36% sedangkan panelis yang sangat suka pada
kelompok dawet X2 sebesar 4%. Uji Friedman menunjukkan terdapat perbedaan
rata-rata daya terima proporsi dawet dari segi tekstur pada kelompok
X0,X1,X2,X3.
Penelitian produk minuman yang ditambahkan tepung daun kelor yaitu
Analisis Kadar Protein, Kalsium dan Daya Terima Es Krim dengan Penambahan
Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera), tekstur es krim penilaian tertinggi adalah
es krim dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak 25 g (X2) dengan nilai
2,4 (biasa-suka). Perbandingan berbeda nyata dengan X1 dan X3 dikarenakan
71
penambahan tepung daun kelor dapat bercampur dengan bahan lain (Iskandar et
al., 2019:70).Hal ini selaras dengan penelitian Pengaruh Jumlah Susu Skim dan
Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Sifat Organoleptik dan Kecepatan
Meleleh Es Krim, interaksi jumlah susu skim 8% ; daun kelor 4% dan jumlah susu
skim 6% ; daun kelor 6% terletak pada subset kolom yang sama maka mempunyai
kriteria tekstur es krim yang sama yaitu lembut, dibandingkan es krim dengan
jumlah susu skim 0%, 2%, 4% dan daun kelor 8%, 10%, 12% berada pada subset
kolom yang sama maka mempunyai kriteria tekstur yang sama yaitu mengarah
pada tekstur cukup lembut. Jumlah susu skim dan daun kelor dapat mempengaruhi
tekstur es krim karena jumlah susu skim dan daun kelor yang digunakan pada
masing-masing sampel berbeda, jumlah daun kelor yang banyak akan
menambahkan kandungan serat yang lebih banyak, sehingga penambahan daun
kelor mempengaruhi tekstur pada es krim (Wijayanti, 2016:106).
Penelitian penambahan tepung daun kelor pada tekstur produk permen jeli
kelor dinilai dari sifat kekenyalan yang dapat dirasakan oleh panelis dengan
indera peraba dan pengecap.Penilaian organoleptik terhadap tekstur permen jeli
kelor menunjukkan bahwa dari segi tekstur permen jeli kelor masih dapat diterima
oleh masyarakat.Tekstur permen jeli kelor yang paling disukai oleh panelis adalah
tekstur pada formula permen F1. Formula permen jeli F1 memiliki penerimaan
hampir sama dengan formula permen jeli control.Apabila dibandingkan dengan
formula kontrol, tekstur permen jeli tanpa daun kelor masih lebih disukai oleh
panelis (Rahmawati dan Adi, 2016:90).
zat gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil dan balita. Persyaratan jenis dan bentuk
makanan tambahan yang dapat diberikan pada ibu hamil yaitu bahan makanan
lokal, memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil sasaran, diutamakan sumber protein
hewani dan nabati serta sumber vitamin dan mineral yang terutama dari sayur dan
buah, makanan lokal yang dapat diberikan berupa makanan keluarga atau
makanan kudapan lainnya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011:7-
8). Dawet dengan penambahan tepung daun kelor merupakan minuman lokal yang
mudah dibuat dan daun kelor tidak sulit untuk ditemukan di wilayah jember.
Kandungan vitamin dan mineral terutama zat besi dan kalsium yang terkandung
dalam dawet dengan penambahan tepung daun kelor dapat dijadikan kudapan
pada ibu hamil dan balita sasaran. Kandungan zat besi dan kalsium pada dawet
dengan penamabahan tepung daun kelor menyumbang zat besi dan kalsium yang
diperlukan oleh ibu hamil.
Makanan tambahan yang diberikan pada ibu hamil dan balita sasaran berupa
biskuit. Setiap keping biskuit pemberian makanan tambahan ibu hamil
mengandung 104 kalori. Setiap sajian pemberian makanan tambahan ibu hamil
mengandung 520 kalori, 56 gram karbohidrat, 16 gram protein, dan 26 gram
lemak. Pemberian Makanan Tambahan Ibu hamil mengandung 9 macam vitamin
(A,B1,B2, B3, B6, B12, C, D dan E) serta 8 mineral (Asam Folat, Zat Besi,
Selenium, Kalsium, Natrium, Zink, Iodium, dan Fosfor). Ketentuan Pemberian
Makanan Tambahan Ibu hamil pada kehamilan trimester I diberikan 2 keping per
hari.Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping per hari. Pemberian
Makanan Tambahan Ibu hamil diberikan hingga Ibu hamil tidak lagi berada dalam
kategori kurang energi kronis (KEK) sesuai dengan pemeriksaan lingkar lengan
atas (LILA) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Peraturan Menteri Kesehatan No 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan
Gizi yaitu Ibu hamil usia 19-49 tahun disarankan mencukupi kebutuhan zat besi
pada trimester I sebanyak 18 mg zat besi per hari sedangkan untuk trimester II
dan trimester III sebanyak 27 mg zat besi per hari selama kehamilan.Dawet
dengan penambahan tepung daun kelor yang direkomendasikan untuk ibu hamil
yaitu dawet dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak 15% (X2) dengan
73
rata-rata zat besi sebesar 4,5mg serta paling disukai oleh panelis dan telah
memenuhi syarat PMT. Sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi yang
diperuntukkan untuk ibu hamil. Satu cup dawet dengan berat 15 g dengan
penambahan tepung daun kelor sebanyak 0% mengandung zat besi rata-rata 0,82
mg, dawet dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak 10% mengandung zat
besi rata-rata 3,37 mg, dawet dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak
15% mengandung zat besi rata-rata 4,55mg, sedangkan dawet dengan
penambahan tepung daun kelor sebanyak 20% mengandung zat besi rata-rata 5,4
mg. Ibu hamil trimester I dan II disarankan mengkonsumsi dawet dengan
penambahan tepung daun kelor sebanyak 3-4 cup per hari sebagai PMT sebagai
pemenuhan kebutuhan gizi. Ibu hamil trimester III disarankan mengkonsumsi
dawet dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak 4-5 cup perhari dapat
sebagai PMT untuk memenuhi kebutuhan zat besi. Hal ini sesuai dengan
penelitian Silky Pudding Susu Kedelai Dan Daun Kelor Sebagai Alternatif
Makanan Selingan Balita Stunting, Perlakuan yang diberikan yaitu penambahan
bubuk daun kelor yang berbeda pada formula silky pudding yaitu formula
kontrol/F0 (0 g), F1 (3 g), F2 (5 g), dan F3 (7 g). satu porsi silky puding dengan
berat 60 gram/cup dengan tambahan tepung kelor 3g mengandung zat gizi 189,48
kkal energi, 8,88 g protein, dan 2,19 mg zat besi. Merupakan formula terbaik dan
dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat per porsi adalah Rp
897,2/cup (60 g). Harga silky pudding tersebut dapat dikategorikan
murah/terjangkau jika dibandingkan dengan harga puding dan silky pudding di
pasaran yang berkisar antara Rp 2.000 – Rp 12.500/cup dengan berat rata-rata 60-
120 g/cup (Al Fatin dan Ismawati, 2021:43).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019
tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia, Ibu
hamil usia 19-49 tahun disarankan mencukupi kebutuhan kalsium sebanyak 1200
mg kalsium per hari selama kehamilan. Dawet dengan penambahan tepung daun
kelor yang direkomendasikan untuk ibu hamil yaitu dawet dengan penambahan
tepung daun kelor sebanyak 20% dengan rata-rata kalsium sebesar 332,88 mg.
Sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi yang diperuntukkan untuk ibu hamil. Satu
74
cup dawet dengan berat 15 gram dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak
0% mengandung kalsium rata-rata 6,10 mg, dawet dengan penambahan tepung
daun kelor sebanyak 10% mengandung kalsium rata-rata 187,22 gram, dawet
dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak 15% mengandung kalsium rata-
rata 264,38 gram,sedangkan dawet dengan penambahan tepung daun kelor
sebanyak 20% mengandung kalsium rata-rata 332,88 gram. Dawet yang
disarankan adalah dawet dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak 15%
(X2) karena paling disukai oleh panelis dan telah memenuhi syarat PMT. Ibu
hamil dapat mengkonsumsi dawet (X2) sebanyak 4-5 cup per hari sebagai PMT
pemenuhan kalsium harian. Hal ini sesuai dengan penelitian Analisis Kadar
Protein, Kalsium dan Daya Terima Es Krim dengan Penambahan Tepung Daun
Kelor (Moringa oleifera) bahwa peningkatan kadar kalsium dalam es krim
dipengaruhi oleh kandungan kalsium dalam tepung daun kelor yang tinggi
sehingga dengan semakin banyak penambahan tepung daun kelor dapat
meningkatkan kadar kalsium es krim pada 1 cup es krim (50 gram) dapat
memenuhi kebutuhan kalsium ibu hamil sebesar 10,47 persen (X1), 11,07 persen
(X2) dan 11,68 persen (X3). Kenaikan kalsium pada setiap perlakuan es krim
dengan penambahan tepung daun kelor yaitu ± 7 mg. (Iskandar et al., 2019:69).
75
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Kadar zat besi pada dawet tanpa atau dengan penambahan tepung daun
kelor mengalami peningkatan seiring dengan penambahan tepung daun
kelor 10%,15%,20%. Nilai rata-rata kadar zat besi tertinggi terdapat pada
dawet dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak 20 %(perlakuan
X3) yaitu sebesar 5,4mg.
b. Kadar kalsium pada dawet tanpa atau dengan penambahan tepung daun
kelor mengalami peningkatan seiring dengan penambahan tepung daun
kelor 10%,15%,20%. Nilai rata-rata kadar kalsium tertinggi terdapat pada
dawet dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak 20%(perlakuan
X3) yaitu sebesar 332,8 mg.
c. Penambahan tepung daun kelor dengan proporsi 10%, 15%, dan 20%
memiliki pengaruh terhadap daya terima dawet. Daya terima warna,
aroma, rasa dan tekstur memiliki perbedaan signifikan. Berdasarkan uji
Hedonic Scale Test (daya terima warna, aroma, rasa dan tekstur) hasil
penilaian terbaik oleh panelis, dawet yang paling disukai oleh panelis
adalah dawet dengan penambahan tepung daun kelor 15% (X2).
d. Dawet dengan penambahan tepung daun kelor yang disarankan sesuai
dengan kandungan zat gizi adalah perlakuan X2 (penambahan tepung daun
kelor sebanyak 15%). Karena mengandung zat besi dan kalsium yang
sesuai dengan syarat Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG), yaitu Zat besi 4,55 mg dan
Kalsium 264,38 mg. Sedangkan Uji Hedonic Scale Test direkomendasikan
pada dawet perlakuan X2 yaitu dawet dengan penambahan tepung daun
kelor sebanyak 15%.
75
76
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Perlu ditambahkan bahan sebagai penghilang aroma langu dari tepung
kelor seperti daun pandan atau vanili pada proses pembuatan adonan
dawet.
b. Perlu dilaksanakan analisis laboratorium terkait kadar zat gizi mikro antara
lain : vitamin A, vitamin C, vitamin B2, dan vitamin B6, pada produk ini
yang juga berpengaruh terhadap zat gizi yang dikonsumsi untuk
pencegahan anemia defisiensi besi pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
AlFatin, S.T., Ismawati, S. 2021. Silky Pudding Susu Kedelai Dan Daun Kelor
Sebagai Alternatif Makanan Selingan Balita Stunting. Jurnal Gizi
Unesa.1(1):38-44
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Aminah, S., Ramdhan,T., dan Yanis, M. 2015. Kandungan Nutrisi dan Sifat
Fungsional Tanaman Kelor (Moringa oleifera).Buletin Pertanian Perkotaan.
5(30):35–44.
Anwar, H., dan Asiah. 2018. Statistika Pengendalian Mutu Internal Mendukung
Penerapan ISO/IEC 17025:2017.Bogor: IPB Press Printing.
77
Arnani, M. 2018. Mudik Keliling Jawa, Kenali Beberapa Es Dawet Ini!
https://travel.kompas.com/read/2018/06/06/152247627/mudik-keliling-jawa-
kenali-beberapa-es-dawet-ini?page=all. [Diakses pada June 29, 2020].
78
Dewi, N.W.R., Hamidah,S. dan Lastariwati, B. 2019. Susu Edamame Jelly Kelor
Sebagai Alternatif Minuman Untuk Perbaikan Gizi Anak. Home Economics
Journal. 3(2):38–61
Badan Standaridsasi Nasional. 2005. Minuman Khusus Ibu Hamil dan Atau
Menyusui. Jakarta: BSN
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. 2019. Data Anemia Gizi Besi 2018-2019.
Jember. Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.
Fitria, R. 2020. Serupa Tapi Tak Sama,4 Perbedaan Es Cendol Dan Es Dawet.
[Serial Online]. https://food.detik.com/info-kuliner/d-4909762/serupa-tapi-
tak-sama-4-perbedaan-es-cendol-dan-es-dawet [Diakses pada June 29, 2020].
79
Hasyim, M., dan Hapzah. 2019. Daya Terima Kue Baruas dengan Penambahan
Tepung Daun Kelor Tua. Jurnal Kesehatan Manarang. 5(2):132–137.
Indriasari, Y., Basrin, F., Salam, M,B,H,B., 2019. Analisis Penerimaan Konsumen
Moringa Biscuit (Biskuit Kelor) Diperkaya Tepung Daun Kelor (Moringa
oleifera). Agroland: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian.26(3):221-229
Isnan, W., dan Nurhaedah. 2017. Ragam Manfaat Tanaman Kelor (Moringa
oleifera Lamk) Bagi Masyarakat. Info Teknis EBONI. 14(1):63–75.
Kurniawati, I., Fitriya, M., dan Wijayanti. 2018. Karakteristik Tepung Daun
Kelor dengan Metode Pengeringan Sinar Matahari. Jurnal Gizi Dan Pangan.
1 (1) :238–243.
Majid, F.R., Hidayat, N., Waluyo. 2017. Variasi Penambahan Tepung Daun Kelor
(Moringa oleifera Lamk.) pada Pembuatan Flakes Ditinjau dari Sifat Fisik,
Sifat Organoleptik dan Kadar Kalsium.Jurnal Nutrisia. 19(1):31-35
Mariyam, N. 2019. Pembuatan Bubuk Daun Kelor (Moringa oleifera L.) dengan
Proses Foam Mat Drying. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya.
Natasya, N. 2019. Kajian Sifat Organoleptik Dan Daya Terima Es Krim Jalor
(Jambu Biji Dan Sari Daun Kelor). Jurnal Gizi Prima. 4(1):47–53.
82
Perana, A. W., Palupi,N. S. dan Astawan, M. 2014. Minuman Khusus Ibu Hamil
dan Ibu Menyusui : Pemenuhan Terhadap Standar Nasional Indonesia dan
Persepsi Konsumen. Jurnal Mutu Pangan. 1(1):74–81.
Permana, A. Y. 2017. Tepung Kelor Desa Kesilir Jember Lawan Imej Mistis,
Dipesan Hingga 2 Ton Per Bulan _ Global-News.
[Serial Online]. http://global-news.co.id/2017/12/tepung-kelor-desa-kesilir-
jember-lawan-imej-mistis-dipesan-hingga-2-ton-per-bulan/. [Diakses June
29,2020]
Praptomo, A. J., Anam, K., dan Raudah, S. 2017. Metodologi Riset Kesehatan
Teknologi Laboratorium Medik Dan Bidang Kesehatan Lainnya.Yogyakarta:
Penerbit Deepublish (Grub Penerbitan CV Budi Utama).
Pretty, A., Muwakhidah, M. 2017. Hubungan Asupan Zat Besi dan Kadar
Hemoglobin dengan Kesegaran Jasmani pada Remaja Putri di SMA N 1
Polokarto Kabupaten Sukoharjo.Seminar Nasional Gizi “Strategi Optimasi
Tumbuh Kembang Anak".179-187
Pritasari, Damayanti, D. dan Lestari, N.T. 2017. Gizi Dalam Daur Hidup. Bahan
Ajar Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Rahmawati, P. S., dan Adi, A. C. 2016. Daya Terima dan Zat Gizi Permen Jeli
dengan Penambahan Bubuk Daun Kelor (Moringa oleifera). Media Gizi
Indonesia. 11(1) :86–93.
Rani, K.C., Ekajayani, I, N., Darmasetiawan, K,N., Dewi, R.D.A. 2019. Modul
Pelatihan : Kandungan Nutrisi Tanaman Kelor. Edisi Cetakan 1. Surabaya:
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Ramayulis, R., Nurlelawati, E., dan Amir., E. 2009. Menu dan Resep Untuk Ibu
Hamil. Edisi cetakan 1. Depok: Penebar Plus.
Sari, Y. K. dan Adi, A. C. 2017. Daya Terima, Kadar Protein dan Zat Besi
Cookies Substitusi Tepung Daun Kelor dan Tepung Kecambah Kedelai.
Media Gizi Indonesia. 12(1):27–33.
Savitri, A. 2016. Tanaman Ajaib! Basmi Penyakit dengan TOGA (Tanaman Obat
Keluarga). Edisi Cetakan Pertama. Jakarta: Bibit Publisher.
Sholiha, I. 2019. Pengolahan Rumput Laut Menjadi Dawet Rumput Laut. Jurnal
85
Sinaga, H., Purba, R. A. dan Nurminah, M.. 2019. Pengaruh Penambahan Tepung
Daun Kelor (Moringa oleifera) dalam Pembuatan Kue Onde-Onde Ketawa
menggunakan Tepung Mocaf. JFLS. 3 (1):29–37.
Siyoto, S., dan Sodik, A. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Edisi Cetakan 1,.
Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
Tanziha, I.,Utama, L. U., Damanik, M. R., dan Rosmiati. R. 2016. Faktor Risiko
Anemia Ibu Hamil di Indonesia. Jurnal Gizi Pangan. 11(2):143–152.
Winnarko, H., Mulyani, Y., Rustika, R. 2020. Penambahan Tepung Daun Kelor (
Moringa oleifera) Dalam Pembuatan Kue Eclairs. SNITT-Politeknik Negeri
Balikpapan 2020.
Wijayanti, S.S. 2016. Pengaruh Jumlah Susu Skim dan Daun Kelor (Moringa
oleifera) Terhadap Sifat Organoleptik Dan Kecepatan Meleleh Es Krim.
Jurnal Tata Boga.5(3):101-109
LAMPIRAN
Selamat pagi,
Perkenalkan nama saya Ike Kumalasari. Saya adalah mahasiswi di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Saya hendak melakukan penelitian
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program strata satu (S1)
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember dengan judul penelitian
“Pengaruh Penambahan Tepung Daun Kelor terhadap kadar Zat Besi, Kalsium
dan Daya Terima pada Dawet”.
Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui kadar zat besi, kalsium,
dan daya terima (rasa, aroma, warna, dan tekstur) dawet dengan penambahan
tepung daun kelor. Manfaat penelitian ini adalah produk ini diharapkan dapat
menjadi salah satu alternatif pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dalam
memenuhi kebutuhan zat gizi harian.
Jika Saudari bersedia ikut serta dalam penelitian ini, maka saya akan
melakukan tanya jawab terhadap untuk mengetahui identitas berupa nama, usia,
alamat, dan usia kehamilan. Kemudian saya akan menjelaskan tentang dawet ini:
1. Dawet ini terbuat dari tepung beras dan tepung daun kelor dengan berbagai
variasi penambahan.
2. dawet ini mengandung zat besi dan kalsium yang tinggi yang dibutuhkan
oleh ibu hamil.
3. Setelah mencicipi satu sampel, diharapkan minum air putih sebelum
mencicipi sampel berikutnya.
4. Saudara diminta untuk mengemukakan pendapat terkait rasa, aroma, warna
dan tekstur dari dawet dengan penambahan tepung daun kelor dengan skor
sebagai berikut : 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = biasa, 4 = suka ,
dan 5 = sangat suka.
Peserta penelitian ini tidak dipungut biaya apapun. Kerahasiaan mengenai
data yang diperoleh dari peserta akan dijamin dan tidak akan ada bahaya potensial
87
yang ditimbulkan dari penelitian ini. Peserta penelitian juga akan memperoleh
bingkisan ungkapan rasa terimakasih atas kesediaannya. Keikutsertaan Saudari
dalam penelitian ini bersifat sukarela. Bila tidak bersedia, Saudari dapat menolak
diikutsertakan dalam penelitian ini. Jika Saudari bersedia untuk ikut serta, mohon
menandatangani lembar persetujuan ikut serta dalam penelitian. Jika Saudari
memerlukan penjelasan lebih lanjut, maka dipersilahkan bertanya kepada saya.
Terimakasih.
88
Lampiran B. Lembar Pernyataan Persetujuan (Informed Consent)
Nama :
Usia :
Usia Kehamilan :
Prosedur penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan resiko apapun
pada saya. Saya telah menerima penjelasan mengenai penelitian tersebut, dan saya
telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti serta telah mendapatkan jawaban yang benar dan jelas.Dengan ini saya
menyatakan secara sukarela untuk berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian
ini.
Jember,…………………2021
Responden
89
Lampiran C. Lembar Uji Kesukaan dan Form Alergi
Nama Panelis :
Usia :
Usia Kehamilan :
Instruksi
1. Ciciplah sampel (dawet) satu persatu.
2. Pada kolom kode sampel berikan penilaian Anda dengan cara memasukkan
nomor (lihat keterangan yang ada di bawah tabel) berdasarkan tingkat
kesukaan.
3. Setelah mencicipi satu sampel, harap minum air putih terlebih dahulu
sebelum mencicipi sampel berikutnya.
Kode sampel
Indikator
610 710 815 920
Warna
Aroma
Rasa
Tekstur
Keterangan:
1 = Sangat Tidak Suka
2 = Tidak Suka
3 = Biasa
4 = Suka
5= Sangat Suka
90
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Kalimantan 1/93 – Kampus Bumi Tegal Boto Kotak Pos 159 Jember(68121)
Telepon (0331) 337878, 322995, 322996, 331743 – Faksimal : (0331) 322995
Laman : www.fkm-unej.ac.id
Nama Panelis :
Usia :
Usia Kehamilan :
91
Lampiran D: Hasil Analisis laboratorium Zat besi dan Kalsium
92
B. Zat besi dan Kalsium (010.2)
93
C. Zat besi dan Kalsium (010.3)
94
A. Zat Besi dan Kalsium (710.1)
95
B. Zat Besi dan Kalsium (710.2)
96
C. Zat Besi dan Kalsium (710.3)
97
A. Zat Besi dan Kalsium (815.1)
98
A. Zat besi dan Kalsium (815.2)
99
B. Zat Besi dan Kalsium (815.3)
100
A. Zat Besi dan Kalsium (920.1)
101
B. Zat Besi dan Kalsium (920.2)
102
C. Zat Besi dan Kalsium (920.3)
103
Rata Rata Zat Besi
Ulangan X0 X1 X2 X3
1 0,84 3,29 4,63 5,46
2 0,78 3,39 4,52 5,40
3 0,85 3,45 4,51 5,35
Rata-rata 0,82 3,37 4,55 5,4
Ulangan X0 X1 X2 X3
1 6,07 186,84 265,41 335,85
2 6,08 188,75 263,64 330,45
3 6,17 186,07 264,11 332,36
Rata-rata 6,10 187,22 264,38 332,88
104
Lampiran E: Hasil Penilaian Hedonic Scale Test
A. Analisis Warna
105
B. Analisis Aroma
106
C. Analisis Rasa
107
C. Analisis Tekstur
108
Lampiran F :Hasil Analisis Statistik Kandungan Zat Besi dan Kalsium pada
Dawet dengan Penambahan Tepung Daun Kelor
A. Zat Besi
a. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Sampel Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Zat besi X0 .337 3 . .855 3 .253
X1 .232 3 . .980 3 .726
X2 .358 3 . .812 3 .144
X3 .191 3 . .997 3 .900
a. Lilliefors Significance Correction
Keputusan :
Nilai signifikansi kadar zat besi X0, X1, X2, dan X3 adalah 0,253, 0,726, 0,144,
dan 0,900 nilai signifikansi semuanya > 0,05, maka dapat dinyatakan data untuk
kadar zat besi berdistribusi normal.
Descriptives
Zat besi
95% Confidence Interval for
Std. Mean
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
X0 3 .8233 .03786 .02186 .7293 .9174 .78 .85
X1 3 3.3767 .08083 .04667 3.1759 3.5775 3.29 3.45
X2 3 4.5533 .06658 .03844 4.3879 4.7187 4.51 4.63
X3 3 5.4033 .05508 .03180 5.2665 5.5401 5.35 5.46
Total 12 3.5392 1.80273 .52040 2.3938 4.6846 .78 5.46
.652 3 8 .604
109
ANOVA
Zat besi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 35.717 3 11.906 3085.739 .000
Within Groups .031 8 .004
Total 35.748 11
Hipotesis
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan dari keempat sampel
H1 : Ada perbedaan yang signifikan dari keempat sampel
Pengambilan Keputusan
Tolak H0 jika probabilitas < 0,05
Terima H0 jika probabilitas > 0,05
Keputusan
Nilai Asymp. Sig adalah 0,000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05.
Keputusan tolak H0, artinya ada perbedaan yang signifikan dari keempat sampel
dawet (ada perbedaan dari penambahan tepung daun kelor terhadap kadar zat besi
pada dawet).
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Zat besi
110
X1 1.17667* .05072 .000 1.0143 1.3391
111
B. Kalsium
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Sampel Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kalsium X0 .353 3 . .824 3 .174
X1 .275 3 . .943 3 .540
X2 .285 3 . .932 3 .495
X3 .243 3 . .972 3 .680
a. Lilliefors Significance Correction
Keputusan :
Nilai signifikansi kadar kalsium X0, X1, X2, dan X3 adalah 0,174, 0,540, 0,495,
dan 0,680 nilai signifikansi semuanya > 0,05, maka dapat dinyatakan data untuk
kadar kalsium berdistribusi normal.
Descriptives
Kalsium
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
3.664 3 8 .063
112
ANOVA
Kalsium
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 178621.116 3 59540.372 23245.246 .000
Within Groups 20.491 8 2.561
Total 178641.608 11
Hipotesis
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan dari keempat sampel
H1 : Ada perbedaan yang signifikan dari keempat sampel
Pengambilan Keputusan
Tolak H0 jika probabilitas < 0,05
Terima H0 jika probabilitas > 0,05
Keputusan
Nilai Asymp. Sig adalah 0,000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05.
Keputusan tolak H0, artinya ada perbedaan yang signifikan dari keempat sampel
dawet (ada perbedaan dari penambahan tepung daun kelor terhadap kadar kalsium
pada dawet).
Post Hoc Test
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kalsium
(I) Sampel Sampel Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
113
X3 X0 326.78000* 1.30675 .000 322.5953 330.9647
114
Lampiran G :Hasil Analisis Statistik Daya Terima pada Dawet dengan
Penambahan Tepung Daun Kelor
c. Warna
Friedman Test
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Warna_X0 25 3.0800 .81240 1.00 4.00
Warna_X1 25 2.8400 .62450 2.00 4.00
Warna_X2 25 3.5600 .82057 2.00 5.00
Warna_X3 25 3.5200 1.08474 1.00 5.00
Ranks
Mean Rank
Warna_X0 2.42
Warna_X1 1.84
Warna_X2 2.84
Warna_X3 2.90
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square 13.800
df 3
Asymp. Sig. .003
a. Friedman Test
Hipotesis
H0 :Tidak ada perbedaan signifikan pada sampel Dawet
H1 : Ada perbedaan minimal salah satu dari empat sampel dawet
Pengambilan Keputusan
Tolak H0 jika probabilitas ≤ 0,05
Terima H0 jika probabilitas ≥ 0,05
Keputusan :
Nilai Asymp. Sig adalah 0,03 dimana nilai tersebut lebih kecil dari
0,05. Keputusan terima H0, artinya Ada perbedaan minimal salah satu dari
empat sampel dawet berbeda signifikan (ada pengaruh dari penambahan
tepung daun kelor terhadap warna dawet).
115
Wilcoxon Signed Rank Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Warna_X1 - Warna_X0 Negative Ranks 10a 8.00 80.00
Positive Ranks 5b
8.00 40.00
Ties 10c
Total 25
Warna_X2 - Warna_X0 Negative Ranks 5d 6.20 31.00
Positive Ranks 10e 8.90 89.00
Ties 10 f
Total 25
Warna_X3 - Warna_X0 Negative Ranks 8g 8.25 66.00
Positive Ranks 12h 12.00 144.00
Ties 5 i
Total 25
Warna_X2 - Warna_X1 Negative Ranks 1j 6.50 6.50
Positive Ranks 15k 8.63 129.50
Ties 9 l
Total 25
Warna_X3 - Warna_X1 Negative Ranks 3m 13.83 41.50
Positive Ranks 17n 9.91 168.50
Ties 5o
Total 25
Warna_X3 - Warna_X2 Negative Ranks 8p 10.75 86.00
Positive Ranks 10q 8.50 85.00
Ties 7 r
Total 25
Test Statisticsa
Warna_X1 - Warna_X2 - Warna_X3 - Warna_X2 - Warna_X3 - Warna_X3 -
Warna_X0 Warna_X0 Warna_X0 Warna_X1 Warna_X1 Warna_X2
Z -1.209 b
-1.691 c
-1.492 c
-3.350 c
-2.475 c
-.024b
Asymp. Sig.
.227 .091 .136 .001 .013 .981
(2-tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
c. Based on negative ranks.
116
d. Aroma
Friedman Test
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Aroma_X0 25 3.1200 .66583 2.00 4.00
Aroma_X1 25 2.4800 .77028 1.00 4.00
Aroma_X2 25 2.3200 .80208 1.00 4.00
Aroma_X3 25 2.2000 .86603 1.00 4.00
Ranks
Mean Rank
Aroma_X0 3.30
Aroma_X1 2.38
Aroma_X2 2.22
Aroma_X3 2.10
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square 20.667
df 3
Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test
Hipotesis
H0 :Tidak ada perbedaan signifikan pada sampel Dawet
H1 : Ada perbedaan minimal salah satu dari empat sampel dawet
Pengambilan Keputusan
Tolak H0 jika probabilitas ≤ 0,05
Terima H0 jika probabilitas ≥ 0,05
Keputusan :
Nilai Asymp. Sig adalah 0,000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari
0,05. Keputusan terima H0, artinya Ada perbedaan minimal salah satu dari
empat sampel dawet berbeda signifikan (ada pengaruh dari penambahan
tepung daun kelor terhadap warna dawet).
117
Wilcoxon Signed Rank Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Aroma_X1 - Aroma_X0 Negative Ranks 15 a
9.80 147.00
Positive Ranks 3b 8.00 24.00
Ties 7 c
Total 25
Aroma_X2 - Aroma_X0 Negative Ranks 16d 9.81 157.00
Positive Ranks 2 e
7.00 14.00
Ties 7 f
Total 25
Aroma_X3 - Aroma_X0 Negative Ranks 16g 9.88 158.00
Positive Ranks 2h
6.50 13.00
Ties 7 i
Total 25
Aroma_X2 - Aroma_X1 Negative Ranks 6j 6.17 37.00
Positive Ranks 4k
4.50 18.00
Ties 15 l
Total 25
Aroma_X3 - Aroma_X1 Negative Ranks 8m 7.25 58.00
Positive Ranks 4n
5.00 20.00
Ties 13 o
Total 25
Aroma_X3 - Aroma_X2 Negative Ranks 6p 5.83 35.00
Positive Ranks 4q
5.00 20.00
Ties 15r
Total 25
Test Statisticsa
Aroma_X1 Aroma_X3
- Aroma_X2 - Aroma_X3 - Aroma_X2 - Aroma_X3 - -
Aroma_X0 Aroma_X0 Aroma_X0 Aroma_X1 Aroma_X1 Aroma_X2
Z -2.876b -3.262b -3.274b -1.027b -1.567b -.832b
Asymp. Sig. (2-tailed) .004 .001 .001 .305 .117 .405
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
118
e. Rasa
Friedman Test
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Rasa_X0 25 3.0400 .67577 2.00 4.00
Rasa_X1 25 2.7200 .67823 2.00 4.00
Rasa_X2 25 3.1600 .89815 2.00 5.00
Rasa_X3 25 2.4000 .57735 2.00 4.00
Ranks
Mean Rank
Rasa_X0 2.78
Rasa_X1 2.34
Rasa_X2 2.96
Rasa_X3 1.92
Test Statistics a
N 25
Chi-Square 12.937
df 3
Asymp. Sig. .005
a. Friedman Test
Hipotesis
H0 :Tidak ada perbedaan signifikan pada sampel Dawet
H1 : Ada perbedaan minimal salah satu dari empat sampel dawet
Pengambilan Keputusan
Tolak H0 jika probabilitas ≤ 0,05
Terima H0 jika probabilitas ≥ 0,05
Keputusan :
Nilai Asymp. Sig adalah 0,005 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05.
Keputusan terima H0, artinya Ada perbedaan minimal salah satu dari empat
sampel dawet berbeda signifikan (ada pengaruh dari penambahan tepung daun
kelor terhadap warna dawet).
119
Wilcoxon Signed Rank Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Rasa_X1 - Rasa_X0 Negative Ranks 13a 11.04 143.50
Positive Ranks 7b
9.50 66.50
Ties 5c
Total 25
Rasa_X2 - Rasa_X0 Negative Ranks 8d 10.56 84.50
Positive Ranks 11 e
9.59 105.50
Ties 6 f
Total 25
Rasa_X3 - Rasa_X0 Negative Ranks 14g 9.54 133.50
Positive Ranks 3h
6.50 19.50
Ties 8 i
Total 25
Rasa_X2 - Rasa_X1 Negative Ranks 5j 8.00 40.00
Positive Ranks 13k
10.08 131.00
Ties 7 l
Total 25
Rasa_X3 - Rasa_X1 Negative Ranks 11m 8.95 98.50
Positive Ranks 5n
7.50 37.50
Ties 9o
Total 25
Rasa_X3 - Rasa_X2 Negative Ranks 12p 6.50 78.00
Positive Ranks 0q
.00 .00
Ties 13r
Total 25
Test Statisticsa
Rasa_X1 - Rasa_X2 - Rasa_X3 - Rasa_X2 - Rasa_X3 - Rasa_X3 -
Rasa_X0 Rasa_X0 Rasa_X0 Rasa_X1 Rasa_X1 Rasa_X2
Z -1.577b -.441c -2.822b -2.129c -1.713b -3.126b
Asymp. Sig. (2-tailed) .115 .659 .005 .033 .087 .002
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
c. Based on negative ranks.
120
Lampiran H: Perhitungan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Dawet dengan
Penambahan Tepung Daun Kelor
f. Tekstur
Friedman Test
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Tekstur_X0 25 3.0400 .93452 1.00 4.00
Tekstur_X1 25 2.3600 .75719 1.00 4.00
Tekstur_X2 25 2.7200 .93630 1.00 5.00
Tekstur_X3 25 2.3200 .85245 1.00 4.00
Ranks
Mean Rank
Tekstur_X0 3.08
Tekstur_X1 2.14
Tekstur_X2 2.66
Tekstur_X3 2.12
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square 16.915
df 3
Asymp. Sig. .001
a. Friedman Test
Hipotesis
H0 :Tidak ada perbedaan signifikan pada sampel Dawet
H1 : Ada perbedaan minimal salah satu dari empat sampel dawet
Pengambilan Keputusan
Tolak H0 jika probabilitas ≤ 0,05
TerimaH0 jika probabilitas ≥ 0,05
Keputusan :
Nilai Asymp. Sig adalah 0,001 dimana nilai tersebut lebih kecil dari
0,05. Keputusan terima H0, artinya Ada perbedaan minimal salah satu dari
empat sampel dawet berbeda signifikan (ada pengaruh dari penambahan
tepung daun kelor terhadap warna dawet).
121
Lampiran H: Perhitungan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Dawet dengan
Penambahan Tepung Daun Kelor
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Tekstur_X1 - Tekstur_X0 Negative Ranks 14a 8.79 123.00
Positive Ranks 2b
6.50 13.00
Ties 9c
Total 25
Tekstur_X2 - Tekstur_X0 Negative Ranks 9d 7.39 66.50
Positive Ranks 4 e
6.13 24.50
Ties 12 f
Total 25
Tekstur_X3 - Tekstur_X0 Negative Ranks 14g 8.43 118.00
Positive Ranks 2h
9.00 18.00
Ties 9 i
Total 25
Tekstur_X2 - Tekstur_X1 Negative Ranks 2j 5.50 11.00
Positive Ranks 9k
6.11 55.00
Ties 14 l
Total 25
Tekstur_X3 - Tekstur_X1 Negative Ranks 5m 5.00 25.00
Positive Ranks 4n
5.00 20.00
Ties 16o
Total 25
Tekstur_X3 - Tekstur_X2 Negative Ranks 7p 4.71 33.00
Positive Ranks 1q
3.00 3.00
Ties 17r
Total 25
Test Statisticsa
Tekstur_X1 - Tekstur_X2 - Tekstur_X3 - Tekstur_X2 - Tekstur_X3 - Tekstur_X3 -
Tekstur_X0 Tekstur_X0 Tekstur_X0 Tekstur_X1 Tekstur_X1 Tekstur_X2
Z -2.993b -1.517b -2.665b -2.138c -.333b -2.157b
Asymp. Sig. (2-tailed) .003 .129 .008 .033 .739 .031
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
c. Based on negative ranks.
122
Lampiran H: Perhitungan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Dawet dengan
Penambahan Tepung Daun Kelor
A. Energi
1. Perhitungan Energi Dawet Dengan Penambahan Tepung Daun Kelor
a. X0
100
Tepung Beras : x 364 = 364 kkal
100
0
Tepung Daun Kelor : x 92 = 0 kkal
100
b. X1
100
Tepung Beras : x 364 = 364 kkal
100
10
Tepung Daun Kelor : x 92 =9,2 kkal
100
c. X2
100
Tepung Beras : x 364 = 364 kkal
100
15
Tepung Daun Kelor : x 92 = 13,8kkal
100
d. X3
100
Tepung Beras : x 364 = 364 kkal
100
20
Tepung Daun Kelor : x 92=18,4kkal
100
123
Lampiran I :Surat Ijin Penelitian
124
Lampiran J :Kaji Etik Penelitian
125
Lampiran K : Dokumentasi
126
Lampiran K : Dokumentasi
Gambar 5. Uji
127