Anda di halaman 1dari 24

FLUIDA STATIS

DAN DINAMIS

A. FLUIDA STATIS

Zat cair dan gas mempunyai kesamaan sifat, yaitu dapat mengalir. Oleh karena itu kedua
jenis zat ini sering disebut zat alir atau fluida. Jadi, fluida adalah zat yang dapat mengalir. Fluida
statis adalah fluida yang berada pada wadah tertentu dan tidak mengalir. Pada keadaan ini, fluida
akan mempunyai sifat-sifat spesifik yang akan dijelaskan kemudian.

1. Tekanan hidrostatik

Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang diakibatkan oleh zat cair pada kedalaman tertentu.
Tinjau ilustrasi di bawah :

P0 Sejumlah zat cair dengan ketinggian h berada pada


bejana. Jika P0 adalah tekanan udara diatas
permukaan zat cair, maka tekanan hidrostatis pada
h
dasar bejana dirumuskan sebagai :

P = P0 +  . g . h
Gambar 2.1. Tekanan hidrostatik

Jika tekanan diatas permukaan diabaikan, maka :

P=.g.h dengan :

P = tekanan hidrostatik (Pa atau N/m2) karena 1 Pa = 1 N/m2


 = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
h = ketinggian/kedalaman zat cair (m)
Satuan tekanan yang lain adalah atmosfir (atm), dimana 1 atm = 1 . 105 Pa

Contoh :
Kapal selam berada pada kedalaman 50 m di bawah permukaan laut. Bila diketahui massa jenis
air laut 1,03 x 103 kg/m3 dan tekanan udara diatas permukaan laut 1 x 10 5 Pa, berapa tekanan
hidrostatis yang dialami kapal selam tersebut ?
Penyelesaian
h = 50 m
air laut = 1,03 x 103 kg/m3
P0 = 1 x 105 Pa h = 50
P = P0 +  . g . h m
= (1 x 105) + ((1,03 x 103) (10) (50))
= (1 x 105) + (5,15 x 105)
= 6,15 x 105 Pa
Gambar 2.2
2. Hukum Pascal

Pascal melakukan percobaan dengan menggunakan penyemprot pascal. Dalam percobaan


tersebut menunjukkan semburan air yang keluar dari bola penyemprot tekanannya sama besar di
setiap tempat. Sehingga Pascal menyimpulkan “tekanan yang diadakan dari luar zat cair di
dalam ruang terttutup diteruskan oleh zat cair itu ke segala arah dengan sama rata”. Pernyataan
tersebut disebut juga sebaga hukum Pascal.

Contoh penerapan hukum pascal adalah pada dongkrak hidrolik :

Dongkrak hidrolik terdiri dari bejana tertutup


F1 yang dilengkapi dengan dua buah penghisap
dengan luas masing-masing penghisap adalah A1
A1 A2 dan A2. Tekanan yang diberikan pada A1 adalah
P1 dan akan diteruskan ke A2 dengan sama besar,
sehingga P1 = P2.
F2 Karena P = F/A, maka:
F1 F2 dengan :

A1 A2
Gambar 2.3. Dongkrak hidrolik
F1 = gaya pada penghisap 1 (N)
F2 = gaya pada penghisap 2 (N)
A1 = luas penghisap 1 (m2)
A2 = luas penghisap 2 (m2)

Contoh :
Sebuah dongkrak hidrolik dengan perbandingan luas penampang torak 1 : 10. Jika sebuah mobil
yang beratnya 20.000 N aka diangkat menggunakan dongkrak tersebut, berapa gaya penekan
minimal yang harus diberikan pada penampang A1 ?
Penyelesaian

A1 : A2 = 1 : 10 atau A2 = 10 A1
F2 = 20.000 N
F1 F1 F2
 , karena A2 = 10 A1, maka :
A1 A2
F1 F
 2
A1 10A1
F2
F1 =  A1
10 A1
F2 = 20000 N F
= 2
10
Gambar 2.4 20.000
= = 2000 N
10

Jadi gaya penekan minimal yang harus diberika pada penampang A1 adalah 2000 N

3. Hukum Archimedes

Archimedes melakukan percobaan dengan mencelupkan sebuah benda kedalam zat cair.
Archimedes melihat bahwa sesungguhnya benda yang dicelupkan kedalam zat cair tidak
berkurang beratnya. Gaya berat benda itu sebenarnya tetap saja, tetapi pada saat dicelupkan ke
dalam zat cair, ada gaya ke atas yang dikerjakan zat cair terhadap benda, sehingga berat benda
seolah-olah berkurang. Hukum archimedes dituliskan dalam persamaan :
FA = f . Vbf . g

Ket :
FA = gaya Archimedes (N)
f = massa jenis fluida yang dipindahkan (kg/m3)
Vbf = volume fluida yang dipindahkan
= volume benda yang tercelup dalam fluida (m 3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

Contoh :
Sebuah kubus memiliki rusuk 0,5 m dicelupkan setengahnya ke dalam minyak. Jika massa jenis
minyak 0,8 g/cm3, hitunglah gaya keatas yang dialami kubus ! (g = 10 m/s2)
Penyelesaian

0,5 m f = 0,8 g/cm3 = 0,8 x 103 kg/m3


Kubus tercelup Rusuk kubus l = 0,5 m
setengahnya
Volume kubus Vk = l 3 = (0,5 m)3 = 0,125 m3
Karena yang tercelup adalah setengah volume
kubus, maka :
Vbf = ½ (0,125 m3)
Zat cair
= 0,0625 m3
F FA = f . Vbf . g
= (0,8 x 103) (0,0625) (10)
Gambar 2.5 = 500 N

4. Penerapan hukum Archimedes

Hukum Archimedes banyak diterapkan dalam bidang teknik, beberapa diantaranya pada
hidrometer, kapal laut, kapal selam dan galangan kapal.

a. Hidrometer

Hidrometer adalah alat untuk mengukur berat jenis zat cair. Dalam bidang teknik, hidrometer
digunakan untuk mengukur berat jenis aki (akumulator).

b. Galangan kapal

Untuk memperbaiki kerusakan pada bagian bawah kapal laut, kapal harus diangkat sampai
diatas permukaan laut. Untuk keperluan ini digunakan galangan kapal. Lihat gambar dibawah !

Kapal masuk kedalam galangan kapal


yang masih penuh dengan air (posisi A).
Posisi A Posisi B
Air dalam galangan kapal dipompa keluar
sehingga galangan beserta kapalnya
terangkat keatas, sehingga perbaikan pada
kapal bisa dilakukan (posisi B).

Gambar 2.6. Galangan kapal


c. Kapal laut dan kapal selam

Badan kapal laut dan kapal selam sebagian besar terbuat dari besi atau baja. Kita tahu bahwa
massa jenis besi atau baja lebih besar daripada massa jenis air. Tetapi mengapa kapal laut dan
kapal selam bisa terapung ? Agar dapat terapung, bagian dalam badan kapal laut dan kapal selam
dibuat berongga. Rongga ini berisi udara yang memiliki massa jenis lebih kecil daripada udara.
Dengan adanya ronga ini, massa jenis rata-rata badan kapal dapat dibuat lebih kecil daripada
massa jenis air. Dengan massa jenis badan kapal yang lebih kecil daripada massa jenis air itu,
akan diperoleh berat kapal (W) lebih kecil daripada gaya keatas (FArchimedes) dari air, sehingga
kapal dapat tetap terapung di permukaan air.

B. FLUIDA DINAMIS

Fluida dikatakan dinamis (mengalir) jika fluida itu bergerak secara terus menerus (kontinu)
terhadap sekitarnya. Dalam pembahasan mengenai fluida dinamis, kita akan mengenal istilah-
istilah seperti viskositas, debit, fluida ideal dll.

1. Viskositas (kekentalan)

Viskositas dapat dianggap sebagai gesekan pada bagian dalam fluida. Setiap fluida sejati,
baik cair maupun gas, memiliki viskositas. Hal inilah yang menyebabkan apabila suatu fluida
akan digerakkan atau dialirkan, haruslah dikerjakan gaya untuk melawan gesekan (kekentalan)
fluida itu. Zat cair lebih kental daripada gas, sehingga untuk mengalirkan zat cair diperlukan
gaya yang lebih besar dibandingkan dengan gaya yang diperlukan untuk mengalirkan gas.

2. Fluida ideal

Fluida ideal dalam kenyataannya tidak ada. Tapi untuk menyederhanakan pembahasan fluida
mengalir, kita perlu mengambil anggapan adanya fluida ideal. Ciri-ciri fluida ideal adalah :
a. Tak kompresibel (tak termampatkan), artinya aliran fluida itu tidak mengalami perubahan
volume ketika diberi tekanan (dimampatkan)
b. Tak kental (nonviscous), artinya fluida itu mengalir tanpa mengalami gesekan akibat sifat
kekentalan fluida itu, baik gesekan antara partikel fluida dengan tempatnya maupun gesekan
antar partikel fluida
c. Alirannya stasioner (tenang), artinya aliran fluida yang jejak aliran partikel-partikelnya
mengikuti garis alir tertentu

3. Garis alir fluida

Ada dua macam aliran fluida, yaitu Sayap pesawat


aliran garis arus (streamline) dan aliran
Aliran udara Aliran turbulen
turbulen. Aliran yang paling sederhana
adalah aliran garis arus. Aliran
streamline adalah aliran yang mengikuti
suatu garis (lurus atau lengkung) yang
jelas ujung pangkalnya. Aliran turbulen
ditandai oleh adanya aliran berputar.
Contoh alira turbulen adalah yang terjadi Gaya angkat Aliran streamline
pada sayap pesawat terbang, seperti
digambarkan di samping. Gambar 2.7. Garis alir fluida
4. Debit aliran dan laju fluida

Misalkan fluida mengalir dalam suatu pipa Pipa


dengan luas penampang A dan kecepatan
aliran v, maka debit aliran (Q) fluida adalah v
sebesar :
A
V
Q=A.v atau Q=
t
Ket : Gambar 2.8. Debit dan Laju fluida
Q = debit (m3/s)
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan aliran fluida (m/s)
V = volume fluida (m3)
t = waktu (s)
Lihat gambar 2.9 ! Jika pada penampang v2
A1 mengalir fluida dengan laju v1 dan pada v1
penampang A2 mengalir fluida dengan laju v2, A2
maka berlaku : A1

Q1 = Q2 atau A1 . v1 = A2 . v2 Gambar 2.9

ket :
Q1 & Q2 = debit fluida pada penampang 1 dan 2 (m3/s)
A1 & A2 = luas penampang 1 dan 2 (m2)
v1 & v2 = laju fluida pada penampang 1 dan 2 (m/s)

Contoh :
Sebuah pipa memiliki dua penampang berbeda. Pada penampang dengan luas 10 cm 2, mengalir
fluida ideal dengan kelajuan 4 m/s. Hitunglah :
a. laju fluida pada penampang dengan luas 5 cm 2
b. debit fluida
c. volume fluida yang mengalir dalam 5 menit
Penyelesaian
A1 = 10 cm2 = 10 . 10-4 m2
A2 = 5 cm2 = 5 . 10-4 m2
v1 = 4 m/s
a. laju fluida :
A1 . v1 = A2 . v2
(10 . 10-4) (4) = (5 . 10-4) . v2
40  104
 v2 =
5  10 4
= 8 m/s
b. debit aliran :
Q = A1 . v1
= (10 . 10-4) (4)
= 4 . 10-3 m3/s
c. volume air yang mengalir dalam waktu t = 5 menit = 300 s
V=Q.t
= (4 . 10-3) (300)
= 1,2 m3
5. Persamaan Bernoulli

Bernoulli meneliti sifat-sifat (tekanan & laju) pada fluida yang mengalir pada penampang
yang mempunyai perbedaan ketinggian dan kecepatran aliran. Bernoulli menyimpulkan bahwa
“tekanan fluida ditempat yang kecepatannya besar, lebih kecil daripada tekanan fluida di
tempat yang kecepatannya kecil”. Pernyataan tersebut dikenal dengan asas Bernoulli. Asas
Bernoulli dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk persamaan, yang disebut persamaan
Bernoulli yang akan kita bahas berikut ini :

A2 Gambar 2.10 menunjukkan fluida yang mengalir pada


pipa yang mempunyai luas penampang yang berbeda
(A1 dan A2). Pipa ini terletak sedemikian rupa
sehingga ketinggian fluida pada penampang 1 lebih
A1
rendah daripada ketinggian fluida pada penampang 2.
Maka pada keadaan ini berlaku persamaan Bernoulli :

P1 + ½  v12 +  g h1 = P2 + ½  v22 +  g h2

Gambar 2.10

Ket :
P1 & P2 = tekanan fluida pada penampang 1 dan 2 (Pa)
v1 & v2 = laju fluida pada penampang 1 dan 2 (m/s)
h1 & h2 = ketinggian fluida pada penampang 1 dan 2 dari permukaan tanah (m)
 = massa jenis fluida (kg/m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

6. Penerapan asas Bernoulli

a. Menentukan kecepatan dan debit semburan air pada tangki bocor

Lihat gambar disamping ! sejumlah zat cair berada dalam


bak dengan ketinggian H dari tanah. Sebuah lubang
bocoran terletak sejauh h dari permukaan zat cair. Maka
menurut asas Bernoulli, besarnya laju aliran pada bocoran
(v) adalah :
h
H
v
v= 2 gh

Ket :
Gambar 2.11 v = laju fluida pada bocoran (m/s)
g = percepatn gravitasi bumi (m/s2)
h = ketinggian bocoran dari permukaan zat cair (m)

Contoh :
Lihat gambar 2.12 ! Jika dimeter lubang bocoran tangki 2 cm dan tangki dianggap luas sekali
sehingga penurunan permukaan diabaikan serta g = 10 m/s2, hitunglah :
a. debit aliran pada bocoran
b. bila lubang itu memancarkan air secara horisontal, pada jarak berapa semburan air itu
mengenai tanah diukur dari lubang bocoran ! (air = 1000 kg/m3)
Penyelesaian
g = 10 m/s2, air = 1000 kg/m3
dlubang = 2 cm = 2 . 10-2 m
h = 10 - 5,5
= 4,5 m

a. kecepatan air pada bocoran :


v = 2 gh
h
v = 2  10  4,5
= 90
10 m = 9,49 m/s
y =5,5 m Maka debit air pada bocoran :
Q=A.v
= (¼  d2) . v
=
3,14
4
2  10  2  9,49
2

x = 29,8 . 10-4 m3/s


= 0,00298 m3/s
Gambar 2.12

b. dalam arah vertikal, air mengalami jatuh bebas :


y = ½ g t2
5,5 = ½ . 10 . t2  t = 1,048 s
 dalam arah horisontal, air mengalami Gerak Lurus Beraturan :
x =v.t
= (9,49) (1,048)
= 9,94 m
Jadi, air mengenai tanah pada jarak 9,94 m dari kedudukan lubang bocoran

b. Tabung venturi

Tabung venturi adalah tabung yang


mempunyai penyempitan di salah satu
bagiannya. Karena kedudukan tabung h
h1
mendatar, maka hI = hII. Dengan demikian, h2
persamaan Bernoulli ditulis : A1 v1
V2
P1 + ½  v12 +  g hI = P2 + ½  v22 +  g hII
A2
P1 - P2 = ½  v22 - ½  v12 +  g (hII - hI) hI hII
Karena hI = hII, maka :

P1 - P2 = ½  v22 - ½  v12
Gambar 2.13. Tabung venturi
Besarnya laju aliran pada penampang A1 adalah :

2 gh
v1 = 2
 A1 
  1 dengan :
 A2 

A1 & A2 = luas penampang 1 & 2 (m2)


v1 & v2 = laju fluida pada penampang 1 dan 2 (m/s)
P1 & P2 = tekanan fluida pada penampang 1 dan 2 (Pa)
Contoh :
Lihat kembali gambar 2.13 ! Jika luas penampang A1 = 5 cm2, luas penampang A2 = 2 cm2 dan
tinggi h = 15 cm, hitunglah laju aliran pada penampang 1 dan 2 ! (g = 10 m/s 2)
Penyelesaian
A1 = 5 cm2, A2 = 2 cm2 dan h = 15 cm
2 gh
 v1 = 2
 A1 
  1
 A2 
2  10  15
= 2
5
  1
2
= 7,6 cm/s
 untuk menentukan v2, gunakan persamaan :
A1 . v1 = A2 . v2
(5) (7,6) = (2) v2
v2 = 19 cm/s

c. Karburator

Fungsi karburator dalam mesin


adalah untuk mencampur bahan
bakar (bensin) dengan udara. UDARA
Campuran ini kemudian dimasukkan
dalam silinder mesin untuk dibakar.
Pembersih udara
Prinsip kerja karburator adalah
udara dihisap dari bagian atas choke
bensin
karburator untuk masuk ke silinder
mesin. Karena penampang lubang venturi
pada bagian nosel menyempit, maka Katup
apung
pada bagian ini kecepatan udara
tinggi. Sesuai asas Bernoulli, tekanan Lengan apung
udara pada bagian ini rendah, lebih
kecil daripada tekanan atmosfer pada pelampung
Nosel
permukaan bensin di ruang
pelampung. Akibatnya, tekanan Katup gas
atmosfer memaksa bensin
menyemprot keluar dan bercampur
Gambar 2.14. Karburator
dengan udara. Campuran ini berupa
kabut yang mudah sekali terbakar.

d. Penyemprot nyamuk

Tekanan Prinsip kerja penyemprot nyamuk mirip dengan


rendah karburator, bahkan lebih sederhana. Ketika
pengisap pompa ditekan, udara dari tabung
silinder dipaksa keluar melalui lubang sempit.
Pancaran udara yang berkecepatan besar itu
menurunkan tekanan di bagian atas nosel.
Tekanan di bagian itu lebih kecil daripada
tekanan atmosfer pada permukaan cairan di
dalam wadah, sehingga cairan mengalir dari
Gambar 2.15. Penyemprot nyamuk tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan
rendah atau menyemprot keluar dalam bentuk
kabut.
e. Gaya angkat pesawat terbang

Timbulnya gaya angkat pada pesawat terbang disebabkan oleh adanya aliran udara yang
melalui sayapnya. Gambar 2.16 menunjukkan bentuk umum penampang sayap pesawat. Pada
waktu pesawat bergerak maju, di bagian bawah sayap hampir tidak terjadi pemampatan garis
arus, tetapi di bagian atas terjadi pemampatan garis arus sehingga udara di bagian atas sayap
bergerak lebih cepat daripada di bagian bawah sayap. Perbedaan kecepatan ini mengakibatkan
perbedaan tekanan udara di atas dan di bawah sayap, dimana tekanan udara di atas sayap lebih
kecil daripada tekanan di bawah sayap (sesuai dengan asas Bernoulli). Udara bertekanan tinggi
akan bergerak ke udara bertekanan rendah sehingga mengakibatkan gaya angkat pada pesawat.

Gaya angkat
sayap
Tekanan rendah
Gaya dorong

Gaya angkat Tekanan tinggi


Gaya hambatan Gaya berat

Gambar 2.16. Gaya angkat pada pesawat terbang

Pada waktu pesawat tinggal landas, gaya angkat harus lebih besardari gaya berat pesawat.
Pada waktu pesawat melayang di udara, sekurang-kurangnya gaya angkat harus sama dengan
gaya berat pesawat. Besar kecilnya gaya angkat ini bergantung pada besar kecilnya kecepatan
pesawat dari hasil gaya dorong mesinnya.
GETARAN, GELOMBNG
DAN BUNYI

A. GETARAN

Contoh getaran sederhana yang umum kita


jumpai adalah ayunan bandul sederhana, seperti
gambar disamping. Bandul dikatakan melakukan
satu getaran jika ia telah menempuh lintasan 0 – A –
O – B – O.
Waktu yang diperlukan untuk melakukan satu A B
kali getaran disebut periode. Hubungan antara
peride dan frekuensi dituliskan sebagai : O

T = 1/f atau f = 1/T dengan : Gambar 1.1. Getaran

T = periode getaran (s)


f = frekuensi getaran (Hz)

1. Getaran harmonik pada pegas

Getaran harmonik adalah getaran yang dipengaruhi oleh gaya yang arahnya selalu menuju ke
satu titik dan besarnya sebanding dengan simpangannya.

Lihat system pegas disamping. Sebuah pegas dengan konstanta k


diberi beban m, maka pegas akan bergetar dengan frekuensi sebesar:

k 1 k
f= Karena T = 1/f, maka :
2 m
m

Gambar 1.2 m
T = 2 Dengan besar k adalah : k = -F/s
k

Ket :
m = massa beban (kg)
k = konstanta pegas
s = simpangan (m)

Contoh 1 :
Suatu beban dengan massa 20 g digantung pada sebuah pegas. Dari keadaan seimbangnya pegas
ditarik dengan gaya 0,9 N sehingga pegas menyimpang sebesar s = 3 cm, kemudian dilepas.
Hitunglah :
a. tetapan pegas
b. periode getaran
c. frekuensi getaran
Penyelesaian
m = 20 g = 0,02 kg
s = 3 cm = 0,03 m
F = 0,9 N

a. k = .......?
k = -F/s
0,9 s = 3 cm
= = -30 N/m
0,03 m = 20 g
Harga mutlak ditulis k = 30 N/m F = 0,9 N

b. T = ………? Gambar 1.3


m
T = 2
k
0,02
= 2 (3,14) = 0,162 s
30

c. f = ………?
f = 1/T
1
= = 6,17 Hz
0,162

Contoh 2 :
Sebuah mobil bermassa 2000 kg menggunakan empat pegas sebagai peredam getaran yang
memiliki ketetapan sama 15000 N/m. Bila mobil dibebani penumpang dan barang yang massa
totalnya 400 kg, hitunglah :
a. frekuensi getaran mobil ketika melewati lubang di jalan
b. waktu yang diperlukan untuk terjadi dua getaran
Penyelesaian
Massa total mobil = (2000 + 400) = 2400 kg
Setiap pegas menerima beban sebesar :
2400
m= = 600 kg
4
k = 15000 N/m

a. frekuensi getaran mobil


1 k
f=
2 m
1 15000
=
2 600
1
= 25
2
5
= Hz
2

b. waktu untuk terjadi satu getaran = periode (T)


T = 1/f
1
= = 0,4  s
5
2

waktu untuk terjadi dua getaran = 2T


t = 2T = 2 (0,4 ) = 0,8  s
2. Simpangan, kecepatan dan percepatan getaran harmonik

Suatu getaran harmonik (gerak harmonik) dapat dilukiskan sebagai


suatu titik yang bergerak melingkar dengan jari-jari R seperti
P ditunjukkan pada gambar 1.4 :
R - Besar simpangan (y) pada getaran harmonik adalah :

y = A sin t 2
dengan = , maka :
T

Gambar 1.4 2
y = A sin t
T

- Besar kecepatan (v) pada getaran harmonik adalah :

2 2
v= A cos t
T T

- Besar percepatan (a) pada getaran harmonik adalah :

4 2
a=- 2 y dengan :
T

y = simpangan (m) v = kecepatan (m/s)


A = amplitudo (m) a = percepatan (m/s2)
 = kecepatan sudut (rad/s) T = periode (s)
t = waktu (s)

Contoh :
Sebuah partikel bermassa 0,5 g bergetar dengan periode 2 s dan amplitudo 0,10 m. Hitunglah :
a. simpangannya
b. kecepatannya
c. percepatannya setelah 1/8 T

Penyelesaian
m = 0,5 g = 5 . 10-4 kg
T=2s
A = 0,10 m
t = 1/8 T

a. simpangan…….?
2
y = A sin t
T
2
= 0,10 sin (1/8 T)
T
= 0,10 sin 2/8 
= 0,10 sin 2/8 (1800)
= 0,10 sin 450
= 0,10  0,707
= 0,0707 m
b. kecepatan……..?
2 2
v= A cos t
T T
2 2
= (0,10) cos (1/8 T)
2 T
2
= 0,10  cos (1800)
8
= 0,10 (3,14) cos 450 = 0,222 m/s

c. percepatan………?
4 2
a = - 2 (0,0707)
2
= -  (0,0707) = - (3,14)2 (0,0707) = - 0,6978 m/s2
2

B. GELOMBANG

Energi suatu benda yang bergetar dapat pindah atau merambat ke tempat lain dengan cara
melalui gelombang. Jadi, gelombang dapat juga dikatakan salah satu cara perpindahan energi.
Gelombang dapat dibedakan berdasarkan sifat fisisnya, yaitu :
1. Berdasarkan arah getarannya, gelombang dibedakan menjadi :
- gelombang transversal
- gelombang longitudinal
2. Berdasarkan amplitudonya, gelombang dibedakan menjadi :
- gelombang berjalan
- gelombang diam
3. Berdasarkan mediumnya (zat perantaranya), dibedakan menjadi :
- gelombang mekanik
- gelombang elektromagnetik

1. Gelombang transversal

Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus arah
getarannya. Contoh gelombang transversal adalah gelombang pada tali.

Arah getaran

Arah rambatan

A
B C D

AB = bukit gelombang
BC = lembah gelombang

Gambar 1.5. Gelombang transversal

Perhatikan arah getaran dan arah rambatan pada gelombang transversal diatas ! arah getaran
menuju keatas dan arah rambatan gelombang menuju kekanan, sehingga bisa dilihat
bahwasannya arah getaran tegak lurus dengan arah rambatannya.
2. Gelombang longitudinal

Arah rambatan

Gelombang longitudinal adalah gelombang yang


Rapatan arah getarannya sejajar dengan arah rambatannya.
Contoh gelombang longitudinal adalah gelombang
pada slinki. Perhatikan arah getaran dengan arah
Regangan rambatan yang sama-sama ke kanan. Pada
gelombang longitudinal, yang disebut satu
Arah getaran gelombang adalah jarak antara dua
rapatan/regangan yang berdekatan.
Gambar 1.6. Gelombang longitudinal

3. Cepat rambat gelombang

Gelombang yang terjadi mempunyai kecepatan rambatan (v) yang besarnya :

V = /T Karena T =1/f, maka V = /T

Dengan  = panjang gelombang

Contoh :
Gelombang dari suatu sumber bunyi mempunyai frekuensi 25 Hz. Bila cepat rambat gelombang
bunyi di udara 340 m/s, berapa jarak antara dua rapatan berturut-turut pada gelombang tersebut ?
Penyelesaian
f = 25 Hz
v = 340 m/s
jarak antara dua rapatan berturut-turut adalah panjang gelombang ()
v=.f
 = v/f
340
= = 13,6 m
25

4. Gelombang berjalan

Gelombang berjalan adalah gelombang v

yang amplitudonya tetap (serba sama). Lihat


gambar disamping ! sebuah titik P berjarak x
dari titik O. Simpangan yang terjadi pada
gelombang disamping adalah :

y = A sin  (t  x/v)

Tanda  menunjukkan arah gelombang.


Jika arah gelombang ke kanan, maka tandanya Gambar 1.7. Gelombang berjalan
+ begitu juga sebaliknya.
Karena  = 2f , maka :

y = A sin 2f (t  x/v)

Dan karena f/v = , maka :


2
y = A sin (2f t  kx) dengan k = bilangan gelombang , besarnya k=

Ket :
k = bilangan gelombang (m-1)
x = jarak titik P dari titik asal getaran (m)
t = lama getaran (s)
f = frekuensi gelombang (Hz)
 = panjang gelombang (m)
A = amplitudo (m)
y = simpangan (m)

contoh :
Sebuah gelombang berjalan memiliki persamaan :
y = 0,2 sin 0,4  (60 t – x), dengan x dan y dalam cm dan t dalam detik. Hitunglah :
a. amplitudo gelombang
b. bilangan gelombang
c. panjang gelombang
d. frekuensi gelombang
e. cepat rambat gelombang
Penyelesaian
Persamaan gelombang berjalan :
y = A sin (2f t  kx)
persamaan gelombang yang diketahui :
y = 0,2 sin 0,4  (60 t – x)
= 0,2 sin (24  t – 0,4  x)
Sesuaikan persamaan diatas dengan persamaan gelombang berjalan, maka :
A = 0,2 cm k = 0,4  cm-1
a. A …….?
A = 0,2 cm
b. k …….?
k = 0,4  cm-1
c.  ……...?
2
k=

2 2
0,4  =  = = 5 cm
 0,4
d. f ……..?
2  f t = 24  t
2 f = 24  f = 12 Hz
e. v …….?
v=f.
= 12 . 5 = 60 cm/s

5. Sifat-sifat umum gelombang

Beberapa sifat umum gelombang yang umum adalah pemantulan (refleksi), pembiasan
(refraksi), penggabungan (interferensi).

a. Pemantulan gelombang
Garis
Gelombang normal Gelombang
Bila gelombang datang mengenai datang pantul
penghalang di dalam perambatannya,
maka gelombang akan mengalami i i’
pemantulan (lihat gambar !).
Jika i = sudut datang dan i’ = sudut bidang
pantul, maka berlaku :
i = i’ Gambar 1.8. Pemantulan gelombang
b. Pembiasan gelombang

v1
Pembiasan gelombang adalah peristiwa pembelokan
r gelombang karena gelombang melewati bidang
udara batas dua medium yang berbeda kerapatannya.
Lihat gambar ! v1 = gelombang datang, v2 =
air gelombang bias, r = sudut datang dan r’ = sudut
bias. Karena medium air lebih rapat dari udara,
maka r > r’ dan berlaku sebaliknya
r’ v2

Gambar 1.9. Pembiasan gelombang

c. Interferensi gelombang

Interferensi gelombang adalah peristiwa saling berpadu dan saling mempengaruhi antara dua
atau lebih gelombang.

d. Difraksi gelombang
Gelombang
dibelokkan
Difraksi gelombang adalah peristiwa
pembelokan gelombang karena
Gelombang datang
gelombang melewati celah yang sempit.
Contoh difraksi gelombang dapat dilihat
pada gambar 1.10 disamping :
Gelombang datang dan melewati
sebuah celah sempit, maka gelombang
akan diteruskan (dibelokkan) dengan Celah sempit
perambatan yang berbentuk
melenkung. Gambar 1.10. Difraksi gelombang

C. BUNYI

Bunyi dihasilkan oleh benda-benda yang bergetar. Bunyi sampai ke telinga kita dalam bentuk
gelombang longitudinal. Berdasarkan frekuensinya, bunyi dibedakan menjadi : bunyi audio sonic
(20 Hz – 20.000 Hz), bunyi infrasonic (frekuensi di bawah 20 Hz) dan bunyi ultrasonic (frekuensi
diatas 20.000Hz)

1. Cepat rambat bunyi

Jika frekuensi sumber bunyi adalah f dan panjang gelombangnya , maka cepat rambat bunyi
(v) dirumuskan sebagai :

v=f.

- cepat rambat bunyi di udara = 340 m/s


- cepat rambat bunyi di air = 1400 m/s
- cepat rambat bunyi di besi = 3500 m/s

Untuk cepat rambat bunyi pada medium yang lain, akan dijelaskan sebagai berikut :
D. EFEK DOPPLER

Bila sebuah mobil lewat di depan kita sambil membunyikan klakson, maka nada bunyi
klakson akan terdengar lebih tinggi ketika mobil mendekati kita. Sebaliknya ketika bunyi
menjauhi kita, bunyi klakson terdengar lebih rendah.Fenomena ini merupakan contoh dari efek
Doppler. Efek Doppler dirumuskan sebagai :

(v  v p )
fp =  fs dengan :
(v  v s )

fp = frekuensi yang didengar oleh pendengar (Hz)


fs = frekuensi sumber bunyi sebenarnya (Hz)
vp = kecepatan gerak pendengar (m/s)
vs = kecepatan gerak sumber bunyi (m/s)
v = kecepatan gelombang bunyi di udara = 340 m/s

Ketentuan tanda vp dan vs :

jika p = pendengar atau pengamat dan s = sumber


bunyi, seperti ditunjukkan gambar disamping, maka p S
berlaku :
1. jika p bergerak mendekati s, maka vp bertanda (+)
2. jika p bergerak menjauhi s, maka vp bertanda (-)
3. jika s bergerak mendekati p, maka vs bertanda (-)
4. jika s bergerak menjauhi p, maka vs bertanda (+)
5. jika p dan s keduanya diam, maka vp = vs = 0 Gambar 1.11

Contoh :

72 km/jam
1 m/s
Perhatikan gambar ! jika frekuensi bunyi
mesin sepeda motor adalah 100 Hz dan cepat
rambat bunyi di udara 340 m/s, berapakah
frekuensi yang terdengar oleh pendengar ?
Gambar 1.12

Penyelesaian
vp = - 1 m/s
vs = 72 km/jam = 20 m/s
v = 340 m/s
fs = 100 Hz

(v  v p )
fp =  fs
(v  v s )
 340  1 
=   100
 340  20 

= 94,16 Hz
BAB 2
SUHU DAN KALOR

A. SUHU

Suhu menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Kita dapat mersakan panas atau
dinginnya suatu benda dengan menggunakan indera peraba, tetapi indera peraba kita tidak dapat
secara tepat menunjukkan suhu suatu benda. Oleh karena itu, untuk menyatakan suhu secara
kuantitatif digunakan alat yang disebut thermometer.

1. Cairan pengisi thermometer

Cairan yang paling banyak dipakai untuk mengisi tabung thermometer adalah air raksa,
karena mempunyai kelebihan :
a. segera dapat mengambil panas dari benda yang hendak diukur suhunya, sehingga suhu
raksa dapat segera sama dengan benda yang diukur
b. dapat dipakai untuk mengukur suhu dari yang rendah sampai yang tinggi
c. tidak membasahi dinding tabung, sehingga pengukurannya menjadi lebih teliti
d. mudah dilihat karena raksa mengkilap seperti perak
e. raksa mempunyai pemuaian yang teratur

2. Skala thermometer

Ada 4 skala thermometer yang umum dikenal, yaitu :


1. skala Celcius
2. skala Reamur
3. skala Fahrenheit
4. skala Kelvin
Perbandingan skala-skala diatas adalah :
C : R : F = 100 : 80 : 180 atau C : R : F = 5 : 4 : 9

3. Mengubah skala suhu

Untuk mengubah skala suhu, lihat tabel dibawah !

Tabel 1.1
Mengubah skala suhu

No Skala yang diketahui Skala yang dicari Rumus


1. Celcius Reamur R = 4/5 x C

2. Celcius Fahrenheit F = (9/5 x C) + 32

3. Reamur Celcius C = 5/4 x R

4. Fahrenheit Celcius C = 5/9 (F – 32)

5. Celcius Kelvin K = 273 + C


Contoh :
Suhu dalam skala Celcius menunjukkan angka 300 C. Berapakah angka yang ditunjukkan dalam
skala derajat :
a. Reamur
b. Fahrenheit
c. Kelvin
Penyelesaian
C = 300 C
a. R = 4/5 x C
= 4/5 x 300 C = 240 R
b. F = 9/5 C + 32
= 9/5 (30) + 32 = 860 F
c. K = 273 + C
= 273 + 30 = 3030 K

B. KALOR

1. Pengertian kalor

Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Berarti kalor merupakan suatu besaran fisika yang
dapat diukur.

Satu kalori (kal) didefinisaikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan
1 gram air sehingga suhunya naik 10 C

Satuan kalor adalah satuan energi, yaitu Joule (J). Satuan-satuan kalor yang lain adalah :
1 J = 0,24 kalori atau 1 kal = 4,2 J
Dalam sistem British, satuan kalor dinyatakan dengan British Thermal Unit (BTU), 1 BTU =
1054 J

2. Kalor jenis dan kapasitas kalor

Kalor jenis (c) didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan (Q)
untuk menaikkan atau menurunkan suhu satu satuan massa zat itu (m) sebesar satu satuan suhu
(t), atau dituliskan :

Q
c= atau Q = m . c. t
m  t

ket :
Q = kalor (J)
m = massa (kg)
t = perubahan suhu (0K atau 0C)
J J
c = kalor jenis ( 0 atau )
kg K kg 0 C
faktor m . c pada persamaan diatas diberi nama khusus, yaitu kapasitas kalor, dengan lambang C.
Jadi C = m . c

Kapasitas kalor (C) didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan
(Q) untuk mengubah suhu benda sebesar satu satuan suhu (t), atau dituliskan :

Q atau Q
m.c= C=
t t
Contoh :
Sepotong tembaga bermassa 5 kg dinaikkan suhunya sebesar 10 0 K dengan menggunakan
pemanas listrik berdaya 1 kw. Ternyata untuk itu diperlukan waktu 20 detik. Hitunglah :
a. kalor jenis tembaga menurut percobaan ini
b. kapasitas kalor tembaga tersebut ?
Penyelesaian
m = 5 kg, t = 100 K, P = 1 kw = 1000 W dan t = 20 s
Energi kalor yang dihasilkan pemanas :
Q=W
=P.t
= 1000 x 20 = 20.000 J
a. kalor jenis tembaga :
Q
c =
m  t
20.000
=
5  10
= 400 J/kg . 0K
b. kapasitas kalor :
Q
C=
t
20000
=
10
= 2000 J/0K atau

C. PERPINDAHAN KALOR

Kalor dapat berpindah dari tempat bersuhu tinggi ke tempat bersuhu rendah. Ada 3 cara
perpindahan kalor :
1. konduksi (hantaran)
2. konveksi (aliran)
3. radiasi (pancaran)

1. Konduksi (hantaran)

Konduksi adalah perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan partikel zat tersebut, contoh :
besi yang dipanaskan. Lihat ilustrasi di bawah !

Jika panjang batang = L, luas


L cm
penampang = A dan selisih suhu kedua
ujungnya = t, maka jumlah kalor yang
mengalir tiap satuan waktu dirumuskan : A
Q
T1
t T2
H=k.A dengan :
L
T1 > T 2

H = jumlah kalor yang mengalir tiap


Q Gambar 1.1
satuan waktu = (J/s)
t
k = koefisien konduksi thermal (daya
hantar panas) (kj/m.s.0K)

A = luas penampang (m2)


t = selisih suhu antara kedua ujung batang (0K atau 0C)
L = panjang batang (atau tebal untuk benda berbentuk pelat) (m)
Contoh :
Sebuah jendela kaca ruang bangunan dengan panjang 2 m, tinggi 1 m dan tebalnya 4 mm. Suhu
permukaan dalam kaca 25 0C dan suhu permukaan luarnya 35 0C. Hitung banyaknya kalor yang
mengalir keluar dari ruang itu melalui jendela kaca tersebut ? (k kaca = 8 . 10 -4 kJ/m.s.0K)
Penyelesaian
T1 = suhu di dalam ruangan = 25 0C T2
T2 = suhu diluar ruangan = 35 0C
A = 2 x 1 = 2 m2
L = 5 mm = 5 x 10-3 m
t = 35 – 25 = 10 0C L
T1
Atau
= 308 – 298 = 10 0K
k = 8 . 10-4 kJ/m.s.0K
t
H = k.A
L H
-4  10 
= (8 . 10 ) (2)  3  Gambar 1.2
 4  10 
= 4 kJ/s

2. Konveksi (aliran)

Konveksi adalah perpindahan kalor dimana kalor ikut berpindah bersama-sama dengan
partikel-partikel zat yang dipanaskan. Konveksi ada dua macam, yaitu :

a. Konveksi alamiah

Adalah peristiwa perpindahan kalor secara konveksi yang


berlangsung secara alamiah. Contoh konveksi alamiah
adalah ketika kita memanaskan air. Pada peristiwa
pemanasan air, bagian air yang ada di bawah menerima
panas dari api. Air yang terkena panas ini memuai dan
massa jenisnya menjadi lebih kecil, sehingga bagian ini
naik dan tempatnya digantikan oleh bagian air yang lebih
dingin yang massa jenisnya lebih besar. Bagian air yang
dingin ini mendapat panas pula, lalu naik seperti bagian
air sebelumnya. Demikian seterusnya, air berpindah
Gambar 1.3. Konveksi alamiah (mengalir) sambil membawa kalor secara alamiah.

b. Konveksi paksa
thermostat Air panas
Adalah perpindahan kalor secara radiator
konveksi dimana terjadi rekayasa
(paksaan) pada proses perpindahan
partikel-partikel yang mengalami
konveksi. Contoh konveksi paksa
adalah pada sistem pendingin mobil
(gambar 1.4). Air pendingin dialirkan
melalui pipa-pipa dengan bantuan
pompa air. Panas yang berlebihan dari
mesin dibawa oleh sirkulasi air. Air
panas didinginkan pada radiator, Pompa air
kemudian dialirkan lagi ke dalam Air dingin
mesin. Konveksi seperti ini disebut
konveksi paksa. Gambar 1.4. Radiator
3. Radiasi (pancaran)

Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa memerlukan medium (zat perantara), misalnya
perpindahan panas dari matahari ke bumi. Besarnya energi yang dipancarkan tiap satuan luas
dalam satu satuan waktu dirumuskan oleh Josep Stefan :

W = e .  . T4 dengan :

W = energi yang dipancarkan tiap satuan luas dalam satu satuan waktu (Watt/m 2)
T = suhu permukaan benda (0K)
 = konstanta Stefan-Boltzman = 5,67 x 10-8 Watt/m2 K4
e = emisivitas benda ( 0  e  1 )
Emisivitas benda (e) merupakjan besaran yang bergantung pada sifat permukaan benda. Benda
hitam sempurna mempunyai e = 1

Contoh :
Sebuah bola mempunyai suhu 600 0C. Berapa energi yang dipancarkan bola persatuan luas tiap
detiknya jika bola dianggap hitam sempurna ?
Penyelesaian
T = 600 0C = 873 0K
W = e .  . T4
= (1) (5,67 x 10-8) (873)4
= 3,29 x 104 W/m2

4. Mencegah (mengurangi) terjadinya perpindahan kalor

Dalam beberapa keadaan tertentu, terjadinya perpindahan kalor sangatlah tidak diinginkan.
Beberapa contoh berikut ini merupakan usaha pencegahan terjadinya perpindahan kalor.

a. Pemasangan bahan penyekat (isolator) pada beberapa peralatan rumah

Beberapa peralatan rumah tangga seperti pengaduk, panci, setrika, solder biasanya dipakai
dalam kondisi panas. Agar peralatan tersebut aman dipakai, maka pada bagian pegangannya
dilapisi dengan bahan isolator untuk mencegah konduksi ke tangan.

b. Pemasangan bahan penyekat pada termos air panas

Untuk mempertahankan suhu air didalam termos tetap panas, pada bagian dalam termos
dibuat penyekat dengan dua lapis bahan kaca yang permukaan dalamnya dilapisi perak
mengkilap. Diantara kedua lapisan kaca itu terdapat ruang vakum. Kaca berfungsi sebagai
penyekat untuk mencegah terjadinya konduksi, ruang vakum mencegah terjadinya konveksi, dan
bagian dalam kaca dibuat mengkilap agar dinding dalam termos hanya menyerap sedikit kalor
dari air panas.

c. Pemasangan bahan penyekat pada dinding lemari es

Agar suhu didalam lemari es tetap dingin, maka bagian dalam dari lemari es dilapisi oleh
bahan penyekat yang terbuat dari plastik fiber.

d. Selimut sebagai pencegah perpindahan kalor dari tubuh kita keluar

Ketika ruang kamar tidur kita terasa dingin, maka kita gunakan selimut, karena antara tubuh
kita dan selimut terdapat udara yang berfungsi sebagai isolator. Udara yang terperangkap dalam
selimut akan menghalangi perpindahan kalor secara konduksi dari tubuh kita ke udara dalam
ruang kamar, akibatnya kalor dari tubuh kita tertahan dan menghangatkan tubuh kita sendiri.
D. KALOR PADA PERUBAHAN WUJUD

Pemberian kalor atau pelepasan kalor pada suatu zat dapat menyebabkan zat tersebut berubah
wujudnya. Dibawah ini adalah diagram perubahan wujud zat :

Pada proses perubahan wujud, kalor yang GAS


digunakan untuk mengubah wujud, tetapi suhu menyublim mengembun
zat tidak berubah disebut kalor laten. Atau deposisi menguap
dengan kata lain, “kalor laten adalah kalor membeku
PADAT CAIR
yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk berubah mencair
wujud dari satu wujud ke wujud lainnya”.
Gambar 1.5. Perubahan wujud zat
Q
L= atau Q=m.L
m

 Q = kalor (J)
m = massa zat (kg)
L = kalor laten (J/kg)

Dengan adanya kalor laten, maka ada beberapa ketentuan pada proses perubahan wujud :

Kalor lebur = kalor beku


Titik lebur = titik beku
Kalor didih = kalor embun
Titik didih = titik embun

E. PEMUAIAN ZAT

Pada umumnya zat akan memuai jika dipanaskan dan menyusut jika didinginkan. Pada
pembahasan kali ini hanya akan dibahas pemuaian pada zat padat.

1. Pemuaian panjang

Beberapa zat padat seperti logam (besi, alumunium, tenbaga) ternyata mengalami pemuaian
yang berbeda ketika dipanaskan. Hal ini dikarenakan diantara logam-logam tersebut mempunyai
koefisien muai panjang () yangbberbeda-beda.

Lihat gambar disamping !


Sebatang logam dengan panjang awal l 0
dipanaskan sehingga mengalami pertambahan
panjang Cl. Panjang akhir logam setelah l0 l
dipanaskan adalah lt, maka pertanbahan
lt
panjang logam dirumuskan sebagai:
Gambar 1.7. Pemuaian panjang
l =  . l0 . T dengan :

 = koefisien muai panjang (0C-1 atau 0K-1)


T = perubahan suhu (C atau K)

Contoh :
Batang alumunium dengan panjang 4 m dan suhu 27 0C dipanaskan sehingga suhunya naik
menjadi 72 0C. Jika koefisien muai panjang alumunium 24 x 10 -6/0C, hitunglah :
a. pertambahan panjang alumunium
b. panjang akhir alumunium
Penyelesaian
l0 = 4 m, T = 72 – 27 = 45 0C dan  = 24 x 10 -6/0C
a. l =  . l0 . T
= (24 x 10 -6/0C) (4) (45)
= 4320 x 10 -6 m
= 0,00432 m
b. lt = l0 + l
= 4 + 0,00432
= 4,00432 m

2. Pemuaian luas

Selain pemuaian panjang, benda yang dipanaskan juga akan mengalami pemuaian luas.
Tinjau pemaian luas pada pelat di bawah :

Sebuah pelat logam dengan luas awal A0


dipanaskan sehingga mengalami
At A pertambahan/perubahan luas sebesar A. Luas akhir
A0
pelat adalah At. Maka perubahan/pertambahan luas
pelat dirumuskan sebagai :

A =  . A0 . T
Gambar 1.8. Pemuaian luas
Dengan  = kofisien muai luas = 2

3. Pemuaian volume

Benda padat berbentuk kubus, balok, bola dan sebagainya ketika dipanaskan akan mengalami
pemuaian volume. Analog dengan pemuaian panjang dan pemuaian luas, pertambahan volume
(V) dirumuskan sebagai :

V =  . V0 . T

Dengan  = koefisien muai volume = 3

Anda mungkin juga menyukai