Anda di halaman 1dari 121

FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Senin, 1 Februari 2016


Hari ke - :1

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Pengenalan Pengenalan profil RSUD Kota Bandung,
Profil RSUD meliputi riwayat RSUD, Akreditasi, Visi dan Misi,
Kota Motto RSUD Kota Bandung. RSUD Kota Bandung
Bandung berawal dari Puskesmas dengan tempat perawatan
oleh Ibu Ai sampai pada bulan April tahun 1993 berubah
Muniroh menjadi RSUD Ujungberung kelas D. RSUD
Ujungberung terus berkembang sehingga RSUD
Ujungberung dianggap memenuhi persyaratan
untuk ditingkatkan kelasnya menjadi RSUD
Ujungberung kelas C pada tahun 1998. Pada tahun
2000, status kelembagaan RSUD yang tadinya
sebagai UPT DKK menjadi Lembaga Teknis
Daerah yang bertanggung jawab langsung kepada
Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Pada tahun 2007, RSUD Ujungberung
mendapatkan Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit
dengan Status Akreditasi Penuh untuk 5 standar
pelayanan. Tahun 2010 terjadi perubahan
pengolahan keuangan rumah sakit menjadi Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD). Pada tahun 2012,
RSUD Kota Bandung mendapatkan Sertifikat
Akreditasi Rumah Sakit dengan Status Akreditasi
Penuh untuk 12 pelayanan dan tersertifikasi SNI
ISO 9001:2008.
Visi RSUD Kota Bandung, yaitu:
“Terwujudnya Rumah Sakit yang berkualitas dan
nyaman”. Misi RSUD Kota Bandung, yaitu:
“Melakukan upaya pelayanan kesehatan lanjutan
yang berkualitas kepada masyarakat”. Motto
RSUD Kota Bandung, yaitu: “Sehat bersama kami”
Pengenalan fasilitas di RSUD Kota
Bandung, meliputi: pelayanan medik dan
keperawatan (meliputi: pelayanan rawat jalan,
pelayanan rawat inap, pelayanan gawat darurat dan
pelayanan bedah) dan pelayanan penunjang medis
lainnya. Pelayanan lainnya, antara lain: Instalasi
Gawat Darurat (24 jam), Instalasi Farmasi (24 jam),
laboratorium (24 jam), radiologi, ICU (24 jam),
Instalasi Kamar Bedah Sentral, IPSRS, Instalasi
Gizi, Kamar Bersalin (VK), Instalasi Laundry,

1
Instalasi Kamar Jenazah, Ambulance (24 jam),
KESLING, Diklat, perpustakaan, CSSD, dan Bank
Darah.
2. Pembekalan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit)
materi terkait bertujuan untuk memberdayakan perilaku hidup
PKRS bersih dan sehat, khususnya di Rumah Sakit dan
(Promosi umumnya untuk masyarakat. Rumah Sakit harus
Kesehatan menjadi model bagi masyarakat sekitarnya. Ada
Rumah beberapa faktor yang mencerminkan rumah sakit,
Sakit) oleh antara lain: di rumah sakit tidak boleh merokok,
Pak Haris tidak boleh ada nyamuk, ketersediaan air bersih,
Syamsudin tempat sampah medis dan non medis, tidak boleh
ada vektor (seperti tikus), tidak boleh meludah
sembarangan di area rumah sakit.
3. Pembekalan Kebersihan tangan adalah membersihkan
materi terkait tangan dari kotoran dengan menggunakan sabun
KPPIRS biasa (handsoap) dan air mengalir atau memakai
(Komite cairan antiseptic berbasis alcohol (handrub).
Pencegahan Kapan waktu yang tepat melakukan cuci
dan tangan? Ingat, “five moments” 2 sebelum dan 3
Pengendalian sesudah, yaitu:
Infeksi 1. Sebelum kontak dengan pasien
Rumah 2. Sebelum melakukan tindakan aseptic
Sakit) oleh 3. Sesudah terkena cairan tubuh pasien
Ibu Dini 4. Sesudah kontak dengan pasien
5. Sesudah kontak dengan lingkungan pasien
6 langkah membersihkan tangan menurut WHO:
1. Telapak tangan bertemu dengan telapak tangan
2. Telapak tangan kiri telungkupkan ke dorsum
tangan kanan dan sebaliknya
3. Kedua telapak tangan mengatup dan jari terjalin
4. Letakkan bagian belakang jari ke telapak
dengan jari terkunci
5. Gosok dan putar ibu jari tangan dan sebaliknya
6. Telungkupkan kelima ujung jari tangan kiri
diatas telapak kanan, putar dan lakukan
sebaliknya.
4. Pembekalan Yang menjadi variabel penilaian
materi terkait pengelolaan limbah di rumah sakit, diantaranya:
Pengolahan kebersihan fisik halaman, kebersihan fisik
Limbah bangunan, kebersihan fisik toilet dan kamar mandi,
Rumah Sakit penanganan sampah dan ketersediaan hayati.
oleh Pak Geri Pengelolaan limbah bertujuan agar
terlindungnya pekerja, pasien, pengunjung dan
masyarakat dari penyakit atau gangguan kesehatan
diakibatkan oleh limbah. Limbah RS adalah semua

2
limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair maupun gas yang
mengandung mikroorganisme patogen bersifat
infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian
bersifat radioaktif.
Limbah padat rumah sakit terdiri dari limbah
padat non medis/ non infeksius (seperti yang
berasal dari dapur, perkantoran, taman dan
halaman) dan limbah padat medis/ infeksius
(seperti jarum suntik, pipet, pecahan gelas,
pembalut, handscoon).
Limbah cair rumah sakit adalah semua air
buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
RS, yang mengandung mikroorganisme bahan
beracun, dan radioaktif serta darah yang berbahaya
bagi kesehatan. Sedangkan limbah gas rumah sakit,
contohnya yang berasal dari pembakaran.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

3
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Selasa, 2 Februari 2016


Hari ke - :2

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Pre-test Menjawab soal-soal pre-test IFRS RSUD
Kota Bandung sejumlah 39 soal yang mencakup
pertanyaan mengenai perihal umum, gagal
jantung, ginjal, hati, pasien anak, laboratorium,
dan instalasi farmasi rumah sakit.
2. Pembekalan Pengenalan profil Instalasi Farmasi RSUD
materi terkait Kota Bandung, meliputi: visi dan misi IFRS,
profil fungsi farmasi di RS, struktur organisasi, SDM,
IFRSUD fasilitas dan sarana IFRS, dan peran apoteker
(Instalasi dalam tim RS.
Farmasi Visi IFRS Kota Bandung, yaitu:
Rumah Sakit terwujudnya pelayanan kefarmasian yang
Umum bermutu dan terjangkau berlandaskan
Daerah) “Pharmaceutical Care”. Misi IFRS Kota Bandung,
Kota yaitu: menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
Bandung yang cepat dan tepat yang berorientasi kepada
sekaligus peningkatan kualitas hidup pasien, meningkatkan
pengarahan kualitas dan kuantitas SDM yang dimiliki,
oleh Ibu meningkatkan kerjasama yang harmonis dengan
Dinar pihak ketiga, mengupayakan penyediaan
perbekalan farmasi yang lengkap, bermutu dan
terjangkau, serta melaksanakan pelayanan farmasi
klinik secara optimal yang berinteraksi langsung
dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
Fungsi farmasi di RS, yaitu: pengelolaan
perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian.
Pengelolaan perbekalan farmasi di IFRS Kota
Bandung, meliputi: pemilihan, perencanaan
perbekalan farmasi, pengadaan sediaan farmasi
(ULP), penerimaan perbekalan farmasi,
penyimpanan perbekalan farmasi, produksi
sediaan farmasi (sediaan non steril,
peracikan/pengemasan kembali), pendistribusian,
pemusnahan/ penarikan, pengendalian dan
administrasi..
Pelayanan kefarmasian di IFRS Kota
Bandung, meliputi: pengkajian resep
(administrasi, farmasetik, dan klinik), PIO
(Pelayanan Informasi Obat), konseling, visite,
PTO (Pemantauan Terapi Obat), MESO

4
(Monitoring Efek Samping Obat), evaluasi
penggunaan obat, pendidikan dan pelatihan.
SDM IFRS Kota Bandung, antara lain:
Apoteker, Asisten Apoteker, administrasi, dan
tenaga gas media sentral. IFRS Kota Bandung
dipimpin oleh Kepala Instalasi Farmasi yang
dibantu bagian administrasi, yang membawahi
bagian pengelolaan perbekalan farmasi
(perencanaan, serta penyimpanan dan distribusi
perbekalan farmasi), bagian pelayanan farmasi
dan farmasi klinik (pelayanan farmasi klinik, serta
pelayanan farmasi Rawat jalan dan Rawat inap),
serta bagian manajemen mutu.
Fasilitas dan sarana IFRS Kota Bandung,
antara lain: instalasi farmasi rawat jalan, instalasi
farmasi rawat inap dan IGD (24 jam), ruang
Pelayanan Informasi Obat dan konseling, gudang
farmasi dan distribusi, serta ruang administrasi.
Peran apoteker dalam tim RS, antara lain:
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), Tim HIV
AIDS, Tim DOTS, Tim Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) RS, Tim PPRA (Program
Penanggulangan Resistensi Antibiotik), Tim
Patient Safety, dan Tim Unit Layanan Pengadaan.
Semua yang harus dilakukan selama PKPA
di RSUD Kota Bandung, disesuaikan dengan
PERMENKES No. 58 Tahun 2014.
3. Pembagian Mahasiswa PKPA diberi jadwal kegiatan
jadwal selama 1 bulan di RSUD Kota Bandung, meliputi
selama pelayanan farmasi produk, farmasi klinik,
kegiatan pengkajian dan penyerahan di IFRS rawat jalan
PKPA dan rawat inap, visite ruang dalam, pelayanan
informasi obat di rawat jalan dan rawat inap,
evaluasi, presentasi, dan promosi kesehatan.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

5
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Rabu, 3 Februari 2016


Hari ke - :3

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Pembekalan Kegiatan administrasi FRS terdiri dari:
materi - Pembuatan beberapa dokumen, diantaranya:
terkait 1. Laporan keuangan,
Administrasi 2. Laporan rekapan resep ke Instalasi Farmasi
dan 3. Menyiapkan jadwal dan absensi pegawai
Pelaporan di Instalasi Farmasi
IFRS oleh 4. Menyiapkan format cuti
Ibu Novi 5. Menyiapkan format farmasi klinik
6. Permintaan ATK
7. Laporan psikotropika dan narkotika, yang
langsung di-input ke SIPNAP per bulan,
8. Laporan obat generik dan non generik, yang
berisi jumlah atau presentasi pemakaian obat
generik dan non generik,
9. Laporan pembelian
10. Laporan ATK dan cetakan,
11. Laporan F3O, berisi pengeluaran obat per
bulan,
12. Laporan stok opname, per 3 bulan sekali,
13. Pengarsipan surat
14. Menerima mahasiswa PKL/PKPA
15. Laporan MESO
16. Kuesioner
2. Pembekalan SPM (Standar Pelayanan Minimal)
materi bertujuan untuk mengevaluasi pelayanan,
terkait SPM mencakup evaluasi terhadap waktu pelayanan,
(Standar kepuasan pelanggan, tidak terjadinya kesalahan
Pelayanan dan masuk tidaknya ke dalam formularium rumah
Minimal) sakit.
oleh Ibu Siti SPM untuk Farmasi berdasarkan Dirjen Bina
Pelayanan Medik Depkes RI tahun 2008
mencakup:
 Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit
 Waktu tunggu pelayanan obat racikan ≤ 60
menit
 Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian
obat 100% (jangan salah jenis obat, jangan
salah dosis, jangan salah orang, jangan salah
jumlah)
 Kepuasan pelanggan ≥ 70%

6
3. Pembekalan Tugas gudang, diantaranya:.
materi - Melakukan perencanaan disesuaikan dengan
terkait kebutuhan berdasarkan produk fast moving /
Farmasi slow moving. Permintaan perbekalan farmasi
Produk (defekta) dibuat 1x/minggu berdasarkan
(Gudang) jumlah persediaan yang ada di gudang atau
Pengamatan barang yang telah mencapai buffer stock.
terhadap - Defekta akan diserahkan ke apoteker bagian
Gudang oleh perencanaan, diverifikasi, dan apabila telah
Ibu Nunik disetujui Ka. IFRS, dokumen dibuat 2 rangkap
untuk arsip gudang dan ULP (Unit Layanan
Pengadaan)
- Penerimaan obat dilakukan oleh petugas
gudang dengan mengecek faktur dan surat
pesanan seperti nama barang, jenis, bentuk
barang, expired date, dan no. bets. ED yang
dapat diterima minimal 2 tahun, kecuali untuk
vaksin dan insulin minimal ED yang
dibolehkan adalah 6 bulan. Barang yang telah
diterima dicatat dalam kartu stok.
- Gudang terbagi menjadi gudang 1, untuk
penyimpanan sediaan tablet, sirup, injeksi, obat
luar, termolabil, dan obat narkotik/psikotropik,
dan gudang 2, untuk penyimpanan barang
secara fisik besar seperti cairan infus.
- Sistem penyimpanan obat-obatan adalah
berdasarkan sumber barang (APBD, BLUD,
hibah, dan donasi), undang-undang (narkotika
dan psikotropika), suhu (termolabil), dan
bentuk sediaan. Disusun secara alfabetis,
dipisahkan untuk obat high alert dan LASA.
Obat high alert disatukan dalam rak terpisah
yang diberi label warna merah. Obat high alert
merupakan obat-obat yang perlu pemantauan
yang tinggi karena apabila terjadi kesalahan
penggunaan, akan berakibat fatal pada pasien.
Contoh obat high alert: obat-obat anti diabetes,
obat-obat narkotika, cedocard, cairan elektrolit
konsentrasi tinggi dan lainnya. Obat-obatan
LASA (Look Alike Sound Alike) diberi label
lingkaran hijau dengan tulisan “LASA”
ditengahnya untuk memperingatkan petugas
gudang untuk lebih berhati-hati dalam
pengambilan obat LASA. Penyimpanan alkes
dikelompokan sesuai dengan kegunaan atau
fast moving/slow moving. Hal ini dilakukan

7
agar mudah dalam pengambilan obat dan
menghindari kerusakan.
- Suhu dicek 2 kali sehari, yaitu awal masuk dan
sebelum pulang. Suhu gedung kurang dari
25oC, dan suhu kulkas 4-5oC.
- Distrubusi untuk setiap poli dan ruangan
dilaksanakan sebulan 2x yaitu awal dan
pertengahan bulan. Sedangkan untuk instalasi
rawat inap dan instalasi rawat jalan dilakukan
setiap hari berdasarkan Bon Permintaan
Barang (BPB). Setiap barang keluar dicatat
dalam bukti barang keluar (BBK).
- Pengeluaran berdasarkan FEFO (First Expired
First Out) dan FIFO (First In Firs Out)
4. Pembekalan Perencanaan dilakukan untuk menghindari
materi kekosongan obat dengan menggunakan metode
terkait perencanaan antara lain: konsumsi, epidemiologi,
Pengelolaan kombinasi yang disesuaikan dengan anggaran.
dan Jangka panjang
Perbekalan  Perencanaan untuk jangka waktu satu tahun
Farmasi oleh menggunakan metode konsumtif
Pak Iyan (menggunakan data sebelumnya).
Jangka pendek
 Hanya untuk kebutuhan 2 minggu-1 bulan
 Dilakukan per minggu sesuai dengan
kebutuhan RS
Pengadaan merupakan kegiatan yang
dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan
kebutuhan.
Pengadaan dapat dilakukan melalui:
 Pembelian
Pembelian dibedakan berdasarkan sumber
dana:
- APBD (Dana APBD dibelanjakan
sesuai dengan dana APBD yang
diperoleh).
- BLUD (Pengadaan langsung dengan
menggunakan dana dari RS).
 Produksi sediaan farmasi
Diantaranya: soda gliserin 5%, sol acid
salicyl 1%, H2O2 3% kemasan 10 ml
(dikemas ulang)
 Sumbangan/ hibah
Diantaranya: paket TBC, obat kusta, obat
ARV, dan obat malaria

8
5. Pembekalan Alur pelayanan resep rawat jalan:
materi 1. Pasien membawa resep + persyaratan
terkait administrasi (sesuai dengan jenis pasien
Pelayanan 2. Pengkajian resep secara administratif dan
Rawat Jalan farmasetik (TTK), pengkajian klinis (Apt)
oleh Ibu 3. Resep diberi cap pengkajian resep dan diparaf
Linda oleh petugas penerima resep
4. Resep diproses berdasarkan cara pembayaran
5. Resep dan pasien diberi nomor antri
6. Dilakukan penyiapan obat (pengambilan obat,
peracikan, etiket)
7. Dilakukan pengecekan ulang oleh Apoteker
8. Dilakukan penyerahan obat disertai dengan
PIO, catat jam penyerahan
9. Petugas administrasi merekap pengeluaran obat
pada computer

6. Pembekalan Pasien di Ruang Perawatan (One Day Dose)


materi Di depo farmasi,
terkait Petugas farmasi
dilakukan
Pelayanan mengambil kartu
pengkajian/
obat ke ruangan
Rawat Inap telaah kartu obat
oleh Ibu Iis

Penyiapan Pengecekan
persediaan. Obat kembali
disiapkan dengan persediaan oleh
sistem ODD Apoteker

Dikelompokkan Obat
berdasarkan didistribusikan
ruangan ke ruangan

Pasien VK, Nifas


Pengkajian resep,
Pasien membawa bila pasien umum
kartu obat ke depo dihitung harga dan
farmasi diberi pengantar
bayar

Penyerahan
Penyiapan obat disertai dengan
PIO

9
Pasien pulang
kartu obat dan Pengkajian resep,
rincian pulang bila pasien umum
diambil oleh dihitung harga
petugas dari ruang dan diberi
rawat ke depo pengantar bayar

Entri data pasien


Penyiapan obat ke dalam
komputer

Penyerahan
disertai dengan
PIO

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

10
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Kamis, 4 Februari 2016


Hari ke - :4

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Pendistribusi Pendistribusian barang dari gudang ke loket
an dari maupun depo dilakukan apabila pihak loket
gudang ke ataupun depo memberikan bon permintaan barang
depo/loket (BPB) ke gudang.
Tahapan pendistribusian barang:
Bon Permintaan Barang (BPB) diterima petugas
gudang

Diperiksa ketersediaan barang yang diminta dan


disiapkan barang-barang tersebut

Petugas gudang membuat Bukti Barang Keluar


(BBK)

Barang diperiksa kembali oleh petugas dari loket


atau depo, kemudian BBK ditandatangani oleh
petugas yang mengambil
BBK asli dan BPB copy diberikan kepada yang
minta; BBK copy dan BPB asli untuk arsip gudang.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

11
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Jum’at, 5 Februari 2016


Hari ke - :5

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Pengarahan Ringkasan materi yang diperoleh diantaranya:
kegiatan A. Membahas soal pretest awal yang berkaitan
farmasi klinik dengan Farmasi klinik, beserta kegunaan
oleh Ibu istilah-istilahnya.
Yulisiana
 Seorang apoteker harus memahami
patofisiologi suatu penyakit dan sifat-sifat
serta mekanisme kerja obat sebagai dasar
pertimbangan pemberian obat.
Contohnya:
1. Pada penderita gangguan ginjal, adanya
penurunan klirens ginjal juga dapat
mengakibatkan akumulasi obat dalam
darah, sehingga keduanya
meningkatkan risiko toksisitas. Untuk
itu harus dilakukan penyesuaian dosis
sesuai kondisi pasien;
2. Pemberian obat diuretik tertentu tanpa
monitoring dapat menyebabkan kondisi
hiperkalemia. Contohnya spironolakton
yang merupakan antagonis aldosteron.
Hormon aldosteron dalam tubuh
berperan dalam memperbesar reabsorbsi
Na+ dan Cl- di tubuli serta memperbesar
ekskresi K+. Spironolakton bekerja
dalam penghambatan kompetitif
terhadap kerja aldosteron, sehingga
dapat memungkinkan terjadinya
hiperkalemia
B. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
1. PIO adalah kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat
yang independen, akurat, komprehensif,
terkini oleh apoteker kepada pasien,
masyarakat maupun pihak yang
memerlukan di rumah sakit. Metode yang
digunakan dalam PIO seperti on call dan
pelayanan langsung oleh apoteker pada jam
kerja.

12
2. PIO aktif adalah ketika seorang apoteker
berinisiatif untuk memberikan PIO kepada
pasien, keluarga, atau tenaga medis
lainnya. PIO pasif adalah ketika apoteker
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
pasien, keluarga, atau tenaga medis
lainnya.
3. Sasaran informasi obat meliputi:
 Pasien dan atau keluarga pasien
 Tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi,
apoteker, perawat, bidan, asisten
apoteker, dan lain-lain)
 Pihak lain (manajemen, tim/kepanitiaan
klinik, dan lain-lain)
4. Sumber informasi yang dapat digunakan
adalah melalui sumber daya dari tenaga
kesehatan, pustaka, sarana dan presarana,
pustaka yaitu pustaka primer (jurnal),
sekunder (abstrak penelitian kefarmasian),
tersier (buku teks).
5. Alur menjawab pertanyaan dalam
pelayanan informasi obat:

PENANYA

PIO

ISI FORMULIR
Klasifikasi penanya dan
pertanyaan

INFORMASI LATAR
UMPAN BALIK

BELAKANG

KUMPUL DATA DAN


EVALUASI DATA

DOKUMENTASI FORMULIR JAWABAN

KOMUNIKASI

C. Konseling
1. Tujuan dari konseling adalah meningkatkan
kepatuhan terapi pasien untuk tercapainya
pharmaceutical care. Dalam konseling,

13
apoteker harus dapat membangun suasana
pertemanan dengan pasien (lawan bicara)
sehingga tidak ada kecanggungan pasien
dalam menyampaikan pertanyaan-
pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan
bersifat terbuka yaitu tidak diperbolehkan
menanyakan pertanyaan yang bersifat
tertutup (seperti untuk menghasilkan
jawaban “ya” atau “tidak”).
2. Prinsip dasar konseling yaitu mengerti
kebutuhan, keinginan, dan pilihan pasien.
3. Pendekatan apoteker dalam pelayanan
konseling mengalami perubahan model
pendekatan dari pendekatan “medical
model” menjadi pendekatan “helping
model”, dimana helping model lebih
menekankan pada:
a) Pasien terlibat secara aktif
b) Kepercayaan didasarkan dari hubungan
pribadi yang berkembang setiap saat
c) Menggali semua masalah dan memilih
cara pemecahan masalah
d) Pasien mengembangkan rasa percaya
dirinya untuk memecahkan masalah
e) Hubungan setara (seperti teman)
4. Tahapan-tahapan dalam konseling :
1. Memperkenalkan diri
2. Menerangkan maksud konseling
3. Meminta waktu konseling
4. Menanyakan three prime questions
- Bagaimana penjelasan dokter tentang
obat Anda?
- Bagaimana penjelasan dokter tentang
cara pakai obat Anda?
- Bagaimana penjelasan dokter tentang
harapan setelah minum obat Anda?
5. Informasi obat dan kegunaan
6. Cara penggunaan dan dosis obat
7. Informasi efek samping, penggalian
riwayat alergi
8. Informasi penyimpanan
9. Hasil laboratorium
10. Informasi kontra indikasi/ interkasi obat

14
D. Visite
Pada layanan visite diberikan kepada semua
pasien yang masuk rumah sakit. Namun
mengingat keterbatasan jumlah apoteker maka
layanan visite diprioritaskan untuk pasien
dengan kriteria sebagai berikut :
 Pasien baru (dalam 24 jam pertama)
 Pasien dalam perawatan intensif
 Pasien yang menerima lebih dari 5 macam
obat
 Pasien yang mengalami penurunan fungsi
organ terutama hati dan ginjal
 Pasien yang hasil pemeriksaan
laboratoriumnya mencapainilai kritis
(critical value). Misalnya: ketidak
seimbangan elektrolit, penurunan kadar
albumin
 Pasien yang mendapatkan obat yang
mempunyai indeks terapetik sempit,
berpotensi menimbulkan reaksi obat yang
tidak diinginkan (ROTD) yang fatal. Contoh:
pasien yang mendapatkan terapi obat
digoksin, karbamazepin, teofilin, sitostatika.

E. Melakukan visite ke pasien baru Ny. H

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Umur : 59 tahun
No. RM : 60.95.06
Alamat : Jalan Sukarajin 02/13
Kelurahan Cikutra
Kecamatan Cibeunying
kidul Bandung
Ruang/Kelas : Flamboyan/ III
MRS : 04-02-2016

15
II. SUBYEKTIF
2.1. Keluhan
Diare ditambah DM
2.2. Sejarah
DM sejak 2 tahun yang lalu
2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
2.4. Riwayat Pengobatan
No Nama Obat Dosis
1. Metpormin 500 mg 3x1 ac
2. Lantus iv 0-0-10 ml
3. Novorapid iv 2x8 ml
2.5. Penyakit Keluarga
Tidak ada
2.6. Alergi Obat
Tidak ada
2.7. Diagnosa awal
Hypoglichemic State ec Uncontrolled
DM 2.
III. OBYEKTIF (saat MRS)
3.1. Tanda Vital
Nilai
Paramete Normal 5/2/16
r
Tekanan 120/80
Drah Mm/Hg 110 / 80

Nadi x/min 84

Respirasi x/min 20

Suhu
360 C 36,60 C
Tubuh

Mual - +

Muntah - +

- +
Pusing

Pingsan - +

Bengkak - +

Lemah +
+ +
lemas

16
IV. ASSESMENT
1. Terapi dari dokter
Tanggal
Nama
No Signa Indikasi (Februari 2016)
Obat
4 5 6 7
Untuk asam v v - -
1. Rantin iv 2x1
lambung .
Odancent 1x1 Antiemetik. v v - -
2.
ron iv tpm
Arcapec 3x2 Antidiare.
3. V v - -
tab tab
4. Oralit prn Electrolit tubuh V v - -
5. RL Electrolit tubuh V v - -

2. Problem Medik Pasien


a. Dm.
b. Diare.
c. Nyeri.

Perhitungan Creatinin clearance

Ccr = (140 - age) x weight x 0,85

72 x Scr

= (140 - 59) x 45 x 0,85

72 x 2,7

= 15,9 ml/min

V. PLAN

A1 : Dosis lebih ranitidin seharusnya 1x1 ampul

P1 : konsul ke dokter untuk penurunan dosis


(dokter mengganti ranitidin dengan Omeprazol)

A2: gula darah sewaktu meningkat pada hari


kedua

P2: konsul kedokter untuk penyelesaian

A3: arcapec hati-hati pada gangguan ginjal berat

P3 : beri jarak pada penggunaan obat lainnya

A4: udem pada kaki

17
P4: konsul ke dokter untuk penanganannya

A5: Udem pada kaki tidak disampaikan pada


dokter

P5: Pada saat rawat jalan sampaikan keluhan agar


ditangani

A6: Penggunaan Metformin di Kontra Indikasikan


bagi pasien, karena Scr nya melebihi batas normal

P6: Penggunaan Metformin dihentikan atas


persetujuan

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

18
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Sabtu, 6 Februari 2016


Hari ke - :6

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Kegiatan Resep 1 (No Resep: xxxxx)
pengkajian Nama Pasien: Ny. S
dan Umur: -
penyerahan Diagnosa: -
resep rawat Resep: R/ SF tab 300 mg No. XXX
jalan S 1 dd 1
R/ Ranitidin tab 150 mg No. XV
S 2 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan √ Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien √ Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Sulfas Ferrous (Fe Sulfat heptahidrat 300
Ketepatan mg)
Indikasi Indikasi: Anemia hipokromik makrositik,
kehamilan..
Mekanisme: Ferrous Sulfate memfasilitasi
transportasi O2 melalui hemoglobin.
Digunakan sebagai sumber besi yang
menggantikan besi yang ditemukan pada
hemoglobin, mioglobin dan enzim lain. (√)

Ranitidin
Indikasi: Ulkus lambung, ulkus duodenum,
hipersekresi asam lambung pada sindrom
Zollinger Ellison.
Termasuk sebagai obat H2 reseptor bloker.
Bekerja dengan mengurangi produksi asam
lambung. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis

19
Interaksi  Ranitidin + Sulfas Ferrous
Ranitidin akan menurunkan tingkat atau
efek dari sulfat besi dengan
meningkatkan pH lambung.
Tindak lanjut: Jangan diberikan
bersamaan, disarankan penggunaan
kedua obat tersebut untuk diberi jeda
waktu pemakaian.
Kesesuaian Dosis
Penggu- Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
naan suaian
Sulfas 300 mg, sekali 1x1 Sesuai
Ferrous sehari
Ranitidin Sehari 2 x 150 mg 2x1 Sesuai
Sumber: Medscape, MIMS, Drugs.com dan ISO

Resep 2 (No Resep: xxxxx)


Nama Pasien: Tn. S
Umur: -
Diagnosa: Asma
Resep: R/ Seretide No.I
S 2 dd 1 hisap
R/ Retaphyl SR No.XXX
S 1 dd 1
R/ Metil prednisolon 4 mg No.LX
S 2 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama poli/ruangan √ Kekuatan sediaan √
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur - Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien - Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Seretide 125 inhaler (Salmeterol 25 mcg,
Ketepatan fluticasone propionate 125 mcg)
Indikasi Indikasi: Terapi reguler untuk penyakit
obstruktif saluran nafas yang reversible.
Mekanisme: Salmeterol bekerja pada
reseptor beta-2, salmeterol tidak membuka
saluran napas secepat short-acting beta- 2
agonist (SABA) seperti salbutamol atau
terbutaline namun menyebabakan saluran

20
napas terbuka lebih lama. luticasone adalah
kortikosteroid sintetis yang cara kerjanya
mencegah pelepasan zat kimia tertentu yang
terlibat dalam memproduksi kekebalan dan
alergi yang mengakibatkan peradangan. (√)
Retaphyl (Teofilin 300 mg)
Indikasi: meringankan dan mengatasi
serangan asma bronkial.
Mekanisme: Teofilin, sebagai
bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi
utama di paru yaitu dengan cara relaksasi
otot polos dan menekan stimulan yang
terdapat pada jalan nafas (suppression of
airway stimuli).. (√)
Metil prednisolon
Indikasi: Untuk meredakan inflamasi
dan menangani gejala alergi.
Mekanisme: Bekerja dengan cara menekan
pembentukan, pelepasan, dan aktivitas dari
mediator inflamasi endogen termasuk
prostaglandin, kinin, histamin, enzim
liposom dan sistem komplemen.
Memodifikasi respon imun tubuh.
(√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi  Teophilin + Metil Prednisolone
Prednisolon akan menurunkan tingkat atau
efek teofilin dengan mempengaruhi
metabolisme usus dari enzim CYP3A4 hati.
Tindak lanjut :
Jangan diberikan bersamaan, disarankan
penggunaan kedua obat tersebut untuk
diberi jeda waktu pemakaian.
Kesesuaian Dosis
Pengguna- Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
an suaian
Seretide Inhaler seretide 2x1 Sesuai
125
Dewasa dan
anak > 12 tahun:
sehari 2 x 2
inhalasi
Retaphyl 1 x 1 kaplet 1x1 Sesuai
(300 mg) /hr
Metil Awal: sehari 4- 2x1 Sesuai
prednisolon 48 mg
Sumber: Medscape, Drugs.com, dan MIMS.

21
Resep 3 (No. Resep: xxxxx)
Nama Pasien: Ny. E
Umur: -
Diagnosa: CAD
Resep:
R/ Furosemid 40 mg no. 30
S 1 dd 1
R/ Spironolakton 25 mg no. 30
S 1 dd 1
R/ Digoxin 0,25 mg no. 30
S 1 dd 1
R/ Micardis 40 mg no. 30
S 1 dd 1
R/ Lansoprazol 30 mg no. 30
S 1 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan / dosis √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur - Paraf / acc dr. untuk -
penggantian obat
Berat badan - Paraf / ttd dr. untuk OKT / -
(anak) Narkotik
Alamat pasien - Jumlah obat √
(R.Jalan)
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Furosemid 40 mg
Ketepatan Indikasi: untuk edema, ascites, hipertensi
Indikasi sedang atau ringan dengan pemberian
tunggal atau kombinasi dengan
antihipertensi.
Furosemide merupakan diuretik loop yang
menghambat reabsorpsi ion natrium dan
klorida pada tubulus ginjal proksimal dan
distal dan lengkungan Henle; serta
peningkatan air, kalsium, magnesium,
natrium, dan klorida yang disebabkan oleh
sistem kotransport ikatan klorida. (√)

Spironolacton 25 mg
Indikasi: untuk hipertensi esensial, kondisi
edema termasuk CHF, sirosis hati (dengan

22
atau tanpa ascites) dan sindrom nefrotik,
diagnosis dan pengobatan aldosteronism,
sebagai terapi adjunctive pada hipertensi
malignant, profilaksis hipokalemia pada
pasien yang mengonsumsi digitalis ketika
pengukuran lain dipertimbangkan tidak
adekuat atau tidak tepat.
Spironolacton merupakan antagonis
aldosterone dengan efek diuretik dan
antihipertensi, yang bekerja secara
kompetitif mengikat reseptor pada bagian
pertukaran Na-K bergantung aldosteron di
dalam tubulus distal yang menghasilkan
peningkatan ekskresi Na, Cl, dan air, serta
retensi K dan H. (√)

Digoxin
Indikasi: untuk CHF, takikardia
supraventrikular paroksismal, dan gagal
jantung dengan fibrilasi atrial.
Pada gagal jantung, digoxin meningkatkan
kontraktilitas dengan menghambat pompa
Na/K ATPase pada sel miokardial, yang
kemudian menaikkan influks kalsium
melalui pompa pertukaran natrium-
kalsium.(√)

Micardis (Telmisartan)
Indikasi: untuk hipertensi esensial.
Micardis merupakan ARB (Angiotensin II
Receptor Blocker) yang menghambat
vasokonstriktor dan sekresi aldosteron yang
disebabkan oleh Angiotensin II. (√)

Lansoprazole
Indikasi: terapi jangka pendek untuk
ulserasi duodenal, untuk terapi
penyembuhan ulserasi duodenal, esofagitis
erosif, terapi jangka panjang untuk
hipersekresi asam lambung, ulserasi gastrik,
dan GERD.
Bekerja dengan melakukan supresi
produksi asam lambung dengan menekan
pompa proton dalam sel parietal. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi 1. Lansoprazol + Digoksin
Lansoprazole akan meningkatkan
tingkat atau efek dari digoxin dengan
meningkatkan pH lambung

23
2. Spironolakton + Digoksin
Spironolakton akan meningkatkan
tingkat atau efek dari digoksin oleh P-
glikoprotein (MDR1) penghabisan
transporter.
3. Telmisartan + Digoksin
Telmisartan peningkatan kadar
digoksin dengan mekanisme yang
tidak diketahui.
4. Spironolakton + Digoksin
Spironolakton, digoksin. Mekanisme:
penurunan klirens ginjal.
5. Furosemid + Digoksin
Furosemide meningkatkan efek dari
digoxin oleh sinergisme
farmakodinamik. Signifikan interaksi
mungkin, memonitor. Hipokalemia
meningkatkan efek digoxin.
6. Telmisartan + Spironolakton
Telmisartan dan spironolakton baik
peningkatan kalium serum.
7. Spironolakton + Furosemid
Spironolakton meningkat dan
furosemide menurunkan kalium
serum.
8. Telmisartan + Furosemide
Telmisartan meningkat dan
furosemide menurunkan kalium
serum.
9. Digoksin + Furosemide
Digoksin meningkat dan furosemide
menurunkan kalium serum.
Tindak lanjut:
1. Pantau kondisi pasien
2. Pantau kadar digoxin, kalium, dan
magnesium. Penyesuaian dosis digoxin
diperlukan. Segera ke dokter bila
mengalami tanda toksisitas digoxin atau
gangguan elektrolit, seperti lemah, lesu,
nyeri atau kram otot, mual, kurang
nafsu makan, gangguan penglihatan,
atau denyut jantung tidak beraturan.

24
Kesesuaian Dosis
Nama Obat Dosis Lazim Penggu Kesesu
-naan -aian
Furosemide 20–80 mg, sekali 1x1 Sesuai
40mg sehari atau dibagi
tiap 12 jam;
dapat ditingkatkan
20–40 mg tiap 6–8
jam; maks:
600mg/hari.
Spironolactone 12,5–25mg/hari; 1x1 Sesuai
25mg dapat ditingkatkan
menjadi
50mg/hari jika
dibutuhkan.
Digoxin 0,125- 1x1 Sesuai
0,25mg 0,25mg/hari; dosis
lebih tinggi yaitu
0,375–0,5mg/hari
jarang
dibutuhkan.
Micardis 40mg, sekali 1x1 Sesuai
sehari. Maks:
80mg, sekali
sehari.
Lansoprazol 30 15 – 60 mg per 1x1 Sesuai
mg hari
Sumber: Medscape, Drugs.com, MIMS.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

25
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Selasa, 9 Februari 2016


Hari ke - :7

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Kegiatan Resep 1 (No. Resep: xxxxx)
pengkajian Nama Pasien: Tn. A
dan Umur: -
penyerahan Diagnosa: stroke
resep rawat Resep:
jalan R/ Miniaspi 80 no. 30
S 1 dd 1
R/ Hytrin 2 mg no. 30
S 1 dd 1
R/ Spironolacton 25 mg no. 30
S 1 dd 1
R/ Irbesartan 300 mg no. 30
S 1 dd 1
R/ Amlodipin 10 mg no. 30
S 1 dd 1
R/ Farnomin 50mg no. 30
S 1 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan / dosis √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur - Paraf / acc dr. untuk -
penggantian obat
Berat badan - Paraf / ttd dr. untuk OKT / -
(anak) Narkotik
Alamat pasien - Jumlah obat √
(R.Jalan)
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Miniaspi (Aspirin / asam asetil salisilat):
Ketepatan Indikasi: Mencegah agregasi platelet pada
Indikasi infark miokard dan angina tak stabil;
mencegah serangan iskemik otak sepintas.
Mekanisme: Menghambat sintesis
prostaglandin oleh siklooksigenase,
menghambat agregasi platelet. (√)

26
Hytrin (Terazosin HCl):
Indikasi: Hipertensi; terapi untuk gejala
hyperplasia prostat jinak (BPH).
Mekanisme: mengendurkan pembuluh vena
dan arteri sehingga darah darah dapat
melewatinya dengan lebih mudah;
mengendurkan otot di sekitar prostat dan
leher kandung kemih, memudahkan untuk
buang air kecil. (√)

Spironolacton:
Indikasi: hipertensi esensial, edema pada
payah jantung kongestif, edema yang
disertai peningkatan kadar aldosterone
dalam darah, misalnya pada sindrom
nefrotik atau sirosis hati.
Mekanisme: spironolakton berkompetisi
dengan aldosterone pada reseptor di tubulus
ginjal distal, meningkatkan natrium klorida
dan eksresi air selama konversi ion kalium
dan hydrogen, juga dapat memblok efek
aldosterone pada otot polos arteriolar.(√)

Irbesartan:
Indikasi: Pengobatan hipertensi esensial.
Mekanisme: antagonis reseptor angiotensin/
angiotensin II reseptor bloker. Angiotensin
II bertindak sebagai vasokonstriktor. Selain
menyebabkan vasokonstriksi secara
langsung, angiotensin II juga merangsang
pelepasan aldosteron. Setelah aldosteron
dilepaskan, natrium serta air diserap. Hasil
akhirnya adalah peningkatan tekanan darah.
Irbesartan berikatan dengan reseptor AT1
angiotensin II. Ini mencegah ikatan
angiotensin II mengikat ke reseptor
sehingga menghalangi vasokonstriksi dan
aldosteron mensekresi efek angiotensin II.
(√)

Amlodipin:
Indikasi: Hipertensi, angina stabil kronik,
angina vasospastik (angina prinzmetal atau
variant angina).
Mekanisme: Menghambat masuknya
(influx) ion kalsium ke dalam sel otot
jantung dan otot polos pembuluh darah.
Amlodipine menyebabkan pelebaran
pembuluh darah arteri coroner dan arteriol.
(√)

Farnomin (Atenolol):
Indikasi: Hipertensi dan angina pectoris
akibat aterosklerosis koroner.

27
Mekanisme:
Atenolol menghambat stimulasi adrenergik
dari reseptor beta-adrenergik dalam
miokardium dan otot halus vaskular.
Dengan menghambat reseptor β1-
adrenergik miokardium, atenolol
menghasilkan aktivitas kronotropik dan
inotropic yang negatif. Dengan
berkurangnya kontraktilitas miokardium
dan denyut jantung, dan dengan turunnya
tekanan darah akan mengakibatkan
berkurangnya konsumsi oksigen oleh
miokardium. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi  Irbesartan + Miniaspi atau Farnomin
atau spironolactone (signifikan)
Meningkatkan kadar potassium,
Tindak lanjut: monitoring kadar
potassium pasien.
 Hytrin + amlodipine atau farnomin
(signifikan)
Meningkatkan anti-hipertensi channel
blocking,
Tindak lanjut: monitoring ketat.
 Irbesartan + makanan
Makanan yang mengandung potassium
tinggi, suplemen potassium atau
pengganti garam ketika minum
irbesartan akan menyebabkan kadar
potassium dalam darah tinggi.
Manajemen: hindari konsumsi makanan
yang mengandung kalium tinggi.
Kesesuaian Dosis
Nama Obat Dosis Lazim Penggu Kesesu
-naan -aian
Miniaspi 80 80-160 mg/hari 1x1 Sesuai
Hytrin Sehari 1x. hari 1x1 Sesuai
pertama 1 mg
malam; hari kedua
1 mg pagi;
dimonitor setelah
2-3 hari; kalau
perlu dosis
dinaikkan menjadi
2 mg pagi hari.
Spironolacton 12,5–25mg/hari; 1x1 Sesuai
dapat ditingkatkan
menjadi
50mg/hari jika
dibutuhkan.

28
Irbesartan 150 mg/hari. 1x1 Sesuai
Dapat
ditingkatkan
menjadi 300
mg/hari.
Amlodipin Dewasa: awal 5 1x1 Sesuai
mg/hari. Dapat
ditingkatkan
menjadi 10
mg/hari.
Farnomin Dewasa: 50 3x1 Sesuai
mg/hari. Dapat
ditingkatkan
menjadi 100
mg/hari jika perlu,
setelah 2 minggu.
Sumber: Medscape, Drugs.com, MIMS.

Resep 2 (No Resep: xxxxx)


Nama Pasien: Ny. S
Umur: -
Diagnosa: depresi
Resep: R/ Nopres 20 mg No. VII
S 1 dd I
R/ Haloperidol 0,5 mg No. XV
S 2 dd I
R/ Alprazolam 0,5 mg No. VII
S 1 dd I

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan √ Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien √ Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Nopres (fluoksetin 20 mg)
Ketepatan Indikasi: Depresi.
Indikasi Mekanisme: antidepresan dari golongan
SSRI (Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor), memiliki sedikit efek neuronal
uptake norepineprin atau pada dinamik
dopamin pada pemberian jangka pendek atau
panjang. (√)

29
Haloperidol
Indikasi: agitasi psikomotor pada kelainan
tingkah laku.
Mekanisme: Memblok reseptor
dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik
mesolimbic otak. Menekan penglepasan
hormone hipotalamus dan hipofisa, menekan
Retucular Activating System (RAS)
sehingga mempengaruhi metabolism basal,
temperatur tubuh, kesiagaan, tonus
vasomotor dan emesis. (√)

Alprazolam
Indikasi: Terapi jangka pendek untuk
gangguan cemas sedang atau berat dan
gangguan cemas yang berhubungan dengan
depresi.
Mekanisme: Berikatan dengan reseptor
benzodiasepin pada syaraf post sinap GABA
di beberapa tempat di SSP, termasuk system
limbik dan formattio reticular. Peningkatan
efek inhibisi GABA menimbulkan
peningkatan permeabilitas terhadap ion
klorida yang menyebabkan terjadinya
hiperpolarisasi dan stabilisasi. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi  Nopres + Haloperidol
Meningkatkan efek haloperidol dengan
mempengaruhi metabolism oleh enzim
hepatik CYP2D6
 Alprazolam + Haloperidol
Meningkatkan sedasi
Kesesuaian Dosis
Penggu- Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
naan suaian
Nopres 20 Awal 20 mg/hari 1x1 Sesuai
pada pagi hari, dosis
dapat ditingkatkan
jika tidak ada
perbaikan klinis
sesudah beberapa
minggu terapi.
Maks: 80 mg/hari
Haloperidol Gejala ringan 0,5-2 2x1 Sesuai
0,5 mg mg 2-3x/hari
Gejala lebih berat
3-5 mg 2-3x/hari
Alprazolam Sehari 0,5-4,0 mg 1x1 Sesuai
0,5 mg dalam dosis terbagi
Sumber: Medscape, MIMS, Drugs.com dan ISO

30
Resep 3 (No Resep: xxxxx)
Nama Pasien: Ny.T
Umur: 64 th
Diagnosa: DM + HT
Resep: R/ Metformin 500 mg No.90
S 3 dd I
R/ Glikuidon 30 mg No.30
S 1 dd I
R/ Amlodipin 10 mg No.30
S 1 dd I
R/ Lisinopril 10 mg No.30
S 1 dd 1
R/ Spironolakton 25 mg No.30
S 1 dd 1
R/ Bisoprolol 5 mg No.30
S 1 dd I

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama poli/ruangan √ Kekuatan sediaan √
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien - Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Metformin 500
Ketepatan Indikasi: NIDDM (noninsulin-dependent
Indikasi diabetes mellitus): sebagai monoterapi atau
terapi kombinasi dengan antidiabetes oral
lain..
Mekanisme: menghambat produksi glukosa
(gluconeogenesis) di hati. (√)

Glikuidon
Indikasi: NIDDM.
Mekanisme: Meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas. (√)

Amlodipin:
Indikasi: Hipertensi, angina stabil kronik,
angina vasospastik (angina prinzmetal atau
variant angina).
Mekanisme: Menghambat masuknya
(influx) ion kalsium ke dalam sel otot
jantung dan otot polos pembuluh darah.

31
Amlodipine menyebabkan pelebaran
pembuluh darah arteri coroner dan arteriol.
(√)

Lisinopril
Indikasi: Hipertensi.
Mekanisme: inhibitor kompetitif
Angiotensin I menjadi Angiotensin II,
selain itu dapat menurunkan Angiotensin II
karena penurunan aktivitas plasma renin
dan penurunan sekresi aldosteron. (√)

Spironolacton
Indikasi: hipertensi esensial, edema pada
payah jantung kongestif, edema yang
disertai peningkatan kadar aldosterone
dalam darah, misalnya pada sindrom
nefrotik atau sirosis hati.
Mekanisme: spironolakton berkompetisi
dengan aldosterone pada reseptor di tubulus
ginjal distal, meningkatkan natrium klorida
dan eksresi air selama konversi ion kalium
dan hydrogen, juga dapat memblok efek
aldosterone pada otot polos arteriolar.(√)

Bisoprolol
Indikasi: Hipertensi.
Mekanisme: Bekerja dengan memblok
reseptor beta, secara primer memengaruhi
sistem kardiovaskuler (menurunkan denyut
jantung, kontraktilitas kardiak, dan tekanan
darah) dan paru (mempromosikan
bronkospasme). (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi  Bisoprolol + Amlodipin
Meningkatkan anti-hipertensi
 Bisoprolol + Spironolacton
Meningkatkan serum potassium.
 Lisinopril + Glikuidon
Meningkatkan efek glikuidon
 Lisinopril + Spironolacton
Resiko hyperkalemia
Tindak lanjut:
Hindari konsumsi makanan yang
mengandung kalium tinggi. Segera ke
dokter bila mengalami tanda dan gejala
hiperkalemia seperti mual, muntah, lemah,
lesu, gatal yang hebat, tidak berdaya,
bingung, nadi lemah, dan denyut jantung
lambat atau tidak beraturan.

32
Kesesuaian Dosis
Penggun Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
a-an suaian
Metformin Sehari 2-3 x 500 3x1 Sesuai
mg
Glikuidon Awal: sehari 15 1x1 Sesuai
mg. Dapat
ditingkatkan s/d
sehari 45-60 mg
dalam dosis
terbagi
Amlodipin Awal 5 mg/hari. 1x1 Sesuai
Dapat
ditingkatkan
hingga 10
mg/hari
Lisinopril Awal 10 mg/hari 1x1 Sesuai
Spironolakton 12,5–25mg/hari; 1x1 Sesuai
dapat
ditingkatkan
menjadi
50mg/hari jika
dibutuhkan.
Bisoprolol 5-10 mg per hari 1x1 Sesuai
Sumber: Medscape, Drugs.com, dan MIMS.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

33
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Rabu, 10 Februari 2016


Hari ke - :8

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Kegiatan Resep 1 (No. Resep: xxxxx)
pengkajian Nama Pasien: Tn. S
dan Umur: 61
penyerahan Diagnosa: CAD
resep rawat Resep:
jalan R/ Miniaspi 80 no. 30
S 1 dd 1
R/ Clopidogrel 75 mg no. 30
S 1 dd 1
R/ Nitrokaf retard 2,5 mg no. 60
S 2 dd 1
R/ Simvastatin 20 mg no. 30
S 1 dd 1
R/ Concor 5 mg no. 30
S 1 dd 1
R/ Spironolakton 25 mg no. 30
S 1 dd 1
R/ Ranitidin 150 mg no. 60
S 2 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan / dosis √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf / acc dr. untuk -
penggantian obat
Berat badan - Paraf / ttd dr. untuk OKT / -
(anak) Narkotik
Alamat pasien - Jumlah obat √
(R.Jalan)
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Miniaspi (Aspirin / asam asetil salisilat):
Ketepatan Indikasi: Mencegah agregasi platelet pada
Indikasi infark miokard dan angina tak stabil;
mencegah serangan iskemik otak sepintas.
Mekanisme: Menghambat sintesis
prostaglandin oleh siklooksigenase,
menghambat agregasi platelet. (√)

34
Clopidogrel
Clopidogrel menghambat adenosin difosfat
(ADP) untuk berikatan dengan reseptor
platelet dan aktivasi kompleks glikoprotein
GPIIb/IIIa sehingga mencegah ikatan
fibrinogen, adhesi platelet dan agregasi.
Dapat digunakan untuk mengurangi
kekentalan darah dan membantu mencegah
terjadinya pembekuan darah di arteri.
Penggunaan obat ini bertujuan mengurangi
risiko terkena serangan jantung atau stroke.
Indikasi untuk mencegah pembekuan darah
pada serangan jantung, stroke, penyakit
arteri perifer, penderita sindroma koroner
akut.(√)
Nitrokaf
Indikasi: Pencegahan dan terapi jangka
panjang angina pektoris.
Mekanisme: Senyawa nitrat bekerja dengan
merelaksasi otot polos pembuluh vena,
tanpa bergantung pada sistem persarafan
miokardium. Dilatasi vena menyebabkan
alir balik vena berkurang sehingga
mengurangi beban hulu jantung..(√)
Simvastatin: sebagai terapi penyesuaian
untuk diet dalam mengurangi peningkatan
kolesterol total dan kadar kolesterol LDL
pada pasien dengan hiperkolesterol primer
(tipe IIa dan IIb) ketika respon untuk diet
dan tindakan nonfarmakologis lainnya tidak
adekuat, untuk menurunkan risiko stroke
atau serangan iskemik. Bekerja dengan
meningkatkan laju pembersihan tubuh
terhadap kolesterol dari darah dan
mengurangi produksi kolesterol dengan
menghambat enzim yang mengkatalis
sintesis kolesterol.(√)
Concor (bisoprolol fumarate)
Pengobatan hipertensi, angina pektoris,
takikardia supraventrikuler, kontraksi
ventrikuler prematur. Bekerja dengan
memblok reseptor beta, secara primer
memengaruhi sistem kardiovaskuler
(menurunkan denyut jantung, kontraktilitas
kardiak, dan tekanan darah) dan paru
(mempromosikan bronkospasme). (√)
Spironolacton:
Indikasi: hipertensi esensial, edema pada
payah jantung kongestif, edema yang
disertai peningkatan kadar aldosterone
dalam darah, misalnya pada sindrom
nefrotik atau sirosis hati.
Mekanisme: spironolakton berkompetisi
dengan aldosterone pada reseptor di tubulus
ginjal distal, meningkatkan natrium klorida

35
dan eksresi air selama konversi ion kalium
dan hydrogen, juga dapat memblok efek
aldosterone pada otot polos arteriolar.(√)
Ranitidin
Indikasi: Ulkus lambung, ulkus duodenum,
hipersekresi asam lambung pada sindrom
Zollinger Ellison.
Termasuk sebagai obat H2 reseptor bloker.
Bekerja dengan mengurangi produksi asam
lambung. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi  Miniaspi + Clopidogrel
Dapat mnyebabkan pendarahan dan
nyeri abdominal yang parah. Tindak
lanjut perlu dilakukan konfirmasi ke
dokter dan jika ada gejala tersebut perlu
dilakukan penyesuaian dosis.
 bisoprolol + spironolactone atau aspirin
Meningkatkan serum kalium. Tindak
lanjut kurangi makanan yang
mengandung kalium. Segera ke dokter
bila mengalami tanda dan gejala
hiperkalemia seperti mual, muntah,
lemah, lesu, gatal yang hebat, tidak
berdaya, bingung, nadi lemah, dan
denyut jantung lambat atau tidak
beraturan.
Kesesuaian Dosis
Nama Obat Dosis Lazim Penggu Kesesu
-naan -aian
Miniaspi 80 80-160 mg/hari 1x1 Sesuai
Clopidogrel 75 Infark miokard, 1x1 Sesuai
mg stroke, atau
penyakit arteri
perifer
Nitrokaf Sehari 2-3 x 2,5 2x1 Sesuai
mg
Simvastatin 20 Maks sehari 40 1x1 Sesuai
mg mg
Concor Sehari 5 mg pada 1x1 Sesuai
pagi hari
Spironolakton 12,5–25mg/hari; 1x1 Sesuai
dapat ditingkatkan
menjadi
50mg/hari jika
dibutuhkan.
Ranitidin Sehari 2 x 1 tab 2x1 Sesuai
(pagi dan malam)
Sumber: Medscape, Drugs.com, MIMS.

36
Resep 2 (No Resep: xxxxx)
Nama Pasien: Tn. S
Umur: -
Diagnosa: kejang
Resep: R/ Nudep No. XV
S 1/2 dd 1
R/ Donepezil 5 mg No. XXX
S 1 dd 1
R/ Proneuron No. X
S 3 dd 1
R/ Forelax No. X
S 3 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur - Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT √
Alamat pasien - Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Nudep (Sertralin 50 mg)
Ketepatan Indikasi: Pengobatan gejala-gejala depresi.
Indikasi Mekanisme: Sertraline adalah penghambat
ambilan (uptake) serotonin (5HT) yang
poten dan spesifik. (√)
Donepezil
Indikasi: Terapi dimensia ringan atau sedang
pada penyakit Alzheimer.
Mekanisme:
Meningkatkan acetylcholine melalui
penghambatan hidrolisis acetylcholine oleh
enzim acetylcholinesterase.. (√)
Proneuron (metamizole Na 500 mg,
diazepam 2 mg)
Indikasi: sakit gigi, reumatisme muscular,
skiatika, lumbago, fibrositis, neuralgia.
Mekanisme: Metamizole bekerja terhadap
susunan saraf pusat yaitu mengurangi
sensitivitas reseptor rasa nyeri dan
mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh.
Kerja utama diazepam yaitu potensiasi
inhibisi neuron dengan asam gamma-
aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada
sistim syaraf pusat. (√)

37
Forelax (Eperison HCl)
Indikasi: Pengobatan simptomatik keadaan
yang berhubungan dengan spamse
muskuloskeletal.
Mekanisme: Berkerja pada sistem saraf
pusat,terutama pada tingkat medula spinalis
untuk merelaksasi otot-otot skelet yang
seharusnya meningkat dengan cara
menghambat redel otot melalui penurunan
substansi yg dikeluarkan oleh motor neuron
eferen. Eperison HCl menunjukkan efek
penghambatan tergantung dosis pada
rigiditas deserebrasi akibat perangsangan
pada bagian interkalikular dan rigiditas
deserebrasi iskemik. Eperison HCl menekan
potensial refleks mono dan polisinaptik
akibat rangsangan pada serabut saraf spinal
eferen. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi Nudep + Donepezil
Meningkatkan efek donepezil dengan
mempengaruhi metabolisme oleh enzim
hepatik CYP2D6
Kesesuaian Dosis
Penggu- Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
naan suaian
1
Nudep Gangguan panik: /2 x 1 Sesuai
Awal: Sehari 1/2
tablet
Donepezil Sehari 1 x 5mg 1x1 Sesuai
sebelum tidur
selama 1 bulan
Proneuron Dewasa: sehari 3-4 3x1 Sesuai
x 1-2 kaplet
Forelax Dewasa: sehari 3 x 1 3x1 Sesuai
tablet
Sumber: Medscape, MIMS, Drugs.com dan ISO

Resep 3 (No Resep: xxxxx)


Nama Pasien: Ny.Y
Umur: -
Diagnosa: Depresi
Resep: R/ Haloperidol 5 mg No.XV
S 2 dd 1
R/ Risperidon 2 mg No.VII
S 2 dd 1/2
R/ THF 2 mg No.XV
S 2 dd 1

38
Pengkajian Administrasi dan Farmasetik
Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama poli/ruangan √ Kekuatan sediaan √
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur - Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien - Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Haloperidol 5 mg
Ketepatan Indikasi: Psikosis kronis dan akut
Indikasi antipsikotik turunan butyrophenone, berupa
neuroleptic yang efektif dan bersifat
antiemetik, tetapi memiliki kecenderungan
untuk memprovokasi ditandai efek
ekstrapiramidal dan relatif lemah
adrenolytic alfa-properti. Ini juga
menunjukkan anorexiant hipotermia dan
efek dan mungkin terjadi tindakan
barbiturates, anestesi umum, dan obat-
obatan depresan SSP lain. (√)

Risperidon 2 mg
Indikasi: skizoprenia akut dan kronik.
Mekanisme: risperidone merupakan
antagonis D2 kuat, dimana dapat
memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal
tersebut menyebabkan berkurangnya
depresi aktivitas motorik dan induksi
katalepsi dibanding neuroleptik klasik.
Antagonisme serotonin dan dopamin
sentral yang seimbang dapat mengurangi
kecenderungan timbulnya efek samping
ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas
terapeutik terhadap gejala negatif dan
afektif dari skizofrenia. (√)

THF (triheksilfenidil 2 mg)


Terapi penunjang pada semua bentuk
parkinson (pos –ensefalitis,
arteriosklerosis, dan idiopatik), sebagai
terapi ajuvan dengan levodopa untuk
mengontrol sindroma ekstrapiramidal yang
disebabkan oleh obat.
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis

39
Interaksi  haloperidol + risperidone
meningkatkan Interval QTc,
meningkatan efek antidopaminergik,
termasuk gejala ekstrapiramidal dan
sindrom neuroleptik ganas,
meningkatkan sedasi.
Tindak lanjut monitoring ketat, segera
hubungi dokter bila mengalami efek
samping yang merugikan
Kesesuaian Dosis
Pengguna Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
-an suaian
Haloperidol 5 Dewasa: Awal 2x1 Sesuai
mg 6-15 mg/hari
dalam 2-3
dosis
Risperidon 2 mg Awal: 2-4 2x½ Sesuai
mg/hari
THF Sehari 2-3 x 2 2x1 Sesuai
(Triheksilfenidil) mg

Sumber: Medscape, Drugs.com, dan MIMS.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

40
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Kamis, 11 Februari 2016


Hari ke - :9

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Kegiatan Resep 1 (No. Resep: xxxxx)
pengkajian Nama Pasien: An. S. S
dan Berat badan: 4,5 kg
penyerahan Diagnosa: TBC
resep rawat Resep:
jalan R/ INH 30 mg m.f.pulv dtd no XXI
S 1 dd 1
R/ Rifampicin 45 mg m.f.pulv dtd no XXI
S 1 dd 1
R/ PZA 125 mg m.f.pulv dtd no XXI
S 1 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan / dosis √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf / acc dr. untuk -
penggantian obat
Berat badan √ Paraf / ttd dr. untuk OKT / -
(anak) Narkotik
Alamat pasien - Jumlah obat √
(R.Jalan)
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Isonizid
Ketepatan Indikasi: Untuk TB aktif disebabkan kuman
Indikasi yang peka dan untuk profilaksis orang
beresiko tinggi mendapatkan infeksi. Dapat
digunakan tunggal atau bersama-sama
dengan anti TB lain.
Mekanisme: menghambat sintesis asam
mikolat yang menyebabkan kerusakan sel
dinding bakteri. (√)

Rifampisin
Indikasi: Digunakan untuk terapi
tuberculosis dalam kombinasi dengan
antituberkulosis lain untuk terapi awal
maupun ulang.

41
Mekanisme: menghambat sintesis RNA
bakteri dengan mengikat subunit beta dari
DNA-dependent RNA polimerase. (√)

Pirazinamid
Indikasi: Digunakan untuk terapi
tuberculosis dalam kombinasi dengan
antituberkulosis lain.
Mekanisme: Pirazinamid bersifat bakterisid
maupun bakteriostatik terhadap
Mycobacterium.(√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi  Rifampisin dan Isoniazid
Kombinasi obat meningkatkan risiko
hepatotoksisitas
 Rifampisin dan pirazinamid
Kombinasi obat meningkatkan risiko
hepatotoksisitas
Tindak lanjut:
Jika terjadi perubahan pada fungsi hati yang
ditandai warna kulit jadi kuning, maka
dilakukan tes fungsi hati.
Kesesuaian Dosis
Nama Obat Dosis Lazim Penggu Kesesu
-naan -aian
Isoniazid 5-15 mg/kg/hari 1 x 30 Sesuai
Maks 300 mg mg
Rifampisin 10-20 mg/kg/hari 1 x 45 Sesuai
Maks 600mg mg
Pirazinamid 15-30 mg/kg/hari 1 x 125 Sesuai
Maks 2g mg
Sumber: Medscape, Drugs.com, MIMS.

Resep 2 (No Resep: xxxxx)


Nama Pasien: Tn. P
Umur: -
Diagnosa: kejang
Resep: R/ Carbamazepine 200 mg no 14
S 2 dd 1
R/ As. Folat 5 mg no 30
S 1 dd 1
R/ Ibuprofen 400 mg no 10
S 2 dd 1

42
Pengkajian Administrasi dan Farmasetik
Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur - Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien - Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Carbamazepine 200 mg
Ketepatan Indikasi: epilepsy, neuralgia terminal,
Indikasi neuralgis glosofaringeal.
Mekanisme: carbamazepine menutup
saluran natrium pada konsentrasi terapi dan
dapat menstabilkan membrane neuron yang
hiperaktif, menghalangi kerusakan neuron
yang berulang dan mengurangi perambatan
sinaptik impuls yang berasal dari luar. (√)
As. Folat 5 mg
Indikasi: untuk pengobatan anemia
megaloblastik, mencegah perubahan
megaloblastik pada sumsum tulang dan sel
lain yang membelah secara cepat, terapi
profilaksis sebelum dan selama kehamilan
untuk mengurangi risiko cacat tabung saraf
janin serta mengurangi risiko penyakit
kardiovaskular. (√)
Ibuprofen 400 mg
Indikasi: Digunakan untuk menurunkan
demam dan mengurangi rasa sakit atau
antiinflamasi karena disebabkan oleh
bermacam-macam kondisi seperti sakit
kepala, sakit gigi, sakit punggung.
Mekanisme: Ibuprofen bekerja
dengan menghambat enzim sikloogsigenase
(COX), yang mengubah asam arakidonat
menjadi prostaglandin H2 (PGH2).
Prostaglandin H2, pada gilirannya, diubah
oleh enzim lain untuk prostaglandin bentuk
lain (sebagai mediator nyeri, peradangan,
dan demam). (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi 1. Ibuprofen + Carbamazepine
Ibuprofen akan meningkatkan tingkat
atau efek carbamazepine dengan

43
mempengaruhi metabolisme enzim
CYP3A4 hati.
2. Carbamezepin + Ibuprofen
Carbamazepine akan menurunkan
tingkat atau efek dari ibuprofen dengan
mempengaruhi metabolisme enzim
CYP2C9.
3. Carbamazepine + Asam Folat
Carbamazepine menurunkan kadar asam
folat dengan mekanisme interaksi yang
tidak ditentukan.
Tindak lanjut :
Jangan diminum bersamaan, berikan jeda
waktu.
Kesesuaian Dosis
Penggu- Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
naan suaian
Carbamazepine 100-200 mg/hr, 2x1 Sesuai
200 maks 2 g
As. Folat 5 mg Dewasa dan 1x1 Sesuai
anak >1 th:
sehari 5 mg
Ibuprofen 400 Sehari 3-4 x 2x1 Sesuai
200-400 mg
maks 3,2 g
Sumber: Medscape, MIMS, Drugs.com dan ISO

Resep 3 (No Resep: xxxxx)


Nama Pasien: Ny.D
Umur: -
Diagnosa: Epilepsi
Resep: R/ Phenitoin 100 mg XXVIII
S 4 dd 1
R/ Depakote 250 mg XLIX
S 2-2-3
R/ Carbamazepine 200 mg XLII
S 3 dd 2

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama poli/ruangan √ Kekuatan sediaan √
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur - Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien - Jumlah obat √

44
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Phenitoin
Ketepatan Indikasi: Mengontrol keadaan kejang tonik-
Indikasi klonik (grand mal) dan serangan
psikomotor lobus temporalis
Mekanisme kerja utamanya pada korteks
motoris yaitu menghambat penyebaran
aktivitas kejang. Kemungkinan hal ini
disebabkan peningkatan pengeluaran
natrium dari neuron dan fenitoin cenderung
menstabilkan ambang rangsang terhadap
hipereksitabilitas yang disebabkan
perangsangan berlebihan atau kemampuan
perubahan lingkungan di mana terjadi
penurunan bertahap ion natrium melalui
membran. Ini termasuk penurunan
potensiasi paska tetanik pada sinaps.
Fenitoin menurunkan aktivitas maksimal
pusat batang otak yang berhubungan
dengan fase tonik dari kejang tonik-klonik
(grand mal). (√)

Depakote
Indikasi: terapi kejang parsialdan kejang
petit mal
Mekanisme: Sodium valproate mempunyai
dua cara kerja: seperti phenytoin, ia
menyebabkan penghambatan pada kanal-
kanal sodium yang bergerbang voltase dan
bergantung pada pemakaian. Ia juga
meningkatkan kadar GABA di otak apabila
diberikan dalam jangka waktu lama. (√)

Carbamazepin
Indikasi: epilepsy, neuralgia terminal,
neuralgis glosofaringeal
Mekanisme: carbamazepine menutup
saluran natrium pada konsentrasi terapi dan
dapat menstabilkan membrane neuron yang
hiperaktif, menghalangi kerusakan neuron
yang berulang dan mengurangi perambatan
sinaptik impuls yang berasal dari luar. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi 1. Carbamazepin + Phenitoin
Carbamazepine akan menurunkan
tingkat atau efek fenitoin
2. Phenitoin + Carbamazepin

45
Fenitoin akan menurunkan tingkat
atau efek carbamazepine dengan
mempengaruhi enzim usus
3. Depakote + Phenitoin
Natrium divalproex akan
meningkatkan tingkat atau efek
fenitoin dengan mempengaruhi enzim
hati
4. Depakote + Carbamazepine
Natrium divalproex, carbamazepine.
kompetisi mengikat plasma protein.
Tindak lanjut :
Jika terjadi ROTD segera hubungi dokter.
Kesesuaian Dosis
Pengguna Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
-an suaian
Phenitoin 100 200-500 4 x 100 Sesuai
mg mg/hr mg
Depakote (Na Dosis awal 15 7 x 250 Sesuai
Divalproat 250 mg/kgBB/hari. mg
mg) Ditingkatkan
dengan
interval 1
minggu 5-10
mg/kgBB/hari.
Maks 60
mg/kgBB/hari.
Dosis sehari >
250 mg harus
diberikan
dalam dosis
terbagi
Carbamazepine Awal sehari 1- 3x2 Sesuai
200 mg 2 x 100-200
mg, kemudian
ditingkatkan
sehari 2-3 x
400 mg
Sumber: Medscape, Drugs.com, dan MIMS.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

46
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Jum’at, 12 Februari 2016


Hari ke - : 10

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Pelayanan Melakukan pelayanan informasi obat kepada
informasi pasien rawat jalan dengan alur masuk resep hingga
obat rawat penyerahan obat sebagai berikut:
jalan (PIOJ) 1) Pasien menyerahkan resep ke loket sesuai
dengan status pasien.
a. Loket A untuk pasien BPJS
Pasien BPJS menyerahkan resep ke loket A,
kemudian petugas loket akan mengecek
kesesuaian resep dengan buku obat pasien.
Setelah itu pasien akan mendapatkan nomor
antrian dengan kode B.
b. Loket B untuk pasien Umum, UGD, dan
kontrak
Pasien Umum, UGD, dan kontrak
menyerahkan resep ke loket B. Untuk pasien
umum, petugas loket akan mengecek obat di
resep dan menghitung harganya setelah
memastikan bahwa obat tersebut ada di
IFRS. Kemudian pasien umum akan
diberikan nomor antrian dengan kode A dan
pengantar bayar untuk dibayar di kasir.
Sedangkan untuk pasien UGD ada dua
kategori yaitu pasien UGD umum dan UGD
BPJS. Pasien UGD umum tata caranya sama
dengan pasien umum hanya berbeda nomor
antriannya, untuk pasien UGD umum
diberikan nomor antrian dengan kode C.
Sedangkan pasien UGD BPJS tidak
diberikan pengantar bayar karena sudah
ditanggung oleh BPJS kecuali ada obat yang
diluar tanggungan BPJS maka pasien harus
membayar sendiri. Untuk pasien kontrak
adalah pasien yang berobat di perusahaan-
perusahaan yang telah kerja sama dengan
RSUD Kota Bandung (misalnya dari
poliklinik Sindangsari, Lawe dan lain-lain)
dan kemudian mengambil obatnya di RSUD
Kota Bandung.

47
c. Loket C untuk Karyawan Rumah Sakit
Karyawan menyerahkan resep ke loket C,
kemudian petugas loket akan memverifikasi
kesesuaian resep dengan obat yang ada di
IFRS.
2) Mengkaji resep
Setelah Apoteker atau AA 1 menerima resep,
kemudian resep ditelaah kelengkapan
administrasi dan farmaseutik oleh AA (mulai
dari kejelasan tulisan, benar identitas pasien,
benar nama obat, benar kekuatan obat, benar
bentuk sediaan, benar jumlah), secara klinis
oleh Apoteker (mulai dari benar dosis, benar
aturan pakai, duplikasi obat, interaksi obat,
berat badan, kontraindikasi), diberi cap
pengkajian resep dan ditulis nama petugas
penerima resep, kemudian diproses berdasarkan
cara pembayarannya (resep umum dihitung
total harganya dan dibuat rincian bayar ke kasir;
resep pasien kontrak dicek kesesuaian dengan
obat-obat yang tersedia di rumah sakit; resep
pasien BPJS diverifikasi berdasarkan
kesesuaian dengan formularium nasional dan
formularium RS), lalu diberi numerator kuning
dan nomor antri, berikan potongan numerator
kuning yang telah diberi nomor antri kepada
pasien, serahkan resep dan kartu atau buku obat
(khusus pasien kronis yang menggunakan
BPJS) kepada AA 2 bagian penyiapan obat.
3) Menyiapkan obat
Setelah AA 2 menerima resep dari AA 1,
kemudian AA 2 menyiapkan obat sesuai
permintaan dalam resep, AA 2 menulis nama di
kolom ambil, untuk resep racikan, AA yang
menimbang dan meracik mengisi form racikan
dan menulis nama di kolom timbang/racik yang
tertera pada resep, lalu diserahkan ke AA 3
bagian menulis etiket dan kemas, obat diberi
etiket sesuai aturan penggunaan yang tercantum
di resep dan diberi kantong obat, kemudian
diperiksa kebenaran antara resep, obat yang
disiapkan, etiket dan buku obat, lalu AA 3
bagian menulis etiket dan kemas memberi
ceklis di telaah obat dan menulis nama di kolom
kemas dan etiket yang tertera pada resep, lalu
diserahkan ke loket penyerahan.

48
4) Menyerahkan obat ke pasien
Di loket penyerahan, setelah apoteker
menerima resep yang sudah selesai disiapkan
dan diberi etiket oleh AA 3, kemudian diperiksa
kebenaran antara resep, obat, dan etiket serta
mengisi ceklis di kolom telaah obat yang tertera
pada resep, lalu panggil pasien berdasarkan
nomor antri, minta potongan nomor kuning dan
nomor antri yang dipegang pasien lalu
disamakan dengan resep, pastikan kembali
menanyakan nama pasien, asal poliklinik, dan
umur pasien, lalu tulis alamat lengkap pasien
beserta nomor telepon aktif di bagian bawah
resep, kemudian berikan informasi obat seperti
jenis obat, waktu makan obat, cara pakai obat,
cara penyimpanannya dan informasi tambahan /
khusus bila ada, lalu dicatat jam penyerahan
pada nomor antrian/resep oleh Apoteker,
kemudian pasien perlu menandatangani resep
pada kolom penerima resep, untuk pasien
umum perlu diminta kwitansi pembayarannya,
Salinan kwitansinya diambil dan di belakang
kwitansi yang aslinya ditulis resep obat yang
telah dibeli. Kemudian apoteker yang
menyerahkan obat memberi nama di kolom
serah yang tertera pada resep. Pada akhir
pelayanan AA / Administrasi merekap
pengeluaran obat pada komputer.
2. Mempelajari Macam-macam konseling yang biasa dilakukan
macam- apoteker di rawat jalan:
macam 1. Konseling terapi awal TBC (Polianak/ Dalam/
konseling DOTS)
yang 2. Konseling obat digoxin
dilakukan di 3. Konseling obat penggunaan diskus seretide
rawat jalan 4. Konseling obat penggunaan inhaler ventolin
5. Konseling obat penggunaan nasal spray
Nasacort (Avamyst)
6. Konseling obat penggunaan turbuhaler symbicort
7. Konseling obat penggunaan pen insulin
Tahapan konseling diantaranya:
1. Memperkenalkan diri
2. Menerangkan maksud konseling
3. Meminta waktu konseling
4. Menanyakan three prime questions
 Bagaimana penjelasan dokter tentang obat
Anda?

49
 Bagaimana penjelasan dokter tentang cara
pakai obat Anda?
 Bagaimana penjelasan dokter tentang
harapan setelah minum obat Anda?
5. Informasi obat dan kegunaan
6. Cara penggunaan dan dosis obat
7. Informasi efek samping
8. Informasi cara antisipasi ROTD
9. Informasi penyimpanan
10. Informasi interaksi obat
11. Informasi modifikasi gaya hidup
12. Final verification.
13. Menutup konseling

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

50
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Sabtu, 13 Februari 2016


Hari ke - : 11

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Pelayanan 1. Melakukan PIO di loket apotek rawat jalan sesuai
informasi alur seperti pada hari sebelumnya.
obat rawat 2. Melakukan konseling penggunaan Avamyst nasal
jalan (PIOJ) spray terhadap pasien rhinitis dilakukan oleh
apoteker di ruang PIO.
Tahapan konseling diantaranya:
1. Memperkenalkan diri
2. Menerangkan maksud konseling
3. Meminta waktu konseling
4. Menanyakan three prime questions
 Bagaimana penjelasan dokter tentang obat
Anda?
 Bagaimana penjelasan dokter tentang cara
pakai obat Anda?
 Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan
setelah minum obat Anda?
5. Informasi obat dan kegunaan
6. Cara penggunaan dan dosis obat
Tahapan cara penggunaan Avamyst:
1) Cucilah tangan Anda terlebih dahulu hingga
bersih
2) Kocok dahulu avamyst sebelum digunakan
3) Lepaskan penustup avamyst
4) Lakukan pengetesan dengan menekan tombol
aktuator sedikitnya 5 kali
5) Obat semprot avamyst siap digunakan dengan
cara miringkan kepala anda ke depan, pegang
obat dengan tegak dan secara hati-hati
masukkan nozzle ke salah satu lubang hidung
anda
6) Tempatkan nozzle kea rah pinggir hidung
anda, jangan arahkan ke bagian tengah hidung
7) Bersamaan dengan anda menarik nafas
melalui hidung, tekan tombol actuator obat
dengan kuat
8) Keluarkan nozzle dari hidung dan keluarkan
nafas melalui mulut
9) Ulangi langkah 4-7 jika dokter mgatakan
kepada anda untuk lubang hidung anda yang
lainnya
10) Bersihkan nozzle dan bagian dalam tutup
obat, gunakan tisu yang kering dan bersih.
Kemudian tutup dengan penutupnya.

51
7. Informasi efek samping
8. Informasi penyimpanan
9. Final verification. Pasien diminta untuk
mempraktikan cara penggunaan Avamyst nasal
spray sebagai penggunaan dosis pertama.
10. Menutup konseling
3. Konseling penggunaan Diskus (alat hisap)
Seretide® terhadap pasien asma dilakukan oleh
apoteker di ruang PIO.
Tahapan konseling diantaranya:
1. Memperkenalkan diri
2. Menerangkan maksud konseling
3. Meminta waktu konseling
4. Menanyakan three prime questions
 Bagaimana penjelasan dokter tentang obat
Anda?
 Bagaimana penjelasan dokter tentang cara
pakai obat Anda?
 Bagaimana penjelasan dokter tentang
harapan setelah minum obat Anda?
5. Informasi obat dan kegunaan
6. Cara penggunaan dan dosis obat
Tahapan cara penggunaan Diskus:
1) Buka. Pegang diskus pada
satu tangan, letakkan ibu
jari dari tangan yang lain
pada pegangan ibu jari.
Buka diskus dengan menekan pegangan
ibu jari ke kanan sampai bagian mulut dari
diskus terlihat keluar. (perhatikan dosis
yang tertera pada diskus)
2) Dorong. Pegang dan tahan
tuas diskus. Dorong tuas
semaksimal mungkin sampai
berbunyi klik. Keluarkan
nafas sebanyak mungkin
(tarik buang napas 3 kali).
3) Hisap. Letakkan bagian
mulut diskus di bibir, tarik
napas dalam-dalam melalui
diskus (jangan melalui
hidung). Lepaskan diskus
dari mulut, kemudian tahan
napas selama 5 sampai 10 detik. Keluarkan
napas secara perlahan (melalui hidung),
lalu bersihkan leher dan mulut diskus yang
dihisap tadi dan tutup diskus. Setelah

52
mengeluarkan napas, kumur dengan air
bersih, lalu buang.
7. Informasi efek samping
8. Informasi penyimpanan
9. Final verification. Pasien diminta untuk
mempraktikan cara penggunaan Diskus
sebagai penggunaan dosis pertama.
10. Menutup konseling
4. Melakukan konseling terapi tuberkulosis. Konseling
dilakukan oleh apoteker di ruang PIO terhadap
wali/keluarga dari pasien tuberkulosis berusia 1
tahun 10 hari, bayi yang baru saja didiagnosa
dengan status tuberkulosis dan mendapatkan terapi
antituberkulosis pertamanya. Wali/keluarga pasien
belum mengatahui cara pemakaian obat dan
informasi mengenai penyakitnya, maka
wali/keluarga pasien dimintai persetujuan untuk
mendapatkan konseling dengan apoteker. Tahapan
konseling yang dilakukan oleh apoteker adalah:
1) Menanyakan pada wali/keluarga pasien apakah
bersedia diberikan konseling untuk
menjelaskan mengenai pengobatannya dengan
apoteker yang bertugas.
2) Setelah wali/keluarga pasien setuju, apoteker
mempersilakan wali/kelaurga dan pasiennya
untuk masuk ke dalam ruangan konseling.
3) Wali/keluarga dan pasien dipersilakan untuk
duduk dengan nyaman, apoteker
memperkenalkan diri dan memberi salam pada
wali/keluarga pasien.
4) Membuka sesi konseling dengan menanyakan
three prime question:
 Apa yang dikatakan oleh dokter mengenai
obat untuk anak Ibu?
 Bagaimana pengobatan yang disarankan
dokter untuk anak Ibu dan cara penggunaan
obat ini?
 Apa harapan setelah menggunakan obat-
obatan tersebut?
5) Menggali informasi dan penelusuran latar
belakang sosial pasien melalui walinya
(kebiasaan dan kegiatan sehari-hari pasien,
gejala yang dikeluhkan)
6) Memberikan penjelasan mengenai penyakit
yang dialami pasien, obat yang didapatkan, cara
penggunaan obat, efek samping yang potensial
muncul (pada tuberkulosis ini diinformasikan
efek samping yang muncul adalah urin yang
berwarna merah ketika menggunakan

53
rifampisin, karena itu menandakan bahwa obat
dikeluarkan dari tubuh pasien, sehingga tidak
perlu khawatir)
7) Memberikan ketegasan informasi kepada
wali/keluarga pasien mengenai pengobatan
tuberkulosis selama minimal 6 bulan,
menekankan akibat ketidakpatuhan pasien
minum obat (harus memulai pengobatan dari
nol) dan agar wali/keluarga pasien tidak
melewatkan waktu meminum obat.
8) Memberikan informasi bagaimana tuberkulosis
menular, memberikan saran agar anggota
keluarga yang lain juga memeriksakan diri dan
mulai melakuan pengobatan sesegera mungkin
jika telah didiagnosis dengan tuberkulosis
9) Melakukan konfirmasi bahwa informasi yang
diterima oleh wali/keluarga pasien telah jelas
dan dimengerti dengan memberikan pertanyaan
balik mengenai penggunaan obat yang telah
dijelaskan.
10) Memberi wali/keluarga pasien kesempatan
untuk bertanya.
11) Menjawab pertanyaan wali/keluarga pasien
selengkap mungkin.
12) Menutup sesi konseling dengan ucapan terima
kasih dan memberitahukan kepada
wali/keluarga pasien jika mengalami efek
samping potensial yang muncul yang telah
disebutkan (reaksi alergi obat seperti gatal-
gatal, bintik-bintik merah, hingga bibir
menghitam), harus segera melapor ke Rumah
Sakit atau dokter.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

54
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Senin, 15 Februari 2016


Hari ke - : 12

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Kegiatan Resep yang masuk ke depo rawat inap berasal
pengkajian dari ruang perawatan yang ada di RSUD Kota
dan Bandung, seperti ruang perawatan penyakit dalam
penyerahan (Flamboyan), bedah (Mawar), ICU, VIP, Kelas I
resep rawat dan II (Anggrek), Anak (Sakura), perinatologi, dan
inap VK/nifas
Untuk pasien rawat inap, obat dan perbekalan
kesehatan yang dibutuhkan lainnya ditulis pada
kartu obat pasien per hari. Kartu obat diambil oleh
petugas farmasi yang memegang ruang perawatan
tersebut untuk kemudian dibawa ke depo farmasi
untuk dikaji dan disiapkan. Pengkajian resep secara
klinis dilakukan oleh Apoteker.
Adapun pengkajian resep yang kami lakukan
adalah sebagai berikut :

Resep 1 (No. Resep: xxxxx)


Nama Pasien: Ny. C
Umur: -
Diagnosa: CHF
Resep:
R/ Asam Mefenamat 500 mg no. 3
S 3 dd 1
R/ Digoxin 0,25 mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Ranitidine inj 50 mg/2mL no. 2
S 2 dd 1
R/ Asam Traneksamat 500 mg no. 3
S 3 dd 1
R/ Cetirizin 10 mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Lasix 20 mg/2 mL no. 2
S 2 dd 1
R/ Spironolakton no. 1
S 1 dd 1

55
Pengkajian Administrasi dan Farmasetik
Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan / dosis √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur - Paraf / acc dr. untuk -
penggantian obat
Berat badan - Paraf / ttd dr. untuk OKT / -
(anak) Narkotik
Alamat pasien - Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Asam mefenamat:
Ketepatan Asam mefenamat bekerja sebagai analgesik
Indikasi dan antipiretik dengan aktivitas anti-
inflamasi minor. Asam mefenamat
merupakan prototipe NSAID, yang
menghambat enzim siklooksigenase-1 dan -
2, sehingga menurunkan sintesis prekursor
prostaglandin. (√)
Digoxin:
Digoxin diindikasikan untuk CHF,
takikardia supraventrikular paroksismal,
dan gagal jantung dengan fibrilasi atrial.
Pada gagal jantung, digoxin meningkatkan
kontraktilitas dengan menghambat pompa
Na/K ATPase pada sel miokardial, yang
kemudian menaikkan influks kalsium
melalui pompa pertukaran natrium-
kalsium.(√)
Ranitidine:
Ranitidin adalah suatu histamin antagonis
reseptor H2 yang menghambat kerja
histamin secara kompetitif pada reseptor H2
dan mengurangi sekresi asam lambung.
Ranitidine injeksi diindikasikan untuk
pasien rawat inap di rumah sakit dengan
keadaan hipersekresi patologis atau ulkus
12 jari yang sulit diatasi atau sebagai
pengobatan alternatif jangka pendek
pemberian oral pada pasien yang tidak bisa
diberi ranitidine oral. (√)
Asam traneksamat:
Asam traneksamat digunakan untuk
profilaksis dan pengobatan pendarahan
yang disebabkan fibrinolysis yang
berlebihan dan angiodema hereditas. Asam
traneksamat bekerja dengan cara memblok
ikatan plasminogen dan plasmin terhadap
fibrin. (√)

56
Cetirizine: digunakan untuk meredakan
gejala simtomatis (nasal dan non nasal)
yang berhubungan dengan alergi rinitis,
pengobatan untuk manifestasi kulit yang
tidak komplikasi dari urtikaria idiopatik
kronik. Bekerja dengan menghambat
reseptor H1 histamin secara antagonis
kompetitif. (√)
Furosemid:
digunakan pada edema yang berhubungan
dengan gagal jantung kongestif, hipertensi,
sirosis hepatik, dan penyakit ginjal.
Furosemid bekerja dengan menghambat
reabsorpsi air dan natrium di tubulus distal,
proksimal, dan lengkung Henle. (√)
Spironolacton:
Spironolacton diindikasikan untuk
hipertensi esensial, kondisi edema termasuk
CHF, sirosis hati (dengan atau tanpa ascites)
dan sindrom nefrotik, diagnosis dan
pengobatan aldosteronism, sebagai terapi
adjunctive pada hipertensi malignant,
profilaksis hipokalemia pada pasien yang
mengonsumsi digitalis ketika pengukuran
lain dipertimbangkan tidak adekuat atau
tidak tepat. Spironolacton merupakan
antagonis aldosterone dengan efek diuretik
dan antihipertensi, yang bekerja secara
kompetitif mengikat reseptor pada bagian
pertukaran Na-K bergantung aldosteron di
dalam tubulus distal yang menghasilkan
peningkatan ekskresi Na, Cl, dan air, serta
retensi K dan H. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi  Digoxin + furosemide atau spironolakton
(signifikan)
Meningkatkan efek dari digoxin.
Manajemen: Pemantauan kondisi pasien
terkait tanda dan gejala toksisitas digoxin,
kadar diperiksa jika diperlukan. Segera ke
dokter bila mengalami mual, kurang
nafsu makan, perubahan penglihatan,
atau denyut jantung tidak beraturan.
 Spironolactone + digoxin atau asam
mefenamat (signifikan)
Meningkatkan serum kalium.
Manajemen: Pemantauan serum kalium
serta menghindari suplemen atau
makanan yang mengandung kalium
tinggi..

57
Kesesuaian Dosis
Nama Obat Dosis Lazim Penggu Kesesu
-naan -aian
Asam Dewasa: awal 500 3x1 Sesuai
mefenamat 500 mg, kemudian
mg 250-500 mg tiap 6
jam
Digoxin 0,25 0,125– 1x1 Sesuai
mg 0,25mg/hari; dosis
lebih tinggi yaitu
0,375–0,5mg/hari
jarang
dibutuhkan.
Ranitidin inj. 50 mg/ 6-8 jam, 2x1 Sesuai
diberikan secara
iv 2 x 1 ampul
Asam Dosis lazim secara 3x1 Sesuai
Traneksamat oral untuk dewasa
500 mg : 3-4 kali sehari
Cetirizin 10 mg Dewasa: Sehari 1 1x1 Sesuai
x 10 mg
Lasix 40 mg 20-80 mg iv sehari 2x1 Sesuai
Spironolakton 12,5–25mg/hari; 1x1 Sesuai
25 mg dapat ditingkatkan
menjadi
50mg/hari jika
dibutuhkan.
Sumber: Medscape, Drugs.com, MIMS.

Resep 2 (No Resep: xxxxx)


Nama Pasien: Ny. E
Umur: 65 tahun
Diagnosa: Migren susp vertigo
Resep:
R/ Asering infus no. 3
R/ Ranitidine inj 50 mg/2 mL no. 2
S 2 dd 1
R/ Ondansetrone inj 4 mg/2 mL no. 1
S 1 dd 1
R/ Amlodipin 5mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Amitriptilin no. 2
S 1/2 - 0 - 1
R/ Proneuron no. 4
S 3 dd 1
R/ Triptagic no. 1
S 2 dd 1/2

58
Pengkajian Administrasi dan Farmasetik
Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT √
Alamat pasien √ Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Assering: Infus pengganti cairan elektrolit
Ketepatan tubuh, yang komposisinya terdiri dari CaCl,
Indikasi KCl, NaCl, dan natrium asetat. (√)
Ranitidine: Ranitidin adalah suatu histamin
antagonis reseptor H2 yang menghambat
kerja histamin secara kompetitif pada
reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam
lambung. Ranitidine injeksi diindikasikan
untuk pasien rawat inap di rumah sakit
dengan keadaan hipersekresi patologis atau
ulkus 12 jari yang sulit diatasi atau sebagai
pengobatan alternatif jangka pendek
pemberian oral pada pasien yang tidak bisa
diberi ranitidine oral. (√)
Ondansetron :Parenteral dan oral:
Pencegahan mual dan muntah dengan
program awal dan terapi dari kemoterapi
kanker emetogenik, termasuk dosis tinggi
cisplatin; pencegahan mual atau muntah
pasca operasi. Bekerja dengan cara sebagai
antagonis selektif dan bersifat kompetitif
pada reseptor 5HT3, dengan cara
menghambat aktivasi aferen-aferen vagal
sehingga menekan terjadinya ulfon muntah.
(√)
Amlodipin: hipertensi, angina stable kronis,
vasospastik. Bekerja dengan menghambat
pergerakan ion kalsium melewati membran
sel pada otot polos vaskuler sistemik dan
koroner. (√)
Amitriptilin: Depresi, termasuk depresi yg
disertai ggn cemas & gejala
somatik.Amitriptilin merupakan antidepresi
trisiklik. Bekerja dengan menghambat
pengambilan kembali neurotransmiter di
otak. (√)
Proneuron (metamizole Na 500 mg,
diazepam 2 mg)
Indikasi: sakit gigi, reumatisme muscular,
skiatika, lumbago, fibrositis, neuralgia.

59
Mekanisme: Metamizole bekerja terhadap
susunan saraf pusat yaitu mengurangi
sensitivitas reseptor rasa nyeri dan
mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh.
Kerja utama diazepam yaitu potensiasi
inhibisi neuron dengan asam gamma-
aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada
sistim syaraf pusat. (√)
Triptagic: menghilangkan serangan migren
akut. Sumatriptan adalah agonis serotonin
yang mengurangi vasodilatasi cerebral yang
dipercaya mengatasi penyebab migraine. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi  Amitriptyline + Ondansetron
Meningkatkan interval QTc.
Manajemen: pemantauan fungsi jantung
dan kondisi pasien
 Ondansetron + Amitriptilin atau Triptagic
Meningkatkan toksisitas dengan
meningkatnya kadar serotonin.
Manajemen: pantau kondisi pasien.
Hubungi dokter, jika timbul gejala seperti
kebingungan, halusinasi, kejang,
perubahan ekstrim dalam tekanan darah,
peningkatan denyut jantung, demam,
keringat berlebihan, menggigil atau
gemetar , penglihatan kabur, kejang otot
atau kekakuan, tremor, inkoordinasi, kram
perut, mual, muntah, dan diare.
 Proneuron + Amitriptyline
Meningkatkan sedasi.
Manajemen: pantau kondisi pasien.
Kesesuaian Dosis
Penggu- Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
naan suaian
Ranitidin inj. 50 mg/ 6-8 jam, 2x1 Sesuai
diberikan secara
iv 2 x 1 ampul
Ondansetron inj. 4 mg sekali 1x1 Sesuai
sehari
Amlodipine 5 5 – 10 mg per 1x1 Sesuai
mg hari
1
Amitriptilin 25 Depresi dosis /2 - 0 - 1 Sesuai
mg awal 25-50 mg
setiap malam,
tingkatkan 25
mg per 5-7 hari
hingga 100-200
mg/hari.
Profilaksis

60
migrain 10-25
mg setiap
malam.
Proneuron Dewasa: sehari 3x1 Sesuai
3-4 x 1-2 kaplet
Triptagic 100 Dosis awal 2 x 1/2 Sesuai
mg sumatriptan
adalah 50 mg
dengan dosis
maksimal dalam
24 jam 200 mg
Sumber: Medscape, MIMS, Drugs.com dan ISO

Resep 3 (No Resep: xxxxx)


Nama Pasien: Ny. L
Umur: 34 tahun
Diagnosa: asmatikus
Resep: R/ D5% infus no.2
R/ Retapil SR 300 mg no.1
S 1 dd 1
R/ Metil prednisolone 8 mg no 3
S 3 dd 1
R/ Cefixime 200 mg no 2
S 2 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama poli/ruangan √ Kekuatan sediaan √
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien √ Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme D5% infus (Dextrose)
Ketepatan Larutan nutrisi yang memberikan 200
Indikasi kkal/L; terapi pengganti cairan selama
dehidrasi
Retaphyl (Teofilin 300 mg)
Indikasi: meringankan dan mengatasi
serangan asma bronkial.
Mekanisme: Teofilin, sebagai
bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi
utama di paru yaitu dengan cara relaksasi
otot polos dan menekan stimulan yang
terdapat pada jalan nafas (suppression of
airway stimuli).. (√)

61
Metil prednisolon
Indikasi: Untuk meredakan inflamasi
dan menangani gejala alergi.
Mekanisme: Bekerja dengan cara menekan
pembentukan, pelepasan, dan aktivitas dari
mediator inflamasi endogen termasuk
prostaglandin, kinin, histamin, enzim
liposom dan sistem komplemen.
Memodifikasi respon imun tubuh.
(√)
Cefixim: pengobatan infeksi saluran
kemih, otitits media, faringitis, tonsilitis,
bronkitis akut, kekambuhan bronkitis
kronis, gonorrhea. Bekerja dengan
menghambat sintesis mukopeptida pada
dinding sel bakteri. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi Methylprednisolone + Retaphyl SR
Methylprednisolone akan menurunkan efek
teofilin dengan mempengaruhi
metabolisme enzim CYP3A4 hati/usus.
Tindak lanjut: pantau kondisi pasien.
Kesesuaian Dosis
Pengguna Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
-an suaian
Retaphyl 1 x 1 kaplet 1x1 Sesuai
(300 mg)
/hr
Metil Awal: sehari 2x1 Sesuai
prednisolon 4-48 mg
Cefixime 200 400 mg dalam 2x1 Sesuai
mg dosis tunggal
atau terbagi
Sumber: Medscape, Drugs.com, dan MIMS.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

62
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Selasa, 16 Februari 2016


Hari ke - : 13

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Kegiatan Resep 1 (No. Resep: xxxxx)
pengkajian Nama Pasien: Ny.F
dan Umur: 34 tahun
penyerahan Diagnosa: Radiculopati
resep rawat Resep:
inap R/ Tramadol 50 mg no. 3
S 3 dd 1
R/ Ketorolac 10 mg/mL no 3
S 3 dd 1
R/ Sohobion inj. No. 3
S 3 dd 1
R/ Forelax tab 50 mg no 3
S 3 dd 1
R/ Galepsi 300 mg No. 2
S 0-1-1
R/ Amitriptilin 25 mg no 1
S 0-0-1/2
R/ Metil prednisolone 8 mg No. 3
S 3 dd 1
R/ Ranitidin 150 mg no 2
S 2 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan / dosis √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf / acc dr. untuk -
penggantian obat
Berat badan - Paraf / ttd dr. untuk OKT / -
(anak) Narkotik
Alamat pasien √ Jumlah obat √
(R.Jalan)

63
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Tramadol: Efektif untuk pengobatan nyeri
Ketepatan akut dan kronik yang berat, termasuk nyeri
Indikasi pasca pembedahan, nyeri akibat tindakan
diagnostik. Tramadol adalah analgesik kuat
yang bekerja pada reseptor opiat.
Tramadol mengikat secara stereospsifik
pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga
menghentikan sensasi nyeri dan respon
terhadap nyeri. Di samping itu Tramadol
menghambat pelepasan neutrotransmiter
dari saraf aferen yang bersifat sensitif
terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri
terhambat. (√)
Ketorolac: Ketorolak parenteral di
indikasikan untuk penatalaksanaan jangka
pendek (maksimal 2 hari) terhadap nyeri
akut derajat sedang-berat segera setelah
operasi. Ketorolak bekerja dengan
menghambat sintesis prostaglandin pada
jaringan tubuh dengan menghambat
minimal 2 siklooksigenase (COX),
isoenzim, COX-1 dan COX-2. (√)
Sohobion inj. (Vit. B1 100mg, Vit. B6
100mg, Vit. B12 5000mcg): Sohobion
diindikasikan untuk pencegahan dan
pengobatan defisiensi vitamin B1, B6 dan
B12 pada kasus beri-beri, neuritis perifer
dan neuralgia. Vitamin B1 (Thiamin)
berperan sebagai koenzim esensial dalam
metabolisme karbohidrat. Vitamin B6
(Piridoksin) berperan dalam metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak, serta
esensial dalam pembentukan Hb dan
sintesis GABA dalam sistem saraf pusat.
Vitamin B12 (Sianokobalamin) berperan
sebagai koenzim dengan fungsi metabolik
termasuk sintesis protein dan metabolisme
karbohidrat, serta berperan dalam replikasi
sel dan hematopoiesis. (√)
Forelax (Eperison HCl) : adalah suatu
relaksan otot derivatbeta
aminopropiofenon. Berkerja pada sistem
saraf pusat,terutama pada tingkat medula
spinalis untuk merelaksasi otot-otot skelet
yang seharusnya meningkat dengan cara

64
menghambat redel otot melalui penurunan
substansi yg dikeluarkan oleh motor neuron
eferen. Eperison HCl menunjukkan efek
penghambatan tergantung dosis pada
rigiditas deserebrasi akibat perangsangan
pada bagian interkalikular dan rigiditas
deserebrasi iskemik. Eperison HCl
menekan potensial refleks mono dan
polisinaptik akibat rangsangan pada serabut
saraf spinal eferen. (√)
Galepsi (Gabapentin): Terapi tambahan
untuk kejang parsial & kejang parsial
dengan generalisasi sekunder pada pasien
yang tidak dapat dikendalikan dengan
antikonvulsan standar. Bekerja dengan
mengurangi pelepasan neurotransmiter
beberapa monoamina dan meningkatkan
kadar serotonin dalam darah. (√)
Amitriptilin: Depresi, termasuk depresi yg
disertai ggn cemas & gejala
somatik.Amitriptilin merupakan antidepresi
trisiklik. Bekerja dengan menghambat
pengambilan kembali neurotransmiter di
otak. (√)
Metilprednisolon: digunakan untuk
tambahan pada gangguan reumatik dalam
jangka pendek, terapi penyakit
dermatologis, terapi paliatif untuk penyakit
neoplastik, pengobatan untuk osteoartritis,
reumatoid artritis, dan penyakit inflamasi
lainnya. Bekerja dengan cara menekan
pembentukan, pelepasan, dan aktivitas dari
mediator inflamasi endogen termasuk
prostaglandin, kinin, histamin, enzim
liposom dan sistem komplemen.
Memodifikasi respon imun tubuh.
(√)
Ranitidine:
Ranitidine diindikasikan untuk pengobatan
jangka pendek pada ulkus duodenum aktif,
ulkus gastrik, dan pereda simptomatik pada
refluks esofagitis. Terapi pemeliharaan
setelah penyembuhan ulkus duodenum atau
gastrik. Pengobatan kondisi hipersekretori
patologik (seperti sindrom Zollinger-
Ellison). Ranitidine bekerja secara
kompetitif menghambat histamin pada

65
reseptor H2 dari sel parietal lambung yang
menghambat sekresi asam lambung. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi Interaksi signifikan:
 Ketorolac + Methylprednisolone
Meningkatan risiko ulserasi GI.
Manajemen: pantau kondisi pasien
 Amitriptyline + Tramadol
Meningkatkan kadar serotonin dan
meningkatkan sedasi.
Manajemen: pantau kondisi pasien
Kesesuaian Dosis
Nama Obat Dosis Lazim Penggu Kesesu
-naan -aian
Tramadol 50 Untuk terapi nyeri 3x1 Sesuai
mg :dosis tunggal 50
mg, dapat
ditingkatkan 50–
100 mg setiap 4–6
jam, dosis
maksimum : 400
mg/hari.
Ketorolac 10 Dewasa: 3x1 Sesuai
mg/mL - Usia kurang
dari 65 tahun :
tidak boleh
lebih 90mg/hari
- Usia diatas 65
tahun,
gangguan
ginjal, berat
badan < 50kg :
tidak boleh
lebih dari
60mg/hari.
Lama terapi maks
2 hari
Sohobion inj. Diawali dengan 1 3x1 Sesuai
ampul sehari.
Dalam keadaan
tertentu, dosis
dapat ditingkatkan
sesuai petunjuk
dokter.
Forelax Dewasa: sehari 3 x 3x1 Sesuai
1 tablet

66
Galepsi 300 900 – 1800 0-1-1 Tidak
mg mg/hari Sesuai
(acc
dokter)
Amitriptilin 25 Depresi dosis 0-0-1/2 Sesuai
mg awal 25-50 mg
setiap malam,
tingkatkan 25 mg
per 5-7 hari
hingga 100-200
mg/hari.
Profilaksis
migrain 10-25 mg
setiap malam.
Metil Awal: sehari 4-48 3x1 Sesuai
prednisolone 8 mg
mg
Ranitidine 150 Sehari 2 x 150 mg 2x1 Sesuai
mg
Sumber: Medscape, Drugs.com, MIMS.

Resep 2 (No Resep: xxxxx)


Nama Pasien: Ny.A
Umur: 53 tahun
Diagnosa: Bronhitis
Resep: R/ Ceftriaxone inj. 1 g no. 2
S 1 dd 2
R/ NaCl 100 mL no. 1
R/ Dexametason 5 mg/mL no. 3
S 3 dd 1
R/ Symbicort no. 1
S 2 dd 1 hisap
R/ Furosemid 40 mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Spironolakton 25 mg no. 1
S 1 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien √ Jumlah obat √

67
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Ceftriaxone: merupakan golongan
Ketepatan sephalosphorin spectrum luas. Untuk infeksi
Indikasi saluran napas, infeksi THT, infeksi saluran
kemih, sepsis, meningitis, infeksi tulang,
sendi dan jaringan lunak, infeksi intra
abdominal dll. Efek bacterisida ceftriaxone
dihasilkan akibat penghambatan sintesis
dinding bakteri. (√)
Dexamethasone: Sebagai imunosupresan/
anti alergi, anti inflamasi, gangguan kolagen,
alergi dan inflamasi pada mata, rematik,
asma bronkial, radang/alergi pada kulit,
gangguan pernapasan dan saluran
pencernaan. Bekerja dengan mengurangi
inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil,
mengurangi produksi mediator inflamasi dan
menurunkan permeabilitas kapiler yang
semula tinggi, serta menekan respon imun.
(√)
Symbicort: terapi regular untuk asma
dimana diperlukan terapi kombinasi
kortikosteroid inhalasi dan agonis-β kerja
panjang. Terapi untuk PPOK berat dan
adanya riwayat eksaserbasi (√)
Furosemid 40 mg: untuk edema, ascites,
hipertensi sedang atau ringan dengan
pemberian tunggal atau kombinasi dengan
antihipertensi.
Furosemide merupakan diuretik loop yang
menghambat reabsorpsi ion natrium dan
klorida pada tubulus ginjal proksimal dan
distal dan lengkungan Henle; serta
peningkatan air, kalsium, magnesium,
natrium, dan klorida yang disebabkan oleh
sistem kotransport ikatan klorida. (√)
Spironolacton 25 mg
Indikasi: untuk hipertensi esensial, kondisi
edema termasuk CHF, sirosis hati (dengan
atau tanpa ascites) dan sindrom nefrotik,
diagnosis dan pengobatan aldosteronism,
sebagai terapi adjunctive pada hipertensi
malignant, profilaksis hipokalemia pada
pasien yang mengonsumsi digitalis ketika
pengukuran lain dipertimbangkan tidak
adekuat atau tidak tepat.
Spironolacton merupakan antagonis
aldosterone dengan efek diuretik dan
antihipertensi, yang bekerja secara
kompetitif mengikat reseptor pada bagian
pertukaran Na-K bergantung aldosteron di
dalam tubulus distal yang menghasilkan

68
peningkatan ekskresi Na, Cl, dan air, serta
retensi K dan H. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi Interaksi signifikan:
 Symbicort + deksametason
Menurunkan efek deksametason dengan
mempengaruhi metabolisme enzim
hati/usus CYP3A4
 Spironolactone + Symbicort atau
dexametason
Meningkatkan efek Symbicort dan
dexametason
 spironolactone + symbicort atau
furosemid
spironolactone meningkatkan, symbicort
dan furosemid menurunkan kalium serum.
Tindak lanjut :
Pantau kondisi pasien dan pantau serum
kalium pasien.
Kesesuaian Dosis
Penggu- Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
naan suaian
Ceftriaxone inj. Dewasa: 1-2 1x2 Sesuai
1g gram sekali
sehari, dosis
total tidak boleh
melebihi 4 gram
Dexametason 5-20 mg IV/IM 3x1 Sesuai
5mg/mL per hari
Symbicort Dewasa dan 2x1 Sesuai
(budesonide 160 remaja ≥ 12
mcg dan tahun: sehari 2 x
formoterol 4,5 1 inhalasi
mcg)
Furosemid 40 20–80 mg, 1x1 Sesuai
mg sekali sehari
atau dibagi tiap
12 jam;
dapat
ditingkatkan
20–40 mg tiap
6–8 jam; maks:
600mg/hari.
Spironolakton 12,5–25mg/hari; 1x1 Sesuai
25 mg dapat
ditingkatkan
menjadi
50mg/hari jika
dibutuhkan.
Sumber: Medscape, MIMS, Drugs.com dan ISO

69
Resep 3 (No Resep: xxxxx)
Nama Pasien: Tn.A
Umur: -
Diagnosa: -
Resep: R/ RL 500 no. 2
R/ Tramadol 50 mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Metil prednisolone 4 mg no. 2
S 2 dd 1
R/ Ranitidin 50 mg/2 mL no. 2
S 2 dd 1
R/ Bisoprolol 5 mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Lisinopril 10 mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Miniaspi 80 no. 1
S 1 dd 1
R/ Bicnat tab 500 mg no. 3
S 3 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama poli/ruangan √ Kekuatan sediaan √
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien √ Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme RL 500: mengembalikan keseimbangan
Ketepatan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok
Indikasi hipovolemik. (√)
Tramadol: Efektif untuk pengobatan nyeri
akut dan kronik yang berat, termasuk nyeri
pasca pembedahan, nyeri akibat tindakan
diagnostik. Tramadol adalah analgesik kuat
yang bekerja pada reseptor opiat.
Tramadol mengikat secara stereospsifik
pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga
menghentikan sensasi nyeri dan respon
terhadap nyeri. Di samping itu Tramadol
menghambat pelepasan neutrotransmiter
dari saraf aferen yang bersifat sensitif

70
terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri
terhambat. (√)
Metil prednisolon
Indikasi: Untuk meredakan inflamasi
dan menangani gejala alergi.
Mekanisme: Bekerja dengan cara menekan
pembentukan, pelepasan, dan aktivitas dari
mediator inflamasi endogen termasuk
prostaglandin, kinin, histamin, enzim
liposom dan sistem komplemen.
Memodifikasi respon imun tubuh.
(√)
Ranitidine: Ranitidin adalah suatu
histamin antagonis reseptor H2 yang
menghambat kerja histamin secara
kompetitif pada reseptor H2 dan
mengurangi sekresi asam lambung.
Ranitidine injeksi diindikasikan untuk
pasien rawat inap di rumah sakit dengan
keadaan hipersekresi patologis atau ulkus
12 jari yang sulit diatasi atau sebagai
pengobatan alternatif jangka pendek
pemberian oral pada pasien yang tidak bisa
diberi ranitidine oral. (√)
Bisoprolol : digunakan untuk pengobatan
hipertensi, angina pektoris, takikardia
supraventrikuler, kontraksi ventrikuler
prematur. Bekerja dengan memblok
reseptor beta, secara primer memengaruhi
sistem kardiovaskuler (menurunkan denyut
jantung, kontraktilitas kardiak, dan tekanan
darah) dan paru (mempromosikan
bronkospasme). (√)
Lisinopril
Indikasi: Hipertensi.
Mekanisme: inhibitor kompetitif
Angiotensin I menjadi Angiotensin II,
selain itu dapat menurunkan Angiotensin II
karena penurunan aktivitas plasma renin
dan penurunan sekresi aldosteron. (√)
Miniaspi (Aspirin / asam asetil salisilat):
Indikasi: Mencegah agregasi platelet pada
infark miokard dan angina tak stabil;
mencegah serangan iskemik otak sepintas.
Mekanisme: Menghambat sintesis
prostaglandin oleh siklooksigenase,
menghambat agregasi platelet. (√)
Bicnat: diindikasikan sebagai asidosis
metabolic. Bicnat digunakan untuk
penyeimbang keasaman dalam darah.
Bikarbonat beinteraksi dengan ion H +
membentuk air dan karbon dioksida.
Bikarbonat berfingsi sebagai buffer atau
penyangga pada kondisi asidosis. (√)

71
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi Interaksi signifikan:
 Aspirin + Methylprednisolone
Meningkatan risiko GI ulser.
Manajemen: diberi jarak pemberian 1-2
jam. Pantau kondisi pasien.
 Natrium bikarbonat + Bisoprolol
Natrium bikarbonat mengurangi efek dari
bisoprolol dengan menghambat
penyerapan GI.
Manajemen: diberi jarak pemberian 1-2
jam
 Aspirin + Lisinopril dan bisoprolol
Aspirin mengurangi efek dari lisinopril
oleh antagonisme farmakodinamik.
NSAID menurunkan sintesis vasodilatasi
prostaglandin ginjal, dan dengan
demikian mempengaruhi homeostasis
cairan dan dapat mengurangi efek
antihipertensi.
Manajemen: pantau fungsi ginjal pasien.
 Bisoprolol + Aspirin
Meningkatan kalium serum.
Manajemen: pantau serum kalium pasien
Kesesuaian Dosis
Pengguna Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
-an suaian
Tramadol 50 mg Untuk terapi 1x1 Sesuai
nyeri :dosis
tunggal 50
mg, dapat
ditingkatkan
50–100 mg
setiap 4–6
jam, dosis
maksimum :
400 mg/hari.
Metil Awal: sehari 2x1 Sesuai
prednisolone 4 4-48 mg
mg
Ranitidin 50 50 mg/ 6-8 2x1 Sesuai
mg/2 mL jam, diberikan
secara iv 2 x 1
ampul
Bisoprolol 5 mg Sehari 5 mg 1x1 Sesuai
pada pagi hari

72
Lisinopril 10 mg HT: 10 1x1 Sesuai
mg/hari p.o
Gagal jantung:
5mg/hari p.o
Miniaspi 80 80-160 1x1 Sesuai
mg/hari
Bicnat tab 500 Maksimal 3x1 Sesuai
mg dosis 1-4
g/hari
Sumber: Medscape, Drugs.com, dan MIMS.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

73
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Rabu, 17 Februari 2016


Hari ke - : 14

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Kegiatan Resep 1 (No. Resep: xxxxx)
pengkajian Nama Pasien: Tn. A
dan Umur: -
penyerahan Diagnosa: Flegmon
resep rawat Resep:
inap R/ Ceftriaxone inj. 1 g/vial no 2
S 2 dd 1
R/ Ranitidin 50 mg/2 mL no. 2
S 2 dd 1
R/ Dexametason 5 mg/mL no. 2
S 2 dd 1
R/ Ketorolac 10 mg/mL no. 2
S 2 dd 1
R/ Metronidazol I.V 500 mg/100 mL no. 3
S 3 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan / dosis √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf / acc dr. untuk -
penggantian obat
Berat badan - Paraf / ttd dr. untuk OKT / -
(anak) Narkotik
Alamat pasien - Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Ceftriaxone: merupakan golongan
Ketepatan sephalosphorin spectrum luas. Untuk
Indikasi infeksi saluran napas, infeksi THT, infeksi
saluran kemih, sepsis, meningitis, infeksi
tulang, sendi dan jaringan lunak, infeksi
intra abdominal dll. Efek bacterisida
ceftriaxone dihasilkan akibat penghambatan
sintesis dinding bakteri. (√)
Ranitidine: Ranitidin adalah suatu
histamin antagonis reseptor H2 yang

74
menghambat kerja histamin secara
kompetitif pada reseptor H2 dan
mengurangi sekresi asam
lambung.Ranitidine injeksi diindikasikan
untuk pasien rawat inap di rumah sakit
dengan keadaan hipersekresi patologis atau
ulkus 12 jari yang sulit diatasi atau sebagai
pengobatan alternatif jangka pendek
pemberian oral pada pasien yang tidak bisa
diberi ranitidine oral. (√)
Dexamethasone: Sebagai imunosupresan/
anti alergi, anti inflamasi, gangguan
kolagen, alergi dan inflamasi pada mata,
rematik, asma bronkial, radang/alergi pada
kulit, gangguan pernapasan dan saluran
pencernaan. Bekerja dengan mengurangi
inflamasi dengan menekan migrasi
neutrofil, mengurangi produksi mediator
inflamasi dan menurunkan permeabilitas
kapiler yang semula tinggi, serta menekan
respon imun. (√)
Ketorolac: Ketorolak parenteral di
indikasikan untuk penatalaksanaan jangka
pendek (maksimal 2 hari) terhadap nyeri
akut derajat sedang-berat segera setelah
operasi. Ketorolak bekerja dengan
menghambat sintesis prostaglandin pada
jaringan tubuh dengan menghambat
minimal 2 siklooksigenase (COX),
isoenzim, COX-1 dan COX-2. (√)
Metronidazole: diindikasikan untuk
infeksi yang disebabkan oleh kuman
anaerob dan kuman lainnya yang sensitive
terhadap metdonidazole, pencegahan
infeksi anaerob sebelum dan sesudah
oprasi. Metronidazole akan berinteraksi
dengan DNA menyababkan hilangnya
setruktur kelix DNA dan kerusakan untaian
DNA. Sehingga terjadi hambatan
pembentukan sintesis protein
mikroorganisme. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi  Metronidazol + Deksametason
Metronidazole akan meningkatkan efek
deksametason.
 Ketorolac + Deksametason
Meningkatan risiko ulserasi GI.
Tindak lanjut: pantau kondisi pasien.

75
Kesesuaian Dosis
Nama Obat Dosis Lazim Penggu Kesesu
-naan -aian
Ceftriaxone Dewasa: 1-2 gram 2x1 Sesuai
sekali sehari, dosis
total tidak boleh
melebihi 4 gram
Ranitidin 50 50 mg/ 6-8 jam, 2x1 Sesuai
mg/2 mL diberikan secara
iv 2 x 1 ampul
Dexametason 5-20 mg IV/IM 2x1 Sesuai
per hari
Ketorolac Dewasa: 2x1 Sesuai
- Usia kurang
dari 65 tahun :
tidak boleh
lebih 90mg/hari
- Usia diatas 65
tahun,
gangguan
ginjal, berat
badan < 50kg :
tidak boleh
lebih dari
60mg/hari.
Lama terapi maks
2 hari
Metronidazole Dewasa: dosis 3x1
500 mg/100 awal IV 15 mg/kg
mL dan diikuti dengan
dosis
pemeliharaan 7,5
mg/kg BB setiap 6
jam.
Dosis maksimum:
4 g/hari (IV atau
oral). Lama
pengobatan 7 hari.
Sumber: Medscape, Drugs.com, MIMS.

76
Resep 2 (No Resep: xxxxx)
Nama Pasien: Tn. B
Umur: 72 tahun
Diagnosa: insfeksi paru
Resep: R/ Ciprofloxacin inf. 200mg/100mL no 2
S 2 dd 1
R/ Aminophilin inj. 240 mg/10 mL no 2
S 2 dd 1
R/ Metil prednisolon I.V 125 mg no 3
S 3 dd 1
R/ Omeprazol injeksi 40 mg no 1
S 1 dd 1
R/ Combivent neb no 3
S 3 dd 1
R/ Flixotide neb no 3
S 3 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien √ Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Ciprofloxacin: merupakan antibiotic
Ketepatan golongan quinolon digunakan untuk infeksi
Indikasi saluran cerna, kemih, nafas, kulit dan
gonore. Mekanisme kerja yaitu dengan
inhibisi dua enzim bacterial (topo-
isomerase), yakni DNA-gurase sehingga
sintesis DNA bakteri terganggu. (√)
Aminofilin: merupakan obat asma bronkial
dan gangguan kejang bronki lain.
Mekanisme kerja aminofilin, yaitu: dapat
melemaskan otot-otot polos pada saluran
pernafasan dan menekan respon dari saluran
udara terhadap ransangan. Dapat
neningkatkan konsentrasi jaringan ciklik
adenine monofosfat dengan menghambat 2
isoenzim dari phosphadiesterase yang dapat
menginduksi pelepasan epinephrine dari sel
medulla adrenal. (√)

77
Metil prednisolon
Indikasi: Untuk meredakan inflamasi
dan menangani gejala alergi.
Mekanisme: Bekerja dengan cara menekan
pembentukan, pelepasan, dan aktivitas dari
mediator inflamasi endogen termasuk
prostaglandin, kinin, histamin, enzim
liposom dan sistem komplemen.
Memodifikasi respon imun tubuh.
(√)
Omeprazole iv 40 mg: Pengobatan jangka
pendek tukak duodenal dan yang tidak
responsif terhadap obat-obat antagonis
reseptor H2. Pengobatan jangka pendek
tukak lambung. Mekanisme
kerjanyamenghambat sekresi asam lambung
dengan cara berikatan pada pompa
H+K+ATPase (pompa proton) dan
mengaktifkannya sehingga terjadi
pertukaran ion kalium dan ion hydrogen
dalam lumen sel. Omeprazole berikatan
dengan enzim ini secara irreversible, tetapi
reseptor H2 tidak dipengaruhi. Secara klinis
tidak terdapat efek farmakodinamik yang
berarti selain efek obat ini terhadap sekresi
asam. Pemberian oral obat ini menghambat
sekresi asam lambung yang distimulasi oleh
pentagastrik. (√)
Combivent (Ipratropium Br 0.5 mg,
salbutamol sulphate 2.5 mg): digunakan
sebagai bronkospasmus dengan mekanisme
kerja beta 2-adenergik bronkodilator,
menghambat reflex vagally yang dimediasi
oleh antagonis aksi asetilkolin. Menghambat
peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler
yang disebabkan oleh interaksi asetilkolin
dengan reseptor pada otot polos brokus. (√)
Flixotide (Fluticasone propionate 0,5 mg):
sebagai terapi profilaksis terhadap asma
ringan sampai dengan berat. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi Interaksi Signifikan
1. Metilprednoisolon + Aminophyline:
Akan menurunkan efek dari Aminophylin
dengan mempengaruhi metabolisme
oleh enzim hepatik CYP3A4.
Manajemen: pantau terus kondisi dan
fungsi hati pasien.

78
Kesesuaian Dosis
Penggu- Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
naan suaian
Ciprofloxacin Dewasa oral: 2x1 Sesuai
200 mg/100 mL 250-750 mg 2
kali sehari
Dewasa IV:
100-400 mg
Aminophilin 240 Injeksi IV pelan 1x1 Sesuai
mg/10 mL : 250-500mg (5
mg/kg)
(diinjeksikan
lebih dari 20
menit) dengan
monitoring
ketat,
selanjutnya
dapat diikuti
dengan dosis
pada asma akut
berat.
Metil Dosis yang 3x1 Sesuai
prednisolone I.V dianjurkan : 30
125 mg mg/kg berat
badan, diberikan
secara intravena
paling
tidak lebih dari
30 menit. Dosis
ini dapat
diulangi setiap
4-6 jam untuk
setiap 48 jam.
Omeprazol inj. 40 mg sekali 1 dd 1 Sesuai
40 mg sehari
Combivent neb. Dewasa : 1 unit 3 dd 1 Sesuai
vial dosis 3-4
kali/hari.
Flixotide neb. Dewasa dan 3 dd 1 Sesuai
remaja > 16
tahun : 500-
2000 mcg 2
kali/hari.
Anak dan
remaja 4-16
tahun : 1000
mcg 2 kali/hari.
Sumber: Medscape, MIMS, Drugs.com dan ISO

79
Resep 3 (No Resep: xxxxx)
Nama Pasien: Tn.D
Umur: 35 tahun
Berat badan: 52 kg
Diagnosa: -
Resep: R/ Ranitidin 50 mg/2 mL no. 2
S 2 dd 1
R/ Dexametason I.V 5mg/mL no. 4
S 4 dd 1
R/ FDC awal no. 3
S 3 dd 1
R/ Cotrimoxazole 480 mg no 6
S 3 dd 2
R/ Vitamin B6 no 1
S 1 dd 1
R/ Unalium 5 mg no 2
S 2 dd 1
R/ Betahistin 6 mg mg no 3
S 3 dd 1
R/ Coditam no 3
S 3 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama poli/ruangan √ Kekuatan sediaan √
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan √ Paraf dokter untuk OKT √
Alamat pasien √ Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Ranitidine: Ranitidin adalah suatu
Ketepatan histamin antagonis reseptor H2 yang
Indikasi menghambat kerja histamin secara
kompetitif pada reseptor H2 dan
mengurangi sekresi asam lambung.
Ranitidine injeksi diindikasikan untuk
pasien rawat inap di rumah sakit dengan
keadaan hipersekresi patologis atau ulkus
12 jari yang sulit diatasi atau sebagai
pengobatan alternatif jangka pendek
pemberian oral pada pasien yang tidak bisa
diberi ranitidine oral. (√)
Dexamethasone: Sebagai
imunosupresan/anti alergi, anti inflamasi,

80
gangguan kolagen, alergi dan inflamasi
pada mata, rematik, asma bronkial,
radang/alergi pada kulit, gangguan
pernapasan dan saluran pencernaan.
Bekerja dengan mengurangi inflamasi
dengan menekan migrasi neutrofil,
mengurangi produksi mediator inflamasi
dan menurunkan permeabilitas kapiler yang
semula tinggi, serta menekan respon imun.
(√)
4FDC
Tablet 4FDC mengandung 4 macam obat
yaitu: 75 mg Isoniasid (INH), 150 mg
Rifampisin, 400 mg Pirazinamid, dan 275
mg Etambutol. Rifampisin bekerja dengan
cara mengganggu sintesis RNA bakteri.
Isoniazid menghambat biosintesis asam
mikolat yang merupakan unsur penting
pembentukan dinding sel bakteri.
Pirazinamid bersifat bakterisid maupun
bakteriostatik terhadap Mycobacterium.
Etambutol menekan multiplikasi bakteri
dengan cara mengganggu sintesis RNA. (√)
Cotrimoxazole: Infeksi saluran kemih dan
kelamin yang disebabkan oleh E. coli.
Klebsiella sp, Enterobacter sp, Morganella
morganii, Proteus mirabilis, Proteus
vulgaris. Cotrimoxazole adalah antibiotik
yang merupakan kombinasi
Sulfamethoxazole dan Trimethoprim
dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi
tersebut mempunyai aktivitas bakterisid
yang besar karena menghambat pada dua
tahap sintesis asam nukleat dan protein
yang sangat esensial untuk
mikroorganisme. (√)
Vitamin B6: Piridoksin diberikan bersama
isoniazid (antituberkulosis) atau hidralazin
guna mencegah neuritis perifer.
Unalium (Flunarizine):
Unalium diindikasikan untuk profilaksis
migran, pengobatan dan profilaksis
penyakit vaskular vestibular, periferal dan
serebral. Unalium bekerja menghambat
reseptor H1 dan efek penghambat kanal
kalsium; juga digunakan sebagai terapi
epileptik tambahan untuk pasien refraktori
untuk jadwal pengobatan standar. (√)
Betahistine:
Indikasi: Vertigo dan pusing berkaitan
dengan penyakit Meniere, sindrom Meniere
dan vertigo perifer.

81
Mekanisme: Meningkatkan mikrosirkulasi
dalam labirin yang menurunkan tekanan
endolimfatik. (√)
Coditam (Codein 30 mg + Parasetamol
500 mg):
Indikasi: Meringankan nyeri sedang sampai
berat secara simptomatik.
Codein: agonis opioid; analgesia;
menghambat pembangkitan dorongan nyeri
dan menghambat jalur nyeri yang menaik,
jadi mengubah persepsi dan respon nyeri;
menghambat batuk dengan bekerja secara
pusat di medulla; menyebabkan depresi
sistem saraf pusat.
Parasetamol: analgesik nonopioid,
nonsalisilat; dapat bekerja secara perifer
untuk menghambat pembangkitan
dorongan nyeri; bekerja pada hipotalamus
untuk memproduksi antipiresis. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi  Interaksi 4FDC
Kombinasi obat meningkatkan risiko
hepatotoksisitas
 Isoniazid + acetaminophen
Isoniazid akan meningkatkan efek
acetaminophen
 Isoniazid + dexamethasone
Isoniazid akan meningkatkan efek
dexametason
 Rifampin + dexamethasone
Rifampin akan menurunkan efek
dexametason
 Isoniazid + codeine
Isoniazid menurunkan efek codein.
Manajemen: pantau kondisi dan fungsi
hati pasien
Kesesuaian Dosis
Pengguna Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
-an suaian
Ranitidin 50 50 mg/ 6-8 2x1 Sesuai
mg/2 mL jam, diberikan
secara iv 2 x 1
ampul
Dexamethasone 5-20 mg 4x1 Sesuai
5 mg/mL IV/IM per hari
4FDC Berat badan 1x3 Sesuai
38-54 kg: 3 x

82
4FDC tiap hari
selama 2 bulan
Cotrimoxazole Dewasa dan 3x2 Sesuai
480 mg anak diatas 12
tahun: 960 mg,
2 kali sehari.
Infeksi berat
dosis dapat
dinaikkan 1,5
kali dalam
dosis terbagi 3
Vitamin B6 Dewasa : dosis 1x1 Sesuai
awalnya 2,5 -
10 mg perhari
Unalium 5 mg 5-10mg, 2x1 Sesuai
sebagai dosis
tunggal, atau
dosis terbagi 2
kali sehari.
Maks:
10mg/hari.
Betahistin 6 mg Awal: 8-16mg, 3x1 Sesuai
tiga kali
sehari.
Pemeliharaan:
24-48mg /hari.
Maks:
48mg/hari.
Coditam Dewasa: 1 3x1 Sesuai
tablet, 4 jam Bila perlu
sekali atau
dibutuhkan.
Maks. total
dosis harian:
240 mg
codein.
Sumber: Medscape, Drugs.com, ISO dan MIMS.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

83
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Kamis, 18 Februari 2016


Hari ke - : 15

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Kegiatan Resep 1 (No. Resep: xxxxx)
pengkajian Nama Pasien: Tn. S
dan Umur: 56 tahun
penyerahan Diagnosa: Depresi
resep rawat Resep:
inap R/ Asering infus no 2
R/ Ranitidin 50 mg/2 mL no 2
S 2 dd 1
R/ Citicolin inj. 250 mg/2 mL no. 3
S 3 dd 1
R/ Ceftriaxone inj. 1 g/vial no 2
S 1 dd 2
R/ Dexametason IV 5 mg/mL no 3
S 3 dd 1
R/ Miniaspi 80 no 1
S 1 dd 1
R/ Amlodipin 5 mg no 1
S 1 dd 1
R/ Donepezil 5 mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Acyclovir 400 mg no 10
S 5 dd 800 mg
R/ Paracetamol inf. 1000 mg/100 mL no 4
S 4 dd 1
R/ Phenitoin tab 100 mg no 3
S 3 dd 1
R/ Nopres 20 no 1
S 1-0-0
R/ Risperidon 1 mg no 3
S 2 1/2-0-1/2

84
Pengkajian Administrasi dan Farmasetik
Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan / dosis √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf / acc dr. untuk -
penggantian obat
Berat badan - Paraf / ttd dr. untuk OKT / -
(anak) Narkotik
Alamat pasien √ Jumlah obat √

Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Ranitidine: Ranitidin adalah suatu
Ketepatan histamin antagonis reseptor H2 yang
Indikasi menghambat kerja histamin secara
kompetitif pada reseptor H2 dan
mengurangi sekresi asam lambung.
Ranitidine injeksi diindikasikan untuk
pasien rawat inap di rumah sakit dengan
keadaan hipersekresi patologis atau ulkus
12 jari yang sulit diatasi atau sebagai
pengobatan alternatif jangka pendek
pemberian oral pada pasien yang tidak bisa
diberi ranitidine oral. (√)
Citicolin: Gangguan kesadaran akibat
cedera kepala, bedah otak, dan infark
serebral stadium akut. Citicolin digunakan
untuk peningkatan aliran darah otak seperti
pada struk iskemik. Selain itu juga
mengatur penurunan fungsi kognitif pada
lansia. Dengan cara meningkatkan aliran
darah dan suplai O2 di otak.. (√)
Ceftriaxone: merupakan golongan
sephalosphorin spectrum luas. Untuk
infeksi saluran napas, infeksi THT, infeksi
saluran kemih, sepsis, meningitis, infeksi
tulang, sendi dan jaringan lunak, infeksi
intra abdominal dll. Efek bacterisida
ceftriaxone dihasilkan akibat penghambatan
sintesis dinding bakteri. (√)
Dexamethasone: Sebagai imunosupresan/
anti alergi, anti inflamasi, gangguan
kolagen, alergi dan inflamasi pada mata,
rematik, asma bronkial, radang/alergi pada
kulit, gangguan pernapasan dan saluran
pencernaan. Bekerja dengan mengurangi
inflamasi dengan menekan migrasi
neutrofil, mengurangi produksi mediator
inflamasi dan menurunkan permeabilitas

85
kapiler yang semula tinggi, serta menekan
respon imun. (√)
Miniaspi (Aspirin / asam asetil salisilat):
Indikasi: Mencegah agregasi platelet pada
infark miokard dan angina tak stabil;
mencegah serangan iskemik otak sepintas.
Mekanisme: Menghambat sintesis
prostaglandin oleh siklooksigenase,
menghambat agregasi platelet. (√)
Amlodipine: hipertensi, angina kronik.
Bekerja dengan menghambat pergerakan
ion kalsium melewati membrane sel pada
otot polos vaskuler sistemik dan koroner.
(√)
Donepezil
Indikasi: Terapi dimensia ringan atau
sedang pada penyakit Alzheimer.
Mekanisme:
Meningkatkan acetylcholine melalui
penghambatan hidrolisis acetylcholine oleh
enzim acetylcholinesterase.. (√)
Acyclovir 400 mg : Pengobatan infeksi
yang disebabkan oleh herpes simpleks pada
kulit dan membran mukosa, termasuk
herpes genital awal dan kambuhan,
pencegahan infeksi herpes simpleks pada
pasien immuno-compromised. Pengobatan
infeksi herpes zoster. Acyclovir adalah zat
antivirus yang sangat aktif secara in vitro
melawan virus herpes simpleks (HSV) tipe
I dan II, serta virus varisela zoster. Setelah
masuk ke dalam sel terinfeksi, Acyclovir
terfosforilasi membentuk senyawa aktif
Acyclovir trifosfate. Tahap awal proses
tergantung pada enzim viral-coded
thymidine kinase. Acyclovir trifosfate
berperan sebagai inhibitor dan sebagai
substrat palsu untuk herpes-specified DNA
polymerase yang mencegah sintesis DNA
virus tanpa mempengaruhi proses sel
normal. (√)
Paracetamol: Digunakan sebagai analgesik
dan antipiretik bekerja secara perifer untuk
menghambat pembangkitan dorongan
nyeri; bekerja pada hipotalamus untuk
memproduksi antipiresis. (√)
Phenitoin
Indikasi: Mengontrol keadaan kejang tonik-
klonik (grand mal) dan serangan
psikomotor lobus temporalis
Mekanisme kerja utamanya pada korteks
motoris yaitu menghambat penyebaran
aktivitas kejang. Kemungkinan hal ini
disebabkan peningkatan pengeluaran

86
natrium dari neuron dan fenitoin cenderung
menstabilkan ambang rangsang terhadap
hipereksitabilitas yang disebabkan
perangsangan berlebihan atau kemampuan
perubahan lingkungan di mana terjadi
penurunan bertahap ion natrium melalui
membran. Ini termasuk penurunan
potensiasi paska tetanik pada sinaps.
Fenitoin menurunkan aktivitas maksimal
pusat batang otak yang berhubungan
dengan fase tonik dari kejang tonik-klonik
(grand mal). (√)
Nopres (fluoksetin 20 mg)
Indikasi: Depresi.
Mekanisme: antidepresan dari golongan
SSRI (Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor), memiliki sedikit efek neuronal
uptake norepineprin atau pada dinamik
dopamin pada pemberian jangka pendek
atau panjang. (√)
Risperidon 1 mg
Indikasi: skizoprenia akut dan kronik.
Mekanisme: risperidone merupakan
antagonis D2 kuat, dimana dapat
memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal
tersebut menyebabkan berkurangnya
depresi aktivitas motorik dan induksi
katalepsi dibanding neuroleptik klasik.
Antagonisme serotonin dan dopamin sentral
yang seimbang dapat mengurangi
kecenderungan timbulnya efek samping
ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas
terapeutik terhadap gejala negatif dan
afektif dari skizofrenia. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi Interaksi signifikan
 Fluoxetine + fenitoin
Fluoxetine akan meningkatkan efek
fenitoin dengan mempengaruhi
metabolism enzim hati CYP2C9/10.
Manajemen: Pantau efek fenitoin dalam
tubuh, waspada peningkatan efek
samping dari phenytoin.
 Fluoxetine + donepezil
Fluoxetine akan meningkatkan efek dari
donepezil dengan mempengaruhi
metabolism enzim hati CYP2D6.
 Fenitoin + deksametason
Fenitoin akan menurunkan efek
deksametason.

87
 Aspirin + deksametason
Meningkatkan risiko GI ulser.
Manajemen: diberi jarak pemberian obat
1-2 jam
 Fluoxetine + aspirin
Meningkatkan risiko perdarahan GI atas.
Manajemen: diberi jarak pemberian obat
1-2 jam. Pantau kondisi pasien.
Kesesuaian Dosis
Nama Obat Dosis Lazim Penggu Kesesu
-naan -aian
Ranitidin 50 50 mg/ 6-8 jam, 2x1 Sesuai
mg/2 mL diberikan secara
iv 2 x 1 ampul
Citicolin 250 Stadium akut: 3x1 Sesuai
mg/2 mL 250-500mg 1-2
kali sehari
Stadium kronis:
100-300 mg 1-2
kali sehari
Ceftriaxone Dewasa: 1-2 gram 1x2 Sesuai
inj. 1 g/vial sekali sehari, dosis
total tidak boleh
melebihi 4 gram
Dexametason 5 5-20 mg IV/IM 3x1 Sesuai
mg/mL per hari
Miniaspi 80 80-160 mg/hari 1x1 Sesuai
Amlodipin 5 Awal 5 mg/hari. 1x1 Sesuai
mg Dapat
ditingkatkan
hingga 10 mg/hari
Donepezil 5 Sehari 1 x 5mg 1x1 Sesuai
mg sebelum tidur
selama 1 bulan
Acyclovir 400 Infeksi herpes 5 x 800 Sesuai
mg zoster dan mg
varicella:
 Dewasa: 800 mg
5 kali sehari
setiap 4 jam,
selama 7-10 hari
Paracetamol <50 kg: 12,5 4x1 Sesuai
infus 1000 mg/kg IV tiap 4
mg/100 mL jam atau 15
mg/kg tiap 6 jam
≥50 kg: 650 IV
tiap 4 jam atau
1000 mg IV tiap 6
jam

88
Phenitoin tab 200-500 mg/hr 3x1 Sesuai
100 mg
Nopres 20 Awal 20 mg/hari 1-0-0 Sesuai
pada pagi hari,
dosis dapat
ditingkatkan jika
tidak ada
perbaikan klinis
sesudah beberapa
minggu terapi.
Maks: 80 mg/hari
Risperidon 1 Awal: 2-4 mg/hari 2 1/2-0-1/2 Sesuai
mg
Sumber: Medscape, Drugs.com, MIMS.

Resep 2 (No Resep: xxxxx)


Nama Pasien: Tn. O
Umur: -
Diagnosa: Anemia
Resep: R/ NaCl 0,9% no 1
R/ Omeprazol I.V 40 mg no 1
S 1 dd 1
R/ Cetirizine 5 mg no 1
S 1 dd 1
R/ SF tab 300 mg no 1
S 1 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur - Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien - Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Omeprazole: Pengobatan jangka pendek
Ketepatan tukak duodenal dan yang tidak responsif
Indikasi terhadap obat-obat antagonis reseptor H2.
Pengobatan jangka pendek tukak lambung.
Mekanisme kerjanyamenghambat sekresi
asam lambung dengan cara berikatan pada
pompa H+K+ATPase (pompa proton) dan
mengaktifkannya sehingga terjadi

89
pertukaran ion kalium dan ion hydrogen
dalam lumen sel. Omeprazole berikatan
dengan enzim ini secara irreversible, tetapi
reseptor H2 tidak dipengaruhi. Secara klinis
tidak terdapat efek farmakodinamik yang
berarti selain efek obat ini terhadap sekresi
asam. Pemberian oral obat ini menghambat
sekresi asam lambung yang distimulasi oleh
pentagastrik. (√)
Cetirizine: digunakan untuk meredakan
gejala simtomatis (nasal dan non nasal) yang
berhubungan dengan alergi rinitis,
pengobatan untuk manifestasi kulit yang
tidak komplikasi dari urtikaria idiopatik
kronik. Bekerja dengan menghambat
reseptor H1 histamin secara antagonis
kompetitif. (√)
Sulfas Ferrous (Fe Sulfat heptahidrat 300
mg)
Indikasi: Anemia hipokromik makrositik,
kehamilan..
Mekanisme: Ferrous Sulfate memfasilitasi
transportasi O2 melalui hemoglobin.
Digunakan sebagai sumber besi yang
menggantikan besi yang ditemukan pada
hemoglobin, mioglobin dan enzim lain. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi Interaksi signifikan
Omeprazole menurunkan kadar / efek SF
karena meningkatkan pH lambung
Tindak lanjut :
Diberi jarak antar pemberian obat tersebut
(1–2 jam)
Kesesuaian Dosis
Penggu- Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
naan suaian
Omeprazol inj. 40 mg sekali 1x1 Sesuai
40 mg sehari
Cetirizin 5 mg 1 kali sehari 1 1x1 Sesuai
kapsul
SF tab 300 mg 300 mg, sekali 1x1 Sesuai
sehari
Sumber: Medscape, MIMS, Drugs.com dan ISO

90
Resep 3 (No Resep: xxxxx)
Nama Pasien: Ny.E
Umur: -
Diagnosa: CAD STEMI
Resep: R/ NaCl 100 mL no. 1
R/ Ondansetron 4 mg/2 mL no. 1
S 1 dd 1
R/ Clopidogrel tab 75 mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Aspilet 100 mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Alprazolam 0,5 mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Atorvastatin 20 mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Ranitidin 50 mg/2 mL mg no. 2
S 2 dd 1
R/ Sucralfat syr no. 1
S 3 dd 1 cth

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama poli/ruangan √ Kekuatan sediaan √
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur - Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien √ Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Ondansetron: Ondansetron diindikasikan
Ketepatan untuk manajemen mual dan muntah yang
Indikasi diinduksi oleh kemoterapi dan radioterapi;
mual dan muntah setelah operasi.
Ondansetron sebagai antagonis reseptor 5-
HT3 selektif, memblok serotonin baik
secara perifer pada terminal saraf vagal
maupun secara sentral pada chemoreceptor
trigger zone. Kerja dari ondansetron
memberi sifat antiemetik untuk mencegah
emesis karena kemoterapi akut yang
dimediasi oleh serotonin. (√)
Clopidogrel: Clopidogrel menghambat
adenosin difosfat (ADP) untuk berikatan

91
dengan reseptor platelet dan aktivasi
kompleks glikoprotein GPIIb/IIIa
sehingga mencegah ikatan fibrinogen,
adhesi platelet dan agregasi. Dapat
digunakan untuk mengurangi kekentalan
darah dan membantu mencegah terjadinya
pembekuan darah di arteri. Penggunaan
obat ini bertujuan mengurangi risiko
terkena serangan jantung atau stroke.
Indikasi untuk mencegah pembekuan darah
pada serangan jantung, stroke, penyakit
arteri perifer, penderita sindroma koroner
akut. (√)
Aspilet : Digunakan untuk pengobatan
antiagregat pada kondisi patologis yang
hiperaktivitas platelet atau aktivasi dapat
menjadi faktor penentu pada pembentukan
trombus. Bekerja dengan menghambat
sintesis prostaglandin oleh siklooksigenase,
menghambat agregasi platelet, mempunyai
aktivitas antipiretik dan analgesik. (√)
Alprazolam: Gangguan ansietas atau
ansietas yang berhubungan dengan depresi,
gangguan panik dengan atau tanpa
agoraphobia. Bekerja dengan mengikat
reseptor di beberapa bagian dalam SSP,
termasuk sistem limbik dan retikular. Efek
dapat dimediasi melalui sistem reseptor
GABA, meningkatkan permeabilitas
membran neuronal untuk ion klorida
meningkatkan efek penghambatan GABA.
Pergeseran ion klorida menyebabkan
hiperpolarisasi dan stabilisasi dari membran
neuronal. (√)
Atorvastatin: Merupakan obat untuk
indikasi penyakit hiperlipidemia,
hiperkolesterolemia, dyslipidemia,
penyakit hati kronis, dan penyakit
kardiovaskular. Mekanisme: Penghambat
HMG-CoA reduktase, menghambat laju-
langkah terbatas pada biosintesis kolesterol
dengan menghambat HMG-CoA reduktase
secara kompetitif. (√)
Ranitidin: Ranitidin adalah suatu histamin
antagonis reseptor H2 yang menghambat
kerja histamin secara kompetitif pada
reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam
lambung. Ranitidine injeksi diindikasikan

92
untuk pasien rawat inap di rumah sakit
dengan keadaan hipersekresi patologis atau
ulkus 12 jari yang sulit diatasi atau sebagai
pengobatan alternatif jangka pendek
pemberian oral pada pasien yang tidak bisa
diberi ranitidine oral. (√)
Sucralfat : Sukralfat adalah obat yang
digunakan untuk menangani tukak
duodenum. Sukralfat bekerja dengan
membentuk lapisan pelindung pada dinding
duodenum sehingga dapat melindungi
tukak dari asam lambung. Dengan
membentuk pelindung tersebut, obat ini
akan mencegah kerusakan tidak bertambah
parah, meredakan rasa sakit, dan membantu
penyembuhan tukak. Selain tukak
duodenum, sukralfat juga terkadang
diberikan oleh dokter untuk menangani
gangguan pencernaan lain, seperti tukak
lambung, gastritis kronis, serta penyakit
asam lambung. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi Aspirin + clopidogrel
Keduanya dapat meningkatkan toksisitas
satu sama lain. dapat mnyebabkan
pendarahan dan nyeri abdominal yang
parah. Tindak lanjut perlu dilakukan
konfirmasi ke dokter dan jika ada gejala
tersebut perlu dilakukan penyesuaian dosis.
Kesesuaian Dosis
Pengguna Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
-an suaian
Ondansetron 4 4 mg sekali 1x1 Sesuai
mg/2 mL sehari
Clopidogrel 75 Dewasa 75 mg 1x1 Sesuai
mg per hari
Aspilet 100 mg 80-160 1x1 Sesuai
mg/hari
Alprazolam 0,5 Sehari 0,5-4,0 1x1 Sesuai
mg mg dalam
dosis terbagi
Atorvastatin 20 10-80 mg p.o 1x1 Sesuai
mg per hari.
Semua dosis
diberikan
dalam dosis

93
tunggal pada
malam atau
sore hari.
Ranitidin 50 50mg (2ml) 2x1 Sesuai
mg/2 mL i.v. tiap 6-8
jam, maks:
400mg /hari.
Sucralfat syr 3-4 x sehari 2 3 x 1 cth Tidak
cth sesuai
(acc
dokter)
Sumber: Medscape, Drugs.com, dan MIMS.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

94
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Jumat, 19 Februari 2016


Hari ke - : 16

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Kegiatan Resep 1 (No. Resep: xxxxx)
pengkajian Nama Pasien: Ny. DR
dan Umur: 62 tahun
penyerahan Diagnosa: Stroke ulang
resep rawat Resep:
inap R/ Asering infus no.2
R/ Sohobion inj. no 2
S 2 dd 1
R/ Ranitidin 50 mg/2 mL no. 2
S 2 dd 1
R/ Concor 5 mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Furosemid 40 mg no 1
S 1 dd 1
R/ Spironolakton 25 mg no 1
S 1 dd 1
R/ Captopril 25 mg no 3
S 3 dd 1
R/ Cefixime 200 mg no 2
S 2 dd 1
R/ Metil prednisolone 8 mg no 2
S 2 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan / dosis √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf / acc dr. untuk -
penggantian obat
Berat badan - Paraf / ttd dr. untuk OKT / -
Narkotik
Alamat pasien √ Jumlah obat √

95
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Sohobion 5000 inj. (Vit. B1 100mg, Vit. B6
Ketepatan 100mg, Vit. B12 5000mcg): Sohobion
Indikasi diindikasikan untuk pencegahan dan
pengobatan defisiensi vitamin B1, B6 dan
B12 pada kasus beri-beri, neuritis perifer
dan neuralgia. Vitamin B1 (Thiamin)
berperan sebagai koenzim esensial dalam
metabolisme karbohidrat. Vitamin B6
(Piridoksin) berperan dalam metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak, serta
esensial dalam pembentukan Hb dan
sintesis GABA dalam sistem saraf pusat.
Vitamin B12 (Sianokobalamin) berperan
sebagai koenzim dengan fungsi metabolik
termasuk sintesis protein dan metabolisme
karbohidrat, serta berperan dalam replikasi
sel dan hematopoiesis. (√)
Ranitidine: Ranitidin adalah suatu
histamin antagonis reseptor H2 yang
menghambat kerja histamin secara
kompetitif pada reseptor H2 dan
mengurangi sekresi asam lambung.
Ranitidine injeksi diindikasikan untuk
pasien rawat inap di rumah sakit dengan
keadaan hipersekresi patologis atau ulkus
12 jari yang sulit diatasi atau sebagai
pengobatan alternatif jangka pendek
pemberian oral pada pasien yang tidak bisa
diberi ranitidine oral. (√)
Concor (Bisoprolol) : Concor digunakan
untuk pengobatan hipertensi, angina
pektoris, takikardia supraventrikuler,
kontraksi ventrikuler prematur. Bekerja
dengan memblok reseptor beta, secara
primer memengaruhi sistem kardiovaskuler
(menurunkan denyut jantung, kontraktilitas
kardiak, dan tekanan darah) dan paru
(mempromosikan bronkospasme). (√)
Furosemid 40 mg
Indikasi: untuk edema, ascites, hipertensi
sedang atau ringan dengan pemberian
tunggal atau kombinasi dengan
antihipertensi.
Furosemide merupakan diuretik loop yang
menghambat reabsorpsi ion natrium dan
klorida pada tubulus ginjal proksimal dan
distal dan lengkungan Henle; serta
peningkatan air, kalsium, magnesium,
natrium, dan klorida yang disebabkan oleh
sistem kotransport ikatan klorida. (√)

96
Spironolacton 25 mg
Indikasi: untuk hipertensi esensial, kondisi
edema termasuk CHF, sirosis hati (dengan
atau tanpa ascites) dan sindrom nefrotik,
diagnosis dan pengobatan aldosteronism,
sebagai terapi adjunctive pada hipertensi
malignant, profilaksis hipokalemia pada
pasien yang mengonsumsi digitalis ketika
pengukuran lain dipertimbangkan tidak
adekuat atau tidak tepat.
Spironolacton merupakan antagonis
aldosterone dengan efek diuretik dan
antihipertensi, yang bekerja secara
kompetitif mengikat reseptor pada bagian
pertukaran Na-K bergantung aldosteron di
dalam tubulus distal yang menghasilkan
peningkatan ekskresi Na, Cl, dan air, serta
retensi K dan H. (√)
Captopril: Perawatan hipertensi, gagal
jantung kongestif pada pasien yang tidak
merespon atau tidak merespon terapi
konvensional, pengobatan pada disfungsi
ventrikel kiri setelah infark miokardial, dan
nefropati diabetes. Captopril secara
kompetitif menghambat pengubahan
angiotensin I (AT I) menjadi angiotensin II
(AT II), hingga menghasilkan penurunan
kadar AT II dan sekresi aldosteron. Itu juga
meningkatkan aktivitas renin dalam plasma
dan kadar bradikinin. Penurunan AT II
mengarah pada penurunan retensi Na dan
air, sehingga menyebabkan vasodilatasi dan
penurunan tekanan darah. (√)
Cefixim: pengobatan infeksi saluran kemih,
otitits media, faringitis, tonsilitis, bronkitis
akut, kekambuhan bronkitis kronis,
gonorrhea. Bekerja dengan menghambat
sintesis mukopeptida pada dinding sel
bakteri. (√)
Metil prednisolon
Indikasi: Untuk meredakan inflamasi
dan menangani gejala alergi.
Mekanisme: Bekerja dengan cara menekan
pembentukan, pelepasan, dan aktivitas dari
mediator inflamasi endogen termasuk
prostaglandin, kinin, histamin, enzim
liposom dan sistem komplemen.
Memodifikasi respon imun tubuh.
(√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -

97
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi  Spironolactone + methylprednisolone
Spironolactone akan meningkatkan efek
methylprednisolone.
 Captopril + furosemide
Risiko hipotensi akut, insufisiensi ginjal.
Manajemen: pantau tekanan darah pasien
dan fungsi ginjal pasien
 Captopril + spironolactone
Risiko hiperkalemia.
Manajemen: pantau kadar kalium pasien
 Bisoprolol + spironolactone
Meningkatkan serum kalium.
Manajemen: pantau kadar kalium pasien
 Spironolactone + furosemide
Spironolactone meningkatkan dan
furosemide menurunkan kalium serum.
Manajemen: pantau kadar kalium pasien
 Bisoprolol + furosemide
Bisoprolol meningkatkan dan furosemide
menurunkan kalium serum.
Manajemen: pantau kadar kalium pasien
Kesesuaian Dosis
Nama Obat Dosis Lazim Penggu Kesesu
-naan -aian
Sohobion Diawali dengan 1 2x1 Sesuai
ampul sehari.
Dalam keadaan
tertentu, dosis
dapat ditingkatkan
sesuai petunjuk
dokter.
Ranitidin 50 50 mg/ 6-8 jam, 2x1 Sesuai
mg/2 mL diberikan secara
iv 2 x 1 ampul
Concor 5 mg Sehari 5 mg 1x1 Sesuai
pada pagi hari
Furosemid 40 20–80 mg, sekali 1x1
mg sehari atau dibagi
tiap 12 jam;
dapat ditingkatkan
20–40 mg tiap 6–8
jam; maks:
600mg/hari.
Spironolakton 12,5–25mg/hari; 1x1 Sesuai
25 mg dapat ditingkatkan
menjadi
50mg/hari jika
dibutuhkan.
Captopril 25 6,25 mg - 150 mg 3x1 Sesuai
mg per 8-12 jam,

98
maks 450 mg per
hari
Cefixime 200 400 mg dalam 2x1 Sesuai
mg dosis tunggal atau
terbagi
Metil Awal: sehari 4-48 2x1 Sesuai
prednisolone 8 mg
mg
Sumber: Medscape, Drugs.com, MIMS.

Resep 2 (No Resep: xxxxx)


Nama Pasien: Ny. I
Umur: 25 tahun
Diagnosa: obs. disfagia
Resep: R/ Piracetam 1200 mg no 3
S 3 dd 1
R/ Citicolin 500 mg no 2
S 2 dd 1
R/ Ranitidin 150 mg no 2
S 2 dd 1
R/ Phenitoin 100 mg no 3
S 3 dd 1
R/ Ambroxol syr no 1
S 3 dd 2 cth
R/ Laxadin syr no 1
S 0-0-15 mL
R/ Ondansetron 4 mg/2 mL no 1
S 1 dd 1
R/ Alprazolam 0,5 mg no 1
S 1 dd 1

Pengkajian Administrasi dan Farmasetik


Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama √ Kekuatan sediaan √
poli/ruangan
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT √
Alamat pasien √ Jumlah obat √
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Piracetam : diindikasikan untuk simptom
Ketepatan involutional yang berkaitan dengan penuaan,
Indikasi contohnya defisit memori, asthenia,

99
adaptation disorders, dan reaksi psikomotor
yang terganggu; kecanduan alkohol kronik
dan adiksi; serta simptom post-traumatik.
Piracetam bekerja melindungi korteks
serebral melawan hipoksia, juga
menghambat agregasi platelet dan
mengurangi viskositas darah. (√)
Citicolin: Citicolin digunakan untuk
peningkatan aliran darah otak seperti pada
struk iskemik. Selain itu juga mengatur
penurunan fungsi kognitif pada lansia.
Dengan cara meningkatkan aliran darah dan
suplai O2 di otak.. (√)
Ranitidin
Indikasi: Ulkus lambung, ulkus duodenum,
hipersekresi asam lambung pada sindrom
Zollinger Ellison.
Termasuk sebagai obat H2 reseptor bloker.
Bekerja dengan mengurangi produksi asam
lambung. (√)
Phenitoin
Indikasi: Mengontrol keadaan kejang tonik-
klonik (grand mal) dan serangan psikomotor
lobus temporalis
Mekanisme kerja utamanya pada korteks
motoris yaitu menghambat penyebaran
aktivitas kejang. Kemungkinan hal ini
disebabkan peningkatan pengeluaran
natrium dari neuron dan fenitoin cenderung
menstabilkan ambang rangsang terhadap
hipereksitabilitas yang disebabkan
perangsangan berlebihan atau kemampuan
perubahan lingkungan di mana terjadi
penurunan bertahap ion natrium melalui
membran. Ini termasuk penurunan potensiasi
paska tetanik pada sinaps. Fenitoin
menurunkan aktivitas maksimal pusat batang
otak yang berhubungan dengan fase tonik
dari kejang tonik-klonik (grand mal). (√)
Ambroxol (15 mg/5mL): penyakit saluran
napas akut dan kronis yang disertai sekresi
bronkial yang abnormal, khususnya pada
eksaserbasi dan bronkitis kronis, bronkitis
asmatik, asma bronkial. Bekerja dengan cara
mukokinetik dan sekretolitik. Ambroxol
meningkatkan pembersihan sekresi yang
tertahan pada saluran pernafasan dan
menghilangkan mukus statis sehingga
memudahkan mengencerkan dahak. (√)
Laxadine (Fenolftalein, paraffin,
glycerin): Konstipasi (utk bilas usus
sebelum & sesudah operasi), bilas usus
sebelum pemeriksaan radiologi. Bekerja

100
dengan cara merangsang gerakan peristaltis
usus besar, menghambat reabsorbsi air dan
melicinkan jalannya feses. (√)
Ondansetron :Parenteral dan oral:
Pencegahan mual dan muntah dengan
program awal dan terapi dari kemoterapi
kanker emetogenik, termasuk dosis tinggi
cisplatin; pencegahan mual atau muntah
pasca operasi. Bekerja dengan cara sebagai
antagonis selektif dan bersifat kompetitif
pada reseptor 5HT3, dengan cara
menghambat aktivasi aferen-aferen vagal
sehingga menekan terjadinya ulfon muntah.
(√)
Alprazolam: Gangguan ansietas atau
ansietas yang berhubungan dengan depresi,
gangguan panik dengan atau tanpa
agoraphobia. Bekerja dengan mengikat
reseptor di beberapa bagian dalam SSP,
termasuk sistem limbik dan retikular. Efek
dapat dimediasi melalui sistem reseptor
GABA, meningkatkan permeabilitas
membran neuronal untuk ion klorida
meningkatkan efek penghambatan GABA.
Pergeseran ion klorida menyebabkan
hiperpolarisasi dan stabilisasi dari membran
neuronal. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi 1. Fenitoin + alprazolam
Fenitoin akan menurunkan efek
alprazolam dengan mempengaruhi
metabolisme enzim usus/hati CYP3A4.
Manajemen: pantau kondisi pasien.
2. Fenitoin + ondansetron
Fenitoin akan menurunkan efek
ondansetron dengan mempengaruhi
metabolisme enzim hati/usus
CYP3A4.
Manajemen: pantau kondisi pasien
Kesesuaian Dosis
Penggu- Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
naan suaian
Piracetam 1200 1,6 – 9,6 g/hari 3x1 Sesuai
mg (1600 – 9600
mg/hari)
Citicolin 500 mg Stadium akut: 2x1 Sesuai
250-500mg 1-2
kali sehari

101
Stadium kronis:
100-300 mg 1-2
kali sehari
Ranitidin 150 Sehari 2 x 1 tab 2x1 Sesuai
mg (pagi dan
malam)
Phenitoin 100 200-500 mg/hr 3x1 Sesuai
mg
Ambroxol syr  Dewasa & anak 3 x 2 cth Sesuai
yang berusia di
atas 12 tahun : 3
kali sehari 10 ml
(pengobatan
jangka panjang).
Laxadin syr Dws 1-2 sdm 0-0-15cc Sesuai
(15-30 mL) 1
x/hr sblm tidur
Ondansetron 4 4 mg sekali 1x1 Sesuai
mg/2 mL sehari
Alprazolam 0,5 Sehari 0,5-4,0 1x1 Sesuai
mg mg dalam dosis
terbagi
Sumber: Medscape, MIMS, Drugs.com dan ISO

Resep 3 (No Resep: xxxxx)


Nama Pasien: Ny.E
Umur: 63 tahun
Diagnosa: -
Resep: R/ Citicolin inj. 250 mg/2 mL no. 3
S 3 dd 1
R/ Phenitoin 100 mg no. 3
S 3 dd 1
R/ Cilostazol 100 mg no. 1
S 1 dd 1
R/ Ranitidin 50 mg/2 mL no. 1
S 1 dd 1
R/ Ciprofloxacin inf. 200mg/100mL no. 1
S 1 dd 1
R/ Ceftazidim inj. 1 g no. 1
S 1 dd 1
Pengkajian Administrasi dan Farmasetik
Administrasi Farmasetik
Tanggal resep √ Nama obat √
Nama poli/ruangan √ Kekuatan sediaan √
Nama dokter √ Signa √
Nama pasien √ Copy etiket √
Umur √ Paraf dr. untuk penggantian -
obat
Berat badan - Paraf dokter untuk OKT -
Alamat pasien √ Jumlah obat √

102
Pengkajian Klinis/Farmakologi
Komponen
Ada (√) ; Tidak Ada (-)
Resep
Mekanisme Citicolin: Citicolin digunakan untuk
Ketepatan peningkatan aliran darah otak seperti pada
Indikasi struk iskemik. Selain itu juga mengatur
penurunan fungsi kognitif pada lansia.
Dengan cara meningkatkan aliran darah dan
suplai O2 di otak.. (√)
Phenitoin
Indikasi: Mengontrol keadaan kejang tonik-
klonik (grand mal) dan serangan
psikomotor lobus temporalis
Mekanisme kerja utamanya pada korteks
motoris yaitu menghambat penyebaran
aktivitas kejang. Kemungkinan hal ini
disebabkan peningkatan pengeluaran
natrium dari neuron dan fenitoin cenderung
menstabilkan ambang rangsang terhadap
hipereksitabilitas yang disebabkan
perangsangan berlebihan atau kemampuan
perubahan lingkungan di mana terjadi
penurunan bertahap ion natrium melalui
membran. Ini termasuk penurunan
potensiasi paska tetanik pada sinaps.
Fenitoin menurunkan aktivitas maksimal
pusat batang otak yang berhubungan
dengan fase tonik dari kejang tonik-klonik
(grand mal). (√)
Cilostazol: Mengobati gejala-gejala
iskemia seperti ulkus, rasa sakit dan dingin
pada penyakit oklusi arteri kronik. (√)
Ranitidine: Ranitidin adalah suatu
histamin antagonis reseptor H2 yang
menghambat kerja histamin secara
kompetitif pada reseptor H2 dan
mengurangi sekresi asam lambung.
Ranitidine injeksi diindikasikan untuk
pasien rawat inap di rumah sakit dengan
keadaan hipersekresi patologis atau ulkus
12 jari yang sulit diatasi atau sebagai
pengobatan alternatif jangka pendek
pemberian oral pada pasien yang tidak bisa
diberi ranitidine oral. (√)
Ciprofloxacin: merupakan antibiotic
golongan quinolon digunakan untuk infeksi
saluran cerna, kemih, nafas, kulit dan
gonore. Mekanisme kerja yaitu dengan
inhibisi dua enzim bacterial (topo-
isomerase), yakni DNA-gurase sehingga
sintesis DNA bakteri terganggu. (√)
Ceftazidime : Untuk infeksi-infeksi berat
sebagai berikut : Infeksi-infeksi yang

103
disebabkan oleh organisme yang peka
terhadap Ceftazidime : Septikaemia,
bakteriemia, meningitis, pneumonia,
bronkopneumonia, pleuritis, empiema,
abses paru, pielonefritis akut dan kronik,
pielitis, prostatitis, kolesistitis, kolangitis,
peritonitis, abses intra abdominal, penyakit
inflamasi panggul, osteomielitis, osteitis,
artritis septik, abses ginjal, selulitis, infeksi
luka bakar. Mekanisme kerja antibakteri
dengan menghambat enzim yang
bertanggungjawab terhadap sintesis
dinding sel. Secara in vitro Ceftazidime
dapat mempengaruhi mikroorganisme
dalam range/spektrum yang luas, termasuk
strain yang resisten terhadap gentamicin
dan aminoglikosid lainnya. Selain itu
Ceftazidime sangat stabil terhadap sebagian
besar beta-laktamase, plasmid dan
kromosomal yang secara klinis dihasilkan
oleh kuman gram negatif dan dengan
demikian Ceftazidime aktif terhadap
beberapa strain resisten terhadap ampisilin
dan sefalosporin lainnya. (√)
Kontra -
Indikasi
Duplikasi -
Kombinasi -
Antagonis
Interaksi 1. fenitoin + cilostazol
fenitoin akan menurunkan efek dari
cilostazol dengan mempengaruhi
metabolisme enzim hati/usus CYP3A4.
2. ciprofloxacin + fenitoin
ciprofloxacin menurunkan efek
fenitoin.
Manajemen: pantau kondisi pasien
Kesesuaian Dosis
Pengguna Kese-
Nama Obat Dosis Lazim
-an suaian
Citicolin 250 Stadium akut: 3x1 Sesuai
mg/2 mL 250-500mg 1-
2 kali sehari
Stadium
kronis: 100-
300 mg 1-2
kali sehari
Phenitoin 100 200-500 3x1 Sesuai
mg mg/hr
Cilostazol 100 Dewasa 1x1 Tidak
mg umumnya sesuai
pemberian (acc
Cilostazol 100, dokter)

104
dua kali
sehari, per
oral.
Ranitidin 50 50 mg/ 6-8 1x1 Tidak
mg/2 mL jam, diberikan sesuai
secara iv 2 x 1 (acc
ampul dokter)
Ciprofloxacin Dewasa oral: 1x1 Sesuai
inf. 200 mg/100 250-750 mg 2
mL kali sehari
Dewasa IV:
100-400 mg
Ceftazidim inj. 1 Dewasa : 1- 6 1x1 Sesuai
g gram/hari

Sumber: Medscape, Drugs.com, dan MIMS.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

105
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Sabtu, 20 Februari 2016


Hari ke - : 17

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Kegiatan Pasien Ny. E, Usia 56 tahun, dengan keluhan sesak
visite ruang napas sejak 3 hari yang lalu SMRS, makin
penyakit bertambah berat bila beraktivitas, mudah lelah dan
dalam dan bila tidur posisi harus diganjal bantal/setengah
pembuatan duduk. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi
SOAP awal yang tidak terkontrol, setelah diperiksa oleh dokter
untuk pasien didiagnosa penyakit CKD.
persiapan Identitas Pasien
visite Nama : Ny. E
mandiri dan Umur : 56 thn
PTO pasien BB/TB : 60 kg / 150 cm
No. RM : 502907
Ruangan : Flamboyan
Tgl MRS : 18 Februari 2016
Tgl KRS :-
Alamat : Kp. Cisitu, Kel. Cimekar
Jaminan : Umum

a. Subyektif
Keluhan utama :
Sesak napas
Riwayat penyakit sekarang :
Sesak napas sejak 3 hari lalu, makin bertambah
berat bila beraktivitas, mudah lelah dan bila
tidur posisi harus diganjal bantal/setengah
duduk
Riwayat penyakit terdahulu
 Riwayat penyakit hipertensi (+)
 Jantung bengkak (+)
Riwayat penyakit keluarga (-)
Riwayat penggunaan obat (-)

b. Obyektif
Kondisi MRS:
 Tekanan Darah (TD): 130/80 mmHg
 Suhu: 36,7 oC
 Nadi: 88 x/mnt
 Pernapasan: 28 x/mnt

106
Diagnosis:
- CKD disertai dengan cardiomegaly (dilihat
dari hasil USG abdomen yang menyatakan
curiga awal proses kronis kedua ginjal)
- Decomp cordis ef III-IV

Data Klinik dan Pemeriksaan Laboratorium


Nilai Tanggal
Data klinik
Normal 18 19 20
TD 120/80 130/80 120/80 120/80
Nadi 60-100 88 84
RR (x/mnt) 20 28 - -
T 36-37 36,7
Berak hitam - - - -
Mual - - - -
Muntah - - - -
Pusing - - - -
Sesak - + + +
Oedem - + - -

Tanggal
Data Lab. Nilai Normal
18 19 20
Hemoglobin 13.2-16 gr % 15.8
PCV 40-52% 50
Eritrosit 4.4-5.9 juta/mm3 6.09
MCV 80-100 IL 83
MCH 26-34 pg 26
MCHC 32-36 gr/dl 31
Leukosit 3.8-10.6 /mm3 10.3
Trombosit 150-440 /mm3 238
GD puasa 74-106 mg%
GD 2 Jam PP
< 120 mg%
GD sewaktu
< 120 mg% 102
Billirubin total 0.1-1.0 mg %
Billirubin direct 0-0.2 mg %
Billirubin
indirect
SGOT 0-50 U/L (37OC)
SGPT 0-50 U/L (37OC) 249
Cholesterol < 200 mg%
HDL-
> 40 mg%
Cholesterol
LDL-
< 100 mg%
Cholesterol
Trigliserida < 150 mg%
Creatinine 0.6-1.2 mg% 3.11
Ureum 6-20 mg% 144
Asam urat 3.4-7.0 mg%
Albumin 3,5-5.2 g/dl

107
Natrium 135-147 mEq/L 131
Kalium 3,5-5,0 mEq/L 4.34
Klorida 95-105 mEq/L 85

Berdasarkan data klinik yang ada, hipertensi pasien


sudah terkontrol. Berdasarkan data lab yang ada
dapat dilihat:
1. Kreatinin
Kreatinin tinggi yaitu 3,11 (CrCl = 19,13
mL/menit), pasien oleh dokter di diagnosa CKD.
2. Ureum
Ureum merupakan produk akhir dari
metabolisme protein, yang seharusnya
dikeluarkan dari tubuh. Karena ginjal mengalami
kerusakan sehingga ureum tersebut tidak dapat
diekskresikan dan kadarnya meningkat di dalam
darah
3. SGPT
SGPT adalah suatu enzim yang terdapat di dalam
sel hati yang berfungsi untuk mendeteksi
kerusakan fungsi hati seseorang. Dilihat dari data
lab, nilai SGPT pasien lebih tinggi dari normal
yang kemungkinan kerusakan fungsi hati pasien.

Terapi yang Diberikan


Tanggal
No Nama Obat Signa Indikasi
18 19 20
1 D5% i.v Elektrolit 2 2 2
2 Ranitidin 1x1 i.v Untuk asam 1 1 1
lambung
3 Ondansetron 1x1 i.v Mual, muntah 1 1 1
4 Asam folat 1x5mg Asidosis 5 5 5
p.o akibat CKD
5 Bicnat 500 3x1 p.o Homosistein 3 3 3
mg tablet tinggi akibat
CKD
6 Ambroxol 3x1 p.o Batuk - 3 3
berdahak

7 Furosemid 1x40mg Diuretik 2 2 2


20mg/2ml iv

108
Assessment
Problem
S/O Terapi DRP
Medik
CKD disertai Sesak - Furosemid -
dengan napas, 40mg
cardiomegali kadar - Bicarbonate
serum - Asam folat
kreatinin 5mg
tinggi,
yaitu 3,11
mg%.
CrCl =
19,13
mL/menit,
Ureum
tinggi
Oedema Bengkak - Furosemide -
di tubuh, 40mg
terutama
kaki.
Batuk Batuk - Ambroxol -
berdahak

Gangguan Pasien - Ranitidin -


lambung mual - Ondansetron
SGPT tinggi Kadar - Belum
SGPT 249 didiagnosa
U/L dan belum
diterapi

Plan (Rekomendasi)
 Berdasarkan data lab, pasien mengalami
hyponatremia, konsultasikan ke dokter
 SGPT pasien tinggi harus konsultasikan ke
dokter

Monitoring:
1. Tanda-tanda vital: tekanan darah, denyut
nadi, suhu, RR, mual, muntah, sesak
2. Data lab terkait pendarahan : Hb, leukosit,
eritrosit
3. Ada oedem atau perbaikan oedem
4. Data lab terkait fungsi hati
5. Kadar elektrolit dalam darah: Na dan K
6. Ginjal: kadar kreatinin, ureum

109
Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

110
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Senin, 22 Februari 2016


Hari ke - : 18

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Melakukan Menelaah terapi dan penanganan pada pasien yang
kajian dicatat dalam lembar SOAP dokter, perawat, dan
terhadap farmasis pada hari sebelumnya, serta melihat data
pengobatan laboratorium pasien, mencatat perbaikan setelah
lanjutan terapi, mengkaji kembali dosis yang diberikan.
pasien Ny.
E
2. Menulis a. Keluhan (Subjective): -
SOAP b. Obyektif
untuk hasil - Tekanan Darah (TD): 110/60 mmHg
visite - Suhu: 36,9 oC
lanjutan - Nadi: 88 x/mnt
pasien dan - Pernapasan: 20 x/mnt
pengkajian Diagnosis:
terapi - Hipertensi pulmonal (dilihat dari hasil Echo)
pasien - Batuk berdahak

Data Klinik dan Pemeriksaan Laboratorium


Data Nilai Tanggal
klinik Normal 18 19 20 21 22
TD 120/80 130/80 120/80 120/80 120/70 110/60
Nadi 60-100 88 84 84 88
RR
20 28 - - 20
(x/mnt)
T 36-37 36,7 36,2 36,9
Berak
- - - - - -
hitam
Mual - - - - - -
Muntah - - - - - -
Pusing - - - - - -
Sesak - + + + - -
Oedem - + - - - -

Tanggal
Data Lab. Nilai Normal
18 19 20
Hemoglobin 13.2-16 gr % 15.8
PCV 40-52% 50
Eritrosit 4.4-5.9 juta/mm3 6.09
MCV 80-100 IL 83
MCH 26-34 pg 26
MCHC 32-36 gr/dl 31
Leukosit 3.8-10.6 /mm3 10.3 8.6
Trombosit 150-440 /mm3 238 178

111
GD puasa 74-106 mg% 105
GD 2 Jam PP
< 120 mg%
GD sewaktu
< 120 mg% 102 104
Billirubin total 0.1-1.0 mg %
Billirubin direct 0-0.2 mg %
Billirubin
indirect
SGOT 0-50 U/L (37OC)
SGPT 0-50 U/L (37OC) 249 216 215
Cholesterol < 200 mg%
HDL-
> 40 mg%
Cholesterol
LDL-
< 100 mg%
Cholesterol
Trigliserida < 150 mg%
Creatinine 0.6-1.2 mg% 3.11 2,30 1,55
Ureum 6-20 mg% 144 129
Asam urat 3.4-7.0 mg%
Albumin 3,5-5.2 g/dl
Natrium 135-147 mEq/L 131
Kalium 3,5-5,0 mEq/L 4.34
Klorida 95-105 mEq/L 85

Berdasarkan data klinik yang ada, tanda-tanda vital


pasien sudah terkontrol. Berdasarkan data lab yang
ada dapat dilihat, serum kreatinin, ureum dan SGPT
pasien mengalami perbaikan sehingga dokter
memutuskan untuk memperbolehkan pasien pulang.

Terapi yang Diberikan di Rawat Inap


Tanggal
No Nama Obat Signa Indikasi
18 19 20 21
1 D5% i.v Elektrolit 2 2 2 2
2 Ranitidin 1x1 i.v Untuk asam 1 1 1 1
lambung
3 Ondansetron 1x1 i.v Mual, 1 1 1 1
muntah
4 Asam folat 1x5mg Homosistein 5 5 5 5
p.o tinggi akibat
CKD
5 Bicnat 500 3x1 p.o Asidosis 3 3 3 3
mg tablet akibat CKD
6 Ambroxol 3x1 p.o Batuk - 3 3 3
berdahak

7 Furosemid 1x40mg Diuretik 2 2 2 2


20mg/2ml iv

112
Terapi yang Diberikan untuk Rawat Jalan

No Nama Obat Signa Indikasi Jumlah

1 Ranitidin 1x1 p.o Untuk asam 5


lambung
2 Asam folat 1x5 p.o Homosistein 25
1mg tinggi akibat
CKD
3 Bicnat 500 3x1 p.o Asidosis 15
mg tablet akibat CKD
4 Ambroxol 3x1 p.o Batuk 15
berdahak
5 Dorner 20 3x1 p.o Hipertensi 21
mg pulmonal

Assessment
Problem
S/O Terapi DRP
Medik
CKD kadar serum - Bicarbonate -
kreatinin - Asam folat
tinggi, yaitu 5mg
1,55 mg%.
CrCl = 38,39
mL/menit
Batuk Batuk - Ambroxol -
berdahak

Gangguan Untuk asam - Ranitidin -


lambung lambung
Hipertensi Hasil USG - Dorner -
pulmonal jantung
pasien
dinyatakan
hipertensi
pulmonal

Plan (Rekomendasi)
Edukasi pasien saat menggunakan obat rawat jalan:
1. Kegunaan obat
 Bicarbonate digunakan untuk kesehatan
ginjal nya dan agar tidak asidosis akibat
CKD
 Asam folat digunakan untuk menghambat
homosistein tinggi akibat CKD
 Ambroxol untuk mengobati batuk
berdahaknya
 Ranitidin untuk asam lambung nya
 Dorner untuk hipertensi pulmonal nya agar
napas nya tidak sesak lagi

113
2. Waktu minum obat, terutama minum obat
dorner harus diperhatikan, jika lupa minum obat
dorner lewatkan saja, minum lagi di jam
berikutnya.
3. Efek samping obat, terutama minum obat
dorner harus diperhatikan, waspada bila terjadi
perdarahan, seperti mimisan, dan sebagainya.
4. Jangan menggunakan obat yang di luar dari
dokter
5. Segera hubungi dokter bila terjadi ROTD

Monitoring selama terapi rawat jalan:


1. Tanda-tanda vital: tekanan darah, denyut
nadi, suhu, RR, mual, muntah, sesak, oedem.
2. Data laboratorium, seperti: kadar kreatinin,
ureum, natrium, kalium, hemoglobin,
leukosit, dan eritrosit.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

114
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Selasa, 23 Februari 2016


Hari ke - : 19

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Melakukan Rekonsiliasi obat, proses membandingkan instruksi
rekonsiliasi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien.
obat kepada Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
pasien di kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak
ruang rawat diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi
inap obat. Rekonsiliasi obat dilakukan ketika pasien baru
penyakit masuk ke ruangan dan ketika pasien akan pulang.
dalam Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu:
(ruang 1) Pengumpulan data
Flamboyan) Mencatat data dan memverifikasi obat yang
sedang dan akan digunakan pasien, meliputi
nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai
diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan,
riwayat alergi pasien serta efek samping obat
yang pernah terjadi.
2) Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat
yang pernah, sedang dan akan digunakan.
3) Melakukan konfirmasi kepada dokter jika
menemukan ketidaksesuaian dokumentasi.
4) Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau
keluarga pasien atau perawat mengenai
perubahan terapi yang terjadi.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

115
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Rabu, 24 Februari 2016


Hari ke - : 20

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Konseling Melakukan konseling pada pasien laki-laki
penggunaan berumur 67 tahun dengan diagnosa PPOK terkait
turbuhaler penggunaan turbuhaler symbicort dilakukan oleh
symbicort apoteker di ruang rawat inap. Pasien baru pertama
kepada kali menggunakan symbicort, maka pasien
pasien di dimintai persetujuan untuk mendapatkan konseling
ruang rawat dengan apoteker.
inap Tahapan konseling diantaranya:
penyakit 1. Memperkenalkan diri
dalam 2. Menerangkan maksud konseling
(ruang 3. Meminta waktu konseling
Flamboyan) 4. Menanyakan three prime questions
 Bagaimana penjelasan dokter tentang obat
Anda?
 Bagaimana penjelasan dokter tentang cara
pakai obat Anda?
 Bagaimana penjelasan dokter tentang
harapan setelah minum obat Anda?
5. Tell and show (bila sudah pernah
menggunakan)
6. Informasi obat dan kegunaan
7. Cara menggunakan obat
Buka penutup turbuhaler, pada pemakaian
pertama pada obat baru: putar pegangan ke
kiri sampai bunyi klik, untuk membuka segel.
Tahapan cara penggunaan turbuhaler:
1) Cucilah tangan terlebih dahulu hingga
bersih.
2) Persiapkan turbuhaler symbicort yang
akan digunakan dan periksa sebelum
menggunakan turbuhaler.
3) Periksa jendela konten indikator di
samping turbuhaler.
4) Lepaskan tutup turbuhaler dan tahan
turbuhaler agar tetap tegak dan putar
pegangan ke kanan.
5) Putar pegangan kembali ke kiri sampai
terdengar bunyi klik (bunyi klik

116
menunjukkan dosis telah siap untuk
dihisap).
6) Hembuskan nafas seluruhnya (buang
napas 3 kali).
7) Letakkan corong turbuhaler di antara
bibir dan tutup bibir rapat-rapat.
8) Tarik nafas (hisap) dengan cepat dan
dalam.
9) Lepaskan turbuhaler dari mulut dan
tahan nafas 5-10 detik (hitungan),
kemudian hembuskan nafas keluar
melalui hidung, lalu bernafas seperti
biasa.
10) Bersihkan area corong turbuhaler yang
bekas dihisap, pasang kembali tutup
turbuhaler dengan rapat.
11) Setelah menggunakan turbuhaler,
berkumur atau bilas mulut dengan baik.
12) Untuk mengambil dosis yang kedua,
dapat diulangi langkah 3-9.
8. Informasi efek samping dan penggalian
riwayat alergi
9. Informasi cara antisipasi ROTD (Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki)
10. Informasi penyimpanan
11. Informasi modifikasi gaya hidup
12. Final verification. Pasien diminta untuk
mempraktikan cara penggunaan turbuhaler
symbicort sebagai penggunaan dosis
pertama.
13. Menutup konseling

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

117
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Kamis, 25 Februari 2016


Hari ke - : 21

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Melakukan Melakukan konseling kepada pasien Tn.R yang
konseling didiagnosa jantung kronis, hipertensi dan paru-paru
obat pulang sesak terkait penggunaan obat yang akan digunakan
kepada di rumah. Pasien diberikan konseling oleh apoteker
pasien di pada saat akan pulang.
ruang rawat Obat-obat yang harus digunakan Tn.R adalah
inap sebagai berikut:
penyakit Furosemid 2x1
dalam Lansoprazol 1x1
(ruang Dorner 3x1
Flamboyan) Digoksin 1x1
Hal-hal yang harus disampaikan kepada pasien
terkait obat yang digunakannya:
1) Informasi obat dan kegunaan
2) Cara penggunaan dan dosis obat
3) Informasi efek samping
4) Tanda-tanda keracunan
5) Interaksi obat

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

118
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Jumat, 26 Februari 2016


Hari ke - : 22

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Evaluasi Evalusai Akhir dipimpin oleh ibu Dinar selaku
Akhir pembimbing PKPA di RSUD. Mahasiswa
selama 1 menyampaikan hasil apa saja yang didapat selama 1
bulan bulan PKPA di RSUD. Semua kegiatan yang
PKPA dilaksanakan di RSUD dibandingkan dengan
PERMENKES No. 58 Tahun 2014.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

119
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Sabtu, 27 Februari 2016


Hari ke - : 23

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Presentasi Kegiatan promosi kesehatan bidang farmasi
Promkes dengan tema “Penggunaan Antibiotik yang Benar”
dilakukan pada:
Pukul : 09.30 – 10.30 WIB
Tempat : Ruang tunggu Instalasi Farmasi Rawat
Jalan RSUD Kota Bandung
Pemateri : 1. Armaeni Amir
2. Asep Ekas Somantri
3. Megawati
Pembimbing : Dra. Julisiana S., Apt.
Jumlah peserta : 12 orang
Setelah penyuluhan ini dilakukan, diharapkan para
peserta dapat memahami tentang cara penggunaan
antibiotic yang benar. Antibiotik adalah zat yang
dapat menghambat pertumbuhan sampai
membunuh kuman/bakteri penyebab penyakit.
Penjelasan tentang manfaat penggunaan antibiotik
yang benar. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan antibiotik, penggunaannya harus
dengan resep dokter, jangan gunakan antibiotik
berdasarkan rekomendasi teman, antibiotik yang
diresepkan harus dihabiskan. Kegiatan lain:
pembagian leaflet, kuesioner dan tanya jawab.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

120
FEBRUARI 2016

Hari, Tanggal : Senin, 29 Februari 2016


Hari ke - : 24

No. Kegiatan Uraian Paraf


1. Presentasi Mahasiswa PKPA melaksanakan Presentasi Akhir
Akhir yang disampaikan kepada ibu Dinar selaku
Pembimbing PKPA. Presentasi akhir berisi tentang
semua kegiatan selama 1 bulan PKPA di RSUD dan
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Dra. Hj. Dinar Kadarwati, MM., Apt. Ade Zuhrotun, M.Si., Apt.
Pembimbing Rumah Sakit Umum Pembimbing Fakultas Farmasi
Daerah Kota Bandung Universitas Padjadjaran

121

Anda mungkin juga menyukai