Anda di halaman 1dari 6

Jalan ke kebun pagi-pagi

Eh ternyata tertimpa durian runtuh

Hai temanku apa kabar hari ini

Assalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh!

َ ‫ اَ ْش هَ ُد اَ ْن اۤل اِ ٰل هَ اِاَّل هللاُ َواحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬، ُ ‫ي لَوْ اَل َأ ْن هَ دَانَا هّٰللا‬
‫ َو‬،ُ‫ك لَ ه‬ َ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِهللِ الَّ ِذي هَدَانَا لِ ٰه َذا َو َما ُكنَّا لِنَ ْهتَ ِد‬
‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬..ُ‫ي بَ ْع َده‬ َّ ِ‫ اَل نَب‬،ُ‫اَ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّم ًد َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬

Segenap lapisan puja dan puji hanya milik Allah Subahanahuwataala, dimana Allah yang
telah menjadikan kita mahkluk paling sempurna.
Namanya Manusia.
Hidup penuh wibawa
Tidak simiskin tidak sikaya
Semua kita dipandang mulia

Oleh karena itu, maka sudah sepantasnya lidah kita mengucapkan


ALHAMDULILLAH..........
Selanjutnya shalawat bermahkotakan salam, semoga Allah limpahkan keharibaan nabi Besar
Muhammad SAW. Yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan sampailah kita
ke alam penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini. Shalawat dan
salam juga semoga Allah limpahkan kepada keluarga dan sahabat beliau sekalian serta
kepada seluruh alim ulama yang telah menuntun manusia ke jalan yang diridhai Allah.

Yang saya hormati kepada ABIYA dan UMAYA sekeluarga, selaku pimpinan dayah
Safinatul ‘Ulum yang kita cintai ini. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Yang saya hormati pula kepada seluruh dewan guru Ustadz dan Ustadzah yang sudi kiranya
membimbing kami menjadi generasi yang cerdas, siap makan pedas, siap ditidas, tapi iman
dan agama tak akan pernah kami lepas, karena kami siap melawan dan membalas dengan
argumen dan kecerdasan.
Yang saya hormati juga kepada dewan hakim yang bijaksana.
Serta yang paling saya banggakan dan saya cintai kepada seluruh kawan2, sahabat2, teman2
seperjuangan yang masih bernaung dibawah panji Safinatul ‘Ulum.
Hadirin Hadirat dewan hakim yang bijaksana.
Berdirinya saya di sini ialah untuk menyampaikan secarik pidato singkat dengan judul
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Pertanyaan saya; sudah seberapa sayang kita kepada Ayah dan Ibu di rumah? Apakah masih
setengah hati, atau malah sedang berusaha menuju sepenuh hati?

Jika sudah sepenuh hati, maka kita ucapkan “Alhamdulillah”. Orang tua yang telah
membesarkan kita, merawat kita, mengajarkan kita adab dan perilaku, bahkan tiada terlupa
senantiasa memberikan kita uang jajan. (ini tak boleh lupa, sehari saja tanpa uang jajan, hidup
terasa penuh dengan beban)

Mari sejenak kita bayangkan apa saja kegiatan Ayah di rumah. Hari ini, mungkin beliau
sedang berkeringat di luar sana mencari nafkah, sedang kepusingan mengurus dokumen
rapat, atau bahkan sedang kepanasan berjualan di bawah terik matahari yang menyiksa. Sedih
bertabur duka rasanya jika kita membayangkan apa yang sedang dialami ayah kita.

Sekarang, cobalah kita kembali membayangkan Ibu, Bunda, mami, mimi, alias Mama di
rumah. Apa saja pekerjaannya sekarang?

Ibu sudah menyediakan sarapan sebelum matahari terbit, mencuci piring, membersihkan
rumah, melipat pakaian, bahkan ikut berjuang bersama Ayah demi mencukupi kebutuhan kita
untuk pendidikan.

Cobalah bayangkan lebih dalam lagi, lalu kita rasakan bagaimana lelahnya seorang Bunda
mengandung. Sembilan bulan sepuluh hari bahkan lebih, lalu melahirkan kita dengan penuh
darah dan keringat, tetesan air matanya membasahi pipinya yang begitu lembut, tetapi begitu
kita lahir, maka semua itu berganti dengan sebuah kebahagiaan yang tiada bandingannya.

Sungguh melelahkan, bahkan Ibu bertaruh nyawa demi mempersilakan kita menatap dunia.
Sedangkan kita? Di saat itu belum ada gigi, dan kita hanya bisa menangis. Tidak hanya siang
hari, bahkan juga tengah malam.
Teman-teman yang berbahagia;

Ketika kita bayangkan, ternyata begitu besar perjuangan kedua orang tua demi membesarkan
kita. Sayangnya mereka kepada kita tidak akan pernah runtuh hingga akhir zaman, dan
ketulusan yang mereka taburkan tiada pernah bisa tertandingi.

Sekarang, apakah tugas kita?

Apakah kita boleh terus mengeluh meminta uang jajan yang dirasa kurang? menuntut
dibelikan tas baru? memaksa keduanya untuk membeli kuota internet demi bisa nonton
kartun dan main Tik Tok? (tak punya malu kalian ini)

Tugas kita sejatinya ialah berbakti kepada orang tua. Patuh, hormat, dan taat kepada Ayah
dan Ibu, kepada Papa dan Mama.

Dalam Al-Quran surah al-Isra ayat 23 tertuang dalil “fala takul lahuma uffin” yang artinya
jangan sekali-kali kita berkata “ahh” atau “uuh” kepada keduanya.

Secara tidak langsung, perilaku mengeluh dan membantah perkataan kedua orang tua hanya
akan mengantarkan kita kepada lumbung dosa.

Padahal kita tahu bahwa ridho Allah bergantung kepada ridho kedua orang tua. Maka dari
itulah kita perlu menyayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi kita sewaktu kecil.

Lakukanlah yang terbaik untuk menyenangkan kedua orang tua, terutama selama keduanya
masih hidup dan selama kita masih sempat.

Dan terakhir, jangan lupa lantunkan doa terbaik agar kita bisa bersama-sama dengan mereka
di surga nanti. Aamiin.

Dewan hakim serta teman-teman yang berbahagia.

Demikianlah pidato singkat yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan kali ini. Semoga
bermanfaat bagi diri dan semua. Saya Akhiri Wassalamu’alaykum Warahmatullah
Wabarakatuh
Buah mancang
Buah Pepaya
Yang jawab salamnya kencang
Saya doakan dapat suami orang kaya

Assalamualaykum warahmatullahi wabarakaatuh

َ ‫ نَبِيِّنَ ا َو َحبِ ْيبِنَ ا ُم‬، َ‫ف اَأل ْنبِيَا ِء َوالـ ُمرْ َسلِ ْين‬
‫ـح َّم ٍد َو َعلَى‬ ِ ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى َأ ْش َر‬ َّ ‫ َوال‬، َ‫الـ َح ْم ُد هللِ َربِّ ال َعالَـ ِم ْين‬
‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬، ‫ان ِإلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن‬
ٍ ‫ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس‬، َ‫صحْ بِ ِه َأجْ ـ َم ِع ْين‬
َ ‫آلِ ِه َو‬

Limpahan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang senantiasa
memberikan kita berjuta nikmat, terutama nikmat sehat dan nikmat sempat sehingga kita bisa
hadir di panggung/tempat yang mulia ini.

Shalawat belantunkan salam tiada bosan kita sampaikan kepada Nabi terbaik yang digelari
Al-Amin, Nabi Muhammad SAW. Semoga kita bisa menjadi penerus dakwahnya hingga Hari
Kiamat nanti.

Yang saya hormati kepada ABIYA dan UMAYA sekeluarga, selaku pimpinan dayah
Safinatul ‘Ulum yang kita cintai ini. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Yang saya hormati pula kepada seluruh dewan guru Ustadz dan Ustadzah yang sudi kiranya
membimbing kami menjadi generasi yang cerdas, siap makan pedas, siap ditidas, tapi iman
dan agama tak akan pernah kami lepas, karena kami siap melawan dan membalas dengan
argumen dan kecerdasan.
Yang saya hormati juga kepada dewan hakim yang bijaksana.
Serta yang paling saya banggakan dan saya cintai kepada seluruh kawan2, sahabat2, teman2
seperjuangan yang masih bernaung dibawah panji Safinatul ‘Ulum.

Teman-teman, dewan guru dan dewan hakim yang saya hormati.

Berdirinya saya di sini ialah untuk menyampaikan secarik pidato singkat dengan judul
BERBUAT BAIK KEPADA AYAH
Berbicara mengenai sosok ayah, kita akan banyak membayangkan tentang sosok yang kuat
yang mampu mengayomi keluarga. 
Dalam benak kita akan banyak tergambar bahwa sosok ayah merupakan sosok SUPERHERO
yang luar biasa.  Ia adalah lelaki yang akan membanting tulang demi mencukupi kehidupan
keluarganya.  Bahkan seorang ayah tak akan pernah mengeluh meskipun ketika ia merasa
begitu kelelahan dan keberatan jika harus memenuhi setiap tuntutan anggota keluarga.  Ia
akan tetap penuh dengan tanggung jawab untuk memenuhinya.

Sehingga meskipun sosok ayah berada di bawah seorang ibu, namun bukan berarti kita boleh
meremehkannya.

Hadirin yang berbahagia!


Jika kita melihat lebih jeli lagi, sosok ayah adalah sosok yang akan mengajarkan tentang arti
sebuah perjuangan. 
Ia mengajarkan kepada keluarganya tentang arti tak boleh menyerah.

Mungkin memang ayah akan lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerja jika
dibandingkan dengan ibu, namun itu semua dilakukannya karena ia benar-benar ingin
memenuhi kewajibannya sebagai pemimpin rumah tangga. 

Bahkan ketika ia pulang kerumah dengan keringat yang bercucuran, ia pun terkadang harus
tetap meluangkan waktunya agar dapat bercanda dengan buah hatinya. 

Terkadang ayah mendidik anak-anaknya dengan cara yang lucu.


Memang terkesan kasar, namun itu merupakan salah satu cara yang ia lakukan untuk
menunjukkan kepada anaknya bahwa dunia ini memang keras. 
Terkadang ayah juga tak banyak bicara untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya,
namun kala anak perempuannya diambil oleh laki-laki yang akan menjadi menantunya,
ternyata hati ayah saat itu terasa sangat hancur. 

Ketika itu ayah merasa khawatir jika anak perempuannya takut tidak dibahagiakan oleh laki-
laki yang dipilihnya.
Hadirin yang berbahagia!
Memang surga dibawah telapak kaki ibu, namun bukan berarti kita boleh memperlakukan
ayah dengan seenaknya. 
Karena berlaku semena-mena terhadap orang tua tetap saja merupakan salah satu tindakan
durhaka. 
Dan durhaka terhadap orang tua tentunya akan masuk neraka. 
Terlebih lagi, ayah juga menjadi sebab kita berada di dunia ini. 
Tanpa adanya seorang ayah, maka kita pun juga tidak akan pernah diciptakan di dunia ini. 
Sehingga mulai sekarang, marilah kita memperlakukan ayah kita dengan sebaik-baiknya
Hadirin yang berbahagia!
Kiranya hanya cukup sekian saja yang dapat saya sampaikan. 
Apabila ada kekurangan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. 
Semoga pidato saya kali ini dapat memberikan manfaat.
Akhirul Kalam.
Wabillahi Taufiq Walhidayah.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai