Tugas Ruman
Tugas Ruman
Daftar Isi
Daftar Isi
................................................................................................................................................. 1
Bagian 1 -‐ Pilihan Etika
........................................................................................................................... 2 1. Pilihan-‐
pilihan yang Ada ............................................................................................................. 2
2. Antinomianisme
......................................................................................................................... 3 3.
Situasionisme ..............................................................................................................................
4 4. Generalisme
............................................................................................................................... 5 5.
Absolutisme Total .......................................................................................................................
5 6. Absolutisme Konflik
.................................................................................................................... 6 7. Absolutisme
Bertingkat .............................................................................................................. 7 8.
Dasar untuk Keputusan Etika
...................................................................................................... 8 Bagian 2 -‐ Isu-‐isu
Etika ........................................................................................................................... 9 9.
Aborsi ......................................................................................................................................... 9
10. Pembunuhan Bayi dan Euthanasia
......................................................................................... 10 11. Isu-‐isu Biomedika
................................................................................................................... 11 12. Hukuman
Mati ........................................................................................................................ 12 13.
Perang .................................................................................................................................... 13
14. Ketidaktaatan pada Pemerintah
............................................................................................. 14 15. Persoalan Seksual
................................................................................................................... 15 16.
Homoseksual .......................................................................................................................... 16
17. Perkawinan dan Perceraian
.................................................................................................... 17 18. Ekologi
.................................................................................................................................... 18 19.
Hak-‐hak Binatang ...................................................................................................................
19
1
Berdasarkan kehendak Allah Allah menghenaki apa yang benar yang sesuai
dengan atribut-atribut moral-Nya sendiri.
Bersifat menentukan Tidak ada hukum moral tanpa si Pemberi moral; tidak
ada perundangundangan moral tanpa Pembuat undang-undang moral.
Menguraikan tentang [perilaku manusia adalah tugas sosiologi, tetapi
menentukan perilaku manusia merupakan wewenang moralitas.
Berpusat pada kewajiban Etika Kristen yakin bahwa beberapa perbuatan yang
gagal itu tetap baik, namun tidaklah mengabaikan hasil. Akibat-akibat ini
seluruhnya diperhitungkan dalam peraturan atau norma, meski tidak ada
akibat yang sudah diketahui yang dapat digunakan sebagai pembenaran
untuk melanggar hukum moral apa pun yang Allah berikan.
2
absolutisme. Karena etika Kristen berakar kuat pada karakter moral Allah yang
tidak berubah, maka Antinomianisme, Situasionisme, dan Generalisme
bukanlah pilihan untuk orang Kristen. Pernahkah berdusta untuk
menyelamatkan nyawa itu dibenarkan? Pertanyaan ini akan menjawab dengan
jelas perbedaan-perbedaan di antara keenam sikap dasar etika tersebut.
sejarah
perkembangannya,
ada
banyak
paham
yang
3
kasus
“dusta
yang
menyelamatkan
nyawa”,
penganut
4
tradisional
dalam
Generalisme
adalah
generalisme
dan
Kebenaran itu absolut, dan yang absolut tidak boleh dilanggar. Akibat tidak
boleh digunakan sebagai alasan untuk melanggar peraturan, bahkan sekalipun
hasilnya diinginkan. Dalam menjawab persoalan “dusta yang menyelamatkan
nyawa”, kaum ini akan menjawab dengan tegas, “Tidak!”. Orang harus selalu
berkata jujur, bahkan jika sekalipun harus mati sebagai akibatnya. Tidak ada
pengecualian. Dasar pikiran Absolutisme Total adalah sebagai berikut: •
Tidak ada dua hukum moral mutlak yang benar-benar bisa saling berkonflik,
hanya kelihatannya saja seperti konflik.
Aspek positif dalam paham ini adalah bahwa paham ini didasarkan pada natur
Allah yang tidak berubah, penekanan peraturan melebihi hasil, dan
memperlihatkan keyakinan pada providensia Allah. Ada beberapa kekurangan
yang serius di dalam sikap ini. Sikap ini tidak realistis, tidak berbelas kasihan
(bahkan adakalanya sah menurut hukum) dan tidak berhasil menghindarkan
perubahan yang tak terelakkan dari yang absolut agar memberikan jawaban
yang memadai terhadap banyak konflik Alkitabiah dan kehidupan nyata dari
perintah-perintah ilahi. Sekalipun tidak perlu diragukan kebenarannya, bahwa
konflik-konflik moral bukanlah tujuan Allah, juga kenyataannya bahwa dunia
ini bukanlah dunia yang ideal. Dunia ini adalah nyata dan terjatuh.
6. Absolutisme Konflik Absolutisme Konflik berpendapat bahwa ada banyak
norma absolut yang ada kalanya saling bertentangan, dan kita berkewajiban
melakukan apa yang lebih tidak jahat. Namun demikian, kita tetap bersalah
atas hukum apa pun yang kita langgar. Oleh karena itu, setelah terjadi
pelanggaran, kita harus memohon ampun karena telah melanggar hukum
moral Allah yang absolut.
6
moral
absolut
adakalanya
menghadapi
konflik
yang
tidak
terhindarkan. Dalam kasus “dusta yang menyelamatkan nyawa”, Absolutisme
Konflik menyetujuinya, namun kita harus memohon pengampunan. Berdusta
itu bisa dimaafkan. Ada 4 alasan dasar dalam Absolutisme Konflik. Pertama,
hukum Allah itu absolut dan tidak boleh dilanggar. Kedua, karena dunia sudah
terjatuh, maka konflik-konflik yang tak terhindarkan antara perintah-perintah
Allah pasti terjadi. Ketiga, ketika konflik-konflik moral terjadi, sebaiknya kita
melakukan kejahatan yang lebih kecil. Keempat, pengampunan tersedia jika
kita mengakui dosa-dosa kita. Pandangan ini memiliki kontribusi positif, yaitu
bahwa pandangan ini memelihara absolusi moral, mempunyai realisme moral,
menganggap konflik moral berakar pada kejatuhan manusia, dan merupakan
solusi tanpa pengecualian. Keberatan akan pandangan ini didasarkan hal-hal
sebagai berikut, yaitu: Kewajiban moral untuk berdosa secara moral ini tidak
masuk akal, tak terelakkan berarti secara moral tidak bersalah, dan ketika dosa
tak terelakkan dalam dilema moral maka Yesus pasti sudah berbuat dosa.
jawab
mengikuti
hukum
yang
lebih
rendah
dengan
mempertimbangkan kewajiban yang lebih tinggi untuk menaati hukum yang
lebih tinggi.
7
Ditemukan bahwa “yang benar” tidak bisa dijelaskan dalam arti sesuatu yang
lain yang tak terbatas.
Tidaklah cukup mengakui bahwa inti kebaikan yang utama bisa dijelaskan
dengan mengaku bahwa apa pun yang Allah kehendaki itu baik.
Jika ada Allah yang mutlak baik, maka pastilah Dia berminat membawakan
kebaikan terbesar bagi orang terbanyak dalam jangka
8
panjang, namun apa yang benar menurut kehendak Allah menentukan akan
seperti apa hasilnya nanti. •
Tidak semua perintah Allah tak bisa diubah, hanya yang terikat oleh natur-Nya
yang tak bisa diubah.
Tidak semua aspek aturan etika bisa diterapkan secara universal. Sejumlah
aturan hanya berlaku lokal dan komunal. Kekristenan tidak menuntut manusia
melepaskan budaya agar bisa menjalankan perintah-perintah Allah, malah
meminta untuk menerapkan perintahperintah Allah di dalam budaya itu.
Bagian 2 -‐ Isu-‐isu Etika 9. Aborsi Sekarang kita beralih dari pilihan-
pilihan etis kepada masalah-masalah etis. Dari semua masalah moral, masalah
yang paling mendesak adalah
9
Mereka yang percaya bahwa janin hanyalah bagian tubuh manusia, lebih
cenderung memperbolehkan aborsi sesuai permintaan.
10. Pembunuhan Bayi dan Euthanasia Eutanasia (kematian yang baik atau
bahagia) memiliki 2 jenis, yaitu aktif (mencabut nyawa untuk menghindari
penderitaan, biasanya fisik) dan pasif (membiarkan sampai mati dengan
maksud menghindari penderitaan). Eutanasia pasif memiliki 2 jenis, yaitu pasif
tidak alami (disebabkan tidak diberikannya sarana alami mempertahankan
hidup) dan pasif alami (disebabkan tidak diberikannya sarana tidak alami
(misalnya alat bantu medis) untuk menolak penyakit yang tak terobati). Dalam
eutanasia, pasian bisa rela (sepakat untuk mengakhiri hidupnya, atau bunuh
diri) atau tidak rela (pembunuhan). Mereka yang mengalami
10
kematian yang diprakarsai manusia bisa muda (pembunuhan bayi) atau tua
(eutanasia). Aborsi adalah membunuh janin sebelum kelahiran, sedang dalam
hal pembunuhan bayi adalah membunuh bayi manusia sesudah kelahiran.
Pembunuhan bayi aktif meliputi suatu prosesdur yang benar-benar mencabut
nyawa si bayi. Pembunuhan bayi pasif hanya membiarkan seorang bayi mati
dengan
tidak
memberikan
perlakuan
yang
dibutuhkan
(seharusnya
11
KENNY GUNAWAN STT Bethany [16.13.399/MA]
berdaulat. Dengan demikian, orang Kristen percaya bahwa kita harus melayani
Allah, bukan bermain menjadi Allah. Tentu saja ini tidak berarti bahwa tidak
ada peranan teknologi dan obatobatan untuk meningkatkan hidup manusia.
Sebaliknya, itu berarti bahwa kita tidak menggunakan hikmat ini untuk
menciptakan hidup manusia. Kumpulan pengetahuan ini seharusnya
digunakan untuk mengembangkan apa yang sudah Allah berikan namun tidak
mengendalikannya. Kaum Kristen percaya bahwa secara khusus Allah
menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri dan memberi mereka
perintah-perintah moral untuk menjaga martabat dan kesucian hidup
manusia. Campur tangan medis haruslah bersifat memperbaiki kehidupan,
bukan berusaha membentuk ulang. Teknologi harus melayani moralitas, bukan
sebaliknya.
berdasarkan
pada
pandangan
keadilan
yang
pelaku
kejahatan
sebagai
orang
yang
secara
moral
12
mendasar,
pandangan-pandangan
yang
berkaitan
dengan
Patriotisme radikal, tidak pernah benar untuk tidak taat terhadap pemerintah.
Selain dukungan Alkitab dan evaluasi mengenai 2 pandangan terakhir, bab ini
juga menjelaskan mengenai revolusi (pemberontakan terakhir melawan
pemerintah), bagaimana
menghadapi
penindasan,
dan
satu
14
melawannya
perlawanan
tanpa
tanpa
memberontak
memberontak
terhadapnya.
bukanlah
dengan
Menyerukan
pasif
menerima
15. Persoalan Seksual Pandangan sekular tentang perizinan seks telah masuk
ke dalam jemaat Kristen, sekalipun pada kenyataannya orang Kristen didesak
oleh Kitab Suci untuk tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Pandangan seks
sekular yang unggul adalah apapun yang dilakukan di antara kaum dewasa
yang sepakat itu tidak ada masalah. Alkitab, di sisi lain, mengutuk perzinahan,
homoseksualitas, dan bentuk-bentuk penyalahgunaan seksual lain. Salah satu
kesulitan dalam konteks Kristen adalah bahwa orang Kristen sering
berpedoman pada apa yang orang Kristen lain lakukan, ketimbang apa yang
mereka harus lakukan. Bagi mereka, dasar beraktivitas adalah norma dari
orang Kristen, bukanlah norma bagi orang Kristen yang adalah penyataan
Allah. 3 Alasan orang Kristen tak boleh ikut serta dalam amoralitas seksual
jenis apapun
berkaitan
dengan
setiap
pribadi
dari
Trinitas.
Allah
akan
dan
dengan
melakukan
amoralitas
seksual
pada
dasarnya
mencemari tubuh Kristus. Tubuh orang Kristen kini adalah bait tempat
berdiamnya Roh Kudus Allah, dan mencemari tubuh berarti mencemari bait
yang di dalamnya berdiam Roh Kudus. Serbuan
hedonistis
membuat
manusia
menginginkan
seks
dan
15
beberapa
orang
membela
mereka
dengan
Yahudi,
homoseksualitas
dalam
Alkitab
dihubungkan
dengan
16
para
nabi
mengutuk
sodomi,
Roma
1
mengutuk
ada
juga
pandangan
masyarakat
yang
kuat.
laki-lagi
dengan
seorang
perempuan.
Sekalipun
hubungan
17
dan Allah tidak menyetujui dosa maupun terputusnya perkawinan. Apa yang
disatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia. (Mat. 19:6). Namun
begitu, sekalipun perceraian tidak pernah bisa dibenarkan, adakalanya
diperbolehkan dan selalu bisa dimaafkan. Karena itu, mereka yang mengakui
dosa perceraian, dan tanggung jawab untuk itu, seharusnya diperbolehkan
untuk menikah kembali. Tetapi perkawinan kembali yang mereka lakukan
haruslah untuk seumur hidup. Jika mereka gagal lagi, tidaklah
bijaksana
memperbolehkan
mereka
untuk
terus
mengulangi
kesalahan ini. Hanya mereka yang cenderung bisa menjaga komitmen seumur
hidup yang boleh menikah, dan tidak merencanakan menikah lagi. Perkawinan
adalah lembaga yang sakral dan tidak boleh dicemarkan oleh perceraian,
terutama perceraian yang terjadi berulang kali. Proporsi mewabahnya
perceraian dalam masyarakat kita merupakan peringatan yang bijaksana
tentang bagaimana kesakralan perkawinan telah dicemarkan. Orang Kristen
harus melakukan segala sesuatu sekuat tenaga untuk mengagungkan standar
Allah terhadap perkawinan monogami seumur hidup.
ini
membahas
pandangan
materialistik
mengenai
18
•
mempersembahkan
pelayanan
mereka
sepenuhnya
untuk
19