1
BAB I
DEFINISI
A. Pengertian
1. Menurut Permenkes RI NO.1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit, salah satu sasaran keselamatan pasien yang wajib dipenuhi oleh rumah sakit
adalah peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert).
2. Obat high alert merupakan obat yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan, obat yang
berisiko tinggi yang dapat menyebabkan dampak yang tidak diinginkan.
3. Obat-obatan high alert adalah obat-obatan yang memiliki risiko lebih tinggi untuk
menyebabkan / menimbulkan / membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat
kesalahan dalam penggunaannya termasuk dosis, interval dan pemilihannya.
4. Yang termasuk dalam obat-obat high-alert adalah sebagai berikut:
a. Obat-obat yang mempunyai indeks terapeutik sempit atau bersifat toksik
b. Obat-obat yang termasuk LASA(Look a-like,sound a-like)
c. Obat-obat yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan (sentinel event)
d. Obat-obat yang sering digunakan dalam keadaan darurat atau emergency
5. Berikut Ini adalah obat-obat yang termasuk dalam kategori high alert.
a. Tabel obat high alert kategori 1
3
18. Esilgan 1mg dan 2 mg
19.Ativan 1mg
20.Riklona 2mg
21.Depakene syr
22.Ikalep syr
23.Phenytoin cap
24.Kutoin
25.Meprosetyl 100mg
9 Adrenergik antagonis IV 1. Adrenalin (efineprin) inj
2. Raivas inj
4
9 Dimenhydrinate Diphenhydramine
10 Diovan Dioval
11 Folic acid Folinic acid
12 Gentamycin Gentian violet
13 Levemir Lovenox
14 Metformin Metronidazole
15 Nicardipine Nifedipine
16 Nifedipine Nimodipine
17 Dopamine Dobutamine
B. Tujuan
1. Untuk mencegah terjadinya cedera pada pasien akibat dari kesalahan pemberian obat
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien baik pasien rawat inap maupun rawat jalan.
B. Pelaksana panduan ini adalah petugas farmasi dan keperawatan
BAB III
TATALAKSANA
A. Kebijakan
1. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert) obat yang risiko tinggi
menyebabkan terjadinya kesalahan/error/kejadian sentinel, obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).
2. Penyimpanan obat high-alert terpisah dan diberi label khusus
3. Obat high-alert kategori 1 yang termasuk obat emergenci atau life saving disimpan di dalam
kit/troli emergenci.
4. Obat high-alert kategori 2 termasuk obat-obatan LASA dapat disimpan di unit farmasi dan
ruangan perawatan lainnya dan diberi label.
LASA
LOOK A LIKE 5
SOUND A LIKE
B. Prinsip
1. Secara tekhnis, lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama mengerjakan instruksi,
mempersiapkan, memberikan dan menyimpan obat-obatan high alert.
2. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya keslaahan dengan cara:
a. Mengurangi jumlah high alert medications yang disimpan di suatu unit
b. Hindarkan penggunaan high alert medications sebisa mungkin
3. Lakukan pengecekan ganda
4. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
a. Pisahkan obat-obatan dengan nama atau label yang mirip
b. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan
c. Batasi akses terhadap obat-obat high alert
5. Proses penyiapan sitostatika sama dengan proses penyiapan obat suntik dengan
memperhatikan beberapa hal
C. Tatalaksana
1. Permintaan obat
Pada proses permintaan obat-obat high alert dari farmasi rawat jalan dan farmasi rawat inap
menggunakan buku defecta ke gudang farmasi RSU Fikri Medika dengan memperhatikan
penggunaan obat dan saldo akhirnya, proses ini mengikuti standar prosedur permintaan obat
dan alat kesehatan yang berlaku.
Untuk pasien rawat inap, permintaan obat yang termasuk obat-obat high alert menggunakan
resep dari dokter yang memuat
a. Nama pasien, tanggal lahir/umur dan nomor rekam medis
b. Tanggal dan waktu resep atau daftar obat pasien rawat inap dibuat
c. Nama obat
d. Kekuatan dosis
e. Bentuk sediaan
f. Frekuensi pemberian
Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai obat-obat high alert, untuk unit
kamar bedah, permintaan obat yang termasuk kategori high alert dilakukan dengan
penggantian stok dari gudang farmasi untuk obat yang termasuk stok obat di unit kamar
bedah
2. Penerimaan obat
Pada proses penerimaan obat-obat high alert, farmasi rawat jalan dan farmasi rawat inap
serta seluruh ruang perawatan harus lebih selektif dan teliti, validasi dengan formulir
permintaan obat yang telah dibuat.
6
3. Penyimpanan obat
Pada proses penyimpanan obat high alert, diinstalasi farmasi harus memberikan label warna
pada obat tersebut dan disimpan pada tempat terpisah yang telah disediakan sesuai dengan
prosedur penyimpanan dan pelayanan untuk obat high alert.
Untuk ruang yang memiliki emergency kit yang termasuk obat high alert harus memberikan
label warna pada obat obat tersebut sesuai dengan ketentuan. Yaitu :
a. Label obat high alert
Label obat-obat high alert segi delapan berwarna merah dengan tulisan “HIGH
ALERT DOUBLE CHECK” yang berwarna putih
b. Label obat LASA (Look A-like Sound A-Like)
LASA
LOOK A LIKE
SOUND A LIKE
Label obat LASA berupa label segi depalan berwarna hijau dengan tulisa “LOOK
ALIKE SOUND ALIKE” ynag berwarna hitam
Untuk ruang perawatan, obat harus disimpan dan dimonitoring dengan teliti setiap
shift, obat-obatan disimpan dalam troli emergency atau kit emergency dan dalam
keadaan terkunci. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas
4. Pelayanan obat
a. Pada peresepan obat high alert dilarang memberikan instruksi hanya secara verbal
mengenai obat-obatan high alert (1) . Instruksi ini harus mencakup minimal : nama
pasien, tgl lahir/umur dan nomor rekam medis, tanggal dan waktu resep dibuat,
nama obat, dosis, jalur pemberian, tanggal pemberian setiap obat, frekuensi
pemberian obat. (6). Dokter harus mempunyai diagnosa, kondisi dan indikasi
penggunaan setiap obat-obatan high alert.
b. Pada proses pelayanan obat high alert, apotek rawat jalan dan depo obat perawatan
harus mengidentifikasi resep yang memuat obat high alert dengan teliti. Pelayanan
obat high alert mengikuti standar prosedur pelayanan resep dengan memperhatikan
7
stabilo berwarna orange yang terdapat pada nama obat high alert di resep. Dalam
menerima pengembalian obat high alert dari ruang perawatan, depo obat perawatan
harus mengembalikan obat tersebut ke tempat semula secara pasti dan benar dengan
memperhatikan penandaan yang ada pada kemasan obat sesuai dengan standar
prosedur retur obat dan alkes pasien rawat.
c. Pada proses pelayanan obat high alert, seluruh ruang perawatan harus melakukan
double check atau pemeriksaan ganda sebelum melakukan tindakan pemberian obat
high alert selain itu harus mengikuti standar prosedur pemberian obat di masing-
masing ruang perawatan. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double
check) terhadap semua obat-obatan high alert sebelum diberikan kepada pasien
(petugas pengecek tidak boleh sama dan setiap petugas harus menuliskan nama),
pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan instruksi dari dokter.
Pengecekan meliputi : nama pasien, tanggal lahir/umur pasien (nomor rekam medis
pasien), nama obat high alert yang akan diberikan, dosis, bentuk sediaan, dan
frekuensi pemberian.
d. Pada situasi emergenci, dimana pelabelan dan prosedur pengecekan ganda dapat
menghambat atau menunda penatalaksanaan dan berdampak negatif terhadap
keselamatan pasien, perawat atau dokter pertama-tama harus menentukan dan
memastikan bahwa kondisi klinis pasien benar-benar bersifat emergensi dan perlu
ditatalaksana segera sedemikian rupa sehingga pengecekan ganda dapat ditunda.
Petugas yang memberikan obat harus menyebutkan dengan lantang dan jelas semua
terapi obat yang diberikan sebelum memberikannya kepada pasien.
5. Monitoring obat
Pada proses monitoring obat high alert, farmasi rawat jalan, farmasi rawat inap dan seluruh
ruang perawatan mempunyai kewajiban untuk menjaga dan mengontrol penggunaan obat
hight allert yang ada sesuai dengan standar prosedur monitoring obat dan alkes emergency
dan stock tetap di ruang perawatan dan standar prosedur pengamanan penyimpanan obat dan
alkes di ruang perawatan.
6. Penarikan obat
Pada proses penarikan obat high alert dari apotek rawat jalan dan depo obat perawatan
mengikuti standar prosedur penarikan obat dan alkes kadaluarsa atau mendekati kadaluarsa
dan atau rusak.
8
BAB IV
DOKUMENTASI
Beberapa dokumen yang digunakan antara lain :
A. SPO Penyimpanan dan pelayanan Obat-obatan high alert
B. Daftar obat-obatan high alert
BAB V
PENUTUP
Beberapa obat yang memiliki rentang terapeutik sempit atau sifat alami toksik akan memiliki resiko tinggi
merusak sel/kematian sel jika obat dipesan, disiapkan, disimpan, diracik diadministrasikan ataupun dipantau
secara tidak tepat. Meskipun tidak terlibat dalam banyak kasus pengobatan, tetap membutuhkan perhatian
khusus karena berpotensi menjadi serius atau kemungkinan berakibat fatal sehingga diperlukan suatu
keamanan lebih ekstra.
Oleh karena itu, diharapkan panduan obat high alert ini menjadi petunjuk bagi para petugas kesehatan di
rumah sakit Annisa yang memberikan pelayanan khususnya yang terkait langsung dengan obat high alert.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 1691 Tahun 20011, tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
2. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Wisconsin Patient Safety Institute. Model high-alert medications policy & procedures. Wisconsin:
WPSI; 2004.
5. Institute foe safe Medication Practices (ISMP). ISMP's list of high-alert medications. ISMP; 2012.
6. Region Pharmacy Nursing Committee. Region high-alert medicationsafety practice. Regional
Pharmacy and Terapeutic Committe; 2010.
7. The Unuversity of kansas Hospitel. High-alert medication double chech. Dalam:Medication
management.Corporate Policy Manual.Volume 2. Kansas; 2010.
10
11