Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting merupakan ketidak cukupan asupan makanan dalam waktu

yang lama, meningkatnya morbiditas, kualitas pangan yang kurang baik,

serta terjadinya suatu peningkatan pada tinggi badan yang tidak sesuai

dengan (TB/U) (Ernawati dkk, 2013). Pada keseluruhahannya,masalah

pertumbuhan pada balita sering dihiraukan orang tua, selagi masih

dianggap normal. Menurut berbagai penelitian mengenai stunting, stunting

berkaitan erat dengan peningkatan suatu resiko kematian dan kesakitan

serta pertumbuhan motorik dan mental terhambat (Priyono dkk, 2015).

Penyebab terjadinya stunting adalah terhambatnya pertumbuhan

dalam kandungan, asupan gizi yang kurang supaya perkembangan dan

pertumbuhan yang lumayan cepat serta selama masa awal kehidupan balita

sering mengalami penyakit infeksi, balita memiliki panjang badan yang

rendah ketika lahir (Kusuma, 2013). Menurut Depkes (2017), adapun

tanda-tanda terjadinya stunting adalah bagian tubuh pada balita yang tidak

normal, karena ditubuh mempunyai kadar hormone tiroksin yang kurang

baik, dan akan menimbulkan gejala seperti (lemas, sakit perut, kulit

kering, rambut kering, dan sering menggigil).

1
2

Dampak yang buruk akan ditimbulkan oleh stunting, dalam jangka

pendek adalah kecerdasan dan pertumbuhan fisik anak yang terganggu,

dan terganggunya metabolisme pada tubuh anak. Sedangkan dalam jangka

panjang yaitu kemampuan dan prestasi belajar anak yang menurun,

kekebalan tubuh yang lemah sehingga anak mudah terserang penyakit

(Kemenkes RI, 2016).

Pencegahan yang dapat dilakukan pada kejadian stunting yaitu

dengan cara memperbaiki status gizi pada orang tua/ibu, mengontrol status

gizi pada saat kehamilan yaitu dengan memberikan tablet tambah darah

minimal 90 tablet saat ibu melahirkan (Kemenkes RI, 2015).

Meningkatkan menyusui bayi dengan menggunakan ASI juga salah satu

pencegahan terjadinya kejadian stunting (World Health Organization,

2013).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017, separoh

dari balita dengan kejadian stunting didunia berasal dari Asia sebanyak

5.500 juta balita atau sekitar 55%, sedangkan lebih dari sepertiganya

sebanyak 3.900 juta balita atau sekitar 39% di Negara Afrika. Dari 8.360

juta atau sekitar 83,6% berbagai Negara di Asia. Proporsi balita stunting

yang terbanyak yaitu di Asia Selatan sebanyak 5.680 juta atau sekitar

56,8% dan proporsi sangat sedikit di Asia Tengah sebanyak 90 juta atau

sekitar 0,9% (World Health Organization, 2017).

Menurut Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, prevelensi kejadian

stunting pada balita di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 3.300 kasus

atau sekitar 3,3% dengan karakteristik jenis kelamin laki-laki banyak


3

mengalami kejadian stunting dari pada jenis kelamin perempuan, dengan

laki-laki sebanyak 3,4% dan perempuan sebanyak 3,1%. Sulawesi

Tenggara sendiri masuk urutan pertama di Indonesia dengan kejadian

stunting pada balita sebanyak 7%. Provinsi Jambi sendiri masuk urutan ke

32 dari 34 provinsi di Indonesia yang mengalami stunting, tahun 2018

penderita stunting sebanyak 1,4% (Riskesdas, 2018).

Menurut data dari Dinas Kesehatan (DINKES) Kabupaten Kerinci

tahun 2019, Kabupaten Kerinci menduduki urutan ke 7 dari 11 Kabupaten/

Kota di Provinsi Jambi dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59

bulan sebanyak 833 balita (Dinkes Kabupaten Kerinci, 2020). Berdasarkan

data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, kejadian

stunting di Kecamatan Siulak pada tahun 2017 sebanyak 1 orang, pada

tahun 2018 sebanyak 1, pada tahun 2019 kejadian stunting sebanyak 2

orang dan pada tahun 2020 kejadian stunting naik sebanyak 3 orang (Dinas

Kesehatan Kabupaten Kerinci, 2020).

Penelitian dari Yowandari (2012). Didapatkan hasil bahwa, tingkat

pengetahuan ibu tentang ANC sebanyak 24 (53,3%) responden yang

mempunyai pengetahuan baik sebanyak 14 (31,1%) responden, dan yang

mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 7 (15,6%) responden.

kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil menunjukkan sebesar 27 (60%)

responden sudah lengkap dan 18 (40%) responden masih tidak lengkap.

Adanya hubungan pengetahuan ibu tentang ANC dengan kelengkapan

imunisasi TT pada ibu hamil. Penelitian yang dilakukan oleh Yowandari

dkk (2015) didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ANC
4

menunjukkan sebagian responden mengetahui pengetahuan yang cukup

ANC sebanyak 24 (53,3%) responden, yang mempunyai pengetahuan baik

sebanyak 14 (31,1%) responden, dan yang mempunyai pengetahuan

kurang sebanyak 7 (15,6%) responden. Kelengkapan imunisasi TT pada

ibu hamil menunjukkan sebesar 27 (60%) responden sudah lengkap dan 18

(40%) responden masih tidak lengkap.

Penyebab dari kematian maternal dibagi menjadi beberapa masalah

yaitu kesehatan reproduksi, komplikasi dari obstetric, sosial ekonomi dan

budaya. Tingkat pengetahuan ibu yang tidak tau apa-apa, dapat

mengakibatkan ibu menghiraukan tentang pemeriksaan kehamilan.

(Manuaba, 2012). Ada beberapa kemungkinan penyebab ibu tidak

memeriksa kehamilan antaralain, ibu sering memutuskan sesuatu tanpa

memikir panjang, karena suami atau mertua, mengandalkan cara-cara

tradisional, fasilitas dari kesehatan mengenai ANC tidak ada, perjalanan

yang sulit, tidak adanya dukungan dari suami dan keluarga, mempunyai

keraguan dalam memeriksa kehamilan, sebagian anggota masyarakat yang

tidak mempercayai petugas kesehatan, dan tidak mempunyai biaya untuk

memeriksa kehamilan (Depkes RI, 2011).

WHO merangkum ada faktor yang dapat mencegah seorang ibu saat

mencari dan meneriman perawatan selama kehamilannya maupun saat

persalinannya yaitu, keadaan yang tidak memadai, kurangnya

pengetahuan, pelayanan abal-abalan, dan sosial budaya (WHO, 2012).

Upaya dari Safe Motherhood adalah untuk membantu ibu dalam kehamilan
5

dan persalianan supaya lancerSafe Motherhood di Indonesia diterjemahkan

sebagai upaya keselamatan atau kesejahteraan ibu (Prawiharjo, 2010).

Upaya dari pencegahan awal faktor resiko kehamilan yaitu dengan

cara antenatal care (ANC). Menurut (WHO) Antenatal care (ANC)

adalah untuk mengetahuai lebih lanjut terhadap terjadinya resiko tinggi

kehamilan dan persalinan ibu dan dapat juga menurut angka kematian ibu

dan anak (Mardiatun, 2015). Imunisasi TT merupakan suatu tindakan

untuk meningkatkan kekebalan dan juga dapat mencegah terhadap infeksi

oleh tetanus (Idanati, 2018).

Berdasarkan survey awal peneliti melakukan wawancara pada

tanggal 08 Maret 2020 di Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci Profinsi

Jambi terhadap 10 ibu-ibu yang mengalami kejadian stunting ataupun

tidak, terdapat 6 orang ibu-ibu yang memiliki anak balita dengan kejadian

stunting dan 4 tidak mengalami kejadian stunting. Dari 10 ibu-ibu yang

memiliki anak balita dengan kejadian stunting sebanyak 8 orang dan yang

tidak terjadinya kejadian stunting sebanyak 14 orang, menyatakan bahwa

kurangnya pemeriksaan kehamilan (ANC) dan tidak diberikan imunisasi

TT.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut “Apakah ada hubungan ANC dan imunisasi TT ibu hamil terhadap

kejadian stunting di Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi

Jambi?”.
6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Apakah ada hubungan ANC dan imunisasi

TT ibu hamil terhadap kejadian stunting di Kecamatan Siulak

Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran kejadian stunting di Kecamatan Siulak

Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

b. Mengetahui gambaran ANC dan imunisasi TT dengan

kejadian stunting di Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci

Provinsi Jambi.

c. Mengetahui gambaran ibu hamil dengan kejadian stunting di

Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi

d. Mengetahui gambaran ANC dengan kejadian bayi dengan

kejadian stunting di Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci

Provinsi Jambi

e. Mengetahui gambaran imunisasi TT dengan kejadian stunting

di Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan


7

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

petugas kesehatan untuk mengetahui hubungan ANC dan imunisasi

TT ibu hamil terhadap kejadian stunting, sehingga dapat menjadi

masukan dalam mencegah terjadinya stunting.

2. Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci

Sebagai bahan masukan bagi pihak institusi terkait

(Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci) dalam menyusun rencana

penanggulangan kejadian stunting.

3. Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan penelitian sejenis dan berkelanjutan mengenai

hubungan ANC dan imunisasi TT ibu hamil terhadap kejadian

stunting. Diharapkan bagi penelitian ini dengan memperluas variabel

yang akan diteliti dan metode penelitian yang berbeda serta tempat

penelitian yang berbeda.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengertian Stunting

Stunting adalah kekurang gizi kronis yang salah satunya

disebabkan dalam pemilihan makanan. Terjadinya stunting mulai

bayi masih didalam kandungan dan baru kelihatan saat berusia 2

tahun. Meningkatnya angka kesakitan dan kematian bayi/anak terjadi

karena kekurangan gizi yang dapat menyebabkan anak mudah

terserang infeksi dan saat dewasa mendapatkan tubuh yang kurang

baik (MCA, 2015). Stunting adalah pertumbuhan anak terhambat,

yang merupakan penyakit yang harus mendapatkan perhatian untuk

dengan tepat (Picauly and Toy, 2013).

Anak-anak dengan postur tubuh pendek (chilhood stunting)

yaitu kekurangan gizi kronis atau pertumbuhan yang gagal. Ada

hubungan mengenai chilhood stunting dengan gangguan

perkembangan neurokognitif dan menderita resiko penyakit tak

menular dimasa yang akan datang (Kementerian Kesehata R.I,

2015).

9
10

2. Patofisiologi Stunting

Stunting adalah retradasi perkembangan dan pertumbuhan

linier dengan defisit dalam tinggi dan panjan badan sebesar -2 Z-

score atau lebih menurut buku rujukan pertumbuhan World Health

Organization/ National Center for Health Statistics (WHO/NCHS).

Stunting disebabkan oleh komulasi episode stress yang sudah

berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang tidak

bagus), yang kemudian tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar

tumbuh) (World Health Organization, 2013).

3. Faktor-faktor Penyebab Stunting

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

kejadian stunting. Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan

oleh faktor langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung

dari kejadian stunting adalah mengalami penyakit infeksi dan asupan

gizi yang buruk, sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah pola

asuh yang kurang baik, malpraktik, pangan yang buruk, faktor

budaya, dan ekonomi (Bappenas R.I, 2013).

a. Faktor langsung

1) Asupan gizi balita

Saat ini indonesia menghadapi suatu masalah gizi

yang ganda, permasalahan gizi ganda ialah kurang gizi

dilain pihak masalah kegemukan atau gizi lebih.

Keadaan gizi dibagi menjadi 3 berdasarkan pemenuhan


11

asupan yaitu :

a) Kelebihan gizi adalah suatu asupan zat gizi yang

lebih banyak dari kebutuhan seperti gizi lebih,

obesitas atau kegemukan.

b) Gizi baik adalah asupan zat gizi yang sesuai

dengan kebutuhan.

c) Kurang gizi adalah asupan gizi yang tidak teratur

dengan kebutuhan tubuh.

2) Penyakit infeksi

Penyakit infeksi adalah factor yang kebanyakan

dapat menyebabkan kejadian stunting, penyakit infeksi

dan pemenuhan asupan gizi merupakan saling berkaitan

satu sama dengan yang lainnya. Penyakit infeksi ini

dapat memperburuk keadaan bila terjadi kekurangan

asupan gizi. Penyakit infeksi akan ikut menambah

kebutuhan akan zat gizi untuk membantu perlawanan

terhadap penyakit ini sendiri.

Penyakit infeksi yang sering diderita bayi seperti,

infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare, cacingan

dan infeksi lainnya sangat erat hubungannya dengan

status mutu pelayanan kesehatan dasar khususnya

imuniasi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku sehat

(Bappenas R.I, 2013). Ada beberapa penelitian uang


12

meneliti tentang hubungan penyakit infeksi dengan

stunting yang menyatakan bahwa diare merupakan

salah satu faktor resiko kejadian stunting pada anak

usia dibawah 5 tahun (Bappenas R.I, 2013).

b. Faktor tidak langsung

1) Ketersediaan pangan

Akses pangan pada rumah tangga menurut

Bappenas adalah kondisi penguasaan sumber daya

(sosial, teknogi, finansial/ keuangan, alam dan

manusia) yang cakup untuk memperoleh dan atau

ditukarkan untuk memenuhi kecukupan pangan,

termasuk kecukupan pangan dirumah tangga. Masalah

ketersediaan ini tidak hanya terkait masalah daya beli

namun juga pada pendistribusian dan keberadaaan

pangan itu sendiri, sedangkan pola konsumsi pangan

merupakan susunan makanan yang biasa dimakan

mencakup jenis dan jumlah dan frekuensi jangka

waktu tertentu. Aksesibilitas pangan yang rendah

berakibat pada kurangnya pemenuhan konsumsi yang

beragam, bergizi, seimbang dan nyaman ditingkat

keluarga yang mempengaruhi pola konsumsi pangan

dalam keluarga sehingga berdampak pada semakin

beratnya masalah kurang gizi masyarakat (Bappenas


13

R.I, 2011).

Ketersediaan pangan yang kurang dapat

berakibat pada kurangnya pemenuhan asupan nutrisi

dalam keluarga itu sendiri. Rata-rata asupan kalori

dan protein bayi di Indonesia masih dibawah angka

kecukupan gizi (AKG) yang dapat mengakibatkan

bayi perempuan dan bayi laki-laki Indonesia

mempunyai rata-rata tinggi badan masing-masing 6,7

cm dan 7,3 lebih pendek dari pada standart rujukan

WHO 2005 (Bappenas R.I, 2011). Oleh karena itu

penanganan masalah gizi ini tidak hanya melibatkan

sektor kesehatan saja namun juga melibatkan lintas

sektor lainnya.

Ketersediaan pangan merupakan faktor

penyebab terjadinya stunting, ketersediaan pangan

dirumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan

keluarga, pendapatan keluarga yang lebih rendah dan

biaya yang digunakan untuk pengeluaran pangan yang

lebih rendah merupakan ciri beberapa rumah tangga

dengan anak pendek (Sihadi dan Djaiman, 2011).

Penelitian di Semarang, Jawa Timur juga menyatakan

bahwa pendapatan perkapita yang rendah merupakan

faktor resiko kejadian stunting (Nasikah dan


14

Margawati, 2012). Selain itu penelitian yang

dilakukan dimaluku utara dan dinepal menyatakan

bahwa stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor

salah satunya adalah faktor sosial ekonomi yaitu

defisit pangan dalam keluarga (Ramli et al, 2009).

2) Status gizi ibu saat hamil

Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh

banyak faktor, faktor tersebut dapat terjadi sebelum

kehamilan maupun selama kehamilan. Beberapa

indikator pengukuran seperti :

a) Kadar hemoglobin (Hb) yang menunjukkan

gambaran kadar Hb dalam daarah untuk

menentukan anemia atau tidak.

b) Lingkar lengan atas (LILA) yaitu gambaran

pemenuhan gizi masa lalu dari ibu untuk

menentukan KEK atau tidak

c) Hasil pengukuran berat badan untuk

menentukan kenaikan berat badan selama hamil

yang dibandingkan dengan IMT ibu sebelum

hamil (Yongki, 2012).

3) Berat badan lahir

Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan


15

kurang dari 2500 gram, bayi dengan berat badan lahir

rendah akan mengalami hambatan pada pertumbuhan

dan perkembangannya serta kemungkinan terjadi

kemunduran fungsi intelektualnya selain itu bayi lebih

rentan terkena infeksi dan terjadi hipotermi

(Direktorat bina gizi dan KIA, 2012).

Banyak peneliti yang telah meneliti tentang

hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting

diantaranya yaitu penelitian di Klungkung dan

Yogyakarta menyatakan hal yang sama bahwa ada

hubungan antara berat badan lahir dengan kejadian

stunting. Selain itu, penelitian yang dilakukan di

Malawi juga menyatakan predikator terkuat terjadinya

stunting adalah BBLR (Direktorat bina gizi dan KIA,

2012).

4) Panjang badan lahir

Asupan gizi ibu yang kurang adekuat sebelum

masa kehamilan menyebabkan gangguan

pertumbuhan pada janin sehingga dapat menyebabkan

bayi lahir dengan panjang badan lahir pendek. Bayi

yang dilahirkan memiliki panjang badan lahir normal

bila panjang badan lahir bayi tersebut berada pada

panjang 48-52 cm (Kemenkes R.I, 2010). Penentuan


16

asupan yang baik sangat penting untuk mengejar

panjang badan yang seharusnya. Berat badan lahir,

panjang badan lahir, usia kehamilan dan pola asuh

merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi

kejadian stunting. Panjang badan lahir merupakan

salah satu faktor resiko kejadian stunting pada balita

(Meilyasari dan Isnawati, 2014).

Menurut Riskesdas tahun 2013 kategori panjang

badan lahir dikelompokkan menjadi 3 yaitu <48 cm,

48-52 cm, dan >52 cm, panjang badan lahir pendek

adalah bayi yang lahir dengan panjang <48 cm

(Kemenkes R.I, 2013).

5) ASI Eklusif

Asi Eklusif menurut peraturan pemerintah

Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang

pemberian air susu ibu Eklusif dan pemberian air susu

ibu (ASI) tanpa menambahkan dan atau mengganti

dengan makanan atau minuman yang lain diberikan

pada bayi sejak baru lahir selama 6 bulan. Pemenuhan

kebutuhan bayi 0-6 bulan telah dapat terpenuhi

dengan pemberian ASI saja. Menyusui eksklusif juga

penting karena pada usia ini, makanan selain ASI

belum mampu dicerna oleh enzim-enzim yang ada


17

didalam usus selain itu pengeluaran sisa pembakaran

makanan belum bisa dilakukan dengan baik karena

ginjal belum sempurna (Kemenkes R.I, 2012).

Penelitian yang dilakukan di ibukota Aceh

menyatakan bahwa kejadian stunting disebabkan oleh

rendahnya pendapatan keluarga, pemberian ASI yang

tidak ekslusif, pemberian MP-ASI yang kurang baik,

imunisasi yang tidak lengkap dengan faktor yang

paling dominan pengaruhnya adalah pemberian asi

yang tidak Eksklusif. Hal serupa dinyatakan pula oleh

arifin pada tahun 2012 dengan hasil penelitian yang

menyatakan bahwa kejadian stunting dipengaruhi oleh

berat badan saat lahir, asupan gizi balita, pemberian

ASI (Arifin dkk, 2013).

6) MP-ASI

Kebutuhan bayi akan pemenuhan nutrisi

bertambah seiring bertambah umurnya. ASI Ekslusif

hanya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sampai

usia 6 bulan, selanjutnya ASI hanya mampu

memenuhi kebutuhan energi sekitar 60-70% dan

sangat sedikit mengandung mikronutrien sehingga

memerlukan tambahan makanan lain yang biasa

disebut makanan pendamping ASI (MP-ASI).


18

Pengertian dari MP-ASI menurut WHO adalah

makanan/minuman selain ASI yang mengandung zat

gizi yang diberikan selama pemberian makanan

peralihan yaitu pada saat makanan/minuman lain yang

diberikan bersamaan dengan pemberian ASI kepada

bayi (Arifin dkk, 2013).

Pemberian MP-ASI merupakan proses transisi

dimulainya pemberian makanan khusus selain ASI

secara bertahap jenis, jumlah, frekuensi maupun

tekstur dan konsistensinya sampai seluruh kebutuhan

gizi anak dipenuhi oleh makanan keluarga. Jenis MP-

ASI ada dua yaitu MP-ASI yang dibuat secara khusus

baik buatan rumah tangga ataupabrik dan makanan

biasa dimakan keluarga yang dimodifikasi agar

mudah dimakan oleh bayi. MP-ASI yang tepat

diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak

baik jenis maupun jumlahnya. Resiko terkena

penyakit infeksi akibat pemberian MP-ASI terlalu dini

disebabkan karena susu yang belum siap menerima

makanan serta kebersihan yang kurang (Mailyasari

dan Isnawati, 2014). Menurut global strategy for

infant and young child feeding ada 4 persyaratan

pemberian MP-ASI yaitu :


19

a) Tepat waktu yaitu pemberian MP-ASI dimulai

saat kebutuhan energi gizi melebihi yang

didapat dari ASI yaitu pada umur 6 bulan.

b) Adekuat yaitu pemberian MP-ASI dimulai saat

kebutuhan energi, protein dan mikronutrien

sesuai dengan kebutuhan.

c) Tepat cara pemberian yaitu pemberian MP-ASI

sejalan dengan tanda lapar dan nafsu makan

yang ditunjukkan serta frekuensi dan cara

pemberiannya sesuai dengan umur.

d) Aman yaitu pemberian MP-ASI harus diawasi

baik dari penyimpanan, persiapan, dan saat

diberikan MP-ASI harus higienis (Arifin dkk,

2013).

Penelitian yang dilakukan di Purwokerto,

menyatakan bahwa usia makan pertama merupakan

faktor resiko terhadap kejadian stunting pada bayi

(Meilyasari dan isnawati, 2014). Pemberian MP-ASI

terlalu dini dapat meningkatkan resiko penyakit

infeksi seperti diare hal ini terjadi karena MP-ASI

yang diberikan tidak sebersih dan mudah dicerna

seperti ASI. Zat gizi seperti zink dan tembaga serta

air yang hilang selama diare jika tidak diganti akan


20

terjadi malabsorbsi zat gizi selama diare yang dapat

menimbulkan dehidrasi parah, malnutrisi, gagal

tumbuh bahkan kematian (Mailyasari dan Isnawati,

2014).

4. Dampak Stunting

Stunting merupakan wujud dari adanya gangguan pertumbuhan

pada tubuh. Otak merupakan salah satu organ yang cepat mengalami

risiko. Hal tersebut dikarenakan didalam otak terdapat sel-sel saraf

yang berkaitan dengan respon anak termasuk dalam melihat,

mendengar, dan berpikir selama proses belajar (Picauly and Toy,

2013).

5. Pencegahan Stunting

Untuk menjaga anak tumbuh secara wajar, maka pemantauan

pertumbuhan khususnya tinggi dan berat badan anak harus dilakukan

sejak dini untuk menilai normal ataukah tidaknya pertumbuhan

secepatnya diketahui untuk pemberian tindakan lebih awal agar

dicapai hasil yang lebih baik. pengukuran tinggi badan, berat badan

harus diukur dan dipantau berkala, sesuai dengan umurnya, yaitu

pada waktu-waktu berikut :

a. Umur < 1 tahun : disaat lahir, diumur 1-12 bulan.

b. Umur 1-2 tahun : setiap 3 bulan.

c. Umur > 3-21 tahun : setiap 6 bulan.

Penyimpangan dari ukuran yang seharusnya menurut umur dan


21

jenis kelaminnya harus digunakan sebagai pedoman untuk tindakan

lanjutnya (Amin, 2013).

6. Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai

yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel

telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,

pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi

sampai aterm (Manuaba, 2010).

Kehamilan merupakan merupakan suatu perubahan

dalam rangka melanjutkan keturunan yang trjadi secara alami,

menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim ibu, dan

selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya

janin sesuai usia kehamilan, pada setiap dilakukan

pemeriksaan kehamilan (Muhimah dan Safe’I, 2010).

b. Tanda-tanda kehamilan

Menurut Molika (2015), terdapat beberapa tanda-tanda

kehamilan, yaitu sebagai berikut :

1) Terlambat haid

Sel telur telah dibuahi, maka darah menstruasi

diperlukan untuk suplai makanan janin dalam rahim.


22

Selain itu fungsi yang lain adalah sebagai lapisan

pelindung dalam rahim yang lunak. Inilah tanda pertama

terjadinya kehamilan yang paling mudah dikenali.

2) Terjadi perubahan pada payudara

Perubahan pada payudara ketika hamil ditandai

dengan rasa nyeri atau kesemutan pada payudara bila

mendapatkan sentuhan, Hal ini dikarenakan

meningkatnya produksi hormon esterogen dan

progesteron. Selain itu hal tersebut adalah suatu

persiapan diri untuk menghasilkan Air Susu Ibu (ASI).

3) Munculnya bercak darah atau flek

Bercak darah ini biasanya muncul sebelum

menstruasi yang akan datang, biasanya terjadi selama 8-

10 hari setelah terjadinya ovulasi. Bercak darah yang

keluar tidak sebanyak dan tidak segelap ketika

menstruasi. Selain itu diikuti oleh kram perut yang akan

terjadi secara teratur hingga trimester kedua, sampai

letak uterusnya berada di tengah dan disangga oleh

panggul.

4) Mual dan muntah (Morning Sickness)

Tanda ini adalah tanda kehamilan paling umum.

Rasa mual biasanya terjadi pada pagi hari akibat


23

meningkatnya hormon HCG (Human Chorionic

Gonadotrophin). Hormon tersebut menyebabkan efek

pedih pada lapisan perut sehingga menimbulkan rasa

mual, dan biasanya akan berakhir pada trimester kedua.

5) Sering buang air kecil

Tanda ini disebabkan oleh janin yang tumbuh di

rahim, sehingga menekan kandung kemih, yang

akibatnya meningkatkan sirkulasi darah. Selain itu

dipengaruhi juga oleh hormon kehamilan.

6) Pusing dan sakit kepala (headache)

Rasa lelah, mual, lapar dan tekanan darah

rendah yang mengakibatkan rasa pusing dan sakit kepala

pada ibu hamil disebabkan karena ibu hamil harus

berbagi nutrisi dengan bayinya.

7) Sembelit

Sembelit atau susah buang air besar (BAB)

terjadi akibat peningkatan hormon progesteron. Selain

mengendurkan otot-otot rahim, hormon ini juga

membuat otot dinding usus mengendur sehingga

menyebabkan sembelit.

8) Perubahan mood

Wanita hamil memiliki mood yang mudah

berubah. Bisa saja sewaktu- waktu terlihat bahagia,


24

namun beberapa waktu kemudian jadi marah kepada

suami hanya karena masalah ringan. Namun perubahan

mood ini dianggap normal akibat perubahan hormon

yang pada saatnya nanti diri akan menyesuaikan.

9) Ngidam atau menolak makanan rertentu

Tanpa alasan yang jelas, mendadak sangat

menginginkan makanan tertentu, atau mungkin

sebelumnya makanan tersebut tidak disenangi atau

sebaliknya.

10) Sensitif terhadap bau

Sensitif terhadap bau atau tidak tahan pada

segala macam bau, terutama aroma makanan tertentu.

Akibat tidak tahan dengan bau tertentu, bisa membuat

mual bahkan disertai muntah

7. Antenatal Care (ANC)

a. Pengertian

Antenatal care (ANC) adalah salah satu upaya

pencegahan awal dari faktor resiko kehamilan. Menurut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care (ANC)

untuk mendeteksi dini teradinya resiko tinggi terhadap

kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka

kematian ibu dan memantau keadaan janin (Mardiatun, 2015).

b. Tujuan
25

Menurut Saiffudin (2014), adapun tujuan dari Antenatal

care (ANC) adalah :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,

mental, dan sosial ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk

riwayat sakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan

dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma

seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara

normal.

c. Dampak ketidakpatuhan kunjungan

Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk

memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun

bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat

mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan


26

pendidikan (Marmi, 2011). Sehingga apabila antental tidak

dilakukan sesuai dengan aturan atau prosedur yang ditetapkan

sebagaimana mestinya, maka akan mengakibatkan dampak

sebagai berikut :

1) Ibu hamil akan kurang mendapatkan informasi tentang

status kesehatan diri dan janinnya saat ini

2) Ibu hamil akan kurang mendapatkan informasi tentang

perawatan kehamilan, perencanaan persalinan dan

informasi lain seperti kebutuhan nutrisi, kebersihan,

tanda bahaya kehamilan, tanda-tanda persalinan dan lain-

lain.

3) Tidak terdeteksinya komplikasi kehamilan atau peyulit

persalinan secara dini. Seperti preeklampsi, perdarahan,

infeksi, kelainan panggung, gemeli, kelainan bawaan

pada janin dan lain-lain.

4) Meningkatnya angka kesakitan (morbiditas) dan angka

kematian (mortalitas) ibu dan janin di wilayah tersebut.

d. Kunjungan

Menurut Rukiah dkk (2013) kunjungan kehamilan

sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan yaitu :

a. Satu kali pada trimester pertama (0-12 minggu).

b. Satu kali pada trimester kedua (13-27 minggu).

c. Dua kali pada trimester ketiga (28-40 minggu).


27

8. Imunisasi TT

a. Pengertian

Imunisasi TT adalah proses untuk membangun

kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus

(Idanati, 2018). Imunisasi etanus toksoid (TT) adalah toksin

kuman tetanus yang lebih dilemahkan dan dimurnikan yang

diberikan pada bayi, anak, dan ibu sebagai usaha memberikan

perlindungan terhadap penyakit tetanus. Imunisasi tetanus

toksoid ini juga diberikan pada ibu hamil dan wanita yang akan

menikah (Wijayanti, 2013).

b. Tujuan

Tujuan imunisasi TT adalah untuk melindungi ibu dan

bayi dari penyakit tetanus karena antibodi dihasilkan dan

diturunkan pada bayi melalui plasenta dan mengurangi resiko

tetanus pada neonatal (Wijayanti, 2013).

c. Manfaat

Menurut Kemenkes RI (2012), imunisasi tetanus

toksoid mempunyai beberapa manfaat antara lain :

1) Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorium.

2) Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus saat

terluka dalam proses persalinan.

3) Untuk mencegah timbulnya tetanus pada luka.


28

4) Mengetahui lebih awal berbagai kendala dan kesulitan

medis yang mungkin terjadi mengambil tindakan

antisipasi yang semestinya sedeikian mungkin.

5) Mencegah terjadinya toksoplasma pada ibu hamil.

6) Mencegah penularan kuman tetanus kejanin melalui

pemotongan tali pusat.

d. Efek Samping

Efek samping yang terjadi pada ibu hamil setelah

pemberian imunisasi tetanus toksoid biasanya jarang terjadi,

hanya beberapa gejala yang bersifat ringan seperti lemas dan

kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan

kadang-kadang terjadi gejala demam (Kemenkes RI, 2015).

e. Kontaraindikasi

Beberapa kontraindikasi menurut Kemenkes RI

(2015) yaitu :

1) Gejala-gejala berat karena dosis TT sebelumnya.

2) Hipersensitif terhadap komponen vaksin.

3) Demam atau infeksi akut.


29

B. Kerangka Teori

Dari talaah pustaka diatas, maka kerangka teori dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Faktor penyebab diare:


Stunting
a. Berat badan lahir.
b. Jenis kelamin.
c. ASI Ekslusif.
d. Tinggi ibu.
e. Faktor ekonomi.
Upaya Pencegahan Diare : f. Tingkat pendidikan.
1. Pada ibu hamil
a. Memperbaiki gizi dan
kesehatan ibu hamil.
b. Mendapatkan tablet tambah
darah.
c. ANC.
d. Imunisasi TT.
2. Pada saat bayi lahir
a. Persalinan dibantu oleh
dokter atau bidan terlatih.
b. Bayi sampai usia 6 bulan
diberikan ASI saja.

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : modifikasi UNICEF (2014).
30

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan

sistem variabel independen dan variabel dependen.

Variabel Independen Variabel Dependen

• ANC
Kejadian Stunting
• Imunisasi TT

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan ANC ibu hamil dengan Kejadian Stunting Kec Siulak

Kab Kerinci.

2. Ada hubungan imunisasi TT ibu hamil dengan kejadian Stunting Kec

Siulak Kab Kerinci.


35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

dengan desain analitik, dengan metode penelitian cross sectional, untuk

melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikatnya di lakukan

satu kali, pada satu saat yang bersamaan. .

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan ANC dan

imunisasi TT ibu hamil terhadap kejadian stunting di Kecamatan Siulak

Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi Tahun 2020.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Proposal ini di susun mulai bulan (September-November 2020),

penelitian akan dilakukan pada bulan Desember 2020 sampai dengan

selesai setelah melakukan seminar proposal penelitian terlebih dahulu.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci

Provinsi Jambi 2020.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang

diteliti. Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh balita

stunting umur 23-59 bulan di Kecamatan Siulak Kabupaten


36

Kerinci Provinsi Jambi Tahun 2019 berjumlah 159 balita.

2. Sampel

Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang

karateristiknya hendak diteliti. Dalam menentukan jumlah sampel

pada penelitian ini menggunakan Simple random Sampling.

Mengetahui besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode perhitungan sampel minimal menggunakan

rumus Lameshow et al (1997), sebagai berikut:

n = 𝑍21-a/2P(1-P).N
𝑑2(𝑁−1)+ 𝑍1−𝛼/2 𝑃(1−𝑃)
Keterangan :

n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan.

N = Jumlah populasi dalam penelitian. (159)

Z = Derajat kepercayaan (1,96).

D = Presis penelitian 10% (0.1)

P (1-p) = Variance (0.5)

= (1,96)² . 0,5 (1-0,5) x 159


(0,1)² (159-1) + (1,96)² .0,5(1-0,5)
= 3.8416.0,25.159
1,58+3.8416.0,25
= 152,7036
2,5404
n = 60
Jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel minimal

sebanyak 60 sampel, untuk menghindari drop out maka jumlah sampel

ditambah sebanyak 10%dengan jumlah total sebanyak 66 sampel.


37

3. Kriteria Inklusi dan eksklusi

a. Kriteria Inklusi

Penelitian ini memiliki kriteria inklusi sebagai persyaratan

menjadi responden, yaitu:

1. Balita usia 23-59 bulan pada tahun 2019

2. Balita yang bertempat tinggal di Kecamatan Siulak

Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi

3. Ibu/pengasuh responden bersedia menjadi subyek

penelitian dibuktikan dengan menyetujui lembar

persetujuan.

b. kriteria eksklusi

1. balita yang memiliki penyakit bawaan tertentu yang

dapat mempengaruhi status stunting.

2. Responden yang telah ditemui 2 kali tidak berada

dirumah

4. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan simple random

sampling. Teknik pengambilan sampel ini yaitu dilakukan

pengambilan sample dipilih secara acak

Dengan perhitungan Proporsi sampel per desa.


Jumlah penderita perdesa
¿ x jumlah sampel
Jumlah populasi penderita
38

Tabel 3.1
Jumlah Responden dari Seluruh Jumlah kasus stunting di kecamatan siulak
kabupaten Kerinci provinsi Jambi tahun 2020

No Desa Jumlah Besaran Responden Tiap


Penderita Desa
1. Air Terjun 2 2
n= x 66 = 1 responden
159
2. Siulak kecil mudik 6 6
n= x 66 = 2 responden
159
3. Siulak Kecil hilir 2 2
n= x 66 = 1 responden
159
4. Siulak gedang 16 16
n= x 66 = 8 responden
159
5. Pasar siulak gedang 1 1
n= x 66 = 1 responden
159
6. Desa dalam 6 6
n= x 66 = 2
159
responden
7. Kota beringin 3 3
n= x 66 = 1
159
responden
8. Siulak panjang 8 8
n= x 66 = 3
159
responden
9. Koto tengah 9 9
n= x 66 = 5 responden
159
10. Koto aro 6 6
n= x 66 = 2 responden
159
11. Koto rendah 11 11
n= x 66 = 4 responden
159
12. Dusun baru 1 1
n= x 66 = 1 responden
159
13. Koto kapeh 6 6
n= x 66 = 2
159
39

responden
14. Sungai pegeh 8 8
n= x 66 = 3 responden
159
15. Sungai leboh 8 8
n= x 66 = 3 responden
159
16. Kota leboh tinggi 7 7
n= x 66 = 3 responden
159
17. Lubuk nagodang 5 5
n= x 66 = 2 responden
159
18. Telago Biru 6 6
n= x 66 = 2 responden
159
19. Tutung bungkuk 9 9
n= x 66 = 4 responden
159
20. Padang jantung 13 13
n= x 66 = 5 responden
159
21. Telak gedang 3 3
n= x 66 = 1 responden
159
22. Bendar sedap 5 5
n= x 66 = 2 responden
159
23. Pelak naneh 3 3
n= x 66 = 1 responden
159
24. Demong sakti 2 2
n= x 66 = 1 responden
159
25. Pasar senen 12 12
n= x 66 = 5 responden
159
26. Dusun baru sungai 1 1
n= x 66 = 1 responden
159
pegeh
Jumlah 159 66

Setelah jumlah sampel tiap desa diketahui, untuk mengambil sampel masing-
masing dilakukan secara simple random sampling.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang berdasarkan pada

karakteristik yang dapat diobservasi atau mengubah konsep-konsep berupa


40

konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku dan gejala yang

dapat diamati dan dapat diuji.

Tabel 3.2 Definisi Operasional (DO)

Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur ukur Ukur
Dependent variable
Kejadian Tinggi balita Dengan Timbang 0= tidak Ordinal
Stunting menurut umur memantau an bayi stunting
(TB/U) ≤ -2 SD umur bayi. dan 1= stunting
sehingga lebih meteran
pendek dari pada bayi.
tinggi yang
seharusnya.

Independen variable
Pemeriksaa Kunjungan ibu Formulir Kuesione 1= melakukan Ordinal
n ANC hamil dipelayanan isian r pemeriksaan.
kesehatan. 2= tidak
melakukan
pemeriksaan.
(WHO,2001)

Imunisasi Imunisasi yang Formulir Buku 1=Diberikan Nominal


TT diberikan untuk isian KIA 2=Tdk
mencegah diberikan
penyakit yang
disebabkan
infeksi kuman
clostridium
tetani.

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat ukur penelitian yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2019).
41

Instrumen pengumpulan data terdiri dari:

1. Identitas responden
Indentitas meliputi, no responden, nama responden, jenis kelamin, usia,
alamat pendidikan dan pekerjaan.
2. Hasil pengukuran TB(tinggi badan0 dan BB (berat badan)
3. Kueisioner untuk menilai Pemeriksaan ANC. Menghitung Pemeriksaan
ANC Untuk penetapan kategori dilakukan berdasarkan nilai mean, yaitu:
1. melakukan ANC (jika skore ≤ jawaban dari nilai mean) dan
2. tidak melakukan ANC (jika skore jawaban > dari nilai mean)

4. Kuesioner imunisasi TT Untuk penetapan kategori dilakukan berdasarkan


yaitu:1. Diberi (jika skore ≤ jawaban dari nilai mean)

2. tidak diberi (jika skore ≤ jawaban dari nilai mean)

F. Pengumpulan data
1. Data Primer

Data yang telah diperoleh secara langsung dari responden

dengan menggunakan buku KIA, timbangan bayi dan meteran bayi,

dengan cara wawancara terpimpin dan pengukuran sesuai dengan

variabel penelitian yaitu kejadian stunting.

2. Data Sekunder

Data penunjang yang diperoleh dari Kecamatan Siulak

Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi yang berupa laporan tahunan

kejadian stunting, data kunjungan kejadian stunting dan hal-hal yang

berhubungan dengan penelitian yang diperoleh dari rekapitulasi di

Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci.


42

3. Langkah Pengumpulan Data

Pelaksanaan wawancara untuk mengumpulkan data dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian pada

Institusi Pendidikan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Jambi.

b. Mengajukan surat permohonan ke Kecamatan Siulak

Kabupaten Kerinci.

c. Setelah mendapatkan izin, peneliti mulai melakukan penelitian

dan menentukan sampel.

d. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta

prosedur pengumpulan data.

e. Responden diminta untuk membubuhkan tanda tangan pada

lembar Informed Consent yang telah disediakan peneliti.

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan

kedalam beberapa kelompok. Data diolah dengan menggunakan

bantuan komputer yaitu program aplikasi Statistical. Langkah-

langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah:

a. Editing
43

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang

telah dikumpulkan karena kemungkinan data yang masuk atau

data yang dikumpulkan tidak logis atau meragukan.

b. Pengkodean (Coding)

Pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap data

yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat

yang dibuat dalam bentuk angka-angka atau huruf-huruf yang

memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau

data yang akan dibahas.

c. Entry Data

Data yang telah di dapat diproses sehingga dapat di

analisa. Proses data dilakukan dengan cara mengenteri data

dari kuesioner ke paket program computer statistik.

d. Cleaning Data

Data yang telah dimasukkan diperiksa kembali sesuai

dengan kriteria dan yakin bahwa data yang telah masuk benar-

benar bebas dari kesalahan yang kemudian dapat disajikan

dalam bentuk tabel.

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk

menggambarkan hasil penelitian dan analisis dengan menggunakan

perangkat lunak komputer yaitu:


44

a. Analisis Univariat

Analisis ini untuk bertujuan untuk melihat gambaran

distribusi dan frekuensi dari semua variabel yang diteliti, baik

variabel dependen (kejadian stunting) maupun variabel

independen (ANC dan imunisasi TT ibu hamil) di Kecamatan

Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Penyajian data

dibuat dalam bentuk jumlah dan persentase.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independen yaitu untuk

melihat ada tidaknya hubungan antara ANC dan imunisasi TT

ibu hamil terhadap kejadian stunting di Kecamatan Siulak

Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

Skala data yang digunakan adalah nominal dan ordinal

dan berdasarkan tujuannya untuk menguji proporsi, maka uji

statistik yang akan digunakan adalah uji Chi-Square dengan

Confident Interval (Cl) < 95% dengan batas kemaknaan (α <

0,05) dan diolah dengan sistem komputer berupa aplikasi

statistik. Selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan, jika P < α

(P <0,05) maka Ho diterima, yang artinya ada hubungan yang

bermakna antara variabel independen dengan variabel

dependen. Aturan yang berlaku pada uji Chi-Square yaitu:


45

1) Bila pada tabel kontingency 2x2 dan dijumpai nilai e

(harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan

adalah Fisher Exact Test.

2) Bila pada tabel kontingency 2x2 dan tidak dijumpai nilai

e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan

adalah Continuity Correction.

3) Bila tabel lebih 2x2 maka uji yang digunakan adalah

person chisquare (Hastono, 2016).

Untuk mengetahui derajat suatu hubungan diperoleh

dengan ukuran asosiasi berupa Odd Ratio (OR). Odds Ratio

(OR) merupakan ukuran relative studi kasus kontrol yang

menunjukkan berapa banyak kemungkinan paparan antara

kelompok kasus dengan kelompok kontrol.

Kriteria odds ratio, yaitu :

1) Nilai or=1, bukan merupakan faktor risiko terjadinya

penyakit.

2) Nilai or>1, merupakan faktor risiko terjadinya penyakit.

3) Nilai or<1, merupakan faktor protektif terjadinya

penyakit.

Adapun signifikansi nilai or dalam interpretasi CI

(confidence interval) 95% terhadap nilai OR yaitu jika pada CI

95% rentan nilai lower dan upper limit tidak terdapat nilai 1

maka disimpulkan nilai OR bermakna. Sedangkan jika CI 95%


46

dan OR terdapat nilai 1, maka dapat disimpulkan bahwa nilai

OR tidak bermakna.

G. Etika Penelitian

Menurut Hidayat 2013, masalah etuka penelitian merupakan masalah

yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.

Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada

responden sebelum dilakukan penelitian. Tanda dari persetujuan

bahwa responden menyetujui untuk dijadikan responden dari

penelitian ini adalah dengan menandatangani lembar persetujuan

tersebut.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga privacy responden peneliti hanya memberikan

inisial nama responden baik pada kuesioner maupun di lembar

observasi. Seperti Ny. A, Tn. B dan Ny. C.


47

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan pada hasil riset.

H. Jalanya Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam proses penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini peneliti mencari beberapa

kepustakaan yang bertujuan untuk menyusun proposal. Peneliti

mengajukan surat survei data awal untuk mengetahui kejadian

stunting di Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi

yang memiliki tren yang meningkat ke dinas kesehatan dan

mengunjungi kantor Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci guna

mengambil data awal untuk perlengkapan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan pada September 2020 dengan wilayah

penelitian yaitu Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi

yaitu:
48

a. Responden, yaitu ibu hamil dengan kejadian stunting di

Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi yang

memenuhi kriteria.

b. Peneliti melakukan pengisian formulir isian di Kecamatan

Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

3. Tahap Akhir

a. Penyusunan proposal penelitian.

b. Presentase proposal penelitian .

c. Revisi proposal penelitian

Anda mungkin juga menyukai