Implementasi Data Lab
Implementasi Data Lab
Leukosit :
Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm3. Lekositosis hingga 50.000/mm3 mengindikasikan gangguan di luar
sumsum tulang (bone marrow). Nilai leukosit yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm3) dapat disebabkan
oleh leukemia. Penderita kanker post-operasi (setelah menjalani operasi) menunjukkan pula
peningkatan leukosit walaupun tidak dapat dikatakan infeksi
. • Biasanya terjadi akibat peningkatan 1 tipe saja (neutrofi l). Bila tidak ditemukan anemia dapat
digunakan untuk membedakan antara infeksi dengan leukemia
• Perdarahan, trauma, obat (mis: merkuri, epinefrin, kortikosteroid), nekrosis, toksin, leukemia dan
keganasan adalah penyebab lain leukositosis.
• Makanan, olahraga, emosi, menstruasi, stres, mandi air dingin dapat meningkatkan jumlah sel darah
putih
Eritrosit
Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan fungsi ginjal, talasemin,
hemolisis dan lupus eritematosus Pedoman Interpretasi Data Klinik | 13 sistemik. Dapat juga terjadi
karena obat (drug induced anemia). Misalnya: sitostatika, antiretroviral.
Hemoglobin
Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena kekurangan zat besi), sirosis,
hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan kehamilan.
hematokrit
Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi hemolitik, leukemia,
sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid. Penurunan Hct sebesar 30% menunjukkan pasien
mengalami anemia sedang hingga parah.
Trombosit
Neutrophil
Neutrofi lia, yaitu peningkatan persentase neutrofi l, disebabkan oleh infeksi bakteri dan parasit,
gangguan metabolit, perdarahan dan gangguan myeloproliferatif.
Peningkatan jumlah neutrofi l berkaitan dengan tingkat keganasan infeksi. • Derajat neutrofi lia
sebanding dengan jumlah jaringan yang mengalami infl amasi. • Jika peningkatan neutrofi l lebih besar
daripada peningkatan sel darah merah total mengindikasikan infeksi yang berat.
Eosinofil
Eosinofi lia adalah peningkatan jumlah eosinofi l lebih dari 6% atau jumlah absolut lebih dari 500.
Penyebabnya antara lain: respon tubuh terhadap neoplasma, penyakit Addison, reaksi alergi, penyakit
collagen vascular atau infeksi parasit. • Eosipenia adalah penurunan jumlah eosinofi l dalam sirkulasi.
Eosipenia dapat terjadi pada saat tubuh merespon stres (peningkatan produksi glukokortikosteroid). •
Eosinofi l cepat hilang pada infeksi pirogenik
Gas blood
Nilai Arteri Blood Gas (ABG) (pH, pCO2, pO2, HCO3, BE) menunjukkan adanya asidosis metabolik. CKD
sering disertai dengan asidosis metabolik sebagai akibat dari menurunnya fungsi ginjal untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa. Nilai BE negatif memperkuat indikasi adanya asidosis.
Namun setelah koreksi dengan Natrium bikarbonat, keseimbangan kembali normal
Menurut Oktiawati.dkk (2017),Menghitung balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk
menentukan Air Metabolisme, yaitu : Rumus balance cairan yaitu : Balance cairan = Intake - Output Yang
termasuk dalam cairan masuk (intake) diantaranya adalah : 1. Makan, minum, NGT 2. Cairan eflex,
injeksi 3. Air metabolisme. Usia balita (1-3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari 15 Usia 5- 7 tahun : 8 – 8,5
cc/kgBB/hari Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc /kgBB/hari Usia 12 – 14 tahun: 5 – 6 cc/kgBB/hari Sedangkan
untuk cairan keluar output yaitu: 1. Muntah,urine,feses. Apabila anak mengompol, maka dihitung urin
yangkeluarkeluar sebanyak 0,5-1 ml/KgBB/hari. 2. IWL (Insensible water loss ) yaitu kehilangan cairan
yang menguap melalui paru paru dan kulit. Rumus untuk menghitung IWL pada anak yaitu : IWL : (30-
Usia anak dalam tahun) x Berat badan/kg Jika anak mengompol menghitung urine: 0,5 cc – 1
cc/kgBB/hari.
Kebutuhan cairan pasien diklasifikasikan kurang jika cairan < BB x 30 ml/24 jam, cukup jika intake cairan
= BB x 30-40 ml/24 jam, lebih jika intake cairan > BB x 40 ml/24 jam. Klasifikasi balance cairan pasien
pasca pembedahan dikatakan kurang jika intake cairan < ouput cairan + IWL, cukup jika intake cairan =
output cairan + IWL, lebih jika intake cairan > ouput cairan + IWL. Analisa data dalam penelitian ini
menggunakan analisa univariat.
Loop diuretik efektif mengurangi kelebihan cairan tetapi dapat memperburuk AKI. Dosis ekuipoten loop
diuretik (furosemid, bumetanide, torsemide, dan asam ethacrynic) memiliki kemanjuran yang serupa.
Asam etakrilat disediakan untuk pasien alergi sulfa. Infus loop diuretik secara terus menerus tampaknya
mengatasi resistensi diuretik dan memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan bolus
intermiten. Dosis awal IV (setara dengan furosemid 40-80 mg) harus diberikan sebelum memulai infus
kontinyu (setara dengan furosemid 10-20 mg / jam).