sekitar 1%.
Retikulosit berkembang dan matang di sumsum tulang merah dan disirkulasikan dalam
pembuluh darah sebelum matang menjadi eritrosit. Seperti eritrosit, retikulosit tidak memiliki inti
sel (nukelus).
Sel ini disebut retikulost karena memiliki jaringan seprti retikuler pada ribosom RNA. Retikuler ini
hanya dapat diamati di bawah mikroskop dengan pewarnaan tertentu seperti perwarnaa
supravital dengan metilen biru baru.
Retikulosit tampak lebih kebiruan daripada eritrosit ketika diamati dengan pewarnaan
Romanowsky biasa. Ukurannya menyerupai eritrosit yakni sekitar 6 hingga 9 mikron.
Jangkauan normal dari retikulosit di darah bergantung pada keadaan klinis, biasanya ditetapkan
sekitar 0,5 sampai 1,5%. Namun, bila seseorang mengidap anemia, persentase retikulositnya
lebih tinggi dari normal jika kemampuan sumsum tulang untuk membuat sel darah baru masih
baik. Penghitungan indeks produksi retikulosit merupakan langkah penting dalam menentukan
apakah hitung retikulosit tersebut tepat atau tidak dalam keadaan tertentu.
Jika terdapat keadaan meningkatnya produksi sel darah merah karena adanya kegagalan
pematangan sel darah merah yang kronis, seperti pada anemia hemolitik, pasien dapat memiliki
persentase jumlah retikulosit yang tinggi. Retikulosit yang sangat banyak dalam darah disebut
keadaan retikulositosis.
Jumlah retikulosit yang menurun drastis dapat disebabkan oleh kemoterapi, anemia
aplastik, anemia pernisiosa, malignansi sumsum tulang, maslah pada produksi eritropoetin atau
penyebab lainnya. Retikulosit yang sedikit dalam darah disebut keadaan retikulopenia.
Metode
Brilliant Cresyl Blue (BCB) : brilliant cresyl blue 1.0 gr; NaCl 0.85% 99.0 ml. Saring
larutan sebelum dipergunakan.
New methylene blue : NaCl 0.8 gr; kalium oksalat 1.4 gr; new methylene blue N 0.5 gr;
aquadest 100 ml. Saring larutan sebelum dipergunakan.
Dianjurkan menggunaan new methylene blue, kesalahan metode ini pada nilai normal 25 %.
Sampel darah yang digunakan untuk hitung retikulosit adalah darah kapiler atau vena, dengan
antikoagulan (EDTA) atau tanpa antikoagulan (segar).
Prosedur
Nilai Rujukan
Masalah Klinis
Penurunan jumlah : Anemia (pernisiosa, defisiensi asam folat, aplastik, terapi radiasi,
pengaruh iradiasi sinar-X, hipofungsi adrenokortikal, hipofungsi hipofisis anterior, sirosis
hati (alkohol menyupresi retikulosit)
Peningkatan jumlah : Anemia (hemolitik, sel sabit), talasemia mayor, perdarahan kronis,
pasca perdarahan (3 - 4 hari), pengobatan anemia (defisiensi zat besi, vit B12, asam
folat), leukemia, eritroblastosis fetalis (penyakit hemolitik pada bayi baru lahir), penyakit
hemoglobin C dan D, kehamilan.
Retikulosit adalah sel darah merah yang belum masak, umumnya lebih
besar dari sel darah merah masak. Retikulosit didalam darah 0,5-2% dari jumlah
sel darah merah total. Bayi yang baru lahir, normal hitung retikulosit berkisar 2-
6% pada saat kelahiran dan menurunya kadar dewasa dalam 1-2 minggu.
https://id.wikipedia.org/wiki/Retikulosit#:~:text=Retikulosit%20adalah%20sel%20eritrosit
%20yang,memiliki%20inti%20sel%20(nukelus).
http://repository.unimus.ac.id/2326/3/14.%20BAB%20II.pdf
Leoukosit
http://repository.unimus.ac.id/2386/2/BAB%20I.pdf oleh IA Ilfisyar - 2018
ib.unimus.ac.id/files//disk1/156/jtptunimus-gdl-fitriindah-7799-3-babii.pdf
https://www.honestdocs.id/nilai-normal-leukosit-dewasa-dan-anak#:~:text=Nilai%20leukosit
%20normal%20pada%20bayi,%2D10.000%20sel%2Fmm3%2C.
Jumlah lekosit pada darah orang dewasa normal berkisar antara 5.000 – 11.000/mm3 darah
Nilai leukosit normal pada bayi baru lahir sekitar 9.000-30.000 sel/mm3,
sedangkan pada bayi-balita adalah 5.700-18.000 sel/mm3.
Nilai leukosit normal pada anak usia 10 tahun adalah 4.500-13.500 sel/mm3,
sementara pada orang dewasa adalah 4.500-10.000 sel/mm3,.
Khusus untuk wanita, nilai leukosit normal pada ibu hamil sekitar 6.000-
17.000 sel/mm3, sedangkan setelah melahirkan mencapai 9.700-25.700 sel/mm3.
Jika jumlah leukosit di atas batas normal (leukositosis), ini bisa jadi pertanda
adanya infeksi atau reaksi radang akut dalam tubuh. Sedangkan jika kadar
leukosit lebih rendah (leukopenia) dapat disebabkan oleh virus dan parasit
malaria atau penggunaan alkohol dan obat-obatan.
Faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit. Jumlah leukosit dapat meningkat yang biasa disebut
leukositosis, sebaliknya dapat menurun disebut leukopenia (Sofro, 2012). Jumlah leukosit dapat naik
dan turun sesuai dengan keadaan. Dalam tubuh terjadi infeksi, biasanya jumlah sel ini meningkat,
jika tubuh mengalami gangguan dalam memproduksi leukosit, hal ini menyebabkan tubuh kita
mudah diserang penyakit (Tim Matrix, 2009).
Perbedaan jumlah masing-masing sel leukosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu
faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa hidup dari masing-masing sel leukosit tersebut. Masa
hidup sel leukosit yang memiliki granula relatif lebih singkat dibandingkan sel leukosit yang tidak
memiliki granula. Masa hidup sel leukosit yang memiliki granula adalah 4-8 jam dalam sirkulasi darah
dan 4-5 hari di dalam jaringan. Hal ini disebabkan karena sel leukosit yang memiliki granula lebih
cepat menuju daerah infeksi dan melakukan fungsinya dari pada sel leukosit yang tidak memiliki
granula.
Leukopenia disebabkan berbagai kondisi, termasuk stress berkepanjangan, infeksi virus, penyakit
atau kerusakan sumsum tulang, radiasi, atau kemoterapi. Penyakit sistemik yang parah misalnya
lupus eritematosus, penyakit tiroid, sindrom Cushing, dapat menyebabkan penurunan jumlah
leukosit. Semua atau salah satu jenis sel saja yang dapat terpengaruh (Corwin, 2009).
Ada 2 metode untuk menghitung jumlah leukosit, yaitu:
pengencer yang digunakan adalah larutan turk. Jika dalam darah tepi banyak
sel darah merah berinti, maka sel-sel itu akan ikut diperhitungkan sebagai
manual diantaranya yaitu: jumlah darah yang dihisap ke dalam pipet tidak
tepat, pengenceran dalam pipet salah, tidak mengocok pipet segera setelah
mengambil larutan turk, tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet
2. Otomatis
pengencerannya lebih kecil dan volume sampel yang digunakan lebih besar.
https://id.wikipedia.org/wiki/Laju_endap_darah
Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil uji LED adalah kadar fibrinogen, rasio sel darah merah
dibandingkan dengan plasma darah, keadaan sel darah merah yang abnormal, dan beberapa
faktor teknis.[3][4] Kadar fibrinogen dalam darah akan meningkat saat terjadi radang atau infeksi
dan menyebabkan sel - sel darah merah lebih mudah membentuk rouleaux atau menggumpal
sehingga sel darah merah lebih cepat mengendap.[3]
Laju endap darah cenderung dikaitkan dengan keberadaan radang atau infeksi, namun dapat
juga membantu pemantauan kelainan kekebalan tubuh, diabetes, tuberkulosis, anemia,
bahkan kanker.[2][4][5] Laju endap darah juga mengalami peningkatan saat masa kehamilan atau
seiring dengan bertambahnya usia.[4][6
I. Cara Westergren
B. Pra Analitik
2. Persiapan sampel:
dengan larutan sodium sitrat 0,109 M atau NaCl 0,9% dengan perbandingan 4:1.
Satuannya mm/jam
1. Isi pipet Westergren dengan darah yang telah diencerkan sampai garis
2. Letakkan pipet pada rak dan perhatikan supaya posisinya betul-betul tegak
D. Pasca Analitik
Perempuan: 0– 15 mm/jam
Sumber Kesalahan
2. Dalam suhu kamar pemeriksaan harus dilakukan dalam 2 jam pertama, apabila
membersihkannya dengan air, kemudian alkohol dan terakhir aseton. Cara lain
adalah dengan membersihkan dengan air dan biarkan kering satu malam dalam
C.
A. Pra Analitik
1. Persiapan Penderita: tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan sampel:
Darah EDTA
Satuannya mm/jam
b. Pipet Kapiler
B. Analitik
dalam mm/jam
C. Pasca Analitik
Perempuan: 0– 15 mm/jam