KELOMPOK 3 XI IPA 1
• Babak 1
Anak : (Murung)
Ibu : “Ada apa nak?”
Anak : “Ibu, mengapa ada tanda lahir yang jelek seperti ini ditanganku?”
Ibu : “Heh, mengapa kamu berbiaca seperti itu?
Anak : “Aku tidak suka, ibu. Aku sering diejek oleh teman-temanku karena ini!”
Ibu : “Itu adalah pemberian Tuhan nak, percayalah Tuhan menciptakan sesuatu
pasti memiliki tujuan tersendiri dan mungkin inilah yang terbaik untukmu.”
Anak : “Yang terbaik apanya ibu? Dan untuk tujuan apa?!”
Ibu : “Hmm, agar kamu lebih mengerti biar ibu ceritakan suatu kisah untuk
menjawab pertanyaanmu itu, bagaimana?”
Anak : “Baiklah ibu.”
Ibu : “Pada zaman dahulu terdapat seorang putri yang tinggal di sebuah kerajaan,
ia tinggal bersama ibunya yang menjadi seorang ratu. Putri itu bernama Putri
Ara. Suatu hari putri tersebut sedang bermain di taman bersama sahabatnya
yaitu Putri Dita yang berasal dari kerajaan tetangga.
• Babak 2
• Babak 3
Putri Dita pun tergesa-gesa membawa Putri Ara ke istana. Di istana ratu sangat
terkejut melihat anak semata wayangnya terluka.
Tabib : “Ini sudah aku bersihkan dan aku olesi ramuan yang telah aku buat. Rasa
sakitnya akan hilang dalam beberapa saat. Tapi maaf ratu, luka ini terlalu
dalam sehingga akan menimbulkan bekas yang tidak akan bisa hilang”
Putri Ara : “Apa?! Tidak.. aku tidak mau ibu! Aku tidak ingin ada bekas apapun
dikepalaku! Bagaimana mungkin, aku adalah seorang putri, orang-orang akan
mengejekku ibu, aku tidak mau!” (Menangis)
Ratu : (Mengelus kepala Putri Ara) “Tidak nak itu tidak akan terjadi, tidak akan ada
yang mengejekmu. Ibu Jamin. Sudah, jangan sedih lagi ya!”
Putri Dita : (Memegang pundak Putri Ara) “Ara jangan menangis! Percayalah padaku
semua ini pasti ada tujuannya dan mungkin inilah yang terbaik untukmu.”
Putri Ara : “Apa? Yang terbaik? Tidak! Justru ini yang terburuk bagiku. Semua ini gara-
gara kamu! Kamu kan yang udah ngajakin aku main kejar-kejaran tadi?
Semua ini pasti rencanamu kan?!”
Putri Dita : (Menggelengkan kepala) “Tidak Ara! Itu tidak seperti apa yang kamu
pikirkan, tolong dengarkan aku dulu!”
Putri Ara : “Sudah cukup! Aku tidak ingin mendengar apa-apa lagi. Mulai sekarang aku
dan kamu bukan sahabat lagi! Cepat Pergi!”
Putri Dita : “Ara dengarkan aa...”
Putri Ara : (Menyelak) “Pergi aku bilang!”
Putri Dita : “Baiklah, jika itu maumu aku akan pergi.”
Putri Ara : “Oiya satu lagi, gelang ini aku kembalikan!” (Melempar gelang ke lantai)
Ratu : “Apa yang kamu lakukan nak?! Bagaimanapun juga dia adalah seorang putri
sama seperti dirimu.”
Dita : (Mengambil gelang) “ Tidak apa-apa ratu, aku harap suatu hari Ara akan
mengerti apa yang aku katakan, permisi.”
Ratu : “Tenangkan dirimu, mengambil keputusan disaat marah itu tidaklah benar.
Ini adalah kecelakaan, tidak ada yang menginginkan semua ini terjadi.”
Putri Ara : “Sudahlah ibu, aku tidak ingin berbicara kepada siapapun.”
Ratu : “Yasudah, sekarang ayo kita ke kamar. Kamu harus istirahat.”
Putri Ara : (Mengangguk)
• Babak 4
Ratu merasa tidak enak kepada Putri Dita atas perlakuan anaknya. Ia pun
memutuskan untuk menemui Putri Dita yang sedang menyiapkan diri untuk pulang ke
kerajaannya.
Ratu : “Dita!”
Putri Dita : “Ratu, ada apa Ratu?”
Ratu : “Maafkan anakku Putri Dita, aku harap perkataannya tidak kamu masukkan
ke dalam hatimu, dia hanya sedang terbakar oleh amarahnya, tolong maafkan
dia. Tetaplh tinggal disini dalam beberapa hari”
Putri Dita : “Aku tidak apa-apa Ratu, aku mengerti apa yang terjadi ini, mungkin cukup
berat baginya. Tapi, maafkan aku Ratu, aku harus pulang ke kerajaanku dan
ini sudah menjadi keputusanku.”
Ratu : “Jika itu maumu, maka baiklah, hati-hati!”
Putri Dita : (Mengangguk) “Tentu.”
• Babak 5
Sudah beberapa hari Putri Ara hanya berdiam diri saja di kamarnya, ia merasa
sangat bosan.
Putri Ara : (Memandangi wajahnya di cermin) “Apakah benar bekas luka ini tidak akan
hilang? Mengapa semua ini terjadi padaku? Aku sangat bosan hanya di
kamar saja, aku ingin berjalan-jalan, aku harus menemui ibu.”
• Babak 6
• Babak 7
Putri Ara pun bergegas pergi berjalan-jalan didampingi oleh para pengawalnya.
Saat di perjalanan, Putri Ara bertemu dengan sekelompok suku kanibal yang memakan
manusia.
Hari itu terjadi pertempuran yang cukup hebat antara para pengawal kerajaan
dengan suku kanibal. Namun sayang, jumlah suku kanibal yang terlalu banyak membuat
para pengawal tidak berdaya dan terpaksa bertekuk lutut. Suku kanibal pun menangkap
Putri Ara dan para pengawalnya.
Putri Ara : “Lepaskan aku! Lepaskan!”
Suku Kanibal 2 : “Makanan! Makanan!”
Putri Ara : “Aku bukan makanan kalian! Lepaskan!”
Ketua Suku Kanibal : (Tepuk tangan) “Kerja bagus teman-temanku!
Pengawal 1 : “Lepaskan tuan putri!”
Suku Kanibal 3 : “Hey diam kalian!”
Ketua Suku Kanibal : (Menoleh ke arah bekas luka di wajah Putri Ara) “Hey apa ini di
wajahnya?”
Suku Kanibal 2 : (Melihat bekas luka di wajah Putri Ara) “Ketua, sepertinya kita
tidak bisa memakannya, kita harus menjaga kualitas makanan
kita, bagaimana mungkin kita akan memakan makanan yang
sudah rusak seperti ini?!”
Suku Kanibal 1 : “Dia benar ketua!”
Suku Kanibal 3 : “Aku setuju dengannya!”
Ketua Suku Kanibal : (Mengangguk) “Baiklah kalau begitu, kita lepaskan saja dia,
lagi pula kita sudah mendapatkan 2 manusia ini sebagai
makanan kita, hahahaha, ayo bawa mereka!”
Suku kanibal itu pun melepaskan Putri Ara dan membawa kedua pengawalnya
sebagaI makanan mereka. Putri Ara pun berlari pulang ke kerajaannya.
• Babak 8
• Babak 9
• Babak 10
Ibu : “Tamat, jadi apa yang kamu dapat dari cerita ini?”
Anak : “Lukailah wajah kita agar kita tidak dimakan oleh suku kanibal!”
Ibu : “Bukan dong, pelajaran yang kita dapat dari kisah ini adalah setiap yang
terjadi pasti ada tujuannya, kita harus selalu bersyukur dengan apa yang kita
miliki saat ini karena mungkin inilah yang terbaik untuk kita. Jadi, kamu
jangan sedih lagi ya, bisa jadi tanda lahir ini akan menjadi penolongmu suatu
saat nanti.
Anak : “Iya bu, aku mengerti sekarang”