Anda di halaman 1dari 9

“YANG TERBAIK”

KELOMPOK 3 XI IPA 1

• Sutradara: Eka Pramudita Rahmandani


• Penulis Naskah:
- Auliandari
- Hafizh Luqman Hakim
• Penata Rias: Zahra Zakhirah Aminuddin
• Penata Busana: Antania Hanjani Fahrita
• Dokumentasi: Selpha Belqeys
• Perlengkapan/properti: Daffa Kautsar Primidianto
• Aktor:
- Zahra Zakhirah Aminuddin sebagai Putri Ara
- Auliandari sebagai Putri Dita
- Ester Apriliani sebagai ratu
- Siti Khanifa sebagai tabib
- Asman Daniel sebagai pengawal 1
- Hafizh Luqman Hakim sebagai pengawal 2
- Ryandra Isma Ardiansyah sebagai ketua suku kanibal
- Eka Pramudita Rahmandani sebagai suku kanibal 1
- Resley Fontaniel sebagai suku kanibal 2
- Daffa Kautsar Primidianto sebagai suku kanibal 3
- Antania Hanjani Fahrita sebagai ibu dan narator
- Selpha Belqeys sebagai anak
Pada suatu hari terdapat seorang ibu dan anak yang sedang makan bersama. Tidak
lama kemudian, anak itu mengeluh tentang tanda lahir ditubuhnya yang membuat ia tidak
percaya diri.

• Babak 1

Anak : (Murung)
Ibu : “Ada apa nak?”
Anak : “Ibu, mengapa ada tanda lahir yang jelek seperti ini ditanganku?”
Ibu : “Heh, mengapa kamu berbiaca seperti itu?
Anak : “Aku tidak suka, ibu. Aku sering diejek oleh teman-temanku karena ini!”
Ibu : “Itu adalah pemberian Tuhan nak, percayalah Tuhan menciptakan sesuatu
pasti memiliki tujuan tersendiri dan mungkin inilah yang terbaik untukmu.”
Anak : “Yang terbaik apanya ibu? Dan untuk tujuan apa?!”
Ibu : “Hmm, agar kamu lebih mengerti biar ibu ceritakan suatu kisah untuk
menjawab pertanyaanmu itu, bagaimana?”
Anak : “Baiklah ibu.”
Ibu : “Pada zaman dahulu terdapat seorang putri yang tinggal di sebuah kerajaan,
ia tinggal bersama ibunya yang menjadi seorang ratu. Putri itu bernama Putri
Ara. Suatu hari putri tersebut sedang bermain di taman bersama sahabatnya
yaitu Putri Dita yang berasal dari kerajaan tetangga.

• Babak 2

(Putri sedang bermain bersama sahabatnya di taman)

Putri Dita : “Ara aku memiliki sesuatu untukmu.”


Putri Ara : “Apa itu?”
Putri Dita : (Memperlihatkan sebuah gelang di tangannya)
Putri Ara : “Wah, bagus sekali!”
Putri Dita : “Ini gelang persahabatan.”
Putri Ara : “Sini biar aku pakaikan untukmu dan kamu pakaikan untukku.”
Putri Dita : (Mengangguk)
(Putri Ara memakaikan gelang untuk Putri Dita dan Putri Dita memakaikan gelang untuk
Putri Ara)

Putri Ara : “Oiya hari ini kita mau main apa?”


Putri Dita : “Kita akan bermain kejar-kejaran, kena! Kamu yang jaga.” (Berlari)
Putri Ara : “Eh, mana bisa seperti itu?!”
Putri Dita : “Bisa, ayo tangkap aku Putri Ara!” (Tertawa)
Putri Ara : “Baiklah jika itu maumu.”

Mereka pun bermain kejar-kejaran sambil tertawa bersama hingga tiba-tiba...

Putri Ara : (Terjatuh) “Aduhhhh!!”


Putri Dita : “Ara!”
Putri Ara : “Dita, kepalaku sakit sekali!!”
Putri Dita : “Hah darah! Ayo kita ke istana sekarang!” (Merangkul)

• Babak 3

Putri Dita pun tergesa-gesa membawa Putri Ara ke istana. Di istana ratu sangat
terkejut melihat anak semata wayangnya terluka.

Putri Dita : “Ratu!”


Putri Ara : “Aduhh, ibu sakit sekali!”
Ratu : “Apa yang terjadi kepadamu nak? Pengawal panggil tabib kerajaan
sekarang!
Pengawal 1 & 2 : “Baik ratu!”
Ratu : “Putri Dita, katakan apa yang terjadi?!”
Putri Dita : “Maafkan aku Ratu (Menunduk). Putri Ara terjatuh saat kami sedang
bermain di taman.”
Ratu : (Menghela napas)
Pengawal 1 : “Ratu, ini tabibnya”
Ratu : “Ayo cepat obati!”
Tabib : “Baik ratu.”
(Tabib membersihkan darah di kepala Putri dan membuatkannya obat)

Tabib : “Ini sudah aku bersihkan dan aku olesi ramuan yang telah aku buat. Rasa
sakitnya akan hilang dalam beberapa saat. Tapi maaf ratu, luka ini terlalu
dalam sehingga akan menimbulkan bekas yang tidak akan bisa hilang”
Putri Ara : “Apa?! Tidak.. aku tidak mau ibu! Aku tidak ingin ada bekas apapun
dikepalaku! Bagaimana mungkin, aku adalah seorang putri, orang-orang akan
mengejekku ibu, aku tidak mau!” (Menangis)
Ratu : (Mengelus kepala Putri Ara) “Tidak nak itu tidak akan terjadi, tidak akan ada
yang mengejekmu. Ibu Jamin. Sudah, jangan sedih lagi ya!”
Putri Dita : (Memegang pundak Putri Ara) “Ara jangan menangis! Percayalah padaku
semua ini pasti ada tujuannya dan mungkin inilah yang terbaik untukmu.”
Putri Ara : “Apa? Yang terbaik? Tidak! Justru ini yang terburuk bagiku. Semua ini gara-
gara kamu! Kamu kan yang udah ngajakin aku main kejar-kejaran tadi?
Semua ini pasti rencanamu kan?!”
Putri Dita : (Menggelengkan kepala) “Tidak Ara! Itu tidak seperti apa yang kamu
pikirkan, tolong dengarkan aku dulu!”
Putri Ara : “Sudah cukup! Aku tidak ingin mendengar apa-apa lagi. Mulai sekarang aku
dan kamu bukan sahabat lagi! Cepat Pergi!”
Putri Dita : “Ara dengarkan aa...”
Putri Ara : (Menyelak) “Pergi aku bilang!”
Putri Dita : “Baiklah, jika itu maumu aku akan pergi.”
Putri Ara : “Oiya satu lagi, gelang ini aku kembalikan!” (Melempar gelang ke lantai)
Ratu : “Apa yang kamu lakukan nak?! Bagaimanapun juga dia adalah seorang putri
sama seperti dirimu.”
Dita : (Mengambil gelang) “ Tidak apa-apa ratu, aku harap suatu hari Ara akan
mengerti apa yang aku katakan, permisi.”
Ratu : “Tenangkan dirimu, mengambil keputusan disaat marah itu tidaklah benar.
Ini adalah kecelakaan, tidak ada yang menginginkan semua ini terjadi.”
Putri Ara : “Sudahlah ibu, aku tidak ingin berbicara kepada siapapun.”
Ratu : “Yasudah, sekarang ayo kita ke kamar. Kamu harus istirahat.”
Putri Ara : (Mengangguk)
• Babak 4

Ratu merasa tidak enak kepada Putri Dita atas perlakuan anaknya. Ia pun
memutuskan untuk menemui Putri Dita yang sedang menyiapkan diri untuk pulang ke
kerajaannya.

Ratu : “Dita!”
Putri Dita : “Ratu, ada apa Ratu?”
Ratu : “Maafkan anakku Putri Dita, aku harap perkataannya tidak kamu masukkan
ke dalam hatimu, dia hanya sedang terbakar oleh amarahnya, tolong maafkan
dia. Tetaplh tinggal disini dalam beberapa hari”
Putri Dita : “Aku tidak apa-apa Ratu, aku mengerti apa yang terjadi ini, mungkin cukup
berat baginya. Tapi, maafkan aku Ratu, aku harus pulang ke kerajaanku dan
ini sudah menjadi keputusanku.”
Ratu : “Jika itu maumu, maka baiklah, hati-hati!”
Putri Dita : (Mengangguk) “Tentu.”

• Babak 5

Sudah beberapa hari Putri Ara hanya berdiam diri saja di kamarnya, ia merasa
sangat bosan.

Putri Ara : (Memandangi wajahnya di cermin) “Apakah benar bekas luka ini tidak akan
hilang? Mengapa semua ini terjadi padaku? Aku sangat bosan hanya di
kamar saja, aku ingin berjalan-jalan, aku harus menemui ibu.”

• Babak 6

Putri Ara : “Ibu!”


Ratu : “Ada apa nak? Mengapa kamu kesini? Seharusnya kamu istirahat di
kamarmu.”
Putri Ara : “Aku sangat bosan ibu, aku ingin pergi berjalan-jalan ke luar kerajaan.”
Ratu : “Tidak nak, kamu belum sembuh, istirahat di kamar saja ya.”
Putri Ara : “Aku mohon, ibu.”
Ratu : “Baiklah, ibu mengijinkanmu. Tapi dengan syarat, kamu harus pergi di
dampingi oleh pengawal.”
Putri : “Baik ibu, aku setuju!”

• Babak 7

Putri Ara pun bergegas pergi berjalan-jalan didampingi oleh para pengawalnya.
Saat di perjalanan, Putri Ara bertemu dengan sekelompok suku kanibal yang memakan
manusia.

Ketua Suku Kanibal : “UUUUUUUU, Manusia! Manusia! Ada Manusia! Berkumpul-


berkumpul! Makanan! Makanan!”
Suku Kanibal 1, 2 & 3 : “UUUUUUUUU, Makanan! Makanan!”
Putri Ara : “Siapa mereka?”
Pengawal 1 : “Aku tidak tau tuan putri, aku tidak pernah melihat mereka
sebelumnya.”
Pengawal 2 : “Hey siapa kalian?”
Suku kanibal 1 : “Kalian telah memasuki wilayah kami, kalian akan menjadi
makanan kami hari ini, hahahaha!!”
Putri Ara : “Hah makanan? Pengawal, ayo kita pergi dari sini!”
Pengawal 1 : “ Tidak bisa tuan putri, jumlah mereka terlalu banyak.”
Ketua Suku Kanibal : “HAHAHAH”
Pengawal 2 : “Mundur tuan putri biar kami hadapi mereka”
Putri Ara : (Mundur beberapa langkah)
Pengawal 1 & 2 : “Hiyak! Serang!!” (Mengeluarkan pedang)
Ketua Suku Kanibal : “UUUUU!!!”
Suku Kanibal 1, 2 & 3 : “UUUUU!!!”

Hari itu terjadi pertempuran yang cukup hebat antara para pengawal kerajaan
dengan suku kanibal. Namun sayang, jumlah suku kanibal yang terlalu banyak membuat
para pengawal tidak berdaya dan terpaksa bertekuk lutut. Suku kanibal pun menangkap
Putri Ara dan para pengawalnya.
Putri Ara : “Lepaskan aku! Lepaskan!”
Suku Kanibal 2 : “Makanan! Makanan!”
Putri Ara : “Aku bukan makanan kalian! Lepaskan!”
Ketua Suku Kanibal : (Tepuk tangan) “Kerja bagus teman-temanku!
Pengawal 1 : “Lepaskan tuan putri!”
Suku Kanibal 3 : “Hey diam kalian!”
Ketua Suku Kanibal : (Menoleh ke arah bekas luka di wajah Putri Ara) “Hey apa ini di
wajahnya?”
Suku Kanibal 2 : (Melihat bekas luka di wajah Putri Ara) “Ketua, sepertinya kita
tidak bisa memakannya, kita harus menjaga kualitas makanan
kita, bagaimana mungkin kita akan memakan makanan yang
sudah rusak seperti ini?!”
Suku Kanibal 1 : “Dia benar ketua!”
Suku Kanibal 3 : “Aku setuju dengannya!”
Ketua Suku Kanibal : (Mengangguk) “Baiklah kalau begitu, kita lepaskan saja dia,
lagi pula kita sudah mendapatkan 2 manusia ini sebagai
makanan kita, hahahaha, ayo bawa mereka!”

Suku kanibal itu pun melepaskan Putri Ara dan membawa kedua pengawalnya
sebagaI makanan mereka. Putri Ara pun berlari pulang ke kerajaannya.

• Babak 8

Putri Ara : “Ibu!”


Ratu : “Ada apa nak? Kenapa kamu sendiri? Dimana para pengawal?”
Putri Ara : (Menangis)
Ratu : (Memeluk Putri Ara) Tenanglah nak, ibu ada disini ceritakan saja ayo, duduk
dulu”
Putri Ara : “Saat aku sedang berjalan-jalan, aku bertemu dengan sekelompok suku
kanibal bu, mereka memakan manusia, dan para pengawal dibawa oleh
mereka bu, bekas luka ini (Memegang bekas luka) Bekas luka ini telah
menyelamatkanku. Aku sangat beryukur bu berkat bekas luka ini aku tidak
jadi dimakan oleh mereka. “
Ratu : (Mengusap air mata Putri Ara) Sudah ya, jangan menangis lagi, yang penting
kamu selamat sekarang.”
Putri Ara : “Dita, ternyata apa yang dikatakan Dita adalah benar bu, kini aku mengerti
sekarang, bahwa semua yang terjadi pasti memiliki tujuan dan mungkin
itulah yang terbaik untukku. Aku harus meminta maaf kepadanya. Dimana
dia sekarang bu?”
Ratu : “Dia sudah kembali ke kerajaannya nak.”
Putri Ara : “Aku harus menemuinya. Ibu kumohon izinkan aku untuknya menemuinya.”
Ratu : “Tapi nak, kau baru saja kembali.”
Putri Ara : “Bu, kumohon aku sangat merasa bersalah kepadanya.”
Ratu : “Baiklah, hati-hati ya nak”
Putri Ara : (Mengangguk)

• Babak 9

Putri Ara pun segera pergi ke kerajaan Putri Dita.

Putri Dita : (Duduk di taman sambil membaca buku)


Putri Ara : “Dita!”
Putri Dita : “Ara?! Apa yang kamu lakukan disini? Bukannya kamu sedang sakit? Kamu
tidak seharusnya ada disini."
Putri Ara : “Tolong maafkan aku, Dit. Atas perkataanku waktu itu. Kini aku mengerti
apa yang coba kamu jelaskan padaku waktu itu.”
Putri Dita : “Sungguh?!”
Putri Ara : “Iya dit, saat itu.....

Putri Ara pun menceritakan kejadian yang di alaminya.

Putri Dita : (Kaget)


Putri Ara : “Seperti itu Dit, aku sangat bersyukur karena berkat luka inilah aku selamat
dari kejadian itu, kini aku paham Dit, bahwa inilah yang terbaik untukku.
Tolong maafkan aku Dit.”
Putri Dita : “Aku sudah memaafkanmu (Memegang tangan Ara) Syukurlah jika kamu
selamat dan sudah mengerti apa yang aku maksud hari itu.”
Putri Ara : (Mengangguk) “Terima kasih banyak, Dit!”
Putri Dita : “Sama-sama. Oiya gelang ini? (Memperlihatkan gelang di tangannya)
Putri Ara : (Mengambil gelang itu) “Gelang persahabatan, aku tidak akan pernah
melepaskannya kembali.”
Putri Dita : (Tersenyum) “Ayo kita minum teh! Kamu pasti sangat lelah kan?”
Putri Ara : “Ayo!”

(Putri Dita dan Putri Ara bergandengan tangan)

• Babak 10

Ibu : “Tamat, jadi apa yang kamu dapat dari cerita ini?”
Anak : “Lukailah wajah kita agar kita tidak dimakan oleh suku kanibal!”
Ibu : “Bukan dong, pelajaran yang kita dapat dari kisah ini adalah setiap yang
terjadi pasti ada tujuannya, kita harus selalu bersyukur dengan apa yang kita
miliki saat ini karena mungkin inilah yang terbaik untuk kita. Jadi, kamu
jangan sedih lagi ya, bisa jadi tanda lahir ini akan menjadi penolongmu suatu
saat nanti.
Anak : “Iya bu, aku mengerti sekarang”

Anda mungkin juga menyukai