Anda di halaman 1dari 7

KEBIJAKAN DAN MANAJEM KESEHATAN

“ANALISIS KEBIJAKAN VAKSINASI”

DISUSUN OLEH :

NAMA : SASKIA KURNIATI

NIM :K012202044

KELAS E

PROGRAM PASCA SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
A. Isu Kebijakan
Sejak vaksin COVID-19 tiba di Indonesia, tidak sedikit masyarakat yang
belum setuju akan anjuran pemerintah untuk menjalani vaksinasi COVID-19.
Padahal, pemberian vaksin ini sangatlah penting, bukan hanya untuk melindungi
masyarakat dari COVID-19, tetapi juga memulihkan kondisi sosial dan ekonomi
negara yang terkena dampak pandemi.
Vaksinasi atau imunisasi bertujuan untuk membuat sistem kekebalan tubuh
seseorang mampu mengenali dan dengan cepat melawan bakteri atau virus
penyebab infeksi. Tujuan yang ingin dicapai dengan pemberian vaksin COVID-19
adalah menurunnya angka kesakitan dan angka kematian akibat virus ini. Meskipun
tidak 100% bisa melindungi seseorang dari infeksi virus Corona, vaksin ini dapat
memperkecil kemungkinan terjadinya gejala yang berat dan komplikasi akibat
COVID-19.
Penerapan PPKM di Sulawesi sudah mulai membuahkan hasil, di mana
selama bulan Agustus ini kasus aktif sudah mulai turun rata-rata sebesar -8,77%.
Dari 6 Provinsi di wilayah Sulawesi, 5 Provinsi sudah turun cukup signifikan,
hanya Provinsi Sulawesi Tengah yang masih naik angkanya. Namun demikian pada
Minggu ke-3 dan 4 Agustus ini sudah mulai melandai dan menurun trennya, dengan
rata-rata kasus aktif 9.032 kasus pada Minggu ke-4, turun dari minggu sebelumnya
sebesar rata-rata 10.054 kasus.
Provinsi Sulawesi Tengah saat ini tengah menerapkan PPKM Level 4 pada
7 dari 13 Kabupaten/ Kota di wilayahnya. Melibatkan seluruh Kepala Daerah dan
Forkompimda, Menko Airlangga mendiskusikan berbagai tantangan di lapangan
dan juga langkah-langkah percepatan penanganan pandemi, serta memastikan
segala upaya yang tengah dijalankan dalam penerapan PPKM Level 4 di Sulawesi
Tengah dapat berjalan optimal. Sulawesi Tengah sudah punya formula untuk
pengendalian Covid-19, jika formula tersebut direplikasi ke semua posko, s level
asesmen akan segera turun. Dengan kunjungan ini menargetkan pada PPKM ke
depan Sulawesi Tengah dapat turun ke Level 3. Upaya yang harus dilakukan
tinggal sedikit lagi, karena angka mobilitas sudah turun dan tingkat kasus aktif
sudah turun ke tingkat 2, hanya saja tingkat BOR di Sulawesi Tengah yang masih
tinggi. Tinggal menambah jumlah konversi tempat tidur dan memanfaatkan IsoTer.
Vaksinasi Covid-19 dan peningkatan kedisiplinan masyarakat dalam
menerapkan Pro-Kes harus dilaksanakan secara bersama. Percepatan vaksinasi
terus didorong agar bisa mencapai target, sebagaimana arahan Presiden Jokowi
bahwa vaksinasi harus terus dipercepat hingga lebih dari 2 juta suntikan per hari.
Dalam Rakor tersebut disampaikan beberapa permasalahan terkait ketersediaan dan
suplai vaksin, sebagaimana disampaikan Wakil Walikota Palu, Bupati Sigi dan
Bupati Donggala.
B. Konteks
Provinsi Sulawesi Tengah berada pada Level Asesmen TK-4, dengan total
kasus kumulatif sampai dengan 25 Agustus 2021 sebanyak 40.617 kasus, total
sembuh 31.527 kasus, tingkat kesembuhan 77,62%, dan tingkat kematian 3,13%.
BOR di Provinsi Sulawesi Tengah tingkat keterisiannya 51%. Kabupaten Poso
memiliki BOR paling tinggi (70%), disusul dengan Kota Palu (62%). Sebanyak 10
Kabupaten/Kota BOR < 50%. Sementara itu, mobilitas masyarakat sudah
menunjukkan penurunan sebesar -6,59%.
Capaian Testing yang tertinggi di Kabupaten Parigi Moutong (65,6%), dan
Kabupaten Donggala (23,0%). Sedangkan yang lain masih di bawah 20,0%.
Kemudian, capaian Tracing yang tertinggi di Kabupaten Banggai Laut (85,71%),
Toli-Toli (30,86%), Kota Palu (20,00%), dan Kabupaten Morowali (2,44%).
Capaian vaksinasi di Sulawesi Tengah sebesar 17,48% dan masih jauh
berada di bawah rata-rata nasional yang sebesar 28,53%. Terkait dengan capaian
vaksinasi dosis pertama, hanya Kota Palu dan Morowali yang capaiannya sudah di
atas nasional. Masih terdapat 7 Kabupaten/Kota yang capaian vaksinasinya masih
di bawah 10%, sehingga perlu segera dilakukan upaya percepatan vaksinasi.
C. Masalah Kebijakan
Kemenkes mencatat vaksinasi terhadap lansia baru dilakukan terhadap
sekitar 1,5 juta orang. Angka itu hanya 7,6 persen dari target vaksinasi yang
seharusnya dilakukan kepada kelompok lansia sebanyak 21 juta orang. Jumlah itu
juga paling rendah dibanding dua kelompok prioritas lain yang menerima vaksin
yakni, tenaga kesehatan dan petugas pelayanan publik. Jumlah tenaga kesehatan
yang telah disuntik vaksin di hari yang sama telah mencapai 1,4 juta atau 97,65
persen dari target yang ditetapkan. Sedangkan, ada 4,7 juta petugas pelayanan
kesehatan yang tercatat sudah divaksinasi. Jumlah tersebut merupakan 27,55 persen
dari total 17,3 juta target vaksinasi kepada kelompok tersebut.
Riset terbaru di Lancet yang memaparkan situasi global tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap vaksin di 67 negara, menemukan berbagai faktor kompleks
penyebab timbulnya keraguan terhadap program imunisasi; di antaranya politik,
sejarah, hubungan dengan petugas kesehatan, dan faktor emosional.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan keraguan terhadap vaksin
(imunisasi) terjadi saat seseorang menunda atau menolak mendapatkan pelayanan
imunisasi yang tersedia. Kondisi ini bersifat kompleks dan spesifik, sangat
bervariasi dari waktu ke waktu, berbeda antar tempat dan juga untuk tiap jenis
vaksinnya. tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan keamanan
vaksin merupakan faktor yang sangat penting. Kepercayaan masyarakat yang
rendah dapat menyebabkan masyarakat enggan dan menolak program imunisasi.
Contohnya di Ukraina, WHO melaporkan [adanya kejadian luar biasa (KLB)
campak] dengan total kasus mencapai 28.182 kasus dengan 13 kematian hingga
Agustus 2018 akibat adanya kecemasan tentang keamanan vaksin,
ketidakpercayaan terhadap pemerintahan, dan sistem kesehatan yang jelek.
Pemerintah telah mempermudah proses vaksinasi kepada lansia. pemerintah
telah banyak membuka sentra vaksinasi untuk kelompok lansia. Mereka bisa datang
untuk mengikuti vaksinasi dengan hanya membawa identitas diri berupa KTP
setelah daftar secara online. Pemerintah juga telah memudahkan proses vaksinasi
untuk usia di atas 60 tahun ini dengan menyediakan sentra vaksinasi di sejumlah
kota di Indonesia.
Cakupan vaksinasi program prioritas di Provinsi Sulawesi Tengah mencapai
65 persen atau 75.305 orang dari total sasaran 115.451 orang hingga Juni 2021.
Angka itu masih tergolong rendah mengingat tersisa hanya dua bulan untuk
mengejar sisa sekitar 40.000 orang. Otoritas terkait akan bekerja keras untuk
mencapai target tersebut.
D. Aktor Kebijakan
Aktor atau pemeran serta dalam proses pembentukan kebijakan dapat dibagi
ke dalam dua kelompok, yaitu para pemeran serta resmi dan para pemeran serta
tidak resmi. Yang termasuk ke dalam pemeran serta resmi adalah agen-agen
pemerintah (birokrat), presiden (eksekutif), legislatif, dan yudikatif. Mereka
dikatakan aktor resmi karena mempunyai kekuasaan yang secara sah diakui oleh
konstitusi dan mengikat. Sedangkan, yang termasuk dalam kelompok pemeran serta
tidak resmi, yaitu pihak yang tidak memiliki wewenang yang sah, meliputi
kelompok-kelompok kepentingan, partai politik dan warga negara individu.
1. Badan Administrasi (Pemerintah); aktor dari pemerintah pada saat penyusunan
kebijakan Kementerian Kesehatan, adapun instruksi tentang pengadaan
vaksinasi tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
HK.01.02./MENKES/12758/2021 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk
Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19.
2. Presiden (Eksekutif); Peran penting presiden dan para menterinya dalam proses
pembentukan kebijakan, tidak perlu disangsikan lagi. Sistem konstitusi
Indonesia memberikan wewenang yang besar kepada eksekutif untuk
menjalankan pemerintahan, pelaksanaan vaksinasi telah diatur dalam Perpres
No. 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi
Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19.
3. Lembaga Yudikatif; Lembaga ini mempunyai peran dalam kebijakan publik
melalui pengujian kembali suatu undang-undang. Pada dasarnya, tinjauan
yudisial merupakan kekuasaan pengadilan untuk menentukan apakah tindakan-
tindakan yang diambil oleh cabang-cabang eksekutif maupun legislatif sesuai
dengan konstitusi atau tidak.
4. Masyarakat (community); Masyarakat sebagai target group dari kebijakan ini
khususnya lansia itu senditi, tentu adalah aktor yang memiliki pengaruh besar
terhadap kebijakan ini, selain itu kebijakan vaksinasi ini tentu perlu melibatkan
masyarakat melalui pendekatan peran serta masyarakat (PSM) bagaimana
tokoh masyarakat, organisasi masyarakat (Ormas) dan organsisasi masyarakat
lain bahkan tingkat Rt/Rw ikut andil membantu kebijakan PSBB, sehingga
tercapainya kesepahaman bersama dalam memaknai kebijakan ini.
E. Usulan Solusi
Berikut rekomendasi yang dapat diberikan dan dapat dipertimbangkan guna
memastikan keberhasilan pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Beberapa langkah
perlu segera dilakukan, seperti menyediakan informasi tentang keamanan dan
keefektifan vaksin COVID-19 untuk publik lewat berbagai media. Perincian
rekomendasinya adalah sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan penerimaan vaksin
a. Para pemangku kepentingan, para profesional kesehatan dengan tokoh
agama lokal harus membangun dialog untuk memberikan informasi yang
benar tentang vaksinasi melalui pengaruh pemimpin di tingkat lokal.
b. Susun strategi komunikasi yang mempertimbangkan keragaman kebutuhan
informasi masyarakat sebelum, saat, dan sesudah pengenalan vaksin,
terutama yang berkaitan dengan keamanan, efektifitas, dan kemerataan
distribusi vaksin.
c. Lanjutkan penyampaian pesan dan implementasi kebijakan pendukung
secara optimal terkait langkah-langkah pencegahan COVID-19, seperti
menggunakan masker, mencuci tangan, dan melakukan pembatasan sosial
dan menyosialisasikan ke masyarakat sebagai bagian dari norma sosial.
d. Terapkan upaya persiapan vaksin COVID-19 secara maksimal, termasuk
menyesuaikan langkah-langkah Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan
Masyarakat (KRPM).
e. Sertakan staf medis sebagai pihak utama yang terlibat dalam perencanaan
komunikasi dan tingkatkan kapasitasnya.
f. Lakukan riset yang mendalam untuk memahami kekhawatiran dan persepsi
terhadap vaksin COVID-19 dan bagaimana berita bohong, disinformasi,
atau pemberitaan tidak akurat dapat tersebar luas dan cepat yang berlebihan
(infodemic) sehingga berpotensi memengaruhi tingkat kekhawatiran
tersebut.
g. Temukan cara menjangkau masyarakat yang akses informasinya paling
terbatas, seperti pada masyarakat yang tergolong miskin dan rentan.
Jadikan rasa percaya sebagai elemen utama dalam setiap kebijakan publik
terkait pengembangan dan pengenalan vaksin COVID-19—makin
transparan, makin baik. Misalnya, siarkan langsung rapat pleno keamanan
vaksin nasional yang menjelaskan pendekatan penelitian dan
pengembangan umum dan keamanan vaksin yang digunakan pemerintah
dan para ahli.
2. Untuk meningkatkan kemampuan bayar dan akses
Penelitian dan diskusi lanjutan mengenai biaya dan persoalan terkait
pembayaran diperlukan untuk memperoleh rekomendasi yang sesuai.
Pemerintah Indonesia dapat menyediakan vaksin secara gratis untuk
meningkatkan penerimaan, khususnya untuk masyarakat yang tergolong miskin
dan rentan. Bila vaksin tidak disediakan secara gratis, hendaknya disediakan
dengan harga yang dapat dijangkau oleh semua orang. Aspekaspek berikut
dapat dipertimbangkan saat merampungkan pilihan pembayaran:
a. Bagaimana agar masyarakat yang tergolong miskin dan rentan tanpa
asuransi kesehatan tetap dapat mengakses vaksin COVID-19 tanpa harus
dihadapkan pada masalah finansial?
b. Bagaimana cara memastikan akses ke vaksin bagi populasi berusia di atas
65 tahun dengan komorbiditas yang bersedia menerima vaksin?
c. Apa saja biaya yang harus ditanggung pemerintah dan apa konsekuensi
vaksinasi COVID-19 terhadap program kesehatan lainnya (termasuk
program imunisasi, kesehatan ibu, bayi, dan balita) selama penerapan
vaksinasi COVID-19?
3. Rekomendasi tambahan
Pertimbangkan tingkat penerimaan vaksin, kemauan untuk membayar,
dan akses ke layanan saat menyusun proyeksi kebutuhan vaksin dan memantau
kebutuhan vaksin secara berkelanjutan sesuai dengan penyebaran pandemik
COVID-19 di Indonesia.

REFERENSI
KEMENKES. (2021). Mekanisme Dan Proses Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19.
KEMENKES. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Anda mungkin juga menyukai