Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PENEMUAN DAN PENANGANAN PENYAKIT DBD

A. Pendahuluan
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat
dan penyebarannya bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan
peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan
transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di
berbagai wilayah Indonesia.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular berbahaya yang
penularannya melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Nyamuk aedes aegypty
banyak berkembang biak ditempat-tempat yang tergenang air sehingga penyakit
DBD banyak terdapat di musim penghujan dan derah-daerah perkotaan dan
pemukiman kumuh. Biasanya penyakit ini menyerang pada pagi hari dan sore hari.
Prevalensi penyakit DBD lebih banyak terjadi pada anak usia sekolah, dan penyakit
ini termasuk penyakit menular melalui gigitan nyamuk dari penderita kepada orang
yang sakit.
Target pengendalian DBD tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (RENSTRA) Kementrian
Kesehatan 2010-2014 dan KEPMENKES Nomor 1457 tahun 2003 tentang standar
pelayanan minimal yang mengutamakan pentingnya upaya pengendalian penyakit
DBD di Indonesia hingga tingkat Kabupaten/Kota sampai ke desa. Melalui
pelaksanaan program pengendalian penyakit DBD diharapkan dapat berkontribusi
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular.

B. Latar Belakang
Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirus group A
dan B yang bermasalah di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD),
chikungunya dan Japannese Encepalitis (JE), ketiga penyakit tersebut sama-sama
ditularkan gigitan vector nyamuk, tetapi mempunyai beberapa perbedaan antara lain
jenis/spesies nyamuk penularnya, penyebaran, gejala penyakit, tatalaksana
pengobatan maupun upaya pencegahan.
Kasus DBD di Kecamatan Sail merupakan kasus yang endemis karena setiap
tahun terjadi kasus DBD. Pada tahun 2017 terdapat 11 kasus DBD, dan pada tahun
2018 dari bulan Januari sampai dengan bulan agustus terdapat 4 kasus.
Penemuan dan penanganan kasus DBD di Kecamatan Sail sejalan dengan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) tingkat puskesmas yang dilakukan untuk
menurunkan prevalensi kasus DBD.
Puskesmas Sail memiliki Visi, yaitu “ Masyarakat Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan di Kecamatan Sail “ dengan Misi : 1. Memantapkan manajemen
kesehatan yang dinamis dan akuntabel; 2. Meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat dan swasta; 3. Melindungi kesehatan
masyarakat dengan tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata dan
berkeadilan; 4. Meningkatkan ketresediaan dan pemerataan sumber daya
kesehatan, dengan Motto :” Melayani dengan senyum dan terampil “.
Penyelidikan Epidemologi kasus DBD adalah salah satu kegiatan yang
dilakukan dalam penanggulangan DBD yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
penularan kasus DBD dan menetukan jenis tindakan penanggulangan kasus DBD.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menurunkan prevalensi penyakit DBD di Wilayah kerja Puskesmas Sail.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan surveilans kasus dan pengendalian vector.
b. Mencegah terjadinya penularan kasus DBD
c. Menentukan jenis tindakan penanggulangan focus yang akan dilakukan
d. Menurunkan jumlah kasus DBD

D. Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan


No Kegiatan Pokok Rincian kegiatan
1 PE DBD a. Melakukan pemeriksaan jentik di lokasi
kejadian
b. Mencari penderita / tersangka lain disekitar
rumah penderita
c. Pemberian bubuk abate
2 Penanggulangan DBD Melakukan penyuluhan setiap melakukan
Penyelidikan Epidemologi di rumah penderita dan
disekitar rumah penderita / tersangka DBD
3 Jumantik a. Melakukan pemeriksaan / pemantauan jentik
disekitar rumah penderita
b. Melakukan pemeriksaan jentik berkala / rutin
dalam kurun waktu tertentu
E. Cara Melaksanakan Kegiatan
1. Penyelidikan Epidemologi (PE) DBD
Pelaksanaan kegiatan Penyelidikan Epidemologi / PE dilakukan melalui
kunjungan rumah sejauh 100 meter dari rumah penderita. Dimana pada saat
melakukan kunjungan rumah diberikan bubuk abate di rumah penderita dan
disekitar rumah penderita.
2. Penanggulangan DBD
Pelaksanaan penanggulangan DBD dilakukan melalui penyuluhan kepada
keluarga / masyarakat yang dilakukan setiap Penyelidikan Epidemologi dirumah
penderita dan disekitar rumah penderita yang sudah terdiagnosa DBD maupun
tersangka DBD.
3. Jumantik
Pelaksanaan jumantik dilakukan melalui pemeriksaan / pemantauan jentik
disekitar rumah penderita, pemeriksaan jumantik dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Sail setiap ada kasus dan secara berkala.

F. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan surveilans campak seperti dalam tabel dibawah ini :
No Kegiatan Sasaran
1 Penyelidikan Epidemologi (PE) DBD Masyarakat
2 Penanggulangan DBD Masyarakat
3 Jumantik Masyarakat

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


No Kegiatan Jan Feb Mar A Me Juni Jul Ag Se Ok No D
p i i st pt t v e
r s
1 Penyelidikan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Epidemologi (PE) DBD
2 Penanggulangan DBD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Jumantik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

H. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI


Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan sirveilans DBD adalah sebagai
berikut :
a) Pencatatan hasil kegiatan surveilans DBD
Setiap suspect infeksi dengue, DD, DBD, SSD dan EDS dicatat dibuku catatan harian
atau buku register DBD (seperti form DD-DBD), hasil kegiatan PE dicatat dalam formulir
PE.
b) Pelaporan kegiatan surveilans DBD
1. Setiap puskesmas melaporkan kasus suspect infeksi dengue ke Dinas Kesehatan
Kota Pekanbaru.Puskesmas juga wajib melaporkan kasus infeksi dengue
(DD,DBD,SSD,EDS) yang dapat di diagnosis di puskesmas dalam waktu 24 jam.
2. Puskesmas dapat merujuk kasus infeksi dengue yang tidak dapat ditangani di
puskesmas.
3. Laporan di bawah ini juga digunakan di puskesmas
a. Format K-DBD sebagai laporan bulanan
b. Format W2 sebagai rekap mingguan
c. Format W1 bila terjadi KLB
d. Laporan Sistem Terpadu Penyakit ( STP )
c) Evaluasi hasil kegiatan surveilans DBD
1. Laporan bulanan kasus campak
Rekap jumlah kasus DBD per bulan yang ditemukan diwilayah kerja Puskesmas Sail
sehingga terlihat apakah terjadi peningkatan kasus DBD maupun KLB DBD guna
pengambilan keputusan dan intervensi yang akan dilakukan pada pertemuan amprok
dengan program terkait serta melaksanakan evaluasi pada pertemuan dengan Kepala
Puskesmas Sail.
2. Lokakarya Bulanan
Lokakarya bulanan dilaksanakan rutin di Puskesmas Sail untuk membahas hasil
pencapaian setiap program termasuk program surveilans, menganalisa masalah yang
ditemukan dan mendiskusikan rencana tindak lanjut di bulan berikutnya.
3. Pemetaan
Pemetaan kasus DBD dilakukan untuk memonitor dan menganalisa agar diketahui
wilayah mana yang memiliki jumlah kasus terbesar serta melihat potensi resiko penyakit
DBD di wilayah kerja.
4. Pembuatan grafik
Kegiatan surveilans DBD disajikan dalam bentuk grafik yang menggambarkan jumlah
kasus DBD per bulan di setiap kelurahan yang termasuk wilayah Puskesmas Sail.

Anda mungkin juga menyukai