#j{te,[G*tn
W
t
I
{
I
I
I
Politik Ua.g di Indonesia:
Patronase dan Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014
Hak cipta O Penerbit PolGov, 2015
All ights reseroed
Editor: Edward Aspinall & Mada Sukmajati
Penyelaras Bahasa: Dewi Kharisma Michellia, Umi Nurun Ni'mah,
dan Utan Parlindungan
Perancang sampul: Eka Apriliawan
Tata Letak [si: M. Baihaqi Lathif
lbrahim
Mobilisasi Kemenangan:
Tim Sukses tak Terstruktur dan Terstruktur
Di Bangka Belitung, sebagaimana jugaterjadi di daerah
lain di Indonesia, sebagian besar kandidat membentuk tim
sukses sendiri untuk menjalankan kampanye mereka dan
menghubungkan mereka dengan para pemilih. Meskipun
fenomena ini bersifat tipikal, mekanisme pengelolaan tim-
tim tersebut bervariasi. secara umum, variasi-variasi ini bisa
diklasifikasi dalam dua pola dasar. pola pertama, beberapa
kandidat menggunakan metode sederhana dan secara
umum tidak tersruktur. Pola ini melibatkan hanya sedikit
orang yang diambil dari jaringan pribadi dan keluarga.
Hampir semua kandidat memiliki orang-orang setia untuk
menemani mereka dalam setiap pertemuan kampanye
tanpa bayaran. Beberapa anggota tim mendukung kandidat
mereka hanya karena hubungan pertemanary dan ada juga
yang melakukannya semata-mata karena hubungan dalam
organisasi. Kandidat tipe demikian biasanya orang-orang
baru yang belum berpengalaman. Meskipun tidak memiliki
uang atau organisasi yang cukup untuk membangun tim
yang besar, mereka biasanya cukup percaya diri dalam
setiap kampanye dan mengandalkan kemampuan untuk
berkenalan dengan sebanyak mungkin pemilih. Beberapa
kandidat dengan sumber daya terbatas mencoba untuk
menyusun strategi yang mereka pikirkan akan efektif. Salah
satunya adalah seorang kandidat dari partai Hanura untuk
DPRD Belitung Timur yang menghabiskan banyak uang
unfuk merekrut 'sales promotion girl, atau SpG (secara luas di
Indonesia merujuk untuk perempuan muda yang akaktif dan
berpenampilan rapi yang bertugas untuk mempromosikan
rokok) untuk menemaninya berkunjung dari satu rumah ke
rumah yang lain (Wawancara, B April 201,4).
lbrahim
memben*O,tt*
kandidat pada pola ked'ua ini umumnya
Mereka membentuk struktur
sukses yang lebih terstruktur'
anggota tim akan ada
hierarkis untuk memastikan bahwa
kabupaten/kota'
di daerah-daerah penting d'alam pemilihan
Salah satu kandidat menYatakan:
" Saya memiliki di tingkat Dapil sebanyak 20 ornng
tim sukses
saya mulai mencalonkan
yang sudah saya rekrut seiak awal
tingkat ranting yang
diri. Lalu saya membentuk tim sukses
Tim ini bertugas untuk
beriumlah empat orang tiap desa'
isu-isu negatif tentang
melakukan sosialisasi dan meng-counter
karenq kita p aham bahwa untuk
saya. Soal biaya, kita kasihlqh
b i ay a p emen an g an'
" (W awancara/
men an 8 t ki t a memb utuhknn
8 APril 2014)'
pemilihan D1lit:
Kandidat yang bertarung di daerah
Timur dari PBB ini
Kampit untuk kursl DPRD Belitung
sampai hari pemilihan'
mengklaim bahwa timnya'solid'
tanpa ada yang lari ke kandidat
lain'
membentuk
umum, dibutuhkanbiaya besar untuk
Secara
baik' Seorang ketua
sebuah tim yang terstruktur dengan
dari Partai Gerindra
tim sukses untuk kandidat nasional
tim sukses yang
menjelaskan bahwa mereka membangun
pertama disebut
terdiri atas tiga jenjang' Tim pada i"njutg
konsep dan strategi'
Tim Alpa yang terdiri atas perencana
sebagaimana kandidat
Sebagian besar mereka dari |akarta
terdapat Tim
*"r""k, juga dari jakarta' Pada jenjang kedua'
lokal yang bertugas
Bravo yang terdiri atas orang-orang
itu, pada jenjang
untuk membangun jaringan. sementara
tugasnya memantau'
ketiga, terdapat Tim Gammayarrg
dua tim lainnya'
yakni memantau a1ayafisamtufl.oleh
Total biaya yung aiftutiskan tim
ini lebih kurang Rp 50 iuta
terakhir menielang
per bulao terutama pada bulan-bulan
pemilihan.
ltuohim
Kesimpulan
Bangka Belitungbukan hanya provinsi yang secara sosial
heterogen, melainkan juga provinsi yang tidak memiliki
sejarah perpecahan politik. Dalam konteks ini, para kandidat
merasa harus menawarkan lebih dari sekadar afiliasi politik
atau program kepada para pemilih. Sebagaimana telah kita
lbrahim
Referensi
Aspinalf Edward. "Democratization and Ethnic Politics in
Indonesia: Nine Theses." Jlurnal of East Asian Studies,
no. 11 ( 2011): 289-319.
Heidhues, Mary F. Somers. "Company Island: A Note On
The History of Belitung." lndonesia 51 (April 1991):1.-20.
Ibrahim. Bisnis, KekuasaarL dan Identitas (Studi terhadap
Politik Identitas Etnis Tionghoa di Bangka Belitung
Pasca Orde Baru. Yogyakarta: Disertasi Doktor Ilmu
Politik UGM,201.4.
Ibrahim, Anshori, Rendy, Dwi Haryadi, Ranto, Luna
Febriani, Andri Kurniawary dan Firlya Rosa. "Pakaian
Adat, Rumah Adat, dan Upacara Adat Melayu di
Provinsi Kepulauan Bangka Belltang." Hasil Penelitiar;
Disbudpar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2013.
Reid, Anthony. "Chinese on The Mining Frontier in
Southeast Asia." Dalam Chinese Circulations, Capital,
Commodities, and Networks in Southeast Asia, diedit oleh
Eric Tagliacozzo dan Wen-Chin Chang, 21-36. Durham
dan London: Duke University Press, 2011.
Sakai, Minako. "Resisting the mainland: The formation of
the province of the Bangka-Belitung (Babel)." Dalam
Autonomy and Disintegration in lndonesia, diedit oleh
Damien Kingsbury dan Harry Aveling, 189-200. Londoru
New York, Kanada: Routledge Curzon,2003.
Santoso, Purwo. Merajut Kohesi Nasional: Etno Nasiona-
lisme dan Otonomi Daerah dalam Proses Demokratisasi
dalam Politik Transisi Pasca Soeharto. Seri Kajian Sosial
Politik Kontemporer. Diedit oleh Ucu Martanto, Ahmad
Musyaddad, dan Eric Hiariej. Yogyakarta: Fisipol UG\A
2004.
Ucapan Terima Kasih
vil
,]
1.6. Madiun, jawa Timur: Peran Broker
dalam Strategi Teritorial Jaringan Sosial,
tx
wngKo 6elltung: ralronase oan rolluK ruenutas oatam NtosyarqKot tvtolemuK
127
t tu r t t lvtu >yu r u Au L tvtuJct I I u x
129
Bangko Belitung: Patronase dan Politik ldentitas dalam Masyorakat Maiemuk
131
Bangka Belitung: Patronase dan Politlk ldentitas dalam Masyarakat Molemuk
r33
H'ih luas terjadi pada kandidat di tingkat kabupaten/kota
daripada di tingkat provinsi atau tingkat nasional. Sebagai
urtotu salah seorang kandidat dari PPP di Pangkal Pinang
rbagaimana disebutkan di atas menjelaskan bahwa untuk
mrdulang suara, ia perlu mengeluarkan uang segar dengan
hesaran lebih kurang Rp 50 ribu per suara' Saya hadir saat
ia menegosiasikan hal ini dengan salah satu kandidat un-
urk tingkat provinsi dari partai yang sama mengenai pem-
brg* alokasi uang dan jumlah yang akan mereka bagikan'
Kandidat berbeda tingkat pemilihan tersebut saling meng-
gabungkan uang untuk membeli suara setiap daerah yang
disasar dengan haraPan suara akan masuk ke kandidat yang
berkolabor asi (shadowing, 21. Maret 201,4).
135
Kandidat yang kekurangan sumber daya finansial untuk
membangun tim di luar jaringan personal mereka juga cen-
derung menunjukkan karakteristik lain. Dukungan politik
mereka cenderung terkonsentrasi hanya di satu daerah
atau komunitas sosial yang biasanya mereka sebut sebagai
'basis' pendukung. Salah seorang kandidat PAN untuk
DPRD Bangka menjelaskan bahwa tim suksesnya sangat
solid hanya di lingkungan (satuan pemerintahan di bawah
kelurahan)-nya tinggal. Sementara itu, salah satu kandidat
Partai Golkar untuk DPRD provinsi dari Dapil Pangkal
Pinang mengakui bahwa dia hanya kuat di kecamatannya
sendiri dan kesulitan untuk membangun jaringan dengan
daerah di luarnya (Wawancara,31 Maret 201,4). Sedangkan
salah satu kandidat yang diusung oleh PBB di Bangka Barat
mengakui bahwa basisnya adalah kelompok etnis Jering
(subetnis Melayu) di daerahnya. Diakuinya pula bahwa
ia menjalankan politik kekerabatan dan jaringan per-
temanan dalam kelompoknya sendiri untuk mendukung
kampanyenya dan jarangberkampanye di luar itu.
Salah satu masalah untuk kandidat demikian adalah
bahwa hampir selalu ada kandidat pesaing yang berkom-
petisi di basis yang sama. Selain itu, fakta menunjukkan
bahwa strategi yang mengandalkan jaringan pertemanan
demikian jarang menghantarkan mereka pada kemenangan.
Terjadinya kekurangan dana juga berarti bahwa mereka
cenderung tidak mampu membayar saksi dalam proses
penghitungan suara untuk memastikan suara mereka tidak
hilang. Lebih lanjut, mereka tidak mampu keluar dari basis
mereka. Maka, tidak mengherankan jika kandidat demikian
iarang menang.
Polakedua, kandidat didukung dengan dana yang kuat
dan pengalaman luas. Kandidat seperti ini biasanya adalah
kandidat petahana. Berbeda dari kandidat pada pola pertama,
137
Memang, para kandidat memiliki perbedaan dalam
mengelola tim pendukungya. Ada yang mengelolanya
dengan baik (dan dananya lebih besar) dan yang kurang
mampu membangun tim sukses yang kuat. Namury hampir
semua kandidat menunjukkan satu hal yang sama: mereka
berfokus pada kampanye untuk diri sendiri ketimbang
untuk partai politiknya. Faktanya, sebagai konsekuensi
atas sistem daftar terbuka, sebagian besar kandidat melihat
bahwa kompetisi terberat justru datang dari saingan sesama
partai. Kompetisi antarpartai terbilang kurang signifikan
karena mereka percaya bahwa setiap partai sudah memiliki
konstituen sendiri dan mereka sudah dapat memprediksi
berapa kursi yang akan didapatkan oleh partai mereka.
Tak mengherankary situasi ini dapat membawa kandidat
dari partai berbeda-dengan tingkat berbeda dan kadang-
kadang bahkan dengan konstituen yang sama-untuk
saling mendukung dalam kampanye mereka. Di Dapil
Mentok-Simpang Teritip untuk DPRD Kabupaten Bangka,
tiga kandidat yang mewakili PBB, PDIP, dan PKB sering
berkumpul bersama untukbertukar pengalaman dan saling
mendukung dalammelawan saingan di ranah internal partai
mereka masing-masing (Waw ancat a, 27 Mar et 201 4).
139
Bangka Belitung: Patronase dan Politik ldentitas dolam Mosyarakot Majemuk
"Tiap pemilu kami selslu mendukung orang lain dan jadi, tapi
tidak ada kontribusi berarti bagi kami. Sekarang ada putra
sini, kelnhiran sini, dan bagian dqri etnis kami yang kami
pandang cakap, akan kami dukung. Kami tidak memerlukqn
uang. I(ami memerlukan ia terpilih dan pada akhirnyaberbuqt
banyak untukkami. Kami rutin menggalang dukungan. Kami
yakin masyarakat Kampung lauta qkqn solid. Mata pilihrula
lebih dari 2.000. Kami akan mengantarkqn dia sebagai anggota
dewan. Selsms ini ksmi sudah rutin mengadakan sosialiasi
ke warga-wargs melqlui pengurus RT. Alhamdulillah, semua
mendukung."
141
Bongko Belitung: Potronose don Politik ldentitas dalom Mosyorakat Majemuk
143
Bangko Belitung: Patronase dan Politik ldentitas dolam Masyarakat Majemuk
145