Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

WISATA KE WAKATOBI

DISUSUN OLEH :
1. MARIANA
2. SONYA
KELAS X IPS

SMA PGRI NANGA PINOH


2019
A. LATAR BELAKANG
Begitu banyaknya ahli ataupun pakar yang coba untuk mendefinisikan arti dari
kata budaya. Jika kita menggunakan pendekatan bahasa, maka akan muncul beberapa
kata dalam kepala kita. Mulai dari cultuur (Belanda), Culture (Inggris), ataupun
perkataan latin yang pada umumnya disebut colere. Meskipun demekian, di Indonesia
sendiri para sarjana-sarjana social kita mayoritas bersepakat untuk mengatakan bahwa
kata budaya ini berasal dari bahasa sansekerta “buddayah” yang merupakan
perkembangan kata dari budi-daya. Namun jika didefinisikan menurut istilah, maka
akan mengandung pengertian yang kurang lebih mirip tetapi hanya sedikit berbeda
dalam penggunaan kata. Arti dan definisi dari kata cultuur, culture, colere dan
buddayah ini tetap akan mengarah pada sebuah aktifitas manusia yang telah ada sejak
dahulu kala dan diwariskan hingga saat ini. Hal ini hanya dilakukan oleh manusia dan
tidak dilakukan oleh dua makhluk hidup lainnya (hewan dan tumbuhan). Ini
disebabkan karena hanya manusialah satu-satunya makhluk hidup yang dilengkapi
dengan akal pemikiran sempurna melebihi dari makhluk lain. Karena manusia selalu
menginginkan kebahagiaan dan keindahan maka inilah yang membuat mereka untuk
selalu menciptakan karsa maupun rasa pada setiap kebiasaannya. Maka pada
umumnya, setiap kebiasaan yang dilakukan sejak dahulu kebanyakan masih bias kita
amati disekeliling kita saat ini yang eksistensinya masih tertaga dan dijadikan sebagai
warisan nenek moyang.
Warisan nenek moyang ini pada biasanya dijadikan sebagai karakter masing-
masing masyarakat di Indonesia. Tentu dapat kita bayangkan, di Negara yang
memiliki masyarakat plural dan multicultural seperti pada Negara kita ini pastilah
memiliki jutaan budaya warisan yang ada pada tiap daerah masing-masing. lebih
uniknya lagi, ternyata masing-masing masyarakat kita ternyata memiliki budaya yang
berbeda-beda untuk dijadikan karakter daerah mereka masing-masing sekalipun letak
geografis antar satu daerah dengan daerah yang lain tidak begitu jauh. Contohnya
dapat kita lihat pada masyarakat Kalimantan.
Kalimantan adalah sebuah daerah yang terletak dijazirah Provinsi Kalimantan
Barat. Dahulu kala, Kalimantan adalah sebuah nama kesultanan yang jika kita
bandingkan dengan konteks kekinian maka kurang lebih akan dikatan sebagai
miniature Indonesia. Hal ini disebabkan karena Kalimantan didiami oleh lebih dari
satu suku besar yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Jadi sangat wajar
kita orang akan menganggap bahwa Kalimantan adalah miniature Indonesia.
Banyaknya ragam budaya yang dimiliki oleh masyarakat Kalimantan, tentunya akan
menjadi karakter dari tiap masyarakat sebagaimana dijelaskan diatas. Maka perlu
pemahaman budaya yang baik untuk ditanamkan kepada masyarakat agar
eksistensinya tidak terkikis sampai dengan saat ini apalagi telah menyebarnya dampak
globalisasi dan MEA seperti saat ini.
Globalisasi adalah sebuah proses mendunia yang menyebabkan setiap orang
dapat mengakses apapun melalui berbagai macam media. Setiap orang akan bebas
melihat apapun melalui banyak via baik itu hal yang positif maupun negative. Jika
tidak kita filter dengan baik, maka berbagai kearifal local kita akan terkikis secara
perlahan-lahan dan digantikan dengan budaya-budaya baru yang kita akan adopsi
memalui berbagai macam media yang mempertontonkan kita. Tentu hal ini sangat
mengkhawatirkan kita srta mengancam eksistensi budaya warisan leluhur yang sejak
dahulu telah manjadi karakter dan kebanggaan kita untuk mengakui daerah sendiri.
Akibatnya adalah kita akan lebih percaya diri mempraktekan budaya orang lain
ketimbang dengan budaya kita sendiri. Ironis memang, tapi itulah kenyataannya. Hal
yang sangat menakutkan juga adalah mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) yang membuat setiap orang pada beberapa Negara diluar Indonesia akan bebas
masuk dan bergiat di Negara kita. Tentu dampaknya tidak hanya akan kita rasa dari
sisi ekonomi saja tetapi dampaknya pastilah akan mempengaruhi pula budaya kita.
Berdasarkan beberapa hal diatas, tentu perlu sebuah usaha untuk terus
memberikan pencerahan kepada masyarakat kita khususnya dalam bidang budaya
yang memang merupakan karakter dan jati diri daerah kita. Kita tidak boleh hanya
sebatas duduk berdiskusi terkait kondisi masyarakat tanpa melakukan sesuatu yang
sifatnya dapat membuat mereka tetap percaya diri untuk mempertahankan eksistensi
budaya dan kearifan local daerah sendiri baik itu berupa sosialisasi ataupun seminar
dan diskusi-diskusi budaya yang berbentuk serasehan para tokoh-tokoh adat
khususnya daerah kita tercinta Kabupaten Kalimantan Barat.
Kalimantan Barat adalah sebuah daerah otonomi baru yang saat ini selalu
disbanding-bandingkan dengan saudara kandungnya yaitu Kalimantan Tengah baik itu
dari segi pemerintahan, ekonomi maupun hal-hal lain yang dapat dijadikan tolak ukur.
Kalimantan Tengah yang saat ini tampil dengan ikonnya sebagai Negeri Seribu
Benteng tentun membuat daerah kita menjadi kalah satau poin dalam pacuan tersebut.
Maka perlu suatu kajian khusus yang dapat berimplementasi sebagai sebuah karya
besar yang membuat daerah kitapun memiliki sebuah ikon kebanggaan agar kita tidak
kalah saing dengan saudara kandung tersebut. Banyak hal yang sebenarnya dapat kita
gali dengan kemampuan sumber daya manusia yang begitu pula memadai diinternal
kita generasi Kalimantan Selata jika dimanfaatkan dengan baik mulai dari sisi
pariwisata maupun budaya yang memang merupakan karakter daerah kita. Memang
hal yang sangat substansial adalah ketakutan kita akan masuknya beberapa pengaruh
luar yang saat ini dampaknya telah kita rasanyakan. maka sekali lagi, perlu sebuah
usaha dan perlakuan yang wajib kita laksanakan untuk menangkal hal-hal tersebut
sebagaimana dijelaskan pula sebelumnya.
Maka atas dasar dan keprihatinan itulah, kami generasi muda yang tergabung
dalam Gerakan Mahasiswa Pemerhati Budaya dan Sosial berinisiatif untuk melakukan
serasehan budaya di Kabupaten Kalimantan Barat sebagai bentuk usaha untuk
melawan rasa takut tersebut.

B. DASAR PEMIKIRAN
1. Pancasila
2. Undang-Undang Dasar RI
3. Undang-Undang No. 11 Tahun 2010
4. Program Kerja Gawai Dayak Kalimantan Barat
5. Sebagai landasan awal kegiatan positif lainnya

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendengarkan
harapan dan keluh kesah masyarakat Kalimantan Barat yang diwakili oleh masing-
masing tokoh adat tiap Desa agar dijadikan sebagai landasan untuk tetap
mempertahankan eksistensi budaya di daerah. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan
akan menghasilkan sebuah output yang baik guna menentukan ikon budaya untu
Kabupaten Kalimantan Barat agar tidak tertinggal dengan Daerah Otonomi Baru
lainnya.

D. NAMA TEMA DAN BENTUK


1. Nama
Kegiatan ini bernama gawai Dayak Se-Kalimantan Barat

2. Tema
Tema dalam kegiatan ini adalah Memperkuat Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Indonesia

3. Bentuk
Kegiatan ini berbentuk dialog dan Tanya jawab antara masyarakat dan
narasumber guna mendengarkan berbagaimacam keluh kesah masyarakat melalui
tokoh adat demi tetap terjaganya eksistensi budaya pada masing-masing
kecamatan di Kalimantan Barat. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada tiap
kecamatan di seluruh daerah Kalimantan Barat.

E. WAKTU DAN TEMPAK PELAKSANAAN


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini Inshaa Allah pada :
Hari, Tanggal : Sabtu, Akhir Januari sampai Akhir Februari 2019
Waktu : Pukul 09.00 WITA – Selesai
Tempat : Baruda dan Tempat berkumpul masyarakat pada tiap kecamatan
F. PESERTA
Adapun peserta dalam kegiatan ini adalah :
1. Camat
2. Pengurus PKK Kecamatan
3. Babinsa
4. Kapolsek
5. Perangkat BPD
6. Perangkat Desa
7. Perwakilan PKK Desa
8. Perwakilan LPM
9. Tokoh Adat Desa
10. Tokoh Masyarakat
11. Tokoh Pemuda/ Karang Taruna
12. Tokoh Akademisi

G. PEMBICARA
Pembicara/ Narasumber dalam kegiatan ini adalah :
1. Bupati Kalimantan Barat
2. Pimpinan DPRD Kalimantan Barat
3. Budayawan Kalimantan Barat
4. Kalangan Akademisi Jurusan Sejarah Unidayan Baubau

H. PELAKSANA
Pelaksana dalam kegiatan ini adalah Mahasiswa(i) yang tergabung dalam GAWAI
DAYAK Kalimantan Barat. Pelaksana adalah para generasi muda Kalimantan Barat
yang sangat bersemangat tinggi untuk melakukan sesuatu kepada daerah tercinta serta
merupakan perwakilan dari seluruh Kecamata yang ada di kabupaten Kalimantan
Barat. (terlampir)

I. ANGGARAN
Anggaran dalam pelaksanaan kegiatan ini bersumber dari usaha halal pelaksana yang
tidak berhubungan ataupun terikat dengan partai politik. (terlampir)
J. PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami buat untuk diajukan dengan harapan agar mendapat
perhatian dan bantuan dari donator demi terselenggaranya niat baik ini sebagaimana
keinginan kita bersama.

Pontianak, 22 Januari 2019


PANITIA PELAKSANA

………………………………...
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Mengetahui,

KETUA UMUM GAWAI DAYAK KALIMANTAN BARAT

LA ODE RIZKI SATRIA ADI PUTRA


Lampiran

SUSUNAN PELAKSANA KEGIATAN


GAWAI DAYAK SE - KALIMANTAN BARAT

Pelindung :
Penasehat :
Penanggung Jawab :
Ketua Panitia :
Sekretaris :
Bendahara :
Bidang Konsumsi :
Bidang Humas :
Bidang Perlengkapan :
Bidang Pubdeksok :
Lampiran

ESTIMASI ANGGARAN
SERASEHAN BUDAYA KABUPATEN KALIMANTAN BARAT
N HARGA
KEBUTUHAN BANYAK JUMLAH
O SATUAN (Rp)
ADMINISTRASI
1 Kertas HVS 45.0000
2 Kertas A4 45.0000
3 Tinta Print 75.000
4 Amplop 25.000
5 Id Card 7.000
KONSUMSI
1 Snack Narasumber 15.000
2 Snack Peserta 10.000
3 Snack Panitia 10.000
4 Akua Botol 5.000
5 Akua Gelas 20.000
6 Makan Siang 20.000
PUBDEKDOK
1 Baju Panitia 75.000
2 Spanduk Kegiatan 240.000
3 Spanduk Selamat Datang 90.000
4 Kamera 2.000.000
5 Insentif Narasumber 250.000
6 Cetak Foto 200.000
LAIN-LAIN
1 Tak Terduga 500.000

Anda mungkin juga menyukai