Anda di halaman 1dari 2

Pembukaan Hubungan Diplomatik Indonesia – Uni Soviet

Pada tanggal 25 Januari 1950 Menteri Luar Negeri Uni Soviet A. Vyshinsky menyampaikan secara tertulis
kepada Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri Moch. Hatta bahwa Uni Soviet mengakui kemerdekaan dan
kedaulatan Indonesia, dan keinginan menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia. Pemerintah
Indonesia menyambut baik hal tesebut. Pada bulan Mei 1950 Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh N.
Palar dengan anggotanya terdiri dari Yusuf Wibisono, Yamin dan Hadinoto berkunjung ke Moskow untuk
melakukan perundingan dan hasil dari perundingan tersebut disampaikan pada Sidang Kabinet yang
dihadiri Presiden Soekarno, 16 Mei 1950, yaitu kesepakatan untuk saling membuka Kedutaan Besar dan
tanggapan positif Uni Soviet mengenai masuknya Indonesia menjadi anggota PBB.

Hubungan yang lebih erat lagi dijalin pada saat Presiden pertama Indonesia, Ir
Soekarno berjumpa dengan Perdana Menteri Uni Soviet, Nikita Khrushchev.
Hubungan ini dibangun dan dijaga dengan baik oleh kedua belah pihak sehingga
dikenal sebagai Era Emas hubungan diplomasi antara Indonesia dan Rusia.

Beberapa bukti kedekatan antara Indonesia dan Rusia pada masa itu tercermin dari
berbagai tanda kedekatan persahabatan antara keduanya, seperti Rumah Sakit
Persahabatan di Jakarta, Gelora Bung Karno yang serupa dengan stadionLuzhniki
di Moskow, Patung Pemuda di Senayan, Tugu Monas, dan Tugu Tani.

Selain itu berbagai bantuan dari Rusia terkait alutsista saa tpembebasanIrian
Barat,mulai akhir 1950 hingga 1966, dapat terwujud karena kedekatan kedua
pemimpin.

Pada masa Orde Baru, hubungan Indonesia dan Rusia sempat meredup sebagai
akibat dari sentimen antikomunis yang kuat selama tahun 1967 hingga akhir tahun
1990-an. Namun, pada tahun 1989 Presiden Soeharto mengunjungi Kremlin di
Moskow sebagai salah satu sarana untuk menormalisasi hubungan antara kedua
negara. Kala itu, hubungan diplomatik keduanya tetap terjalin, meski dalam hal
kerja sama boleh dikata stagnan.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia  perihal kerja
sama di bidang perekonomian, pada 3 Maret 2021, melalui Forum Konsultasi Bilateral
Indonesia – Rusia ke-4 yang dipimpin oleh Dirjen Amerika dan Eropa, Kemlu RI dan
Deputi Menlu Rusia yang berlangsung secara virtual, Indonesia dan Rusia sepakat
untuk menghilangkan hambatan perdagangan guna mencapai target volume
perdagangan. 

Saat pertemuan itu berlangsung, Indonesia menekankan 3 hal penting untuk


memperkokoh kerja sama kedua negara, yaitu membangun kemitraan strategis yang
lebih action-oriented, penguatan diplomasi ekonomi dan refocusing prioritas kerja
sama di era new normal. 
Kesepakatan ini bertujuan untuk menuntaskan hambatan perdagangan, kedua pihak
sepakat perlunya pembahasan khusus yang juga melibatkan pemangku kepentingan
kedua negara (one-and-half track) agar tercapainya target volume perdagangan sebesar
USD 5 miliar.

Indonesia juga turut mengapresiasi kemajuan hubungan kedua pihak dalam bidang
ekonomi, terutama terkait investasi Rusia di Indonesia serta rencana peningkatan
investasi di sektor perminyakan, perkebunan dan teknologi tinggi.  

Sementara itu Rusia juga akan mendukung percepatan pembentukan FTA Indonesia –
Eurasian Economic Union (EAEU) yang sudah digulirkan sejak tahun 2019.

Diketahui Rusia merupakan salah satu mitra dagang dan sumber investasi terbesar
Indonesia, dengan neraca perdagangan rata-rata dalam 5 tahun terakhir sebesar
USD2,3 miliar.

Bahkan saat pendemi Covid-19 menghantam, neraca perdagangan tahun 2020 mampu
mencatat surplus di pihak Indonesia sebesar USD 16 juta, dengan total volume
perdagangan sebesar USD 1,93 miliar. 

Pada tahun 2020 nilai investasi langsung Rusia tercatat sebesar USD4,6 juta dengan
202 proyek sebagian besar di sektor industri kimia dan farmasi.

Dan saat konflik antara Rusia dan Ukraina masih membara,  Presiden Jokowi  datang
langsung menemui presiden Rusia serta presiden Ukraina. Jokowi bertemu dengan
Zelenzky di Kyiv, setelah itu bertemu dengan Putin di Moskow. Tentu saja pertemuan
ini membawa misi damai.

Dalam pernyataannya Jokowi juga menyatakan siap untuk menjembatani komunikasi


Putin dan Zelensky.

Selain itu menurut beberapa sumber misi yang dilakukan oleh Jokowi juga bertujuan
untuk menghindari ancaman krisis pangan dan energi yang menjadi imbas perperangan
kedua negara serta juga merupakan upaya untuk melancarkan pergelaran G-20
nantinya.

Kunjungan Presiden Jokowi yang disambut hangat oleh kedua belah pihak diharapkan
dapat menghentikan perperangan dan kunjungan Jokowi dapat berujung genjatan
sejata oleh Rusia.

Anda mungkin juga menyukai