Anda di halaman 1dari 3

Soal No.

1 :sebutkan perjanjian kontraktual dan law making yang mengikat bagi Indonesia ma
sing-masingnya setidaknya tiga. Jelaskan jelaskan kenapa anda mengklarifikasikannya seperti itu?
Jawaban :Sebelum menjelaskan tentang perjanian apa saja yang diikuti dalam perjanjian kontraktual dam
law making. Mari kita bahas satu-satu tentang keduanya.

 Perjanjian kontraktual atau treaty contract merupakan perjanjian yang hanya menimbulkan hak
dan kewajiban serta tanggumh jawab bagi pihak yang bersangkutan atau pihak yang
membuatnya
 Perjanjian law-making merupakan perjajian yang meletakkan kaidah-kaidah hukum bagi
masyarakat internasional dan berlaku dan terbuka secara umum dalam pelaksanaannya.

Adapun perjanjian kontraktual yang diikuti oleh bangsa Indonesia diantaranya :


1. Hubungan bilateral Indonesia dan Slovakia
Indonesia dan Slowakia telah menjalin hubungan diplomatik yang baik sejak 1993.
Kunjungan Tingkat Tinggi dilakukan pada tahun 2002 era Presiden Megawati dan tahun 2011
dilakukan kunjungan balasan oleh Presiden Slowakia ke Indonesia.Pada kesempatan kunjungan
kenegaraan Presiden Slowakia ke Indonesia, 9-12 Oktober 2011, telah disepakati peningkatan
hubungan bilateral pada 9 sektor prioritas yaitu: (1) Ketahanan Pangan, (2) Energi Terbarukan,
(3) Perdagangan dan Investasi, (4)Perbankan, (5)Media Massa dan Penyiaran, (6) Kerjasama
antar Lembaga Pendidikan Tinggi, (7) Infrastruktur dan Manufaktur, (8) Pariwisata, (9) People-
to-people Contact (Kerjasama sosial dan budaya).
Pemerintah Indonesia memiliki 17 (tujuh belas) perjanjian bilateral yang telah
ditandatangani antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Slowakia.Saat ini, Pemerintah
Indonesia dan Pemerintah Slowakia sedang menjajaki penandatanganan MoU di bidang
pertahanan. Sejalan dengan pembahasan MoU tersebut, Perusahaan Indonesia di bidang
peralatan militer (Republik Defesindo) pun melakukan penjajakan pembelian peralatan militer
(alat komunikasi militer, amunisi artileri, kendaraan amfibi baja beroda rantai).

2. Perjanjian Bilateral Swap Arrangement Indonesia dan Jepang

Bank Indonesia dan Bank Sentral Jepang (Bank of Japan), yang bertindak sebagai agen
Kementerian Keuangan Jepang, telah menandatangani perjanjian perpanjangan kerja sama
Bilateral Swap Arrangement[1] (BSA) dan berlaku efektif pada tanggal 14 Oktober 2021.
Sebagaimana perjanjian sebelumnya, kerja sama ini memungkinkan Indonesia untuk
melakukan swap mata uang Rupiah dengan Dolar AS dan/atau Yen Jepang dengan nilai
fasilitas swap yang sama, yaitu sampai dengan 22,76 miliar dolar AS atau nilai yang setara
dalam Yen Jepang. Perpanjangan kerja sama BSA Indonesia - Jepang ini juga sekaligus
memerhatikan keselarasannya dengan amendemen pada perjanjian Chiang Mai Initiative
Multilateralisation (CMIM)[2] yang menjadi rujukan dalam kerja sama BSA ini.

Indonesia dan Jepang memandang perpanjangan BSA dimaksud dapat semakin


memperkuat kerja sama keuangan kedua negara dalam menyediakan jaring pengaman keuangan
yang diharapkan dapat berkontribusi pada stabilitas keuangan di tingkat regional dan
global.Perjanjian kerja sama BSA Indonesia-Jepang pertama kali ditandatangani pada 17
Februari 2003 dan  terakhir diperpanjang pada 14 Oktober 2018 dengan masa berlaku 3 tahun.
3. Perjanjian Kerjasama Indonesia dan Palestine
Perjanjian kerjasama Internasional Indonesia Palestina yang tertuang dalam Peraturan
Presiden Nomor 34 Tahun 2018 ini bertujuan antara lain dalam rangka meningkatkan hubungan
persahabatan dan persaudaraan antara Republik Indonesia dan Negara Palestina, perlu
memperkuat kerja sama perdagangan kedua belah Pihak. Selain itu bahwa Pemerintah Republik
Indonesia mendukung peningkatan kehidupan sosial dan kemandirian ekonomi Palestina
melalui penghapusan tarif bea masuk produk tertentu asal Palestina.
Adapun perjanjian law-making yang diikuti Indonesia diantaranya :
1. Organisasi Kerjasama Islam

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dibentuk setelah para pemimpin sejumlah negara
Islam mengadakan Konferensi di Rabat, Maroko, pada tanggal 22 - 25 September 1969, dan
menyepakati Deklarasi Rabat yang menegaskan keyakinan atas agama Islam, penghormatan pada
Piagam PBB dan hak asasi manusia. Pembentukan OKI semula didorong oleh keprihatinan
negara-negara Islam atas berbagai masalah yang diahadapi umat Islam, khususnya setelah
terjadinya pembakaran sebagian Masjid Suci Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969. 

Pembentukan OKI antara lain ditujukan untuk meningkatkan solidaritas Islam di antara
negara anggota, mengoordinasikan kerja sama antar-negara anggota, mendukung perdamaian dan
keamanan internasional, serta melindungi tempattempat suci Islam dan membantu perjuangan
rakyat Palestina. OKI beranggotakan 57 negara Islam atau berpenduduk mayoritas muslim di
kawasan Asia dan Afrika. Sebagai organisasi internasional yang pada awalnya lebih banyak
menekankan pada masalah politik, terutama masalah Palestina, dalam perkembangannya OKI
menjelma sebagai suatu organisasi internasional yang menjadi wadah kerja sama di berbagai
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan antar negara-negara muslim.

2. World Trade Organization (WTO)

World Trade Organization (WTO) merupakan satu-satunya organisasi internasional yang


mengatur perdagangan internasional. Terbentuk sejak tahun 1995, WTO berjalan berdasarkan
serangkaian perjanjian yang dinegosiasikan dan disepakati oleh sejumlah besar negara di dunia
dan diratifikasi melalui parlemen. Tujuan dari perjanjian-perjanjian WTO adalah untuk
membantu produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam melakukan
kegiatannya.Pendirian WTO berawal dari negosiasi yang dikenal dengan "Uruguay Round" (1986
- 1994) serta perundingan sebelumnya di bawah "General Agreement on Tariffs and Trade"
(GATT). WTO saat ini terdiri dari 154 negara anggota, di mana 117 di antaranya merupakan
negara berkembang atau wilayah kepabeanan terpisah. Saat ini, WTO menjadi wadah negosiasi
sejumlah perjanjian baru di bawah "Doha Development Agenda" (DDA) yang dimulai tahun
2001.

Pengambilan keputusan di WTO umumnya dilakukan berdasarkan konsensus oleh


seluruh negara anggota. Badan tertinggi di WTO adalah Konferensi Tingkat Menteri (KTM) yang
dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Di antara KT, kegiatan-kegiatan pengambilan keputusan
WTO dilakukan oleh General Council. Di bawahnya terdapat badan-badan subsider yang meliputi
dewan, komite, dan sub-komite yang bertugas untuk melaksanakan dan mengawasi penerapan
perjanjian-perjanjian WTO oleh negara anggota.Prinsip pembentukan dan dasar WTO adalah
untuk mengupayakan keterbukaan batas wilayah, memberikan jaminan atas "Most-Favored-
Nation principle" (MFN) dan perlakuan non-diskriminasi oleh dan di antara negara anggota, serta
komitmen terhadap transparansi dalam semua kegiatannya.
3. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan di San Francisco, Amerika Serikat pada 24
Oktober 1945 setelah berakhirnya Perang Dunia II. Namun, Sidang Majelis Umum yang pertama
baru diselenggarakan pada 10 Januari 1946 di Church House, London yang dihadiri oleh wakil-
wakil dari 51 negara. Saat ini terdapat 192 negara yang menjadi anggota PBB. Semua negara
yang tergabung dalam PBB menyatakan independensinya masing-masing.Sejak didirikan pada
tahun 1945, negara-negara anggota PBB berkomitmen penuh untuk memelihara perdamaian dan
keamanan internasional, mengembangkan hubungan persahabatan antar negara, mempromosikan
pembangunan sosial, peningkatan standar kehidupan yang layak, dan Hak Azasi
Manusia. Dengan karakternya yang unik, PBB dapat mengambil sikap dan tindakan terhadap
berbagai permasalahan di dunia internasional, serta menyediakan forum terhadap 192 negara-
negara anggota untuk mengekspresikan pandangan mereka, melalui Majelis Umum, Dewan
Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Hak Azasi Manusia, dan badan-badan serta
komite-komite di dalam lingkup PBB. Sekretaris Jenderal PBB saat ini adalah Ban Ki-
moon asal Korea Selatan yang menjabat sejak 1 Januari 2007.
Ruang lingkup peran PBB mencakup penjaga perdamaian, pencegahan konflik dan
bantuan kemanusiaan. Selain itu, PBB juga menanganii berbagai permasalahan mendasar seperti
pembangunan berkelanjutan, lingkungan dan perlindungan pengungsi, bantuan bencana,
terorisme, perlucutan senjata dan non-proliferasi, mempromosikan demokrasi, hak asasi manusia,
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, pemerintahan, ekonomi dan pembangunan
sosial, kesehatan, upaya pembersihan ranjau darat, perluasan produksi pangan, dan berbagai hal
lainnya, dalam rangka mencapai tujuan dan mengkoordinasikan upaya-upaya untuk dunia yang
lebih aman untuk ini dan generasi mendatang.

Anda mungkin juga menyukai