Anda di halaman 1dari 17

Potret Titik NOL

Dash Board Kinerja Perbankan Syariah sebelum pandemi Covid-19

Berdasarkan SPI dan SPS OJK Des 2019


Arinto Wiryoto
11 April 2020

1
PENGANTAR PENYUSUN
• Segala Puji hanya bagi Allah Subhaanahu wata’ala, sholawat dan salam teruntuk baginda Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam
• Paper singkat ini disusun untuk memotret dash board pencapaian perbankan syariah sebelum wabah covid-19,
sebagai titik nol berada dimana perbankan syariah mengawali tahun 2020 yang penuh tantangan.
• Seluruh data diambil dari data primer Statistik Perbankan Syariah (SPS) dan Statistik Perbankan Indonesia (SPI)
yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) posisi Desember 2019.
• Beberapa informasi yang disajikan pada paper, ada yang perlu dilakukan pengolahan data terlebih dulu. Maka
semua angka-angka yang diolah, tetap hanya bersumber dari SPS dan SPI.
• Pada beberapa grafis disertakan data dari Bank Umum Konvensional sebagai pembanding di industri
• Seluruh opini yang tercantum dalam makalah ini dibuat didasarkan pada sedikit pengalaman penyusun yang
tercatat pernah bekerja di salah satu di bank syariah, dengan tetap memperhatikan hasil olah data dalam grafis.
Setiap opini, tidak mewakili, ataupun mengarahkan ke institusi manapun.
• Perlu dilakukan pemotretan ulang menggunakan data dari sumber yang sama, untuk posisi akhir tahun 2020
sebagai pembanding, untuk melihat sejauh mana dampak covid 19 sebagai variabel tambahan yang dapat
mempengaruhi dash board pencapaian kinerja perbankan syariah
• Mengingat keterbatasan ilmu penyusun, tentunya dapat dengan mudah ditemukan kekurangan di sana-sini.
Karenanya, saran positif, kritik, dialog dan masukan, sangat dinanti dalam rangka perbaikan isi dari paper ini.
Arinto Wiryoto – 11 April 2020
2
Daftar isi :
• Pengantar Penyusun 3
• Grafik Perbandingan NPF dan BOPO pada BUS, UUS dan BUK 4
• Grafik Perbandingan ROA dan L/(F)DR pada BUS, UUS dan BUK 5
• Grafik Perbandingan komposisi DPK pada (BUS-UUS) dan BUK 6
- perbandingan komposisi Giro dan biaya dana pada (BUS-UUS) dan BUK 7
- perbandingan komposisi Tabungan dan biaya dana pada (BUS-UUS) dan BUK 8
- perbandingan komposisi Deposito dan biaya dana pada (BUS-UUS) dan BUK 9
• Grafik Perbandingan komposisi penyaluran kredit/pembiayaan (BUS-UUS) dan BUK berdasarkan jenis penggunaan - 2019 10
- detail perbandingan komposisi penyaluran kredit/pembiayaan (BUS-UUS) dan BUK berdasarkan jenis penggunaan 11
- detail perbandingan marjin pembiayaan (BUS-UUS) dan SB kredit BUK berdasarkan jenis penggunaan 12
• Grafik komposisi penyaluran pembiayaan berdasarkan aqad produk dan detail NPF-nya pada BUS dan UUS 13
• Grafik dinamika tren NPF per sektor usaha pada BUS dan UUS 14
• Grafik tren NPF untuk sektor bukan lapangan usaha (konsumer) pada BUS dan UUS 15
• Grafik Perbandingan Rentabilitas pada BUS, UUS dan BUK 16

3
NPF/L – G (Non Performing Financing/Loan) – Gross
Adalah rasio antara (jumlah pembiayaan/kredit yang disalurkan  dengan kriteria
hari tunggakan pembayaran telah melebihi 90 hari) ; dibagi dengan Total Jumlah
seluruh pembiayaan/kredit. Semakin kecil rasio NPF, mencerminkan kualitas
pembiayaan di bank tersebut yang semakin baik.

 NPF pada UUS mengalami tren kenaikan dalam 3 tahun terakhir, perlu
diwaspadai pada akhir tahun 2020 ini, jika tren peningkatan NPF terus berjalan,
 BUS masih berupaya menekan angka NPF nya. Pada akhir tahun 2019, NPF BUS
masih berada di level 3.23%, masih dua kali lipat di atas angka NPF pada industri
perbankan konvensional yang berada di 1.5%
 NPL pada BUK dapat ditekan pada 3 tahun terakhir, meskipun terjadi kenaikan 10
bps pada akhir tahun 2019.

BOPO : Biaya Operasional Pendapatan Operasional


Adalah rasio yang menunjukkan besarnya akumulasi Biaya Operasional yang
dikeluarkan ; dibagi dengan akumulasi Pendapatan Operasional yang diterima pada
periode tersebut. Semakin kecil rasio BOPO mencerminkan tingkat efisiensi
pengelolaan sebuah Bank yang semakin baik dalam menjalankan bisnisnya.

 BOPO pada BUS adalah yang tertinggi di industri, hal ini sejalan dengan tingginya
angka NPF pada BUS, yang berkonsekuensi bertambahnya pembentukan (biaya)
cadangan kerugian dan penurunan nilai. Pembentukan pencadangan ini
menyebabkan nilai BOPO pada BUS lebih tinggi dari rata-rata industri.
 Meskipun begitu, seiring dengan tren penurunan NPF yang berhasil dicapai BUS,
juga terlihat dari tren penurunan nilai BOPO pada setiap akhir tahun buku.
Sumber Data : SPS & SPI Otoritas Jasa Keuangan, Des 2019
– data sebagian di olah.
Arinto Wiryoto – 11 April 2020 4
ROA (Return On Asset)
Adalah rasio antara saldo laba (pada akhir periode); dibagi dengan rata-rata total
asset (pada periode tersebut). Mencerminkan kemampuan setiap Rp 100,- rata-rata
total asset perusahaan, untuk menghasilkan laba. Semakin besar rasio ROA,
mencerminkan semakin baiknya kualitas Asset Bank tersebut dalam menghasilkan
laba
 Pergerakan ROA berbanding terbalik dengan pergerakan angka NPF/L-nya, karena
setiap pertambahan NPF/L, tercermin pada terkoreksinya laba menjadi
berkurang, karena adanya tambahan biaya cadangan kerugian penurunan nilai,
tentunya pertambahan biaya akan berkonsekuensi menurunkan perolehan laba.

L/(F)DR : Loan/Financing to Deposit Ratio


Adalah rasio antara Kredit/Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank kepada pihak ketiga
(non bank) ; dibagi dengan total dana pihak ketiga masyarakat yang disimpan di bank
tersebut. Semakin besar angka FDR ini, semakin optimal sebuah bank menggunakan
dana masyarakat yang dihimpun sebagai sumber dana untuk membiayai bisnis utama
dari bank tersebut, yaitu penyaluran pembiayaan (kuantitatif).

UUS dan BUK cukup agresif dalam menyalurkan pembiayaan dengan angka FDR yang
berada di angka >90%. Sementara di BUS, angka FDR nya memiliki tren menurun.
Dapat dipahami mengingat nilai NPF BUS (perbandingan NPF – halaman sebelum ini),
masih paling tinggi di industri. Sehingga penggunaan dana pihak ketiga untuk sumber
pemberian pembiayaan baru, menjadi lebih selektif, karena fokus bisnis terbagi antara
mempertahankan pembiayaan lama tidak masuk NPF, dan tetap ekspansi dengan
selektif. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab nilai FDR di BUS cenderung turun
selama 4 tahun terakhir.

Sumber Data : SPS & SPI Otoritas Jasa Keuangan, Des 2019
– data sebagian di olah.
Arinto Wiryoto – 11 April 2020 5
Komposisi DPK di BUS dan UUS masih didominasi oleh Deposito sebagai dana
berbiaya mahal. Trend yang terjadi mulai mengarah kepada perbaikan bauran
sumber DPK dengan berkurangnya komposisi Deposito dari waktu ke waktu, dengan
bertambahnya komposisi dana murah berupa giro dan tabungan.

Dengan komposisi DPK seperti ini, memiliki konsekuensi logis bagi BUS dan UUS akan
terpapar rasio BOPO yang lebih besar dan ROA yang lebih kecil dibandingkan dengan
parameter yang sama pada BUK, karena bobot biaya dana yang harus dikeluarkan
pada BUS dan UUS akan menjadi lebih besar dibandingkan pada BUK.

Dominasi DPK Deposito pada BUS dan UUS dapat pula disebabkan adanya motif
“ideologi” di sebagian masyarakat untuk ber-investasi memasukkan kelebihan
likuditas dana mereka ke produk Deposito di Bank Syariah, sementara untuk motif
transaksional mereka tetap mengutamakan feature yang disediakan pada BUK.

Komposisi DPK di BUK lebih didominasi oleh Giro dan Tabungan sebagai dana
berbiaya murah. Komposisi Giro dan Tabungan pada BUK juga menunjukkan trend
tahunan positif yang konsisten bertambah besar dibandingkan komposisi Deposito.

Poin tersebut semakin diperkuat dengan kesiapan feature produk dari Giro dan
Tabungan yang begitu luas peruntukkannya dalam rangka mendukung keperluan
motif transaksional harian masyarakat, termasuk untuk sistem pembayaran.

Sumber Data : SPS & SPI Otoritas Jasa Keuangan, Des 2019
– data sebagian di olah.
Arinto Wiryoto – 11 April 2020 6
 Komposisi Giro pada BUS-UUS masih berada dibawah level 15% dari total DPK

 Pada Desember 2019, terjadi kenaikan komposisi Giro yang terbesar dalam 4
tahun terakhir, dengan porsi menjadi 13.84% terhadap total DPK

 Disisi lain terjadi tren kenaikan rata-rata Cost Of Fund untuk produk Giro di BUS-
UUS sejak tahun 2017, pada Desember 2019 menyentuh level COF tertinggi yaitu
setara 2.63%

Sumber Data : SPS & SPI Otoritas Jasa Keuangan, Des 2019 – data sebagian di olah.
Arinto Wiryoto – 11 April 2020

Catatan : Perhitungan rata-rata COF tidak memperhitungkan DPK dalam valas, hanya
menghitung COF DPK mata uang Rupiah.

 Komposisi Giro pada BUK relatif stabil berada pada level 24-25% dari total DPK

 Pada Desember 2019, terjadi kenaikan komposisi Giro sebesar hampir 100 bps
dari posisi tahun sebeblumnya, menjadi 24.94% dari total DPK di BUK. Nilai
komposisi ini merupakan nilai terbesar dalam 4 tahun terakhir.

 Seperti halnya terjadi pada BUS-UUS, juga terjadi tren kenaikan rata-rata Cost Of
Fund untuk produk Giro di BUK sejak tahun 2017, pada Desember 2019 COF giro
di BUK menyentuh level 2.35%

7
 Komposisi Tabungan pada BUS-UUS pada 3 tahun terakhir konsisten pada kisaran
level 29-32% dari total DPK

 Pada Desember 2019, terjadi kenaikan komposisi Tabungan menjadi 32%


terhadap total DPK

 Rata-rata Cost of Fund juga mengalami perbaikan yang siginifikan dengan tren
yang menurun, dari semula pada level setara 2.5% pada tahun 2016, menurun
menjadi setara 1.88% pada Desember 2019.

Sumber Data : SPS & SPI Otoritas Jasa Keuangan, Des 2019 – data sebagian di olah.
Arinto Wiryoto – 11 April 2020

Catatan : Perhitungan rata-rata COF tidak memperhitungkan DPK dalam valas, hanya
menghitung COF DPK mata uang Rupiah.

 Komposisi Tabungan pada BUK relatif stabil berada pada level 32% dari total DPK
selama 4 tahun terakhir

 Sementara terjadi perbaikan kualitas dari sisi Cost of Fund, yang mengalami trend
penurunan dari semula 2.22% pada akhir tahun 2016, menjadi 1.75% di tahun
2019.

8
 BUS – UUS berhasil secara konsisten melakukan re-profiling komposisi dana
Deposito dari semula pada level 59% pada tahun 2016, berkurang menjadi 54%
dari total DPK pada tahun 2019

 Rata-rata Cost of Fund juga mengalami perbaikan dengan tren yang menurun,
dari semula pada level setara 6% pada tahun 2016, menurun menjadi setara 5.6%
pada Desember 2019.

Sumber Data : SPS & SPI Otoritas Jasa Keuangan, Des 2019 – data sebagian di olah.
Arinto Wiryoto – 11 April 2020

Catatan : Perhitungan rata-rata COF tidak memperhitungkan DPK dalam valas, hanya
menghitung COF DPK mata uang Rupiah.

 Komposisi Deposito pada BUK juga mengalami perbaikan ditandai dengan tren
penurunan komposisinya dari semula 44% pada 2016, menjadi 42.7% pada 2019.

 Dari sisi biaya dananya belum terlihat banyak perubahan, berada pada kisaran
angka 7%, masih lebih tinggi dibanding biaya dana Deposito pada perbankan
Syariah. Namun secara komposisi-nya terhadap total DPK, posisi dana Deposito di
BUK sebesar 42.7% ini jauh lebih rendah dibandingkan komposisi Deposito di
BUS-UUS yang masih sebesar 54%.

9
BUK secara umum memiliki portfolio Sumber Data : SPS & SPI Otoritas Jasa Keuangan, BUS-UUS secara umum memiliki portfolio
penyaluran kreditnya lebih banyak Des 2019 – data sebagian di olah. penyaluran kreditnya lebih banyak untuk
untuk jenis penggunaan Modal Kerja, Arinto Wiryoto – 11 April 2020 jenis penggunaan untuk pembiayaan
mencapai porsi 46% konsumsi, mencapai porsi 44%

Bauran porsi semacam ini tipikal terjadi Bauran porsi semacam ini tipikal terjadi
pada BUK dalam 4 tahun terakhir pada BUS-UUS dalam 4 tahun terakhir
(detail di halaman berikut) (detail di halaman berikut)

10
% PO RSI K RE DI T/ PE MBI AYA A N - MO DA L K E RJA (I DR)

% PO RSI K RE DI T/ PE MBI AYA A N – KO N SUMSI (I DR)


Kredit Modal Kerja
menjadi jenis
penggunaan yang paling
banyak diberikan oleh
BUK dari waktu ke
waktu. Komposisi
penyaluran kredit untuk
tujuan Modal Kerja
relatif stabil pada
kisaran 46% dari total
kredit.

% PO RSI K RE DI T/ PE MBI AYA A N – I NVESTA SI (I DR)

Kredit Investasi juga BUS-UUS memiliki porsi penyaluran untuk tujuan


lebih banyak menjadi pembiayaan konsumsi yang dominan, jika dibandingkan
target penyaluran bagi BUK. Porsi penyaluran pembiayaan untuk jenis penggunaan
BUK. Meskipun dengan konsumsi ini mencapai 44% pada akhira tahun 2019.
porsi yang lebih kecil
daripada untuk tujuan
Modal Kerja. Porsi
penyaluran BUK untuk
jenis penggunaan ini Arinto Wiryoto – 11 April 2020
meningkat menjadi di Sumber Data : SPS & SPI Otoritas Jasa Keuangan,
kisaran 26% pada akhir Des 2019 – data sebagian di olah.
tahun 2019.
11
% MA RG I N RATA 2 PE MBI AYA A N / % MA RG I N RATA 2 PE MBI AYA A N /
SB K RE DI T (I DR) - MO DA L K E RJA SB K RE DI T (I DR) - KO N SUMSI

Pertarungan “sengit”
BUK “memenangkan” kompetisi suku bunga kredit Modal Kerja antara BUS-UUS “memenangkan” kompetisi marjin pembiayaan Konsumsi
marjin BUS-UUS
VS
% MA RG I N RATA 2 PE MBI AYA A N / bunga kredit BUK Berdasarkan data pricing ini, menjadi jelas BUK yang yang
SB K RE DI T (I DR) - I NVESTA SI menerapkan bunga kredit lebih rendah -dibandingkan BUS-UUS-
atas penyaluran pada jenis penggunaan untuk Modal Kerja dan
Investasi, juga “memenangkan” pasar dengan penyaluran kredit
yang dominan untuk kedua jenis penggunaan dimaksud.

Sebaliknya, BUS-UUS yang menerapkan marjin lebih rendah -


dibandingan BUK- untuk jenis penggunaan pembiayaan
konsumsi, juga berhasil memenangkan pasar dengan menyaluran
pembiayaan paling dominan untuk penggunaan konsumsi.

Arinto Wiryoto – 11 April 2020

Sumber Data : SPS & SPI Otoritas Jasa 12


BUS-UUS VS BUK berkompetisi ketat untuk pembiayaan/kredit investasi Keuangan, Des 2019 – data sebagian di olah.
Bank Umum Syariah perlu mewaspadai
tren kenaikan NPF pada pembiayaan
berbasis sewa – terutama lonjakan NPF
pada 2019, meskipun secara komposisi,
pembiayaan sewa hanya berkontribusi
1.4% dari total keseluruhan pembiayaan.

Kenaikan NPF juga terjadi di 2019 pada


pembiayaan berbasis piutang
dibandingkan NPF di 2018, kenaikan ini
perlu diwaspadai mengingat pembiayaan
berbasis piutang mendominasi komposisi
pembiayaan di BUS.

Sumber Data : SPS & SPI Otoritas Jasa Keuangan, Des 2019 – data sebagian di olah.
Arinto Wiryoto – 11 April 2020

Unit Usaha Syariah harus mewaspadai


tren kenaikan NPF pada pembiayaan
berbasis Bagi Hasil – terutama lonjakan
NPF pada 2019. Terlebih secara
komposisi, pembiayaan Bagi Hasil ini
paling dominan yang berkontribusi 61.9%
dari total keseluruhan pembiayaan.

13
Bank Syariah perlu mewaspadai beberapa sektor usaha dengan tren NPF yang meningkat; atau pada sektor usaha dengan angka NPF yang relatif
konstan di atas angka “aman” (catatan : sektor usaha yang perlu diwaspadai ditandai dengan kurva yang dicetak tebal)

Arinto Wiryoto – 11 April 2020


14
Sumber Data : SPS & SPI Otoritas Jasa Keuangan, Des 2019 – data sebagian di olah.
Arinto Wiryoto – 11 April 2020
NPF pembiayaan dengan penerima bukan lapangan usaha (Pembiayaan Konsumer)
masih terjaga cukup baik. Untuk pembiayaan kendaraan bermotor, peralatan rumah Sumber Data : SPS & SPI Otoritas Jasa Keuangan, Des 2019 –
data sebagian di olah.
tangga (termasuk multiguna) NPF di 2 tahun terakhir berada di bawah level 1%,
sementara untuk pembiayaan berbasis pemilikan rumah tinggal, flat/apartmen,
ruko/rukan NPF meningkat di tahun 2019, namun relatif tetap lebih aman mengingat
pembiayaan ini biasanya didukung penuh jaminan berupa obyek aset yang dibiayai.
15
NOM : Net Operational Margin
Adalah rasio akumulasi pendapatan operasional ; dibagi dengan rata-rata aset
produktif pada periode tersebut.

(Note : istilah ini digunakan pada Bank Umum Syariah / Unit Usaha Syariah.
Sedangkan pada Bank Umum Konvensional, istilah-nya dikenal dengan NIM : Net
Interest Margin).

Mencerminkan kemampuan setiap Rp 100,- rata-rata asset produktif perusahaan,


dalam menghasilkan pendapatan operasional. Semakin besar rasio NOM,
mencerminkan semakin baiknya kualitas asset produktif Bank tersebut dalam
menghasilkan pendapatan.

Sumber Data : SPS & SPI Otoritas Jasa Keuangan, Des 2019 – data sebagian di olah.
Arinto Wiryoto – 11 April 2020

Angka-Angka sd. Des 2019 pada grafik di atas, seperti “titik NOL” bagi industri

Tahun 2020 dibuka dengan kondisi pandemi, maka parameter dash board NPF bagi
industri Bank Syariah berpotensi meningkat, berikut beberapa impact turunannya

Bagaimana impact pendemi terhadap pergerakan angka-angka pada grafik di atas


pada akhir tahun 2020…?? In Syaa Allah kita tunggu bagaimana Industri Perbankan
Syariah menghadapi situasi ini.

pixabay.com 16
JAZAAKUMULLAHU KHAIRAN

#Tetaproduktif
#Dirumahaja

Wassalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarokaatuh


Arinto Wiryoto – 0817 168 653
Jakarta, 11 April 2020
17

Anda mungkin juga menyukai