Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK IMPLEMENTASI BASEL III TERHADAP

PERMODALAN PADA BANK DI INDONESIA


(STUDI KASUS PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK)
Oleh : Mohammad Bonnario*
ABSTRACT
The purpose of this study is to measure Bank's ability to implement the Basel III and what strategies should be
undertaken by Bank to meet the regulations and support business growth in terms of capital. This study uses secondary
data by using the implications of the basel III on Bank capital and capital adequacy rate with the object of PT.Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk. Results There are significant changes of BNI KPMM prior to using basel II and after
using Basel III ie changes in presentation templates, post changes and movements, changes in total capital and CAR,
and additional buffers. However, it is able to contribute greatly to its business, among others, BNI is still able to cover
the massive withdrawal from DPK due to capital and loan growth provide large space for credit expansion through
good LLL, as well as capital ability to support profit growth supported from percentage of capital. But with so many
risks that accompany it and the turbulent business climate and additional buffers, BNI still have to increase its
capital again to be able to support the aggressive BNI business.
Keywords: Basel III, Capital Adequacy Ratio, Minimum Capital Adequacy Ratio, Legal Lending Limit, Third
Party Funds, T- Test.

PENDAHULUAN Basel Committee on Banking Supervision (BCBS).


Permodalan bagi industri perbankan sangat Tujuan pembentukan Basel III yaitu untuk
penting karena berfungsi sebagai penyangga memperkuat peraturan, pengawasan, dan manajemen
terhadap kemungkinan terjadinya risiko. Besar risiko melalui kaji ulang pengukuran yang lebih
kecilnya modal sangat berpengaruh terhadap komprehensif dalam sektor perbankan. Dengan begitu
kemampuan bank untuk melaksanakan kegiatan diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan
operasinya. Selain itu modal juga berfungsi untuk bank dalam menghadapi guncangan yang timbul dari
menjaga kepercayaan terhadap aktivitas perbankan tekanan sektor keuangan dan ekonomi.
dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang
intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah. kemudian disebut BNI sebagai salah satu bank
Dalam upaya agar permodalan bank senantiasa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) menjadi salah
sehat dan didukung oleh kualitas asset yang sehat satu bank yang harus mengaplikasikan Peraturan
pula, otoritas moneter telah menentukan aturan- tersebut. Mengingat BNI sebagai bank besar dan
aturan kesehatan permodalan bank di samping aturan sekaligus bank BUMN yang sudah berdiri sejak 1946
lain yang berfungsi sebagai prudential banking membuat bank ini menjadi salah satu tolok ukur dalam
supervision, sehingga bank tidak goyah dalam berhasil atau tidaknya peraturan ini diimplementasikan
menghadapi kesulitan-kesulitan yang mungkin karena rata-rata kemampuan bank lain di Indonesia
timbul (Nasiruddin, 2012). Seiring dengan makin cenderung sama dengan BNI. Perkembangan bisnis
kompleksnya konsep bisnis bank dan risiko yang di Indonesia secara langsung mempengaruhi kinerja
menyertainya semakin meningkat, ditambah dengan bisnis BNI serta kemampuan BNI dalam bertahan
dampak terjadinya krisis tahun 2007, menyebabkan dari risiko yang muncul dari bisnisnya yang diukur
BCBS membuat kebijakan mengenai permodalan dengan kinerja bisnis BNI yang dilihat dari jumlah
(BASEL III). Basel III adalah pengembangan dari DPK dan kredit yang diberikan serta tolak ukur
Basel Accord yang berisi rekomendasi pengaturan ketahanan permodalannya dapat dilihat dari
dan pengawasan perbankan yang dikeluarkan oleh perkembangan CAR serta Modal dan ATMRnya.

* Dosen IKPIA Perbanas

Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi 93


DAMPAK IMPLEMENTASI BASEL III TERHADAP PERMODALAN PADA BANK DI INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK)
Oleh : Mohammad Bonnario*

Adapun perkembangan permodalan serta profil mengcover risiko yang menyertai akibat proses
risiko BNI dapat dilihat pada grafik dibawah ini : bisnisnya.
Grafik 1.1 Grafik 1.3
Perkembangan CAR, total Modal, ATMR, dan Perkembangan Kredit yang diberikan, total Dana
Profil risiko PT Bank Negara Indonesia (Persero) Pihak Ketiga, dan Rasio LDR PT Bank Negara
Tbk Tahun 2011 – 2015 Indonesia (Persero) TBK 2011 - 2015

2011 2012 2013 2014 2015


PRFIL RISIKO 1 2 2 2 2 2011 2012 2013 2014 2015
CAR 17.63% 16.6% 15.09% 16.22% 19.49% TOTAL DPK 1 2 2 2 2
TOTAL KREDIT 224,755,289 248,992,835 280,612,823 299,021,042 351,281,658
TOTAL MODAL 32,691,799 39,190,799 43,563,420 50,352,050 73,798,800 YANG DIBERIKAN
TOTAL ATMR 185,403,030 235,143,102 288,616,781 310,485,402 378,564,646 RASIO LDR 70.37% 77.5% 85.30% 87.81% 87.77%

Sumber : Laporan Keuangan Publikasi BNI 2011 – 2015 (audited) Sumber : Laporan Keuangan Publikasi BNI 2011 – 2015 (audited)

Pertumbuhan CAR BNI dari tahun 2011 ke 2015 Dari sisi bisnis kredit yang diberikan serta DPK
mengalami peningkatan. Hal ini juga berdampak juga semakin meningkat dari tahun 2011 sampai 2015.
positif terhadap kenaikan ATMR dan Modalnya Peningkatan pada DPK yang diberikan berkisar
sehingga mendukung kenaikan CAR tersebut. Di diantara 12% dan peningkatan pada Kredit yang
tahun 2015, total CAR BNI adalah 19.49% dimana diberikan berkisar diantara 18%. Dengan peningkatan
sudah melewati batas minimum untuk profil risikonya ini membuat rasio LDR BNI juga dijaga di 80% yang
yakni 9-10%. menjadikan BNI lebih selektif dalam memberikan
Grafik 1.2 kredit karena BNI juga harus menjaga likuditasnya.
Perkembangan laba tahun lalu yang dapat Peningkatan bisnis BNI yang semakin meningkat
diperhitungkan dan laba tahun berjalan yang dapat inilah yang menyebabkan BNI semakin terekspose
diperhitungkan PT Bank Negara Indonesia risiko baik itu risiko kredit dan risiko likuiditas.
(Persero) Tbk 2011 - 2015 Oleh karena itu BNI harus memiliki kemampuan
untuk menyerap risiko itu dengan baik dengan
kemampuan permodalan yang kuat, maka penulis
mencoba untuk mengukur kekuatan permodalan BNI
dengan menghitung dampak dari penerapan basel III
ini kepada BNI. Diharapkan nantinya hasil studi ini
dapat menjadi indikator bagi BNI apakah basel III
layak diimplementasikan serta strategi apa yang harus
dilakukan oleh BNI untuk memperkuat permodalan-
2011 2012 2013 2014 2015
nya sehingga membantu proses bisnisnya.
Laba tahun-tahun lalu yang 274,477 4,616,948 8,011,424 13,031,933 23,079,937
dapat diperhitungkan (100%)
Laba tahun berjalan yang 2,775,520 3,556,778 4,459,669 5,269,367 8,628,296 KAJIAN TEORI
dapat diperhitungkan (50%)
Bisnis Bank
Sumber : Laporan Keuangan Publikasi BNI 2011 – 2015 (audited) Dari pengertian bank menurut Undang-undang
Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
Profil risiko BNI selalu dalam peringkat 2 dari dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi
tahun 2012 sampai 2015. Hal ini berarti jika basel III tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana (Funding),
diterapkan maka BNI harus memiliki kecukupan menyalurkan dana (Lending), dan memberikan jasa
modal (CAR) lebih dari 10% karena profil risiko bank lainnya (Service). Kegiatan menghimpun dan
tersebut. Total modal BNI juga mengalami menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank
peningkatan dari tahun 2011 sampai 2015. Hal ini sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya
mengindikasikan kesehatan BNI semakin baik untuk kegiatan pendukung.

94 Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi


DAMPAK IMPLEMENTASI BASEL III TERHADAP PERMODALAN PADA BANK DI INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK)
Oleh : Mohammad Bonnario*

Fungsi Modal di Bank CAR merupakan indikator terhadap kemampuan


Menurut Johnson and Johnson , modal bank bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai
mempunyai tiga fungsi. Pertama, sebagai penyangga akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan
untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian oleh aktiva yang berisiko.
lainnya.Dalam fungsi ini modal memberikan
perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank Dampak Basel III terhadap Negara-negara Asia
dan perlindungan terhadap kepentingan para deposan. Kebutuhan modal untuk sebagian besar negara
Kedua, sebagai dasar bagi menetapan batas Asia tidak bermasalah, namun penerapan Basel III
maksimum pemberian kredit. Hal ini adalah menimbulkan tantangan di Indonesia Daerah likuiditas
merupakan pertimbangan operasional bagi bank di banyak negara Asia termasuk Malaysia karena
sentral, sebagai regulator, untuk membatasi jumlah kekurangan aset cair berkualitas tinggi Bank untuk
pemberian kredit kepada setiap individu nasabah menahan likuiditas. Anandakumar Jegarasasingam,
bank. Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa Malaysian Rating Corp Bhd wakil presiden dan
bank untuk melakukan diversifikasi kredit mereka kepala Peringkat lembaga keuangan, melihat
agar dapat melindungi diri terhadap kegagalan kredit tantangan terbesar di sektor perbankan Malaysia
dari satu individu debitur.Ketiga, modal juga menjadi sebagai harapan investor Dividen tinggi karena
dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk hampir semua bank di Malaysia diperdagangkan di
mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif Bursa Malaysia.
untuk menghasilkan keuntungan.Tingkat keuntungan Teori Struktur Modal
bagi para investor diperkirakan dengan Teori struktur modal dimulai pada tahun 1958 oleh
membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas Modigliani dan Miller (MM). Hasil karya MM
Regulasi permodalan pada bank menandai awal penelitian struktur modal modern.
Basel Accord memiliki tiga set peraturan Selanjutnya Donalson (1961) mengemukakan
perbankan (Basel I, II dan III) yang ditetapkan oleh Pecking Order Theory yang membahas urutan
Komite Basel pada Pengawasan Bank (BCBS), yang pembiayaan perusahaan. Haugan dan Papas
menyediakan rekomendasi tentang peraturan (1971) dan Rubeinstein membahas teori struktur
perbankan dalam hal risiko modal, risiko pasar dan modal Trade Off Theory. Jensen dan Meckling
risiko operasional. Tujuan dari perjanjian adalah untuk (1976) mengemukakan mengenai Agency Theory
memastikan bahwa lembaga keuangan memiliki dan Myers (1984) tentang Asymmetric Information.
modal yang cukup di rekening untuk memenuhi Pecking order theory mendasarkan pada asimetri
kewajiban dan menyerap kerugian yang tidak informasi. Trade off theory mendasarkan pada
diharapkan.The BCBS didirikan pada tahun 1974 pajak dan free cash theory mendasarkan pada
sebagai forum untuk kerjasama reguler antara biaya keagenan.
negara-negara anggotanya pada hal-hal pengawasan Kondisi Makro Ekonomi 2016
perbankan.The BCBS menjelaskan tujuan aslinya Perekonomian Indonesia masih dilanda
sebagai peningkatan “stabilitas keuangan dengan ketidakpastian, yang salah satunya dampak dari masih
meningkatkan pengawasan dan kualitas pengawasan belum optimalnya perbaikan ekonomi dunia. Namun
perbankan di seluruh dunia.”Kemudian, BCBS demikian, Bank Indonesia (BI) memandang ekonomi
mengalihkan perhatiannya untuk memantau dan di Tanah Air terbilang stabil dan tetap bergerak maju
memastikan kecukupan modal bank dan sistem termasuk didalamnya terjaga sejumlah indikator
perbankan. ekonomi nasional. Seperti dikutip dari publikasi BI,
Rasio Kecukupan Modal Kamis 2 Juni, BI memandang bahwa stabilitas
Capital Adequacy Ratio menurut Dendawijaya makroekonomi masih terjaga, tercermin dari tingkat
(2000:122) adalah “ Rasio yang memperlihatkan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran empat
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung plus minus satu persen, defisit transaksi berjalan yang
risiko ( kredit,penyertaan , surat berharga, kredit pada membaik, dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil.
bank lain ) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank Perkembangan bisnis bank tahun 2015
disamping memperoleh dana–dana dari sumber – Otoritas Jasa Keuangan menyatakan laba industri
sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami
pinjaman, dan lain–lain. penurunan dibandingkan dengan periode yang sama

Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi 95


DAMPAK IMPLEMENTASI BASEL III TERHADAP PERMODALAN PADA BANK DI INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK)
Oleh : Mohammad Bonnario*

2014. Hal tersebut tercermin dari indikator return on Rencana Bisnis Bank Jangka Menengah, khususnya
asset (ROA) industri perbankan yang lebih rendah proyeksi laporan keuangan, proyeksi rasio, rencana
ketimbang akhir 2014. Pada Desember 2014 ROA pembiayaan, dan rencana permodalan.Dari analisis
bank-bank sebesar 2,85%, sedangkan di November menunjukkan tiap strategi memiliki kelebihan dan
2015 ROA berada di level 2,30%. Akhir tahun ROA kekurangan pada kinerja. Pengurangan dividen
di sekitar 2,30% hingga 2,35%. Penurunan itu terjadi payout ratio menyebabkan kenaikan pada rasio Beban
karena bank-bank lebih berhati-hati dalam berbisnis, Operasional terhadap Pendapatan Operasional
antara lain dengan lebih banyak membentuk cadangan (BOPO) dan ekspansi kredit menunjukkan kenaikan
kerugian penurunan nilai keuangan (CKPN) seiring pada rasio LDR hingga melebihi aturan yang telah
dengan meningkatnya rasio kredit bermasalah (non ditentukan oleh Bank Indonesia. Pada akhirnya,
performing loan /NPL). pengambilan keputusan oleh akanstrategi keuangan
alternatif yang diambil beserta pendanaan dari luarnya
Manajemen Risiko ditentukan oleh lingkungan eksternal yang dinamis
Manajemen resiko adalah pelaksanaan fungsi- yang berhubungan dengan teori dividen dan teori
fungsi manajemen dalam penanggulangan resiko, sinyaling.
terutama resiko yang dihadapi oleh organisasi Kemudian John Taskinsoy dari universitas
perusahaan, keluarga, dan masyarakat. Dengan Malaysia melakukan penelitian tentang persyaratan
demikian manajemen resiko mencakup kegiatan Basel III pada sektor keuangan diturki. Turki telah
merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin mengalami kejutan finansial dan ekonomi terbesar
dan mengawasi program penanggulangan resiko. pada tahun 2001 yang mengakibatkan perombakan
KERANGKA PEMIKIRAN besar-besaran Dari seluruh sistem perbankannya yang
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pada akhirnya merugikan pemerintah lebih dari $ 50
perubahan yang terjadi akibat implementasi basel III miliar. IMF terlibat dalam Proses pemulihan sejak
pada Struktur permodalan BNI (KPMM) awal memberikan bantuan keuangan hampir 24 miliar
menggunakan Uji Beda. Uji Beda ini sendiri dolar kepada Turki Antara tahun-tahun rapuh tahun
dimaksudkan untuk mengukur perbedaan antara 1999 dan 2002. Setelah 19 pengaturan Stand-By,
KPMM sebelum Basel III dan setelah Basel III. pemerintah Turki Baru-baru ini mengumumkan
Kemudian, dari perubahan tersebut penulis akan bahwa mereka telah memutuskan untuk mengakhiri
mencoba melihat apakah KPMM dengan Basel III kemitraannya dengan IMF sejak 1947 dan juga
ini berkontribusi dalam peningkatan bisnis BNI yang Mengatakan bahwa pihaknya tidak akan melakukan
akan dilihat dari pembandingan mutasi komponen pengaturan lain setelah pembayaran terakhir pinjaman
dalam KPMM dengan mutasi pada komponen bisnis yang ada dilakukan April 2013. Sistem perbankan
BNI. Pada akhirnya, penulis akan merumuskan Turki yang tangguh mampu menyerap guncangan
strategi apa yang harus dilakukan BNI untuk selama tekanan finansial, Berkat kerja luar biasa oleh
menyokong pertumbuhan bisnis dari segi permodalan. BRSA, satu dekade stabilitas politik yang panjang
(pemerintahan satu partai sejak saat itu 2002) seiring
PENELITIAN TERDAHULU dengan membaiknya kepercayaan investor global
Beberapa penelitian yang dilakukan mengenai memungkinkan Turki menjadi negara dengan ekonomi
strategi permodalan bank diantaranya adalah Mirza terbesar ke-16 di Dunia dengan GDP lebih dari $ 1
Hedismarlina Yuneline dan Achmad Herlanto triliun.1 Sebaliknya argumen umum, sejumlah besar
Anggono dari Sekolah Bisnis dan Manajemen, orang Turki Pejabat pemerintah dan eksekutif
Institut Teknologi Bandung tahun 2012 yang berjudul perbankan terkemuka percaya bahwa modal baru
“Alternatif Strategi Keuangan padaRencana Bisnis Basel III yang ketat Persyaratan akan memiliki
Bank BJB untuk Memperkuat Permodalan”. sedikit atau tidak ada dampak pada sektor perbankan
Penelitian ini bertujuan mengkaji strategi keuangan Turki yang saat ini memiliki modal Rasio kecukupan
Bank BJB untuk mencapai permodalan sebagai Bank (CAR) sedikit di atas 16%, yang secara signifikan
Nasional. Penelitianini dimulai dengan mengkaji lebih tinggi dari 10,5% yang diberlakukan oleh Basel
kemampuan internal dengan mengevaluasi III pada Januari 2019.
mengevaluasi kinerja bank saat ini dalam hal Kemudian penelitian selanjutnya adalah dari
pertumbuhan aset, modal, aktiva produktif, Mohamad Adam, Taufik, dan Muhammad Aditya
profitabilitas, likuiditas, dan efisiensi.Kemudian Erfiyan Prathama dari Universitas Sriwijaya yang
dilakukan penyusunan proforma model untuk melakukan penelitian tentang Liquidity-stress testing

96 Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi


DAMPAK IMPLEMENTASI BASEL III TERHADAP PERMODALAN PADA BANK DI INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK)
Oleh : Mohammad Bonnario*

implementasi basel III di Indonesia. Populasi yang kelompok kontrol atau kelompok ibu-ibu perokok
dianalisis adalah 120 bank yang ada di Indonesia. dengan ibu-ibu bukan perokok adalah dua
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor kelompok yang tidak saling berkaitan.
perbankan di Indonesia memiliki penilaian yang
sangat baik bila peraturan standar Basel III diterapan, Fungsi Uji Beda Rataan
dengan nilai terendah adalah BCA dengan penilaian 1. Menguji teori
8,89 dan nilai tertinggi diperoleh BRI dengan penilaian Artinya berfungsi untuk menguji kesahihan
9.68. Laporan penelitian ini menunjukkan bahwa teori. Pernyataan teori dalam bentuk yang teruji
peraturan standar Basel III dapat diterapkan di disebut hipotesis. Teori adalah satu satu prinsip
Indonesia. yang dirumuskan untuk menerangkan
sekelompok gejala/peristiwa yang saling
METODOLOGI berkaitan. Teori menunjukkan adanya hubungan
Uji Beda T-Test antara fakta yang satu dengan fakta yang lain.
Penelitian ini menggunakan data dengan 2. Mendeskripsikan fenomena sosial
menggunakan implikasi dari basel III mengenai hipotesis memberikan informasi kepada peneliti
Permodalan bank dan tingkat kecukupan modal tentang apa yang nyata-nyata terjadi secara
dengan objek yakni PT.Bank Negara Indonesia empirik.
(Persero) Tbk dengan melihat Laporan KPMM BNI 3. Menyarankan teori baru, apabila hasil
sebelum dan sesudah implementasi Basel III. pengujian hipotesis dapat membentuk proposisi,
Metode yang dilakukan untuk penelitian ini adalah asumsi atau penjelasan tentang suatu peristiwa.
uji beda t-test. Uji beda t-test digunakan untuk Komponen Basel II dan Basel III
menentukan apakah dua sampel yang tidak Perubahan pada Basel II ke Basel III dapat dilihat
berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. dari tabel dibawah ini :
Uji beda t-test dilakukan dengan cara Tabel 3.3
membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata Perubahan Komponen Modal dari Basel II
dengan standart error dari perbedaan rata-rata dua ke Basel III
sampel atau dapat ditulis dengan rumus sebagai Basel II Basel III Perubahan
Komponen
berikut : Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Modal Inti 70,172,541 82% 79,644,529 95% 9,471,988 13%
Rata-rata sample pertama – rata rata sampel kedua Modal Disetor
R = ---------------------------------------------------------------------- Cadangan Tambahan Modal 62,269,005 73% 74,141,736 -4% 11,872,731 19%

Standar error perbedaan rata rata sampel ke dua Faktor Pengurangan Modal Inti (1,151,271) -1% (3,552,014) -4% (2,400,744) 209%

Standar error perbedaan dalam nilai rata-rata Modal Pelengkap 15,672,233 18% 4,633,546 5% (11,038,687) -70%

terdistribusi secara normal. Jadi beda uji t-test adalah Total Modal 85,844,774 100% 84,278,075 1 (1,566,699) -2%

membandingkan rata-rata dua grup yang tidak Sumber : Data diolah (2017)
berhubungan satu dengan yang lain. Apakah kedua
grup tersebut mempunyai nilai rata-rata yang sama HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
ataukah tidak sama secara signifikan. Gambaran Hasil penelitian
Penelitian ini menggunakan uji beda dimana
Mengaplikasikan Data Uji Beda Rataan dilakukan pengujian perubahan dari basel II ke basel
Uji beda rataan dibagi menjadi 2 yaitu : III komponen mana saja yang mengalami perubahan
1. Uji Beda Rataan Dependen Pada Data secara signifikan yang kemudian mempengaruhi total
Berpasangan modal dan CAR secara keseluruhan. Uji ini dilakukan
Uji-t untuk data berpasangan berarti setiap untuk melihat perubahan yang terjadi ketika Basel
subjek diukur dua kali.Misalnya sebelum dan III diterapkan yang mengubah basel II secara
sesudah dilakukannya suatu intervensi atau signifikan yang dijelaskan melalui analisa kuantitatif.
pengukuran yang dilakukan terhadap pasangan
orang kembar. Analisa hasil Uji Beda
2. Uji Beda Rataan Pada Data Independen Uji beda yang dilakukan pada penelitian ini adalah
Uji-t untuk data independen dilakukan terhadap Uji t dua sampel/kelompok mengenai uji t dua sampel
dua kelompok data yang tidak saling berkaitan dibagi kedalam dua jenis yaitu uji t dua sampel/
antara satu dengan lainnya.Misalnya kelompok independent (bebas) dan uji t dua sampel
membandingkan kelompok intervensi dengan dependent(berpasangan). Uji komparasi antar dua

Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi 97


DAMPAK IMPLEMENTASI BASEL III TERHADAP PERMODALAN PADA BANK DI INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK)
Oleh : Mohammad Bonnario*

nilai pengamatan berpasangan, misalnya: sebelum dan Dari tabel diatas, dapat ditarik pembahasan
sesudah digunakan pada uji parametrik dimana sebagai berikut :
syaratnya sebagai berikut : 1. Rata-rata komponen modal yang diperhitungkan
1. Satu sampel (setiap elemen mempunyai 2 nilai ketika sebelum menggunakan Basel III adalah
pengamatan) sebesar 21,461,193. Setelah menggunakan
2. Merupakan data kuantitatif (rasio-interval) Basel III menjadi sebesar 21,069,519. Terjadi
3. Berasal dari populasi dgn distribusi normal (di penurunan secara deskriptif.
populasi terdapat distribusi difference = d yang 2. Hasil Varians sangat berbeda yaitu dari
berdistribusi normal dengan mean ìd=0 dan 788,010,491,261,895 dan 1,279,124,858,153,880.
variance =1) dan jumlah observasi sampel yang digunakan
Uji beda ini dilakukan untuk membuktikan bahwa yaitu 4. dengan degree of freedom(df) yaitu 4-
terdapat perbedaan pada KPMM BNI sebelum Basel 1 adalah 3.
III dan setelah Basel III. Adapun data yang digunakan 3. Selain itu ada deskriptif berupa korelasi pearson
sebagai berikut : yaitu 0.98499 sehingga bisa dikatakan hubungan
Tabel 4.1 sangat erat.
Perubahan Komponen modal sebelum dan 4. Hipotesis yang digunakan yaitu hipotesis dua
sesudah Basel III arah sehingga menggunakan two tail. hasilnya t
NILAI STATISTIKA tabel yaitu 3.18244 dengan p value sebesar
Nama
SEBELUM SESUDAH 0.93916. oleh karena p value lebih besar dari
Modal Disetor 9,054,807 9,054,807 alfa 5% maka keputusannya Tolak H0.
Cadangan Tambahan Modal 62,269,005 74,141,736
Faktor Pengurangan Modal Inti (1,151,271) (3,552,014)
5. H0 ditolak, sehingga disimpulkan bahwa
Modal Lengkap 15,672,233 4,633,546 terdapat perbedaan yang signifikan antara
Sumber : Data diolah (2017)
Komponen modal sebelum dan sesudah Basel
III
Untuk merumuskan uji beda tersebut, maka
terlebih dahulu dirumuskan Hipotesis. Adapun Analisa Perubahan Basel
hipotesisnya adalah : Terdapat perubahan yang signifikan dari KPMM
1. H0 : µ1 = µ2 ( Tidak terdapat perbedaan BNI sebelum menggunakan basel II dan setelah
signifikan antara KPMM sebelum Basel III dan menggunakan Basel III. Adapun perubahan tersebut
setelah Basel III) setelah menggunakan uji beda dapat dikemukakan
2. H1 : µ1 ‘“ µ2 ( Terdapat perbedaan signifikan melalui penjabaran dibawah ini :
antara KPMM sebelum Basel III dan setelah 1. Perubahan pada template penyajian
Basel III) 2. Perpindahan dan penghapusan post.
3. Titik kritis yaitu alfa 5% 3. Perubahan total Modal serta CAR
4. Daerah Kritis : db = n -1 = 4-1 = 3 4. Tambahan Buffer
Kemudian, dilakukan uji beda dimana hasil dari Kontribusi kondisi permodalan BNI setelah
uji beda tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: implementasi Basel III terhadap bisnis BNI
Tabel 4.2 Melihat dari hasil pembahasan di sub bab
Hasil T-Test pairedTwo Sample for Means sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
permodalan BNI sudah cukup mampu untuk
mendukung pertumbuhan bisnis lewat mitigasi risiko
yang ditimbulkan. Hal ini dibuktikan dengan
pertumbuhan modal yang selalu lebih tinggi dari DPK
yang memungkinkan BNI untuk meyakinkan para
kreditur untuk tidak khawatir karena modal BNI
sudah cukup mampu untuk mengcover kejadian-
kejadian yang membahayakan bank sepertu rush,dll.
Kemudian dari sisi pertumbuhan bisnis, permodalan
Sumber : hasil T –test paired rwo sample for Means (2017)
BNI juga masih mampu untuk menopang ekspansi
kredit yang cukup tinggi yang dibuktikan dengan
space penyediaan dana pada BMPK yang masih

98 Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi


DAMPAK IMPLEMENTASI BASEL III TERHADAP PERMODALAN PADA BANK DI INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK)
Oleh : Mohammad Bonnario*

cukup luas pada tahun 2016. Dan terakhir, modal BNI peningkatan ini BNI mampu untuk mengcover
juga cukup mampu untuk menyokong pertumbuhan risiko yang timbul serta menahan Buffer yang
laba sehingga dengan menggunakan modal pun BNI akan diaplikasikan ditahun mendatang. Adapun
masih bisa untuk menambah laba usahanya. peningkatan tersebut dapat dilihat di tabel
proyeksi dibawah ini :
Strategi meningkatkan Permodalan untuk Tabel 4.7
mendukung pertumbuhan bisnis Proyeksi total Modal serta Rasio CAR 2017-2021
Melihat dari hasil pembahasan di sub bab TAHUN 2017 2018 2019 2020 2021
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kemampuan Modal Wal
Kredit yang diberikan
84.278.075
447.145.774
97.209.635
558.932.217
114.279.294
709.843.916
137.323.334
922.797.090
170.737.192
1.245.776.072
Pendapatan Bunga 67.071.866 95.018.477 141.968.783 249.155.214 373.732.822
permodalan BNI sudah cukup mampu untuk Beban CKPN 22.357.289 39.125.255 63.885.952 92.279.709 161.950.889
Laba Bersih 12.931.560 17.069.659 23.044.040 33.413.858 51.457.341
mendukung pertumbuhan bisnis lewat mitigasi risiko Modal yang diharapkan 97.209.635 114.279.294 137.323.334 170.737.192 222.194.533
ATMR 457.121.258 489.119.746 533.140.523 586.454.575 662.693.670
yang ditimbulkan. Hal ini dibuktikan dengan CAR
Capital Conservation Buffer
21% 23% 26% 29% 34%

pertumbuhan modal yang selalu lebih tinggi dari DPK Countercylical Capital Buffer
Capital Surcharge
1,250%
1,375%
2%
1,875%
2,5%
2,5%
2,5%
2,5%
2,5%
2,5%
CAR After Buffer 17,64% 17,61% 18,26% 21,61% 26,03%
yang memungkinkan BNI untuk meyakinkan para CAR Menurut Profil Risiko 9,80% 9,80% 9,80% 9,80% 9,80%

kreditur untuk tidak khawatir karena modal BNI Adapun asumsi yang digunakan adalah :
sudah cukup mampu untuk mengcover kejadian- TAHUN 2017 2018 2019 2020 2021
kejadian yang membahayakan bank sepertu rush,dll. Peningkatan Kredit
Pendapatan Bunga
20%
15%
25%
17%
27%
20%
30%
27%
35%
30%

Kemudian dari sisi pertumbuhan bisnis, permodalan Beban CKPN


Peningkatan Laba Bersih
5%
20%
7%
32%
9%
35%
10%
45%
13%
54%
ATMR 5% 7% 9% 10% 13%
BNI juga masih mampu untuk menopang ekspansi Sumber : data diolah (2017)
kredit yang cukup tinggi yang dibuktikan dengan
space penyediaan dana pada BMPK yang masih 2. Mengendalikan ATMR Kredit
cukup luas pada tahun 2016. Dan terakhir, modal BNI Peningkatan CAR tidak semata-mata
juga cukup mampu untuk menyokong pertumbuhan dipengaruhi oleh peningkatan modal. Ada hal
laba sehingga dengan menggunakan modal pun BNI yang harus diperhatikan adalah ATMR (Aktiva
masih bisa untuk menambah laba usahanya. Tertimbang Menurut Risiko). Karena ATMR
Hal ini tentu menggembirakan. Namun sebagai adalah faktor pembagi dimana jika terus
bank yang harus terus berkembang serta tantangan meningkat akan mengakibatkan rasio CAR
bisnis yang semakin tinggi, BNI harus meningkatkan menurun sehingga akan menggerus kemampuan
permodalannya karena risiko-risiko yang sudah modal BNI. Pada studi tentang BNI, ATMR
semakin banyak, mulai dari risiko turunnya suku paling besar disumbang oleh ATMR kredit
bunga yang berimbas dengan turunnya NIM serta dimana memang risiko yang menyertai dari
bertambahnya Buffer dalam komponen permodalan aktivitas perkreditan sangatlah besar. ATRM
yang menggerus CAR sehingga BNI mau tidak mau kredit menyumbang sebesar 86% dari total
harus melakukan pembenahan untuk meningkatkan ATMR. Hal itu wajar karena perhitungan PD
permodalannya. Ada banyak hal yang bisa dilakukan LGD yang mengharuskan BNI untuk
BNI untuk meningkatkan permodalannya. Adapun menyediakan beban CKPN bagi kredit
strategi tersebut antara lain:: perkolektibilitasnya serta perhitungan ATMR
1. Meningkatkan Laba bersih kredit yang memang memperhitungkan
Tentu ini strategi yang paling realistis persentase besar untuk kredit yang bukan
untuk meningkatkan permodalan BNI karena berasal dari pemerintah atau BUMN lainnya.
laba bersih secara langsung meningkatkan Jadi karena sebagian besar Kredit BNI ditopang
proporsi Permodalan. Laba bersih BNI didorong oleh korporasi dan bukan dari BUMN atau
dari pertumbuhan kredit yang optimal, jadi untuk pemerintah, maka ATMRnya juga ikut besar.
bisa meningkatkan permodalan, BNI harus Oleh karena itu untuk menjaga ATMR ini sendiri
meningkatkan jumlah kredit untuk bisa adalah dengan mengendalian kolektibilitas kredit
menambah Pendapatan bunga sehingga sehingga beban CKPN terjaga serta membagi
menambah modal BNI dan CAR nya. Adapun persentase pembagian kredit yang diberikan
pertambahan kredit harus pula didukung dengan kepada masing-masing debitur sehingga
pengawasan akan kredit sehingga kredit persentase perhitungan ATMR kredit bisa lebih
bermasalah bisa juga ditahan sehingga beban kecil. Jika dapat dilihat dalam bentuk proyeksi
CKPN juga berkurang. Diharapkan dengan sebagai berikut :

Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi 99


DAMPAK IMPLEMENTASI BASEL III TERHADAP PERMODALAN PADA BANK DI INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK)
Oleh : Mohammad Bonnario*

Tabel 4.8 cara membagi proporsi kredit kepada pihak yang


Proyeksi pengendalian ATMR kredit risikonya lebih rendah seperti pemerintah
dengan bank lain dalam bentuk kredit sindikasi
pembangunan yang dijamin oleh pemerintah
dengan risiko rendah yang pada akhirnya juga
meningkatkan laba BNI dengan pendapatan
bunga yang besar. Diharapkan dengan cara ini
ATMR kredit bisa dikendalikan sehingga CAR
BNI makin besar dan mampu untuk menyokong
bisnis BNI serta menahan buffer dari basel III
itu sendiri
Dengan asumsi : 3. Strategi ini akan menambah kemampuan BNI
untuk menahan berbagai macam risiko yang
menyertai dengan backup dari modal ini sendiri
sehingga mampu untuk menyokong bisnis BNI.

Sumber : data diolah (2017) Daftar Pustaka


Bank Indonesia, Gubernur. Frequently asked
KESIMPULAN DAN SARAN Questions PBI NO 15/12/PBI/2013 (2013).
Kesimpulan Bank Indonesia, Gubernur. PBI NO.15/12/PBI/2013
1. Perubahan yang terjadi dari KPMM BNI tentang Kewajiban penyediaan modal minimum
sebelum menggunakan basel II dan setelah bank umum (2013).
menggunakan Basel III yakni perubahan pada Bank Indonesia, Gubernur. PBI NO.14/18/PBI/2012
template penyajian, perubahan dan perpindahan tentang Kewajiban penyediaan modal minimum
post, perubahan total modal dan CAR, serta bank umum (2012).
tambahan buffer. Bank Indonesia, Gubernur. SEBI NO.13/6/DPNP/
2. Permodalan BNI masih memberikan kontribusi 2011 tentang Pedoman Perhitungan Aset
besar bagi bisnisnya, diantara lain mampu Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Kredit
mengcover penarikan besar-besaran dari DPK dengan Menggunakan Pendekatan Standar
karena pertumbuhan modal, kemudian kondisi (2011)
kredit BNI sendiri masih sangat baik karena Nasiruddin, A. (2012). Manajemen Permodalan bank.
selain dengan jumlah kredit yang diberikan besar Kompas Media.
sehingga dapat menahan risiko kredit dalam pengaturan perbankan, D. penelitian. konsep
bentuk CKPN, serta dengan Space penyediaan permodalan menurut basel (2006).
dana yang masih lebar membuat BNI masih Riyanto, Bambang. 2007. Dasar-dasar Pembelanjaan
mampu untuk melakukan ekspansi kredit dengan : BPFE, Yogyakarta. Yogyakarta
agresif. Dendawijaya, Lukman.2000. Manajemen
3. Strategi yang sudah dijalankan oleh BNI sudah Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
sesuai dan harus ditambahkan kembali Ramahdani, Rachmat. 2008. Analisis faktor-faktor
permodalan karena masih banyak risiko yang yang mempengaruhi permodalan bank
menyertai serta iklim usaha yang masih :Universitas Diponegoro Repository, Semarang.
bergejolak. Semarang
Ginanjar, R Arif. 2008. Pengaruh Tingkat Kecukupan
Saran Modal (Capital Adequacy Ratio) Terhadap
1. Meningkatkan Laba bersih untuk meningkatkan Profitabilitas Bank (Penelitian Pada Bank-Bank
total modal dengan cara meningkatkan ekspansi Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek
kredit dengan memperhatikan kualitas kredit Jakarta): Universitas Widyatama Repository,
sehingga pendapatan kredit bisa maksimal serta Bandung. Bandung
beban CKPN bisa optimal Nurani, Agustina. 2009. Pengaruh PBI terhadap
2. Mengendalikan ATMR kredit karena ATMR struktur modal pada bank di Indonesia:
kredit merupakan komponen besar untuk Universitas Indonesia Repository, Jakarta.
menurunkan CAR. Pengendalian ini dengan Jakarta

100 Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi


DAMPAK IMPLEMENTASI BASEL III TERHADAP PERMODALAN PADA BANK DI INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK)
Oleh : Mohammad Bonnario*

Wibowo, Seto Eddy. 2013. Faktor-faktor yang Kuncoro, Mudrajad, 2000, Ekonomi Pembangunan,
mempengaruhi struktur modal di Indonesia Teori masalah dan kebijakan, Penerbit UPP
(studi empiris pada perusahaan perbankan yang AMP YKPN, Yogyakarta.
terdaftar di BEI) :UniversitasDiponegoro Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate
Repository, Semarang. Semarang Dengan Program SPSS.BP Universitas
Fitrianto, Hendra. 2006. Analisis pengaruh kualitas Diponogoro, Semarang.
aset, likuiditas, rentabilitas, dan efisiensi terhadap Adam, Muhammad.Taufik.Prathama, Muhammad
rasio kecukupan modal perbankan yang Aditya Erfan. Bank Liquidity – Stress testing
terdaftar di BEJ:UniversitasDiponegoro and Basel III Implementation in Indonesia.
Repository, Semarang. Semarang Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan.
Sandyo, Ratu Ayomi Sinar. 2012. Analisis Hubungan Taskinsoy, John. Rigorous capital requirements under
antara Struktur Modal dengan Profitabilitas PT basel III possible impact on turkey’s financial
Bank Rakyat Indonesia, Tbk : Institute Pertanian sector.University of Malaysia. Malaysia
Bogor Repository, Bogor. Bogor Yuneline, Mirza Hedismarlina.Anggono, Achmad
Gujarati, Damodar. 1997. Ekonometrika Dasar, Herlanto. Alternatif Strategi Keuangan pada
Erlangga, Jakarta. Rencana Bisnis Bank BJB untuk Memperkuat
J. Supranto, 2001. Statistik Teori dan Aplikasi, Cetakan Permodalan. Sekolah Bisnis dan Manajemen,
Kedua, Jakarta: PenerbitErlangga. Institut Teknologi Bandung. Jawa Barat.

Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi 101


102 Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi

Anda mungkin juga menyukai