Anda di halaman 1dari 1

Pemerintah berusaha keras untuk mengatasi pandemi COVID-19 serta mendorong

program pemulihan ekonomi nasional dan memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat,
kemudian berkomitmen menjalankan transformasi ekonomi di antaranya melalui UU No. 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UUCK) yang diterbitkan 2 November 2020. Terbitnya UUCK
memberikan perubahan dalam proses perizinan dan perluasan bidang usaha untuk investasi yang
diharapkan mempu mendorong percepatan investasi dan pembukaan lapangan kerja baru.
Dengan metode Omnibus Law, sebanyak 79 UU direvisi dan disederhanakan menjadi satu
UU.Berdasarkan Bab III Pasal 6 UUCK, peningkatan ekosistem investasi dan kemudahan
berusaha didukung dengan adanya penerapan perizinan berusaha sektoral dan perizinan
persyaratan investasi.
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko merupakan paradigma baru dalam percepatan proses
perizinan untuk meningkatkan daya saing investasi di Indonesia. Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko mengusung konsep “trust but verify”, yang artinya pemerintah akan memberikan
kepercayaan (trust) kepada para pelaku usaha dengan memberikan kemudahan dan kecepatan
dalam berbagai terobosan dalam mendapatkan perizinan usaha. Dibutuhkan suatu penyesuaian
khususnya terhadap kegiatan usaha tingkat risiko menengah dengan jenis perizinan yang
diberikan adalah dalam bentuk Nomor Induk Berusaha (NIB) dan sertifikan standar. Penialaian
terhadap risiko dilakukan melalui penentuan tingkat risiko atas terjadinya cedera atau kerugian
yang terdiri dari 3 tingkat (rendah, menengah, dan tinggi) dengan mempertimbangkan 5 aspek
risiko (kesehatan, keselamatan, lingkungan, pemanfaatan, dan pengelolaan sumber daya juga
aspek risiko lain yang disesuaikan dengan kegiatan usaha). Penyelenggaraan perizinan berusaha
berbasis risiko termuat dalam Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau
biasa disebut sistem Online Single Submission (OSS) yang diberlakukan mulai 2 Juli 2021.
Pelaksana usaha yang akan memulai kegiatan usaha harus memenuhi persyaratan yang terdiri
dari Kesesuaian Kegiatan Pemenfaatan Ruang (KKPR), persetujuan lingkungan, persetujuan
bangunan gedung, dan sertifikan laik fungsi.
Proyek Strategis Nasional (PSN) merupakan proyek dan/atau program yang dilaksanakan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau badan usaha yang memiliki sifat strategis untuk
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dalam rangka upaya penciptaan kerja dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Koordinasi, pemantauan, debottlenecking (memfasilitasi
proyek yang terhambat) percepatan penyediaan PSN dilakukan oleh komite Percepatan
Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian.
Isu strategis dalam pelaksaan PSN terdiri dari pendanaan dan pembiayaan (keterbatasan
APBN dan kondisi pandemi), perencanaan dan penyiapan (regulasi dan perubahan perencanaan
proyek, kajian dan dokumen perencanaan, dan dukungaan pemerintah yang diharapkan),
konstruksi (jadwal pelaksanaan proyek yang terdampak, kondisi alam yangkurang mendukung,
perubahan perencaan konstruksi akibat penyesuaian, dan keterbatasan dana), pengadaan tanah
(konflik pengadaan milik instansi/pemerintah/tanah wakaf/tanah kas desa, pengurusan perizinan,
sengketa, dan isu sosial).

Anda mungkin juga menyukai