Anda di halaman 1dari 21

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA


RSUD SULTAN MUHAMMAD JAMALUDIN I
Jalan: Provinsi SukadanaKodePos 78852

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


SULTAN MUHAMMAD JAMALUDIN I
NOMOR: TAHUN 2022

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN MUHAMMAD JAMALUDIN I

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN MUHAMMAD JAMALUDIN I,


Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan secara
efektif dan efisien, serta untuk menjamin tercapainya hasil mutu
pelayanan yang sesuai visi dan misi Rumah Sakit, khususnya
dalam upaya pelaksanaan pencegahan dan pengendalian
infeksidiperlukan adanya suatu KebijakanPelayananPencegahan
Dan PengendalianInfeksidi Rumah Sakit Umum Daerah Sultan
Muhammad Jamaludin I;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a maka perlu ditetapkansuratkeputusanPada Rumah Sakit
Umum Daerah Sultan Muhammad Jamaludin I;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009


Tentang Rumah Sakit;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014Tentang Kesehatan;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015
Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI PADA RUMAH SAKIT SULTAN
MUHAMMAD JAMALUDIN I.
Pertama : Peraturantentangkebijakanpelayananpencegahan dan
pengendalianInfeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan
Muhammad Jamaludin Idiberlakukansecarakonsisten;
Kedua : Pembinaan dan pengawasanpenyelenggaraanpencegahan dan
pengendalianinfeksidilaksanakan oleh KepalaRumah Sakit Umum
Daerah Sultan Muhammad Jamaludin I.
Ketiga : Segala biaya yang diakibatkan dengan dikeluarkannya keputusan ini
dibebankan pada anggaran Rumah Sakit Umum Daerah Sultan
Muhammad Jamaludin I.
Keempat : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkandengan
ketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan surat keputusan ini akan diadakan perubahan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Sukadana
Pada tanggal : 2 Januari 2022
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SULTAN MUHAMMAD JAMALUDIN I,

MARIA FRANSISCA ANTONELLY SCHOGGERS

Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum


Daerah Sultan Muhammad Jamaludin I
Nomor : Tahun 2022
Tentang : KebijakanPelayananPencegahan Dan
PengendalianInfeksiPada Rumah Sakit
Umum Daerah Sultan Muhammad
Jamaludin I

KEBIJAKAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

BAB I
Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

1. Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Muhammad Jamaludin I menyelenggarakan


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dalam rangka melindungi pasien,
pengunjung dan petugas terhadap penularan infeksi di rumah sakit.
2. Satu ataulebihindividumengawasi program Pencegahan dan PengendalianInfeksi
3. Kualifikasiindividu yang kompetensesuaiukuranrumahsakit,tingkatresiko,ruanglingkup
program dan kompleksitasnya.
4. Individu yang menjalankantanggungjawabpengawasansebagaimanaditugaskanatau yang
tertulisdalamuraiantugas.
5. RSUD SultanMuhammad Jamaludin I menyelenggarakan pemantauan kegiatan PPI
dengan membentuk Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
6. Tim PPI RSUD SultanMuhammad Jamaludin Ibertanggung jawab langsung kepada
KepalaRumahSakit.
7. Tim PPI terdiri dari individu yang kompeten sesuai ukuran rumah sakit, tingkat risiko,
ruang lingkup program dan kompleksitasnya.
8. Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai dengan uraian
tugas yang tercantum dalam Pedoman Manajerial PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas
Kesehatan Lainnya yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2008.
9. RSUD SultanMuhammad Jamaludin Imembentuk IPCN (Infection Prevention and
Control Nurse) purnawaktu yang bertugas mengawasi seluruh kegiatan PPI.
10. Dalam melaksanakan tugasnya IPCN dibantu oleh IPCLN (Infection Prevention and
Control Link Nurse) sebagai pelaksana harian/penghubung di unit masing-masing.
11. RSUD SultanMuhammad Jamaludin Imenetapkan mekasnisme untuk koordinasi
program pencegahan dan pengendalian infeksi.
12. Kegiatan koordinasi PPI merupakan gerakan bersama yang sinergi dari semua pihak
yang melibatkan dokter, perawat profesional pencegahan dan pengendali infeksi, house
keeping dan tenaga lainnya sesuai ukuran dan kompleksitas rumah sakit.
13. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
14. Tim PPI wajib membuat laporan setiap bulan dan dilaporkan pada
KepalaRumahSakitsetiaptigabulansekali.
15. PPI mendapatkan alokasi sumber daya yang cukup dan dimasukkan dalam Rencana
Anggaran Belanja (RAB) tahunan.

BAB II
Program PPI
1. PPI menyusun dan mengimplementasikan program komprehensif dan rencana
penurunan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien, keluarga, pengunjung
dan tenaga kesehatan.
2. Program PPI harus berdasarkan atas ilmu pengetahuan terkini, pedoman praktik yang
diakui dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan standar
sanitasi/kebersihan dari badan-badan nasional dan harus selalu berorientasi kepada mutu
dan keselamatan pasien.
3. Pimpinan rumah sakit menunjuk staf yang cukup untuk program PPI yang
terdiridariKetua Tim PPI, IPCD,IPCN dan IPCLN.
4. Pimpinan rumah sakit mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk program
PPIdenganmemfasilitasi SDM yang memadai, peralatanmedis dan tekhnologi yang
canggih.
5. Rumah sakit menyediakan sistem manajemen informasi untuk mendukung program PPI.
6. Program PPI harus komprehensif dan terdapat rencana menurunkan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan pada pasien dan tenaga kesehatan.
7. Program PPI harus termasuk kegiatan surveilance yang sistematik dan proaktif untuk
menentukan angka infeksi biasa (endemik) dan sistem investigasi outbreak dari penyakit
infeksi.
8. Program PPI diarahkan oleh peraturan dan prosedur yang berlaku.
9. Tujuan penurunan risiko dan sasaran program PPI harus terukur dan direview secara
teratur.
10. Program sesuai dengan ukuran, lokasi geografis, pelayanan dan pasien rumah sakit.
11. Semua area pelayanan pasien, staf dan pengunjung di rumah sakit harus dimasukkan
dalam program PPI.
12. Tim PPI harus telah melakukan manajamen risiko dengan mengidentifikasi proses-
proses pelayanan yang terkait dengan risiko infeksi sebelum menyusun program.
13. Program PPI dilaksanakan 24 jam secaraterusmenerus.
14. PPI mengusulkan kebijakan, menyusun pedoman, panduan, prosedur ataupun melakukan
edukasi staf, merubah cara praktik dan kegiatan lain yang diperlukan dalam penerapan
strategi penurunan risiko infeksi.
15. Kegiatan yang terdapat dalam program PPI diintegrasikan ke dalam program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
16. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan PPI termasuk dalam program peningkatan mutu
dan keselamatan rumah sakit.

BAB III
Surveilans Rumah Sakit
1. Rumahsakitharusmengidentifikasisecaraepidemiologiinfeksipenting ,tempatinfeksi dan
alat-alatterkait,prosedur dan praktek-praktek yang
memberikanfokusdariupayapencegahan dan penurunanrisiko dan
insideninfeksiterkaitpelayanankesehatan.
Pendekatanberdasarkanrisikomenggunakansurveilanssebagaikomponenpentinguntukmen
gidentifikasipraktikataukegiatandariinfeksi yang seharusnyamenjadifokusprogramnya.
Pendekatanberdasarkanrisikomenggunakansurveilanssebagaikomponenpentinguntukpen
ggumpulan dan analisis data yang mengarahkanassesmenrisiko.
2. Rumahsakitmenggumpulkan dan mengevaluasi data dan tempatinfeksi yang
relevansebagaiberikut:
a) Saluranpernafasan ,seperti: prosedur dan
peralatanterkaitdenganintubasi,dukunganventilasimekanis, dan lain sebagainya.
b) Salurankemihseperti: prosedurinvansif dan peralatanterkaitdenganindwelling
urinarykateter,system drainaseurin dan lain sebagainya.
c) Peralatanintravaskulerinvansif,sepertiinsersi dan pelayananvena perifer dan lain
sebagainya.
d) Lokasioperasi, seperti: pelayanan dan tipepembalutluka dan proseduraseptikterkait
e) Penyakit dan organisme yang signifikansecaraepidemiologis, multi drug resistant
organism, virulensiinfeksi yang tinggi.
f) Muncul dan pemunculanulang (emerging atau reemerging) infeksi di masyarakat.
3. Rumah sakit menetapkan fokus program melalui pengumpulan data dan tempat infeksi
yang relevan.
4. Data yang dikumpulkantentangsaluran pernafasan, saluran kemih, peralatan
intravaskular invasif, lokasi operasi, penyakit dan organisme yang signifikan secara
epidemiologis,multi drug resistant organism, virulensiinfeksi yang
tinggi.Adanyamuncul dan pemunculanulang (emerging atau reemerging) di masyarakat
di kumpulkan dan evaluasi atau dianalisis.
5. Berdasarkanevaluasi/analisis data tersebutmakadiambil tindakan memfokus atau
memfokus ulang program PPI.
6. Rumah sakit melakukan asesmen terhadap risiko paling sedikit setiap tahun dan hasil
asesmen di dokumentasikan.
7. Rumahsakittelahmengimplementasistrategipenurunanrisikoinfeksi pada seluruh proses
dan mengidentifikasi proses terkaitdenganrisikoinfeksi.
8. Obatdipersiapkan dan disalurkandalam area yang bersih dan amandenganperalatan dan
suplai yang memadai.
9. Surveilans dilakukan disetiap ruang perawatan atau ruangan lain yang berisiko terhadap
terjadinya infeksi di rumah sakit.
10. Surveilans di lakukan pada pasien yang dirawat atau mendapat tindakan yang berisiko
terjadinya infeksi rumah sakit.
11. Tim PPI mengidentifikasi risiko dan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan
kemudian data dianalisis untuk menilai kecendrungan infeksi terkait pelayanan
kesehatan.
12. Laporan infeksi rumah sakit disampaikan oleh Tim PPI kepada direktur setiap 3 bulan.
13. Kegiatan PPI diukur dan hasilnya diidentifikasi untuk mendapatkan data infeksi yang
penting secara epidemiologis.
14. Hasil analisis digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menata ulang prosedur yang
ada untuk menurunkan risiko infeksi ke level serendah mungkin.
15. Angka infeksi terkiat pelayanan kesehatan dibandingkan dengan angka-angka dirumah
sakit lain melalui komparasi data dasar
16. Rumah sakit membandingkan angka yang ada dengan acuan yang baik dan bukti ilmiah.
17. Hasail pengukuran di komunikasikan kepada staf medis, perawat dan manajemen.
18. Hasil program PPI dilaporkan kepada Dinas Kesehatan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
19. Rumah sakit melakukan tindak lanjut yang benar terhadap laporan dari Kementerian
Kesehatan atau Dinas Kesehatan.

BAB IV
Alat Pelindung Diri (APD)
1. Rumahsakitmengidentifikasisituasidimana masker, pelindungmata,
gaunatausarungtangandiperlukan dan melakukanpelatihanpenggunaannyasecaratepat dan
benar.
2. RumahSakitmengatur dan memenuhistandarterkait, undang-undang dan peraturan yang
berlaku.
3. APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standar dan isolasi dengan selalu
mengukur potensi risiko spesifik pada setiap aktivitas pelayanan/tindakan medik
sehingga tepat, efektif, dan efisien.
4. Sarung tangan, dan atau masker dan atau pelindung mata dibutuhkan bila mungkin
terkena darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, dan bahan terkontaminasi, mukus
membran dan kulit yang tidak utuh, kulit utuh yang potensial terkontaminasi.
5. APD digunakan di area dimana di perkirakan adanya risiko terpajan/terpapar cairan
tubuh atau area terkontaminasi, sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum
memasuki ruangan.
6. APD digunakan dan dilepaskan secara tepat, benar dan hati-hati.
7. Resikokeamananradiasi yang
diidentifikasidiimbangidenganproseduratauperalatankhususuntukmengurangiresiko.
8. Program pengawasan dan pengarahandapatditugaskankepada 1(satu) orang ataulebih,
dimanakompetensipetugastersebutberdasarkanataspengalamanataupelatihan.
9. Petugastersebutmerencanakan dan melaksanakan program yang meliputi:
a. Merencanakansemuaaspekdari program
b. Melaksanakan program
c. Edukasistaf
d. Memonitor dan melakukan uji coba program
e. Melakukanevaluasi dan revisi program secaraberkala
f. Memberikanlaporantahunanke badan pengelolatentangpencapaian program
g. Menyelenggarakanpengorganisasian dan pengelolaansecarakonsisten dan
terusmenerus
10. Adanya program untukmemonitorsemuaaspekdari program ManajemenRisikofasilitas /
lingkungan dan datamonitoring digunakanuntukmengembangkanataumeningkatkan
program.

BAB V
Kebersihan Tangan
1. Rumahsakitmengidentifikasisituasi mana diperlukanprosedurcucitangan,
desinfeksitanganataudesinfeksipermukaan.
2. Prosedurcucitangan dan desinfeksidigunakansecarabenardiseluruh area tersebut.
3. Rumahsakitmengadopsipedomanhand hygienedarisumber yang berwenang.
4. Kebersihan tangan yang sesuai prosedur harus dilakukan disetiap area pelayanan dengan
benar.
5. Kebersihan tangan harus dilakukan pada saat lima momen tepat mencuci tangan yaitu
sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah kontak
dengan pasien, setelah terpapar cairan tubuh pasien dan setelah kontak dengan
lingkungan pasien.
6. Area yang harus cuci tangan yaitu telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari, ibu
jari dan ujung-ujung jari.
7. Kebersihan tangan harus dilakukan sesuai dengan prosedur diseluruh area rumah sakit.
8. Rujukanpenulisan Panduan atauProsedur kebersihan tangan sesuai dengan pedoman A
Guide to the Implementation of the WHO ultimodel Hand Hygeine Improvement
Srategy tahun 2009. Atau sumber nasional yang berwenang seperti Kementrian
Kesehatan.

BAB VI
Sterilisasi alat/instrumen kesehatan setelah dipakai
1. Pembersihan peralatan di RSUD Sultan Muhammad Jamaludin I, di lakukan di masing-
masingruangan.
2. Metode pembersihan peralatan, desinfeksi dan sterilisasi dilaksanakan diluar pelayanan
sterilisasi sentral harus sesuai dengan tipe peralatan.
3. Adanya proses koordinasi pengawasan yang menjamin bahwa semua metode
pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi sama diseluruh rumah sakit.
4. PPI melakukan pengawasan, pemantauan, koordinasi dan pelatihan untuk menjamin
metode pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi dilakukan dengan cara yang sama.
5. Kriteria pemilihan desinfektan didasari telaah secara cermat yaitu memiliki spektrum
luas dengan daya bunuh kuman yang tinggi dengan toksisitas rendah, waktu desinfeksi
singkat, stabil dalam penyimpanan, tidak merusak bahan dan efisien.
6. Penanggungjawabsterilisasialatmenyusun panduan dan prosedur tetap,
mengkoordinasikan serta melakukan monitoring dan evaluasi proses serta kualitas/mutu
hasil sterilisasi.

BAB VII
Pengawasan Peralatan Kadaluwarsa
1. RSUD SultanMuhammad Jamaludin I konsistendenganperaturan dan
perundanganditingkatnasional danadastandarprofesi yang mengidentifikasi proses
pengelolaanperalatan yang kadaluarsa.
2. Setiap peralatan/bahan medis yang kadaluwarsa ditempatkan pada tempat yang terpisah
dan dimusnahkan sesuai peraturan dan perundangan ditingkat nasional.
3. Apoteker melakukan identifikasi proses pengelolaan peralatan yang kadaluwarsa.
4. Setiap bagian di rumah sakit menjalankan manajemen pencegahan peralatan
kadaluwarsa dengan menerapkan first in first out dan FEFO serta relokasi
peralatan/bahan medis di suatu bagian yang mendekati massa kadaluwarsa kebagian lain
yang lebih mungkin untuk menggunakannya sebelum kadaluwarsa.

BAB VIII
Pemakaian Ulang Peralatan dan Material Sekali Pakai (single use yang di re-use)
1. Rumahsakitkonsistendenganperaturan dan perundangannasional dan
standarprofesitermasukidentifikasiuntukperalatan dan material single use yang di re-
useterhadap:
a) Peralatan dan bahan/material yang tidakpernahbisa di re-use.
b) Jumlahmaksimunre-usekhususnyauntuksetiapperalatan dan bahan/material yang di
re-use.
c) Tipepemakaian dan kerusakan,antara lain yang
mengidentifikasikanbahwaperalatantidakbisa di re-use.
d) Proses pembersihanuntuksetiapperalatan yang dimulaisegerasesudahdigunakan dan
diikutidenganprotokol yang jelas; dan
e) Proses untukpengumpulan,analisis dan penggunaandari data pencegahan dan
pengendalianinfeksi yang terkaitdenganperalatan dan material yang di re-use.
2. Penggunaan ulang (re-use) harus memperhatikan peralatan dan bahan yang tidak pernah
bisa di re-use, jumlah maksimal re-use khususnya untuk setiap peralatan dan bahan yang
di re-use, tipe pemakaian dan kerusakan yang mengindikasikan bahwa peralatan tidak
bisa di re-use, proses pembersihan untuk setipe peralatan yang dimulai segera sesudah
digunakan dan diikuti dengan prosedur yang jelas, proses untuk pengumpulan, analisis
dan penggunaan dari data PPI yang terkait dengan peralatan dan material yang di re-use.
3. Pengunaan ulang dapat dilakukan apabila alat tersebut dibutuhkan penggunaannya
namun sulit diperoleh atau sangat mahal harganya.
4. Pemrosesan alat dan bahan single use yang di re-use yang di sterilkan dan digunakan
kembali harus proses pencatatan dan pengawasan mutu di bagianmasing-masing
unit/Instalasi.
5. Alat medis yang sekali pakai yang non steril dilakukan pengawasan mutu dengan
melihat secara visual dan fungsi dari alat tersebut.
6. Ada form daftar peralatan dan monitoring alat single use yang di re use.

BAB IX
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
1. Rumahsakitmemproduksibanyaksampahsetiaphari, sering kali
sampahtersebutadalahataukemungkinaninfeksius. Pembuangansampah yang
memadaiakanmengurangirisikoinfeksidirumahsakit. Hal ininyata pada
pembuangancairantubuh dan bahan-bahan yang
terkontaminasidengancairantubuh,pembuangandarah dan komponendarah.
Untukpembuanganbendatajam dan jarum yang
tidakbenarmenjaditantanganbesarbagikeselamatan staff.
2. Rumahsakitmemastikanditerapkan dan mengatursecaraadekuatsemualangkahdalam
proses, mulaidarijenis dan penggunaanwadah, pembuanganwadah, dan
surveilensataspembuangan. Memastikansemuafasilitasuntukmelaksanakantersedia dan
tepatsertaadasurveilens/audit proses pembuangan.
3. RSUD SultanMuhammad Jamaludin Imembuatprosedurtertulis yang
mengaturpenanganan dan pembuanganbahaninfeksius dan berbahaya.
4. Pembuangan sampah infeksius dan cairan tubuh, dikelola untuk meminimalisasi resiko
penularan.
5. Penanganan dan pembuangandarah dan komponen darahdikelola untuk meminimalisasi
resiko penularan.
6. Benda tajam dan jarum dikumpulkan pada wadah khusus yang tidak dapat tembus
(puncture proof) dan tidak direuse sebagai mana ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan.
7. Pembuangan benda tajam dan jarum konsisten dengan kebijakan PPI rumah sakit.
8. Rumah sakit mengelolabendatajam dan jarum pada incineratorsecaraamanataubekerja
sama dengan sumber yang kompeten untuk menjaminbahwabenda tajam
dibuangditempatpembuangankhususuntuksampahberbahayaatausebagaimanaditentukan
oleh peraturanperundang-undangan.
9. PPI memantau dan mengawasi pembuangan benda tajam/jarum dirumah sakit agar
sesuai dengan kebijakan PPI.
10. Rumah sakit menyelenggarakan kegiatan pengolahan air limbah (IPAL) yang berasal
dari seluruh rumah sakit.

BAB X
Sanitasi Dapur
1. RumahSakitmelakukanpengontrolan engineering/Engineering control,seperti system
ventilasipositif,tudung biologis( biological hoods),thermostat pada unit pendingin dan
pemanas yang dipergunakanuntuksterilisasiperalatanmakan dan
dapur,adalahcontohpentingnyaperanstandarlingkungan dan
pengendaliandalamkontribusiuntuksanitasi yang baik dan mengurangirisikoinfeksi di
rumahsakit.
2. Sanitasi dapur dan penyiapan makanan ditangani dengan baik untuk meminimalisai
risiko infeksi.
3. Pengontrolan engineering/engineering control dilakukan terhadap fasilitas yang
diterapkan untuk pengolahan sehingga dapat mengurangi resiko infeksi.

BAB XI
Pengkajian Resiko Infeksi pada Konstruksi dan Renovasi di Rumah Sakit
1. Rumahsakitdalammelakukanasesmen dan melayanipasienmenggunakanbanyak proses
yang sederhanamaupun yang kompleks, masing-
masingterkaitdengantingkatresikoinfeksiuntukpasien dan staff.
Makapentingbagirumahsakituntukmemonitor dan mereview proses tersebut, dan
sesuaidengankelayakan, mengimplementasikebijakan, prosedur, edukasi, dan
kegiatanlainnya yang diperlukanuntukkegiatanlainnya yang
diperlukanuntukmenurunkanresikoinfeksi.
2. Rumahsakitmenggunakankriteria yang
mengaturdampakdarirenovasiataupembangunanbaruterhadappersyaratankualitasudara,pe
ncegahan dan pengendalianinfeksi, persyaratanutilisasi, kebisingan, getaran dan
prosedur emergency (kedaruratan).
3. Rumahsakittelahmengidentifikasi proses terkaitdenganrisikoinfeksi.
4. Rumah sakit mengimplementasi strategi penurunan risiko pada seluruh proses
pelayanan.
5. Rumah sakit mengidentifikasi risiko mana yang membutuhkan kebijakan dan atau
prosedur, edukasi staf, perubahan praktek dan kegiatan lainnya dalam upaya
menurunkan risiko infeksi.
6. Rumah sakit menggunakan kriteria resiko untuk menilai dampak renovasi atau
pembangunan (konstruksi) baru.
7. Resiko dan dampak renovasi atau kontruksi terhadap kualiatas udara dan kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi dinilai dan dikelola.
8. Pengkajian resiko infeksi dibuat berdasarkan dari panduan Infection Control Risk
Assesment (ICRA).
9. Setiap konstruksi maupun renovasi bangunan yang dilakukan dirumah sakit harus
mengutamakan keselamatan pasien, pengunjung dan petugas berdasarkan prinsip-prinsip
PPI.
10. Tim PPI melakukan pengkajian resiko infeksi dan tindak lanjut berkolaborasi dengan
bagian IPSRS dan K3RS.
11. Rumahsakitmenggunakankriteria yang
mengaturdampakdarirenovasiataupembangunanbaruterhadappersyaratankualitasudara,pe
ncegahan dan pengendalianinfeksi,persyaratanutilasi,kebisingan,getaran dan
proseduremergency (kedaruratan)

BAB XII
Perawatan Isolasi
1. Setiap pasien yang sudah diketahui atau diduga kuat menderita infeksi menular harus
diisolasi.
2. RSUD Sultan Muhammad Jamaludin I
mengaturpemisahanantarapasiendenganpenyakitmenular dan yang rentankarena
immunosuppressed atausebablain.
3. RumahSakitmengaturbagaimanacaramengelolapasiendenganinfeksiairboneuntukjangka
waktu yang pendekketikaruanganbertekanannegatiftidaktersedia.
4. Rumahsakitmempunyaistrategiuntukmenentukanalurpasiendenganpenyakitmenular.
5. Bilaruanganbertekanannegatiftersedia dan di monitor secararutinuntukpasieninfeksius
yang membutuhkanisolasiuntukinfeksiairbone,
bilaruanganbertekanannegatiftidaktersedia,
makapasienakandirujukkerumahsakitlain.Selama menunggu rujukan pasien ditempatkan
diruangan isolasi dan petugas selalu menggunakan alat pelindung diri yang standar
hingga sampai ketempat rujukan.
6. Jika kamar untuk satu orang tidak cukup dapat dilakukan penggabungan (cohorting),
dimana hanya pasien yang telah dipastikan dengan diagnosis laboratorium sebagai
pasien yang terinfeksi oleh pathogen yang sama yang dapat digabungkan ditempat yang
sama.
7. Jika kamar isolasi penuh, lakukan rujukan ke rumah sakit lain. Namun jika tidak
didapatkan tempat rujukan atau rujukan tidak memungkin dapat ditempatkan di kamar
lain yang diubah sedemikian rupa pada saat itu menjadi kamar isolasi hingga kamar
isolasi kosong atau tempat rujukan sudah ada.
8. Lakukan pemisahan antara pasien dengan penyakit menular dari pasien lain yang
berisiko tinggi, yang rentan karena immunosuppressed atau sebab lain termasuk
pemisahan terhadap staff rumah sakit.
9. Pasien dengan penyakit menular melewati alur yang sama dengan pasien biasa.
10. Rumah sakit menyediakan ruangan bertekanan negatif dengan memasang pendingin
ruangan atau kipas angin dijendela sedemikian rupa agar aliran udara keluar gedung
melalui jendela.
11. Rumah sakitmenetapkan mekanisme pengawasan ruangan bertekanan
negatifapabilaruangansudahtersedia.
12. Pasien infeksius yang di rawat diruang isolasi tidak boleh dikunjungi dan keluarga yang
menunggu menggunakan APD yang sesuai atau menunggu diluar ruangan.
13. Penanganan pasien yang immunosuppressed hanya melakukan stabilisasi keadaan
umum, bila sudah stabil rumah sakit meruju kefasilitas kesehatan yang lain.
14. Rumah sakit melakukan pelatihan staf yang melayani pasien infeksius tentang
pengelolaan pasien infeksius.
BAB XIII
Pengelolaan Linen

1. Manajemenlaundri dan linen dilakukan dengan tepat untuk meminimalisi risiko bagi
pasien dan staf rumah sakit.
2. Petugas harus menerapkan kewaspadaan standar pada saat mengelola linen.
3. RumahSakitmengidentifikasisistempendukung, gas medis, ventilisasi dan
sistemkuncilainnya yang diperiksa, diujicoba, dipeliharasecarateratur dan
ditingkatkanbilaperlu.
4. Kualitas air dimonitorsecarateratur.
5. Data hasil monitoring dikumpulkan dan
didokumentasikanuntukdilaporkandalamlaporanbulanan.

BAB XIV
Kamar Jenazah

1. Area kamarjenazah dan post mortem untukmeminimalisirrisikopenularan.


2. Area kamar jenazah dirumah sakit harus sesuai dengan peraturan nasional yang berlaku
untuk meminimalisasi risiko penularan penyakit.
3. Proses pemindahan dan perawatan jenazah harus sesuai dengan prinsip-prinsip
kewaspadaan standar untuk meminimalisasi risiko penularan penyakit.
4. Kamar jenazah harus dilakukan desinfeksi setelah perawatan jenazah.
5. Rumah sakit harus menerapkan kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan
transmisi terutama ketika menangani jenazah dengan penyakit menular.

BAB XV
Kewaspadaan Standar dan Berdasarkan Transmisi

1. Rumah sakit menerapkan secara rutin kewaspadaan standar dalam perawatan seluruh
pasien dalam rumah sakit baik terdiagnosis infeksi, diduga terinfeksi atau kolonisasi.
2. Rumah sakit menerapakan kewaspadaan berdasarkan transmisi sebagai tambahan
kewaspadaan standar dalam perawatan pasien yang sudah terdiagnosis jenis infeksinya.
BAB XVI
Pendidikan dan Pelatihan PPI Rumah Sakit

1. Rumah sakit mengembangkan program PPI yang mengikut sertakan seluruh staf,
profesional lain, pasien dan keluarga.
2. Rumah sakit memberikan pendidikan tentang PPI kepada seluruh staf, profesional lain,
pasien dan keluarga.
3. Semua staf rumah sakit diberikan pendidikan tentang kebijakan prosedur dan praktek
program PPI.
4. Staf rumah sakit di edukasi secara periodik sebagai tindak lanjut dari analisisdata
infeksi.

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


SULTAN MUHAMMAD JAMALUDIN I

MARIA FRANSISCA ANTONELLY SCHOGGERS

Anda mungkin juga menyukai