EKSEKUSI EKSELEN
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat
menyelesaikan penyusunan Buku Visi Dstribusi Menuju kinerja Operasi Ekselen Wilayah
Papua dan Papua Barat. Terima kasih kepada semua puhak yang telah emmbantu hingga
selesainya penyusunan buku ini.
Program pembentukan Kinerja Operasi Ekselen Wilayah Papua dan Papua Barat
adalah satu langkah maju dalam usaha mewujudkan visi PLN ‘Diakui sebagai perusahaan
kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada
potensi insani’ . Dengan berjalannya program tersebut maka dirasa perlu dibuat
pendokumentasian program pembentukan Kinerja Operasi Ekselen dalam bentuk buku.
Buku ini berisi latar belakang pembentukan Kinerja Operasi Ekselen Wilayah Papua
dan Papua Barat. Pengertian, kondisi kinerja sebelum dibentuk menuju kinerja operasi
ekselen, target dan usaha yang dilakukan untuk pencapaian parameter pelayanan kelas dunia.
Program - program serta target – target dalam buku ini tidak bersifat mutlak, dapat dilakukan
revisi. Diharapkan buku ini dijadikan panduan dalam pelaksanaan Kinerja Operasi Ekselen
Wilayah Papua dan Papua Barat
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
PT. PLN (Persero) sebagai salah satu perusahaan terbesar di Indonesia memiliki
tujuan utama yaitu mendistribusikan tenaga listrik dengan mutu dan kehandalan sesuai
standart kelas dunia dengan rasio elektrifikasi 100%. Untuk mencapai tujuan utama tersebut
PT. PLN (Persero) memiliki Visi dan Misi yang diiringi dengan tata nilai perusahaan yang
terperinci sebagai berikut :
Visi
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan
terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
Misi
Menjalankan bisnis kelistrikan dari bidang lain yang terkait, berorientasi pada
kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.
Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kehiatan masyarakat
Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan
Pada pertengahan tahun 2016 dari Kantor PLN Pusat telah terbentuk struktur
organisasi baru Regional Maluku Papua sehingga pengawasan bisa lebih fokus. Dari
Regional Maluku Papua telah menentukan Roadmap dari tahun 2015 sampai 2020 sebagai
acuan kerja khususnya untuk PLN Wilayah Papua dan Papua Barat. Sehingga muncul 9
program utama Regional Maluku Papua diantaranya sebagai berikut :
Mengacu 9 program Regional Maluku Papua, maka PLN Wilayah Papua dan Papua Barat
membuat Visi Distribusi untuk 3 tahun kedepan yaitu tahun 2017 – 2019 dengan tetap
berorientasi pada kepuasan pelanggan dan meningkatkan keandalan Jaringan Distribusi serta
meningkatkan kinerja operasi. Visi Distribusi ini juga berupaya mengoptimalkan biaya
pemeliharaan agar sesuai dengan visi PLN Papua dan Papua Barat yang menitikberatkan pada
Upaya penurunan Biaya Pokok Produksi (BPP).
Kantor PLN Wilayah Papua dan Papua Barat berkedudukan di kota Jayapura Provinsi
Papua. Tepatnya berada di Jl. Ahmad Yani No.18 Jayapura Utara kel. Gurabesi. Kota
Jayapura sendiri berbatasan dengan Negara Papua Nugini yang berada di sebelah Timur
Jayapura.
Selain menjalankan tugas dan fungsinya, PT. PLN (Persero) Wilayah Papua dan
Papua Barat juga bertugas untuk melayani kebutuhan 6 Area Unit Pelayanan dari sisi teknik
Dari enam Area Unit Pelayanan tersebut dibagi lagi menjadi Sub Unit Pelayanan yang
lebih dekat lagi yang dinamakan Rayon. Kantor Rayon di PT. PLN (Persero) Area Jayapura
terdapat 6 Unit Pelayanan yaitu Rayon Jayapura, Rayon Abepura, Rayon Sentani, Rayon
Arso, Rayon Genyem, Rayon Sarmi, dan Rayon Wamena seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1.3.1.
Kantor Rayon di PT. PLN (Persero) Area Timika terdapat 2 Unit Pelayanan yaitu Rayon
Timika Kota dan Rayon Timika Jaya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3.2.
Kantor Rayon di PT. PLN (Persero) Area Biak terdapat 3 Unit Pelayanan yaitu Rayon Biak
Kota, Rayon Serui dan Rayon Yomdori seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3.3. Kantor
Rayon Biak Kota sudah tergabung dengan Kantor PT. PLN (Persero) Area Biak.
Kantor Rayon di PT. PLN (Persero) Area Merauke terdapat 4 Unit Pelayanan yaitu Rayon
Merauke Kota, Rayon Kurik, Rayon Kuprik dan Rayon Tanah Merah seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1.3.4. Kantor Rayon Merauke Kota sudah tergabung dengan
Kantor PT. PLN (Persero) Area Merauke.
Kantor Rayon di PT. PLN (Persero) Area Manokwari terdapat 4 Unit Pelayanan yaitu Rayon
Manokwari Kota, Rayon Nabire, Rayon Prafi dan Rayon Bintuni seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1.3.5. Kantor Rayon Manokwari Kota sudah tergabung dengan Kantor PT.
PLN (Persero) Area Manokwari.
Kantor Rayon di PT. PLN (Persero) Area Sorong terdapat 6 Unit Pelayanan yaitu Rayon
Sorong Kota, Rayon Kaimana, Rayon Doom, Rayon Fakfak, Rayon Aimas dan Rayon
Teminabuan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3.6. Kantor Rayon Sorong Kota sudah
tergabung dengan Kantor PT. PLN (Persero) Area Sorong.
Pengoperasian Pasokan Listrik di PT. PLN (Persero) seluruh unit Area, dikelola oleh Sektor
Papua dan Papua Barat. Awalnya Sektor Papua dan Papua Barat hanya mengoperasikan
pasokan listrik hanya di Sistem Jayapura saja seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3.7.
Sekarang seluruh area sudah di operasikan oleh Sektor Papua dan Paua Barat hanya di sistem
kota saja.
Seluruh Area mengelola Aset pembangkit, jaringan Distribusi dan Pelanggan di Area
kerja masing-masing, Sektor Papua dan Papua Barat mengelola aset pembangkit di sebagian
sistem Area Jayapura, yaitu PLTD Waena, PLTD Yarmokh, PLTD Sentani, PLTD Arso,
PLTA Genyem, dan Tragi Sentani, sedangkan Unit Pelaksanan Konstruksi (UPK)
membangun jaringan distribusi untuk Listrik Pedesaan di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Dan di Tahun 2017, ada 6 Area Unit Pelaksana. Kantor Wilayah dipimpin oleh General
Manager yang dibantu oleh 5 Manajer Bidang dengan struktur formasi jabatan yang
ditunjukan pada Gambar 1.4.1 sebagai berikut:
Apabila dilihat dari komposisi pegawai menurut usia dari 134 orang terdapat 32
Orang berusia (<=25), 32 Orang berusia (26-30), 3 Orang berusia (31-35), 4 Orang berusia
(36-40), 7 Orang berusia (41-45), 17 Orang berusia (46-50), 39 Orang berusia (51-55). Data
kepegawaian tersebut adalah data terupdate di bulan juni 2017 yang bisa ditunjukkan grafik
Sedangkan bila dilihat dari komposisi pegawai menurut usia di bidang teknik dan
PPBJ dari 37 orang terdapat 8 Orang berusia (<=25), 11 Orang berusia (26-30), 2 Orang
berusia (36-40), 3 Orang berusia (41-45), 6 Orang berusia (46-50), 9 Orang berusia (51-55)
Gambar 1.5.2 Komposisi Pegawai Bidang Teknik dan PPBJ Berdasarkan Pendidikan
Gambar 1.5.3 Komposisi Pegawai Bidang Teknik dan PPBJ Berdasarkan Usia
BAB II
Tren kenaikan jumlah pelanggan pengguna listrik gabungan sampai dengan Mei 2017 sebanyak
549,012 pelanggan. Kenaikan pelanggan Rata - rata setiap tahun sebesar 12,38 % seperti yang
ditunjukan pada Gambar 2.1.
Data terakhir jumlah Daya Tersambung pengguna listrik gabungan sampai dengan bulan Mei 2017 berdasarkan TUL-III09 mencapai
915,590,122 VA seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.1
Tabel 2.1.1 Tabel Jumlah Daya Tersambung Gabungan PLN Wilayah WP2B
Unit Satu Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Rata2
an 2012 2013 2014 2015 2016 Mei 2017 %
Jayapura VA 238.794.442 282.260.667 318.513.974 348.909.479 290.589.678 297.554.828 13,53
Timika VA - - - - 91.247.644 95.032.122 4,15
Biak VA 51.608.682 61.490.628 65.064.502 69.973.614 75.641.983 76.723.483 10,15
Merauke VA 57.874.250 67.253.357 74.913.185 80.246.915 86.458.952 88.905.745 10,61
Manokwari VA 86.691.025 104.744.823 118.187.841 137.258.567 156.141.977 162.064.665 15,89
Sorong VA 113.284.168 134.278.598 151.970.263 165.014.491 188.754.429 195.309.279 13,67
Gabungan VA 548.252.567 650.028.073 728.649.765 801.403.066 888.834.663 915.590.122 12,89
Tren kenaikan jumlah pelanggan pengguna listrik gabungan sampai dengan Mei 2017 sebanyak 915.590.122 VA. Kenaikan Daya Tersambung
Rata - rata setiap tahun sebesar 12,89 % seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.1.1
Gambar 2.1.1 Tren Jumlah Daya Tersambung Gabungan PLN Wilayah WP2B
Data terakhir jumlah kWh Jual dari pengguna listrik gabungan sampai dengan bulan Mei 2017 berdasarkan TUL-III09 mencapai 447,653,642
kWh seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.2
Tabel 2.1.2 Tabel Jumlah kWh Jual Gabungan PLN Wilayah WP2B
Unit Satuan Realisasi Realisasi 2013 Realisasi 2014 Realisasi 2015 Realisasi 2016 Realisasi Rata2
2012 Mei 2017 %
Jayapura kWh 434.893.343 480.517.460 529.325.775 556.205.355 498.616.962 153.675.571 3,84
Timika kWh - - - - 102.884.095 47.159.671 -54,16
Biak kWh 82.263.309 89.691.286 93.173.185 98.505.809 105.798.013 34.576.230 6,51
Merauke kWh 83.518.315 95.661.126 102.277.855 108.615.202 123.575.016 41.723.640 10,36
Manokwari kWh 144.754.415 160.320.148 181.720.983 199.020.965 219.148.023 73.688.836 10,93
Sorong kWh 201.901.270 227.935.576 248.910.647 256.555.116 281.550.539 96.829.694 8,73
Gabungan kWh 947.330.651 1.054.125.596 1.155.408.445 1.218.902.447 1.331.572.648 447.653.642 8,91
Tren kenaikan jumlah kWh Jual pengguna listrik gabungan sampai dengan Mei 2017 sebesar 447.653.642 kWh. Kenaikan Daya Tersambung
Rata - rata setiap tahun sebesar 8,91 % seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.1.2.
Data terakhir jumlah pendapatan dari pengguna listrik gabungan sampai dengan bulan Mei 2017 berdasarkan TUL-III09 mencapai
549,532,495,332 kWh seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.3
Tabel 2.1.3 Tabel Jumlah kWh Jual Gabungan PLN Wilayah WP2B
Unit Satuan Realisasi 2012 Realisasi 2013 Realisasi 2014 Realisasi 2015 Realisasi 2016 Realisasi Mei 2017 Rata2
%
Jayapura Rp 367.030.418.420 453.822.941.000 569.011.993.108 661.720.046.570 575.303.161.347 188.631.637.006 13,07
Timika Rp - - - - 129.693.903.706 62.406.046.406 -51,88
Biak Rp 66.015.076.376 79.563.927.712 93.302.736.650 107.149.822.122 112.118.233.384 40.140.141.929 14,32
Merauke Rp 67.340.351.475 85.527.941.168 103.866.791.044 120.399.164.898 136.255.210.103 49.955.136.690 19,38
Manokwar Rp 119.046.632.206 147.975.149.749 191.159.815.938 229.963.582.025 252.450.620.048 89.483.712.177 20,89
i
Sorong Rp 166.709.166.642 207.737.305.998 260.584.750.659 295.658.452.273 320.706.462.944 118.915.821.124 18,00
Gabungan Rp 786.141.645.119 974.627.265.627 1.217.926.087.399 1.414.891.067.888 1.526.527.591.532 549.532.495.332 18,25
Tren kenaikan jumlah pendapatan dari pengguna listrik gabungan sampai dengan Mei 2017 sebesar 549.532.495.332 kWh. Kenaikan Daya
Tersambung Rata - rata setiap tahun sebesar 18,25 % seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.1.3
Perhitungan susut jaringan sudah diatur dalam Keputusan Direksi Nomor 217.K / DIR / 2005
tentang pedoman penyusunan laporan neraca energi. Dalam tersebut ditetapkan ketentuan –
ketentuan sebagai berikut :
1. Susut energi tidak termasuk energi yang dipergunakan untuk pemakaian sendiri
sistem
2. Loko Transmisi Netto adalah penjumlahan dari kWh Produksi Sendiri Netto, kWh
dari sewa pembangkit, kWh pembelian serta kWh yang diterima dari unit lain pada
jaringan transmisi.
3. Siap Salur Transmisi adalah kWh pada sistem transmisi yang siap dikirim ke sistem
distribusi maupun ke unit lain
4. Pemakaian Sendiri adalah jumlah kWh yang dipakai untuk berbagai keperluan
peralatan pendukung dan peralatan tertentu yang tetap mengkonsumsi kWh pada saat
menyalurkan dan pada saat tidak menyalurkan energi pada sistem
pembangkitan/sentral, antara lain peralatan bantu mesin pembangkit, peralatan
kontrol, peralatan switchyard, penerangan dan pendingin ruangan.
Sehingga
I. Periode Januari s/d April 2020
Pada periode ini, perhitungan susut berupa :
pemakaian sendiri sistem distribusi dengan metode pengurangan antara kWh
siap salur distribusi dengan kWh siap jual
Pemakaian Sentral ( PS Kit ) belum mengakomodir susut transformator step
up sebagai pemakaian sendiri, sedangkan transformator masuk kedalam
katagori peralatan yang mengkonsumsi kWh pada saat menyalurkan energi.
Pada
BUKU VISI DISTRIBUSI WP2B 2017 – 2019 17
Eksekusi Ekselen
Menuju PLN Maluku Papua Terang
Tabel 2.2.1 Tabel Kondisi Sistem Pembangkitan Gabungan PLN Wilayah WP2B
Indikator Total Satuan Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Rata2
Sistem KIT (MW) 2012 2013 2014 2015 2016 Mei 2017 %
Daya Mampu Siang - 198.245 216.92 233.58 244.58 277.47 8.81
Malam - 196.315 218.97 236.02 253.65 288.08 10.09
Tren kenaikan Daya Mampu, Beban Puncak, dan Cadangan Pembangkit listrik total
gabungan sampai dengan Mei 2017 sebesar 288.08 MW, 228.22 MW dan 102.32 MW.
Kenaikan Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Pembangkit Listrik Rata - rata setiap
tahun sebesar 10,09 %, 7,54 % dan 28,41 % seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.2.1.
Gambar 2.2.1 Tren Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Total Gabungan PLN
Wilayah WP2B
Sistem Pembangkitan di PT. PLN (Persero) Wilayah Papua dan Papua Barat terdapat
22 Sistem yang tetap terpantau dalam Neraca Daya. Dari data tabel diatas terlihat pasokan
listrik di seluruh sistem pembangkit masih bisa dibilang Surplus atau tidak ada pembangkit
yang defisit. Akan tetapi apabila terjadi pemeliharaan atau gangguan yang terjadi pada mesin
pembangkit, maka bisa jadi akan berakibat Defisit untuk pasokan listrik di sistem tersebut.
Untuk menantisipasi hal tersebut, maka Perencanaan Operasi harus detail, akurat dan
konsisten agar bisa diprediksi kejadian Defisit yang akan terjadi.
Dari Data kondisi sistem pembangkit gabungan diatas juga perlu dilakukan
breakdown per sistem besar di unit Area dan Rayon di Papua dan Papua Barat yang sudah
beroperasi dengan Beban Puncak lebih dari 10 MW diantaranya adalah Sistem Jayapura,
Siatem Timika, Sistem Biak, Siatem Merauke, Sistem Manokwari, Sistem Nabire dan Sistem
Sorong agar bisa dilakukan analisa operasi pembangkit yang berkelanjutan seperti pada
Tabel 2.2.2 sampai Tabel 2.2.7. Untuk saat ini Sistem Nabire mengalami Defisit 3.4 MW
dikarenakan gangguan pada Mesin Pembangkit.
Tren kenaikan Daya Mampu, Beban Puncak, dan Cadangan Pembangkit listrik Sistem
Jayapura sampai dengan Mei 2017 sebesar 96.05 MW, 67.405 MW dan 28.645 MW.
Kenaikan Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Pembangkit Listrik Rata - rata setiap
tahun sebesar 13,25 %, 7,08 % dan 68,86 % seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.2.2.
Gambar 2.2.2 Tren Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Sistem Jayapura
Tren kenaikan Daya Mampu, Beban Puncak, dan Cadangan Pembangkit listrik Sistem
Timika sampai dengan Mei 2017 sebesar 26.3 MW, 22.97 MW dan 3.33 MW. Kenaikan
Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Pembangkit Listrik Rata - rata setiap tahun
sebesar 9,80 %, 6,37 % dan 216,10 % seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.2.3.
Gambar 2.2.3 Tren Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Sistem Timika
Tren kenaikan Daya Mampu, Beban Puncak, dan Cadangan Pembangkit listrik Sistem Biak
sampai dengan Mei 2017 sebesar 12.3 MW, 11.43 MW dan 0.87 MW. Kenaikan Daya
Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Pembangkit Listrik Rata - rata setiap tahun sebesar
3,29 %, 3,21 % dan 111,16 % seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.2.4.
Gambar 2.2.4 Tren Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Sistem Biak
Tren kenaikan Daya Mampu, Beban Puncak, dan Cadangan Pembangkit listrik Sistem
Merauke sampai dengan Mei 2017 sebesar 18.3 MW, 17.3 MW dan 1.0 MW. Kenaikan
Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Pembangkit Listrik Rata - rata setiap tahun
sebesar 5,04 %, 4,33 % dan 105,72 % seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.2.5.
Gambar 2.2.5 Tren Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Sistem Merauke
Tren kenaikan Daya Mampu, Beban Puncak, dan Cadangan Pembangkit listrik Sistem
Manokwari sampai dengan Mei 2017 sebesar 30.7 MW, 20.15 MW dan 10.6 MW. Kenaikan
BUKU VISI DISTRIBUSI WP2B 2017 – 2019 22
Eksekusi Ekselen
Menuju PLN Maluku Papua Terang
Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Pembangkit Listrik Rata - rata setiap tahun
sebesar 19,04 %, 9,67 % dan 80,77 % seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.2.6.
Gambar 2.2.6 Tren Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Sistem Manokwari
Tren kenaikan Daya Mampu, Beban Puncak, dan Cadangan Pembangkit listrik Sistem
Nabire sampai dengan Mei 2017 sebesar 12.5 MW, 15.93 MW dan -3.4 MW. Kenaikan
Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Pembangkit Listrik Rata - rata setiap tahun
sebesar 3,18 %, 9,45 % dan -20,90 % seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.2.6.
Gambar 2.2.7 Tren Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Sistem Nabire
Tren kenaikan Daya Mampu, Beban Puncak, dan Cadangan Pembangkit listrik Sistem
Sorong sampai dengan Mei 2017 sebesar 44.9 MW, 38.79 MW dan 8.5 MW. Kenaikan Daya
Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Pembangkit Listrik Rata - rata setiap tahun sebesar
5.72 %, 5,93 % dan 35,65 % seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.2.8.
Gambar 2.2.7 Tren Daya Mampu, Beban Puncak dan Cadangan Sistem Sorong
Pemakaian BBM Kliter 250,466. 280,573 299,717 299,721 311,558 135,147,5 5.70
EAF % 90 88.77 89.25 89.03 87.02 74.70 -0.83
SFC Liter/kWh - 0.266 0.268 0.268 0.273 0.273 0.87
Tara Kalor Kcal/kWh 2.381 2.447 2.442 2.460 2.486 2.442 1.09
Tren kenaikan kinerja pembangkitan gabungan sampai dengan 2016 terdapat pada
pemakaian BBM sebesar 311.558 Kliter, SFC sebesar 0.273 Liter/kWh dan Tara Kalor
sebesar 2.486 Kcal/kWh. Kenaikan Pemakaian BBM, SFC dan Tara Kalor Pembangkit
Listrik Rata - rata setiap tahun sebesar 5.70 %, 0.87 % dan 1,09 % seperti yang ditunjukan
pada Gambar 2.3.
Pada pertengahan tahun 2017, semua Kinerja Distribusi mengalami kenaikan seperti
yang ditunjukkan pada tabel 2.4. Hal ini dikarenakan di awal tahun 2017 sudah mulai
dibangun kembali budaya Integritas Data dan dipantau langsung dari PLN Pusat Regional
Maluku Papua dengan cara menggunakan Format maupun Aplikasi yang diisi langsung oleh
Area Unit Pelaksana.
Misalnya untuk laporan SAIDI SAIFI yang sudah menjadi Aplikasi yaitu APKT SAIDI
SAIFI. Sedangkan untuk Gang. Penyulang sudah menjadi Aplikasi yairu ASIMAP. Kedua
Aplikasi ini diharapkan data yang terinput bisa sama dengan laporan bulanan yang dikirim ke
SILM pusat. Data SILM tahun 2016 belum berintegritas data sehingga realisasi Gang.
Penyulang mengikuti data dari laporan bulanan dari Unit Area sebagai tolak ukur kinerja
2017.
Tren kenaikan kinerja Distribusi gabungan sampai dengan 2016 terdapat pada
indikator Susut Distribusi, SAIDI, SAIFI, dan Gang. Penyulang sebesar 8.47 %, 112.73
Menit/Plg, 1.83 Kali/Plg dan 100.92 Kali/100 kms. Tren Sampai dengan Mei 2017 hampir
semua kinerja Distribusi mengalami kenaikan pada indikator Susut Distribusi, SAIDI, SAIFI,
Response Time dan Recovery Time sebesar 10.61 %, 2054.31 Menit/Plg, 26.16 Kali/Plg,
218.21 Menit dan 293.23 Menit. Sedangkan potensi kenaikan ada pada indikator Gang.
Penyulang dan Rasio Gang. Trafo akan terjadi sampai akhir tahun 2017 karena sampai
dengan Mei 2017 sudah mencapai 36.76 % dan 0.34 %. Kenaikan Rata - rata setiap tahun
untuk indikator Susut Distribusi sebesar 3.53 %, SAIDI sebesar 326.78 Menit/Plg, SAIFI
sebesar 243.21 Kali/Plg, Gang. Penyulang sebesar 190.16 kali/100 kms, dan Recovery Time
sebesar 57.8 Menit seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.4.1
Tren kenaikan kinerja Niaga sampai dengan Mei 2017 terdapat pada Piutang Pelanggan sebesar Rp 165,115,357,324 dan COP sebesar
34.17 Hari. Kenaikan Piutang Pelanggan dan COP Rata - rata setiap tahun sebesar 54.19 % dan 54.60 % seperti yang ditunjukan pada Gambar
2.5.1.
BAB III
Adapun beberapa indikator yang bisa ditunjukan sebagai ukuran program tersebut agar bisa
dilakukan evaluasi berdasarkan data kinerja adalah sebagai berikut :
SAIDI (menit/plgg/thn)
SAIFI (kali/plgg/thn)
Gangguan JTM (kali/100 kms)
Gangguan Trafo Distribusi (%)
Kepuasan Pelanggan (%)
Untuk menilai apakah kinerja Operasi Ekselen telah tercapai atau belum oleh PT.
PLN (Persero) Wilayah Papua dan Papua Barat, diperlukan suatu proses penilaian atau
benchmarking. Proses benchmarking dilakukan dengan cara mengevaluasi kinerja untuk
mengukur efektifitas program dan strategi yang telah dilaksanakan tersebut.
Kendala yang telah dihadapi adalah laporan tahun sebelumnya yang belum
berintegritas sehingga realisasi sampai dengan Mei 2017 menjadi tinggi karena mulai terisi
integritas data. Berikut Visi Distribusi 2019 PT. PLN (Persero) Wilayah Papua dan Papua
Barat secara garis besar dalam bentuk Gambar 3.2 sebagi berikut.
Road Map Visi Distribusi 2019 yang ditampilkan pada tabel diatas adalah data
Realisasi sesuai dengan SILM tahun 2016 kecuali Realisasi Gangguan Penyulang yang
diambil dari laporan bulanan masing – masing Area. Dikarenakan Realisasi data 2016
tersebut dan integritas data di tahun 2017 sudah terlihat kenaikan yang sangat signifikan,
maka perhitungan asumsi target di tahun 2018 dan 2019 terdapat kenaikan karena
menyesuaikan Realisasi Mei 2017 dan melakukan perhitungan asumsi sampai Desember
2017 sebagai dasar.
Strengths
o Sarana dan Prasarana memadai terutama jalan
o Kawasan Operasi Ekselen merupakan kawasan pusat kota yang memiliki
beban puncak cukup besar
o Adanya Komitmen Manajemen untuk mewujudkan Operasi Ekselen
o Mitra Kerja Pelayanan Teknik dari Anak Perusahaan PLN
Weaknesses
o Mesin Pembangkit sudah tua
o Banyak Pegawai yang sudah mendekati pensiun
o Belum Optimal YANTEK Pola II dan Operator APKT di unit
o SOP belum update seiring dengan perkembangan pasokan listrik
Opportunities
o Pertumbuhan Pelanggan yang naik rata2 10% per tahun
o Mengurangi gangguan sehingga tercapainya kepuasan pelanggan
o Pemetaan data lapangan yang lebih akurat
o Pembangunan dan pemanfaatan EBT di pusat kota
Threats
o Kemarahan Pelanggan akibat gangguan yang dialami
o Gangguan lisrik tidak bisa di prediksi akibat cuaca buruk, pohon tumbang,
binatang yang hinggap di jaringan PLN
o Defisit Pembangkit yang berakibat pemadaman bergilir
3.4.2 PROSEDUR
A. Menurunkan Angka SAIDI SAIFI
Melakukan Up skilling dalam Pengoperasian APKT SAIDI SAIFI
Sejak berubahnya aturan mengenai pelaporan SAIDI SAIFI yang semula
mengacu pada SE DIR 031 menjadi SE DIR 0004 dan telah di integrasikan dengan
APKT sehingga laporan SAIDI SAIFI sudah berdasarkan laporan yang masuk di
APKT SAIDI SAIFI, maka operator yang melakukan input APKT SAIDI SAIFI
masih perlu dilakukan pemantauan oleh unit terkait dalam melakukan input gangguan
secara benar sesuai dengan SOP. Meskipun sebelum Go Live telah dilakukan
pemantauan melalui Chat via selular untuk dilakukan sharing, perlu dilakukan
pemahaman kembali kepada semua operator khususnya yang ada di semua Rayon
yang terdapat operator.
Kondisi sampai sekarang di unit Rayon yang sudah terdapat Operator APKT
SAIDI SAFI ditunjukkan pada Tabel 3.4.2
berikutnya
Nilai terendah hasil
Kurang 1 inspeksi adalah < 14 hari
kurang
Nilai terendah hasil
Buruk 0 inspeksi adalah < 7 hari
buruk
3. Frequency Multiplier
a. Untuk meningkatkan selektifitas kegiatan online assessment tier – 2 pada JTM,
digunakan parameter Frequency Multiplier yang akan membedakan standar
interval periode online assessment tier - 2 pada masing - masing JTM.
b. Angka Frequency Multiplier merupakan kombinasi dari 2 (dua) parameter
diferensiator, yaitu kelas aset dan Health lndex yang akan menghasilkan
koefisien pengali untuk menentukan interval online assessment tier - 2 , Seperti
ditunjukkan Pada tabel 3
c. Sebagai suatu kebijakan, aset JTM yang memiliki Health lndex "kurang" dan
"buruk" untuk ketiga kelas aset JTM akan segera ditindaklanjuti.
Tabel 3.4.23 Matriks Frequency Multiplier pemeliharaan JTM
Kelas Health Index
Aset Baik Cukup Kurang Buruk
Kelas 1 0.75 0.5 0.25 0.1
Kelas 2 1 0.75 0.5 0.25
Kelas 3 1.5 1 0.75 0.5
4. Peralatan inspeksi khusus
a. Pelaksanaan online assessmenttier - 2 pada JTM menggunakan peralatan
inspeksi khusus untuk mendeteksi kondisi aktual peralatan - peralatan kritikal
JTM, yaitu lnfrared Thermography, Ultrasound Detector, dan ADD (Arresters
Default Detection).
b. lnfrared Thermography dipergunakan untuk mendapatkan informasi
suhu/temperatur dari peralatan - peralatan kritikal yang ada pada jaringan JTM
yang akan dibandingkan dengan ambang temperatur standar.
c. Ultrasound detector dipergunakan untuk mendeteksi terjadinya proses ionisasi
dielektrik yang mengeluarkan suara pada range frekuensi ultrasonik. Secara
umum proses ionisasi dielektrik tersebut terjadi dalam bentuk corona, tracking
dan arcing yang ditampilkan melalui besaran dan bentuk sinyal suara / noise
pada peralatan ultrasound detector.
d. ADD (Arrester Default Detection) dipergunakan untuk mendeteksi partial
discharge pada arester yang mengindikasikan arester yang dipasang masih layak
atau tidak layak.
5. Tahapan Inspeksi JTM
Kegiatan inspeksi JTM dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu screening
berdasarkan data gangguan, dari data tersebut disusun jadwal inspeksi yang
dilaksanakan dengan metode online assessment tier – 1 menggunakan panca indra,
online assessment tier – 2 menggunakan alat ukur khusus dan corrective inspection
pasca terjadi gangguan.
6. Tahapan Screening
a. Tahapan screening dilakukan satu kali pada tahap awal pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan yang ditujukan untuk menghasilkan daftar urutan/prioritas JTM
yang akan diproses lebih lanjut ke tahapan online assessment.
b. Acuan yang digunakan dalam pembuatan daftar prioritas tersebut meliputi aspek
utama berikut ini:
i. Performance, dengan parameter total gangguan permanen dan temporer
selama tahun terakhir.
ii. Tingkat Resiko baik dampak maupun kemungkinan terjadi, dengan
parameter daerah pelayanan sesuai klasifikasi aset.
Untuk menentukan performance JTM dengan parameter penyulang kronis, sakit,
sehat, sempurna mengacu pada tabel berikut :
Tabel 3.4.24 Screening performance JTM dengan pengelompokan
berdasarkan kali gangguan.
jadwal
Cukup Inspection pemeliharaan
periodik
Equipment Tindakan
WO
Kurang, segera
Preventive
Buruk (perbaikan,
Action
penggantian)
b. Penentuan corrective action sebagai follow up dari online assessment tier - 2 pada
JTM ditunjukkan pada Tabel 3.4.26.
pohon tersebut dalam kondisi aman jikalau pohon tumbuh kembali. Langkah ini bisa
dibilang cukup efektif jika ada dukungan dari manajemen di unit setempat untuk
pemasangan secara massal. Berikut Data gangguan penyulang yang hanya disebabkan
oleh pohon sampai dengan Mei 2017 yang di harapkan turun setiap tahunnya 25%
seperti ditunjukkan pada Gambar 3.4.27 dibawah ini.
membuat evaluasi oleh Wilayah juga terlambat karena pengiriman data pemeliharaan
yang dilakukan bersamaan dengan tagihan YANTEK tersebut.
Data laporan Workplan perang padam yang di laporkan dari unit Area ke
regional dan di CC kan ke wilayah menjadi tolak ukur pelaksanaan pemeliharaan baik
itu dari YANTEK maupun dari vendor lain. Contoh laporan Workplan perang padam
dari Unit Area ditunjukkan seperti Gambar 3.4.28.
I KELOMPOK JTM
A Anggaran Operasi
1 Rabas-rabas pohon kms 2397 66 115.88 147 150.05 478.93 19.98%
2 Inspeksi JTM kms 1920 826 479.65 350.1 424.8 2080.55 108.36%
3 Penggantian tiang keropos bh 43 1 6 19 0 26 60.47%
4 Penegakkan/perbaikan tiang miring btg 100 0 12 19 15 46 46.00%
5 Pengecoran tiang btg 71 0 2 17 1 20 28.17%
6 Pemindahan tiang btg 74 0 3 0 3 6 8.11%
7 Perbaikan/penggantian travers miring/bengkok bh 264 28 37 21 32 118 44.70%
8 Perbaikan isolator tumpu miring bh 100 0 2 11 24 37 37.00%
9 Perbaikan/pemasangan siku penyangga/arm tie bh 457 2 8 7 3 20 4.38%
10 Penggantian isolator tumpu retak bh 179 6 161 12 16 195 108.94%
11 Penggantian isolator tarik retak set 91 0 7 4 2 13 14.29%
12 Pemasangan tekep/plitor isolator bh 1500 180 133 0 0 313 20.87%
13 Perbaikan/pemasangan schoor titik 64 1 7 0 1 9 14.06%
14 Perbaikan penghantar terurai titik 57 0 8 2 3 13 22.81%
15 Perbaikan bending wire titik 357 120 167 13 50 350 98.04%
16 Perbaikan andongan SUTM kms 100 1 34.55 43.8 8.8 88.15 88.15%
17 Penambahan konsul tiang btg 114 16 14 0 6 36 31.58%
18 Pemasangan Lightning Arrester pada daerah rawan petir bh 21 31 48 9 0 88 419.05%
19 Pemasangan/penggantian CO jaring bh 21 0 3 0 3 6 28.57%
20 Pengecatan tiang besi btg 714 1 2 21 5 29 4.06%
21 Pemeliharaan LBS bh 31 6 5 1 1 13 41.94%
22 Pemeliharaan Recloser bh 6 1 0 0 0 1 16.67%
23 Pemeliharaan kubikel bh 10 0 3 0 0 3 30.00%
24 Joinisasi sambungan titik 171 6 424 332 30 792 463.16%
25 Pemasangan Westpex pada SUTM dekat bangunan titik 357 0 0 0 0 0 0.00%
26 Penggantian lampu indikator rusak (Fault Detector) bh 189 0 0 0 0 0 0.00%
Gambar 3.4.28 Laporan Perang Padam Kelompok JTM dari Unit Area
Perhitungan Susut dari segi non teknis seperti P2TL yang biasa dilakukan oleh
pegawai PLN di unit Area dan Rayon serta gabungan dari wilayah juga turut
membantu. Dikarenakan alasan kurangnya personil di unit Area dan Rayon, sehingga
pelaksanaan P2TL dirasa kurang efektif untuk mendapatkan nilai kWh. Pada akhirnya
pelaksanaan P2TL dilakukan oleh pihak ke tiga dengan pengawasan langsung
dilakukan oleh PLN bidang terakit.
Harapan dari pelaksanaan P2TL yang dilakukan oleh pihak ketiga adalah
mendapatkan nilai kWh yang maksimal dengan membandingkan pembiayaan yang
dikeluarkan. Kontrak P2TL ini dilakukan setiap 1 Tahun. Pelaksanaan ini diharapkan
juga meningkatkan mutu dan keandalan pasokan listrik artinya bisa menyelamatkan
subsidi pemerintah dari kerugian-kerugian yang ditimbulkan dari hilangnya kWh yang
tidak terukur kWh meter PLN.
Mengganti Meter Macet, Buram dan Rusak
kWh Meter Macet, Buram dan Rusak juga mempengaruhi perhitungan susut
dari segi non teknis. Pembacaan kWh yang kurang jelas mengakibatkan perhitungan
kWh dilakukan rata-rata. Hal ini harus dilakukan pengawasan secara berkelanjutan
oleh PLN bidang terkait. Indikasi adanya Meter Macet, Buram dan Rusak ini
diketahui oleh tim catat meter yang dilakukan oleh pihak ketiga.
Tahun 2017 ini sudah go live untuk aplikasi catat meter ini yang disebut
Aplikasi Catat Meter terpusat (ACMT). Aplikasi ini cukup membantu untuk
dilakukan percepatan pengantian kWh meter tersebut oleh Unit Rayon ke pelanggan.
Dari data ACMT tersebut bisa direncanakan untuk ketersediaan kWh meter setian
tahunnya. Data Realisasi pengantian kWh meter tahun 2017 tersebut diharapkan di
tahun 2018 dan 2019 jumlah data realisasi Meter Macet, Buram dan Rusak bisa
berkurang dan menunjukkan Tren penurunan yang baik seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3.4.29.
Aset trafo distribusi yang berbeda pada kelas aset yang berbeda akan
mendapat frekuensi pemeliharaan yang berbeda. Misalnya frekuensi pemeliharaan
terhadap trafo distribusi pada kelas 1 lebih sering/cepat dibanding kelas 2.
3. Health index
Nilai health index suatau trafo distribusi diperoleh dari hasil inspeksi yang
menggambarkan potret sesaat kondisi trafo tersebut. Digunakan sebagai salah satu
dasar perencanaan pemeliharaan.
4. Frequency Multiplier
pembuatan Work Order (WO) inspeksi kepada YANTEK segera terlaksana dan
eksekusi pekerjaan pemeliharaan berjalan secara berkelanjutan. Dari Wilayah hanya
melakukan pemantauan dari laporan tagihan Vendor YANTEK mengenai Work Order
(WO) untuk pembayaran variable cost. Proses ini masih belum maksimal karena
tagian belum rutin setiap bulannya dilakukan oleh vendor tersebut ke PLN. Hal ini
yang membuat evaluasi oleh Wilayah juga terlambat karena pengiriman data
pemeliharaan yang dilakukan bersamaan dengan tagihan YANTEK tersebut.
Data laporan Workplan perang padam yang di laporkan dari unit Area ke
regional dan di CC kan ke wilayah menjadi tolak ukur pelaksanaan pemeliharaan baik
REALISASI 2017 PER BULAN
itu dari YANTEK maupun dari vendor lain. Contoh laporan Workplan perang padam
TARGET AREA TOTAL REALISASI 2017 PRESENTASE REALISASI
NO URAIAN SATUAN
SORONG JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC s.d. BULAN BERJALAN 2017 s.d. BULAN BERJALAN
Gambar 3.4.30 Laporan Perang Padam Kelompok Gardu dari Unit Area
Pelaporan pengukuran Trafo dari unit Area ke Wilayah yang dilakukan oleh
YANTEK
Dalam Kontrak YANTEK Pola II terdapat pekerjaan pengukuran Gardu Trafo
Distribusi yang menjadi target rutin yang dilakukan oleh YANTEK. Diharapkan
pengukuran yang dilakukan YANTEK ini dapat membantu data pengukuran Gardu
Distribusi menjadi terupdate dan bisa dilakukan analisa untuk dilakukan eksekusi
selanjutnya.
Realisasi yang sudah berjalan selama ini, data pengukuran belum dilaporkan
ke kantor wilayah. Laporan tersebut biasanya dilaporkan bersamaan dengan tagihan
YANTEK tersebut. Diharapkan juga data pengukuran tersebut diberikan kepada unit
Area maupun Rayon terkait agar bisa dilakukan WO pemeliharaan selanjutnya. Dari
data tersebut bisa juga dilakukan pemasangan gardu distribusi sisipan oleh vendor
lain.
TAHUN 2017
A. Menurunkan Angka SAIDI SAIFI
TAHUN 2019
A. Menurunkan Angka SAIDI SAIFI
1. Pembangunan SCADA Baru di semua Unit Area Timika (Maret - Juni 2019).
2. Pemasangan LBS Motorized seebanyak 24 Buah serta difungsukan Remote
khususnya di Kota (April - Desember 2019)
3. Koordinasi dengan pembangkit agar tidak terjadi defisit (Februari - Desember 2019
) yaitu Memonitor Tren Neraca Daya dan meminta data ROB.
4. Memaksimalkan Kinerja PDKB untuk pelaksanaan pemeliharaan pada JTM sesuai
WO dari unit Area. (Februari - Desember 2019)
2. Pelaksanaan P2TL dilakukan oleh pihak ke tiga kan dengan pengawasan PLN
(Januari – Desember 2019).
3. Mengganti Meter Macet, Buram dan Rusak (Januari - Desember 2019)
4. Memonitoring aktifitas AMR pada pelanggan TM (Januari - Desember 2019).
5. Melakukan Inspeksi dengan Thermovision (Januari - Desember 2019).
TAHUN 2017
1. Rencana kebutuhan Biaya Anggaran Operasi untuk Kontrak YANTEK dan P2TL
terdapat pada Tabel 3.5 dibawah ini.
Tabel 3.5. Rencana Kebutuhan AO YANTEK dan P2TL
Pemborongan jasa yantek 1 Tahun
2017
NO UNIT AREA SATUAN VOL HARGA SATUAN MATERIAL HARGA SATUAN JASA JUMLAH HARGA MATERIAL JUMLAH HARGA JASA JUMLAH HARGA
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 JAYAPURA Ls 1 - 14,658,715,296 - 14,658,715,296 14,658,715,296
2 TIMIKA Ls 1 - 2,069,609,520 - 2,069,609,520 2,069,609,520
3 BIAK Ls 1 - 3,304,086,887 - 3,304,086,887 3,304,086,887
4 MERAUKE Ls 1 - 12,757,124,400 - 12,757,124,400 12,757,124,400
5 MANOKWARI Ls 1 - 14,644,580,172 - 14,644,580,172 14,644,580,172
6 SORONG Ls 1 - 18,011,197,637 - 18,011,197,637 18,011,197,637
TOTAL - 65,445,313,912 - 65,445,313,912 65,445,313,912
2017
Pemborongan jasa P2TL 1 Tahun
NO UNIT AREA SATUAN VOL HARGA SATUAN MATERIAL HARGA SATUAN JASA JUMLAH HARGA MATERIAL JUMLAH HARGA JASA JUMLAH HARGA
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 JAYAPURA Ls 1 - 5,007,760,727 - 5,007,760,727 5,007,760,727
2 TIMIKA Ls 1 - 3,698,990,303 - 3,698,990,303 3,698,990,303
3 BIAK Ls 1 - 4,365,691,943 - 4,365,691,943 4,365,691,943
4 MERAUKE Ls 1 - 3,766,186,223 - 3,766,186,223 3,766,186,223
5 MANOKWARI Ls 1 - 4,108,533,503 - 4,108,533,503 4,108,533,503
6 SORONG Ls 1 - 4,103,673,263 - 4,103,673,263 4,103,673,263
TOTAL - 25,050,835,962 - 25,050,835,962 25,050,835,962
BUKU VISI DISTRIBUSI WP2B 2017 – 2019 56
Eksekusi Ekselen
Menuju PLN Maluku Papua Terang
5. Usulan SPB untuk MDU yang dibutuhkan semua Area di Tahun 2017 dilebihkan
untuk cadangan.
TAHUN 2018
1. Rencana kebutuhan Biaya Anggaran Operasi untuk Kontrak YANTEK dan P2TL
dari harga tahun 2017 diatas dinaikkan 10% karena alasan kenaikan UMR.
2. Rencana kebutuhan Biaya Anggaran Operasi untuk perampalan pohon yaitu seperti
Tahun 2017 dengan menaikkan 10% juga karena alasan kenaikan UMR
3. Rencana Biaya Perampalan Pohon selama 1 Tahun dinaikkan 10% dari Tahun
sebelumnya.
4. Usulan SPB untuk MDU yang dibutuhkan semua Area di Tahun 2018 dilebihkan
untuk cadangan.
TAHUN 2019
1. Rencana kebutuhan Biaya Anggaran Operasi untuk Kontrak YANTEK dan P2TL
dari harga tahun 2018 diatas dinaikkan 10% karena alasan kenaikan UMR.
2. Rencana kebutuhan Biaya Anggaran Operasi untuk perampalan pohon yaitu seperti
Tahun 2018 dengan menaikkan 10% juga karena alasan kenaikan UMR.
3. Rencana Biaya Perampalan Pohon selama 1 Tahun dinaikkan 10% dari Tahun
sebelumnya.
4. Usulan SPB untuk MDU yang dibutuhkan semua Area di Tahun 2018 dilebihkan
untuk cadangan.
BAB IV
PENUTUP
Penyusunan Buku Rencana Kerja 2019 PT. PLN (Persero) Wilayah Papua dan Papua
Barat diperlukan untuk penyusunan program rencana kerja yang sesuai oleh bidang-bidang
terkait dan unit-unit jaringan yang berada dibawah PLN Pusat Regional Maluku Papua.
Baik Visi Distribusi maupun program rencana kerja yang disusun tidaklah berhasil
bila tidak diiringi dengan komitmen dan semangat kebersamaan untuk membangun
perusahaan oleh para pelaksananya termasuk manajemen maupun pendukung-pendukung
yang terkait didalamnya.
Buku rencana kerja ini merupakan suatu sarana untuk mengubah mindset para
pelakunya dari pola satu tahunan menjadi lima tahunan dengan tujuan untuk membiasakan
para pelaku ke dalam perencanaan jangka menengah sehingga dapat disusun program rencana
kerja yang lebih sistematis, teratur dan terencana dalam lima tahun kedepan dengan sasaran
yang jelas dan terukur secara bertahap.
Visi Distribusi yang mencakup Roadmap maupun program rencana kerja yang
disusun didalamnya tidaklah bersifat mutlak dan dapt dilakukan perubahan-perubahn untuk
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terkait dengan pelaksanaannya. Sebagai
indikator suksesnya Visi Distribusi, maka diperlukan penilaian dan evaluasi dalam tiap-tiap
tahapannya.