Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS PERIODONSIA

PERIODONTAL SPLINTING

Oleh:
Dimas Ananta 091611101091
Hanifah Nailul Amania 141611101013
Dhystika Zahrah S 181611101002

Pembimbing:
drg. Depi Praharani, M.Kes

Praktikum Putaran I
Semester Genap Tahun Ajaran 2018-2019

BAGIAN PERIODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2019

LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Emilia Fitriana
Tanggal lahir/ Umur : 30 - 04 - 1990/ 29 tahun
Pekerjaan/ Sekolah : Ibu Rumah Tangga
Alamat/ Telp. : Jl Bungur 20 no.6, Gebang, Patrang, Jember
Telp. : 081931995589
Status Perkawinan : Kawin
Nama orang tua/ Wali : Ibu Sri Pujiati
Kebangsaan/Suku Bangsa: Indonesia / Jawa

2. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke klinik Periodonsia RSGM FKG UNEJ mengeluhkan gigi
depan rahang bawah terasa goyang ketika didorong dengan lidah sejak ± 1
tahun yang lalu.
2. Riwayat Keluhan Utama
Pasien datang ke klinik Periodonsia FKG UNEJ untuk melanjutkan perawatan
gigi depan bawah terasa goyang ketika didorong dengan lidah sejak ± 1 tahun
yang lalu. Pasien telah melakukan pembersihan karang gigi sekitar 4 bulan
yang lalu dan tidak ada keluhan/komplikasi. Pasien menyikat gigi 2x sehari
saat setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam.
3. Riwayat Kesehatan Umum
Pasien tidak dicurigai mempunyai penyakit sistemik maupun alergi.

4. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL

1. Wajah

Normal

2. Kelenjar Limfe

1. Kelenjar submandibula dextra : Tidak teraba dan tidak sakit

2. Kelenjar submandibula sinestra : Tidak teraba dan tidak sakit


3. Kelenjar submentalis : Tidak teraba dan tidak sakit

4. Kelenjar Saliva

5. Kelenjar submandibula : Tidak teraba dan tidak sakit

6. Kelenjar parotis : Tidak teraba dan tidak sakit

7. Kelenjar sublingualis : Tidak teraba dan tidak sakit

8. PEMERIKSAAN INTRA ORAL

1. CI-S
2 0 0
0 0 0

2. DI-S
0 1 1
1 1 1
OHI-S = 1,1 (Baik)

3. Pemeriksaan Jaringan Periodontal


Gigi

Warna

BOP

Pembesaran

Konsistensi

Tekstur

Sakit
(mm)
Probing depth

Supurasi
(mm)
Resesi gingiva

Kegoyangan

33 CP - - K S - 1,5 - -
-
CP - - K S - 0,5 - -
32 CP - - K S - 0,5 - -
o
2
CP - - K S - 0,5 - -
31 CP - - K S - 1,5 - -
o
2
CP - - K S - 0,5 - -
41 CP - - K S - 1 - -
o
2
CP - - K S - 0,5 - -
42 CP + - K S - 3,5 - - o
2
CP - - K S - 0,5 - -
43 CP - - K S - 0,5 - -
-
CP - - K S - 0,5 - -

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

41 31
42
32

Gambar 1. Gambaran Radiografi gigi 42,41,31,32

Intepretasi :

1. Terdapat penurunan tulang alveolar <1/2 panjang akar pada gigi 42,41,31,32

2. Terdapat pelebaran space ligamen periodontal pada gigi 42,41,31,32

3. Terputusnya kontinuitas lamina dura pada gigi 42,41,31,32

4. Pola resorbsi tulang alveolar vertikal atau angular pada gigi 42,41,31,32

5. Diagnosis

Aggresive Periodontitis pada gigi 42,41,31,32


6. Etiologi

Bakteri plak

7. Faktor Predisposisi

Food debris, kalkulus, dan malposisi gigi

8. Rencana Perawatan

1. DHE

2. Scaling dan root planning

3. Splinting

4. Kontrol periodik
5. Perawatan

TGL Tindakan
8/4/19 1. DHE

2. Scaling & root planing

3. Kontrol 1 minggu kemudian

4. Anamnesis: Pasien datang ke klinik Periodonsia FKG UNEJ untuk melanjutkan


perawatan gigi depan bawah terasa goyang ketika didorong dengan lidah sejak ± 1
8/4/19
tahun yang lalu. Pasien telah melakukan pembersihan karang gigi sekitar 4 bulan
yang lalu dan tidak ada keluhan/komplikasi. Pasien menyikat gigi 2x sehari saat
setelah sarapn pagi dan sebelum tidur malam.

5. Pemeriksaan Intra Oral

1. CI-S
2 0 0
0 0 0
2. DI-S
0 1 1
1 1 1
OHI-S = 1,1 (Baik)
3. Pemeriksaan Jaringan Periodontal

33 CP - - K S - 1,5 - -
-
CP - - K S - 0,5 - -
32 CP - - K S - 0,5 - -
o
2
CP - - K S - 0,5 - -
31 CP - - K S - 1,5 - -
o
2
CP - - K S - 0,5 - -
41 CP - - K S - 1 - - o
2
CP - - K S - 0,5 - -
42 CP + - K S - 3,5 - -
o
2
CP - - K S - 0,5 - -
43 CP - - K S - 0,5 - -
-
CP - - K S - 0,5 - -

4. Pro splinting 42,41,31 dan 32

Prosedur Splinting

1. Persiapan alat dan bahan.

Persiapan alat yang terdiri dari alat dasar, scaler manual, kunci dan tip scaler
ultrasonik, kuret, plastis filing instrument, spatula semen, gunting fiber, dua buah
microbrush, bristle brush, rubber cup putih, articulating paper, diamond round
bur, arkansas stone bulat dan cemara, highspeed, lowspeed, light cure.

Persiapan bahan meliputi bahan pulas, benang fiber, dental floss (gulungan), etsa,
bonding, komposit, flowable komposit, betadine (povidone iodine 1%), alkohol
97%, tampon, cotton roll, cotton pellet.

Gambar 2. Alat dan bahan untuk prosedur splinting.

2. Pasien diinstruksikan untuk berkumur. Gigi yang akan di splinting dilakukan


scaling dan root planing menggunakan alat skaler serta dipulas terlebih
dahulu menggunakan rubber cup putih dan bristle brush.
Gambar 3. Pemulasan daerah kerja menggunakan rubber cup putih dan bristle brush

3. Mencari posisi oklusi pasien yang benar dan stabil dengan cara
menginstruksikan pasien untuk oklusi sentris.

Gambar 4. Penetapan oklusi

4. Asepsis daerah kerja dengan bahan antiseptik povidon iodine 1% kemudian


isolasi daerah kerja dengan cotton roll pada bagian labial dan suction pada
bagian lingual.

5. Mengukur panjang kerja gigi yang akan di splinting menggunakan dental


floss. Pada kasus ini meliputi gigi 33, 32, 31, 41, 42, 43.

6. Mengukur panjang benang fiber menggunakan panduan dental floss sesuai


panjang gigi yang akan di splinting.

Gambar 5. Pengukuran panjang fiber menggunakan panduan dental floss

7. Fiber yang telah diukur dan dipotong sesuai panjang kerja, kemuadian
direndam dalam bahan bonding.

Gambar 6. Merendam fiber dalam bonding

8. Permukaan gigi dikeringkan dengan airspray. Pengaplikasian bahan etsa


(asam fosfat 30%) pada permukaan lingual dan interdental gigi 33, 32, 31, 41,
42, 43, selama 20 detik kemudian dibilas dengan air dan dikeringkan dengan
airspray.
(a) (b)
(c)

Gambar 7. (a) aplikasi etsa; (b) irigasi; (c) dikeringkan dengan airspray

9. Bahan bonding diaplikasikan dengan microbrush pada seluruh permukaan


daerah kerja yang akan displinting dilanjutkan dengan light cure selama 20
detik.

Gambar 8. Aplikasi bahan bonding dan proses light cure

10. Fiber yang telah direndam bahan bonding diletakkan pada permukaan lingual gigi
1
yang akan displinting setinggi servikal gigi (sekitar singulum) tanpa
3
mengganggu oklusi dimulai dari ½ lebar mesio-distal gigi 33 sampai ½ lebar
mesio-distal gigi 43.

Gambar 9. Penempatan fiber yang telah direndam bahan bonding pada 1/3 servical
gigi yang akan di splinting

11. Bahan komposit packable diaplikasikan pada permukaan lingual gigi 33, 32,
31, 41, 42, dan 43 menggunakan plastis filling instrument hingga menutupi
seluruh permukaan fiber, dilanjutkan aplikasi bahan bonding lalu light cure
selama 20 detik.

Gambar 10. Aplikasi komposit dan proses light cure

12. Cek oklusi menggunakan articulating paper. Jika terdapat teraan yang tidak
rata atau ada teraan yang tebal, dilakukan koronoplasti menggunakan
diamond round bur kemudian haluskan menggunakan arkansas stone bulat.

Gmbar 11. Cek oklusi menggunakan articulating paper dan penyesuaian oklusi

13. Instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut, menyikat gigi
secara hati-hati, tidak berkumur terlalu keras, tidak memainkan dengan
menggunakan lidah, menghindari gigitan selama 24 jam pada gigi yang telah
dilakukan perawatan dan kontrol 2 minggu kemudian.
Gambar pasien sebelum dan sesudah dilakukan perawatan splinting

1. Sebelum

2. Sesudah
KONTROL 1

Anamnesa : setelah dilakukan splint 14 hari yang lalu, pasien datang dengan
kondisi fisik baik. Kondisi splint baik dan tidak ada keluhan yang dirasakan oleh
pasien.

EO : T.A.A

IO :
Gigi

Warna

BOP

Pembesaran

Konsistensi

Tekstur

Sakit

(mm)
Probing depth

Supurasi
(mm)
Resesi gingiva

Kegoyangan

26/04/19 33 CP - - K S - 1 - -
-
CP - - K S - 0,5 - -
32 CP - - K S - 0,5 - -
-
CP - - K S - 0,5 - -
31 CP - - K S - 1 - -
-
CP - - K S - 0,5 - -
41 CP - - K S - 1 - -
-
CP - - K S - 1 - -
42 CP - - K S - 3 - -
-
CP - - K S - 0,5 - -
43 CP - - K S - 0,5 - -
-
CP - - K S - 0,5 - -

Foto pada saat Kontrol I


DISKUSI

Periodontitis agresif merupakan salah satu bentuk penyakit periodontal yang


umumnya menyerang individu pada usia di bawah 30 tahun tapi bisa juga pada usia
yang lebih tua. Penyakit ini dapat dibedakan dari periodontitis kronis berdasarkan usia
pasien, aktivitas penyakit yang cepat dimana kerusakan tulang dan kehilangan
perlekatan terjadi sangat cepat dengan jumlah plak sedikit, bakteri yang banyak
ditemukan pada daerah yang terinfeksi adalah Aggregatibacter
actinomycetemcomitans dan Porphyromonas gingivalis, perubahan respon imun pada
host dan dihubungkan dengan riwayat keluarga. 1,2 Penderita periodontitis agresif
biasanya tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda dari penyakit sistemik dan
memberi respon yang kurang baik terhadap perawatan mekanis konvensional.3

Periodontitis agresif dapat terjadi secara lokal (LAP) atau menyeluruh


(GAP). LAP (Localized Aggressive Periodontitis) biasanya terjadi pada usia pubertas
dan menyerang gigi molar pertama serta gigi insisivus yang ditandai dengan
penambahan kedalaman poket dan kehilangan tulang yang parah. Rata-rata kehilangan
tulang 3 hingga 5 kali lebih cepat daripada yang terlihat pada periodontitis kronis.2

Splin merupakan alat stabilisasi dan immobilisasi gigi goyang karena


suatu lesi, trauma, atau penyakit periodontal. Prinsip dari pembuatan splin yaitu
dengan mengikat beberapa gigi menjadi satu kesatuan sehingga tekanan dapat
didistribusikan kesemua gigi yang diikat. Perawatan mengunankan alat splin disebut
splinting. Splinting tidak bisa membuat gigi yang goyang kembali kencang, hanya
dapat mengontrol mobilitas bila splin tetap terpasang pada tempatnya. Oleh karena
itu, bila splin dilepas, gigi akan goyang kembali. Hanya dengan menghilangkan
penyakitnya dan dengan proses regenerasi jaringan pendukung gigi dapat diperoleh
reduksi sesungguhnya dari mobilitas gigi.4

Splin pada gigi merupakan salah satu perawatan terhadap gigi goyang
yang memiliki berbagai bentuk. Splin dalam bentuk lepasan ataupun cekat yang dapat
dibuat dari bahan tambalan komposit, akrilik, kawat, ataupun kombinasi. Bahan
komposit dengan fiber memiliki keuntungan dan kerugian yang berbeda serta
diindikasikan untuk tujuan yang berbeda. 5
Kapasitas menguatkan fiber tergantung pada adhesi dengan resin, orientasi
fiber, dan penyatuannya dengan resin. Sifat fisik lain yang diharapkan dalam suatu
fiber adalah kekuatan fleksibel yang baik dan tidak memerlukan retensi mekanis pada
gigi abutmen ketika dibandingkan dengan protesa cekat dengan struktur metalik
konvensional. 5
Sistem pre-impregnasi baik diindikasikan untuk aplikasi langsung,
seperti splinting atau direct adhesive bridges. Pada aplikasi klinis ini, sifat fisik dan
mekanik bahan komposit dipengaruhi dengan kuat oleh struktur dan sifat penghubung
fiber-matriks, dan perbedaan antara sifat elastis matriks dan fiber yang mungkin
mengubah transmisi gaya melalui penghubung tersebut. 6

Keuntungan splinting periodontal pada kasus ini dengan menggunakan


fiber-resin komposit adalah (a) mudah diaplikasikan dengan preparasi gigi yang
minimal, (b) biaya yang rendah sampai menengan jika dibandingkan dengan stabilisasi
dengan mahkota dan bridge, (c) reversibel: mudah dilepas ketika splin tidak lagi
diperlukan, (d) mudah diperbaiki jika terdapat kesalahan saat bonding ulang atau
aplikasi bahan baru, (e) mendukung perawatan yang lebih agresif yang dilakukan pada
gigi geligi dengan prognosis yang diragukan berdasarkan stabilisasi jangka panjang,
(f) nilai estetik yang tinggi, (g) mudah dibersihkan sendiri oleh pasien dirumah sehari-
hari. 7

[1]. Lang NP, Bartold PM, Cullinan M, Jefcoat M, Memboli A, et al. Consessus report :
Aggressive periodontitis. Ann Periodontal 1999; 4:53.
[2]. Novak KF, Novak MJ. Aggressive Periodontitis: Clinical periodontology. 10th ed.
Saunders. 2006: 506-511.

[3]. Klokkevold PR, Nagy RJ. Treatment of aggressive and atypical form of periodontitis:
Clinical periodontology. 10th ed. Saunders. 2006: 693

[4]. Marselly L. Splinting pada periodontitis kronis generalis. Program Studi Kedokteran
Gigi Fakultas Kedokteran Sriwijaya, Palembang, 2012.

[5]. Shekar, L Chandra, Koganti, Vijay Prasad, Shankar, B Ravi, Gopinath A. A


comparative study of temporary splints: bonded polyethylene fiber reinforcement
ribbon and stainless steel wire + composite resin splint in the treatment of chronic
periodontitis. The journal of contemporary dental practice, September-October 2011;
12 (5): 343-349.

[6]. Paddmanabhan, P. Preethe, Chandrasekaran S.C., Ramya, V., Manisundar. Tooth


Splinting Using Fiber Reinforced Composite & Metal – A Comparison. Indian
Journal of Multidisciplinary Dentistry, Vol. 2, Issue 4, August-October 2012.

[7]. Kini, Vineet, Patil, Sanjiv M., dan Jagtap, Rasika. Bonded Reinforcing Materials for
Esthetic Anterior Periodontal Tooth Stabilization: A Case Report. International
Journal of Dental Clinics 2011:3(1): 90-91

Anda mungkin juga menyukai