1
AGENDA
I Pendahuluan
II Hal-hal Pokok dalam SPKN 2017
III Kerangka Konseptual Pemeriksaan
IV Standar Umum
V Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
VI Standar Pelaporan Pemeriksaan 2
I. PENDAHUL UAN
3
1.LATAR BELAKANG
• Penyesuaian dengan perkembangan standar di dunia
internasional yang bersifat Principle-Based (contoh:
ISSAI dan ISA)
• SPAP 2013 sudah mengacu pada ISA
• Pemikiran mengenai kerangka konseptual yang
dimuat dalam bab pendahuluan pada SPKN 2007
perlu disajikan secara khusus
• Mempertajam fokus PDTT pada pemeriksaan
kepatuhan dan pemeriksaan investigatif
• Perlunya pengaturan spesifik atas pemeriksaan
investigatif dalam SPKN 4
2. PERUBAHAN DARI SPKN 2007 KE SPKN 2017
No Perubahan SPKN 2017 SPKN 2007
1. Sistematika PSP Berdasarkan proses pemeriksaan sebagaimana Berdasarkan proses dan jenis
diatur dalam UU 15/2004, yaitu standar umum,
standar pelaksanaan dan standar pelaporan
2. Sifat pengaturan Pengaturan berbasis prinsip (principle based) Pengaturan berbasis
peraturan (rule based)
3. Aspek perencanaan Diatur Belum diatur
strategis dan tindak
lanjut hasil pemeriksaan
4. Fokus PDTT Penguatan pada kepatuhan dan investigatif Review, AUP, dan Eksaminasi
5. Pengguna SPKN Menegaskan penggunaan SPKN oleh akuntan publik Pasal 6 Per BPK 1/2007
yang memeriksa keuangan negara berdasarkan membatasi hanya untuk BPK
ketentuan undang-undang dan oleh APIP dan AP untuk dan atas nama
6. Pemeriksaan investigatif Diatur Belum diatur spesifik
5
I I . H A L - H A L P O KO K
DAL AM SPKN
6
1. PENGGUNA SPKN
7
2. FORMAT PSP SPKN
(ADAPTASI ISA/SPAP 2013)
1. Pendahuluan 4. Ketentuan
– Lingkup dan tanggal efektif • Merupakan prinsip yang harus dipenuhi pemeriksa
dalam pemeriksaan
2. Tujuan
• Ditulis dalam format paragraf bernomor, diberi
– Memberikan konteks dalam heading untuk masing-masing bagian tertentu, dan
penerapan pertimbangan memberi referensi ke nomor paragraf tertentu
profesional pada bagian “Materi Penerapan dan Penjelasan
– Merefleksikan pendekatan Lain”
principles-based 5. Materi Penerapan dan Penjelasan Lain
3. Definisi • Menjelaskan lebih detil, mencantumkan
– Memberi definisi istilah yang pertimbangan dan memberi contoh prosedur
digunakan dalam standar • Paragraf dimulai dengan A (A1, A2, A3 dst...) dan
berisi petunjuk untuk melaksanakan “Ketentuan”
8
3. SISTEMATIKA SPKN
Interpretasi Standar
(apabila diperlukan)
9
TUJUAN PEMERIKSAAN
• untuk memberikan opini atas kewajaran laporan
Pemeriksaan keuangan
Keuangan
• memberikan kesimpulan atas aspek ekonomi, efisiensi
Pemeriksaan dan/atau efektivitas pengelolaan keuangan negara, serta
Kinerja memberikan rekomendasi untuk memperbaiki aspek
tersebut
14
3. GAMBARAN UMUM
PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
1. Mandat, kemandirian dan kewenangan BPK
2. Definisi pemeriksaan keuangan negara
3. Lingkup pemeriksaan keuangan negara
4. Jenis pemeriksaan keuangan negara
5. Manfaat pemeriksaan keuangan negara
6. Transparansi dan akuntabilitas pemeriksaan keuangan negara
15
4. UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
• Pemeriksa BPK
• Tenaga ahli dan/atau tenaga
pemeriksa dari luar BPK yang Pemeriksa
bekerja untuk dan atas nama BPK
• Akuntan Publik berdasarkan
ketentuan undang-undang
• Lembaga Perwakilan
• Pemerintah
• Pihak lain yang
• Pihak yg diperiksa berkepentingan
• Bertanggung jwb atas
informasi hal pokok dan Pihak yang Pengguna
mengelola hal pokok bertanggung Laporan Hasil
• Bertanggung jwb jawab Pemeriksaan
menindaklanjuti hasil
17
pemeriksaan
4. UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
HAL POKOK DAN INFORMASI HAL POKOK
Informasi Hal
Hal Pokok
Hal Pokok
pokok
Informasi Kondisi keuangan
Asersi pada laporan
keuangan
Pemeriksaan Lengkap
Kriteria Andal
Netral
Jenis
Pemeriksaan Dapat Dipahami
Sumber:
1. ketentuan peraturan perundang-undangan,
2. standar yang diterbitkan organisasi profesi
tertentu,
3. kontrak,
4. kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
entitas yang diperiksa,
5. atau kriteria yang dikomunikasikan oleh Pemeriksa
kepada pihak yang bertanggung jawab. 19
4. UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
BUKTI PEMERIKSAAN
Manfaat
Biaya 20
4. UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
21
4. UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
PEMANTAUAN TINDAK L ANJUT HASIL PEMERIKSAAN
22
5. PRINSIP-PRINSIP
PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
1.Kode Etik
2.Pengendalian Mutu
3.Manajemen dan Keahlian Tim Pemeriksa
4.Risiko Pemeriksaan
5.Materialitas
6.Dokumentasi Pemeriksaan
7.Komunikasi Pemeriksaan
23
PENGEMBANGAN STANDAR PEMERIKSAAN
- Melibatkan
SPKN pemerintah dan
organisasi profesi
Penyusunan SPKN Revisi SPKN
Penyusunan serta
Interpretasi SPKN
- Mempertimbangkan
• Pengidentifkasian topik atau
masalah,
• Adanya Multitafsir standar
Revisi Mayor Revisi Minor
• Riset terbatas, atas pernyataan pemeriksaan
• Penulisan draft standar, standar
• Peluncuran exposure draft standar, • Akumulasi revisi • Perubahan istilah • Ketidakjelasan internasional
• Dengar pendapat exposure draft minor kunci klausul di PSP
standar, • Perubahan • Perubahan, - Peninjauan kembali
• Pembahasan tanggapan dan
masukan atas exposure draft
menyeluruh, penambahan, standar perlu
pengurangan suatu
standar, penambahan
kalimat dan/atau dilakukan dalam hal
• Konsultasi draft standar dengan dan/atau
Pemerintah, dan pengurangan suatu
paragraf dalam terjadi perubahan
subbab PSP
• Finalisasi serta penetapan standar. subbab PSP dalam lingkungan
pemeriksaan
keuangan negara.
Proses Baku SPKN 24
HUBUNGAN KK, PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN, STANDAR DAN KETENTUAN LAIN
25
PSP 1 00
STANDAR UMUM
26
TUJUAN STANDAR UMUM
27
DEFINISI DALAM STANDAR UMUM
Kompe Kompeten
Pemeriksa BPK Predikasi
tensi Tenaga Ahli
28
STANDAR UMUM
- Etika
- Independensi, Integritas dan Profesionalisme
- Pengendalian Mutu
- Kompetensi
- Pertimbangan Ketidakpatuhan, Kecurangan dan Ketidakpatutan
- Komunikasi Pemeriksaan
- Dokumentasi Pemeriksaan
29
ETIKA - INDEPENDENSI - INTEGRITAS -
PROFESIONALISME
Independensi
dalam pemikiran
Pemeriksa memberitahu
Independensi
gangguan independensi
Independensi
dalam penampilan
Prinsip
Kemahiran Profesional
Etika
Skeptisisme Profesional
Sikap jujur, objektif,
Pertimbangan Profesional
dan tegas
Integritas Profesionalisme
30
Kemahiran Profesional Skeptisisme Profesional Pertimbangan Profesional
Cermat dan seksama dalam: Skeptis terhadap Membuat keputusan tentang
materialitas
31
PENGENDALIAN MUTU
Standar
Pengendalian
Mutu Pemeriksaan yang
sesuai dengan standar
pemeriksaan dan
ketentuan peraturan
Sistem
Pengendalian
perundang-undangan
Mutu
“Pemeriksa harus menerapkan sistem pengendalian mutu pada saat penugasan untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa Pemeriksaan sesuai dengan standar pemeriksaan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dan LHP adalah tepat sesuai dengan kondisinya.”
32
KOMPETENSI
Pendidikan Pengalaman KOLEKTIF
Latar belakang pendidikan, keahlian
dan pengalaman, serta pengetahuan
Tenaga Pemeriksa
Pemeriksa Tenaga Ahli tentang standar pemeriksaan
di Luar BPK Pengetahuan umum tentang
lingkungan entitas, program, dan
• Sertifikat • Independen • Sertifikat kegiatan yang diperiksa
Profesional • Memenuhi profesional Keterampilan berkomunikasi secara
• Pendidikan kualifikasi • Pendidikan jelas dan efektif
Berkelanjutan • Kompeten berkelanjutan
Keterampilan yang memerlukan
• Pendidikan pengetahuan khusus
berkelanjutan
Dokumentasi
Pemeriksaan
BPK harus mengembangkan sistem dokumentasi pemeriksaan yang efisien dan efektif
36
HUBUNGAN DENGAN STANDAR PROFESI
YANG DIGUNAKAN OLEH AKUNTAN PUBLIK
37
KEWAJIBAN APIP DAN AKUNTAN PUBLIK
DALAM PEMERIKSAAN KEUANGAN
NEGARA APIP yang
Akuntan publik
yang memeriksa
melaksanakan audit
keuangan negara
kinerja dan audit
berdasarkan
dengan tujuan
ketentuan undang-
tertentu
undang
Wajib
melaksanakan
seluruh
ketentuan yang
relevan dalam
Standar
Pemeriksaan ini 38
PSP 200
STANDAR
PEL AKSA NA AN
39
TUJUAN STANDAR PELAKSANAAN
40
DEFINISI DALAM STANDAR
PELAKSANAAN
Perencanaan Perencanaan Pengendalian Risiko
strategis penugasan intern pemeriksaan
Tujuan Lingkup
pemeriksaan pemeriksaan Kriteria Uji petik
Indikasi awal
kecurangan
41
STANDAR PELAKSANAAN
PERENCANAAN PEMEROLEHAN PENGEMBANGAN
SUPERVISI
BUKTI TEMUAN
Hubungan dengan
Perencanaan
Kecukupan Ketidaksesuaian
antara kondisi dan
Apabila menemukan
indikasi awal
Strategis Bukti kriteria
kecurangan, Pemeriksa
Unsur Temuan: harus menindaklanjuti
kondisi, kriteria, indikasi awal
Perencanaan Ketepatan sebab, akibat
kecurangan tersebut
Penugasan Bukti Memenuhi tujuan sesuai dengan
dalam rangka ketentuan.
menarik
kesimpulan 43
HUBUNGAN PEMERIKSAAN BPK
DENGAN PERENCANAAN STRATEGIS
• memenuhi pelaksanaan tugas pemeriksaan
dan harapan pemangku kepentingan
Renstra • arahan strategis dalam penyusunan rencana
pemeriksaan tahunan, penentuan harapan
penugasan, dan tujuan pemeriksaan
Perencanaan
Penugasan
44
PSP 3 00
STANDAR
PEL APOR AN
45
TUJUAN STANDAR PELAPORAN
46
DEFINISI DALAM STANDAR
PELAKSANAAN
LHP
Pengguna LHP
Kesimpulan
Rekomendasi 47
STANDAR PELAPORAN
Keharusan Menyusun Laporan
Unsur Laporan
• Pemeriksa harus
menyusun laporan Ringkas Lengkap
hasil pemeriksaan
secara tertulis untuk
mengomunikasikan LHP yang
hasil pemeriksaannya Berkualitas
Jelas Akurat
Meyakinkan Obyektif
49
UNSUR LHP
“LHP harus memenuhi unsur laporan sesuai dengan
jenis pemeriksaannya”.
a. Pernyataan bahwa
pemeriksaan
b. Tujuan, Lingkup,
dilaksanakan sesuai Metodologi
c. Kesimpulan d. Temuan Pemeriksaan
dengan Standar
Pemeriksaan
50
PELAPORAN INFORMASI RAHASIA
• Apabila informasi tertentu dilarang diungkapkan kepada
umum, laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan
sifat informasi yang dihilangkan tersebut dan ketentuan
yang melarang pengungkapan informasi tersebut
• Pertimbangan pemeriksa mengenai tidak diungkapkannya
informasi tertentu tersebut harus mengacu pada peraturan
perundangan
51
PENERBITAN LAPORAN
• BPK menyerahkan laporan hasil pemeriksaan tepat waktu kepada:
– Lembaga perwakilan,
– Pihak yang bertanggung jawab, dan
– Pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
• Dalam hal yang diperiksa merupakan rahasia negara maka untuk tujuan
keamanan pendistribusian laporan hasil pemeriksaan tersebut dapat dibatasi
• Informasi yang diperoleh melalui PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif
merupakan informasi rahasia.
52
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT
HASIL PEMERIKSAAN
• BPK memantau secara periodik tindak lanjut hasil
pemeriksaan, yang bertujuan untuk:
–meningkatkan efektivitas pelaporan hasil pemeriksaan,
–membantu lembaga perwakilan dan pemerintah dalam
memperbaiki tata kelola
• Tata cara pemantauan tindak lanjut diatur tersendiri.
53
54
PSP 200 PARA 8.E.1
Tujuan pemeriksaan keuangan adalah untuk memperoleh keyakinan memadai sehingga Pemeriksa
mampu memberikan opini bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, atas kesesuaian dengan standar akuntansi, kecukupan pengungkapan, kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern
55
PSP 100 PARA 32
Dalam pemeriksaan keuangan, Standar Pemeriksaan ini memberlakukan standar audit yang dimuat
dalam SPAP yang ditetapkan oleh asosiasi profesi akuntan publik, sepanjang tidak diatur lain dalam
Standar Pemeriksaan ini.
56
PSP 200 PARA 8.L, 23 DAN A.18
8. l. Kelangsungan usaha (going concern) adalah asumsi bahwa suatu entitas dipandang bertahan
dalam tugas dan fungsi atau bisnisnya untuk masa depan yang dapat diprediksi.
23. Dalam pemeriksaan keuangan, Pemeriksa harus mempertimbangkan kelangsungan usaha (going
concern) dan peristiwa yang terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal LHP.
A.18. Pemeriksa harus memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat untuk mengetahui
adanya peristiwa atau kondisi yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan terhadap
kemampuan entitas yang diperiksa terkait kelangsungan usaha (going concern) serta peristiwa yang
terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal LHP yang memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan dalam laporan keuangan yang telah diidentifikasi
57
PSP 200 PARA A.12
Penetapan kriteria dipengaruhi oleh hal pokok/informasi hal pokok yang diperiksa dan tujuan
pemeriksaan. Kriteria dalam pemeriksaan keuangan berbentuk formal, yaitu standar akuntansi
yang merupakan kerangka pelaporan keuangan yang digunakan oleh penyusun laporan keuangan.
58
PSP 300 PARA A.11, A.12
59
PSP 300 PARA A.13
Pemeriksa mengungkapkan temuannya dengan unsur-unsur yang dapat disesuaikan dengan tujuan
pemeriksaan. Misalnya PDTT dalam bentuk pemeriksaan kepatuhan maka unsur temuan yang
harus ada adalah kondisi, kriteria, dan akibat. Unsur sebab bersifat opsional tergantung dengan
kedalaman pengujian yang dilakukan Pemeriksa untuk dapat menentukan penyebab utama dari
ketidakpatuhan yang timbul. Hal ini juga terkait dengan ketidakharusan bagi Pemeriksa untuk
memberikan rekomendasi. Pada pemeriksaan keuangan, temuan juga dapat disampaikan dalam
bentuk koreksi atas angka dalam laporan keuangan, kesalahan penyajian, dan kekurangan
pengungkapan.
60
PSP 200 PARA 8.E.2
Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk menguji dan menilai aspek ekonomi, efisiensi, dan/atau
efektivitas, serta aspek kinerja lainnya atas suatu hal pokok yang diperiksa dengan maksud untuk
memberikan rekomendasi yang dapat mendorong ke arah perbaikan.
61
PSP 200 PARA 11
BPK harus berpedoman pada Renstra BPK dalam menyusun rencana tahunan pemeriksaan. Dalam
pemeriksaan kinerja dan PDTT, Pemeriksa harus menentukan hal pokok yang akan diperiksa.
Pemeriksa harus menetapkan faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan hal
pokok tersebut..
62
PSP 200 PARA A.13, A.14
A.13 Dalam pemeriksaan kinerja, apabila tidak tersedia sumber kriteria formal yang sesuai dengan
rancangan tujuan pemeriksaan, Pemeriksa dapat mengembangkan kriteria pemeriksaan
berdasarkan pada sumber tertentu dan diungkapkan secara transparan.
A.14 Dalam pemeriksaan kinerja dan PDTT dengan bentuk pemeriksaan kepatuhan, apabila
Pemeriksa mengidentifikasi adanya pertentangan antara beberapa sumber kriteria yang digunakan,
Pemeriksa harus menganalisis konsekuensi dari adanya pertentangan tersebut, dan meresponsnya
dengan melakukan beberapa hal berikut:
a. memodifikasi tujuan pemeriksaan atau hal pokok/informasi hal pokok yang akan diperiksa;
b. memutuskan untuk tidak melakukan penilaian atas hal pokok/informasi hal pokok; atau
c. melibatkan para ahli untuk memperoleh pandangan atas adanya pertentangan beberapa
sumber kriteria
63
PSP 200 PARA A.16
Sesuatu dapat dinilai material jika pengetahuan mengenai hal tersebut mungkin akan memengaruhi
pengambilan keputusan oleh pengguna LHP. Materialitas meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif.
Pertimbangan materialitas memengaruhi keputusan mengenai sifat, waktu, dan luas prosedur
pemeriksaan dan evaluasi hasil pemeriksaan. Khusus pemeriksaan kinerja dan PDTT dalam bentuk
pemeriksaan kepatuhan, materialitas juga dipertimbangkan dalam penentuan topik dan kriteria
pemeriksaan.
64
PSP 300 PARA 16
Pemeriksa wajib memberikan rekomendasi dalam pemeriksaan kinerja. Dalam pemeriksaan selain
pemeriksaan kinerja, apabila Pemeriksa dapat mengembangkan temuan pemeriksaan secara
memadai, Pemeriksa dapat membuat rekomendasi. Khusus pada PDTT dalam bentuk pemeriksaan
investigatif, Pemeriksa tidak memberikan rekomendasi.
65
PSP 200 PARA 8.E.3
Tujuan PDTT dalam bentuk pemeriksaan kepatuhan adalah untuk menilai apakah hal pokok yang
diperiksa sesuai (patuh) dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
66
PSP 200 PARA 11
BPK harus berpedoman pada Renstra BPK dalam menyusun rencana tahunan pemeriksaan. Dalam
pemeriksaan kinerja dan PDTT, Pemeriksa harus menentukan hal pokok yang akan diperiksa.
Pemeriksa harus menetapkan faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan hal
pokok tersebut.
67
PSP 200 PARA A.14
Dalam pemeriksaan kinerja dan PDTT dengan bentuk pemeriksaan kepatuhan, apabila Pemeriksa
mengidentifikasi adanya pertentangan antara beberapa sumber kriteria yang digunakan, Pemeriksa
harus menganalisis konsekuensi dari adanya pertentangan tersebut, dan meresponsnya dengan
melakukan beberapa hal berikut:
a. memodifikasi tujuan pemeriksaan atau hal pokok/informasi hal pokok yang akan diperiksa;
b. memutuskan untuk tidak melakukan penilaian atas hal pokok/informasi hal pokok; atau
c. melibatkan para ahli untuk memperoleh pandangan atas adanya pertentangan beberapa
sumber kriteria.
68
PSP 200 PARA 8.E.4
Tujuan PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif adalah untuk mengungkap adanya indikasi
kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana.
69
PSP 100 PARA 24, PSP 200 PARA A.23
PSP 100 Para 24
PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif hanya dilakukan ketika terdapat predikasi yang
memadai. Predikasi dapat berasal dari temuan pemeriksaan selain PDTT dalam bentuk
pemeriksaan investigatif, informasi pihak internal maupun eksternal BPK. Temuan atau informasi
tersebut harus diuji kelayakannya sebelum bisa diterima sebagai predikasi.
PSP 200 Para A.23
Dalam hal Pemeriksa menemukan indikasi awal kecurangan, Pemeriksa dapat menindaklanjutinya
dengan mengusulkan PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif.
70
PSP 100 PARA A.14
Pemeriksa mengomunikasikan hal-hal yang terkait dengan proses pemeriksaan, antara lain tujuan
pemeriksaan, lingkup pemeriksaan, waktu pemeriksaan, kriteria pemeriksaan, temuan pemeriksaan,
dan kesulitan atau batasan yang ditemui saat pemeriksaan. Khusus PDTT dalam bentuk
pemeriksaan investigatif, Pemeriksa dapat membatasi komunikasi tentang hal-hal yang terkait
dengan proses pemeriksaan.
71
PSP 300 PARA 17 DAN A.16
Para 17.
Pemeriksa harus memperoleh tanggapan tertulis atas hasil pemeriksaan dari pihak yang
bertanggung jawab. Namun demikian, terkait dengan kerahasiaan informasi, dalam PDTT dalam
bentuk pemeriksaan investigatif, Pemeriksa tidak meminta tanggapan.
A.16
Khusus untuk PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif, karena tujuan pemeriksaannya adalah
untuk mengungkapkan indikasi kerugian negara dan/atau tindak pidana maka Pemeriksa tidak
meminta tanggapan tertulis kepada pihak yang bertanggung jawab.
72
PSP 300 PARA 23
Informasi yang diperoleh melalui PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif merupakan
informasi rahasia.
73
PEMASTIAN KEJELASAN SETIAP PENUGASAN
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN
74
PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSAAN
• Dalam pemeriksaan kinerja, apabila tidak tersedia sumber kriteria formal yang sesuai dengan
rancangan tujuan pemeriksaan, maka pemeriksa dapat mengembangkan kriteria pemeriksaan
berdasarkan pada sumber tertentu dan diungkapkan secara transparan
• Pertentangan kriteria
– menganalisis konsekuensi
– merespon dengan:
• memodifikasi tujuan pemeriksaan atau hal pokok yang akan diperiksa
• memutuskan untuk tidak melakukan penilaian atas hal pokok
• melibatkan para ahli untuk memperoleh pandangan atas adanya pertentangan
beberapa sumber kriteria
75
PERTIMBANGAN MATERIALITAS
• Pemeriksa harus mempertimbangkan materialitas pada seluruh proses pemeriksaan.
• Sesuatu dapat dinilai material jika pengetahuan mengenai hal tersebut mungkin akan
mempengaruhi keputusan pengguna LHP
• Materialitas meliputi aspek kuantitatif atau kualitatif.
• Pemeriksa harus secara profesional memutakhirkan penilaian dan respons terhadap materialitas
sepanjang proses pemeriksaan
• Hal-hal yang menjadi pertimbangan profesional dalam menentukan tingkat materialitas antara
lain:
– kebutuhan pengguna LHP dan dampak bagi masyarakat
– karakteristik bawaan pada suatu hal atau sekelompok hal;
– konteks keterjadian suatu hal;
– persyaratan perundang-undangan
76