Anda di halaman 1dari 76

STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

1
AGENDA
I Pendahuluan
II Hal-hal Pokok dalam SPKN 2017
III Kerangka Konseptual Pemeriksaan
IV Standar Umum
V Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
VI Standar Pelaporan Pemeriksaan 2
I. PENDAHUL UAN
3
1.LATAR BELAKANG
• Penyesuaian dengan perkembangan standar di dunia
internasional yang bersifat Principle-Based (contoh:
ISSAI dan ISA)
• SPAP 2013 sudah mengacu pada ISA
• Pemikiran mengenai kerangka konseptual yang
dimuat dalam bab pendahuluan pada SPKN 2007
perlu disajikan secara khusus
• Mempertajam fokus PDTT pada pemeriksaan
kepatuhan dan pemeriksaan investigatif
• Perlunya pengaturan spesifik atas pemeriksaan
investigatif dalam SPKN 4
2. PERUBAHAN DARI SPKN 2007 KE SPKN 2017
No Perubahan SPKN 2017 SPKN 2007
1. Sistematika PSP Berdasarkan proses pemeriksaan sebagaimana Berdasarkan proses dan jenis
diatur dalam UU 15/2004, yaitu standar umum,
standar pelaksanaan dan standar pelaporan
2. Sifat pengaturan Pengaturan berbasis prinsip (principle based) Pengaturan berbasis
peraturan (rule based)
3. Aspek perencanaan Diatur Belum diatur
strategis dan tindak
lanjut hasil pemeriksaan
4. Fokus PDTT Penguatan pada kepatuhan dan investigatif Review, AUP, dan Eksaminasi

5. Pengguna SPKN Menegaskan penggunaan SPKN oleh akuntan publik Pasal 6 Per BPK 1/2007
yang memeriksa keuangan negara berdasarkan membatasi hanya untuk BPK
ketentuan undang-undang dan oleh APIP dan AP untuk dan atas nama
6. Pemeriksaan investigatif Diatur Belum diatur spesifik

5
I I . H A L - H A L P O KO K
DAL AM SPKN
6
1. PENGGUNA SPKN

“Pemeriksa yang melaksanakan tugas pemeriksaan


pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk
dan atas nama BPK”

“Akuntan publik yang melaksanakan pemeriksaan atas


keuangan negara berdasarkan ketentuan undang-undang”

“APIP yang melaksanakan audit kinerja dan audit dengan


tujuan tertentu”

7
2. FORMAT PSP SPKN
(ADAPTASI ISA/SPAP 2013)
1. Pendahuluan 4. Ketentuan
– Lingkup dan tanggal efektif • Merupakan prinsip yang harus dipenuhi pemeriksa
dalam pemeriksaan
2. Tujuan
• Ditulis dalam format paragraf bernomor, diberi
– Memberikan konteks dalam heading untuk masing-masing bagian tertentu, dan
penerapan pertimbangan memberi referensi ke nomor paragraf tertentu
profesional pada bagian “Materi Penerapan dan Penjelasan
– Merefleksikan pendekatan Lain”
principles-based 5. Materi Penerapan dan Penjelasan Lain
3. Definisi • Menjelaskan lebih detil, mencantumkan
– Memberi definisi istilah yang pertimbangan dan memberi contoh prosedur
digunakan dalam standar • Paragraf dimulai dengan A (A1, A2, A3 dst...) dan
berisi petunjuk untuk melaksanakan “Ketentuan”

8
3. SISTEMATIKA SPKN

Kerangka Konseptual Pemeriksaan


Standar Pemeriksaan 100 –
Standar Umum

Standar Pemeriksaan Standar Pemeriksaan


200 – Standar 300 – Standar
Pelaksanaan Pelaporan

Interpretasi Standar
(apabila diperlukan)

9
TUJUAN PEMERIKSAAN
• untuk memberikan opini atas kewajaran laporan
Pemeriksaan keuangan
Keuangan
• memberikan kesimpulan atas aspek ekonomi, efisiensi
Pemeriksaan dan/atau efektivitas pengelolaan keuangan negara, serta
Kinerja memberikan rekomendasi untuk memperbaiki aspek
tersebut

• untuk memberikan kesimpulan sesuai dengan tujuan


pemeriksaan yang ditetapkan
PDTT
10
4. PENGATURAN KHUSUS ATAS KETIGA
JENIS PEMERIKSAAN DALAM SPKN
Pemeriksaan Pemeriksaan PDTT - PDTT –
Bab
Keuangan Kinerja Kepatuhan Investigatif
Tujuan Pemeriksaan PSP 200 Para 8.e.1 PSP 200 Para 8.e.2 PSP 200 Para 8.e.3 PSP 200 Para 8.e.4
Predikasi dan Indikasi Awal - - - PSP 100 Para 24, PSP 200
Kecurangan Para A23
Komunikasi Pemeriksaan - - - PSP 100 Para A14
Hub. dengan standar profesi PSP 100 Para 32 - - -
Hub. dengan perencanaan - PSP 200 Para 11 PSP 200 Para 11 PSP 200 Para 11
strategis
Going concern dan subsequent PSP 200 Para 8.l, 23 dan A18 - - -
events
Kriteria PSP 200 Para A12 PSP 200 Para A13, PSP 200 Para A14 -
A14
Materialitas - PSP 200 Para A16 PSP 200 Para A16 -
Kesimpulan PSP 300 Para A11, A12 - - -
Temuan Pemeriksaan PSP 300 Para A13 PSP 300 Para A13 -
Rekomendasi - PSP 300 Para 16 - PSP 300 Para 16
Tanggapan Manajemen Entitas - - - PSP 300 Para 17 dan A16
Penerbitan dan Distribusi - - - PSP 300 Para 23
11
Laporan
KERA NGK A
KONSEPT UAL
PEMERIKSA AN
12
1. TUJUAN KERANGKA KONSEPTUAL
Sebagai acuan, rujukan, dan dasar bagi:
1. BPK, Pemeriksa, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang melaksanakan audit kinerja dan
audit dengan tujuan tertentu, serta akuntan publik yang melaksanakan pemeriksaan keuangan
negara berdasarkan ketentuan undang-undang;;
2. penyusun standar pemeriksaan;
3. pengguna laporan hasil pemeriksaan BPK dan pihak-pihak lain yang terkait dengan standar
dan/atau pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Kerangka Konseptual bukan merupakan standar dan/atau prosedur
pemeriksaan. Kerangka Konseptual menjadi acuan bagi pengembangan
standar pemeriksaan. Dalam hal terdapat permasalahan yang belum
diatur dalam standar pemeriksaan, maka Pemeriksaan mengacu kepada
Kerangka Konseptual.
13
2. SISTEMATIKA
KERANGKA KONSEPTUAL PEMERIKSAAN
• Pendahuluan
• Gambaran Umum Pemeriksaan Keuangan Negara
• Unsur-unsur Pemeriksaan Keuangan Negara
• Prinsip-Prinsip Pemeriksaan Keuangan Negara
• Pengembangan Standar
• Hubungan KK, Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan, Standar
Pemeriksaan, dan Ketentuan Lain

14
3. GAMBARAN UMUM
PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
1. Mandat, kemandirian dan kewenangan BPK
2. Definisi pemeriksaan keuangan negara
3. Lingkup pemeriksaan keuangan negara
4. Jenis pemeriksaan keuangan negara
5. Manfaat pemeriksaan keuangan negara
6. Transparansi dan akuntabilitas pemeriksaan keuangan negara

15
4. UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

a. Hubungan tiga pihak, yang terdiri atas:


1) Pemeriksa keuangan negara,
2) Pihak yang bertanggung jawab,
3) Pengguna laporan hasil pemeriksaan;
b.Hal Pokok (Subject Matter) & Informasi Hal Pokok (Subject
Matter Information);
c. Kriteria Pemeriksaan;
d.Bukti Pemeriksaan;
e.Laporan Hasil Pemeriksaan;
f. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan.
16
4. UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
HUBUNGAN TIGA PIHAK

• Pemeriksa BPK
• Tenaga ahli dan/atau tenaga
pemeriksa dari luar BPK yang Pemeriksa
bekerja untuk dan atas nama BPK
• Akuntan Publik berdasarkan
ketentuan undang-undang

• Lembaga Perwakilan
• Pemerintah
• Pihak lain yang
• Pihak yg diperiksa berkepentingan
• Bertanggung jwb atas
informasi hal pokok dan Pihak yang Pengguna
mengelola hal pokok bertanggung Laporan Hasil
• Bertanggung jwb jawab Pemeriksaan
menindaklanjuti hasil
17
pemeriksaan
4. UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
HAL POKOK DAN INFORMASI HAL POKOK

Informasi Hal
Hal Pokok
Hal Pokok
pokok
Informasi Kondisi keuangan
Asersi pada laporan
keuangan

Hal Kinerja atau kondisi non


keuangan
Indikator ekonomis, efisiensi
dan efektivitas

Pokok Karakteristik fisik Dokumen spesifikasi fisik

Kriteria Pernyataan efektivitas suatu


Sistem dan proses pengendalian atau sistem
teknologi informasi

Perilaku seperti tata kelola Pernyataan mengenai


perusahaan kepatuhan
18
4. UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
KRITERIA PEMERIKSAAN
Tujuan Relevan

Pemeriksaan Lengkap

Kriteria Andal

Netral
Jenis
Pemeriksaan Dapat Dipahami
Sumber:
1. ketentuan peraturan perundang-undangan,
2. standar yang diterbitkan organisasi profesi
tertentu,
3. kontrak,
4. kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
entitas yang diperiksa,
5. atau kriteria yang dikomunikasikan oleh Pemeriksa
kepada pihak yang bertanggung jawab. 19
4. UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
BUKTI PEMERIKSAAN

Pertimbangan atas bukti


Bukti pemeriksaan adalah
informasi yang digunakan oleh Kecukupan Ukuran kuantitas
pemeriksa dalam menentukan Bukti
kesesuaian hal pokok dengan
Ketepatan Ukuran kualitas
kriteria. Bukti Relevan, valid, andal

Manfaat

Biaya 20
4. UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

a.Pemeriksa membuat suatu laporan tertulis yang berisi suatu


kesimpulan yang diperoleh tentang informasi hal pokok.
b.Struktur dan format laporan hasil pemeriksaan ditetapkan
lebih lanjut dalam standar.
c.LHP yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan
dinyatakan terbuka untuk umum (dapat diperoleh dan/atau
diakses oleh masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang
undangan)

21
4. UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
PEMANTAUAN TINDAK L ANJUT HASIL PEMERIKSAAN

a.Laporan hasil pemeriksaan ditindaklanjuti oleh pejabat


pengelola keuangan negara.
b.BPK memantau secara periodik pelaksanaan tindak lanjut atas
laporan hasil pemeriksaan dan menyampaikan hasil
pemantauannya kepada lembaga perwakilan, pihak yang
bertanggung jawab, dan pihak-pihak lain.

22
5. PRINSIP-PRINSIP
PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

1.Kode Etik
2.Pengendalian Mutu
3.Manajemen dan Keahlian Tim Pemeriksa
4.Risiko Pemeriksaan
5.Materialitas
6.Dokumentasi Pemeriksaan
7.Komunikasi Pemeriksaan

23
PENGEMBANGAN STANDAR PEMERIKSAAN
- Melibatkan
SPKN pemerintah dan
organisasi profesi
Penyusunan SPKN Revisi SPKN
Penyusunan serta
Interpretasi SPKN
- Mempertimbangkan
• Pengidentifkasian topik atau
masalah,
• Adanya Multitafsir standar
Revisi Mayor Revisi Minor
• Riset terbatas, atas pernyataan pemeriksaan
• Penulisan draft standar, standar
• Peluncuran exposure draft standar, • Akumulasi revisi • Perubahan istilah • Ketidakjelasan internasional
• Dengar pendapat exposure draft minor kunci klausul di PSP
standar, • Perubahan • Perubahan, - Peninjauan kembali
• Pembahasan tanggapan dan
masukan atas exposure draft
menyeluruh, penambahan, standar perlu
pengurangan suatu
standar, penambahan
kalimat dan/atau dilakukan dalam hal
• Konsultasi draft standar dengan dan/atau
Pemerintah, dan pengurangan suatu
paragraf dalam terjadi perubahan
subbab PSP
• Finalisasi serta penetapan standar. subbab PSP dalam lingkungan
pemeriksaan
keuangan negara.
Proses Baku SPKN 24
HUBUNGAN KK, PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN, STANDAR DAN KETENTUAN LAIN

1. Kerangka Konseptual tidak menggantikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


2. Standar dilengkapi dengan Kode etik pemeriksa sebagai patokan perilaku pemeriksa dalam
menjalankan tugas pemeriksaan;
3. BPK juga menerbitkan antara lain:
a. Kode Etik;
b. Standar Pengendalian Mutu;
c. Ketentuan penggunaan pemeriksa dari luar BPK;
d. Ketentuan tentang tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK;
e. Ketentuan-ketentuan lain.
4. Sebagai penjabaran dari standar pemeriksaan, BPK menerbitkan petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis
pemeriksaan, pedoman manajemen pemeriksaan dan ketentuan lain yang bersifat penjabaran.

25
PSP 1 00
STANDAR UMUM
26
TUJUAN STANDAR UMUM

“…Sebagai dasar untuk dapat menerapkan standar


pelaksanaan dan standar pelaporan secara efektif ….”

Diterapkan dalam ketiga jenis pemeriksaan

27
DEFINISI DALAM STANDAR UMUM
Kompe Kompeten
Pemeriksa BPK Predikasi
tensi Tenaga Ahli

Hal Informasi Kecura Ketidakpa


Pokok Hal Pokok ngan tutan

Kode Etik BPK Indikasi


• Profesional Profesionali
Faktor Awal
• Skeptisisme Etika Independensi Risiko
sme
Kecurangan Kecura
Profesional Integritas ngan
• Pertimbangan
Profesional Standar Sistem Komuni Dokume
Pengen Pengend kasi ntasi
dalian alian Pemeri Pemeriks
Mutu Mutu ksaan aan

28
STANDAR UMUM
- Etika
- Independensi, Integritas dan Profesionalisme
- Pengendalian Mutu

Hubungan dengan Standar


Profesi yang Digunakan
Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Oleh Akuntan Publik
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Kewajiban APIP dan Akuntan
Publik dalam Pemeriksaan
Keuangan Negara

- Kompetensi
- Pertimbangan Ketidakpatuhan, Kecurangan dan Ketidakpatutan
- Komunikasi Pemeriksaan
- Dokumentasi Pemeriksaan
29
ETIKA - INDEPENDENSI - INTEGRITAS -
PROFESIONALISME
Independensi
dalam pemikiran

Pemeriksa memberitahu
Independensi
gangguan independensi

Independensi
dalam penampilan

Prinsip
Kemahiran Profesional
Etika
Skeptisisme Profesional
Sikap jujur, objektif,
Pertimbangan Profesional
dan tegas

Integritas Profesionalisme
30
Kemahiran Profesional Skeptisisme Profesional Pertimbangan Profesional
Cermat dan seksama dalam: Skeptis terhadap Membuat keputusan tentang

menentukan jenis hal pokok/informasi hal


bukti yang bertentangan
pemeriksaan pokok
menentukan lingkup keadaan yang
kriteria
pemeriksaan mengindikasikan kecurangan
menentukan jenis dan kondisi yang memungkinkan
pihak yang terkait
jumlah bukti prosedur tambahan
memilih pengujian dan
tingkat keyakinan
prosedur
melakukan penilaian dan
lingkup pemeriksaan
pelaporan hasil pemeriksaan
risiko pemeriksaan

materialitas

31
PENGENDALIAN MUTU
Standar
Pengendalian
Mutu Pemeriksaan yang
sesuai dengan standar
pemeriksaan dan
ketentuan peraturan
Sistem
Pengendalian
perundang-undangan
Mutu

“Pemeriksa harus menerapkan sistem pengendalian mutu pada saat penugasan untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa Pemeriksaan sesuai dengan standar pemeriksaan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dan LHP adalah tepat sesuai dengan kondisinya.”
32
KOMPETENSI
Pendidikan Pengalaman KOLEKTIF
Latar belakang pendidikan, keahlian
dan pengalaman, serta pengetahuan
Tenaga Pemeriksa
Pemeriksa Tenaga Ahli tentang standar pemeriksaan
di Luar BPK Pengetahuan umum tentang
lingkungan entitas, program, dan
• Sertifikat • Independen • Sertifikat kegiatan yang diperiksa
Profesional • Memenuhi profesional Keterampilan berkomunikasi secara
• Pendidikan kualifikasi • Pendidikan jelas dan efektif
Berkelanjutan • Kompeten berkelanjutan
Keterampilan yang memerlukan
• Pendidikan pengetahuan khusus
berkelanjutan

BPK harus menentukan kompetensi yang dibutuhkan untuk memastikan Pemeriksa


memiliki keahlian yang sesuai untuk melakukan penugasan pemeriksaan.
33
PERTIMBANGAN KETIDAKPATUHAN,
KECURANGAN, DAN KETIDAKPATUTAN
“Pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna
mendeteksi ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, kontrak, dan
produk hukum lainnya yang berpengaruh langsung dan material terhadap hal pokok/informasi hal
pokok yang diperiksa. “

Pengaruh Langsung dan Material


Penyebab
• menyebabkan salah saji dalam Menentukan dampak
laporan keuangan
• menyebabkan penyimpangan Kecurangan
Risiko Mengungkapkan
kinerja
• menyebabkan kekurangan yang
penerimaan dan penyimpangan Penyalahgunaan Signifikan Modifikasi prosedur
administrasi
• menyebabkan potensi kerugian Kesalahan
negara/daerah dan/atau kerugian Pemeriksaan investigatif,
keuangan negara/daerah 34
melalui predikasi
KOMUNIKASI
Tujuan pemeriksaan Penghentian pemeriksaan:
– Pemeriksa memberi penjelasan
Lingkup pemeriksaan tertulis kepada pejabat yang
memberikan penugasan.
Isi Waktu pemeriksaan
Bentuk – BPK mengomunikasikan secara
Kriteria pemeriksaan tertulis alasan penghentian
pemeriksaan kepada:
Temuan pemeriksaan • Entitas yang diperiksa,
Intensitas
• Entitas yang meminta dilakukan
Kendala pemeriksaan pemeriksaan,
• Lembaga perwakilan, dan/atau
• Instansi penegak hukum
Pertimbangan
Profesional
Membangun komunikasi yang efektif Pengaturan khusus untuk PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif
di seluruh proses pemeriksaan 35
DOKUMENTASI
Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan

Prosedur pemeriksaan Pertimbangan


yang dilakukan profesional

Dokumentasi
Pemeriksaan

Bukti yang diperoleh Kesimpulan yang dibuat

BPK harus mengembangkan sistem dokumentasi pemeriksaan yang efisien dan efektif
36
HUBUNGAN DENGAN STANDAR PROFESI
YANG DIGUNAKAN OLEH AKUNTAN PUBLIK

“32. Dalam pemeriksaan keuangan, Standar Pemeriksaan ini


memberlakukan standar audit yang dimuat dalam SPAP
yang ditetapkan oleh asosiasi profesi akuntan publik,
sepanjang tidak diatur lain dalam Standar Pemeriksaan ini.”

37
KEWAJIBAN APIP DAN AKUNTAN PUBLIK
DALAM PEMERIKSAAN KEUANGAN
NEGARA APIP yang
Akuntan publik
yang memeriksa
melaksanakan audit
keuangan negara
kinerja dan audit
berdasarkan
dengan tujuan
ketentuan undang-
tertentu
undang

Wajib
melaksanakan
seluruh
ketentuan yang
relevan dalam
Standar
Pemeriksaan ini 38
PSP 200
STANDAR
PEL AKSA NA AN
39
TUJUAN STANDAR PELAKSANAAN

1. merencanakan pemeriksaan yang berkualitas agar dapat


dilaksanakan secara efsien dan efektif; dan
2. merancang dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk
memperoleh bukti yang cukup dan tepat.

Diterapkan dalam ketiga jenis pemeriksaan

40
DEFINISI DALAM STANDAR
PELAKSANAAN
Perencanaan Perencanaan Pengendalian Risiko
strategis penugasan intern pemeriksaan

Tujuan Lingkup
pemeriksaan pemeriksaan Kriteria Uji petik

Risiko uji Kelangsungan


Populasi Supervisi
petik usaha

Indikasi awal
kecurangan
41
STANDAR PELAKSANAAN
PERENCANAAN PEMEROLEHAN PENGEMBANGAN
SUPERVISI
BUKTI TEMUAN

Hub. Pemeriksaan Perencanaan •Merancang •Mengembangkan •Pemeriksa


BPK dgn Renstra Penugasan prosedur temuan jika ada harus
pengumpulan bukti ketidaksesuaian disupervisi
• Tujuan pemeriksaan •Keharusan kondisi dan kriteria dengan baik
Perencanaan • Pemastian kejelasan setiap kecukupan & •Unsur temuan
Tahunan dan penugasan ketepatan bukti •Menindaklanjuti
Pemeriksaan yg • Pemahaman entitas & SPI
selaras Renstra
•Modifikasi indikasi awal
• Penilaian & respons atas
Prosedur (apabila kecurangan
risiko pemeriksaan
• Penetapan kriteria bukti tdk dapat
• Pertimbangan materialitas diandalkan)
• Going concern & •Penggunaan uji
subsequent event (Pem. petik
Keu) •Reviu kecukupan &
• Pemutakhiran tahap ketepatan bukti
perencanaan (bila serta relevansi dgn
dipandang perlu)
tujuan 42
STANDAR PELAKSANAAN
SUPERVISI

Perencanaan Pemerolehan Pengembangan


Pemeriksaan Bukti Temuan

Hubungan dengan
Perencanaan
Kecukupan Ketidaksesuaian
antara kondisi dan
Apabila menemukan
indikasi awal
Strategis Bukti kriteria
kecurangan, Pemeriksa
Unsur Temuan: harus menindaklanjuti
kondisi, kriteria, indikasi awal
Perencanaan Ketepatan sebab, akibat
kecurangan tersebut
Penugasan Bukti Memenuhi tujuan sesuai dengan
dalam rangka ketentuan.
menarik
kesimpulan 43
HUBUNGAN PEMERIKSAAN BPK
DENGAN PERENCANAAN STRATEGIS
• memenuhi pelaksanaan tugas pemeriksaan
dan harapan pemangku kepentingan
Renstra • arahan strategis dalam penyusunan rencana
pemeriksaan tahunan, penentuan harapan
penugasan, dan tujuan pemeriksaan

• Berpedoman pada Renstra


Perencanaan • pemeriksaan kinerja dan PDTT,
Pemeriksa harus menentukan hal
Tahunan pokok yang akan diperiksa.

Perencanaan
Penugasan
44
PSP 3 00
STANDAR
PEL APOR AN
45
TUJUAN STANDAR PELAPORAN

1. merumuskan suatu kesimpulan hasil pemeriksaan berdasarkan


evaluasi atas bukti pemeriksaan yang diperoleh; dan
2. mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak-pihak yang
terkait.

Diterapkan dalam ketiga jenis pemeriksaan

46
DEFINISI DALAM STANDAR
PELAKSANAAN
LHP

Pengguna LHP

Kesimpulan

Rekomendasi 47
STANDAR PELAPORAN
Keharusan Menyusun Laporan

Unsur Laporan

Pelaporan Informasi Rahasia

Penerbitan dan Distribusi Laporan

Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan


48
KEHARUSAN MENYUSUN LAPORAN
Tepat waktu

• Pemeriksa harus
menyusun laporan Ringkas Lengkap
hasil pemeriksaan
secara tertulis untuk
mengomunikasikan LHP yang
hasil pemeriksaannya Berkualitas
Jelas Akurat

Meyakinkan Obyektif
49
UNSUR LHP
“LHP harus memenuhi unsur laporan sesuai dengan
jenis pemeriksaannya”.

a. Pernyataan bahwa
pemeriksaan
b. Tujuan, Lingkup,
dilaksanakan sesuai Metodologi
c. Kesimpulan d. Temuan Pemeriksaan
dengan Standar
Pemeriksaan

f. Tanggapan Pihak yang


e. Rekomendasi g. Penandatangan LHP
bertanggung jawab

50
PELAPORAN INFORMASI RAHASIA
• Apabila informasi tertentu dilarang diungkapkan kepada
umum, laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan
sifat informasi yang dihilangkan tersebut dan ketentuan
yang melarang pengungkapan informasi tersebut
• Pertimbangan pemeriksa mengenai tidak diungkapkannya
informasi tertentu tersebut harus mengacu pada peraturan
perundangan

51
PENERBITAN LAPORAN
• BPK menyerahkan laporan hasil pemeriksaan tepat waktu kepada:
– Lembaga perwakilan,
– Pihak yang bertanggung jawab, dan
– Pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
• Dalam hal yang diperiksa merupakan rahasia negara maka untuk tujuan
keamanan pendistribusian laporan hasil pemeriksaan tersebut dapat dibatasi
• Informasi yang diperoleh melalui PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif
merupakan informasi rahasia.

52
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT
HASIL PEMERIKSAAN
• BPK memantau secara periodik tindak lanjut hasil
pemeriksaan, yang bertujuan untuk:
–meningkatkan efektivitas pelaporan hasil pemeriksaan,
–membantu lembaga perwakilan dan pemerintah dalam
memperbaiki tata kelola
• Tata cara pemantauan tindak lanjut diatur tersendiri.

53
54
PSP 200 PARA 8.E.1

Tujuan pemeriksaan keuangan adalah untuk memperoleh keyakinan memadai sehingga Pemeriksa
mampu memberikan opini bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, atas kesesuaian dengan standar akuntansi, kecukupan pengungkapan, kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern

55
PSP 100 PARA 32

Dalam pemeriksaan keuangan, Standar Pemeriksaan ini memberlakukan standar audit yang dimuat
dalam SPAP yang ditetapkan oleh asosiasi profesi akuntan publik, sepanjang tidak diatur lain dalam
Standar Pemeriksaan ini.

56
PSP 200 PARA 8.L, 23 DAN A.18

8. l. Kelangsungan usaha (going concern) adalah asumsi bahwa suatu entitas dipandang bertahan
dalam tugas dan fungsi atau bisnisnya untuk masa depan yang dapat diprediksi.
23. Dalam pemeriksaan keuangan, Pemeriksa harus mempertimbangkan kelangsungan usaha (going
concern) dan peristiwa yang terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal LHP.
A.18. Pemeriksa harus memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat untuk mengetahui
adanya peristiwa atau kondisi yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan terhadap
kemampuan entitas yang diperiksa terkait kelangsungan usaha (going concern) serta peristiwa yang
terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal LHP yang memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan dalam laporan keuangan yang telah diidentifikasi

57
PSP 200 PARA A.12

Penetapan kriteria dipengaruhi oleh hal pokok/informasi hal pokok yang diperiksa dan tujuan
pemeriksaan. Kriteria dalam pemeriksaan keuangan berbentuk formal, yaitu standar akuntansi
yang merupakan kerangka pelaporan keuangan yang digunakan oleh penyusun laporan keuangan.

58
PSP 300 PARA A.11, A.12

A. 11 Pemeriksa memberikan kesimpulan atas tujuan pemeriksaan. Khusus pemeriksaan keuangan,


pemeriksa menyatakan kesimpulan dalam bentuk opini.
A. 12 Contoh format opini untuk pemeriksaan atas laporan keuangan adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV.1 sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini

59
PSP 300 PARA A.13

Pemeriksa mengungkapkan temuannya dengan unsur-unsur yang dapat disesuaikan dengan tujuan
pemeriksaan. Misalnya PDTT dalam bentuk pemeriksaan kepatuhan maka unsur temuan yang
harus ada adalah kondisi, kriteria, dan akibat. Unsur sebab bersifat opsional tergantung dengan
kedalaman pengujian yang dilakukan Pemeriksa untuk dapat menentukan penyebab utama dari
ketidakpatuhan yang timbul. Hal ini juga terkait dengan ketidakharusan bagi Pemeriksa untuk
memberikan rekomendasi. Pada pemeriksaan keuangan, temuan juga dapat disampaikan dalam
bentuk koreksi atas angka dalam laporan keuangan, kesalahan penyajian, dan kekurangan
pengungkapan.

60
PSP 200 PARA 8.E.2

Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk menguji dan menilai aspek ekonomi, efisiensi, dan/atau
efektivitas, serta aspek kinerja lainnya atas suatu hal pokok yang diperiksa dengan maksud untuk
memberikan rekomendasi yang dapat mendorong ke arah perbaikan.

61
PSP 200 PARA 11

BPK harus berpedoman pada Renstra BPK dalam menyusun rencana tahunan pemeriksaan. Dalam
pemeriksaan kinerja dan PDTT, Pemeriksa harus menentukan hal pokok yang akan diperiksa.
Pemeriksa harus menetapkan faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan hal
pokok tersebut..

62
PSP 200 PARA A.13, A.14

A.13 Dalam pemeriksaan kinerja, apabila tidak tersedia sumber kriteria formal yang sesuai dengan
rancangan tujuan pemeriksaan, Pemeriksa dapat mengembangkan kriteria pemeriksaan
berdasarkan pada sumber tertentu dan diungkapkan secara transparan.
A.14 Dalam pemeriksaan kinerja dan PDTT dengan bentuk pemeriksaan kepatuhan, apabila
Pemeriksa mengidentifikasi adanya pertentangan antara beberapa sumber kriteria yang digunakan,
Pemeriksa harus menganalisis konsekuensi dari adanya pertentangan tersebut, dan meresponsnya
dengan melakukan beberapa hal berikut:
a. memodifikasi tujuan pemeriksaan atau hal pokok/informasi hal pokok yang akan diperiksa;
b. memutuskan untuk tidak melakukan penilaian atas hal pokok/informasi hal pokok; atau
c. melibatkan para ahli untuk memperoleh pandangan atas adanya pertentangan beberapa
sumber kriteria
63
PSP 200 PARA A.16
Sesuatu dapat dinilai material jika pengetahuan mengenai hal tersebut mungkin akan memengaruhi
pengambilan keputusan oleh pengguna LHP. Materialitas meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif.
Pertimbangan materialitas memengaruhi keputusan mengenai sifat, waktu, dan luas prosedur
pemeriksaan dan evaluasi hasil pemeriksaan. Khusus pemeriksaan kinerja dan PDTT dalam bentuk
pemeriksaan kepatuhan, materialitas juga dipertimbangkan dalam penentuan topik dan kriteria
pemeriksaan.

64
PSP 300 PARA 16
Pemeriksa wajib memberikan rekomendasi dalam pemeriksaan kinerja. Dalam pemeriksaan selain
pemeriksaan kinerja, apabila Pemeriksa dapat mengembangkan temuan pemeriksaan secara
memadai, Pemeriksa dapat membuat rekomendasi. Khusus pada PDTT dalam bentuk pemeriksaan
investigatif, Pemeriksa tidak memberikan rekomendasi.

65
PSP 200 PARA 8.E.3
Tujuan PDTT dalam bentuk pemeriksaan kepatuhan adalah untuk menilai apakah hal pokok yang
diperiksa sesuai (patuh) dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

66
PSP 200 PARA 11
BPK harus berpedoman pada Renstra BPK dalam menyusun rencana tahunan pemeriksaan. Dalam
pemeriksaan kinerja dan PDTT, Pemeriksa harus menentukan hal pokok yang akan diperiksa.
Pemeriksa harus menetapkan faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan hal
pokok tersebut.

67
PSP 200 PARA A.14
Dalam pemeriksaan kinerja dan PDTT dengan bentuk pemeriksaan kepatuhan, apabila Pemeriksa
mengidentifikasi adanya pertentangan antara beberapa sumber kriteria yang digunakan, Pemeriksa
harus menganalisis konsekuensi dari adanya pertentangan tersebut, dan meresponsnya dengan
melakukan beberapa hal berikut:
a. memodifikasi tujuan pemeriksaan atau hal pokok/informasi hal pokok yang akan diperiksa;
b. memutuskan untuk tidak melakukan penilaian atas hal pokok/informasi hal pokok; atau
c. melibatkan para ahli untuk memperoleh pandangan atas adanya pertentangan beberapa
sumber kriteria.

68
PSP 200 PARA 8.E.4
Tujuan PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif adalah untuk mengungkap adanya indikasi
kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana.

69
PSP 100 PARA 24, PSP 200 PARA A.23
PSP 100 Para 24
PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif hanya dilakukan ketika terdapat predikasi yang
memadai. Predikasi dapat berasal dari temuan pemeriksaan selain PDTT dalam bentuk
pemeriksaan investigatif, informasi pihak internal maupun eksternal BPK. Temuan atau informasi
tersebut harus diuji kelayakannya sebelum bisa diterima sebagai predikasi.
PSP 200 Para A.23
Dalam hal Pemeriksa menemukan indikasi awal kecurangan, Pemeriksa dapat menindaklanjutinya
dengan mengusulkan PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif.

70
PSP 100 PARA A.14
Pemeriksa mengomunikasikan hal-hal yang terkait dengan proses pemeriksaan, antara lain tujuan
pemeriksaan, lingkup pemeriksaan, waktu pemeriksaan, kriteria pemeriksaan, temuan pemeriksaan,
dan kesulitan atau batasan yang ditemui saat pemeriksaan. Khusus PDTT dalam bentuk
pemeriksaan investigatif, Pemeriksa dapat membatasi komunikasi tentang hal-hal yang terkait
dengan proses pemeriksaan.

71
PSP 300 PARA 17 DAN A.16
Para 17.
Pemeriksa harus memperoleh tanggapan tertulis atas hasil pemeriksaan dari pihak yang
bertanggung jawab. Namun demikian, terkait dengan kerahasiaan informasi, dalam PDTT dalam
bentuk pemeriksaan investigatif, Pemeriksa tidak meminta tanggapan.

A.16
Khusus untuk PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif, karena tujuan pemeriksaannya adalah
untuk mengungkapkan indikasi kerugian negara dan/atau tindak pidana maka Pemeriksa tidak
meminta tanggapan tertulis kepada pihak yang bertanggung jawab.

72
PSP 300 PARA 23
Informasi yang diperoleh melalui PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif merupakan
informasi rahasia.

73
PEMASTIAN KEJELASAN SETIAP PENUGASAN
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN

Informasi yang perlu dipahami bersama antara lain:


a. hal pokok/informasi hal pokok yang akan diperiksa,
b. lingkup dan tujuan pemeriksaan,
c. akses terhadap data yang dibutuhkan,
d. laporan yang akan dihasilkan,
e. proses pemeriksaan,
f. Pihak yang dapat dihubungi selama pemeriksaan, dan
g. Peran dan tanggung jawab seluruh pihak yang terkait dengan pemeriksaan

74
PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSAAN
• Dalam pemeriksaan kinerja, apabila tidak tersedia sumber kriteria formal yang sesuai dengan
rancangan tujuan pemeriksaan, maka pemeriksa dapat mengembangkan kriteria pemeriksaan
berdasarkan pada sumber tertentu dan diungkapkan secara transparan
• Pertentangan kriteria
– menganalisis konsekuensi
– merespon dengan:
• memodifikasi tujuan pemeriksaan atau hal pokok yang akan diperiksa
• memutuskan untuk tidak melakukan penilaian atas hal pokok
• melibatkan para ahli untuk memperoleh pandangan atas adanya pertentangan
beberapa sumber kriteria

75
PERTIMBANGAN MATERIALITAS
• Pemeriksa harus mempertimbangkan materialitas pada seluruh proses pemeriksaan.
• Sesuatu dapat dinilai material jika pengetahuan mengenai hal tersebut mungkin akan
mempengaruhi keputusan pengguna LHP
• Materialitas meliputi aspek kuantitatif atau kualitatif.
• Pemeriksa harus secara profesional memutakhirkan penilaian dan respons terhadap materialitas
sepanjang proses pemeriksaan
• Hal-hal yang menjadi pertimbangan profesional dalam menentukan tingkat materialitas antara
lain:
– kebutuhan pengguna LHP dan dampak bagi masyarakat
– karakteristik bawaan pada suatu hal atau sekelompok hal;
– konteks keterjadian suatu hal;
– persyaratan perundang-undangan

76

Anda mungkin juga menyukai