Anda di halaman 1dari 148

DIKLAT

PEMERIKSAAN KINERJA
Badan Diklat PKN BPK RI
Balai Diklat BPJS Ciawi
November 2019
1
SEMANGAT PAGI
SALAM KENAL
Nama Saya Iwan Novarian
• Widyaiswara (Trainer) pada Badan Diklat PKN BPK RI
• Head of Section BPK RI Central Borneo Province 2011-
2012
• Supervisor Audit BPK RI at Lamandau, Sukamara dan
Kota Palangkaraya 2011
• Senior Team Leader BPK RI at Central Borneo
Province, Kemenpan RB, BPN, Krakatau Steel,
Pertamina, SKK Migas, PLN, Dahana (Persero) 2003 -
2010
• Audit Benchmark and comparative study di Kantor
Audit South Africa tahun 2012
• Fasilitator Performance Audit Republic of Laos 2017
• Kontak
• 0852 1743 1572
• Iwan.novarian@yahoo.com

Set a Goal, Workin’ Smart, Workin’ Hard, Keep Humble n Stay Cool2
Tujuan pembelajaran
• Peserta mampu menyusun program kerja
audit dalam perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan audit kinerja sesuai harapan
pimpinan dan organisasi

3
Indikator Keberhasilan
• Peserta dapat memahami dan menjelaskan
konsep Audit Kinerja
• Peserta Dapat Mengimplementasikan Audit
Kinerja di Lingkungan Entitasnya sesuai
Tahapan Perencanaan, Pelaksanaan,
Pelaporan, dan Tindak lanjutnya.

4
AGENDA PEMBELAJARAN

5
GAMBARAN UMUM AUDIT KINERJA
PERKENALAN DAN PENDAHULUAN
(H1)

PELAKSANAAN AUDIT KINERJA


(PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA)
PERENCANAAN AUDIT KINERJA
PENYUSUNAN TEMUAN AUDIT
(H1-2)
PERUMUSAN SIMPULAN
(H2)

PELAPORAN HASIL AUDIT (H-3)


GAMBARAN UMUM AUDIT
KINERJA

6
APA TUJUAN DAN FUNGSI AUDIT
KINERJA?

Memberi keyakinan
Menemukan
atas baiknya
koruptor?
manajemen?

Perbaikan bagi Memenuhi harapan


manajemen? klien & stakeholder?
PERAN PK DLM MEWUJUDKAN TRANSPARANSI &
AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

1. Mengidentifikasi permasalahan & 5. Melakukan evaluasi atas SPI


alternatif penyelesaiannya
6. Menyediakan jalur komunikasi antara
2. Mengidentifikasi sebab2 aktual (tidak tataran operasional & manajemen
hanya gejala/perkiraan2) dari suatu
permasalahan yg dpt diatasi oleh
kebijakan manajemen/tindakan 7. Melaporkan ketidakberesan
lainnya

3. Mengidentifikasi 8. Mendorong efektivitas pelaksanaan


peluang/kemungkinan utk RB
mengatasi
keborosan/ketidakefisienan
9. Mengurangi tingkat korupsi

4. Mengidentifikasi kriteria utk


menilai pencapaian tujuan 10. Memberikan input pelaksanaan
organisasi RPJMN
9
BRAINSTORMING

Mengapa harus melakukan


pemeriksaan kinerja (PK)
11
DASAR AUDIT KINERJA BPK

JUKLAK
UUD 1945 UU 15 2004 SPKN 2017 PEMERIKSAAN
KINERJA BPK

12
Model Kematangan
Organisasi SAI

13
Source: Capacity Building in SAI written by members of the Capacity Building Sub-committee 1 chaired by the UK National Audit
Office. Edition 1 was published in November 2007.
STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

SPKN 2017
14
15
1. Pengguna SPKN

“Pemeriksa yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan


tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK”

“Akuntan publik yang melaksanakan pemeriksaan atas keuangan


negara berdasarkan ketentuan undang-undang”

“APIP yang melaksanakan audit kinerja dan audit dengan tujuan


tertentu”

16
PENGGUNA SPKN (UU 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara)

Pasal 3
(1) Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan BPK meliputi
seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 UU 17 Tahun 2003 tentang
keuangan Negara

(2) dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang,
laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan
Penjelasan Pasal 3 (2)
penyampaian laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat ini diperlukan agar BPK dapat
melakukan evaluasi pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik dan evaluasi tersebut
selanjutnya disampaikan oleh BPK kepada lembaga perwakilan, sehingga dapat ditindaklanjuti sesuai
dengan kewenangannya.

Pasal 5
(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan

(2) standar pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh BPK, setelah berkonsultasi
dengan pemerintah.

17
PENGGUNA SPKN
Pasal 9 (3)
dalam melaksnaakan tugas pemeriksaannya, BPK dapat menggunakan pemeriksa dan/
atau tenaga ahl;I dari luar BPK yang bekerja untuk dan atas anma BPK.

Penjelasan Pasal 9 (3)


penggunaan pemeriksa dan/ atau tenaga ahli dari luar BPK dilakukan apabila BPK tidak memeiliki pemeriksa dan/ atau tenaga ahli
yang diperlukan dalam suatu pemeriksaan.
Pemeriksa dan atau tenaga ahli dalam bidang tertentu dari luar BPK dimaksud adalah pemeriksa di lingkungan Aparat
pengawasan intern pemerintah, pemeriksa, dan/ atau tenaga ahli lain yang memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh BPK
penggunaan pemeriksa yang berasal dari aparat pengawasan intern pemerintah merupakan penugasan pimpinan instansi yang
bersangkutan.

18
memberikan kesimpulan atas aspek
ekonomi, efisiensi dan/atau efektivitas untuk memberikan kesimpulan
untuk memberikan opini atas pengelolaan keuangan negara, serta sesuai dengan tujuan
kewajaran laporan keuangan memberikan rekomendasi untuk
pemeriksaan yang ditetapkan
memperbaiki aspek tersebut

19
EX. 1.1
Bagaimana Dengan Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah?
• Diskusikan dengan rekan semeja anda:
• Waktu 25 Menit
– Audit atau Evaluasi Kinerja?
– Alasan Audit Kinerja?
– Dasar Pelaksanaan Audit kinerja?
– Standar Audit Kinerja ?
– Bagaimana caranya/prosedurnys?
– Contohnya?
– LAINNYA...Jika ada
• Tuangkan Dalam Flipchart dan Presentasikan
20
SEKILAS SPIP DAN APIP

21
GARIS PERTAHANAN PENGENDALIAN INTERNAL
PEMERINTAH
APH 5
External Auditor

Independent & Objective


BPK 4 Assurance
I
(Internal Auditor)
N
T
APIP 3
E
Management Oversight
R
N
2 A
Manajemen Risiko dan
L
SPIP Internal Control

Sumber:
1 Association of Chartered Certified Accountants, UK: Four
Lines of Defence, (dimodifikasi)

22
LANDASAN HUKUM, TUJUAN, DAN
UNSUR SPIP
Pasal 58 UU 1/2004 tentang Perbend. Paket UU Keuangan Negara
Negara
(1) Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi,
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, UU
Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan
UU UU 1/2004
menyelenggarakan sistem pengendalian intern di 17/2003 15/2004
PENGATURAN SISTEM lingkungan pemerintahan secara menyeluruh.
(2) Sistem pengendalian intern sebagaimana dimaksud
PENGENDALIAN INTERN pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
PP 60/2008

Pasal 2 PP 60/2008 tentang SPIP


(1) Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang
KEWAJIBAN efektif, efisien, transparan, dan akuntabel,
menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan
MELAKUKAN bupati/walikota wajib melakukan pengendalian
atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
PENGENDALIAN (2) Pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
INTERN dilaksanakan dengan berpedoman pada SPIP
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.

Perpres 2/2015 tentang RPJMN 2015-2019:


Buku II RPJMN Baba 1 Pengausutamaan dan Pembangunan
KEWAJIBAN Lintas bidang, angka 1.1.2 Pengarusutamaan Tata Kelola yang SUB UNSUR
Baik
MENCAPAI TARGET Indikator: % jumlah K/L/D yang menerapkan SPIP
Sasaran 2019: 100%
TINGKAT
Buku UU, Bab 7 Bidang Aparatur Negara, angka 7.2.2. sub
MATURITAS SPIP bidang aparatur:
LEVEL 3 TAHUN Indikator: Tingkat Kematangan Implementasi SPIP Target
2019: 3 dari skor 1-5
2019

Pasal 59 PP 60/2008 tentang SPIP


(1) Pembinaan penyelenggaraan SPIP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 ayat (2) huruf b meliputi:
a. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP;
b. sosialisasi SPIP;
c. pendidikan dan pelatihan SPIP;
MANDAT KEPADA d. pembimbingan dan konsultansi SPIP; dan
BPKP SELAKU e. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern
PEMBINA SPIP pemerintah.
(2) Pembinaan penyelenggaraan SPIP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh BPKP.
UNSUR SUB UNSUR / FOKUS PENILAIAN SUBSTANSI PENGUJIAN LEVEL

Penegakan I ntegritas dan Etika Aturan Perilaku (Kode Etik) yg ditetapkan secara formal L5: OPTIMUM
• Adanya pemantauan/
Komitmen terhadap Kompetensi Standar kompetensi atas setiap tugas dan fungsi pengembangan
Ps. 4
Kepemimpinan yang Kondusif Kebijakan/prosedur Sistem Manajemen Kinerja berkelanjutan

Lingkungan Struktur Organisasi yang Sesuai Kebutuhan SO beserta uraian tata laksananya sesuai UU
Pengendalian Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab Prosedur pendelegasian wwnang yg dibuat scr formal
L4: TERKELOLA &
Kebijakan yang Sehat t entang Pembinaan SDM Kbijakan/aturan pembinaan SDM sejak rekrutmen sd. pemberhentian TERUKUR
Peran APIP yang Efektif •Adanya evaluasi
Piagam audit /jakwas/dokumen formal lainnya
formal, berkala dan
Ps. 13 Hubungan Kerja yang Baik Kebijakan/prosedur mekanisme saling uji data terdokumentasi

Penilaian Identifikasi Risiko Kebijakan/pedoman penilaian risiko (identifikasi risiko)


Risiko
Analisis Risiko Kebijakan/pedoman penilaian risiko (analisis risiko) L3: TERDEFINISI
•Adanya implementasi
kebijakan & prosedur ;
Reviu atas Kinerja Instansi Pemerintah Dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) •Adanya Dokumentasi

Pembinaan Sumber Daya Manusia Kebijakan/SOP terkait pembinaan SDM


Pengendalian Pengelolaan Sistem Informasi Pengendalian umum & pengend. aplikasi sisinfo
Maturita Ps. 18
Pengendalian Fisik atas Aset Pengendalian Fisik atas Aset
s SPIP L2:BERKEMBANG
Kegiatan Penetapan & Reviu Indikator & Ukuran Kinerja Indikator kinerja utama (IKU) Adanya
Pengendalian Pemisahan Fungsi Pemisahan tanggung jawab dan tugas Pengkomunikasian
Kebijakan & Prosedur
Otorisasi Transaksi dan Kejadian Penting Aturan/pdmn otorisasi atas transaksi & kejadian penting
Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu Pencatatan trans. & kejadian secara akurat & tepat wkt
Pembatasan Akses atas Sumber Daya Pembatasan akses atas sumber daya dan catatan
Akuntabilitas terhadap Sumber Daya Pertanggungjawaban atas sumber daya dan catatan
L1: RINTISAN
Dokumentasi atas implementasi SPI srta transaksi & kejadian
Ps. 41 Dokumentasi atas Sistem Pengendalian Intern Adanya Kebijakan &
penting
Prosedur Tertulis
Informasi & Sarana Komunikasi Kebijakan / prosedur/pedoman infokom / kehumasan
Komunikasi
Manajemen Sistem Informasi Kebijakan/ SOP/pedoman kom. internal & eksternal
Ps. 43 L0: BELUM ADA
Belum Ada Kebijakan &
Pemantauan Berkelanjutan Strategi/kebijakan/prosedur pemantauan berkelanjutan Prosedur Tertulis
Pemantauan 24
Evaluasi Terpisah Kebijakan/pedoman/prosedur untuk evaluasi PI scr terpisah
KONDISI
PERAN SPIP DAN APIP
KONDISI Kesenjangan Korupsi Kemiskinan
BANGSA
Toleransi Utang Hukum Penindakan

RPJMN 2015-2019

Risiko Pencegahan
•Terlambat
• Penyerapan Rendah
SOLUSI • KKN
.Tidak Efektif
PENYELESAI
AN MASALAH KESEJAHTERAAN
RAKYAT
BANGSA Nawa PROGRAM/ PROYEK
Cita PEMBANGUNAN
AKUNTABILITAS
KEUANGAN DAN
KINERJA

APIP BPK

RESPON/
MITIGASI Penguatan SPIP Penguatan
Kapabilitas APIP
RISIKO
25
TARGET MATURITAS LEVEL SPIP
BILATERAL MEETING DENGAN BAPPENAS Maret
RPJMN 2015-2019 2016

Target K/L Prov. Kab/ K/L Prov Kab/Kota


Kota
2015 50 % 43 17 254 NA NA NA
2016 60 % 52 20 355 NA NA NA
2017 70 % 60 23 355 45% 45% 30%
2018 80 % 66 27 406 75% * 75% * 50% *
2019 80 % 66 27 406 85% 85% 70%
Populasi 86 34 508

Kondisi 2015
L0 L1 L2 L3 Blm

K/L 0 0 0 2 84

Prov 0 1 4 0 29

Kab/Kota 5 54 34 2 413

* Hasil mapping target K/L/Pemda dg BPKP


KARAKTERISTIK LEVEL
MATURITAS SPIP

Level 5
Menerapkan pengendalian intern yang berkelanjutan, terintegrasi dalam pelaksanaan
kegiatan. Pemantauan otomatis menggunakan aplikasi komputer Optimum

Level 4
Ada praktik pengendalian internal yang efektif. Evaluasi formal dan Terkelola & Terukur
terdokumentasi.

Level 3
Ada praktik pengendalian intern yg terdokumentasi dengan baik. Evaluasi atas
pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai. Terdefinisi

Ada praktik pengendalian intern tapi tidak terdokumentasi dengan baik. Level 2 Target 2019
Pelaksanaan tergantung pada individu dan belum melibatkan semua unit Berkembang
organisasi. Efektivitas pengendalian belum dievaluasi

Ada praktik pengendalian intern – ada kebijakan dan prosedur tertulis, Level 1
namun masih bersifat ad-hoc dan tidak terorganisasi dengan baik. Tanpa Rintisan
komunikasi dan pemantauan

Belum memiliki kebijakan dan prosedur Level 0


Belum Ada

27
LEVEL 5
TINGKATAN OUTCOME LEVEL APIP
APIP menjadi agen perubahan
Optimizing

APIP mampu memberikan assurance secara keseluruhan atas tata LEVEL 4


kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Managed

APIP mampu menilai efisiensi,efektivitas ekonomis


suatu kegiatan dan mampu memberikan konsultasi LEVEL 3
atas tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian Integrated
intern

APIP mampu memberikan keyakinan bahwa proses LEVEL 2


yang dilakukan sesuai dengan peraturan, dan mampu Infrastructure APIP yang
mendeteksi terjadinya korupsi efektif (Ps. 11
PP 60)

APIP belum dapat memberikan


LEVEL 1
jaminan atas proses tata kelola Initial
sesuai peraturan dan mencegah
korupsi
28
TARGET RPJMN 2015 – 2019
PENINGKATAN KAPABILITAS APIP

Grand Design PK APIP PP 2/2015: RPJMN 2015-


Perka BPKP 2019
Nomor 6 Tahun 2015 BUKU 2 RPJMN: TABEL
7.1
(Ref: Arahan Presiden dan Bilateral
APIP JML Indikator Kinerja
Bappenas)
Bidang Aparatur Negara

Target L3 Target L3
2017 2019

KL 86 38% 33 85% 73
Target Tahun 2019
Level 3
PROV 34 40% 14 85% 28

KAB
KOTA
508 30% 152 70% 356

29
Performance Organizational
Services and Role Governance

INTERNAL AUDIT –
People Management Professional Practices Management and Relationships and
of IA Structures
Accountability Culture

CAPABILITY MODEL MATRIX


Level 5 –
IA Recognized as
Leadership Involvement
with Professional Bodies
Continuous
Improvement in
Public Reporting of
Effective and Independence,
Key Agent of Professional Practices Ongoing Power, and Authority
Optimizing IA Effectiveness
Change Relationships of the IA Activity
Workdforce projection
Strategic IA Planning

IA Contributes to
Management Independent
Integration of
Overall Assurance Development Audit Strategy Oversight of the IA
Qualitative and CAE Advises and
Level 4 – on Governance, Leverages Activity
Quantitative Influences Top-
Managed Risk Management, IA Activity Supports Organization’s
Performance Level Management
and Control Professional Bodies Management of Risk CAE Reports to Top-
Measures
level Authority
Workforce Planning

Team Building and Performance Coordination with


Competency Measures Other Review Management
Advisory Services Quality Management
Groups Oversight of the IA
Level 3 – Framework
Professionally Qualified Cost Information Activity
Integrated Performance/Value-
Staff Integral Component
for-Money Audits Risk-Based Audit Plans
IA Management of Management Funding Mechanism
Workforce Coordination Reports Team

Full Access to the


Professional Practices
Organization’s
Individual Professional and Processes
IA Reporting Information, Assets,
Level 2 – Development Framework
Compliance Budget Managing within and People
Infrastructu
Auditing the IA Activity
re Skilled People Identified Audit Plan Based on
IA Business Plan Reporting
and Recruited Management/
Relationship
Stakeholder Priorities
Established

Ad hoc and unstructured; isolated single audits or reviews of documents and transactions for accuracy and compliance; outputs dependent upon
Level 1 - the skills of specific individuals holding the position; no spesific professional practices established other than those provided by professonal
Initial associations; funding approved by management, as needed; absence of infrastructure; auditors likely part of a larger organizational unit; no
established capabilities; therefore, no spesific key process areas
Jadi apa sih audit kinerja itu??

31
PEMERIKSAAN KINERJA

• Memberikan nilai tambah melalui:


– Memberikan penjelasan
mengenai penyebab
permasalahan
– Fokus pada perbaikan
• Pemeriksaan kinerja membutuhkan
pendekatan beragam disiplin
keilmuan.

(Bob Holbert, 2014)


PENGERTIAN PK - 1

UU 15/2004 PTJKN– Inggris, Kanada, & bbrp negara


INTOSAI
Pasal 4 ayat (3) Persemakmuran

PA: Suatu
pemeriksaan yg
independen atas
VFM: suatu proses penilaian
PK: Pemeriksaan efisiensi &
atas bukti2
atas pengelolaan efektivitas kegiatan,
yg tersedia utk menghasilkan
keuangan negara yg program,
suatu pndpt secara luas
terdiri atas & organisasi
mengenai
pemeriksaan aspek pemerintah, dgn
bgmn entitas menggunakan
ekonomi-efisiensi- memperhatikan
sumber daya secara ekonomis,
efektivitas. aspek ekonomi, dgn
efektif, & efisien.
tujuan uk
mendorong ke arah
perbaikan.
33
PENGERTIAN PK - 2

The US Government The Australian National Simpulan


Accountability Office Audit Office

PA: engagements that provide PA: A review or examination PK: penilaian terhadap
assurance or conclusions of any aspect of the aspek ekonomi, efisiensi
based on an evaluation of operations of a person or dan efektivitas atas suatu
sufficient, appropriate evidence
body. The aim of a program/kegiatan/organisas
against stated criteria, so that
management and those performance audit is to i yang dilakukan oleh pihak
charged with governance and examine the economy, yang independen dengan
oversight can use the efficiency and effectiveness tujuan memperbaiki kinerja.
information to improve program of the operations of
performance and operations, government administration
reduce costs, facilitate decision and to recommend ways in
making by parties with which these may be
responsibility to oversee or
improved.
initiate corrective action, and
contribute to public
accountability.

34
KESIMPULAN PENGERTIAN AUDKIN

• Berdasarkan definisi UU dan ISSAI,


terdapat 2 (dua) karakteristik mendasar
pemeriksaan kinerja, yaitu (1) menilai
kinerja atas aspek ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas; dan (2) memberikan
ruang perbaikan atas kinerja
pemerintah.

35
TUJUAN
PEMERIKSAAN KINERJA

2. Melakukan analisis
atas validitas &
1. Penilaian aspek 3E reliabilitas sistem
pelaksanaan pengukuran kinerja
program/kebijakan atau laporan kinerja
pemerintah yg dibuat oleh
pemerintah

3. Melakukan analisis 4. Melakukan penilaian


utk mengetahui thdp keberhasilan
permasalahan yg program yg
terkait dgn aspek dilaksanakan
ekonomi, efisiensi & pemerintah serta
efektivitas atas mengidentifikasi
pelaksanaan penyebab jika
program/kegiatan/entit program yg
as dgn maksud utk dilaksanakan tsb tdk
memperbaiki kinerja dpt mencapai tujuan
pemerintah yg diharapkan 36
37
OBJEK PK
Organisasi

• Contoh: pemeriksaan kinerja atas KPK, RSUD atau


PDAM

Unit Kerja/Fungsi dari suatu organisasi

• Contoh: Unit Gawat Darurat, Unit Pelayanan Farmasi


suatu RSUD

Program atau kegiatan

• Contoh: Pemeriksaan kinerja atas Pengadaan PNS,


pemeriksaan kinerja atas pengendalian flu burung
38
PERBEDAAN PK,
KEUANGAN & PDTT - 1
Aspek Pemeriksaan Kinerja Pemeriksaan PDTT
Keuangan
Tujuan Menilai aspek Menilai kewajaran Memberikan simpulan atas
ekonomi, efisiensi & laporan keuangan suatu hal yg diperiksa & dpt
efektivitas bersifat eksaminasi (pengujian),
reviu/prosedur yg disepakati
(agreed upon procedures)

Fokus Kebijakan, program, Transaksi keuangan, program, prosedur, bagian dari


Pemeriksaan organisasi, aktivitas & laporan keuangan & sistem akuntansi &sistem
sistem manajemen prosedur pengendalian manajemen
kunci

Orientasi Urusan operasional Urusan keuangan dlm Urusan keuangan atau non
kegiatan/program, ysl, periode yg sdh lampau keuangan yg sdh lampau
sekarang & yad

Dasar Ekonomi, ilmu politik, Akuntansi & hukum Ekonomi, ilmu hukum, ilmu
Akademis ilmu sosial, dsb. politik, ilmu sosial, dsb

39
PERBEDAAN PK,
KEUANGAN & PDTT - 2
Aspek Pemeriksaan Kinerja Pemeriksaan PDTT
Keuangan

Keahlian Investigasi profesional, Profesional audit Investigasi profesional,


analisis, evaluasi & analisis & evaluasi
pemahaman terhdp
metode2 yg diaplikasikan
dlm ilmu sosial

Metode Bervariasi Relatif terstandarisasi Bervariasi


Pemeriksaan

Kriteria Spesifik utk stp penugasan Prinsip akuntansi yg Spesifik utk stp
berlaku umum penugasan

Laporan Hasil • Struktur & isi laporan • Bentuk laporan • Bentuk laporan tergtg
Pemeriksaan bervariasi terstandarisasi pd jenis pemeriksaan
• Dipublikasikan secara dk • Dipublikasikan secara • Dipublikasikan secara
tetap (ad hoc basis) berkala tdk tetap (ad hoc
basis)

40
FINANCIAL AUDITOR VS
PERFORMANCE AUDITOR

Financial Performance
Auditor Auditor
KONSEP 3E
DALAM PEMERIKSAAN KINERJA

42
Ex. 1.2.
Pengukuran 3 E
• Waktu 10 Menit Secara Individu
– Pilih dan Tentukan Program, Kegiatan, OPD , Pelayanan Publik
yang di lingkungan Pemprov. Sulawesi Tengah
– Tetapkan ukuran/indikator Efektifitas, Ekonomis, dan Efisiensi
dari Aktifitas/Layanan tersebut.
• Waktu 15 menit dengan kelompok 1 meja
– Diskusikan tugas dan ukuran 3E tersebut kepada rekan satu
meja.
– Pilih salah satu untuk di jadikan Obyek kelompok.
– Tuangkan Obyek terpilih dalam 1 lembar flipchart dengan
menarik.
– Presentasikan di depan kelas
43
KONSEP 3E - 1
Biaya
Input Proses Output Outcome
Input

Ekonomi Efisiensi Efektifitas

Input adalah sumber Output adalah


Proses adalah
daya dalam bentuk dana, barang-barang yang
kegiatan-kegiatan outcome adalah
Sumber Daya Manusia diproduksi, jasa yang
operasional yang tujuan atau sasaran
(SDM), peralatan, dan diserahkan/diberikan,
menggunakan input yang akan dicapai
material yang digunakan atau hasil-hasil lain
untuk menghasilkan melalui output.
untuk menghasilkan dari proses atas
output.
ouput. input.

Efisiensi merupakan Efektivitas pd dasarnya


Ekonomi berarti
hubungan yg optimal antara adalah pencapaian tujuan.
meminimalkan biaya
input & output. Suatu entitas Efektivitas berkaitan dgn
perolehan input yg akan
dikatakan efisien bila mampu hub antara output yg
digunakan dlm proses, dgn
menghasilkan output max dihasilkan dgn tujuan yg
tetap menjaga kualitas
dgn jml input tertentu atau dicapai (outcome). Efektif
sejalan dgn prinsip & mampu menghasilkan output berarti output yg dihasilkan
praktik administrasi yg sehat tertentu dgn memanfaatkan tlh memenuhi tujuan yg
& kebijakan manajemen input min. telah ditetapkan.

44
KONSEP 3E - 2
Ekonomis
MESIN TOKO B TOKO C Jika entitas membeli di toko B maka dikatakan
A (merk, RP200 Juta Rp180 Juta
entitas tersebut telah melakukan pemborosan
kualitas atau ketidakekonomian sebesar Rp20.000.000.
sama)

Efisiensi
METODE MATERIAL JAM KERJA KELUARAN
Metode 1 lebih efisien dari cara 2 dan 3. Karena
1 5 ton 3,85 jam 400 unit rasio input dan output (i/o) pada cara 1, lebih
2 6 ton 3,90 jam 400 unit kecil dibandingkan dengan rasio input dan output
3 7 ton 4,00 jam 400 unit (i/o) pada metode 2 dan metode 3.

Efektifitas
Keterangan Bus A Bus B
Biaya operasi Rp1 Miliar Rp1 Miliar
Km yg 250.000 Km 225.000 Km Penggunaan bus B lebih efektif, meskipun tidak
dilayani lebih efisien.
Penurunan 10% 30%
tingkat
kemacetan (T)

45
OUTPUT & OUTCOME

Program Busway
Output: Outcome:
- Jml Km pelayanan bus - Dampak positif: Kelancaran
lalu lintas, penurunan emisi
- Jml penumpang yg dilayani CO2
- Tersedianya sarana - Dampak negatif:
angkutan umum yg nyaman, Penghasilan pengemudi &
aman & tepat waktu pengusaha angkutan yg
dilewati jalur busway turun

46
FAKTOR-FAKTOR PEMERIKSAAN
DAN PENGUKURAN ASPEK EKONOMIS

Pemeriksaan atas aspek Langkah2 dlm pengukuran


ekonomi meliputi faktor2, ekonomi adalah sbb:
apakah: 1. identifikasi input yg
1. Barang/jasa utk diperoleh
kepentingan prog., 2. identifikasi biaya &
aktivitas, fungsi, & keg. waktu/pengorbanan utk
telah diperoleh dgn harga mendapatkan input
lbh murah dibandingkan
dgn barang/jasa yg sama 3. penentuan kriteria
2. Barang/jasa telah diperoleh 4. pembandingan data yg
dgn kualitas yg lbh bagus diperoleh pd langkah (2)
dibandingkan dgn jenis dgn kriteria yg telah
barang/jasa serupa dgn dibuat pd langkah (3)
harga yg sama 5. interpretasi hasilnya

47
PEMERIKSAAN DAN
PENGUKURAN ASPEK EFISIENSI

Langkah2 pengukuran efisiensi


Pemeriksaan atas efisiensi adalah sbb:
meliputi aspek, apakah: 1. identifikasi & pilih input yg
relevan
1. Prog., aktivitas, fungsi, keg.
2. identifikasi & pilih output yg
telah dikelola, diatur, relevan
diorganisasikan, &
3. penentuan unit pengukuran I/O
dilaksanakan secara efisien
4. penentuan rasio pengukuran
2. jasa pelayanan oleh I/O
pemerintah telah diberikan 5. penentuan kriteria
dgn kualitas terbaik,
6. pembandingan data yg
berorientasi pd kebutuhan diperoleh pd langkah (4) dgn
masyarakat, & diberikan tepat kriteria yg telah dibuat pd
waktu langkah (5)
7. interpretasi hasil

48
PEMERIKSAAN DAN
PENGUKURAN ASPEK EFEKTIFITAS

Uk melakukan pemeriksaan Langkah2 pengukuran


atas efektivitas suatu entitas, efektivitas adalah sbb:
maka pertanyaan2 berikut
perlu dipertimbangkan: 1. identifikasi tujuan
1. apakah output yg (outcome) yg telah
dihasilkan telah ditetapkan sebelumnya
dimanfaatkan sbgmn
diharapkan? 2. identifikasi output aktual
2. apakah output yg 3. penentuan unit
dihasilkan konsisten dgn
tujuan? pengukuran output &
3. apakah dampak yg outcome
dinyatakan berasal dari 4. pembandingan antara
output yg dihasilkan &
bukan dari pengaruh output & outcome
lingkungan luar? 5. interpretasi hasil
49
PEMILIHAN ASPEK 3E
DALAM AUDIT KINERJA

1. Dlm PK, pemeriksa 2. Utk memilih aspek PK


dapat memilih untuk (1E, 2E atau 3E),
memeriksa: salah satu pemeriksa harus
aspek saja (1E); mempertimbangkan SD yg
kombinasi dua aspek (2E); tersedia & risiko
atau seluruh aspek (3E) pemeriksaan

3. Semakin luas aspek 4. Best practice yg


kinerja yg diperiksa, maka umumnya dilakukan
risiko pemeriksaan juga adalah hanya
akan meningkat memeriksa 1E / 2E saja

50
What about Tomorow?
• Q and A
• Todays Lesson learned to all of Us
• Idea for tomorow?

51
52
Review Day1
• Mengapa BPK melakukan Audit Kinerja?
• Audit dan Evaluasi Kinerja APIP
• Evaluasi  Input Audit Kinerja
• Aspek 3E

53
KUALIFIKASI DAN
PERSIAPAN SDM AUDIT KINERJA
Penugasan staf yg mempunyai keahlian
& pengetahuan yg memadai ttg
pekerjaan yg akan dilakukan

Penugasan staf & pengawas yg


berpengalaman dlm jml yg memadai utk
pemeriksaan ybs

Pemberian pelatihan pekerjaan


lapangan (on the job training) bagi staf

Melibatkan tenaga ahli apabila


diperlukan
54
PERSYARATAN DASAR
PEMERIKSA
1. PK menuntut nilai2 profesional utk mengelola info.> pemeriksa mempunyai
kesempatan utk mengembangkan keahliannya & mempertahankan hasil yg baik
dlm pelaksanaan tugas

2. Pemilihan pemeriksa > mempunyai pendidikan formal yg cukup & keahlian lainnya
spt analisis, kreativitas, komunikasi (lisan/tulisan), pemahaman pengelolaan
manajemen; selalu memperoleh pendidikan profesional berkelanjutan utk ilmu yg
mutakhir

3. BPK dpt menggunakan tenaga ahli (dlm/luar) > pemeriksa perlu


mempertimbangkan kualifikasi mereka (PerBPK ttg Penggunaan Pemeriksa &/atau
tenaga ahli dari luar BPK & SPKN PSP 01 par. 09)

4. SPKN PSP 04 par. 7 menetapkan jenis pekerjaan yg harus dilakukan pemeriksa


dlm PK & pemeriksa hrs memiliki kompetensi & keahlian yg cukup dlm
menjalankan tugasnya

5. SPKN PSP 01 par. 10 mengatur persyaratan dasar kemampuan/keahlian yg harus


dipenuhi pemeriksa utk melakukan tugas pemeriksaan

55
PENDEKATAN AUDIT
KINERJA -1

Pendekatan Hasil
(Result-oriented
Approach),
yaitu menilai apakah tujuan
telah tercapai atau program
dan jasa telah dicapai
sesuai yang diharapkan.

Pendekatan
Masalah
(Problem-oriented Pendekatan Sistem
Approach), (System-oriented
Approach),
yaitu menilai, mem
verifikasi, dan yaitu menilai apakah
menganalisis fungsi sistem
penyebab suatu manajemen berjalan
permasalahan atau dengan baik.
penyimpangan dari
kriteria yang telah 56
ditetapkan.
PENDEKATAN
AUDIT KINERJA -2
Pemeriksa dapat memilih salah satu, kombinasi dua atau semua pendekatan
pendekatan pemeriksaan. Setiap hal pokok membutuhkan pendekatan yang
berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing dan tidak ada suatu standar
yang baku.
Pendekatan pemeriksaan menentukan sifat pengujian atau desain pemeriksaan
yang akan dilakukan. Pendekatan pemeriksaan merupakan hubungan antara
tujuan pemeriksaan, kriteria pemeriksaan, dan pengumpulan bukti
pemeriksaan. Pendekatan pemeriksaan juga dapat menentukan pengetahuan,
informasi dan data, serta prosedur pemeriksaan yang dibutuhkan dan
menganalisisnya.

Penggunaan pendekatan hasil akan lebih mudah diterapkan ketika terdapat


pernyataan yang jelas terkait output atau outcome yang akan dicapai.
Pemeriksa menganalisis hasil dan dampak yang terjadi, kemudian
membandingkannya dengan kriteria berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
57
EX. 1.3.

Pendekatan Mana yang akan Anda Pilih?


• Waktu 15 menit dengan kelompok 1 meja
– Diskusikan tugas dan ukuran 3E tersebut kepada rekan satu meja.
– Pilih salah satu untuk di jadikan Tema/Topk Audit Kinerja kelompok.
– Tuangkan Obyek terpilih dalam 1 lembar flipchart dengan menarik.
– Presentasikan di depan kelas
• Waktu 15 Menit
• Diskusikan dengan tim semeja anda
– Berdasarkan Tema/Topik/Program/Kegiatan yang akan di Audit Kinerja
– Apa pendekatan yang paling tepat untuk audit kinerjanya?
– Jelaskan Alasannya?
• Tuangkan dalam Flipchart dan Presentasikan

58
METODELOGI
AUDIT KINERJA

59
PENENTUAN
TOPIK AUDIT
Penentuan topik pemeriksaan, merupakan proses pemilihan topik-topik potensial
dengan mempertimbangkan beberapa faktor pemilihan berdasarkan pertimbangan
profesional pemeriksa, dengan harapan agar topik yang diperiksa merupakan topik
yang memberikan dampak signifikan bagi perbaikan kinerja entitas sehingga akan
meningkatkan kualitas pelayanan publik bagi masyarakat.

Tujuan penentuan topik pemeriksaan, antara lain agar:


a. Terdapat prioritas alokasi sumber daya pemeriksaan pada topik pemeriksaan yang
tepat;
b. Visi dan misi yang terdapat dalam Renstra BPK tercapai;
c. Pemeriksaan menjadi lebih terarah sehingga pelaksanaan pemeriksaan dapat
berjalan secara efisien dan efektif;
d. Pemeriksaan kinerja yang dilakukan memberikan dampak yang signifikan bagi
entitas yang diperiksa dan masyarakat.

60
PENENTUAN
TOPIK AUDIT - 2
Beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan dalam
memilih topik pemeriksaan adalah sebagai berikut.

1. Materialitas keuangan
2. Kepentingan masyarakat/publik
3. Kepentingan politik
4. Permasalahan atas topik yang akan diperiksa
5. Dampak terhadap lingkungan
6. Auditabilitas

Pemeriksa dapat mempertimbangkan penggunaan faktor-faktor di atas


sesuai dengan kebutuhan dan relevansi faktor-faktor tersebut terhadap
topik potensial. Selain itu, pemeriksa juga dapat mengembangkan faktor-
faktor lainnya yang dianggap penting.
61
PERENCANAAN
AUDIT KINERJA
62
PERENCANAAN PEMERIKSAAN
Tahap paling penting dalam pemeriksaan
Setelah mengikuti materi ini, peserta diklat diharapkan dapat :

Memahami entitas dan mengidentifikasikan masalah

Menentukan area kunci

Menentukan tujuan dan lingkup pemeriksaan

Menetapkan kriteria pemeriksaan


PROSES
PERENCANAAN
Proses perencanaan pemeriksaan kinerja di BPK memiliki beberapa tahap.

1. Pemahaman awal atas hal pokok yang diperiksa. Hal ini dilakukan dengan terlebih
dahulu membentuk Tim Perencanaan Pemeriksaan (TPP) yang bertujuan untuk
menyusun Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan (LHPP);
2. Penyusunan Program Pemeriksaan (P2) Pendahuluan berdasarkan LHPP yang telah
disusun sebelumnya;
3. Pelaksanaan pemeriksaan pendahuluan akan menghasilkan LHP pendahuluan. Hasil
pemeriksaan pendahuluan ini memiliki 2 (dua) kemungkinan:
a. Apabila masalah yang diperiksa dinilai tidak layak diperiksa lebih dalam (tidak
dilanjutkan ke tahap pemeriksaan terinci), maka tahap penyusunan LHP
Pendahuluan merupakan langkah terakhir dalam proses perencanaan;
b. Apabila masalah yang diperiksa dinilai layak diperiksa lebih dalam melalui
pemeriksaan terinci, pemeriksa selanjutnya menyusun P2 Terinci;
4. Penyusunan P2 Terinci.

64
TAHAPAN
PERENCANAAN

65
PEMAHAMAN
AWAL
• Pemahaman awal atas objek pemeriksaan/hal pokok
dilakukan sebelum pemeriksaan pendahuluan dengan
maksud untuk memahami hal-hal mendasar tentang hal
pokok seperti definisi, fungsi, tujuan, entitas, peraturan-
peraturan terkait, dan kebijakan yang mendasari sehingga
dapat menyusun program pemeriksaan pendahuluan.

• Sedangkan pemahaman entitas yang dilakukan pada


pemeriksaan pendahuluan, merupakan kegiatan yang
dilakukan dalam rangka menyusun desain pemeriksaan
yang akan dituangkan dalam P2 terinci.

66
PROGRAM AUDIT
PENDAHULUAN

Setelah menyusun LHPP, selanjutnya TPP membuat P2 Pendahuluan


berdasarkan informasi yang dituangkan dalam LHPP. Penyusunan P2
Pendahuluan ini bertujuan untuk:
a. mengidentifikasikan dan mendokumentasikan prosedur-prosedur
pemeriksaan untuk memperoleh informasi yang diperlukan pada
pemeriksaan pendahuluan;
b. memudahkan supervisi dan review untuk pemerolehan keyakinan mutu
pemeriksaan pendahuluan.

Konsep P2 Pendahuluan yang disusun oleh TPP selanjutnya di-review


secara berjenjang oleh PFP dan disampaikan kepada Pengendali Mutu
(PM) untuk mendapat persetujuan. P2 Pendahuluan yang telah mendapat
persetujuan PM ini kemudian menjadi pedoman bagi pemeriksa (dalam hal
ini ketua tim) dalam melakukan pembagian tugas kepada masing-masing
anggota tim.

67
AUDIT
PENDAHULUAN

68
PEMAHAMAN
ENTITAS
Untuk memahami keg. pokok, proses bisnis, isu &
permasalahan yang dihadapi, peraturan yg terkait dgn
entitas/keg./prog. yang diperiksa termsuk juga isu lingkungan
hidup & data umum entitas lainnya
Pemahaman entitas dpt Tujuan dari keg. pemahaman
membantu pemeriksa dlm entitas adalah:
hal: • memperoleh data, informasi,
• penentuan arah PK serta latar blkg
• penaksiran risiko & entitas/prog./keg. & fungsi
identifikasi masalah pelayanan publik yg
pemeriksaan yg signifikan diperiksa mengenai hal2 yg
• perencanaan pem. yg berhub. dgn input, proses,
matang sehingga output, serta outcome
pelaksanaan pem. dpt • mengidentifikasi masalah2
dilakukan scr efisien & yg ada dlm entitas/keg./prog.
efektif yg akan diperiksa

69
MENGAPA PERLU
PEMAHAMAN ENTITAS?

KNOW YOUR SELF AND YOUR ENEMY, FIND


VICTORY IN EVERY BATTLE
TUJUAN
PEMAHAMAN ENTITAS &
PENGIDENTIFIKASIAN
MASALAH

Mengidentifikasi masalah-masalah yang


Memperoleh data ada dalam entitas/kegiatan/program
yang akan diperiksa.
dan informasi untuk
memahami:
• Tugas, fungsi, kegiatan pokok • Inventarisasi isu-isu mutakhir tentang
• proses bisnis (input, proses, output) permasalahan yang dihadapi oleh
• peraturan yang terkait dengan entitas, yang dapat diperoleh dari
entitas/kegiatan/program yang media massa dan sumber-sumber
diperiksa lainnya.
• data umum entitas lainnya (struktur
organisasi, anggaran)
• Lingkungan yang memengaruhi entitas
• Isu atau permasalahan yang dihadapi
• Risiko yang dihadapi
INPUT YANG Hasil analisis penentuan
DIPERLUKAN topik potensial;
Strategi dan rencana kerja,
(1) dan laporan tahunan
entitas;
Standard Operating
Procedure (SOP) yang terkait
dengan program/ kegiatan yang
diperiksa;
Peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
Anggaran entitas;

Struktur organisasi;
INPUT YANG Hasil pemeriksaan
DIPERLUKAN sebelumnya;
(2) Hasil liputan media
massa dan penelaahan
informasi dari internet yang terkait dengan
program/ kegiatan yang diperiksa ;
Hasil evaluasi atas
program/kegiatan yang
dilakukan oleh pemeriksa intern;
Laporan kinerja atas
program/kegiatan yang
diperiksa.
LANGKAH PEMAHAMAN ENTITAS &
PENGIDENTIFIKASIAN MASALAH (3)

Reviu isu-isu yang diperoleh lakukan observasi singkat di


dari media massa atau lokasi kegiatan utama entitas;
internet;

lakukan wawancara dengan lakukan survey dan


manajemen;

Buatlah simpulan mengenai


pemahaman entitas dan
permasalahan yang berhasil
diidentifikasi dalam tahap ini.
LATIHAN IDENTIFIKASI MASALAH
F:\MODUL\04. MODUL PERENCANAAN 2011\MODUL PEM. KINERJA\Buku
Latihan\BAB III\Soal\Lampiran studi kasus 3.1 KKP Pengidentikasian Masalah.docx
PENENTUAN AREA KUNCI
AREA KUNCI

Tujuan penentuan area kunci adalah agar pemeriksa dapat menentukan hal pokok yang
menjadi fokus pemeriksaan, sehingga pemeriksa dapat mengalokasikan sumber daya
pemeriksaan secara tepat pada area yang dipilih.

Langkah-langkah dalam penentuan area kunci meliputi:


a. Menentukan area-area potensial berdasarkan klasifikasi permasalahan dari hasil
pemahaman entitas dan identifikasi masalah.
b. Membuat urutan prioritas atas beberapa area yang telah ditentukan berdasarkan
faktor-faktor pemilihan, karena tidak semua area potensial yang telah ditetapkan
sebelumnya akan ditindaklanjuti dalam pemeriksaan terinci.
c. Menentukan area kunci berdasarkan urutan prioritas yang telah dibuat. Pemeriksa
dapat memilih satu atau beberapa area potensial menjadi area kunci berdasarkan
urutan prioritasnya dengan memperhatikan faktor ketersediaan sumber daya, seperti
jumlah pemeriksa, waktu, anggaran, dan kesiapan pemeriksa.

77
AREA KUNCI
Faktor pemilihan tersebut dapat terdiri dari beberapa faktor berikut:
1) risiko manajemen, yaitu risiko yang dihadapi oleh manajemen terkait pencapaian aspek ekonomi,
efisiensi dan efektivitas. Penilaian risiko manajemen juga perlu mempertimbangkan sistem
pengendalian internal (SPI) entitas. Hal ini dikarenakan pengendalian yang lemah atas suatu
entitas/program/kegiatan akan mengakibatkan pencapaian tujuan terkait aspek ekonomi, efisiensi
dan efektivitas semakin sulit.
2) signifikansi suatu program, yaitu penilaian apakah suatu kegiatan dalam suatu area pemeriksaan
secara komparatif mempunyai pengaruh yang besar terhadap kegiatan lainnya dalam objek
pemeriksaan secara keseluruhan. Beberapa unsur yang dipertimbangkan untuk menentukan
signifikansi antara lain:
3) dampak pemeriksaan, yaitu besarnya perbaikan dan manfaat yang dapat diberikan melalui
pemeriksaan yang dilakukan atas area yang akan diperiksa, yang antara lain berupa perbaikan
terhadap 3E; peningkatan kualitas pelayanan publik; atau peningkatan akuntabilitas.
4) auditabilitas berhubungan dengan kelayakan suatu area untuk dapat diperiksa. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh faktor internal seperti kapasitas sumber daya pemeriksa, ataupun faktor eksternal
seperti kemudahan akses untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat.
Pemeriksa selanjutnya melakukan pembobotan terhadap faktor pemilihan dengan menggunakan
pertimbangan profesional. Bobot yang dapat digunakan sebagai berikut:
bobot 1 untuk nilai yang rendah;
bobot 2 untuk nilai sedang; dan
bobot 3 untuk nilai tinggi.
Berdasarkan hasil pembobotan tersebut, pemeriksa dapat menyusun urutan prioritas dari masing-masing
78
area potensial.
AREA KUNCI
Beberapa unsur yang dipertimbangkan untuk menentukan signifikansi antara
lain:
a. Materialitas keuangan, Materialitas keuangan didasarkan atas penilaian
terhadap aset yang dikuasai, jumlah anggaran penerimaan dan pengeluaran
yang dikelola oleh entitas yang diperiksa.
b. Faktor kritis keberhasilan (critical success factor), Faktor kritis keberhasilan
merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu
entitas/program/kegiatan.
c. Visibilitas, Visibilitas merupakan penilaian apakah suatu area menjadi
perhatian/sorotan lembaga perwakilan dan/atau masyarakat. Umumnya, suatu
area memiliki visibilitas yang tinggi merupakan area yang akan berdampak
signifikan bagi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

79
RIAS
No Area/Permasal Risiko JumlahI Auditabil Signifika Jumlah
ahan Manajem mpact itas nsi
en
1 Farmasi 5 4 3 2 14
2 Rawat Inap 3 2 4 3 12
3 UGD 4 3 5 5 17

80
TUJUAN
PEMERIKSAAN
Pemeriksa harus menetapkan tujuan pemeriksaan secara jelas yang berhubungan dengan
prinsip ekonomi, efisiensi dan/atau efektivitas.

Tujuan pemeriksaan yang disusun secara jelas akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Membantu pemeriksa mengidentifikasi hal pokok yang akan diperiksa, sehingga
pemeriksaan akan menjadi lebih fokus dan terarah.
2. Memberikan informasi yang cukup kepada entitas yang diperiksa dan pemangku
kepentingan lainnya mengenai fokus pemeriksaan.
3. Memperjelas pertanyaan pemeriksaan yang akan dijawab melalui pelaksanaan
pemeriksaan.
4. Memudahkan pemeriksa dalam pengembangan desain pemeriksaan yang logis.
5. Memfokuskan pemeriksa dalam mengumpulkan bukti pemeriksaan.
6. Mencegah tim pemeriksa dari melakukan suatu pekerjaan pemeriksaan yang tidak
diperlukan atau terlalu ambisius.
7. Memudahkan pemeriksa untuk dapat menyatakan kesimpulan pemeriksaan.
8. Menjadi tolok ukur saat dilakukannya quality assurance atas pemeriksaan kinerja yang
dilakukan.
81
TUJUAN
PEMERIKSAAN
Tujuan Pemeriksaan Pendekatan Yang
Dapat Digunakan
 Menilai sistem pengelolaan program penyediaan air minum Pendekatan Sistem
pedesaan.
 Menilai efektivitas sistem pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) pada Dinas Pendapatan
Kabupaten “ABC”.

 Menilai keberhasilan program penyediaan air minum pedesaan Pendekatan Hasil


dalam rangka mencapai target Sustainable Development Goals.
 Menilai keberhasilan Kementerian Pertanian dalam pencapaian
swasembada kedelai Tahun 2016.

 Menilai permasalahan dalam pelaksanaan Program Nasional Pendekatan Masalah


Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM MPd) yang
dapat menghambat ketercapaian penanggulangan kemiskinan.
 Menilai permasalahan dalam implementasi program penyediaan
air minum pedesaan yang telah menghambat pencapaian target
Sustainable Development Goals.

82
TUJUAN
PEMERIKSAAN
Latar Belakang Desain Tujuan Pemeriksaan
Tingginya tingkat korupsi di Indonesia membuat Menilai efektivitas pengelolaan fungsi
DPR menaruh perhatian yang besar kepada penindakan tindak pidana korupsi pada
kinerja KPK dalam melakukan pemberantasan KPK.
korupsi. Dengan dasar tersebut BPK melakukan
pemeriksaan kinerja atas kegiatan penindakan
yang dilakukan KPK.

Pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan Menilai pelaksanaan kegiatan


kedelai sebesar 20,05% per tahun sebagaimana di swasembada kedelai dalam rangka
tetapkan dalam RPJMN 2015 – 2019. Dengan latar pencapaian swasembada kedelai tahun
belakang tersebut BPK melakukan pemeriksaan 2016.
kinerja atas upaya pemerintah dalam rangka
pencapaian swasembada kedelai tahun 2016.

83
LINGKUP
PEMERIKSAAN

• Lingkup pemeriksaan merupakan batasan atau cakupan dalam


suatu pemeriksaan.
• Lingkup pemeriksaan akan mengarahkan pemeriksaan dilakukan
pada isu-isu signifikan yang berhubungan dengan tujuan
pemeriksaan.
• Lingkup pemeriksaan akan mempengaruhi prosedur dan sumber
daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan dan pelaporan
pemeriksaan.

84
LINGKUP
PEMERIKSAAN
Pertanyaan Jawaban
Apa? Berdasarkan hasil identifikasi masalah, pemeriksa kemudian menetapkan 4 (empat) area yang akan menjadi fokus
pemeriksaan, yaitu sebagai berikut:
1. Penyusunan dan Penyiapan Rencana Kontijensi
2. Penyiapan Lokasi Evakuasi
3. Pelatihan dan Penyuluhan Mekanisme Tanggap Darurat
4. Pengelolaan Dukungan Logistik (persediaan dan buffer stock) dan peralatan
Dengan mempertimbangkan bencana dan potensi bencana signifikan yang dihadapi oleh Indonesia, maka
pengelolaan kegiatan kesiapsiagaan bencana akan difokuskan pada bencana gunung berapi, dengan
dititikberatkan pada gunung berapi yang sering mengalami erupsi dalam kurun waktu 2014 s.d 2016. Terdapat 3
(tiga) gunung berapi yang akan menjadi titik fokus pemeriksaan yaitu:
1. Gunung Merapi;
2. Gunung Sinabung; dan
3. Gunung Soputan.
Siapa? Beradasarkan 4 (empat) area yang menjadi fokus pemeriksaan, pemeriksa selanjutnya mengidentifikasi pihak
utama yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan keempat area tersebut. Sesuai fungsi dan tanggung
jawabnya, terpilihlah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) khususnya Deputi Pencegahan dan
Kesiapsiagaan Bencana dan Deputi Logistik dan Peralatan sebagai entitas utama terperiksa.
Selain entitas utama di atas, pemeriksaan juga akan dilakukan terhadap empat Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) yang menanggulangi bencana erupsi di tiga gunung berapi yang menjadi titik berat pemeriksaan,
yaitu BPBD Provinsi Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Di mana? Sehubungan Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana dan Deputi Logistik dan Peralatan BNPB berlokasi
di Jakarta, maka lokasi pemeriksaan yang utama akan dilakukan di Jakarta. Sedangkan untuk BPBD, lokasi
pemeriksaan mencakup Provinsi Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kapan? Periode pemeriksaan akan meliputi tahun 2015 dan semester I tahun 2016.
85
EX. 2.1

Perencanaan Strategis, Area Kunci,


dan Tujuan Audit
• 15 Menit
• Diskusikan dalam Tim Semeja
• Topik/Tema Audit Kinerja dalam Lingkungan Kementerian
Keuangan
– Alasan topik/tema tersebut di pilih
• Tentukan Area Kunci yang akan menjadi fokus audit
(berdasarkan RIAS)
• Susun pernyataan tujuan Audit kinerja
• Tuangkan dalam Flipchart dan tempelkan di dinding
terdekat meja anda
86
PERTANYAAN
AUDIT
• Untuk memudahkan desain pemeriksaan, tujuan pemeriksaan
diformulasikan dalam bentuk pertanyaan pemeriksaan.
• Formulasi ini disebut sebagai pertanyaan pemeriksaan
keseluruhan.
• Pertanyaan pemeriksaan keseluruhan ini akan
menggambarkan apa yang ingin dicapai dari pelaksanaan
pemeriksaan dan untuk apa pemeriksa mengumpulkan bukti
pemeriksaan. Namun demikian, pertanyaan pemeriksaan
keseluruhan masih bersifat umum, oleh karena itu pemeriksa
perlu menjabarkan pertanyaan tersebut menjadi beberapa sub
pertanyaan pemeriksaan.

87
JENIS
PERTANYAAN AUDIT
a. Pertanyaan normatif atau perbandingan
Pertanyaan normatif digunakan untuk mengukur suatu kondisi dengan suatu
standar atau sesuatu yang diharapkan.

Contoh pertanyaan normatif atau perbandingan adalah sebagai berikut.


1. Apakah grand design/blueprint kegiatan rehabilitasi telah disusun secara lengkap?
Untuk menjawab pertanyaan ini, pemeriksa akan membandingkan unsur-unsur kegiatan dalam
grand design/blueprint, apakah telah mencakup seluruh kegiatan yang diperlukan untuk
pencapaian keberhasilan kegiatan rehabilitasi.
2. Apakah kegiatan rehabilitasi pada Instansi BNN telah didukung dengan SDM yang kompeten?
Untuk menjawab pertanyaan ini, pemeriksa akan membandingkan kompetensi SDM yang dimiliki
oleh BNN, apakah telah kompeten untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi.
3. Apakah penguatan lembaga rehabilitasi telah dilakukan sesuai target?
Untuk menjawab pertanyaan ini, pemeriksaan akan membandingkan penguatan lembaga
rehabilitasi yang dilakukan BNN, apakah telah berjalan sesuai dengan target yang ditetapkan atau
tidak.
88
JENIS
PERTANYAAN AUDIT
b. Pertanyaan evaluatif/analisis Jenis pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang
sifatnya lebih mendalam untuk menggali dampak, atau akibat dan sebab.
Jawaban pertanyaan ini akan membutuhkan analisis yang tidak hanya sekedar
melakukan perbandingan sebagaimana pertanyaan normatif atau
perbandingan.

Contoh pertanyaan analisis adalah sebagai berikut:


1. Sejauh mana hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan rehabilitasi telah
ditindaklanjuti? Untuk menjawab pertanyaan ini, pemeriksa akan menganalisis upaya
yang dilakukan oleh BNN untuk menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi.
2. Sejauh mana hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan rehabilitasi menjadi
dasar dalam menyusun perencanaan berikutnya? Untuk menjawab pertanyaan ini,
pemeriksa akan menganalisis bagaimana hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi digunakan untuk penyusunan rencana kegiatan rehabilitasi
berikutnya.

89
JENIS
PERTANYAAN AUDIT
c. Selain dua pertanyaan pemeriksaan tersebut, pemeriksa juga dapat
menggunakan pertanyaan deskriptif.
Jenis pertanyaan deskriptif lazim digunakan ketika pemeriksa ingin menyajikan
informasi terkait gambaran umum atas hal pokok yang diperiksa atau untuk
mendukung penyajian temuan pemeriksaan.

Contoh pertanyaan deskriptif sebagai berikut:


1. Apa saja cakupan kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh BNN?
2. Berapa banyak anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan rehabilitasi?
3. Siapa saja pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi ?
4. Siapakah pihak yang menjadi user dalam kegiatan rehabilitasi?

90
DESAIN PERTANYAAN
PEMERIKSAAN
Jelas (tidak mengandung makna ganda) dan fokus pada informasi
tertentu
Pertanyaan Pemeriksaan yang Tidak Pertanyaan Pemeriksaan yang Jelas dan Fokus
Jelas dan Tidak Fokus
Apakah kondisi lokasi evakuasi dan 1. Apakah kondisi lokasi evakuasi siap untuk digunakan?
rute telah memadai dan siap 2. Apakah rute /jalur evakuasi memenuhi kondisi yang
digunakan? dipersyaratkan?

Objektif
Keseluruhan desain pertanyaan pemeriksaan harus disusun secara objektif, artinya desain pertanyaan
pemeriksaan harus mampu mengidentifikasi baik hal yang positif maupun negatif atas hal pokok yang
diperiksa.

Netral
Pertanyaan Pemeriksaan yang Tidak dalam Pertanyaan Pemeriksaan dalam bentuk netral
bentuk netral
Apakah terdapat kekurangan anggaran Apakah pengelolaan kegiatan rehabilitasi pengguna
dalam pengelolaan kegiatan rehabilitasi narkoba telah di dukung dengan anggaran yang
pengguna narkoba? cukup?

Saling berhubungan
saling melengkapi, dan tidak tumpang tindih, serta secara kolektif lengkap untuk menjawab tujuan
pemeriksaan
91
Langkah-langkah Menyusun
Pertanyaan Pemeriksaan

1. Berdasarkan pertanyaan pemeriksaan keseluruhan, pemeriksa menjabarkan


pertanyaan keseluruhan tersebut menjadi beberapa sub pertanyaan. Salah
satu cara yang dapat digunakan adalah analisis isu (issue analysis).
2. Pastikan bahwa hierarki pertanyaan pemeriksaan yang dibuat memenuhi
kualifikasi desain hierarki pertanyaan pemeriksaan yang baik.
3. Pertimbangkan risiko pemeriksaan atas rancangan desain pertanyaan
pemeriksaan. Risiko pemeriksaan ini dapat berupa antara lain ketersediaan
kriteria, ketersediaan bukti pemeriksaan, dan kemampuan pemeriksa untuk
melaksanakan prosedur pemeriksaan yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
4. Lakukan penyesuaian atas pertanyaan pemeriksaan, apabila dalam
pemeriksaan terinci ditemukan informasi yang signifikan.

92
HIREARKI
PERTANYAAN AUDIT

93
Latihan pertanyaan audit
• Apa?
• Mengapa?
• Seberapa besar?
• Bagaimana?

94
LANJUT H3
• Kriteria
• Bukti Audit Kinerja
• Audit Deesign Matrix

95
PENETAPAN KRITERIA
AUDIT KINERJA

Pemeriksa harus menetapkan kriteria yang sesuai dengan tujuan dan/atau


pertanyaan pemeriksaan serta pendekatan pemeriksaan.

Kriteria merupakan dasar dalam menyusun temuan pemeriksaan. Temuan


pemeriksaan akan diperoleh dengan membandingkan kondisi dengan kriteria.
Kredibilitas temuan dan kesimpulan pemeriksaan kinerja sangat tergantung
pada kriteria yang digunakan, karena itu pemeriksa harus cermat dalam
menentukan kriteria.

Kriteria dapat berbentuk kualitatif atau kuantitatif yang berfokus pada “apa
yang seharusnya” (what should be) menurut undang-
undang/peraturan/standar; “apa yang diharapkan” (what is expected) menurut
prinsip-prinsip yang baik, pengetahuan ilmiah dan praktik terbaik; atau “apa
yang dapat terjadi/tercapai -jika diberikan kondisi yang lebih baik” (what could
be -given better condition).

96
PENETAPAN KRITERIA
AUDIT KINERJA
Pertanyaan Pemeriksaan Apakah rencana kontijensi disusun melalui
proses yang benar?
Kriteria pemeriksaan yang tidak tepat Rencana kontijensi disusun melalui proses yang
benar.
Kriteria pemeriksaan yang tepat Rencana kontijensi disusun melalui proses
koordinasi antara BNPB, BPBD (Pemerintah
Daerah), dan instansi lain yg terkait.
Rencana kontijensi dikembangkan berdasarkan
pemetaan risiko bencana daerah.
Penyusunan rencana kontijensi setidaknya memuat
hal-hal :
a. Penilaian bahaya
b. Penentuan kejadian
c. Pengembangan skenario dan asumsi
d. Penetapan tujuan dan strategi tanggap darurat.
e. Perencanaan sektoral
f. Koordinasi dan sinkronisasi

97
PENETAPAN KRITERIA
AUDIT KINERJA
Kriteria pemeriksaan yang digunakan, harus memenuhi karakteristik sebagai
berikut:
a. Relevan, memiliki hubungan yang logis dengan tujuan dan pertanyaan pemeriksaan.
b. Dapat dipahami, ditetapkan secara jelas dan bebas dari perbedaan interpretasi.
c. Lengkap, mengacu kepada penggunaan seluruh kriteria yang relevan dan signifikan untuk
menjawab tujuan pemeriksaan.
d. Andal, menghasilkan kesimpulan yang konsisten, dengan kata lain apabila kriteria tersebut
digunakan oleh pemeriksa lain untuk situasi atau masalah yang sama, maka kriteria
tersebut harus bisa memberikan kesimpulan yang konsisten.
e. Objektif, adalah bebas dari bias baik dari sisi pemeriksa maupun entitas yang diperiksa.
f. Dapat diuji, yaitu pemeriksa mampu merancang prosedur pemeriksaan untuk memeroleh
bukti yang diperlukan untuk menjawab tujuan pemeriksaan dan merumuskan kesimpulan.

98
IDENTIFIKASI
BUKTI AUDIT
Kriteria Bukti yang diperlukan
Titik lokasi evakuasi 1. Dokumen rencana evakuasi/rencana kontijensi;
terletak di luar kawasan 2. Daftar lokasi tempat evakuasi sementara untuk
rawan bencana. kawasan/desa/kampung yang terdampak;
3. Peta daerah/lokasi rawan bencana;
4. Hasil wawancara terkait penetapan kawasan rawan bencana;
5. Hasil observasi lokasi evakuasi.

Lokasi evakuasi memiliki 1. Data kapasitas lokasi evakuasi;


kapasitas yang 2. Data jumlah penduduk dalam cakupan lokasi evakuasi;
sebanding dengan
3. Wawancara dengan pengelola lokasi evakuasi;
jumlah masyarakat yang
direncanakan akan 4. Hasil observasi kapasitas lokasi evakuasi;
diungsikan pada lokasi
evakuasi.

99
AUDIT DESIGN
MATRIX (ADM)

Tahap akhir dari pemeriksaan pendahuluan adalah penyusunan audit design


matrix/matriks desain pemeriksaan (MDP). MDP adalah instrumen yang
digunakan untuk mengikhtisarkan informasi yang diperoleh selama melakukan
pemeriksaan pendahuluan yang merupakan bahan utama dalam penyusunan
P2 terinci. MDP yang didesain dengan baik akan membuat pemeriksaan terinci
dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif.

Tujuan penyusunan MDP adalah:


a. membuat rancangan pemeriksaan menjadi lebih sistematis;
b. memberikan arahan berupa kerangka kerja yang jelas bagi pemeriksa pada
pelaksanaan pemeriksaan terinci; dan
c. memfasilitasi komunikasi dalam tim pemeriksa.

100
AUDIT DESIGN
MATRIX (ADM)
Langkah yang perlu dilakukan dalam penyusunan MDP adalah sebagai berikut:
a. Tentukan informasi apa yang perlu ditampilkan dalam MDP. Informasi ini sangat
tergantung pada kebutuhan pemeriksa. Informasi minimal yang disarankan dalam MDP
adalah : (lihat slide berikutnya)
b. Tuangkan informasi yang telah diperoleh pada pemeriksaan pendahuluan dalam MDP.
c. Validasi MDP yang telah dibuat untuk memastikan bahwa desain pemeriksaan telah
disusun secara logis, yang meliputi metodologi pemeriksaan yang digunakan,
identifikasi informasi yang harus diperoleh, strategi pegumpulan dan analisis bukti,
temuan pemeriksaan potensial dan kesimpulan sementara, serta memastikan bahwa
rancangan MDP tersebut sesuai untuk menjawab tujuan pemeriksaan yang telah
dirancang. Validasi ini dapat dilakukan melalui diskusi internal tim untuk mendapatkan
masukan dari berbagai perspektif, dan/atau meminta masukan dari tenaga ahli.

101
AUDIT DESIGN
MATRIX (ADM)

Informasi dalam ADM


1. Tujuan pemeriksaan;
2. Pertanyaan pemeriksaan;
3. Kriteria pemeriksaan;
4. Bukti yang dibutuhkan;
5. Sumber bukti;
6. Metode pengumpulan bukti;
7. Prosedur pengumpulan bukti;

Disamping itu pemeriksa juga dapat menambahkan informasi lainnya seperti:

 Risiko/keterbatasan/kendala yang dihadapi selama pelaksanaan prosedur pemeriksaan;


 Temuan pemeriksaan yang dapat diprediksi (temuan potensial);
 Kesimpulan sementara yang akan diberikan atas temuan-temuan potensial;
 Rekomendasi potensial yang dapat diusulkan;
 Manfaat pemeriksaan yang merupakan nilai tambah atau manfaat perbaikan dari rekomendasi
potensial yang diusulkan.

102
The Design Matrix

Masalah: 3 sampai 5 kalimat untuk menjelaskan masalah


Tujuan Audit: ………………………………………………………………..

Kriteria dan Informasi yang Apakah analisis ini


Pertanyaan-pertanyaan Ruang Lingkup dan
diperlukan dan Sumber- Keterbatasan memungkinkan Anda untuk
Penelitian Metodologi mengatakan
sumbernya

Pertanyaan-pertanyaan Informasi apa yang Bagaimana tim akan Apa saja keterbatasn Apa hasil yang
apa yang dicoba dijawab diperlukan oleh tim untuk menjawab setiap desain penugasan dan diharapkan dari
oleh tim? menjawab pertanyaan? pertanyaan? bagaimana hal ini akan pekerjaan?
Dimana tim akan mempengaruhi hasilnya?
mendapatkannya?
•Mengidentifikasi rencana untuk •Menjelaskan strategi untuk
•Memastikan setiap pertanyaan •Menyenbutkan batasan sebagai •Menyimpulkan hasil awal untuk
mengumpulkan dokumen yang mengumpulkan informasi atau data
spesific, objektif, netral, terukur, hasil dari informasi yang tujuan ilustrasi, jika berguna.
menetapkan kriteria yang akan yang diperlukan, seperti random
dan dapat dilakukan diharuskan atau cakupan dan Memastikan bahwa jawaban yang
digunakan untuk mengevaluasi sampling, studi kasus, metodologi
metodologi, seperti: diusulkan dapat menjawab
kondisi suatu masalah. pengumpulan data (DCIs), focus
group, kuisioner, menggunakan pertanyaan di kolom satu.
--Kualitas dan/atau keandalan data
data-data yang sudah ada, dll.
dapat dipertanyakan
•Mengidentifikasi dokumen atau
jenis informasi yang harus dimiliki --Ketidakmampuan untuk
•Menjelaskan ruang lingkup setiap
oleh tim. mengakses jenis data tertentu atau
strategi, termasuk timeframe,
memperoleh data yang mencakup
lokasi yang akan dikunjungi, dan
kerangka waktu tertentu
ukuran sample.
103
--Pembatasan karena klasifikasi
keamanan.

--Ketidakmampuan untuk
menggeneralisasi atau
mengektrapolasi temuan ke
besaran umum.
EX. 2.2

Audit Desain Matrix


• 25 Menit
• Diskusikan dalam Tim Semeja
• Berdasarkan Topik awal setiap kelompok
• Lengkapi audit design matrix, meliputi:
– Tujuan
– Pertanyaan Audit
– Kriteria dan Sumber Bukti
– Prosedur Pengujian (Pengumpulan dan Analisis Bukti)
– Keterbatasan (jika ada)
– Kesimpulan awal/Temuan
• Tuangkan dalam Flipchart dan tempelkan di dinding
terdekat meja anda
104
PENYUSUNAN LHP
PENDAHULUAN

Output dari pelaksanaan pemeriksaan pendahuluan adalah LHP pendahuluan.


LHP pendahuluan menyatakan apakah pemeriksaan kinerja akan dilanjutkan
pada pemeriksaan terinci atau terhenti hanya sampai pemeriksaan
pendahuluan.

105
PENYUSUNAN LHP
PENDAHULUAN
Informasi yang dapat disajikan dalam LHP pendahuluan
antara lain:

Bab I. Pendahuluan Bab III. Risiko Pemeriksaan


a. Dasar Hukum Pemeriksaan a. Gambaran Risiko Pemeriksaan pada Setiap
b. Standar Pemeriksaan Tahap Pemeriksaan
c. Alasan Pemeriksaan Pendahuluan b. Strategi Mitigasi Risiko Pemeriksaan
d. Entitas yang Diperiksa
e. Sasaran Pemeriksaan Pendahuluan Bab IV. Desain Pemeriksaan
f. Tahun Anggaran a. Penentuan Area Kunci
g. Jangka Waktu Pemeriksaan Pendahuluan b. Penentuan Tujuan dan Lingkup
h. Metodologi Pemeriksaan Pendahuluan c. Desain Pertanyaan Pemeriksaan
d. Kriteria Pemeriksaan
Bab II. Gambaran Umum Obyek Pemeriksaan e. Program Pemeriksaan
a. Tugas dan Fungsi
b. Dasar Hukum Entitas yang Diperiksa Bab IV. Kesimpulan
c. Identifikasi Masalah Bab ini menyajikan kesimpulan apakah
pemeriksaan akan dilanjutkan pada pemeriksaan
terinci atau tidak.

106
PENYUSUNAN P2
TERINCI

Sebelum pemeriksa melakukan pemeriksaan terinci, pemeriksa harus menyusun


P2 terinci. P2 terinci merupakan pedoman yang berisi prosedur yang rinci bagi
pemeriksa dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan terinci.

Tujuan utama penyusunan P2 terinci adalah:


a. Menetapkan hubungan yang jelas antara tujuan pemeriksaan dan metodologi
pemeriksaan yang akan dilakukan pada pemeriksaan terinci;
b. Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan prosedur-prosedur
pemeriksaan yang harus dilaksanakan pada pemeriksaan terinci;
c. Memudahkan supervisi dan review; dan
d. Membantu dalam pengumpulan bukti yang cukup dan tepat untuk menjawab
tujuan pemeriksaan terinci, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan
efisien dan efektif.

107
PENYUSUNAN P2
TERINCI
Informasi yang dapat disajikan dalam P2 terinci adalah sebagai berikut:
a. Dasar pemeriksaan
b. Standar pemeriksaan
c. Alasan pemeriksaan
d. Tujuan pemeriksaan dan pertanyaan pemeriksaan
e. Lingkup pemeriksaan
f. Entitas/Program/Kegiatan/Fungsi yang diperiksa
g. Metodologi pemeriksaan
Pada bagian ini setidaknya pemeriksa menyajikan informasi sebagai berikut:
1. Pertanyaan pemeriksaan
2. Kriteria pemeriksaan
3. Jenis dan sumber bukti serta prosedur pemeriksaan
4. Teknik uji petik
5. Teknik perumusan kesimpulan

108
PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN
109
PELAKSANAAN

Pemeriksa melakukan Bukti pemeriksaan adalah data Temuan Pemeriksaan (TP) Pada akhir tahap pelaksanaan
komunikasi awal dalam adalah hasil yang pemeriksaan di lapangan,
atau informasi yang dikumpulkan
Pengendali Mutu mengomunikasikan
bentuk pertemuan awal pemeriksa dan digunakan untuk diperoleh dari analisis dan
Himpunan Temuan Pemeriksaan
dengan pimpinan entitas mendukung temuan, kesimpulan penilaian atas bukti kepada pimpinan manajemen entitas
dan jajarannya. Dalam pemeriksaan yang yang telah dilampiri komentar
dan rekomendasi pemeriksaan.
dibandingkan dengan bersamaan dengan Surat
melakukan komunikasi Penyampaian Temuan Pemeriksaan
Bukti pemeriksaan yang kriteria pemeriksaan untuk
awal, pemeriksa yang ditandatangani oleh Pengendali
dikumpulkan harus cukup dan menjawab tujuan Mutu. Tim pemeriksa dapat pula
menginformasikan hal-hal
tepat sehingga dapat menjadi pemeriksaan. mengomunikasikan konsep
yang bersifat administratif Tujuan dari kegiatan kesimpulan dan rekomendasi
dasar yang kuat dalam mendukung
terkait dengan penyusunan TP adalah pemeriksaan berdasarkan temuan-
temuan pemeriksaan, kesimpulan temuan pemeriksaan tersebut.
pelaksanaan pemeriksaan untuk memberikan
dan rekomendasi. Pimpinan entitas juga
seperti rencana kegiatan, informasi kepada menandatangani Surat Penyampaian
waktu pemeriksaan, Analisis bukti merupakan langkah manajemen entitas yang Temuan Pemeriksaan tersebut
yang penting dalam pemeriksaan sebagai bukti bahwa Temuan
kebutuhan dokumen yang diperiksa dan atau pihak
kinerja. Analisis ini dilakukan agar Pemeriksaan telah diterima oleh
diperiksa serta lain yang berkepentingan,
data dan informasi yang telah entitas. Dalam hal Pengendali Mutu
menjelaskan komposisi dikumpulkan dapat menjadi bukti
tentang fakta dan tidak dapat menyampaikan Temuan
Tim Pemeriksaan yang pemeriksaan. Analisis ini juga informasi yang akurat dan Pemeriksaan secara langsung
bertujuan untuk mengembangkan berhubungan dengan kepada pimpinan entitas karena
tercantum dalam Surat alasan kedinasan lainnya,
bukti analisis dalam menilai dan permasalahan maupun
Tugas. penyampaian Temuan Pemeriksaan
menjelaskan kinerja entitas yang capaian yang diperoleh
dapat dilakukan oleh Pengendali
akan dituangkan sebagai temuan dari kegiatan pemeriksaan. Teknis dan/atau Ketua Tim.110
pemeriksaan.
KOMUNIKASI AWAL

Komunikasi awal dapat dilakukan dalam bentuk


presentasi tim pemeriksa kepada pejabat entitas yang
diperiksa.

Output kegiatan komunikasi awal adalah notula yang


berisi informasi tentang pertemuan awal termasuk
pernyataan lisan dari pihak entitas jika menolak
pemeriksaan yang akan dilakukan.

111
PENGUMPULAN DAN ANALISIS BUKTI
1. Kecukupan bukti merupakan ukuran kuantitatif apakah bukti pemeriksaan yang dikumpulkan telah
dapat mendukung temuan dan kesimpulan pemeriksaan. Bukti pemeriksaan dikatakan cukup jika bukti
yang didapatkan cukup memadai untuk meyakinkan pembaca atau pengguna laporan atas validitas
temuan dan kesimpulan pemeriksaan. Dalam memperoleh bukti yang cukup dan memadai, pemeriksa
dapat menggunakan metode uji petik untuk memperoleh data yang mewakili populasi. Lampiran V.1
menjelaskan beberapa jenis metode uji petik yang dapat digunakan pemeriksa dalam pelaksanaan
pemeriksaan kinerja.
2. Ketepatan bukti merupakan ukuran kualitas dari bukti pemeriksaan. Bukti yang tepat harus relevan,
valid dan andal.
a) Bukti disebut relevan apabila bukti tersebut memiliki hubungan yang logis dengan tujuan dan
pertanyaan pemeriksaan.
b) Bukti disebut valid menunjukkan sejauh mana bukti pemeriksaan dapat menjadi dasar yang masuk
akal dan memadai untuk menilai hal pokok yang sedang diuji.
c) Bukti disebut andal jika seluruh bukti yang dikumpulkan dari berbagai sumber saling mendukung
(corroborating evidence) dan menghasilkan temuan pemeriksaan yang sama ketika pengujian
dilakukan kembali secara berulang.
112
Jenis Bukti
Bukti fisik

Bukti Bukti
Analisis dokumen

Bukti testimonial

113
Analisis Bukti

114
PENYUSUNAN TEMUAN PEMERIKSAAN

115
KOMUNIKASI AKHIR
Dalam komunikasi akhir ini perlu ditekankan bahwa ini bukanlah akhir
komunikasi antara tim pemeriksan dengan entitas yang diperiksa
melainkan sebagai tanda berakhirnya pemeriksaan di lapangan.
Komunikasi antara tim pemeriksa dengan entitas yang diperiksa akan
semakin intensif untuk membahas kesimpulan dan rekomendasi beserta
rencana aksi (action plan) dari entitas untuk menindaklanjuti rekomendasi
yang akan diberikan. Pada tahap ini, tim pemeriksa dapat juga
mengomunikasikan bahwa pada saat penyerahan LHP, tim pemeriksa akan
mempresentasikan hasil pemeriksaan dan entitas yang diperiksa akan
diminta memaparkan konsep action plan mereka atas hasil pemeriksaan.

116
LATIHAN KASUS ANALISIS BUKTI
• Lakukan analisis dalam kelompok
– 1. Kepala Inspektorat
– 2. Gubernur
– 3. Manajemen Auditee
– 4 . DPRD
• Analisis Bukti Audit yang tersedia
– Ada di dalam soft copy kasus
– Apa saja?
• Tuangkan hasil analisis
– Permasalahan
– Sebab
– Akibat
– Solusi
– Bukti lain yang diperlukan untuk analisi lebih lanjut jika ada
• Presentasikan kepada kelompok pembahas

117
PELAPORAN
PEMERIKSAAN KINERJA

WORKSHOP PEMERIKSAAN KINERJA


JAKARTA, 18 JULI 2018
SPKN 2017
LHP berfungsi untuk:
(1) mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(2) menghindari kesalahpahaman atas hasil pemeriksaan;
(3) membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk melakukan tindakan
perbaikan oleh pihak yang bertanggung jawab; dan
(4) memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh
tindakan perbaikan yang semestinya dilakukan.
LHP

UU No 15/2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara menyatakan bahwa
“Pemeriksa menyusun LHP setelah
pemeriksaan selesai dilakukan”
JENIS LHP

LHP Pemeriksaan
LHP Pemeriksaan
LHP Pemeriksaan Kinerja Dengan Tujuan Tertentu
Keuangan
(PDTT)
• Pemeriksaan atas • Pemeriksaan atas • Pemeriksaan selain
Laporan Keuangan Pengelolaan Keuangan Pemeriksaan Keuangan
Negara (3E) dan Pemeriksaan
• Memuat Opini Kinerja
• Memuat Temuan,
Kesimpulan, dan • Memuat Kesimpulan
Rekomendasi
SISTEMATIKA LHP KINERJA

Ikhtisar Eksekutif
Pendahuluan
Gambaran Umum Objek Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Simpulan dan Rekomendasi
Lampiran
ALTERNATIF PENYAJIAN LHP KINERJA
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

• Ikhtisar Eksekutif • Ikhtisar Eksekutif • Ikhtisar Eksekutif


• Bab 1. Pendahuluan • Bab 1. Pendahuluan • Bab 1. Pendahuluan
• Bab 2. Gambaran Umum Objek • Bab 2. Gambaran Umum Objek • Bab 2. Gambaran Umum Objek
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
• Bab 3. Hasil Pemeriksaan • Bab 3. Hasil Pemeriksaan atas • Bab 3. Area Kunci 1
• Bab 4. Simpulan dan Area Kunci 1 • Hasil Pemeriksaan
Rekomendasi • Bab 4. Hasil Pemeriksaan atas • Simpulan
• Lampiran Area Kunci 2 • Rekomendasi
• Bab 5. Simpulan dan • Bab 4. Area Kunci 2
Rekomendasi
• Hasil Pemeriksaan
• Lampiran
• Simpulan
• Rekomendasi
• Lampiran
KARAKTERISTIK LHP KINERJA
Tepat
waktu
Seberapa tebal LHP BPK?
Ringka Lengka
s p
Apakah tampilan LHP menarik?
Karakteristi
Jelas Akurat Apakah isi LHP sudah saling
k nyambung? (jelas, akurat,
lengkap)
Meyakink Objekti
an f
UNSUR IKHTISAR EKSEKUTIF
Tanggap Dasar
an Hukum Alasan
Entitas
Rekomend Tujuan
asi BPK
Temuan
Signifika UNSUR Lingkup
n
Simpula Standar
n Metodolog
Kriteria
i
Ikhtisar Eksekutif
Alasan pemeriksaan: Jelas, meyakinkan, concern BPK thd pemerintah, Memuat informasi
utama profil kunci entitas  Argumen yang persuasif, aspek resiko, dampak kegiatan
entitas, signifikasi penentuan objek pemeriksaan
Ikhtisar Eksekutif

Tujuan pemeriksaan: aspek 3E


Ikhtisar Eksekutif
Lingkup pemeriksaan: obyek, tahun anggaran, lokasi, batasan pemeriksaan  resiko pemeriksaan
Ikhtisar Eksekutif

Batasan Pemeriksaan:
Ikhtisar Eksekutif

Standar Pemeriksaan: SPKN


Ikhtisar Eksekutif
Metodologi: TAPD, teknik perumusan simpulan
Ikhtisar Eksekutif
Kriteria: acuan untuk mengukur kinerja
Ikhtisar Eksekutif
Kesimpulan: penilaian menyeluruh thd obyek pemeriksaan
Ikhtisar Eksekutif
Temuan (negatif): Kondisi-kriteria-akibat-sebab.
Ikhtisar Eksekutif
Rekomendasi: mendesak, signifikan, dan relevan dengan temuan signifikan  added value
Ikhtisar Eksekutif

Tanggapan Entitas: adil & obyektif, masing-masing sudut pandang


PENYAJIAN
BAB PENDAHULUAN
Dasar Hukum
Objek Pemeriksaan Tahun Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pembatasan
Jangka Waktu Pemeriksaan
Standar Pemeriksaan
Pemeriksaan
(jika ada)
Pembatasan
Metodologi Penyajian
Alasan Pemeriksaan
Pemeriksaan
(jika ada)

Tujuan Pemeriksaan Sasaran Pemeriksaan


PENYAJIAN
BAB GAMBARAN UMUM
Latar Struktur Mekanisme
Belakang Organisasi dan Prosedur Apa
Landasan sama
Sumber Daya Anggaran dengan
Hukum
Visi, Misi, TP
Positif??
dan Key
Capaian
Successful
Tujuan Kinerja
Factors
Stakeholders
Kegiatan
Tugas dan Informasi
Organisasi
Fungsi Lain
Entitas
PENYAJIAN ALTERNATIF
BAB HASIL PEMERIKSAAN
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

•Paragraf Pengantar •Paragraf Pengantar •Paragraf Pengantar


•Capaian, tanggapan entitas atas capaian •Temuan negatif, tanggapan entitas atas •A. Capaian dan Temuan Negatif
dan rekomendasi temuan negatif dan rekomendasi •Kriteria Utama 1
•Temuan negatif, tanggapan entitas atas •Capaian, tanggapan entitas atas capaian •a) Capaian, tanggapan entitas atas
temuan negatif dan rekomendasi dan rekomendasi capaian dan rekomendasi
•Simpulan •Simpulan •b) Temuan negatif, tanggapan entitas
•Tanggapan entitas atas simpulan dan •Tanggapan entitas atas simpulan dan atas temuan negatif dan rekomendasi
rekomendasi rekomendasi •Kriteria Utama 2
•a) Capaian, tanggapan entitas atas
capaian dan rekomendasi
•b) Temuan negatif, tanggapan entitas
atas temuan negatif dan rekomendasi
•B. Simpulan dan tanggapan entitas atas
simpulan dan rekomendasi
Temuan Pemeriksaan

Judul • Pengelolaan Pengaduan pada Kantor Pertanahan Kabupaten


“ABC” Telah Mendukung Pencapaian Tujuan Organisasi”
• “Penyusunan Perencanaan pada Direktorat “DEF” Telah Sesuai
Capaian dengan Ketentuan dan Dilaksanakan Secara Berjenjang”

Judul • Sebagian Besar Dasar Penempatan TKI Luar Negeri Tidak


Didukung MoU dan Moratorium Yang Tegas
• Evaluasi Pelatihan Berbasis Kompetensi yang Dilaksanakan BPN
Temuan Belum Sesuai Dengan Pedoma
CONTOH PARAGRAF PENGANTAR
Penyajian Temuan dan Capaian Pemeriksaan

Kondisi Kriteria Akibat Sebab

• Gambaran • Ukuran yang • Hubungan • Capaian:


situasi yang masuk akal yang jelas faktor yang
ada dan dapat dan logis membuat
• Capaian: dicapai untuk antara entitas
prestasi menilai aspek Kondisi mencapai
entitas 3E dengan Kriteria
• Temuan Kriteria • Temuan
negatif: • Dinyatakan negatif:
kelemahan/ secara jelas faktor
ketidaksesuai dan terinci penyebab
an tidak
tercapainya
Kriteria
Contoh
“Target Penetapan Pendapatan Pajak Belum disusun secara memadai”

Kondisi Target pendapatan pajak disusun berdasarkan rata-rata realisasi bulanan yang kemudian disetahunkan kemudian
ditambah/dikurang penyesuaian
Kriteria Target penetapan pajak dihitung berdasarkan perhitungan yang memadai

Akibat Perhitungan target pendapatn pajak restoran tidak menggambarkan potensi yang sebenarnya dan dapat dicapai oleh
Pemda
Sebab Belum ada pedoman untuk menghitung potensi pajak yang memuat analisis dan asumsi yang tepat
Penyajian Temuan
Pemeriksaan

Penyajian praktik terbaik sebagai kriteria di temuan Penyajian ”akibat” dan ”sebab”
negatif
Rekomendasi
memberikan
memperhatika nilai tambah selaras
n cost & dengan
benefit tujuan
pemeriksaan

KONSTRUK menghilangka
dapat
dilaksanakan TIF n sebab
utama dari
orientasi masalah
ditujukan ke pada
pihak tindakan
berwewenang nyata dan
spesifik
Kalimat Persuasif & Psikologi Perubahan
Entitas telah matang, memiliki SPI, SDM, dan lingkungan Entitas yang masih lemah dalam hal SPI, SDM, dan
organisasi yang kuat lingkungan organisasi , serta resisten terhadap
perubahan
Pertanyaan / Diskusi ?

147
148

Anda mungkin juga menyukai