Tugas Uas Hukum Investasi
Tugas Uas Hukum Investasi
BAB I
PENDAHULUAN
Cina merupakan negara terbesar di kawasan Asia Pasifik dan salah satu negara keempat
terluas di dunia, setelah Rusia, Kanada, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduknya yang saat
ini mencapai sekitar 1,3 milyar jiwa merupakan yang terbanyak di dunia, serta dapat
dikategorikan sebagai negara terpadat di muka bumi ini. Berdasarkan kondisi ini, terutama
dalam hal jumlah penduduk dan luas wilayahnya1, Cina memiliki modal yang cukup untuk
mengembangkan perekonomiannya, bahkan perekonomian Cina dapat dilihat sebagai sebuah
kekuatan ekonomi dengan skala satu benua bukan pada skala satu negara.
Republik Rakyat Cina berdiri sejak tanggal 1 Oktober 1949, Cina memproklamasikan
dirinya sebagai negara yang menganut ideologi sosialis, dengan pemimpin tertingginya
adalah Mao Zedong. Tahap awal pembaharuan Cina dimulai ketika Sidang Pleno Ketiga
Komite Sentral IX bulan Desember 1978, yang menetapkan kebijakan utama (kaifang
zhengce) untuk memajukan perekonomian Cina yaitu Cina yang membuka diri terhadap
dunia internasional. Kebijakan itu dikenal dengan nama Reformasi dan membuka diri
(Gaige Kaifang)2.
Gagasan yang bertujuan untuk mereformasi perekonomian di dalam negeri serta
mempromosikan ekspansi hubungan ekonomi Cina dengan negara-negara lain di dunia ini,
mulai memunculkan berbagai macam slogan di kalangan pemerintah dan kemudian menjadi
populer juga di masyarakat luas. Peningkatan kegiatan ekonomi rakyat dan dibukanya keran
investasi di Cina, menimbulkan dampak pada keterlibatan pihak asing dalam perekonomian
Cina. Pada periode ini mulai masuk modal asing untuk ditanamkan ke berbagai sektor di
Cina. Ini merupakan salah satu implementasi dari kebijakan keterbukaan yang
mengakibatkan gelombang kapitalisme menyerbu Cina3. Penerapan kebijakan tersebut
menjadikan Cina sebagai salah satu negara sasaran investasi negara-negara industri besar
dunia, seperti negara-negara Uni Eropa dan Amerika Utara. Bahkan negara-negara industry
maju di Asia Pasifik yang dikenal dengan sebutan NICs (New Industrialized Countries),
seperti Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan, dan Jepang juga turut menanamkan modalnya di
Cina.
Sejak awal pembentukannya, sistem hukum Cina terbangun oleh dua tradisi besar, yaitu
tatanan hukum yang bersumber dari ajaran filsafat confusionisme, yang bertumpu pada
pengabdian aturan-aturan hukum moral yang disebut dengan Li dan tatanan hukum yang
didasarkan atas undang-undang yang disebut dengan Fa terutama undang-undang pidana,
sebagai produk hukum yang diupayakan oleh para raja dengan bantuan ahli-ahli hukum.
Munculnya konsep Li dalam sistem hukum Cina, didasarkan pada struktur kemasyarakatan
Cina pada era kerajaan yang bertumpu pada etika yang bersumber dari tiga buah aliran
pemikiran, yaitu: Confusianisme, Taoisme dan Budhisme.
1
Luas daratan Cina yaitu 9,596,960 juta km2 dengan panjang garis perbatasan lebih dari 20.000 km. (Lihat dalam
Bai Shouyi, An Outline History of China, (Beijing: Foreign Language Press, 1982), hal. 1 dan CIA The World
Factbook)
2
I. Wibowo, Belajar dari Cina: Bagaimana Cina Merebut Peluang dalam Era Globalisasi, (Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2003) hal. 3
3
Poltak Partogi Nainggolan, Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping: Pasar Bebas dan Kapitalisme
Dihidupkan Lagi, (Jakarta: PT. Sinar Harapan, 1995), hal. 11
1
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA
2
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA
BAB II
PENJELASAN
Pemerintah Cina juga berperan dalam mengatur kebijakan ekonomi yang diterapkan di dalam
negeri, yaitu dengan menyesuaikan hukum-hukum yang ada dan melibatkan diri dalam
pemberian izin kepada para investor asing yang ingin mendirikan perusahaan di Cina.
Adapun proses penyesuaian hukum di Cina dalam mendukung adanya investasi asing yang
masuk adalah sebagai berikut:4
1) Pada tanggal 1 Juli 1979, Kongres Rakyat Nasional5 Kelima memberlakukan
Undang-Undang Republik Rakyat Cina tentang Usaha Patungan Cina-Asing (the Law
of the People's Republic of China on Chinese-Foreign Joint Ventures). Undang-
undang ini memberikan landasan untuk berinvestasi di Cina lewat usaha patungan.
Undang-undang ini juga mengatur struktur yang ada di sepanjang lini perusahaan,
baik dewan direksi, personil hukum, kewajiban perusahaan, maupun konstribusi yang
diberikan oleh masing-masing pihak ke dalam usaha patungan tersebut. Konsep ini
merupakan terobosan yang luar biasa dan belum pernah ada di Cina sebelumnya.
2) Pada tanggal 20 September 1983, Dewan Negara6 memberlakukan Peraturan
Pelaksanaan Usaha Patungan (Regulations for the Implementation of the Joint
Venture Law). Peraturan-peraturan ini memberikan rincian prosedural untuk
pembentukan usaha patungan, pengkontribusian modal, pengalihan teknologi, dan
pengoperasian dari dewan direksi.
3) Pada tanggal 4 April 1990, Kongres Rakyat Nasional Ketujuh Sidang Ketiga merevisi
Undang-Undang Usaha Patungan (the Law of the People's Republic of China on
Chinese-Foreign Joint Ventures) tahun 1979. Undang-undang ini direvisi untuk
memungkinkan pihak asing menunjuk seorang pimpinan tertinggi dari dewan direksi
dan berbagai pihak untuk ikut dalam sebuah usaha patungan, yang sebelumnya
dilarang menurut Undang-Undang Usaha Patungan (the Law of the People's Republic
of China on Chinese-Foreign Joint Ventures) tahun 1979.
4) Sebelum Undang-Undang Usaha Patungan tahun 1979 direvisi, Peraturan Pelaksanan
Usaha Patungan (Regulations for the Implementation of the Joint Venture Law) juga
direvisi pada tanggal 15 Januari 1986 oleh Dewan Negara. Ini dilakukan untuk
memungkinkan adanya usaha patungan yang beroperasi selama lima puluh tahun
(sebelumnya dibatasi hanya selama dua puluh tahun).
4
Laurence J. Brahm, China’s Century (Abadnya Tiongkok): Bangkitnya Kekuatan Ekonomi Berikutnya, Alvin
Saputra (Penerjemah), (Batam: Penerbit Interaksara, 2002), hal. 177-180
5
Kongres Rakyat Nasional RRC adalah lembaga tertinggi negara di mana terdapat wakil-wakil rakyat yang dipilih
oleh rakyat. Lembaga ini merupakan lembaga tertingi di Cina, tempat UUD maupun UU ditetapkan, presiden mapun
perdana menteri dipilih, dsb.
6
Dewan Negara RRC adalah instansi administrasi negara tertinggi yang melaksanakan UU yang ditetapkan oleh
Kongres Rakyat Nasional RRC serta Komite tetap dan resolusi yan diluluskannya, bertanggung jawab terhadap dan
melaporkan pekerjaan kepada Kongres Rakyat Nasional RRC beserta Komite tetapnya. Dewan Negara berhak
menetapkan peraturan administrasi, menegeluarkan keputusan dan perintah. Dewan Negara terdiri dari perdana
menteri, 4 wakil perdana menteri, 5 penasehat negera, anggota dewan negara, berbagai menteri, menteri berbagai
komisi, auditor jenderal dan Sekretaris Jenderal.
3
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA
7
Peraturan ini direvisi lagi pada Pertemuan Kedelapan belas Komite Harian Kongres Rakyat Nasional
(18th Meeting of the Standing Committee of the National People's Congress) lihat di http://www.china-
tax.net/law/doc/FIE-n-company-law/PRC-Law-on-WFOE-2000.doc
8
World Investment Report, Unctad. 2003
9
Hideo Ohashi, ―China‘s Regional Trade and Investment Profile‖, dlm. David Shambaugh (ed.), Power Shift
(2005), hal. 71
4
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA
5
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA
6
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA
Arus FDI ke China didominasi oleh negara-negara Asia. Arus FDI dari negara-negara
maju, yang selama ini dipersepsikan sebagai penyumbang terbesar investasi asing di negara
China, hanya mencakup kurang dari 20 persen. Tercatat sebesar 60 persen dari total FDI ke
China berasal dari negara-negara seperti Hongkong, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan
Singapura. Di susul kemudian Virgin Islands, Amerika Serikat, Cayman Islands, Jerman, dan
Samoa Barat. Hongkong memainkan peran tersendiri terhadap kebijakan membuka diri
China. Sebagai pelabuhan bebas terbesar dan pusat finansial internasional, Hongkong telah
menjadi lorong utama yang menghubungkan Cina dengan pasar dunia. Lebih dari sepertiga
ekspor Cina dijalankan oleh perusahaan-perusahaan Hongkong, dan hampir setengah FDI
dibawa dari dan melalui Hongkong. Investor-investor yang berasal dari Taiwan, Jepang, AS,
negara-negara Eropa mayoritas memperoleh jalan mereka ke Cina melalui Hongkong.
Investasi perusahaan-perusahaan Hong Kong dan Taiwan di Cina telah meningkat tajam.
Taiwan berinvestasi di bidang produk makanan dan grosiran di Cina, sementara sebagian
besar perusahaan Hongkong berinvestasi di sektor real estate, infrastruktur, distribusi dan
perbankan di Cina. Berikut daftar Perjanjian Investasi Bilateral Negara Cina sejak Tahun
2009 hingga Tahun 201511:
BAB III
11
https://investmentpolicy.unctad.org/international-investment-agreements/countries/42/china
7
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA
KESIMPULAN
Kebijakan membuka diri terhadap dunia internasional telah memainkan peran yang
sangat penting terhadap proses modernisasi Cina. Modernisasi Cina memerlukan input dalam
jumlah besar, meliputi modal, teknologi, prasarana dan manajemen modern yang lebih maju.
Cara terbaik untuk menyerap semua itu adalah dengan membuka diri. Hampir di semua
negara, khususnya negara berkembang membuka kran investasi dan membutuhkan modal
asing. Modal asing merupakan suatu hal yang semakin penting bagi pembangunan suatu
negara. Sehingga kehadiran investor asing sangat dibutuhkan. Kehadiran investor asing
sangat dipengaruhi oleh kondisi internal suatu negara, seperti stabilitas ekonomi, politik
negara, dan penegakan hukum.
Penanaman modal asing memberikan keuntungan kepada semua pihak, tidak hanya bagi
investor saja, tetapi juga bagi perekonomian negara tempat modal itu ditanamkan serta bagi
negara para investor. Pemerintah negara menetapkan bidang-bidang usaha yang memerlukan
penanaman modal dengan berbagai peraturan. Selain itu pemerintah juga menentukan
besarnya modal dan perbandingan antara modal nasional dan modal asing. Hal ini dilakukan
agar penanaman modal tersebut dapat diarahkan pada suatu tujuan yang hendak dicapai.
Melalui modal asing yang besar, Cina akan dapat memanfaatkan hal tersebut untuk
membangun industri-industri baru yang berdampak pada terbukanya lapangan pekerjaan bagi
rakyat Cina karena pasar yang dimiliki Cina dengan jumlah penduduk terbesar didunia akan
mendorong negara manapun untuk menjalin kerjasama dengan negara Cina.
Tampaknya Cina sedang melancarkan strategi baru, yang disebut para ahli sebagai
Charm offenssive. Strategi ini merupakan cara Cina dalam menanamkan pengaruhnya untuk
menarik dan meyakinkan, serta tanpa melalui pemaksaan kekuasaan militer, melainkan
melalui budaya, nilai-nilai politik bangsa, dan kebijakan luar negeri.12 Strategi ini dijalankan
Cina dalam rangka untuk mengambil simpati dan meningkatkan citranya di Asia, termasuk
Indonesia ketika Cina memutuskan untuk tidak mendevaluasi mata uangnya, yang dianggap
pemerintah Cina bahwa mendevaluasi mata uang negara-negara Asia yang terkena krisis
akan semakin menjatuhkan nilai mata uang tersebut.13
12
Joseph S Nye Jr, Soft Power: The Means to Success in World Politics, (New York: Public Affairs, 2004), hal. 5-
11.
13
Natalia Soebagjo, “Tebar Pesona di Indonesia: Cara Cina Mengambil Hati Indonesia”, dalam I. Wibowo (ed),
Merangkul Cina: Hubungan Cina-Indonesia Pasca-Soeharto, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), hal.
110.
8
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA
DAFTAR PUSTAKA
Bai Shouyi. 1982. An Outline History of China. Beijing: Foreign Language Press.
Hideo Ohashi. 2005. China‘s Regional Trade and Investment Profile dlm. David
Shambaugh (ed.). Power Shift.
Joseph S Nye Jr. 2004. Soft Power: The Means to Success in World Politics. New York:
Public Affairs.
Nainggolan Poltak Partogi. 1995. Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping: Pasar
Bebas dan Kapitalisme Dihidupkan Lagi. Jakarta: PT. Sinar Harapan.
Soebagjo Natalia. 2009. “Tebar Pesona di Indonesia: Cara Cina Mengambil Hati
Indonesia”, dalam I. Wibowo (ed), Merangkul Cina: Hubungan Cina-Indonesia Pasca-
Soeharto. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo I. 2003. Belajar dari Cina: Bagaimana Cina Merebut Peluang dalam Era
Globalisasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Website:
http://www.china-tax.net/law/doc/FIE-n-company-law/PRC-Law-on-WFOE-2000.doc
https://www.jonesday.com/en/insights/2018/08/china-simplifies-negative-list-in-further-
easing-o
https://investmentpolicy.unctad.org/international-investment-agreements/countries/42/
china