Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

FOREIGN DIRECT INVESTMENT


NEGARA CINA

BAB I
PENDAHULUAN

Cina merupakan negara terbesar di kawasan Asia Pasifik dan salah satu negara keempat
terluas di dunia, setelah Rusia, Kanada, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduknya yang saat
ini mencapai sekitar 1,3 milyar jiwa merupakan yang terbanyak di dunia, serta dapat
dikategorikan sebagai negara terpadat di muka bumi ini. Berdasarkan kondisi ini, terutama
dalam hal jumlah penduduk dan luas wilayahnya1, Cina memiliki modal yang cukup untuk
mengembangkan perekonomiannya, bahkan perekonomian Cina dapat dilihat sebagai sebuah
kekuatan ekonomi dengan skala satu benua bukan pada skala satu negara.
Republik Rakyat Cina berdiri sejak tanggal 1 Oktober 1949, Cina memproklamasikan
dirinya sebagai negara yang menganut ideologi sosialis, dengan pemimpin tertingginya
adalah Mao Zedong. Tahap awal pembaharuan Cina dimulai ketika Sidang Pleno Ketiga
Komite Sentral IX bulan Desember 1978, yang menetapkan kebijakan utama (kaifang
zhengce) untuk memajukan perekonomian Cina yaitu Cina yang membuka diri terhadap
dunia internasional. Kebijakan itu dikenal dengan nama Reformasi dan membuka diri
(Gaige Kaifang)2.
Gagasan yang bertujuan untuk mereformasi perekonomian di dalam negeri serta
mempromosikan ekspansi hubungan ekonomi Cina dengan negara-negara lain di dunia ini,
mulai memunculkan berbagai macam slogan di kalangan pemerintah dan kemudian menjadi
populer juga di masyarakat luas. Peningkatan kegiatan ekonomi rakyat dan dibukanya keran
investasi di Cina, menimbulkan dampak pada keterlibatan pihak asing dalam perekonomian
Cina. Pada periode ini mulai masuk modal asing untuk ditanamkan ke berbagai sektor di
Cina. Ini merupakan salah satu implementasi dari kebijakan keterbukaan yang
mengakibatkan gelombang kapitalisme menyerbu Cina3. Penerapan kebijakan tersebut
menjadikan Cina sebagai salah satu negara sasaran investasi negara-negara industri besar
dunia, seperti negara-negara Uni Eropa dan Amerika Utara. Bahkan negara-negara industry
maju di Asia Pasifik yang dikenal dengan sebutan NICs (New Industrialized Countries),
seperti Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan, dan Jepang juga turut menanamkan modalnya di
Cina.
Sejak awal pembentukannya, sistem hukum Cina terbangun oleh dua tradisi besar, yaitu
tatanan hukum yang bersumber dari ajaran filsafat confusionisme, yang bertumpu pada
pengabdian aturan-aturan hukum moral yang disebut dengan Li dan tatanan hukum yang
didasarkan atas undang-undang yang disebut dengan Fa terutama undang-undang pidana,
sebagai produk hukum yang diupayakan oleh para raja dengan bantuan ahli-ahli hukum.
Munculnya konsep Li dalam sistem hukum Cina, didasarkan pada struktur kemasyarakatan
Cina pada era kerajaan yang bertumpu pada etika yang bersumber dari tiga buah aliran
pemikiran, yaitu: Confusianisme, Taoisme dan Budhisme.
1
Luas daratan Cina yaitu 9,596,960 juta km2 dengan panjang garis perbatasan lebih dari 20.000 km. (Lihat dalam
Bai Shouyi, An Outline History of China, (Beijing: Foreign Language Press, 1982), hal. 1 dan CIA The World
Factbook)
2
I. Wibowo, Belajar dari Cina: Bagaimana Cina Merebut Peluang dalam Era Globalisasi, (Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2003) hal. 3
3
Poltak Partogi Nainggolan, Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping: Pasar Bebas dan Kapitalisme
Dihidupkan Lagi, (Jakarta: PT. Sinar Harapan, 1995), hal. 11

1
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA

Li merupakan seperangkat aturan-aturan kepatutan dan kesopanan yang harus diindahkan


oleh manusia yang jujur. Dengan demikian Li lebih menampakan dirinya sebagi sebuah kode
etika dalam pergaulan (aturan-aturan moral). Aturan-aturan hidup yang disebut Li bukanlah
sebuah ketentuan yang berlaku umum, Li memiliki substansi yang berbeda-beda mengikuti
bentuk hubungan dan golongan dari orang-orang yang harus menerapkannya. Meskipun
demikian terdapat satu ketentuan yang berlaku umum di dalam Li, yaitu adanya penetapan,
bahwa manusia pada dasarnya tidak mempunyai hak-hak subyektif, akan tetapi hanya
memiliki kewajiban-kewajiban, baik kewajiban terhadap atasan-atasan mereka, maupun
terhadap masyarakat. Dengan menjunjung tinggi moral, maka manusia akan berada dalam
kesempurnaan sehingga manusia tidak perlu lagi berpedoman pada hukum. Menurutnya
hukum tertulis yang dibuat oleh para pembentuk hukum (kaum legalis) menjadikan manusia
memiliki perilaku yang buruk. Hukum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang jahat,
hukum menjadikan manusia bersikap tamak dan serakah. Manusia yang telah mencapai
kesempurnaan moralitas tidak akan membutuhkan hukum dalam hidupnya. Pemikiran
Confucius tersebut dilandasi oleh sebuah keyakinan bahwa pada dasarnya manusia dilahirkan
dalam keadaan baik, sehingga ia karena terdapatnya atau telah tertanamnya moral dalam
dirinya sejak manusia itu lahir Pada abad III M, terutama di zaman Dinasti Tsyin (256-207),
ajaran Confusionisme, terutama ajaran Li ini diserang habis-habisan oleh kaum ahli-ahli
hukum atau para legis, yang mendasarkan pada pandangan bahwa Fa artinya undang-
undang, terutama undang-undang hukum pidana, sangat diperlukan bagi rakyat. Apa yang
dikenal dengan fa-cia (madzab undang-undang/madzab kaum legis) berkembang pesat
terutama pada pemerintahan Kaisar Ch’in Shih Huang-Ti, yang pada tahun 221 SM
mewujudkan persatuan dan kesatuan semua wilayah Cina, dan kemudian diteruskan oleh
Mao Tse Tung serta pimpinan partai komunis. Setelah Cina melewati fase sistem hukum
tradisional, barulah memasuki fase system hukum modern di masa Republik.
Pada masa ini Undang Undang Dasar yang dibuat sejak tahun 1954, kemudian diganti
dengan sebuah Undang-undang Dasar baru yang telah dipersiapkan sejak tahun 1970 dan
dirampungkan serta dikeluarkan pada tahun 1975. UUD ini lebih ringkas dibandingkan
dengan yang dikeluarkan pertama (hanya 30 pasal, sedangkan UUD yang lama berisi 106
pasal). UUD baru ini di satu sisi berupaya untuk menyederhanakan struktur kenegaaraan,
sedangkan di sisi lain meletakan dasar konstitusional bagi partai komunis. Dengan demikian
Republik Rakyat China menjadi negara sosialis dengan nama ”diktatur ploretariat“, yang
didalamnya kekuasaan negara diletakkan dibawah pimpinan partai komunis.
Undang-undang Dasar tahun 1975 ini, kemudian diamandemen pada bulan Maret tahun
1975 (60 pasal), yang kemudian diganti lagi oleh UUD 1982, namun perubahan-perubahan
yang diadakan relatif sedikit. Dianutnya kembali sub sistem Fa di China, tidaklah
menyebabkan hukum (undang-undang) berperan sebagai panglima. Sekitar tahun-tahun
1972-1976 hukum justru ditempatkan secara subordinatif dan hanya menjadi alat tujuan-
tujuan politik. Demikian pula di bidang hukum privat. Meskipun telah diakui adanya
kepemilikian tanah, akan tetapi struktur kepemlikian tersebut mendasarkan pada hak milik
marxisme, dengan tekanan pada hak milik negara sosialis dan kolektif.

2
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA

BAB II
PENJELASAN

2.1 Dinamika Peraturan Di Cina

Pemerintah Cina juga berperan dalam mengatur kebijakan ekonomi yang diterapkan di dalam
negeri, yaitu dengan menyesuaikan hukum-hukum yang ada dan melibatkan diri dalam
pemberian izin kepada para investor asing yang ingin mendirikan perusahaan di Cina.
Adapun proses penyesuaian hukum di Cina dalam mendukung adanya investasi asing yang
masuk adalah sebagai berikut:4
1) Pada tanggal 1 Juli 1979, Kongres Rakyat Nasional5 Kelima memberlakukan
Undang-Undang Republik Rakyat Cina tentang Usaha Patungan Cina-Asing (the Law
of the People's Republic of China on Chinese-Foreign Joint Ventures). Undang-
undang ini memberikan landasan untuk berinvestasi di Cina lewat usaha patungan.
Undang-undang ini juga mengatur struktur yang ada di sepanjang lini perusahaan,
baik dewan direksi, personil hukum, kewajiban perusahaan, maupun konstribusi yang
diberikan oleh masing-masing pihak ke dalam usaha patungan tersebut. Konsep ini
merupakan terobosan yang luar biasa dan belum pernah ada di Cina sebelumnya.
2) Pada tanggal 20 September 1983, Dewan Negara6 memberlakukan Peraturan
Pelaksanaan Usaha Patungan (Regulations for the Implementation of the Joint
Venture Law). Peraturan-peraturan ini memberikan rincian prosedural untuk
pembentukan usaha patungan, pengkontribusian modal, pengalihan teknologi, dan
pengoperasian dari dewan direksi.
3) Pada tanggal 4 April 1990, Kongres Rakyat Nasional Ketujuh Sidang Ketiga merevisi
Undang-Undang Usaha Patungan (the Law of the People's Republic of China on
Chinese-Foreign Joint Ventures) tahun 1979. Undang-undang ini direvisi untuk
memungkinkan pihak asing menunjuk seorang pimpinan tertinggi dari dewan direksi
dan berbagai pihak untuk ikut dalam sebuah usaha patungan, yang sebelumnya
dilarang menurut Undang-Undang Usaha Patungan (the Law of the People's Republic
of China on Chinese-Foreign Joint Ventures) tahun 1979.
4) Sebelum Undang-Undang Usaha Patungan tahun 1979 direvisi, Peraturan Pelaksanan
Usaha Patungan (Regulations for the Implementation of the Joint Venture Law) juga
direvisi pada tanggal 15 Januari 1986 oleh Dewan Negara. Ini dilakukan untuk
memungkinkan adanya usaha patungan yang beroperasi selama lima puluh tahun
(sebelumnya dibatasi hanya selama dua puluh tahun).
4
Laurence J. Brahm, China’s Century (Abadnya Tiongkok): Bangkitnya Kekuatan Ekonomi Berikutnya, Alvin
Saputra (Penerjemah), (Batam: Penerbit Interaksara, 2002), hal. 177-180
5
Kongres Rakyat Nasional RRC adalah lembaga tertinggi negara di mana terdapat wakil-wakil rakyat yang dipilih
oleh rakyat. Lembaga ini merupakan lembaga tertingi di Cina, tempat UUD maupun UU ditetapkan, presiden mapun
perdana menteri dipilih, dsb.
6
Dewan Negara RRC adalah instansi administrasi negara tertinggi yang melaksanakan UU yang ditetapkan oleh
Kongres Rakyat Nasional RRC serta Komite tetap dan resolusi yan diluluskannya, bertanggung jawab terhadap dan
melaporkan pekerjaan kepada Kongres Rakyat Nasional RRC beserta Komite tetapnya. Dewan Negara berhak
menetapkan peraturan administrasi, menegeluarkan keputusan dan perintah. Dewan Negara terdiri dari perdana
menteri, 4 wakil perdana menteri, 5 penasehat negera, anggota dewan negara, berbagai menteri, menteri berbagai
komisi, auditor jenderal dan Sekretaris Jenderal.

3
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA

5) Setelah revisi Undang-Undang Usaha Patungan 1979 diberlakukan, banyak usaha


patungan berdasarkan kontrak dibentuk dengan struktur kemitraaan. Oleh karena
tidak adanya undang-undang yang spesifik, usaha-usaha ini tidak terlalu mengikuti
konsep-konsep yang dipaparkan dalam Undang-Undang Usaha Patungan. Untuk
menjawab kekosongan dalam perundangan ini, maka pada tanggal 13 April 1988,
Kongres Rakyat Nasional Ketujuh memberlakukan undang-undang mengenai Usaha
Patungan Koperasi Cina-Asing (Chinese-Foreign Cooperation Joint Venture/Zhong
Wai Hezuo Qiye) dan diamandemen lagi pada Kongres Rakyat Nasional Kesembilan
pada tanggal 31 Oktober 2000.
6) Kongres Rakyat Nasional Keenam Sidang Keempat memberlakukan undang-undang
mengenai Usaha Investasi yang Sepenuhnya Milik Asing (Wholly Foreign-Owned
Investment Enterprises/Duzi Qiye) pada tanggal 12 April 1986. Undang- undang ini
memperbolehkan usaha-usaha kepemilikan asing didirikan di dalam negeri dan
membentuk perusahaan-perusahaan induk yang sepenuhnya dimiliki asing untuk
mengendalikan modal serta manajemen dalam berbagai investasi di Cina.7
Untuk lebih menjelaskan prosedur dalam mendirikan sebuah usaha investasi asing di
Cina, pemerintah Cina menerapkan sejumlah peraturan yang dapat menjawab berbagai
persoalan, seperti manajemen tenaga kerja, pendaftaran usaha patungan, dan kontribusi
modal. Liberalisasi serta kelonggaran terhadap batasan-batasan dalam penanaman modal dan
pendirian perusahaan-perusahaan di Cina, adalah sejalan dengan keinginan Cina untuk
menerapkan kebijakan reformasi dan membuka diri dan mewujudkan keinginan Cina untuk
dapat bergabung dalam keanggotaan WTO.
Adanya revisi dalam berbagai peraturan investasi di Cina, menyebabkan banyak
perusahaan asing yang sebelumnya berinvestasi di negara-negara Asia lain melirik pasar
dalam negeri Cina dan merelokasikan dananya ke Cina. Ini terjadi karena dengan memiliki
jumlah penduduk terbanyak di dunia, Cina otomatis menjadi sebuah pasar raksasa yang
menggiurkan, sehingga menyebabkan perusahaan- perusahaan asing tersebut tidak mau
kehilangan kesempatannya dalam berkompetisi di pasar dalam negeri Cina. Keadaan ini
akhirnya menjadikan Cina sebagai negara penerima investasi asing (host country) terbesar8
dan perekonomian keenam terbesar9 di dunia pada tahun 2002. Di lain pihak, dengan
masuknya perusahaan-perusahaan asing tersebut ke pasar dalam negeri Cina, juga memberi
peluang bagi Cina untuk melakukan alih teknologi karena perusahaan-perusahaan asing
tersebut selain membawa modal juga membawa teknologi yang dimilikinya ke Cina. Selain
itu kehadiran merek juga dimanfaatkan pula oleh pihak Cina untuk mengembangkan
perusahaan-perusahaan Cina terutama Perusahaan Milik Negara (PMN).

7
Peraturan ini direvisi lagi pada Pertemuan Kedelapan belas Komite Harian Kongres Rakyat Nasional
(18th Meeting of the Standing Committee of the National People's Congress) lihat di http://www.china-
tax.net/law/doc/FIE-n-company-law/PRC-Law-on-WFOE-2000.doc
8
World Investment Report, Unctad. 2003
9
Hideo Ohashi, ―China‘s Regional Trade and Investment Profile‖, dlm. David Shambaugh (ed.), Power Shift
(2005), hal. 71

4
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA

2.2 Sektor Investasi Di Cina


Hingga saat ini, perusahaan di Cina memiliki tiga sektor utama dalam melakukan
investasi, yaitu sumber daya alam (SDA) yang meliputi energi dan bahan baku, perdagangan,
dan teknologi informasi (information technology). Hal ini ditujukan untuk dapat mendukung
program pembanguan ekonominya dan mengembangkan perusahaan-perusahaannya. Tidak
hanya itu, Otoritas Tiongkok telah mengeluarkan Daftar Negatif singkat, di mana
pembatasan kepemilikan asing telah dihapus atau dilonggarkan dalam industri tertentu,
termasuk jasa keuangan, otomotif, transportasi, listrik, dan sumber daya. Komisi Reformasi
dan Pembangunan Nasional China (NDRC) dan MOFCOM merilis versi singkat dari
"Tindakan Administrasi Khusus Masuk Pasar Investasi Asing" ("Daftar Negatif") pada 28
Juni 2018. Versi singkat Daftar Negatif mulai berlaku pada 28 Juli 2018.
Namun, di bawah sistem Daftar Negatif, hanya investasi dalam kategori industri yang dirinci
dalam Daftar Negatif yang dilarang untuk investasi asing atau harus disetujui oleh
MOFCOM. (Pembatasan tambahan juga diberlakukan untuk beberapa industri yang
dicantumkan dalam Daftar Negatif, termasuk batasan kepemilikan asing, yang mensyaratkan
usaha patungan Sino-asing dan / atau kendali Cina atas usaha patungan tersebut, atau
mengharuskan personil manajemen tertentu untuk menjadi warga negara Tiongkok.)
Investasi asing dalam industri apa pun yang tidak disebut dalam Daftar Negatif akan
menerima perlakuan nasional, sehingga hanya pengarsipan catatan dengan MOFCOM dan
Administrasi Industri dan Perdagangan setempat akan mencukupi (kecuali undang-undang
lain melarang atau menempatkan pembatasan pada proyek semacam itu untuk asing dan
investor domestik sama).
Daftar Negatif yang direvisi10 diuraikan dalam tabel di bawah ini.

Sektor Bisnis Keterangan


Layanan Keuangan Seorang investor asing tidak lagi terbatas pada
kepemilikan saham 20 persen (atau kepemilikan saham
agregat oleh investor asing sebesar 25 persen) di bank
domestik. Selanjutnya, mulai tahun 2018, perusahaan
asing dapat memiliki 51 persen saham pengendali
dalam usaha patungan yang bergerak di bidang
sekuritas, pengelolaan dana, masa depan, dan bisnis
asuransi jiwa, dan semua batasan kepemilikan asing
akan dihapus untuk usaha semacam itu pada tahun
2021.
Pabrikan Mobil Batas kepemilikan asing dan batasan jumlah entitas
manufaktur yang akan didirikan di Cina tidak akan lagi
10
https://www.jonesday.com/en/insights/2018/08/china-simplifies-negative-list-in-further-easing-o

5
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA

berlaku untuk produsen kendaraan "energi baru"


(seperti mobil listrik) dan "kendaraan tujuan khusus"
mulai tahun 2018. Batas kepemilikan asing akan
dihapus untuk produsen kendaraan komersial pada
tahun 2020 dan untuk kendaraan penumpang pada
tahun 2022. Batas dua entitas manufaktur akan dihapus
secara keseluruhan pada tahun 2022.
POM bensin Sebelumnya, setiap perusahaan investasi asing yang
mengoperasikan lebih dari 30 pompa bensin lokal dan
menjual berbagai merek dan jenis bensin yang
diperoleh dari pemasok yang berbeda harus dimiliki
oleh mayoritas orang Cina. Pembatasan ini telah
dihapus.
Kereta api Persyaratan untuk kontrol Tiongkok atas entitas
investasi asing yang terlibat dalam pembangunan dan
pengoperasian jaringan jalur kereta api, serta
transportasi penumpang kereta api, telah dihapus
Kapal dan Pesawat Udara Persyaratan untuk kontrol mayoritas Tiongkok atas
entitas yang diinvestasikan asing yang terlibat dalam
desain, konstruksi, dan pemeliharaan kapal dan jenis
pesawat tertentu (seperti pesawat trunk, pesawat
regional, helikopter tertentu, dan drone), atau dalam hal
pesawat tujuan umum, persyaratan untuk usaha
patungan Sino-asing, telah dihapus
Pengiriman Perusahaan angkutan kapal internasional yang didirikan
di China tidak lagi diharuskan menjadi perusahaan
patungan Sino-asing. Selain itu, agen pelayaran
internasional tidak lagi diharuskan untuk dikendalikan
oleh orang Cina.
Kekuasaan Persyaratan untuk kontrol Cina atas entitas investasi
asing yang terlibat dalam membangun dan
mengoperasikan jaringan listrik telah dihapus.
Penambangan dan Sumber Daya Pembatasan kepemilikan asing telah dihapus
sehubungan dengan eksplorasi dan penambangan
sumber daya batubara khusus dan langka dan grafit,
peleburan dan pemisahan tanah jarang, dan peleburan
tungsten.

2.3 Perjanjian Investasi Bilateral Negara Cina

6
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA

Arus FDI ke China didominasi oleh negara-negara Asia. Arus FDI dari negara-negara
maju, yang selama ini dipersepsikan sebagai penyumbang terbesar investasi asing di negara
China, hanya mencakup kurang dari 20 persen. Tercatat sebesar 60 persen dari total FDI ke
China berasal dari negara-negara seperti Hongkong, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan
Singapura. Di susul kemudian Virgin Islands, Amerika Serikat, Cayman Islands, Jerman, dan
Samoa Barat. Hongkong memainkan peran tersendiri terhadap kebijakan membuka diri
China. Sebagai pelabuhan bebas terbesar dan pusat finansial internasional, Hongkong telah
menjadi lorong utama yang menghubungkan Cina dengan pasar dunia. Lebih dari sepertiga
ekspor Cina dijalankan oleh perusahaan-perusahaan Hongkong, dan hampir setengah FDI
dibawa dari dan melalui Hongkong. Investor-investor yang berasal dari Taiwan, Jepang, AS,
negara-negara Eropa mayoritas memperoleh jalan mereka ke Cina melalui Hongkong.
Investasi perusahaan-perusahaan Hong Kong dan Taiwan di Cina telah meningkat tajam.
Taiwan berinvestasi di bidang produk makanan dan grosiran di Cina, sementara sebagian
besar perusahaan Hongkong berinvestasi di sektor real estate, infrastruktur, distribusi dan
perbankan di Cina. Berikut daftar Perjanjian Investasi Bilateral Negara Cina sejak Tahun
2009 hingga Tahun 201511:

No Judul Perjanjian Pihak Tanggal Penandatangan


1. China - Turkey BIT (2015) Turkey 29/07/2015
2. China - United Republic of United 24/03/2013
Tanzania BIT (2013) Republic of
Tanzania
3. Canada - China BIT (2012) Canada 09/09/2012
4. China - Congo, Democratic Congo 11/08/2011
Republic of the BIT (2011)
5. China - Uzbekistan BIT Uzbekistan 19/04/2011
(2011)
6. China - Libya BIT (2010) Libya 04/08/2010
7. Chad - China BIT (2010) Chad 26/04/2010
8. Bahamas - China BIT Bahamas 04/09/2009
(2009)
9. China - Malta BIT (2009) Malta 22/02/2009
10. China - Mali BIT (2009) Mali 12/02/2009
Sumber: https://investmentpolicy.unctad.org/international-investment-agreements/countries/42/china

BAB III
11
https://investmentpolicy.unctad.org/international-investment-agreements/countries/42/china

7
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA

KESIMPULAN

Kebijakan membuka diri terhadap dunia internasional telah memainkan peran yang
sangat penting terhadap proses modernisasi Cina. Modernisasi Cina memerlukan input dalam
jumlah besar, meliputi modal, teknologi, prasarana dan manajemen modern yang lebih maju.
Cara terbaik untuk menyerap semua itu adalah dengan membuka diri. Hampir di semua
negara, khususnya negara berkembang membuka kran investasi dan membutuhkan modal
asing. Modal asing merupakan suatu hal yang semakin penting bagi pembangunan suatu
negara. Sehingga kehadiran investor asing sangat dibutuhkan. Kehadiran investor asing
sangat dipengaruhi oleh kondisi internal suatu negara, seperti stabilitas ekonomi, politik
negara, dan penegakan hukum.
Penanaman modal asing memberikan keuntungan kepada semua pihak, tidak hanya bagi
investor saja, tetapi juga bagi perekonomian negara tempat modal itu ditanamkan serta bagi
negara para investor. Pemerintah negara menetapkan bidang-bidang usaha yang memerlukan
penanaman modal dengan berbagai peraturan. Selain itu pemerintah juga menentukan
besarnya modal dan perbandingan antara modal nasional dan modal asing. Hal ini dilakukan
agar penanaman modal tersebut dapat diarahkan pada suatu tujuan yang hendak dicapai.
Melalui modal asing yang besar, Cina akan dapat memanfaatkan hal tersebut untuk
membangun industri-industri baru yang berdampak pada terbukanya lapangan pekerjaan bagi
rakyat Cina karena pasar yang dimiliki Cina dengan jumlah penduduk terbesar didunia akan
mendorong negara manapun untuk menjalin kerjasama dengan negara Cina.
Tampaknya Cina sedang melancarkan strategi baru, yang disebut para ahli sebagai
Charm offenssive. Strategi ini merupakan cara Cina dalam menanamkan pengaruhnya untuk
menarik dan meyakinkan, serta tanpa melalui pemaksaan kekuasaan militer, melainkan
melalui budaya, nilai-nilai politik bangsa, dan kebijakan luar negeri.12 Strategi ini dijalankan
Cina dalam rangka untuk mengambil simpati dan meningkatkan citranya di Asia, termasuk
Indonesia ketika Cina memutuskan untuk tidak mendevaluasi mata uangnya, yang dianggap
pemerintah Cina bahwa mendevaluasi mata uang negara-negara Asia yang terkena krisis
akan semakin menjatuhkan nilai mata uang tersebut.13

12
Joseph S Nye Jr, Soft Power: The Means to Success in World Politics, (New York: Public Affairs, 2004), hal. 5-
11.
13
Natalia Soebagjo, “Tebar Pesona di Indonesia: Cara Cina Mengambil Hati Indonesia”, dalam I. Wibowo (ed),
Merangkul Cina: Hubungan Cina-Indonesia Pasca-Soeharto, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), hal.
110.

8
LAPORAN
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
NEGARA CINA

DAFTAR PUSTAKA

Alvin Saputra (Penerjemah). 2002. China’s Century (Abadnya Tiongkok): Bangkitnya


Kekuatan Ekonomi Berikutnya (Brahm Laurence J). Batam: Penerbit Interaksara.

Bai Shouyi. 1982. An Outline History of China. Beijing: Foreign Language Press.

Hideo Ohashi. 2005. China‘s Regional Trade and Investment Profile dlm. David
Shambaugh (ed.). Power Shift.

Joseph S Nye Jr. 2004. Soft Power: The Means to Success in World Politics. New York:
Public Affairs.

Nainggolan Poltak Partogi. 1995. Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping: Pasar
Bebas dan Kapitalisme Dihidupkan Lagi. Jakarta: PT. Sinar Harapan.

Soebagjo Natalia. 2009. “Tebar Pesona di Indonesia: Cara Cina Mengambil Hati
Indonesia”, dalam I. Wibowo (ed), Merangkul Cina: Hubungan Cina-Indonesia Pasca-
Soeharto. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wibowo I. 2003. Belajar dari Cina: Bagaimana Cina Merebut Peluang dalam Era
Globalisasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

World Investment Report, Unctad. 2003.

Website:
http://www.china-tax.net/law/doc/FIE-n-company-law/PRC-Law-on-WFOE-2000.doc

https://www.jonesday.com/en/insights/2018/08/china-simplifies-negative-list-in-further-
easing-o

https://investmentpolicy.unctad.org/international-investment-agreements/countries/42/
china

Anda mungkin juga menyukai