Wawasan Kebangsaan
Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri bangsa (founding
fathers) mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok atau golongan.
Sejak awal pergerakan nasional, kesepakatan-kesepakatan tentang kebangsaan terus
berkembang hinggga menghasilkan 4 (empat) konsensus dasar Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan Indonesia sebagai alat pemersatu, identitas, kehormatan dan
kebanggaan bersama.
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan
kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD
NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan
sejahtera.
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila, dan
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam
tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi
negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari
berbagai Ancaman.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada
warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta menanamkan nilai dasar
Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan yang ditujukan bagi Warga
Negara yang bekerja pada : lembaga Negara, kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian dan pemerintah daerah, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, badan usaha milik negaralbadan usaha milik daerah, badan usaha swasta,
dan badan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan memuat
perubahan penting dalam penyelenggaran birokrasi pemerintahan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Mengenai jenis produk hukum dalam administrasi pemerintahan;
2. Pejabat pemerintahan mempunyai hak untuk diskresi;
3. Memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam menjalankan tugasnya.
Dalam UU tersebut, beberapa pengertian penting yang dimuat di dalamnya adalah sebagai
berikut:
1. Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalam pengambilan keputusan dan/atau
tindakan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan adalah unsur yang melaksanakan Fungsi
Pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara lainnya;
2. Keputusan Administrasi Pemerintahan yang juga disebut Keputusan Tata Usaha Negara atau
Keputusan Administrasi Negara adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan;
3. Tindakan Administrasi Pemerintahan adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan atau
penyelenggara negara lainnya untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan kongkret
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan;
4. Diskresi adalah Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi Pemerintahan yang ditetapkan
dan/atau dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang
dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan yang
memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi
pemerintahan.
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Resume Modul 2 Analisis Isu Kontemporer
a. Korupsi
UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 20
Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi tindak pidana korupsi antara lain :
1) Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara (Pasal 2) 2)
2) Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan / kedudukan yang dapat merugikan
keuangan / kedudukan yang dapat merugikan keuangan / perekonomian Negara (
Pasal 3 ) 3)
3) Penyuapan (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11) 4)
4) Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10) 5)
5) Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12) 6)
6) Berkaitan dengan pemborongan (Pasal 7 ) 7)
7) Gratifikasi (Pasal 12B dan Pasal 12C)
b. Narkoba
Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika membedakan narkotika ke
dalam tiga golongan :
- Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk pengobatan dan
sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan;
- Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan berpotensi
tinggi menyebabkan ketergantungan;
- Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi
ringan mengakibatkan ketergantungan.
Zat adiktif lainnya adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan
psikotropika :
- Minuman beralkohol;
- Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut);
- Tembakau, dll.
d. Pencucian Uang
UU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP-
TPPU) tersebut terdiri atas beberapa hal yang substansial :
1. Redefinisi pengertian/istilah dalam konteks tindak pidana pencucian uang;
2. Penyempurnaan rumusan kriminalisasi TPPU;
3. Pengaturan mengenai penjatuhan sanksi pidana dan sanksi administratif;
4. Perluasan pengertian yang dimaksudkan dengan pihak pelapor (reporting parties)
yang mencakup profesi dan penyedia barang/jasa (designated non-financial business
and professions/DNFBP);
5. Penetapan jenis dan bentuk pelaporan untuku profesi atau penyedia barang dan jasa;
6. Penambahan jenis laporan PJK ke PPATK yakni International Fund Transfer
Instrruction (IFTI) untuk memantau transaksi keuangan internasional;
7. Pengukuhan penerapan prinsip mengenal nasabah (KYC) hingga customer due
dilligence (CDD) dan enhanced due dilligence (EDD);
8. Penataan mengenai pengawasan kepatuhan atau audit dan pengawasan khusus atau
audit investigasi;
9. Pemberian kewenangan kepada Pihak Pelapor untuk menunda mutasi rekening atau
pengalihan aset;
10. Penambahan kewenangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam hal penanganan
pembawaan uang tunai ke dalam atau ke luar wilayah pabean Indonesia;
11. Pemberian kewenangan kepada penyidik tindak pidana asal untuk melakukan
penyidikan dugaan TPPU (multiinvestigator);
12. Penataan kembali kelembagaan PPATK;
13. Penambahan kewenangan PPATK untuk melakukan penyelidikan/ pemeriksaan
dan menunda mutasi rekening atau pengalihan aset;
14. Penataan kembali hukum acara pemeriksaan TPPU termasuk pengaturan mengenai
pembalikan beban pembuktian secara perdata terhadap aset yang diduga berasal dari
tindak pidana;
15. Pengaturan mengenai penyitaan aset yang berasal dari tindak pidana, termasuk asset
sharing.
e. Proxy War
1. Unauthorized Access;
2. Illegal Contents;
3. Penyebaran virus;
4. Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion Cyber Espionage;
5. Carding Carding;
6. Hacking dan Cracker Hacking;
7. Cybersquatting and Typosquatting Cybersquatting;
8. Cyber Terorism.
Resume Modul 3 Kesiapsiagaan Bela Negara