Abstrak
Memilih tipe kontrak yang tepat adalah salah satu keputusan manajerial yang paling penting karena memiliki
dampak langsung pada keberhasilan proyek, karena mempengaruhi indikator kinerja seperti biaya, kualitas, waktu dan
keselamatan pekerjaan. Langkah-langkah penelitian untuk menganalisa secara teknis dan matematis tentang pemilihan
tipe kontrak pekerjaan yang tepat untuk mendukung pekerjaan tersebut sesuai persepsi pemilik pekerjaan (owner)
dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Struktur hirarki yang dipakai adalah : pemilihan
tipe kontrak (goal), aspek teknis (kriteria 1), aspek finansial (kriteria 2), aspek hukum (kriteria 3), jadwal proyek
(kriteria 4) dan aspek resiko (kriteria 5). Kemudian digunakan tiga alternatif yaitu : Desain Bid Build (alternatif 1),
Desain and Build (alternatif 2) dan Desain and Management (alternatif 3).
Dari hasil penilaian dan perhitungan dengan metode AHP didapatkan kesimpulan bahwa kriteria Aspek Hukum
memiliki bobot yang paling besar (26,90%) diikuti oleh Aspek Teknis (23,34%) dan Aspek Resiko (20,14%).
Sedangkan untuk kriteria Jadwal Proyek dan Aspek Finansial hanya mendapat bobot sebesar 13,83% untuk kriteria
Jadwal Proyek dan 15,79% untuk Aspek Finansial yang didukung dengan konsistensi rasio < 10% yaitu 9,10%. Hasil
tersebut selanjutnya dilakukan komparasi dengan data hasil wawancara dimana sebagian besar narasumber
memberikan penjelasan bahwa issue terbesar yang sering terjadi di lokasi proyek adalah masalah sosial, politik, hukum
dan teknis. Kemudian berdasar analisa penilaian tipe kontrak dengan menggunakan tabel penilaian, didapatkan tipe
kontrak Lumpsum (Desain and Build) dengan total skor 50,12% merupakan total tertinggi dari sudut pandang Owner.
1. Pendahuluan
Percepatan pembangunan kelautan merupakan tantangan yang harus diupayakan untuk
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia mengingat kondisi sebagai negara kepulauan dengan
wilayah laut yang sangat luas. Pengembangan industri kelautan, industri perikanan, pariwisata dan
peningkatan pendayagunaan potensi dasar laut bagi kesejahteraan rakyat Indonesia merupakan
tantangan utama pembangunan kelautan. Selaras dengan hal tersebut, upaya menjaga daya dukung
dan kelestarian fungsi lingkungan laut juga merupakan tantangan dalam pembangunan kelautan.
Proyek Developing Trade in East Indonesia merupakan pengembangan fasilitas infrastruktur
di Indonesia Timur. Proyek ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung program pemerintah
yang berkaitan dengan pemerataan ekonomi, mengurangi kesenjangan dan ketimpangan
pembangunan di Indonesia, serta meningkatkan perdagangan di Kawasan Indonesia Timur.
Beberapa proyek Developing Trade in East Indonesia tergolong dalam kategori commercially
moderate impact untuk di daerah Bali.
Pengembangan pelabuhan Benoa sebagai tourism hub di Indonesia akan menjadikan
Pelabuhan Benoa sebagai pusat rute pelayaran cruise di Indonesia. Peningkatan kapasitas
pelabuhan Benoa sebagai maritime tourism hub akan memberikan multiplier effect terhadap
© JWC - Journal Of World Conference
1
Journal of World Conference(JWC)
Surabaya - Indonesia, February 15-16, 2022
pelabuhan-pelabuhan dalam konsep butterfly route cruise di Indonesia, seperti Pelabuhan Tanjung
Emas, Tanjung Perak, Gilimas, Labuan Bajo, Raja Ampat, Makassar, Manado, Ambon, Kumai,
Pontianak, dll. Selain itu, kunjungan cruise di pelabuhan-pelabuhan tersebut juga akan
memberikan multiplier effect kepada ekonomi masingmasing daerah.
Lokasi yang direncanakan dikembangkan sebagai Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yaitu
Pelabuhan Benoa yang terletak di Kota Denpasar Bali. maka diperlukan evulasi kinerja proyek
terhadap pekerjaan yang telah berjalan.
2. Tinjaun Pustaka
Memilih tipe kontrak yang tepat adalah salah satu keputusan manajerial yang paling penting
karena memiliki dampak langsung pada keberhasilan proyek karena mempengaruhi indikator
kinerja seperti biaya, kualitas, waktu dan keselamatan pekerjaan. Memang, metode pemilihan tipe
kontrak telah berkembang selama bertahun-tahun, dan ada banyak variasi dan alternative
diperkenalkan di industri konstruksi untuk memenuhi berbagai permintaan konsumen (Ahmed &
El-Sayegh, 2021).
Menurut Moon et al., (2011) model ini betul-betul menggambarkan kasus yang terjadi pada
proyek konstruksi sehingga dapat dipergunakan oleh pemilik pekerjaan untuk memilih tipe kontrak
dengan akurat dimana mengakomodir karakteristik pemilik pekerjaan, karakteristik proyek dan
pengaruh dari lingkungan atau faktor eksternal. Disini membutuhkan beberapa karakteristik yaitu
cost, quality, duration control, experience and capacity, mutual trust, risk, complexity, innovation,
flexibility, integrate design and construction, market condition, regulations and market
competitiveness.
Pemilihan kontrak yang tepat merupakan dasar keberhasilan dalam setiap proyek konstruksi
dan ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah karena terkait dengan karakteristik setiap sistem
pengadaan. Selain memiliki beberapa tipe kontrak yang tersedia untuk dipilih, masing-masing
bervariasi dalam beberapa aspek (Hosseini et al., 2016). Bukanlah suatu yang mudah dalam
mengelola proyek dari mulai perencanaan sampai dengan pelaksanaan dari hal biaya, waktu,
sumber daya manusia serta mutu yang telah ditentukan jika masih terpisah untuk masing-masing
aspek. Untuk mendapatkan hasil analisa perencanaan yang baik seorang proyek manajer harus
mampu melakukan analisa terhadap seluruh komponen pekerjaan. Dibutukan suatu sistem yang
mampu memberikan solusi alternatif agar suatu proyek dapat tersusun lebih baik dalam
pelaksanaannya. Seiring dengan bertambahnya jumlah proyek yang dikerjakan dalam satu waktu,
penentuan prioritas proyek menjadi masalah dalam menjalankan strategi bisnis. Sehingga
diperlukan sistem yang dapat membantu seorang manajer dalam membuat keputusan dan
mempertimbangkan prioritas proyek berdasarkan keinginan dengan memperhatikan kriteria-
kriteria yang dimiliki (Kardila & Ranggadara, 2020).
Antoniou et al., (2013) memberikan sembilan kriteria yang paling sering dijadikan
pertimbangan dalam pemilihan tipe kontrak, yang mempresentasikan frekuensi skor jenis kontrak
terhadap setiap kriteria, kriteria tersebut diantaranya adalah : cost uncertainty, uncertainty of
scope, process uncertainty, value of money, critically of schedule, performance critically,
availability of extra resources, contracted difficulties and claims. Tujuan dari penelitian ini untuk
menguraikan pola seleksi yang kompleks karena berkaitan dengan pilihan peserta. Dimana hasil
penelitian ini memberikan informasi tentang asal responden, profil posisi saat ini, tahun dan jenis
pengalaman profesional serta berapa lama pengalaman tersebut terhadap masing-masing jenis
kontrak mempengaruhi persepsi mereka tentang kesesuaian setiap jenis kontrak terhadap setiap
kriteria dan skor masing-masing jenis kontrak (Antoniou et al., 2012).
© JWC - Journal Of World Conference
2
Journal of World Conference(JWC)
Surabaya - Indonesia, February 15-16, 2022
Mahdi & Alreshaid, (2005) melakukan penelitian kompatibilitas berbagai metode pemilihan
tipe kontrak (preject delivery) yang dapat digunakan dengan berbagai macam tipe pekerjaan dan
tipe pemilik pekerjaan (owner). Meskipun tidak ada satupun metode yang sempurna, namun
mungkin ada salah satu yang terabik daripada yang lain dan sesuai dengan persyaratan pekerjaan.
Persyaratan ini selanjutnya dievaluasi untuk menentukan mana yang kemungkinan besar
memberikan hasil terbaik untuk pemilik pekerjaan. Pemilihan metode tipe kontrak (preject
delivery) terbaik didasarkan pada yang memberikan pengaruh tinggi terhadap faktor teknis dan
biaya yang rendah. Mereka mendefinisikan faktor-faktor yang paling mempengaruhi metode tipe
kontrak (preject delivery), mereka melakukan pendekatan faktor – faktor yang optimal pada
proyek perumahan; faktor – faktor tersebut adalah project characteristics, owner‟s needs, and
owners preferences.
Barati et al., (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Selecting Optimal Project Delivery
System for Infrastructural Projects Using Analytic Hierarchy Process”, mereka melakukan
penelitian dengan obyek koresponden yang terdiri dari manager proyek dan konsultan terutama
yang pernah terlibat dalam mega proyek. Dalam waktu yang sama juga melakukan wawancara
terhadap beberpa pihak dan pegawai proyek infrastruktur yang berpengalaman. Dari hasil
quisioner didapatkan 52 quisioner serta 12 pendapat dari hasil wawancara yang selanjutnya
dilakukan pengolahan dengan hasil akhir didapatkan 20 faktor yang berpengaruh.
Berdasarkan literature yang telah dijabarkan diatas, penulis juga melakukan telaah terhadap
beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan dan dapat disajikan dalam table berikut :
Ketidakpastian Teknis
Ketidakpastian Lingkup
Ketidakpastian Proses
Ketersediaan Anggaran
Sumber Daya
Ketersediaan Cadangan
Tujuan Jangka Panjang
Klaim
Kesulitan Kontraktor
Teknologi
Alokasi Resiko
Faktor Politik
Kriteria
3
Journal of World Conference(JWC)
Surabaya - Indonesia, February 15-16, 2022
Dalam metode Analytical Hierarchy Process (AHP) menurut L.Saaty, (1993) secara prinsip dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai mana berikut :
1. Menyusun hirarki dalam bagan struktur hirarki AHP.
Mendefinisikan situasi atau permasalahan dengan seksama (merumuskan fokus masalah), memasukan sebanyak
mungkin rincian elemen (kriteria)
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap
elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya.
4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya
sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen
untuk penentuan prioritas elemenelemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan.
8. Memeriksa konsistensi hirarki
3. Metodologi
Berikut merupakan bagan alir dari lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini:
4
Journal of World Conference(JWC)
Surabaya - Indonesia, February 15-16, 2022
Lingkup kegiatan yang dilakukan sesaui bagan alir diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Mengumpulkan semua data terkait pekerjaan diantaranya :
a. Dalam penelitian ini jenis data yang di pakai mengunakan data primer : Data primer
merupakan data yang langsung diperoleh dari sumber data oleh peneliti. Data ini diperoleh
dari responden berupa wawancara, pengambilan data primer di lakukan wawancara
langsung pada pegawai yang expert di terlibat langsung dalam pekerjaan tersebut dari
unsur owner (teknis, procurement dan legal) serta melibatkan dari unsur konsultan
Manajemen Konstruksi. Data Primer untuk mengklarifikasi variabel awal berupa strategi
proses pengadaan, diharapkan pakar juga memberikan tambahan strategi dan mengkoreksi
strategi yang kurang tepat.
b. Data sekunder, didapat dari hasil studi literatur seperti buku, referensi, jurnal dan
penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini.
2. Membuat quisioner penilaian terhadap kriteria yang berpengaruh terhadap pemilihan tipe
kontrak.
3. Mengolah serta mebuat perhitungan semua data-data yang telah terkumpul melalui Analytical
Hierarchy Process (AHP).
4. Menyusun laporan akhir Riset / Skripsi
5
Journal of World Conference(JWC)
Surabaya - Indonesia, February 15-16, 2022
Berdasarkan variable penelitian dan metode AHP diatas, akan diberikan penilaian pada masing-masing tipe kontrak
dengan ukuran interval sehingga akan didapatkan range untuk tiap tipe kontrak. Penilaian maksimum (9) akan
diberikan apabila menguntungkan Pemilik Proyek, sedangkan bila merugikan atau Pemilik Proyek menanggung resiko
yang besar maka diberikan nilai minimum atau 1.
Adapun langkah yang dilakukan untuk menentukan prioritas proyek menggunakan metode AHP yaitu
menggambarkan permasalahan berdasarkan dari kriteria, alternatif dengan struktur pada Gambar 3.2. Setelah disusun
hirarki, langkah selanjutnya menentukan perbandingan berpasangan ke dalam bentuk matriks. Setelah diketahui
masing-masing nilai elemen dari matriks hitung nilai prioritas dari setiap kriteria:
1. Menjumlahkan nilai elemen dari setiap kolom matriks
2. Membagi nilai elemen dari setiap kolom dengan jumlah nilai kolom yang sesuai
3. Hitung nilai prioritas kriteria dengan menjumlahkan tiap baris dan hasilnya dibagi dengan banyaknya elemen
(elemen=kriteria)
Selanjutnya, setelah mendapatkan nilai prioritas dari masing-masing kriteria, cek nilai konsistensi perbandingan antar
kriteria tersebut:
1. Elemen pada kolom matriks dikalikan dengan nilai prioritas yang bersesuaian
2. Hasil dari perkalian kemudian dijumlahkan pada setiap baris
3. Jumlah tiap baris dibagi dengan nilai prioritas yang sesuai
4. Mencari nilai Maximum Eighen Value (MEV) dengan cara menjumlahkan tiap baris dibagi dengan prioritas,
kemudian dibagi dengan jumlah elemen
5. Menghitung indeks konsistensi (Consistency Index)
𝛾 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑛
𝐶𝐼 = …………………………………………………1)
𝑛−1
6. Menghitung nilai CR (Consistency Ratio)
𝐶𝐼
𝐶𝑅 = …………………………………………………2)
𝑅𝐼
Dimana nilai Random Index (RI) berdasarkan perhitungan Saaty
Tabel 3.1 Tabel nilai Random Index (RI)
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49
Jika CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan konsisten. Jika CR >
0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika
tidak konsisten, maka pengisian nilainilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif harus
diulang.
7. Menentukan rangking dimana rangking prioritas didasarkan pada nilai terbobot tertinggi.
6
Journal of World Conference(JWC)
Surabaya - Indonesia, February 15-16, 2022
Cara yang sama dilakukan untuk matriks penilaian berpasangan alternatif pada tiap kriteria, dengan hasil sebagai
berikut :
7
Journal of World Conference(JWC)
Surabaya - Indonesia, February 15-16, 2022
2. Langkah berikutnya adalah melakukan normalisasi matrik atau melakukan penilaian relatif pada setiap sel
dengan cara nilai setiap sel dibagi dengan jumlah pada setiap kolomnya maka, akan diperoleh nilai relatif per
sel. Akhirnya pada setiap faktor secara horisontal dijumlahkan dan dicari bobot prioritasnya, dan dilanjutkan
dengan menguji konsistensinya. Hasil perhitungan disampaikan sebagai berikut :
8
Journal of World Conference(JWC)
Surabaya - Indonesia, February 15-16, 2022
Dari hasil pengujian konsistensi terhahap matriks kriteria berpasangan maupun terhadap matriks alternatif
berpasangan pada masing – masing kriteria, semuanya menunjukan nilai CR < 0.1 yang artinya data konsisten.
Maka dapat dilanjutkan langkah selanjutnya.
.
3. Membuat Prioritas Global (Global Priority)
Langkah untuk membuat prioritas global dilakukan dengan cara bobot prioritas alternatif dikalikan dengan bobot
prioritas kriteria.
Bobot
Global
Bobot Prioritas Alternatif Prioritas
Priority
Kriteria
Aspek Aspek Aspek Jadwal Aspek
Teknis Finansial Hukum Proyek Resiko 0.233
DBB 0.229 0.328 0.271 0.280 0.235 0.158 0.264
DB 0.512 0.430 0.495 0.527 0.535 x 0.269 = 0.501
DM 0.259 0.242 0.234 0.193 0.230 0.138 0.235
0.201
4. Kembali ke struktur hirarki untuk memberikan hasil perhitungan pada masing – masing Kriteria dan Alternatif.
9
Journal of World Conference(JWC)
Surabaya - Indonesia, February 15-16, 2022
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan analisa dengan metode AHP yang telah penulis lakukan terhadap kriteria – kriteria pemilihan tipe
kontrak yang meliputi Aspek Teknis, Aspek Finansial, Aspek Hukum, Jadwal Proyek, dan Aspek Resiko, maka
dapat disimpulkan bahwa kriteria Aspek Hukum memiliki bobot yang paling besar (26,90%) diikuti oleh Aspek
Teknis (23,34%) dan Aspek Resiko (20,14%). Sedangkan untuk kriteria Jadwal Proyek dan Aspek Finansial
hanya mendapat bobot sebesar 13,83% untuk kriteria Jadwal Proyek dan 15,79% untuk Aspek Finansial yang
didukung dengan konsistensi rasio < 10% yaitu 9,10%.
2. Hasil tersebut selanjutnya dilakukan komparasi dengan data hasil wawancara dimana sebagian besar narasumber
memberikan penjelasan bahwa issue terbesar yang sering terjadi di lokasi proyek adalah masalah sosial, politik,
hukum dan teknis. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian atau penelitian yang dilakukan dapat
menggambarkan persepsi owner terkait pelaksanaan pekerjaan pada lokasi tersebut.
3. Berdasarkan analisa penilaian tipe kontrak dengan menggunakan tabel penilaian, didapatkan tipe kontrak
Lumpsum (Desain and Build) dengan total skor 50,12% merupakan total tertinggi dari sudut pandang Owner,
disimpulkan tipe kontrak Fixed Price merupakan tipe kontrak yang paling cocok untuk proyek pembangunan
Benoa Maritime Tourism Hub (BMTH) di Pelabuhan Benoa.
5.2 Saran
Sebagai penelitian yang bersifat sederhana, tentu saja hasil penelitian ini belum dapat dikatakan sebagai penelitian
yang sempurna, akan tetapi dari penelitian ini dapat diberikan sedikit saran yang bisa bermanfaat yaitu:
1. Kepada owner dapat menerapkan tipe kontrak lumpsum pada proyek pengembangan Bali Maritime Tourism
Hub (BMTH) ini. Kombinasi antara lumpsum dan unit price dapat digunakan dalam pembangunan proyek ini.
Lumpsum untuk volume pekerjaan yang sudah jelas seperti struktur atas, sedangkan Unit Price digunakan pada
volume pekerjaan yang belum jelas seperti struktur bawah.
2. Kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penilaian terhadap seluruh kriteria yang mempengaruhi pemilihan
tipe kontrak tanpa harus dilakukan pengelompokan, serta memperluas dan memperbanya keterlibatan
koresponden (expert).
3. Kepada peneliti selanjutnya agar dilakukan penelitian terhadap subyek yang sama tetapi menggunakan obyek
yang berbeda. Hal ini agar dapat mengetahui korelasi atau pengaruh lokasi pekerjaan terhadap keputusan
pemilihan tipe kontrak.
10
Journal of World Conference(JWC)
Surabaya - Indonesia, February 15-16, 2022
Daftar Pustaka
Ahmed, S., & El-Sayegh, S. (2021). Critical review of the evolution of project delivery methods in the construction
industry. Buildings, 11(1), 1–25. https://doi.org/10.3390/buildings11010011
Antoniou, F., Aretoulis, G. N., Konstantinidis, D., & Kalfakakou, G. P. (2012). Selection Criteria Used for the Choice
of Contract Type for Major Highway Construction Projects. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 48,
3508–3517. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.06.1314
Antoniou, F., Aretoulis, G. N., Konstantinidis, D., & Kalfakakou, G. P. (2013). Complexity in the Evaluation of
Contract Types Employed for the Construction of Highway Projects. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
74, 448–458. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.03.048
Barati, K., Reza Shiran, G., & Sepasgozar, S. M. (2015). Selecting Optimal Project Delivery System for Infrastructural
Projects Using Analytic Hierarchy Process. American Journal of Civil Engineering and Architecture, 3(6), 212–
217. https://doi.org/10.12691/ajcea-3-6-4
Hosseini, A., Lædre, O., Andersen, B., Torp, O., Olsson, N., & Lohne, J. (2016). Selection Criteria for Delivery
Methods for Infrastructure Projects. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 226, 260–268.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.06.187
Huda, K., Mulyadi, L., & Santosa, A. (2018). Analysis of time and cost performance with earned value method in
lecture building project development of nutrition department at East Kalimantan health polytechnic.
International Journal of Scientific and Technology Research, 7(2), 203–207.
Kardila, D., & Ranggadara, I. (2020). Analytical Hierarchy Process Untuk Menentukan Prioritas Proyek. JOINS
(Journal of Information System), 5(1), 95–101. https://doi.org/10.33633/joins.v5i1.3490
L.Saaty, T. (1993). Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin (K. Peniwati (ed.); Seri Manaj). LPPM & PT
Pustaka Binaman Presindo.
Mahdi, I. M., & Alreshaid, K. (2005). Decision support system for selecting the proper project delivery method using
analytical hierarchy process (AHP). International Journal of Project Management, 23(7), 564–572.
https://doi.org/10.1016/j.ijproman.2005.05.007
Marsono. (2020). Penggunaan Metode Analytical Hierarchy Process (Ahp) Dalam Penelitian. In Penggunaan Metode
Analytical Hierarchy Process (Ahp) Dalam Penelitian. In Media.
https://digilib.umk.ac.id/index.php?p=show_detail&id=24390
Moon, H., Cho, K., Hong, T., & Hyun, C. (2011). Selection Model for Delivery Methods for Multifamily-Housing
Construction Projects. Journal of Management in Engineering, 27(2), 106–115.
https://doi.org/10.1061/(asce)me.1943-5479.0000038
Soemardi, B. W., Wirahadikusumah, R. D., Abduh, M., & Pujoartanto, N. (2006). Konsep Earned Value untuk
Pengelolaan Proyek Konstruksi. Institut Teknologi Bandung, 1–13.
Suharto, I. (1997). Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional (edisi 3). In Y. Sumiharti (Ed.), Jakarta:
Penerbit Erlangga. Erlangga. https://library.ui.ac.id/detail?id=20312064
Valle, J. A., Alberto, C., Soares, P., Control, C., Parameters, C., & Indicators, P. (2000). the Use of Earned Value
Analysis ( Eva ) in the Cost Management of Construction Projects. Cost Engineering, January 2004, 1–11.
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.549.6673&rep=rep1&type=pdf
11
Journal of World Conference(JWC)
Surabaya - Indonesia, February 15-16, 2022
Biodata Penulis
Penulis lahir di Purbalingga, pada tanggal 16 September 1984 dengan nama lengkap
Praptono Nugroho. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan
formal yang telah ditempuh oleh penulis, yaitu TK Karang Nangka, SD N 3
Karangnangka, SMP N 1 Mrebet, SMA N 1 Bobotsari dan Universitas Gadjah Mada
Jurusan D3 Teknik Sipil. Saat ini menjadi mahasiswa S1 di Universitas Narotama
Surabaya Jurusan Teknik Sipil dengan NIM.03120062. Disamping kegiatan belajar
tersebut saat ini penulis juga bekerja di PT Pelindo Terminal Petikeas Surabaya. Pada
Tugas Akhir ini penulis mengambil topik bahasan mengenai pemilihan tipe kontrak
pada proyek pengembangan Bali Maritime Tourism Hub (BMTH). Penulis sangat
berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta bagi penulis
sendiri. Apabila pembaca ingin berkorespondensi dengan penulis, dapat melalui
email: nugieazzahra@gmail.com
12