Aturan Rantai
Aturan Rantai
Fajar Yuliawan
6 Oktober 2020
Daftar Isi
1 Pengantar 1
1 Pengantar
Pada Bab Fungsi telah dijelaskan mengenai operasi komposisi beberapa fungsi. Dalam
Machine Learning, salah satu aplikasi operasi komposisi ada di deep learning. Ini dilakuk-
an dengan memproses input dalam beberapa layer, yang disebut dengan nama Multila-
yer Perceptron (MLP). Satu layer dapat dipandang sebagai pengaplikasian sebuah fungsi
(atau bahkan dua fungsi, bersama dengan fungsi aktivasi). Masalah yang dihadapi ada-
lah mengatur parameter-parameter yang ada di antara satu layer dengan layer berikut-
nya. Parameter-parameter tersebut perlu dicari untuk meminimalkan eror antara model
(yakni model MLP) dengan data yang ada. Pada bab pengenalan turunan, ini bisa di-
lakukan dengan Gradient Descent. Untuk melakukan ini, kita perlu memahami turunan
dari fungsi komposisi. Aturan rantai dapat digunakan untuk menghitung turunan dari
komposisi dua atau lebih fungsi.
1
Aturan Rantai Halaman 2 dari 9
silkan suatu output, yang kemudian diproses (sebagai input) pada langkah berikutnya.
Kita analogikan dengan sebuah pabrik yang terdiri dari beberapa mesin. Input dari pa-
brik tersebut diproses oleh mesin pertama menghasilkan suatu output. Output mesin
pertama tadi diproses lagi oleh mesin kedua menghasilkan output yang berbeda lagi.
Demikian seterusnya hingga mesin terakhir, yang menghasilkan output terakhir dari pa-
brik tersebut.
Secara matematis, kita mulai dari sebuah variabel input, misalkan x. Variabel tersebut
kemudian diproses oleh suatu fungsi f menghasilkan nilai y. Ini sama saja mengatakan
bahwa y = f ( x ). Berikutnya, variabel y ini diproses oleh fungsi kedua, kita namakan
fungsi g. Output dari proses kedua ini misalkan menghasilkan nilai w. Jadi,
w = g(y) = g( f ( x )) = ( g ◦ f )( x ),
yakni w sebuah fungsi (komposisi) dalam variabel x.
Pada subbab ini, kita akan menghitung turunan w terhadap variabel x dengan cara meng-
hitung terlebih dahulu fungsi komposisi g( f ( x )). Selanjutnya kita hitung turunan fungsi
tersebut dengan aturan-aturan turunan yang telah dipelajari pada Bab Aturan Turunan.
Kita berikan tiga contoh sebagai berikut:
• Contoh pertama, komposisi fungsi linear dengan fungsi linear. Misalkan y = 3x − 2
dan w = 2y + 1. Dengan melakukan substitusi nilai, diperoleh
w = 2y + 1 = 2(3x − 2) + 1 = 6x − 4 + 1 = 6x − 3.
Jadi w adalah fungsi linear juga. Turunannya w terhadap x adalah
dw
= 6.
dx
• Contoh ketiga adalah komposisi fungsi kubik dengan linear. Misalkan y = 3x3 − 2
dan w = 2y + 1. Dengan demikian
w = 2(3x3 − 2) + 1 = 6x3 − 4 + 1 = 6x3 − 3,
sehingga
dw
= 6 · 3x2 = 18x2 .
dx
Aturan Rantai Halaman 3 dari 9
Contoh
• Misalkan w = 2y + 1 dan y = 3x − 2. Jika x berubah menjadi x + dx, maka y menjadi
y + dy. Kita tuliskan sebagai
Dengan mencoret y dari kedua ruas, kita peroleh dy = 3dx. Perubahan y menjadi
y + dy mengakibatkan perubahan w menjadi w + dw, yakni
Jadi
dw
= 6.
dx
yang berakibat
dw
= 36x − 21.
dx
Dengan demikian
dw
= 18x2 .
dx
Dengan cara seperti pada contoh-contoh di atas, kita sekarang bisa menghitung turunan
fungsi komposisi yang sulit dihitung dengan cara sebelumnya.
Contoh (2)
• Misalkan w = y10 + 1 dan y = 5x2 − 1. Diperoleh dw = 10y9 dy dan dy = 10x dx
sehingga
dw
dw = 10y9 · 10x dx = 10(5x2 − 1)9 · 10x dx =⇒ = 10(5x2 − 1)9 · 10x.
dx
Kita tidak perlu menjabarkan bentuk 10(5x2 − 1)9 · 10x.
dw = f 0 (y) · g0 ( x ) · dx = f 0 ( g( x )) · g0 ( x )dx
sehingga
dw
= f 0 ( g( x )) · g0 ( x ).
dx
Kita tuliskan formula tersebut dalam bentuk Teorema berikut.
Aturan Rantai Halaman 5 dari 9
Catatan: Perhatikan bahwa fungsi komposisi pada teorema di atas terdiri dari dua fung-
si, yakni fungsi di luar, yakni f , dan fungsi di dalam, yakni g. Teorema tersebut dapat
diucapkan sebagai berikut: "Turunan dari fungsi komposisi adalah turunan dari fungsi di luar
yang dihitung pada fungsi di dalam dikalikan dengan turunan fungsi di dalam"
Teorema 2.
Jika w suatu fungsi dalam y dan y suatu fungsi dalam x, maka
dw dw dy
= · .
dx dy dx
Catatan: Bentuk di atas mudah diingat karena bentuk di sebelah kiri dapat diperoleh dari
bentuk sebelah kanan dengan mencoret nilai dy.
Menggunakan notasi Leibniz, bentuk di atas menjadi lebih mudah diingat. Misalkan
u = h( x ), v = g(u) dan w = f (v). Dengan demikian, w = f ( g(h( x )) dan
dw dw dv du
= f 0 ( g(h( x )) · g0 (h( x )) · h0 ( x ) = f 0 (v) g0 (u)h0 ( x ) = .
dx dv du dx
Jadi kita peroleh teorema berikut:
Teorema 3.
Jika w sebuah fungsi dalam v, v sebuah fungsi dalam u dan u sebuah fungsi dalam
x, maka
dw dw dv du
= .
dx dv du dx
Versi turunan komposisi empat fungsi maupun lebih tentu saja mengikuti pola serupa.
Contoh
• Kita hitung turunan fungsi w = (( x + 1)2 + 1)3 + 1. Misalkan u = x + 1, dan
v = u2 + 1. Perhatikan bahwa w = v3 + 1. Dengan demikian,
dw dw dv du
= = 3v2 · 2u · 1 = 3(u2 + 1)2 · 2u = 3(( x + 1)2 + 1)2 · 2( x + 1).
dx dv du dx
Teorema 4.
Misalkan y = f ( x ) sebuah fungsi. Turunan dari fungsi komposisi w = ( f ( x ))n
adalah
dw
= n f ( x ) n −1 · f 0 ( x ).
dx
Teorema 5.
Turunan dari f ( x ) = xr dengan r bilangan pecahan positif adalah
f 0 ( x ) = rxr−1 .
Contoh
• Misalkan f ( x ) = x2/3 . Dengan demikian
2 2/3−1 2 2
f 0 (x) = x = x −1/3 = 1/3
3 3 3x .
• Misalkan y = 2x1/2 + 5x4/3 . Kita gunakan aturan penjumlahan turunan dan teore-
ma di atas. Kita peroleh
dy 1 4 1 20
= 2 · x −1/2 + 5 · x1/3 = 1/2 + x1/3 .
dx 2 3 x 3
• Misalkan w = ( x2 + 1)7/5 . Kita gunakan aturan rantai dan teorema di atas. Misalkan
y = x2 + 1, maka dy/dx = 2x. Selain itu, w = y7/5 sehingga dw/dy = 75 y2/5 . Jadi
dengan aturan rantai,
dw dw dy 7 7
= · = y2/5 · 2x = ( x2 + 1)2/5 · 2x
dx dy dx 5 5
Secara matematis, jika f ( x ) = y dan g adalah invers dari fungsi f , maka fungsi g meme-
nuhi g(y) = x. Dengan mengganti y dengan f ( x ) lagi, kita peroleh persamaan
g( f ( x )) = x,
atau dapat ditulis sebagai ( g ◦ f )( x ) = x. Persamaan tersebut harus berlaku untuk setiap
x di daerah asal fungsi f .
Contoh
1
• Fungsi linear f ( x ) = 2x − 1 memiliki invers fungsi linear g( x ) = ( x + 1). Sebagai
2
contoh, f (5) = 9 dan sebaliknya juga berlaku g(9) = 5. Kita tulis g( f (5)) = 5.
√
• Fungsi g( x ) = x adalah invers dari f ( x ) = x2 pada interval [0, ∞). Sebagai contoh,
f (5) = 25 dan sebaliknya g(25) = 5. Jadi, dapat ditulis g( f (5)) = 5.
• Fungsi f ( x ) = 1x memiliki invers dirinya sendiri karena jika y = f ( x ), maka y = 1
x
atau ekuivalen dengan x = 1y , yakni f ( x ) = y.
• Fungsi logaritma g( x ) = log( x ) (dengan basis bilangan Euler e) adalah invers dari
fungsi eksponensial f ( x ) = e x . Sebagai contoh, f (5) = e5 , dan sebaliknya, g(e5 ) =
5. Dapat ditulis g( f (5)) = 5.
( f −1 )0 ( f ( x )) · f 0 ( x ) = 1.
Teorema 6.
Jika f ( x ) = y, dan f 0 ( x ) 6= 0, maka
1
( f −1 ) 0 ( y ) = .
f 0 (x)
Aturan Rantai Halaman 9 dari 9
Contoh
• Misalkan y = f ( x ) = 2x − 1. Dengan demikian f 0 ( x ) = 2. Misalkan y = 2x − 1,
maka
1 1
( f −1 ) 0 ( y ) = 0 = .
f (x) 2
• Misalkan f ( x ) = x2 dengan daerah asal dibatasi pada [0, ∞). Kita mempunyai
√
f 0 ( x ) = 2x. Jika y = x2 , maka x = y dan kemudian
1 1 1
( f −1 ) 0 ( y ) = = = √ .
f 0 (x) 2x 2 y
10x
• Misalkan f ( x ) = . Turunan dari fungsi f dihitung dengan aturan pembagian
2x − 1
turunan, yakni
10(2x − 1) − 10x · 2 10
f 0 (x) = 2
=− .
(2x − 1) (2x − 1)2
−10
Kita mempunyai f (3) = 6 dan f 0 (3) = 25 = − 25 . Jadi
1 5
( f −1 ) 0 (6 ) = =− .
f 0 (3) 2
1 1
( f −1 )0 (10) = =
f 0 (2) 13.