Anda di halaman 1dari 9

Aturan Rantai

Fajar Yuliawan
6 Oktober 2020

Daftar Isi
1 Pengantar 1

2 Turunan Fungsi Komposisi 1

3 Turunan Fungsi Komposisi (2) 3

4 Formula Aturan Rantai 4

5 Turunan dari Komposisi Tiga Fungsi atau Lebih 5

6 Turunan fungsi xr untuk r rasional 6

7 Turunan dari Fungsi Invers 7

1 Pengantar
Pada Bab Fungsi telah dijelaskan mengenai operasi komposisi beberapa fungsi. Dalam
Machine Learning, salah satu aplikasi operasi komposisi ada di deep learning. Ini dilakuk-
an dengan memproses input dalam beberapa layer, yang disebut dengan nama Multila-
yer Perceptron (MLP). Satu layer dapat dipandang sebagai pengaplikasian sebuah fungsi
(atau bahkan dua fungsi, bersama dengan fungsi aktivasi). Masalah yang dihadapi ada-
lah mengatur parameter-parameter yang ada di antara satu layer dengan layer berikut-
nya. Parameter-parameter tersebut perlu dicari untuk meminimalkan eror antara model
(yakni model MLP) dengan data yang ada. Pada bab pengenalan turunan, ini bisa di-
lakukan dengan Gradient Descent. Untuk melakukan ini, kita perlu memahami turunan
dari fungsi komposisi. Aturan rantai dapat digunakan untuk menghitung turunan dari
komposisi dua atau lebih fungsi.

2 Turunan Fungsi Komposisi


Kita mulai dengan sedikit review mengenai fungsi komposisi. Fungsi komposisi muncul
ketika kita memproses input dalam beberapa langkah, dimana setiap langkah mengha-

1
Aturan Rantai Halaman 2 dari 9

silkan suatu output, yang kemudian diproses (sebagai input) pada langkah berikutnya.
Kita analogikan dengan sebuah pabrik yang terdiri dari beberapa mesin. Input dari pa-
brik tersebut diproses oleh mesin pertama menghasilkan suatu output. Output mesin
pertama tadi diproses lagi oleh mesin kedua menghasilkan output yang berbeda lagi.
Demikian seterusnya hingga mesin terakhir, yang menghasilkan output terakhir dari pa-
brik tersebut.
Secara matematis, kita mulai dari sebuah variabel input, misalkan x. Variabel tersebut
kemudian diproses oleh suatu fungsi f menghasilkan nilai y. Ini sama saja mengatakan
bahwa y = f ( x ). Berikutnya, variabel y ini diproses oleh fungsi kedua, kita namakan
fungsi g. Output dari proses kedua ini misalkan menghasilkan nilai w. Jadi,
w = g(y) = g( f ( x )) = ( g ◦ f )( x ),
yakni w sebuah fungsi (komposisi) dalam variabel x.
Pada subbab ini, kita akan menghitung turunan w terhadap variabel x dengan cara meng-
hitung terlebih dahulu fungsi komposisi g( f ( x )). Selanjutnya kita hitung turunan fungsi
tersebut dengan aturan-aturan turunan yang telah dipelajari pada Bab Aturan Turunan.
Kita berikan tiga contoh sebagai berikut:
• Contoh pertama, komposisi fungsi linear dengan fungsi linear. Misalkan y = 3x − 2
dan w = 2y + 1. Dengan melakukan substitusi nilai, diperoleh
w = 2y + 1 = 2(3x − 2) + 1 = 6x − 4 + 1 = 6x − 3.
Jadi w adalah fungsi linear juga. Turunannya w terhadap x adalah
dw
= 6.
dx

• Berikutnya kita hitung komposisi fungsi linear dengan kuadrat. Misalkan y =


3x − 2 dan w = 2y2 + y. Dengan demikian w = 2(3x − 2)2 + (3x − 2). Dengan
menggunakan identitas ( a − b)2 = a2 − 2ab + b2 , bentuk fungsi w di atas dapat
dijabarkan sebagai
w = 2(9x2 − 12x + 4) + (3x − 2) = 18x2 − 24x + 8 + 3x − 2 = 18x2 − 21x + 6.
Jadi w adalah fungsi kuadrat dalam x dan turunannya
dw
= 18 · 2x − 21 = 36x − 21.
dx

• Contoh ketiga adalah komposisi fungsi kubik dengan linear. Misalkan y = 3x3 − 2
dan w = 2y + 1. Dengan demikian
w = 2(3x3 − 2) + 1 = 6x3 − 4 + 1 = 6x3 − 3,
sehingga
dw
= 6 · 3x2 = 18x2 .
dx
Aturan Rantai Halaman 3 dari 9

Metode di atas sebenarnya sederhana, namun perhitungan fungsi komposisi f ( g( x )) bisa


menjadi sangat rumit. Sebagai contoh, menghitung dw/dx untuk w = y10 + 1 dan y =
5x2 − 1 dengan menggunakan cara di atas, kita perlu menjabarkan bentuk (5x2 − 1)10 .
Ini bukan pekerjaan yang mudah.

3 Turunan Fungsi Komposisi (2)


Kita tinjau tiga contoh yang ada pada bagian sebelumnya dengan sudut pandang ber-
beda. Bentuknya masih sama, yakni w suatu fungsi dalam y dan y suatu fungsi dalam
x. Sekarang kita tinjau perubahan sangat kecil dari x menjadi x + dx. Perubahan terse-
but akan mengakibatkan perubahan pada variabel y, dari y menjadi y + dy. Karena w
adalah fungsi dalam y, perubahan pada y tersebut akan mengakibatkan perubahan pada
variabel w menjadi w + dw. Dari sini, kita akan menghitung nilai dw/dx.

Contoh
• Misalkan w = 2y + 1 dan y = 3x − 2. Jika x berubah menjadi x + dx, maka y menjadi
y + dy. Kita tuliskan sebagai

y + dy = 3( x + dx ) − 2 = 3x + 3dx − 2 = (3x − 2) + 3dx = y + 3dx.

Dengan mencoret y dari kedua ruas, kita peroleh dy = 3dx. Perubahan y menjadi
y + dy mengakibatkan perubahan w menjadi w + dw, yakni

w + dw = 2(y + dy) + 1 = 2y + 2dy + 1 = (2y + 1) + 2dy = w + 2dy,

atau dw = 2dy. Substitusikan nilai dy = 3dx diperoleh

dw = 2dy = 2 · 3dx = 6dx.

Jadi
dw
= 6.
dx

• Misalkan w = 2y2 + y dan y = 3x − 2. Seperti sebelumnya, jika x berubah menjadi


x + dx, maka y berubah menjadi y + dy dan w berubah menjadi w + dw. Kita tuliskan
keduanya

y + dy = 3( x + dx ) − 2 = 3x + 3dx − 2 = (3x − 2) + 3dx = y + 3dx

sehingga dy = 3dx, dan

w + dw = 2(y + dy)2 + (y + dy)


= 2(y2 + 2y · dy + (dy)2 ) + y + dy
= (2y2 + y) + (4y + 1)dy + (dy)2
= w + (4y + 1)dy
Aturan Rantai Halaman 4 dari 9

(kita abaikan (dy)2 ). Jadi, dy = 3dx dan dw = (4y + 1)dy. Jadi,

dw = (4(3x − 2) + 1) · 3dx = (36x − 21)dx

yang berakibat
dw
= 36x − 21.
dx

• Misalkan w = 2y + 1 dan y = 3x3 − 2. Dengan perhitungan serupa (mungkin lebih


rumit), akan diperoleh dw = 2dy dan dy = 9x2 dx, sehingga

dw = 2(9x2 )dx = 18x2 dx.

Dengan demikian
dw
= 18x2 .
dx
Dengan cara seperti pada contoh-contoh di atas, kita sekarang bisa menghitung turunan
fungsi komposisi yang sulit dihitung dengan cara sebelumnya.

Contoh (2)
• Misalkan w = y10 + 1 dan y = 5x2 − 1. Diperoleh dw = 10y9 dy dan dy = 10x dx
sehingga

dw
dw = 10y9 · 10x dx = 10(5x2 − 1)9 · 10x dx =⇒ = 10(5x2 − 1)9 · 10x.
dx
Kita tidak perlu menjabarkan bentuk 10(5x2 − 1)9 · 10x.

4 Formula Aturan Rantai


Pada subbab ini, kita analisa contoh pada subbab sebelumnya dalam bentuk yang umum
untuk mendapatkan suatu formula dari turunan fungsi komposisi. Kita gunakan notasi
yang sama, yakni w suatu fungsi dalam y dan y suatu fungsi dalam x. Kita misalkan
w = f (y) dan y = g( x ). Jika x mengalami perubahan menjadi x + dx, maka y mengalami
perubahan menjadi y + dy. Tentu saja, dy = g0 ( x )dx, seperti terlihat dalam contoh pada
subbab sebelummya. Dengan cara yang sama, w mengalami perubahan menjadi w + dw
dengan dw = f 0 (y)dy. Lakukan substitusi, diperoleh

dw = f 0 (y) · g0 ( x ) · dx = f 0 ( g( x )) · g0 ( x )dx

sehingga
dw
= f 0 ( g( x )) · g0 ( x ).
dx
Kita tuliskan formula tersebut dalam bentuk Teorema berikut.
Aturan Rantai Halaman 5 dari 9

Teorema 1. Aturan Rantai


Jika w = f ( g( x )), maka
dw
= f 0 ( g( x )) · g0 ( x ).
dx

Catatan: Perhatikan bahwa fungsi komposisi pada teorema di atas terdiri dari dua fung-
si, yakni fungsi di luar, yakni f , dan fungsi di dalam, yakni g. Teorema tersebut dapat
diucapkan sebagai berikut: "Turunan dari fungsi komposisi adalah turunan dari fungsi di luar
yang dihitung pada fungsi di dalam dikalikan dengan turunan fungsi di dalam"

Bentuk Alternatif Aturan Rantai


Jika bentuk aturan rantai pada bagian sebelumnya sulit dihafalkan, ada bentuk alternatif
yang lebih mudah diingat. Kita mulai dari bentuk yang biasa, w = f (y) dan y = g( x ).
Perhatikan bahwa f 0 (y) = dw/dy dan g0 ( x ) = dy/dx. Aturan rantai mengatakan bahwa
dw/dx = f 0 (y) · g0 ( x ). Ini tidak lain adalah bentuk berikut ini:

Teorema 2.
Jika w suatu fungsi dalam y dan y suatu fungsi dalam x, maka

dw dw dy
= · .
dx dy dx

Catatan: Bentuk di atas mudah diingat karena bentuk di sebelah kiri dapat diperoleh dari
bentuk sebelah kanan dengan mencoret nilai dy.

5 Turunan dari Komposisi Tiga Fungsi atau Lebih


Dalam MLP dengan tiga layer atau lebih, akan muncul komposisi tiga atau lebih fungsi.
Pada subbab ini, akan dibahas mengenai turunan dari fungsi komposisi semacam ini.
Kita mulai dengan turunan tiga fungsi komposisi. Satu sudut pandang yang dapat di-
gunakan adalah dengan melihat komposisi dua fungsi sebagai satu fungsi. Analogikan
fungsi dengan mesin, jika kita memiliki tiga mesin, kita bisa “menggabungkan” dua bu-
ah mesin di awal sebagai satu mesin. Dengan sudut pandang ini, maka komposisi tiga
mesin dapat dipandang sebagai komposisi dua buah mesin saja. Dengan demikian, kita
dapat mengaplikasikan aturan rantai untuk komposisi dua fungsi.
Tinjau fungsi komposisi y = ( f ◦ g ◦ h)( x ). Dengan demikian, y = f ( g(h( x ))). Pandang
fungsi komposisi g ◦ h sebagai satu fungsi, namakan fungsi p, maka f ◦ g ◦ h = f ◦ p. Jadi,

( f ◦ g ◦ h)0 ( x ) = ( f ◦ p)0 ( x ) = f 0 ( p( x )) · p0 ( x ) = f 0 ( g(h( x )) · p0 ( x ).


Aturan Rantai Halaman 6 dari 9

Berikutnya, p0 ( x ) = ( g ◦ h)0 ( x ) = g0 (h( x )) · h0 ( x ). Jadi,


( f ◦ g ◦ h)0 ( x ) = f 0 ( g(h( x )) · g0 (h( x )) · h0 ( x ).

Menggunakan notasi Leibniz, bentuk di atas menjadi lebih mudah diingat. Misalkan
u = h( x ), v = g(u) dan w = f (v). Dengan demikian, w = f ( g(h( x )) dan
dw dw dv du
= f 0 ( g(h( x )) · g0 (h( x )) · h0 ( x ) = f 0 (v) g0 (u)h0 ( x ) = .
dx dv du dx
Jadi kita peroleh teorema berikut:

Teorema 3.
Jika w sebuah fungsi dalam v, v sebuah fungsi dalam u dan u sebuah fungsi dalam
x, maka
dw dw dv du
= .
dx dv du dx

Versi turunan komposisi empat fungsi maupun lebih tentu saja mengikuti pola serupa.

Contoh
• Kita hitung turunan fungsi w = (( x + 1)2 + 1)3 + 1. Misalkan u = x + 1, dan
v = u2 + 1. Perhatikan bahwa w = v3 + 1. Dengan demikian,
dw dw dv du
= = 3v2 · 2u · 1 = 3(u2 + 1)2 · 2u = 3(( x + 1)2 + 1)2 · 2( x + 1).
dx dv du dx

6 Turunan fungsi xr untuk r rasional


Pada bab Aturan Turunan telah dijelaskan bahwa turunan dari f ( x ) = x n dengan n bi-
langan asli adalah f ( x ) = nx n−1 . Pada bagian ini, akan dibuktikan bahwa rumus serupa
juga berlaku untuk fungsi f ( x ) = xr dimana r bilangan rasional. Kita mulai dengan
teorema berikut ini.

Teorema 4.
Misalkan y = f ( x ) sebuah fungsi. Turunan dari fungsi komposisi w = ( f ( x ))n
adalah
dw
= n f ( x ) n −1 · f 0 ( x ).
dx

Bukti dari Teorema di atas sebenarnya sangat mudah. Misalkan y = f ( x ), sehingga


w = yn . Aplikasikan aturan rantai untuk mendapatkan
dw dw dy
= · = nyn−1 · f 0 ( x ) = n f ( x )n−1 · f 0 ( x ).
dx dy dx
Aturan Rantai Halaman 7 dari 9

Sekarang misalkan f ( x ) = xr dengan r = m n suatu bilangan pecahan positif (m, n bilang-


an asli). Jadi f ( x ) = x m/n sehingga ( f ( x ))n = x m . Kedua ruas kita turunkan terhadap
variabel x (dimana turunan ruas kiri dihitung dengan Teorema di atas), kita peroleh per-
samaan
n f ( x )n−1 · f 0 ( x ) = mx m−1 .
Dengan demikian

mx m−1 mx m−1 m m/n−1


f 0 (x) = = = x = rxr−1 .
n f ( x ) n −1 nx m ( n − 1 ) /n n

Kita telah membuktikan teorema berikut ini:

Teorema 5.
Turunan dari f ( x ) = xr dengan r bilangan pecahan positif adalah

f 0 ( x ) = rxr−1 .

Contoh
• Misalkan f ( x ) = x2/3 . Dengan demikian

2 2/3−1 2 2
f 0 (x) = x = x −1/3 = 1/3
3 3 3x .

• Misalkan y = 2x1/2 + 5x4/3 . Kita gunakan aturan penjumlahan turunan dan teore-
ma di atas. Kita peroleh

dy 1 4 1 20
= 2 · x −1/2 + 5 · x1/3 = 1/2 + x1/3 .
dx 2 3 x 3

• Misalkan w = ( x2 + 1)7/5 . Kita gunakan aturan rantai dan teorema di atas. Misalkan
y = x2 + 1, maka dy/dx = 2x. Selain itu, w = y7/5 sehingga dw/dy = 75 y2/5 . Jadi
dengan aturan rantai,

dw dw dy 7 7
= · = y2/5 · 2x = ( x2 + 1)2/5 · 2x
dx dy dx 5 5

7 Turunan dari Fungsi Invers


Fungsi dapat dianalogikan sebagai mesin yang memproses input dan menghasilkan ou-
tput. Fungsi invers bekerja dengan cara ‘membalik‘ proses tersebut, yakni dengan memp-
roses output fungsi asal dan menghasilkan input sebelumnya.
Aturan Rantai Halaman 8 dari 9

Secara matematis, jika f ( x ) = y dan g adalah invers dari fungsi f , maka fungsi g meme-
nuhi g(y) = x. Dengan mengganti y dengan f ( x ) lagi, kita peroleh persamaan

g( f ( x )) = x,

atau dapat ditulis sebagai ( g ◦ f )( x ) = x. Persamaan tersebut harus berlaku untuk setiap
x di daerah asal fungsi f .

Contoh
1
• Fungsi linear f ( x ) = 2x − 1 memiliki invers fungsi linear g( x ) = ( x + 1). Sebagai
2
contoh, f (5) = 9 dan sebaliknya juga berlaku g(9) = 5. Kita tulis g( f (5)) = 5.

• Fungsi g( x ) = x adalah invers dari f ( x ) = x2 pada interval [0, ∞). Sebagai contoh,
f (5) = 25 dan sebaliknya g(25) = 5. Jadi, dapat ditulis g( f (5)) = 5.
• Fungsi f ( x ) = 1x memiliki invers dirinya sendiri karena jika y = f ( x ), maka y = 1
x
atau ekuivalen dengan x = 1y , yakni f ( x ) = y.

• Fungsi logaritma g( x ) = log( x ) (dengan basis bilangan Euler e) adalah invers dari
fungsi eksponensial f ( x ) = e x . Sebagai contoh, f (5) = e5 , dan sebaliknya, g(e5 ) =
5. Dapat ditulis g( f (5)) = 5.

Turunan fungsi invers


Fungsi invers dari suatu fungsi f biasa dinotasikan dengan f −1 . Dengan demikian, tu-
runan dari fungsi invers dari f dapat dinotasikan sebagai ( f −1 )0 . Kita akan menentukan
turunan fungsi invers ini.
Persamaan yang dipenuhi oleh fungsi invers kita tuliskan ulang dengan notasi fungsi
komposisi sebagai berikut:
( f −1 ◦ f )( x ) = x.
Dengan menurunkan kedua ruas persamaan terhadap x dan menggunakan aturan rantai
untuk turunan fungsi komposisi di sebelah kiri, kita peroleh persamaan

( f −1 )0 ( f ( x )) · f 0 ( x ) = 1.

Dengan mengganti f ( x ) dengan y, dan membagi kedua ruas dengan f 0 ( x ), (asalkan


f 0 ( x ) 6= 0) diperoleh rumus turunan fungsi invers sebagai berikut:

Teorema 6.
Jika f ( x ) = y, dan f 0 ( x ) 6= 0, maka

1
( f −1 ) 0 ( y ) = .
f 0 (x)
Aturan Rantai Halaman 9 dari 9

Contoh
• Misalkan y = f ( x ) = 2x − 1. Dengan demikian f 0 ( x ) = 2. Misalkan y = 2x − 1,
maka
1 1
( f −1 ) 0 ( y ) = 0 = .
f (x) 2

• Misalkan f ( x ) = x2 dengan daerah asal dibatasi pada [0, ∞). Kita mempunyai

f 0 ( x ) = 2x. Jika y = x2 , maka x = y dan kemudian

1 1 1
( f −1 ) 0 ( y ) = = = √ .
f 0 (x) 2x 2 y

10x
• Misalkan f ( x ) = . Turunan dari fungsi f dihitung dengan aturan pembagian
2x − 1
turunan, yakni
10(2x − 1) − 10x · 2 10
f 0 (x) = 2
=− .
(2x − 1) (2x − 1)2
−10
Kita mempunyai f (3) = 6 dan f 0 (3) = 25 = − 25 . Jadi

1 5
( f −1 ) 0 (6 ) = =− .
f 0 (3) 2

• Fungsi f ( x ) = x3 + x memiliki turunan f 0 ( x ) = 3x2 + 1. Perhatikan bahwa f (2) =


23 + 2 = 10 dan f 0 (2) = 3 · 22 + 1 = 13. Dengan demikian,

1 1
( f −1 )0 (10) = =
f 0 (2) 13.

Anda mungkin juga menyukai