Disusun Oleh :
Unika Soegijapranata
SEMARANG
Berpikir mencirikan hakekat manusia. Sejak manusia lahir sampai ia mati, ia tidak
pernah berhenti berpikir. Pada dasarnya, berpikir adalah sebuah proses yang membuahkan
pengetahuan. Kegiatan berpikir merupakan obor dan semen peradaban dimana manusia
menemukan dirinya dan menghayati hidup dengan lebih sempurna. Beragam buah pemikiran
telah dihasilkan sebagai bagian dari sejarah kebudayaannya. Meskipun banyak dan beraneka
ragam, pemikiran itu namun pada hakekatnya upaya manusia dalam memperoleh
pengetahuan didasarkan pada tiga masalah pokok yakni : “Apakah yang ingin kita ketahui?”,
“Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan?”, dan “Apakah nilai pengetahuan tersebut
bagi kita?”.
Falsafah diartikan sebagai suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh,
mengupas sedalam-dalamnya. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-
ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan lainnya. Falsafah menanyakan
segalanya dari kegiatan berpikir kita dari awal sampai akhir. Socrates memberikan
pernyataan, yaitu tugas falsafah yang sebenarnya bukanlah menjawab pertanyaan kita, namun
mempersoalkan jawaban yang diberikan. Setiap bentuk buah pemikiran manusia dapat
dikembalikan pada dasar – dasar ontologi, epistemologi dan axiologi dari pemikiran yang
bersangkutan.
Terdapat dua pola dalam memperoleh pengetahuan, yaitu berpikir secara rasional
dan empirisme yang mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing – masing. Namun
cara berpikir yang seperti ini menyebabkan kitaa terjatuh ke dalam “solipsisme” yakni
pengetahuan yang benar menurut anggapan kita masing – masing. Karena kedua belah
pihak menyadari bahwa berpikir secara rasionalisme dan empirisme mempunyai
kelebihan dan kekurangannya masing - masing, maka muncullah gagasan untuk
menggabungkan keduanya (rasional dan empiris), yaitu metode keilmuan.
Kelebihan dari metode keilmuan ini terletak pada pengetahuan yang tersusun
secara logis dan sistematis, serta telah diuji kebenarannya. Dan kegiatan keilmuan
tidaklah dilakukan secara misterius, melainkan semuanya bersifat terbuka dan jelas
sehingga memungkinkan semua pihak mengetahui keseluruhan proses yang telah
dilakukan. Ilmuwan yang kreatif mungkin menyarankan cara dan langkah yang lain,
yang lebih dapat diandalkan untuk sampai kepada suatu kesimpulan yang sama.
Sedangkan ilmuwan yang skeptis akan melakukan kembali seluruh atau sebagian dari
suatu proses penemuan untuk menyaksikan kejadian tersebut secara langsung. Namun,
pada metode ini pasti mempunyai kekurangan yang tak dapat dipungkiri. Kekurangan ini
bersumber pada asumsi landasan epistemologis ilmu, yang menyatakan bahwa kita
mampu memperoleh pengetahuan yang bertumpu persepsi, ingatan, dan penalaran.
Proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dalam semua bidang ilmu adalah
sama. Metode yang dipergunakan adalah metode keilmuan yang sama. Memang terdapat
perbedaan mengenai obyek yang ditelaah dalam ilmu – ilmu alam dan ilmu – ilmu sosial,
dan hal ini menyebabkan pengembangan teknik – teknik yang berbeda sesuai dengan
bidang yang dihadapinya, namun teknik tersebut diperkembangkan dalam rangka
melaksanakan metode keilmuan yang sama.
Lalu terdapat statistika yang dapat membantu kita keluar dari kekacauan. Statistika
ini membantu kita dalam menarik kesimpulan umum yang dapat diandalkan. Tanpa
adanya statistika, sukar untuk membayangkan kesimpulannya. Statistika mempunyai
peranan penting lainnya bila dihubungkan dengan asumsi keilmuan mengenai hubungan
sebab akibat.
Terdapat pula istilah deduksi dan induksi yang memiliki pengertian yang
berlawanan. Deduksi adalah sebuah proses untuk menarik kesimpulan yang bersifat
individual dari pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan, induksi adalah sebuah proses
untuk menarik kesimpulan umum dari kasus individual. Dalam proses deduksi inilah,
logika memegang peranan yang sangat penting.
Logika sebagai suatu metode penarikan kesimpulan telah bekembang secara pesat.
Seperti juga dengan semua faktor yang terlibat dalam kegiatan keilmuan, maka logika
secara terus menerus disempurnakan. Lambang – lambang dipergunakan dalam logika
simbolis, dan semakin lama logika bersifat matematis. Pada dasarnya hukum – hukum
matematika adalah pernyataan – pernyataan logika.
Dunia rasional dan dunia empiris membentuk sebuah dunia keilmuan yang
merupakan gabungan dari kedua dunia tersebut. Dunia rasional adalah koheren, logis dan
sistematis dengan logika deduktif sebagai sendi pengikatnya. Di pihak lain terdapat dunia
empiris yang obyektif dan berorientasi kepada fakta sebagaimana adanya.
Axiologi adalah teori tentang nilai. Terdapat kontroversi yang berlarut – larut
mengenai perbedaan antara ilmu – ilmu sosial dan ilmu – ilmu alam terutama mengenai
metode yang dipakainya. Terdapat perbedaan – perbedaan yang bersifat teknis dalam
kedua bidang keilmuan itu bila ditinjau dari hakekat obyek yang diselidikinya. Perbedaan
– perbedaan ini menyebabkan ciri – ciri yang spesifik dari kedua bidang keilmuan
tersebut yang disebabkan pengembangan teknik – teknik penyelidikan yang berbeda
dalam menerapkan metode keilmuan tersebut. Berbagai konsep dalam ilmu yakni
klasifikasi, perbandingan, kuantitatif dan peluang dibahas oleh Rudolf Carnap dalam
karangannya yang berjudul “Beberapa Konsep dan Ilmu”. Lalu terdapat John G. Kemeny
dalam karangan yang berjudul “Pengukuran” yang mengkaji aspek tersebut secara
terperinci yang dihubungkan dengan aspek – aspek kegiatan keilmuan.
Jawaban yang diberikan harus dapat diterima oleh public yang akan menggunakan
pengetahuan tersebut dalam kehidupan mereka, oleh sebab itu jawaban harus jelas dan tidak
berputar – putar agar memudahkan public yang akan menggunakan pengetahuan tersebut.
Oleh sebab itu penafsiran yang sama terhadaap masalah yang dihadapi menjadi persyaratan
pertama agar jawaban dapat diterima oleh semua pihak. Tentu saja keempat langkah ini, yaitu
: perumusan masalah, pengajuan hipotesa, deduksi hipotesis, dan pengujian kebenaran adalah
langkah dasar yang dapat diperinci secara lebih lanjut untuk menghasilkan sebuah
pngetahuan yang baru atau pun mengui pengetahuan yang sudah ada.