Anda di halaman 1dari 6

Tugas Filsafat Logika

Disusun Oleh :

Ferdy Christa L. S 17.G1.0004

Stevan Hernando S 17.G1.0030

Michael Evan H 17.G1.0038

BE Yohan Surya R 17.G1.0039

Unika Soegijapranata

SEMARANG
Berpikir mencirikan hakekat manusia. Sejak manusia lahir sampai ia mati, ia tidak
pernah berhenti berpikir. Pada dasarnya, berpikir adalah sebuah proses yang membuahkan
pengetahuan. Kegiatan berpikir merupakan obor dan semen peradaban dimana manusia
menemukan dirinya dan menghayati hidup dengan lebih sempurna. Beragam buah pemikiran
telah dihasilkan sebagai bagian dari sejarah kebudayaannya. Meskipun banyak dan beraneka
ragam, pemikiran itu namun pada hakekatnya upaya manusia dalam memperoleh
pengetahuan didasarkan pada tiga masalah pokok yakni : “Apakah yang ingin kita ketahui?”,
“Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan?”, dan “Apakah nilai pengetahuan tersebut
bagi kita?”.

Pemikiran-pemikiran besar dalam sejarah kebudayaan manusia dapat dicirikan dan


dibedakan dari cara mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Ilmu merupakan salah satu
dari buah pemikiran manusia dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan ini. Ilmu merupakan
dari pengetahuan manusia, dan untuk bisa menghargai ilmu kita harus mengerti hakekat ilmu
yang sebenarnya. Mereka yang mendewa – dewakan ilmu sebagai satu – satunya sumber
kebenaran yang biasanya tidak mengetahui hekekat ilmu yang sebenarnya. Meskipun ilmu
memang memberikan kebenaran, namun kebenaran keilmuan bukanlah satu – satunya
kebenaran dalam hidup kita ini. Kehidupan terlalu rumit untuk dianalisis hanya oleh satu
jalam pemikiran. Terdapat tempat masing – masing dalam kehidupan manusia bagi falsafah,
seni, agama dan sebagainya disamping ilmu. Bersifat saling membutuhkan dan saling
mengisi, seperti yang dikatakan oleh Einstein bahwa “ilmu tanpa agama adalah buta, dan
agama tanpa ilmu adalah lumpuh”.

Ilmu dan Falsafah

Falsafah diartikan sebagai suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh,
mengupas sedalam-dalamnya. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-
ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan lainnya. Falsafah menanyakan
segalanya dari kegiatan berpikir kita dari awal sampai akhir. Socrates memberikan
pernyataan, yaitu tugas falsafah yang sebenarnya bukanlah menjawab pertanyaan kita, namun
mempersoalkan jawaban yang diberikan. Setiap bentuk buah pemikiran manusia dapat
dikembalikan pada dasar – dasar ontologi, epistemologi dan axiologi dari pemikiran yang
bersangkutan.

1. Dasar Ontologi Ilmu


Membahas tentang apa yang ingin kita ketahui dan seberapa jauh yang ingin kita
ketahui. Sebagai contoh pengkajian tentang hal - hal yang ada diluar jangkauan
pengalaman manusia, yaitu apa yang terjadi sesudah manusia meninggal dunia, sampai
sekarang tidak ada orang yang bangkit dari kubur dan menceritakan apa saja yang ada di
alam sana. Fakta empiris menjadi dasar ontology ilmu yang memiliki arti bahwa fakta
harus dialami langsung oleh manusia tersebut dengan menggunakan panca inderanya.
Untuk mendapatkan pengetahuan, ilmu membuat beberapa andaian (asumsi) mengenai
obyek – obyek empiris. Ilmu menganggap bahwa obyek – obyek empiris yang menjadi
bidang penelaahnya mempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat yang berulang
dan semuanya saling berhubungan secara teratur.

Ilmu memiliki 3 asumsi mengenai objek empiris, yaitu: asumsi pertama,


menganggap obyek tertentu mempunyai kesamaan atau keserupaan satu sama lain.
Asumsi kedua, suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
Asumsi yang ketiga atau determinisme yaitu menganggap bahwa setiap gejala bukan
merupakan suatu kejadian yang kebetulan.

2. Dasar Epistemologi Ilmu

Epistemologi atau teori pengetahuan, membahas secara mendalam segenap proses


yang terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Ditinjau dari
pengetahuan ini, ilmu lebih bersifat kegiatan daripada produk siap konsumsi. Kegiatan
ilmu juga dinamis dan tidak statis. Hakekat ilmu tidak berhubungan dengan titel, profesi
ataupun kedudukan. Hakekat ilmu ditentukan oleh cara berpikir yang dilakukan menurut
persyaratan keilmuan. Ilmu ini bersifat terbuka, demokratis dan menjunjung kebenaran
diatas segala – galanya.

Terdapat dua pola dalam memperoleh pengetahuan, yaitu berpikir secara rasional
dan empirisme yang mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing – masing. Namun
cara berpikir yang seperti ini menyebabkan kitaa terjatuh ke dalam “solipsisme” yakni
pengetahuan yang benar menurut anggapan kita masing – masing. Karena kedua belah
pihak menyadari bahwa berpikir secara rasionalisme dan empirisme mempunyai
kelebihan dan kekurangannya masing - masing, maka muncullah gagasan untuk
menggabungkan keduanya (rasional dan empiris), yaitu metode keilmuan.
Kelebihan dari metode keilmuan ini terletak pada pengetahuan yang tersusun
secara logis dan sistematis, serta telah diuji kebenarannya. Dan kegiatan keilmuan
tidaklah dilakukan secara misterius, melainkan semuanya bersifat terbuka dan jelas
sehingga memungkinkan semua pihak mengetahui keseluruhan proses yang telah
dilakukan. Ilmuwan yang kreatif mungkin menyarankan cara dan langkah yang lain,
yang lebih dapat diandalkan untuk sampai kepada suatu kesimpulan yang sama.
Sedangkan ilmuwan yang skeptis akan melakukan kembali seluruh atau sebagian dari
suatu proses penemuan untuk menyaksikan kejadian tersebut secara langsung. Namun,
pada metode ini pasti mempunyai kekurangan yang tak dapat dipungkiri. Kekurangan ini
bersumber pada asumsi landasan epistemologis ilmu, yang menyatakan bahwa kita
mampu memperoleh pengetahuan yang bertumpu persepsi, ingatan, dan penalaran.

Persepsi kita mengandalkan pancaindera yang jelas memiliki kelemahan


dikarenakan pancaindera manusia tidaklah sempurna dan dapat menyesatkan. Demikian
juga dengan ingatan yang kurang bisa dipercaya sebagai cara untuk menemukan suatu
kebenaran. Apalagi cara kita untuk menalar untuk sampai pada sebuah kesimpulan.

Proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dalam semua bidang ilmu adalah
sama. Metode yang dipergunakan adalah metode keilmuan yang sama. Memang terdapat
perbedaan mengenai obyek yang ditelaah dalam ilmu – ilmu alam dan ilmu – ilmu sosial,
dan hal ini menyebabkan pengembangan teknik – teknik yang berbeda sesuai dengan
bidang yang dihadapinya, namun teknik tersebut diperkembangkan dalam rangka
melaksanakan metode keilmuan yang sama.

Lalu terdapat statistika yang dapat membantu kita keluar dari kekacauan. Statistika
ini membantu kita dalam menarik kesimpulan umum yang dapat diandalkan. Tanpa
adanya statistika, sukar untuk membayangkan kesimpulannya. Statistika mempunyai
peranan penting lainnya bila dihubungkan dengan asumsi keilmuan mengenai hubungan
sebab akibat.

Terdapat pula istilah deduksi dan induksi yang memiliki pengertian yang
berlawanan. Deduksi adalah sebuah proses untuk menarik kesimpulan yang bersifat
individual dari pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan, induksi adalah sebuah proses
untuk menarik kesimpulan umum dari kasus individual. Dalam proses deduksi inilah,
logika memegang peranan yang sangat penting.
Logika sebagai suatu metode penarikan kesimpulan telah bekembang secara pesat.
Seperti juga dengan semua faktor yang terlibat dalam kegiatan keilmuan, maka logika
secara terus menerus disempurnakan. Lambang – lambang dipergunakan dalam logika
simbolis, dan semakin lama logika bersifat matematis. Pada dasarnya hukum – hukum
matematika adalah pernyataan – pernyataan logika.

Metode keilmuan merupakan suatu cara berpikir dalam mencari pengetahuan.


Kegiatan keilmuan ini mengenal dua bentuk masalah. Bentuk pertama merupakan
masalah yang belum pernah diselidiki sebelumnya. Bentuk yang kedua adalah
mempelajari masalah yang berupa konsekwensi praktis dari pengetahuan yang telah
diketahui sebelumnya.

Dunia rasional dan dunia empiris membentuk sebuah dunia keilmuan yang
merupakan gabungan dari kedua dunia tersebut. Dunia rasional adalah koheren, logis dan
sistematis dengan logika deduktif sebagai sendi pengikatnya. Di pihak lain terdapat dunia
empiris yang obyektif dan berorientasi kepada fakta sebagaimana adanya.

3. Dasar Axiologi Ilmu

Axiologi adalah teori tentang nilai. Terdapat kontroversi yang berlarut – larut
mengenai perbedaan antara ilmu – ilmu sosial dan ilmu – ilmu alam terutama mengenai
metode yang dipakainya. Terdapat perbedaan – perbedaan yang bersifat teknis dalam
kedua bidang keilmuan itu bila ditinjau dari hakekat obyek yang diselidikinya. Perbedaan
– perbedaan ini menyebabkan ciri – ciri yang spesifik dari kedua bidang keilmuan
tersebut yang disebabkan pengembangan teknik – teknik penyelidikan yang berbeda
dalam menerapkan metode keilmuan tersebut. Berbagai konsep dalam ilmu yakni
klasifikasi, perbandingan, kuantitatif dan peluang dibahas oleh Rudolf Carnap dalam
karangannya yang berjudul “Beberapa Konsep dan Ilmu”. Lalu terdapat John G. Kemeny
dalam karangan yang berjudul “Pengukuran” yang mengkaji aspek tersebut secara
terperinci yang dihubungkan dengan aspek – aspek kegiatan keilmuan.

Kegiatan keilmuan sebagai sebuah proses


Metode keilmuan sebagai gabungan antara berpikir rasionalis dan empiris sudah
dipraktekan atau digunakan oleh beberapa orang seperti Galileo Galilei dan juga Sir Isaac
Newton, dan salah satu karya keilmuan yang besar adalah teori evolusi “ origin of sepcies “
milik Charles Darwin bahwa manusia berasal dari seekor kera. Karena sifat manusia yang
terus berpikir, maka manusia memusatkan kegiatan keilmuan mengenal dua bentuk masalah,
yaitu :

1. Masalah yang belum pernah diselidiki sebelumnya


Karena belum diselidiki sebelumnya sehingga jawaban akan penyelidikan tersebut
berupa pengetahuan yang baru dan sering juga disebut penelitian murni karena
menemukan hal yang baru.
2. Mempelajari masalah berupa konsekwensi praktis dari masalah sebelumnya
Penelitian tersebut yang biasa digunakan nomor dua tersebut adalah teori terapan
karena menguji teori yang sudah ada.

Jawaban yang diberikan harus dapat diterima oleh public yang akan menggunakan
pengetahuan tersebut dalam kehidupan mereka, oleh sebab itu jawaban harus jelas dan tidak
berputar – putar agar memudahkan public yang akan menggunakan pengetahuan tersebut.
Oleh sebab itu penafsiran yang sama terhadaap masalah yang dihadapi menjadi persyaratan
pertama agar jawaban dapat diterima oleh semua pihak. Tentu saja keempat langkah ini, yaitu
: perumusan masalah, pengajuan hipotesa, deduksi hipotesis, dan pengujian kebenaran adalah
langkah dasar yang dapat diperinci secara lebih lanjut untuk menghasilkan sebuah
pngetahuan yang baru atau pun mengui pengetahuan yang sudah ada.

Anda mungkin juga menyukai