TESIS
Oleh
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
TESIS
Oleh
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
TESIS
Oleh
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
TESIS
Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah
hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya
telah dijelaskan sumbernya dengan benar.
Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
DATA PRIBADI
Nama lengkap berikut gelar : Lily Damery Panjaitan, S.Si
Tempat dan Tanggal lahir : Tg. Morawa, 18 Desember 1973
Alamat Rumah : Jl. Barus. Komp. Bumi Rispa no.34 Amplas
Medan
HP : 082167708239
e-mail : Lily.damery@gmail.com
Instansi Tempat Bekerja : -
DATA PENDIDIKAN
SD : SD Negeri 101970 Sei Tamat : 1986
Karang
SMP : SMP YPAK Sei Karang Tamat : 1989
SMA : SMA Negeri 1 Lubuk Pakam Tamat : 1992
Strata-1 : FMIPA USU Tamat : 1998
Akta 4 : Universitas Dharma Agung Tamat : 2008
Strata-2 : Pasca Sarjana USU Tamat : 2013
Halaman
PENGHARGAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Hipotesis Penelitian 5
1.5 Manfaat Penelitian 5
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 54
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Lahan Kelapa Sawit 12
Tabel 2. Kadar Hara Daun Magnesium Kelapa Sawit 18
Tabel 3. Kadar Hara Daun Nirogen Kelapa Sawit 19
Tabel 4. Perlakuan Pemupukan Tahun 2007-2013 27
Halaman
Gambar 1. Budidaya kelapa sawit 6
Gambar 2. Kelapa sawit 7
Gambar 3. Daun mengalami defisiensi Mg 17
Gambar 5. Klorofil 20
Gambar 8. Stomata 24
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Perkiraan Rata-Rata Luas Anak Daun (cm2) 35
Gambar 4.4.1 Tebal Daun yang Rendah (a) dan Tinggi (b) 39
Berbeda 44
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Perkiraan Selisih Rata-Rata Berat Kering (g)
Gambar 4.7.1 Pengukuran Berat Kering Anak Daun (g) per Satuan Luas
Halaman
Segala Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah Bapa Di Surga
yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan hasil penelitian ini yang berjudul “Respon Morfologi dan
Fisiologi Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Aplikasi
Pupuk Magnesium Dan Nitrogen”.
Ucapan terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada Orang tuaku
terkasih Ir. L. Panjaitan dan V. Br. Saragih yang penuh kasih , nasehat dan doa
yang tulus memberi semangat dan perhatian terbesar. Kepada suamiku tercinta
Rintar Marihot Pasaribu SE yang telah membantu mendampingi selama penelitian
dan memberi motivasi, sumbangsih tenaga, waktu dan perhatian dengan penuh
kasih sayang. Kepada Abang Ir. Charles Saragih dan kakakku Savita Linda
Panjaitan SKG, Adikku Ir. Horas Panjaitan dan Eli Ardiana SE dan keponakannku
yang cantik Nasywa dan Chloe yang telah menjadi kekuatan terbesar dalam
memberi semangat dan kasih sayang dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih
buat adikku Imam Aulia, Nuri, Shofia, Novi dan kepada rekan-rekan Mahasiswa/i
Pascasarjana Biologi 2010 dan 2011 buat kebersamaan yang indah.
Kajian penelitian bertujuan untuk menyelidiki respon morfologi dan fisiologi dari
tiga konsentrasi pupuk magnesium dan dua tingkat pupuk nitrogen pada kelapa
sawit. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Faktorial. Tanaman
yang diamati berumur 8 tahun. Perlakuan pemupukan dimulai tahun 2007-2013.
Pengamatan dan analisa di laboratorium dimulai bulan Juli- September 2013 di
Laboratorium Fisiologi Universitas Sumatera Utara. Jumlah sampel penelitian
seluruhnya 54 unit plot dan masing- masing unit plot diambil 3 pohon yaitu
pohon 1, 5 dan 9. Perlakuan pemupukan sebagai berikut: N 0 = Perlakuan tanpa
nitrogen; N 1 = Perlakuan dengan nitrogen; Mg 0 = Perlakuan dengan magnesium
konsentrasi rendah; Mg 1 = Perlakuan dengan magnesium konsentrasi sedang;
Mg 2 = Perlakuan dengan magnesium konsentrasi tinggi. Karakteristik dan
parameter yang diamati berdasarkan penelitan menunjukkan: Aplikasi pupuk
nitrogen dan magnesium meningkatkan jumlah klorofil , kerapatan stomata, dan
diameter girth. Penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi nitrogen dan
magnesium menimbulkan respon morfologi (luas daun, jumlah anak daun, berat
kering anak daun/satuan luas, dan tebal daun). Defisiensi pupuk nitrogen dan
magnesium menunjukkan pengaruh paling besar pada perubahan fisiologi pada
perlakuan yang diberikan pada kelapa sawit.
Kata kunci : Elaeis guineensis Jacq., respon fisiologi, respon morfologi, pupuk,
nitrogen, magnesium
ABSTRACT
The aim of the present study is to investigate the physiological and morphological
responses to three concentration of magnesium (low,medium and high) and two
level nitrogen (with or without) fertilization of oil palm. Factorial Randomized
Design was used 2 factors. The oil palm was 8 years old. The treatmenst with
nitrogen and magnesium fertilizer has been starting since 2007-2013.
Observation was started on July-September 2013 at Physiology laboratory of
North Sumtera University. Total sample was 54 unit and each plot divided be 3
sample (1, 5 and 9 plant). The first factor was nitrogen at the concentration of 0
(without nitrogen) and 1(with nitrogen), while the second was magnesium at 0
(without magnesium); 1 (medium ) and 2 ( high). These characteristic and related
parameters determined and the experiment result are list as follows:
Kajian penelitian bertujuan untuk menyelidiki respon morfologi dan fisiologi dari
tiga konsentrasi pupuk magnesium dan dua tingkat pupuk nitrogen pada kelapa
sawit. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Faktorial. Tanaman
yang diamati berumur 8 tahun. Perlakuan pemupukan dimulai tahun 2007-2013.
Pengamatan dan analisa di laboratorium dimulai bulan Juli- September 2013 di
Laboratorium Fisiologi Universitas Sumatera Utara. Jumlah sampel penelitian
seluruhnya 54 unit plot dan masing- masing unit plot diambil 3 pohon yaitu
pohon 1, 5 dan 9. Perlakuan pemupukan sebagai berikut: N 0 = Perlakuan tanpa
nitrogen; N 1 = Perlakuan dengan nitrogen; Mg 0 = Perlakuan dengan magnesium
konsentrasi rendah; Mg 1 = Perlakuan dengan magnesium konsentrasi sedang;
Mg 2 = Perlakuan dengan magnesium konsentrasi tinggi. Karakteristik dan
parameter yang diamati berdasarkan penelitan menunjukkan: Aplikasi pupuk
nitrogen dan magnesium meningkatkan jumlah klorofil , kerapatan stomata, dan
diameter girth. Penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi nitrogen dan
magnesium menimbulkan respon morfologi (luas daun, jumlah anak daun, berat
kering anak daun/satuan luas, dan tebal daun). Defisiensi pupuk nitrogen dan
magnesium menunjukkan pengaruh paling besar pada perubahan fisiologi pada
perlakuan yang diberikan pada kelapa sawit.
Kata kunci : Elaeis guineensis Jacq., respon fisiologi, respon morfologi, pupuk,
nitrogen, magnesium
ABSTRACT
The aim of the present study is to investigate the physiological and morphological
responses to three concentration of magnesium (low,medium and high) and two
level nitrogen (with or without) fertilization of oil palm. Factorial Randomized
Design was used 2 factors. The oil palm was 8 years old. The treatmenst with
nitrogen and magnesium fertilizer has been starting since 2007-2013.
Observation was started on July-September 2013 at Physiology laboratory of
North Sumtera University. Total sample was 54 unit and each plot divided be 3
sample (1, 5 and 9 plant). The first factor was nitrogen at the concentration of 0
(without nitrogen) and 1(with nitrogen), while the second was magnesium at 0
(without magnesium); 1 (medium ) and 2 ( high). These characteristic and related
parameters determined and the experiment result are list as follows:
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Keberhasilan budidaya tanaman kelapa sawit sangat ditentukan pada
aplikasi pemupukan yang tepat. Kondisi pemupukan yang tidak tepat
menyebabkan produktivitas kelapa sawit tergolong rendah. Upaya peningkatan
produksi kelapa sawit dapat dilakukan dengan pemupukan hara makro essensial
yaitu nitrogen dan magnesium.
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Budidaya kelapa sawit yang ada di 43 negara di dunia pada tahun 2006.
Sumber: Koh & Wilcove 2008a)
Genus Elaeis, yang termasuk family Arecaceae, yang hanya terdiri dari 2
species tropikal. Elaeis guineensis Jacq berasal dari Afrika dan Elaeis oleifera
berasal dari Amerika Latin. Hanya Elaeis guineensis yang memiliki daya tarik
2.2.1 Daun
Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian:
a. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang
anak daun (midrib).
b. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat
c. Tangkai daun ( petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.
d. Seludang daun ( sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan
memberi kekuatan pada batang.
e. Daun dihasilkan dalam urut-urutan yang teratur. Daun termuda yang sudah
mengembang secara sempurna secara konvensional dinamakan daun nomor satu,
sedangkan daun yang masih terbungkus seludang dinamakan daun nomor nol.
Keuntungan penomoran daun yaitu daun yang bernomor sama akan mempunyai
“umur fisiologis sama “ . Dengan demikian daun berada pada fase yang sama
dalam proses inisiasi sampai senescence (Pahan , 2011)
Jumlah daun kelapa sawit bertalian dengan jumlah bunga atau tandan yang
dihasilkan. Hal ini karena bunga kelapa sawit muncul di atas pelepah daun.
Kesuburan tanah dilaporkan tidak berpengaruh terhadap jumlah daun yang
dihasilkan namun berpengaruh terhadap luas masing-masing anak daun
(Syamsulbahri, 1996).
Bentuk anak daun panjang dan sempit (pinnate) dengan sebuah tulang daun
dan sejumlah pembuluh yang sejajar dengan tulang tersebut. Kutikula pada anak
daun cukup tebal dan sangat resisten terhadap difusi uap air. Stomata umumnya
terletak pada permukaan bawah anak daun saja (Pahan , 2011)
2.2.2 Batang
2.2.4 Phylotaxis
Filotaksis adalah pola susunan daun-daun pada batang dan kelapa sawit
dan polanya sangat jelas dan dapat diamati dari bekas. Pada kelapa sawit,
primordial daun dihasilkan dalam pola spiral mulai dari titik tumbuh (apex).
Susunan spiral mengikuti deret Fibonacci. Setiap angka pada susunan spiral ini
merupakan penjumlahan dari dua angka sebelumnnya. Pada batang kelapa sawit
dewasa, susunan 8 daun umumnya biasa ditemui (Pahan, I., 2011)
Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit disebut juga
phylotaxis yang dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun,
yaitu dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8. Artinya, setiap satu kali
berputar melingkari batang, terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak 8 helai.
Pertumbuhan melingkar duduk daun mengarah ke kanan atau ke kiri menyerupai
spiral. Pada tanaman yang normal, dapat dilihat dua set spiral berselang 8 daun
yang mengarah ke kanan dan berselang 13 daun mengarah ke kiri (Fauzi, dkk,
2004).
Daun yang telah tua patah di dekat pangkal pelepahnya, sedangkan
pangkal pelepah daun ini tidak akan lepas dari batangnya. Akibatnya, permukaan
batang tidak licin seperti pohon kelapa pada umumnya. Di bagian pangkal pelepah
daun terdapat duri-duri yang sangat tajam. Setiap tahun, tanaman kelapa sawit
bisa mengeluarkan 20-24 lembar daun (Sastrosayono, 2003).
Dari hasil penelitian diketahui, dosis pupuk N,P,K dan Mg yang optimum
untuk tanaman kelapa sawit umur 8-10 tahun pada macam tanah Typic
Dystropopt adalah 3,0 kg urea/pohon/tahun dan 0,75 kg Kieserit/pohon/tahun
(Sukarji et al., 2000).
b. Sifat Fisika
Semua klorofil memiliki sifat dapat berfluorescence, yakni apabila mendapat
penyinaran dengan spektrum cahaya tertentu (excitation spectrum), maka cahaya
yang diteruskannya (emission spectrum) adalah cahaya pada spektrum yang
berlainan. Sebagai contoh, klorofil a yang dilarutkan dalam aseton 80%
mempunyai maximum excitation antara panjang gelombang 430-450 nm (biru-
ungu) dan akan memberikan maximum emission antara panjang gelombang 650-
675 nm ( merah tua). Apabila klorofil dalam pelarut aseton disinari dengan
berbagai spektrum cahaya tampak (visible light) dalam suatu spektrofotometer
maka panjang gelombang cahaya tertentu dapat lebih diserap daripada yang
lainnya. Sifat-sifat spektrum tersebut dapat digunakan untuk memberikan ciri-ciri
perbedaan klorofil a dan b.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan klorofil adalah:
1. Faktor Genetik
Hal ini pada tumbuhan terrestrial telah dibuktikan antara lain pada tanaman
jagung yang homozygous recessive untuk faktor genetik tertentu. Pada
tumbuhan lain gejala serupa telah dapat dibuktikan pula.
2. Cahaya
3. Nitrogen
Nitrogen merupakan bagian dari molekul klorofil, maka tidak mengherankan bila
defisiensi unsur ini akan menghambat pembentukan klorofil. Nitrogen
merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh orgamisme.
4. Air
Berkurangnya kadar air dalam tumbuhan tingkat tinggi tidak saja menghambat
pembentukan klorofil, tetapi juga dapat mempercepat perombakan
(dekomposisi) klorofil yang telah ada, misalnya daun-daun menjadi kuning
(Riyono, 2007).
Definisi spektrofotometrik dari pigmen fotosintesis yang menyebabkan energi
cahaya diubah menjadi energi kimia pada semua organisme fotosintetik pertama
kali ditemukan oleh Stokes 1864. Selanjutnya, contoh diperoleh dari Fucus L.
Dan Laminaria L., diklasifikasi menjadi klorofil biru (klorofil a), klorofil hijau
(klorofil b), klorofucin (klorofil c1, klorofil c2) dan kuning –orange (xantophyll)
berdasarkan warna pigmen. Absorbansi cahaya dapat memberikan analisa bagi
kuantitas dan kualitas pigmen. Penggunaan pelarut pigmen tergantung pada
species tanaman. Pada kenyataanya, aseton, kloroform, dietil ether, dimethyl
formamid dan metanol digunakan pada tanaman tingkat tinggi (Dere,et al,1998).
2.8.2 Stomata
Stoma (stomata) berasal dari bahasa Greek yang artinya mulut. Stomata
umumnya terdapat pada bagian tumbuhan yang berwarna hijau terutama pada
daun. Stomata adalah pori-pori yang terbentuk oleh sepasang sel-sel yang telah
terspesialisasi, sel-sel penjaga yang ditemukan di permukaan bagian aerial pada
kebanyakan tanaman tingkat tinggi dimana fungsinya dapat membuka dan
menutup untuk mengendalikan pertukaran gas diantara tanaman dan
lingkungannya. Masuknya CO2 ke dalam daun untuk fotosintesis dan pengeluaran
uap air dimana digunakan untuk pengeluaran dan pendinginan daun.
c b d
UREA 2000 0 0 0 0 0 0
2500 1000 1000 1000 2000 3000 3000
2600
3.100
3.200
3.700
KIESERITE 500 0 0 0 0 0 0
750 750 1000 1000 1500 2000 2000
1000 1500 2000 2000 3000 4000 4000
1250
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pemupukan tahun 2013.
Gambar 9b. Diukur panjang pelepah dan dihitung jumlah anak daun. Masing-
masing plot sampel diambil 6 anak daun (3 dari bagian kanan dan 3
dari bagian kiri).
Anak daun dari tengah rachis frond 17. Bagian lidi dibuang, lalu lembar anak
daun disayat transversal. Potongan tersebut dijepit dengan potongan wortel.
Sayatan direndam dalam pemutih hingga berubah warna dan dibilas kembali
dengan aquadest. Sayatan diletakkan di atas gelas objek dan ditetesi dengan air
lalu ditutup dengan cover glass. Selanjutnya tebal daun dilihat dengan mikroskop
binokular dan diukur tebalnya. Masing-masing plot dari tiga pohon contoh
diamati dan dihitung ketebalan daunnya (Sass, 1958)
Sampel daun dari masing-masing plot yang berisi tiga daun dileburkan (bulking)
terlebih dulu dengan cara:
4.2 Pengaruh Nitrogen dan Magnesium Terhadap Luas Anak Daun (Cm2)
Respon morfologi yaitu luas anak daun menunjukkan, pemberian pupuk
nitrogen dan magnesium konsentrasi rendah diperoleh luas anak daun dengan
hasil yang tertinggi. Hasil luas anak daun tertinggi berdasarkan penghitungan
yang dilakukan terhadap kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 4.2:
4.4 Pengaruh Aplikasi Nitrogen dan Magnesium Terhadap Tebal daun (mm).
Respon morfologi yaitu tebal daun menunjukkan, aplikasi pupuk nitrogen dan
magnesium konsentrasi rendah diperoleh tebal daun dengan hasil yang tertinggi.
Hasil tertinggi berdasarkan penghitungan yang dilakukan terhadap kelapa sawit
dapat dilihat pada Gambar 4.4:
Gambar 4.4.1 a. Tebal daun yang rendah b. Tebal daun yang tinggi
Gambar4.7. Grafik Hubungan Perkiraan Selisih Rata-Rata Berat Kering (g) per
Luas Anak Daun (cm2) dengan Kadar Nitrogen dan Magnesium
yang Berbeda
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Respon morfologi pada daun kelapa sawit umumnya tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap aplikasi pupuk nitrogen dan magnesium.
2. Respon fisiologi pada daun kelapa sawit umumnya menunjukkan pengaruh
yang signifikan terhadap aplikasi pupuk nitrogen dan magnesium.
3. Respon morfologi dan fisiologi pada kelapa sawit terhadap aplikasi nitrogen
dan magnesium menunjukkan pengaruh signifikan pada aplikasi magnesium
konsentrasi sedang.
5.2 Saran
1. Kajian tentang respon morfologi dan fisiologi terhadap aplikasi pupuk nirogen
dan magnesium belum banyak dipublikasikan sehingga perlu lebih
dikembangkan.
2.Perlu dikembangkan pemupukan nitrogen dan magnesium untuk
dikombinasikan dengan biofertilizer agar produksi sawit dapat ditingkatkan.
Bambang et al. 1998. Budi Daya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Medan
(IOPRI) Pamin K. 1997. Gejala Defisiensi Hara dan Kelainan pada Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq). Indonesian Oil Palm Research
Institute.
Ilori E.G.U, Ilobu B.B.S, Ederion O, Imogie A, Imoisi, Garuba N, Ugbah M.
2012. Vegetative Growth Performance of Oil Palm ( Elaeis guineensis)
Seedlings in Response to Inorganic and Organic Fertilizers. Greener
Journal of Agriculture Sciences. Vol. 2 ( 2), pp. 26-30.
Kasno A, Nurjaya. 2011. Pengaruh Pupuk Kiserit Terhadap Pertumbuhan Kelapa
Sawit dan Produktivitas Tanah. Balai Penelitian Tanah. Jurnal Littri 17
Vol.( 4 ). Hlm. 133- 139
Koh, L.P. and Wilcove, D.S. 2008a Is oil palm agriculture really destroyin
tropicalbiodiversity?. Conservation Letters 1: 60–64.
Kiswanto, Purwanta, J.M & Wijayanto, 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit,
Balai Besar Pengkajian Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan.
Lestari, E.G.2006. Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan
Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64.
Biodiversitas. 7 (1): 44-48
Larcher,W. 1995. Physiological Plant Ecology Ecophysiology And Stress
Physiology of Functional Groups. Third Edition. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg, Printed in Berlin, 506 p
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa
Sawit. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross, 1992. Plant Physiology. Wardsworth Publishing
Company Belmont California, 682 p.
Shaahan MM, El-Sayed A.A, El Nour Abou E.A.A. 1999. Predicting Nitrogen,
Magnesium and Iron Nutritional Status in Some Perennial Crops Using a
Portable Chlorophyll Meter. Scientia Horticulture. Egypt. 339-348
Shabala SN, Shabala SI, Martynenko AI, Babourina O, Newman IA . 1998.
Salinity Effect on Bioelectric Activity, Growth, Na+ Accumulation and
Chlorophyll Fluorescencen of Maize Leaves: A Comparative Survey and
Prospect for Screening. Aust J Plant Physiol 25: 609-616
Sianturi, H. S. D.. 1991. Budi Daya Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Between-Subjects Factors
Value Label N
Pengaruh 1 tanpa Nitrogen 27
Nitrogen
2 dengan Nitrogen 27
Kadar Magnesium 1 konsentrat rendah 18
2 konsentrat sedang 18
3 konsentrat tinggi 18
Between-Subjects Factors
Value Label N
Pengaruh 1 tanpa Nitrogen 27
Nitrogen 2 dengan Nitrogen 27
Magnesium 1 konsentrat rendah 18
2 konsentrat sedang 18
3 konsentrat tinggi 18
Between-Subjects Factors
Value Label N
Pengaruh 1 tanpa Nitrogen 27
Nitrogen 2 dengan Nitrogen 25
Kadar 1 konsentrat rendah 16
Magnesium 2 konsentrat sedang 18
3 konsentrat tinggi 18
Between-Subjects Factors
Value Label N
Pengaruh 1 tanpa Nitrogen 27
Nitrogen 2 dengan Nitrogen 27
Magnesium 1 konsentrat rendah 18
2 konsentrat sedang 18
3 konsentrat tinggi 18
Between-Subjects Factors
Value Label N
Pengaruh 1 tanpa Nitrogen 27
Nitrogen 2 dengan Nitrogen 27
Magnesium 1 konsentrat rendah 18
2 konsentrat sedang 18
3 konsentrat tinggi 18