Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata maupun
invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dan sistem saraf secara bersama lebih dikenal
sebagai supra sistem neuroendokrin yang secara kooperatif untuk menyelenggarakan fungsi
kendali dan koordinasi pada tubuh hewan. Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk
mengendalikan berbagai fungsi fisiologis tubuh, antara lain aktivitas metabolisme,
pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik (Isnaeni, 2006: 113).

Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan mengatur aktivitas
tubuh. Pengendalian endokrin diperantarai oleh pembawa pesan kimia, atau hormon, yang
dilepas oleh kelenjar endokrin ke dalam cairan tubuh, diabsorbsi ke dalam aliran darah, dan
dibawa melalui sistem sirkulasi menuju jaringan (sel) target. Hormon mempengaruhi sel
target melalui reseptor hormon, yaitu suatu molekul protein yang memiliki sisi pengikat
untuk hormon tertentu. Respon hormonal tubuh biasanya lebih lambat, durasi lebih lama, dan
distribusinya lebih luas dari pada respon langsung otot dan kelenjar terhadap stimulus sistem
saraf (Sloane, 2003: 200).

Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil sekresinya
langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus atau
saluran dan hasil sekresinya disebut hormon. Beberapa dari organ endokrin ada yang
menghasilkan satu macam hormon (hormon tunggal) disamping itu juga ada yang
menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda misalnya kelenjar hipofisis
sebagai pengatur kelenjar yang lain (Syaifuddin, 1997: 101).

Kelenjar tanpa saluran atau atau kelenjar buntu digolongkan bersama di bawah nama
organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melaui suatu
saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darah yang beredar di dalam jaringan kelenjar. Kata
endokrin berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sekresi di dalam” zat aktif utama dari
sekresi interna ini disebut hormon, dari kata yunani yang berarti “merangsang.
Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu hormon tunggal, sedangkan yang lain lagi
dua atau beberapa jenis hormon: misalnya kelenjar hifofisis menghasilkan beberapa jenis
hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain: karena itulah kelenjar hifofisis
dilukiskan sebagai “kelenjar pimpinan tubuh” (Pearce, 2008: 232).

1.2 Tujuan
Untuk lebih mengetahui tentang sistem kelenjar endokrin dan kelenjar-kelenjar yang
terdapat di dalamnya.

1.3 Rumusan Makalah


Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem endokrin?

2. Bagaimana fungsi sistem endokrin?

3. Apa macam-macam kelenjar endokrin?

4. Apa macam-macam hormon dalam kelenjar hipofisis dan bagaimana fungsinya?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kelenjar Endokrin

Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang mensekresi substansi kimia yang langsung
dikeluarkan ke dalam pembuluh darah. Beberapa organ mempunyai fungsi ganda: organ-
organ tersebut menghasilkan hormon
dari banyak sel-sel dan substansi lain
dari yang lain (misalnya pankreas,
menghasilkan insulin dan glukagon, dua
hormon, dan juga cairan pankreas).
Kelenjar endokrin memiliki karakteristik
yaitu :

a. Tanpa saluran
b. Sekresi/produk disalurkan langsung ke buluh darah/ limfe
c. Mempunyai target organ yang sesuai
d. Bentuk organ atau kumpulan sel-sel

Hormon yang dihasilkan dapat mempengaruhi kerja hormon lain :Organ endokrin yang
terdapat, sebagai berikut :

- Kelenjar Hipofisis
- Kelenjar Tiroid
- Kelenjar Paratiroid
- Kelenjar Pankreas
- Kelenjar Adrenal
- Kelenjar Gonad
- Kelenjar Timus
2.2 Macam-Macam Kelenjar Endokrin

A. Kelenjar Hipofisis
Kelenjar Hipofisis terletak di
dasar tengkorak, di dalam fossa
hipofisis tulang sfenoid. Kelenjar
itu terdiri atas dua lobus, yaitu
anterior dan posterior, dan bagian
di antara kedua lobus ialah pars
intermedia. Untuk memudahkan
mempelajari fungsinya maka
dipandang dua bagian, yaitu lobus
anterior dan posterior.

1. Lobus Anterior
Kelenjar hipofisis menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat
pengendali produksi sekresi dari semua organ endokrin lain.
a. Hormon pertumbuhan (hormon somatotropik) mengendalikan pertumbuhan
tubuh.
b. Hormon Tirotropik mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan
tiroxin.
c. Hormon Adrenokortikotropik (ACTH) mengendalikan kegiatan kelenjar
suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari kortex kelenjar
suprarenal ini.
d. Hormon Gonadotropik : Hormon perangsang folikel (follicle-stimulating
hormon,FSH), merangsang perkembangan folikel Graaf di dalam ovarium dan
pembentukkan spermatozoa di dalam testis.
e. Luteinising Hormon (LH) atau Interstitial-cell-stimulating-hormon (ICSH)
mengendalikan sekresi ustrogen dan progesteron di dalam ovarium dan testoteron
di dalam testis.
f. Hormon ketiga dari hormon gonadotropik ini ialah luteotrofin atau prolaktin,
mengendalikan sekresi air susu, dan mempertahankan adanya korpus luteum.

2. Lobus Posterior
Lobus posterior, kelenjar hipofisis mengeluarkan sekret dua jenis hormon:
Hormon Anti-diuretik (ADH) mengatur jumlah air yang melalui ginjal, sedangkan
hormon oxitosik merangsang kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan
pengeluaran air susu sewaktu menyusui.

B. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri atas dua buah lobus yang terletak di sebelah kanan dan kiri trakhea,
dan diikat bersama oleh secarik jaringan tiroid yang disebut istmus tiroid dan yang
melintasi trakea disebelah depannya.

a. Struktur
Kelenjar Thyroid berbentuk seperti kupu-kupu di kaudal larynx. Kelenjar tiroid terdiri
atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi oleh epitelium silinder, mendapatkan
persediaan darah berlimpah dan yang disatukan oleh jaringan ikat. Sel itu
mengeluarkan sekret cairan yang bersifat lekat yaitu koloida tiroid, yang mengandung
zat senyawa yodium : zat aktif yang utama dari senyawa yodium ini ialah hormon
tiroxin. Sekret ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan kealiran darah, baik langsung
ataupun melalui saluran limfe.
b. Fungsi
Sekresi tiroid diatur oleh sebuah hormon dan lobus anterior kelenjar hipofisis, yaitu
oleh hormon tirotropik. Fungsi kelenjar tiroid sangat erat bertalian dengan kegiatan
metabolic dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan : Bekerja sebagai
perangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan oksigen dan dengan sendirinya
mengatur pengeluaran karbondioksida. Hormon esensial yg membantu fungsi normal
sel, misalnya: mengatur suhu tubuh, pengguna energi, menjaga fungsi otak, jantung,
otot dan organ lain.
Kelenjar ini diatur oleh TSH. Berikut akibat yang disebabkan apabila kelebihan dan
kekurangan sekresi Tiroid :
a. Hiposekresi (hipotiroidisma)
Bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan sekret pada waktu bayi maka
mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai kretinisme, berupa hambatan
pertumbuhan mental dan fisik. Pada orang dewasa, kekurangan sekresi
mengakibatkan mixudema : proses metabolik mundur dan terdapat kecenderungan
untuk bertambah berat, gerakannya lamban, cara berpikir dan bicara lamban dan
kulit menjadi tebal dan kering, rambut rontok, dan menjadi jarang. Suhu
badannya dibawah normal, dan denyut nadi perlahan.
b. Hipersekresi
Pada pembesaran kelenjar dan penambahan sekresi yang disebut
hipertiroidisma, semua simptomnya sebaliknya dari mixudema. Kecepatan
metabolisme naik dan suhu tubuh dapat lebih tinggi dari normal.

C. Kelenjar Paratiroid
Disetiap sisi kelenjar tiroid
terdapat dua kelenjar kecil, yaitu
kelenjar paratiroid, di dalam leher.
Sekresi paratiroid, yaitu hormon
paratiroid, mengatur metabolisme zat
kapur dan mengendalikan jumlah zat
kapur di dalam darah dan tulang.
Kuda, sapi : menempel dan lebih pucat
Anjing : tertanam dibagian rostral
Kucing : tertanam di bgn kaudal

Hipoparatiroidisma, pada mana terjadi kekurangan


kalsium di dalam isi darah, atau hipokalsemia,
mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan
gejala khas kejang dan konvulsi, khususnya pada tangan
dan kaki yang disebut karpopedal spasmus: simptom-
simptom ini dapat cepat diringankan dengan pemberian
kalsium. Hiperparatiroidisma atau over aktifitas kelenjar, biasanya ada sangkut pautnya
dengan pembesaran kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium
dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukkan kembali ke dalam serum darah, dengan
akibat terjadinya penyakit tulang dengan tanda-tanda khas bahwa beberapa bagian
keropos, yang dikenal sebagai osteitis fibrosa sistika, karena terbentuk kista pada tulang.
Kalsiumnya diendapkan di dalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan
kegagalan ginjal.

D. Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas disusun oleh sel asinar yang bersifat eksokrin dan sel endokrin
yg terakumulasi di pulau langerhans (terdiri dari sel α → glukagon dan sel β → insulin).
Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan terbentang
horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm.
mendapat pasokan darah dari arteri mensenterika superior dan splenikus.
Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai
organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau Langerhans terdiri
tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang menghasilkan yang menghasilkan glukoagon, sel beta
yang menghasilkan insulin, dan sel deltha yang menghasilkan somatostatin namun
fungsinya belum jelas diketahui.
Organ sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot dan jaringan lemak. Glukagon
dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormone
ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Kalau secara umum, insulin
menurunkan kadar gula darah sebaliknya untuk glukagon meningkatkan kadar gula
darah.
Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat.
Efek glukoagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam
meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan
glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta
meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat).
Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipolisis (pemecahan lemak). Dalam
menurunkan kadar gula darah, insulin sebagai hormon anabolik terutama akan
meningkatkan difusi glukosa melalui membran sel di jaringan.

E. Kelenjar Adrenal

Kelenjar Adrenal berbentuk kecil, bentuk segitiga,


terletak diatas (kranial) ginjal. Disebut juga sebagai
kelenjar suprarenalis karena letaknya di atas ginjal.
Dan kadang juga disebut sebagai kelenjar anak
ginjal karena menempel pada ginjal. Kelenjar
adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks
dan bagian medulla. Keduanya menunjang dalam
ketahanan hidup dan kesejahteraan, namun hanya korteks yang esensial untuk
kehidupan.
1. Korteks adrenal
Korteks adrenal esensial untuk bertahan hidup. Kehilangan hormon adrenokortikal
dapat menyebabkan kematian. Korteks adrenal mensintesa tiga kelas hormone steroid
yaitu mineralokortikoid, glukokortikoid, dan androgen.
2. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid (pada manusia terutama adalah aldosteron) dibentuk pada zona
glomerulosa korteks adrenal. Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit dengan
meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Aktivitas fisiologik ini
selanjutnya membantu dalam mempertahankan tekanan darah normal dan curah
jantung.
3. Glukokortikoid
Glukokortikoid dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol merupakan glukokortikoid
utama pada manusia. Kortisol mempunyai efek pada tubuh antara lain dalam:
metabolisms glukosa (glukosaneogenesis) yang meningkatkan kadar glukosa darah;
metabolisme protein; keseimbangan cairan dan elektrolit; inflamasi dan imunitas; dan
terhadap stressor.
4. Hormon seks
Korteks adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid seks dari zona retikularis.
Umumnya adrenal mensekresi sedikit androgen dan estrogen dibandingkan dengan
sejumlah besar hormon seks yang disekresi oleh gonad. Namun produksi hormone
seks oleh kelenjar adrenal dapat menimbulkan gejala klinis.

F. Kelenjar Gonad
Terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan tampak jelas pada minggu
kelima. Difrensiasi jelas dengan mengukur kadar testosteron fetal terlihat jelas pada
minggu ke tujuh dan ke delapan gestasi. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa
prepubertas dengan meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan
inhibisi steroid.
1. Testis Dua buah testis ada dalam skrotum.
Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ endokrin dan organ reproduksi.
Menghasilkan hormone testosteron dan estradiol dibawah pengaruh LH. Testosteron
diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis sementara FSH diperlukan untuk
memulai dan mempertahankan spermatogenesis.Estrogen mempunyai efek
menurunkan konsentrasi testosteron melalaui umpan balik negatif terhadap FSH
sementara kadar testosteron dan estradiol menjadi umpan balik negatif terhadap LH.
Fungsi testis sebagai organ reproduksi berlangsung di tubulus seminiferus.Efek
testosteron pada fetus merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke arah
pria. Pada masa pubertas hormon ini akan merangsang perkembangan tanda-tanda
seks sekunder seperti perkembangan bentuk tubuh, pertumbuhan dan perkembangan
alat genital, distribusi rambut tubuh, pembesaran laring dan penebalan pita suara
serta perkembangan sifat agresif.
2. Ovarium
Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron. Sebagai organ reproduksi, ovarium menghasilkan ovum (sel telur) setiap
bulannya pada masa ovulasi untuk selanjutnya siap untuk dibuahi sperma. Estrogen
dan progesteron akan mempengaruhi perkembangan seks sekunder, menyiapkan
endometrium untuk menerima hasil konsepsi serta mempertahankan proses laktasi.
Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus luteum.
Progesteron juga dibentuk di sel lutein korpus luteum.
G. Kelenjar Tymus
Kelenjar timus terletak di dalam toraks, kira-kira pada ketinggian bifurkasi
trakhea. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi yang baru
lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gr atau lebih sedikit: ukurannya bertambah
dan pada masa remaja beratnya dari 30-40 gr dan kemudian mengerut lagi. Fungsinya
belum diketahui, tetapi diperkirakan ada sangkut dengan produksi anti body.

2.3 Sistem Hormon Pada Hewan


a . Sistem Endokrin pada Amphibia
Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern
desebut hormon. Fungsi mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh, merangsang, baik
yang bersifat mengaktifkan atau mengerem pertubuhan, mengaktifkan bermacam-macam
jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah laku makhluk hidup.
Pada dasar otak terdapat glandulae pituitaria atau glandula hypophysa. Bagian
anterior kelenjar ini menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol
pertumbuhan tubuh terutama pada panjang tulang. Juga merangsang gonad untuk
menghasilkan sel kelamin. Bagian tengah glandula pituitaria menghasilkan hormon
intermidine yang mempunyai peranan dalam pengaturan cromatophora dalam kulit.
Bagian posterior glandula Pituitaria menghasilkan hormon yang mengatur pengambilan
air. Hormon tyroid yang mengatur metabolisme. Kelenjar ini menjadi besar pada berudu
sebelum metamorphose menjadi katak. Kelenjar pankreas menghasilkan enzim dan
hormon insulin yang mengatur meteabolisme zat gula.
b .Sistem endokrin pada Aves
Kelenjar endokrin terdiri atas glandulae pituitaria atau hypophysa terletak didasar
otak pada ujung infundibulum, glandulae thyroidea yang terletak di bawah pena jugularis
dekat cabang arteri subclavia dan arteri carotis.
Glandulae pancreatucus menghasilkan hormon insulin. Glandulae sub renalis atau
glandula andrenalis terletak pada permukaan ventral dan Ren, Glandulae sexualis
menghasilkan hormon yang mempengaruhi tanda kelamin sekunder terutama terletak
pada warna bulu.
Hewan rendah yang mempunyai kelenjar endokrin ialah Cephalopoda, Arthropoda dan
hewan yang lebih kompleks lainya. Hewan jenis insect diketahui juga menghasilkan
sejumlah hormone yaitu :
1. Juvenil hormone (JH), merangsang perubahan serangga dari bentuk ulat ke larva.
Hormon ini tidak dihasilkan ketika serangga mencapai bentuk dewasanya.
2. Ecdysone, merangsang perubahan atau pergantian kulit serangga. Hormon ini bekerja
antagonis dengan JH.
3. Octopamine, menaikkan kadar penggunaan glukosa oleh otot.
4. Adipokinetic Hormone, mempercepat perubahan lemak menjadi energi.
5. Bovine Somatotropin(BST),meningkatkan produksi susu pada ternak.

Anda mungkin juga menyukai