Anda di halaman 1dari 13

PENGANTAR FISIKA ZAT PADAT

(GAYA IKAT)

OLEH:
Zulfa Dara Nalurita (140310200010)
Faisal Aulia Ghani (140310200012)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
1. GAYA IKAT
1.1 Syarat Munculnya Ikatan dalam Atom

Gambar 1. Dua Atom yang Terjadi Suatu Gaya


Zat Padat terdiri dari atom (ion atau molekul) yang berdekatan satu sama lain dan
menempati posisi tertentu di sekitar posisi kesetimbangannya. Pada umumnya benda
padat memiliki bentuk dan volume yang sulit untuk berubah bentuk. Hal ini disebabkan
oleh gaya-gaya yang bekerja antara atom, ion, atau molekul dalam keadaan padat yang
berbeda, dan gaya-gaya ini menahan/mengikat mereka bersama untuk membentuk
padatan/zat padat.
Posisi atom-atom dalam kristal relatif berjauhan, sehingga gaya inti antar atom
dapat diabaikan ketika berinteraksi antar atom. Ikatan yang membentuk kristal biasanya
dipengaruhi oleh gaya antar atom, dan gaya antar atom ini bersifat listrik. Ikatan yang
terjadi dalam zat padat pada dasarnya bersumber dari tarikan elektronik antara muatan
negatif elektron dengan muatan positif inti. Gaya magnetik kecil sekali pengaruhnya
terhadap ikatan, bahkan gaya gravitasi dapat diabaikan.

1.2 Energi Potensial (Persamaan, Analisis dan Konsekuensinya)


Energi potensial adalah energi karena posisi relative ion-ion pada medan
listrik dan merujuk kepada energi yang tersimpan pada ikatan. Saat atom dengan
muatan negative (anion) dan atom dengan muatan positif (kation) membentuk
ikatan yang kuat, biasanya atom-atom tersebut lebih stabil dengan energi potensial
yang rendah. Ini dikarenakan untuk memutuskan ikatan, dibutuhkan energi
eksternal yang besar. Dimana pada ikatan lemah, energi yang dibutuhkan lebih
sedikit untuk memutuskan ikatan. Semakin kuat ikatan energi, semakin sulit atom
bergerak. Gaya ikat adalah gaya tarikan atau tolakan diantara atom-atom.Gaya ikat
menentukan modulus young (elastis) dari material (seberapa kaku bahan tersebut.
Energi potensial merupakan energi yang terbentuk karena adanya gaya tolak-
menolak atau gaya tarik-menarik antar atom. Perubahan energi potensial terhadap
perubahan jarak antar dua ion atau dua molekul dapat dinyatakan dengan
persamaan :
a b
Vr = − +
rm rn
Dimana :
 Vr = Energi potensial total
 a = Konstanta tarik-menarik
 b = Konstanta tolak-menolak
 r = Jarak antar atom
 m = Konstanta karakteristik jenis ikatan (ion m = 1, molekul m = 6)
 n = Eksponen Born
a
 − rm = Vtarik , energi yang terkait dengan gaya tarik antar partikel
b
 = Vtolak , energi yang terkait dengan gaya tolak antar partikel
rn

Gambar 2. Kurva Energi Potensial vs Jarak


2. Ikatan Atom Dalam Kristal
Kristal merupakan suatu zat padat yang memiliki struktur atom yang teratur dan
memiliki pola yang periodik, yang mana masing-masing atom berinteraksi satu sama lain
membentuk suatu ikatan. Ikatan antar atom terjadi agar atom yang berikatan didalamnya
memiliki konfigurasi yang stabil. Pada umumnya ikatan kristal terbagi menjadi 2 yakni
ikatan primer/utama dan ikatan sekunder, berikut merupakan penjelasan mengenai masing-
masing ikatan kristal :

2.1 Ikatan utama / primer


a. Ikatan Ionik
Ikatan ionik adalah suatu ikatan yang terjadi pada atom logam yang
berikatan dengan atom non logam. Ikatan ionik terbentuk karena adanya gaya
coulomb (gaya tarikan elektrostatik) antara ion positif dan ion negatif.
Terbentuknya ion-ion tersebut dikarenakan terjadi transfer elektron antara atom-
atom yang membentuk ikatan atau terjadi serah terima elektron. Pada atom logam
terjadi pelepasan elektron sehingga akan terbentuk kation dan pada atom non logam
akan terjadi penerimaan elektron sehingga akan terbentuk anion. Contoh ikatan
ionik antara lain terdapat pada NaCl, KBr ,CsCl, NaI. Misalnya untuk molekul
NaCl, dimana atom Na dengan energi ionisasi yang rendah lebih mudah kehilangan
elektron sedangkan atom Cl mempunyai afinitas elektron yang tinggi sehingga
cenderung menerima elektron. Berikut merupakan gambar dari ikatan ionik NaCl.

Gambar 3. Pembentukan Ikatan Ion NaCl


b. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah suatu ikatan yang terbentuk antara sesama atom non
logam, yang mana ikatan ini terjadi agar atom - atom memperoleh susunan elektron
yang stabil. Ketika atom non logam tidak stabil maka atom tersebut akan cenderung
menerima elektron agar menjadi stabil, sehingga dalam hal ini atom - atom tersebut
akan cenderung menerima atau menangkap elektron dengan cara saling
menyumbang elektron dan dipakai bersamaan. Salah satu contohnya adalah ikatan
antara atom C dan H yang bisa dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4. Struktur Lewis Molekul CH4


Atom C memiliki elektron valensi 4 sehingga membentuk anion C4- yang
mana membutuhkan 4 elektron untuk mencapai keadaan stabil, sedangkan atom H
membentuk anion H- yang mana membutuhkan 1 elektron untuk mencapai keadaan
stabil, sehingga bisa dilihat pada gambar atom C dan atom H elektron valesinya
dipakai secara bersamaan untuk mencapai keadaan stabil dan membentuk molekul
CH4. Berdasarkan jumlah elektron yang dipakai bersama ikatan kovalen dibagi
menjadi 3 yakni.

- Ikatan kovalen tunggal

Gambar 5. Ikatan kovalen tunggal


Pada gambar tersebut atom H memiliki elektron valesinya 1
sehingga kalau ingin terjadi kestabilan harus mengikuti kaidah duplet,
sedangkan untuk atom Cl untuk mencapai kestabilan harus mengikuti
kaidah oktet, yang mana bisa dilihat pada gambar bahwa setiap atom
menyumbangkan masing-masing 1 elektron sehingga terjadi satu pasang
ikatan kovalen. Inilah yang dinamakan ikatan kovalen tunggal.
- Ikatan Kovalen Rangkap 2

Gambar 6. Ikatan Kovalen Rangkap 2


Pada gambar tersebut atom O memiliki elektron valesinya 6, yang
mana atom O terdiri dari 2 atom sehingga kalau ingin terjadi kestabilan
harus mengikuti kaidah duplet, dengan menyumbangkan 2 elektron untuk
masing-masing atom, maka yang terjadi ikatan kovalen sebanyak 2 pasang.
Inilah yang dinamakan ikatan kovalen rangkap 2.

- Ikatan Kovalen Rangkap 3

Gambar 7. Ikatan Kovalen Rangkap 3


Pada gambar tersebut atom N memiliki elektron valesinya 5, yang
mana atom N terdiri dari 2 atom sehingga kalau ingin terjadi kestabilan
harus mengikuti kaidah duplet, dengan menyumbangkan 3 elektron untuk
masing-masing atom, maka yang terjadi ikatan kovalen sebanyak 3 pasang.
Inilah yang dinamakan ikatan kovalen rangkap 3
Lalu berdasarkan pengkutubanya ikatan kovalen terjadi menjadi 2 :
- Ikatan Kovalen polar

Gambar 8. Ikatan Kovalen Polar


Ikatan Kovalen Polar adalah ikatan kovalen yang membentuk kutub
karena perbedaan keelektronegatifan antar atom/molekul yang berikatan.
Bisa dilihat pada gambar bahwa antara atom H dan Cl memiliki satu
pasangan elektron terikat (PEI) dan terjadi suatu pengkutuban hal ini
karena atom H memiliki elektron valensi sebanyak 1 dan atom Cl memiliki
elektron valensi sebanyak 7, sehingga dalam hal ini terjadi perbedaan
kelektronegatifan antara atom H dan Cl. Kelektronegatifan itu sendiri
adalah ukuran kecenderungan atau kemampuan suatu atom untuk
menangkap atau menarik elektron dari atom lain. Atom Cl memiliki
kelektronegatifan lebih besar dibandingkan atom H sehingga PEI akan lebih
tertarik ke atom Cl dan seolah-olah atom H melepaskan elektron dan
membentuk kutub positif sedangkan atom Cl menerima elektron dan
membentuk kutub negatif.

- Ikatan Kovalen Non Polar


Gambar 9. Ikatan Kovalen Non Polar
Ikatan kovalen non polar adalah suatu ikatan kovalen yang mana
tarikan PEI ke kedua atom sama atau beda kelektronegatifan antara kedua
atom tidak ada. Bisa dilihat pada gambar terdapat atom Cl2 dengan masing-
masing memiliki elektron valensi sebanyak 7 dan dalam hal ini pasangan
elektron terikat tidak terjadi pengkutuban. Ikatan kovalen termasuk ikatan
yang kuat, misalnya intan yang derajat kekerasannya sangat tinggi, titik
lelehnya di atas 30000C dan memiliki energi kohesi 7,3 eV per atom. Ikatan
kovalen pada struktur intan terbentuk dari dua atom karbon, dimana setiap
atom karbon dikelilingi oleh 4 buah atom karbon tetangga terdekat. Contoh
lain dari kristal ikatan kovalen adalah Si, Ge, ZnS, GaSh, InAs dan SiC.

c. Ikatan Logam
Ikatan logam adalah suatu ikatan yang terjadi antara atom logam dengan
atom logam lainya sehingga membentuk kation. Atom logam ini cenderung untuk
melepaskan elektron valensinya. Ikatan logam terjadi karena adanya gaya tarik
menarik antara muatan positif dari ion-ion logam dan muatan negatif dari elektron
yang bergerak bebas. Sebagai contoh, perhatikan atom natrium dengan elektron
valensi 1 berikut ini
Gambar 10. Ikatan Logam pada Atom Na
Orbital atom yang terisi penuh elektron bersama inti atom akan membentuk teras
atom. Pada kristal logam, teras-teras atom saling berikatan dan elektron valensi
menjadi elektron bebas, dimana terdapat satu elektron untuk setiap teras Na. Jadi,
ikatan logam dapat dianggap sebagai kumpulan teras atom dalam lautan elektron
bebas.
Tidak seperti kristal-kristal lainnya, maka logam mudah dibentuk tanpa
rusak atau pecah. Hal ini disebabkan adanya gas elektron yang berfungsi sebagai
pelumas sehingga memudahkan atom-atom untuk bergeser. Pemberian beda
potensial pada ujung-ujung keping logam, akan menyebabkan gas elektron
mengalir dari bagian negatif ke bagian positif dan menghasilkan arus listrik.

2.2 Ikatan Antar Molekul


a. Ikatan Sekunder
Ikatan sekunder merupakan ikatan yang lemah jika kita bandingkan dengan
ikatan primer. Walaupun ikatan sekunder lebih lemah dari ikatan primer, tetapi
sering kali cukup kuat untuk menjadi penentu susunan akhir dari atom dalam
padatan. Ikatan sekunder terbentuk oleh adanya gaya tarik elektrostatik antar
dipole. Dipole disini merupakan molekul dimana titik pusat muatan positif tidak
berimpit dengan titik pusat muatan negatif. Ikatan sekunder ini berperan penting
terutama pada penentuan struktur dan beberapa sifat polimer. Macam-macam dari
ikatan sekunder adalah sebagai berikut :
● Ikatan Hidrogen
Menurut konsep yang digunakan oleh IUPAC, terminologi ikatan
hidrogen digambarkan sebagai suatu bentuk interaksi elektrostatik antara
atom hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif dengan atom
elektronegatif lainnya. Interaksi elektrostatik tersebut diperkuat oleh
kecilnya ukuran atom hidrogen yang memudahkan terjadinya interaksi
dipol–dipol antara atom donor proton (D) dengan atom akseptor proton (A).
Ikatan hidrogen ini, yang digambarkan dengan garis putus­‐putus, dapat
terjadi antar­‐molekul maupun intra--molekul. Selain itu, kedua atom
elektronegatif tersebut biasanya (tetapi tidak harus) berasal dari baris
pertama Tabel Periodik Unsur, yaitu Nitrogen (N), Oksigen (O) atau Fluor
(F). Secara sederhana interaksi ini dapat ditulis dengan :

Gambar 11. Ikatan Hidrogen

Terdapat dua jenis interaksi dalam ikatan hidrogen, yaitu interaksi


primer dan interaksi sekunder. Geometri yang ditampilkan pada Gambar 11
merupakan interaksi ikatan hidrogen primer dimana interaksi terjadi secara
langsung antara kelompok donor dan kelompok akseptor.

Gambar 12. Beberapa Jenis Geometri Ikatan Hidrogen


Sedangkan interaksi antara kelompok donor atau akseptor yang saling
bersebelahan membentuk interaksi ikatan hidrogen sekunder. Muatan
parsial pada atom yang bersebelahan ini dapat memberikan dampak yang
berbeda yaitu dapat meningkatkan kekuatan ikatan berdasarkan tarik­‐
menarik antara muatan parsial yang berlawanan atau sebaliknya dapat juga
mengurangi afinitas karena tolakan antara muatan parsial sejenis.
Perbedaan kedua jenis ini tampak pada pasangan basa guanin–sitosin dalam
DNA dan diilustrasikan pada Gambar 12.

Gambar 13. Interaksi primer (garis putus­‐putus dan sekunder (panah dua
arah warna merah) antara basa guanine dan basa sitosin dalam DNA

Meskipun kekuatan ikatan hidrogen tidak sebesar ikatan kovalen, namun


keberadaannya dalam suatu molekul dapat memberikan kontribusi terhadap
struktur dan sifat khas dari molekul tersebut. Selain mempengaruhi sifat
suatu senyawa, misalnya dalam menaikkan titik didih, titik leleh, kelarutan
dan viskositas, ikatan hidrogen berperan penting dalam bidang farmasi dan
kedokteran khususnya dalam mempelajar desain dan interaksi molekular
antara obat­‐obatan dengan sistem metabolisme tubuh. Bahkan secara
alami, ikatan hidrogen terlibat aktif dalam menghubungkan asam–asam
amino penyusun protein dan basa‐basa penyusun DNA.
Bersama dengan interaksi non kovalen lainnya, ikatan hidrogen
berperan dalam pembentukan struktur double­‐helix dari DNA. Selain itu,
ikatan hidrogen dalam suatu senyawa juga dapat mempengaruhi struktur
suatu molekul dalam fase padatnya, baik itu senyawa organik maupun
senyawa anorganik, yang pada akhirnya juga mempengaruhi sistem kristal,
parameter sel, grup titik serta sifat keseluruhan dari senyawa tersebut. Di
dalam kisi kristal, ikatan hidrogen seringkali teramati pada senyawa organik
yang memiliki gugus fungsi amida, alkohol, maupun karboksilat, misalnya
asam trimesik (Gambar 13) yang membentuk struktur dua dimensi
heksagonal (hexagonal sheets).

Gambar 14. Struktur dua dimensi asam trimesik dengan adanya ikatan
hidrogen.

● Ikatan Van Der Waals


Gaya Van Der Waals terjadi akibat interaksi antara molekul-
molekul non polar (Gaya London), antara molekul-molekul polar (Gaya
dipole-dipol) atau antara molekul non polar dengan molekul polar (Gaya
dipole-dipol terinduksi). Ikatan Van Der Waals terdapat antar molekul zat
cair atau padat dan sangat lemah. Gaya Van Der Waals dahulu dipakai untuk
menunjukkan semua jenis gaya tarik-menarik antar molekul. Namun kini
merujuk pada pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul yang
terlemah menjadi dipole seketika. Pada saat tertentu, moleku-molekul dapat
berada dalam fase dipole seketika ketika salah satu muatan negative berada
di sisi tertentu. Dalam keadaan dipol ini, molekul dapat menarik atau
menolak electron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipole. Gaya
tarik menarik yang muncul sesaat ini merupakan gaya Van Der Waals.
Karena gaya ini sangat lemah maka zat yang mempunyai ikatan van
der waals akan mempunyai titik didih yang sangat rendah. Meskipun
demikian gaya van der waals bersifat permanen dan lebih kuat dari gaya
london. Contoh gaya van der waals terdapat pada senyawa hidrokarbon.
Misalnya pada senyawa CH4. Perbedaan keelektronegatifan C (2,5) dengan
H (2,1) sangat kecil, yaitu sebesar 0,4. Senyawa-senyawa yang mempunyai
ikatan van der waals akan mempunyai titik didih sangat rendah, tetapi
dengan bertambahnya Mr Ikatan akan makin kuat sehingga titik didih lebih
tinggi. Contohnya, titik didih C4H10>C3H8>C2H6>CH4. Contoh lainnya
terdapat pada Br2 dan I2. Br2 berwujud cair tetapi mudah menguap dan I2
berwujud gas tetapi mudah menyublim. Hal ini disebabkan karena ikatan
antara molekul Br2 dan I2 adalah ikatan van der waals.
Dalam bentuk gas (seperti N2, O2, CL2) dan hampir semua zat
organic berupa molekul-molekul tunggal dengan ikatan kovalen. Gaya tarik
antara molekul-molekul ino sangat lemah. Hal ini terbukti dari kenyataan
bahwa gas-gas nyata tidak mengikuti hokum gas ideal :

PV = nRT

Gaya antar molekul ini disebut gaya Van Der Waals. Dengan adanya
gaya-gaya ini memberikan koreksi pada persamaan ideal untuk gaya sejati.

Dimana :

● P = Tekanan Gas
● V = Volume gas
● T = Temperatur (K)
● a dan b = tetapan
● R = Tetapan Gas Umum

Gambar 15. Gaya Van Deer Waals

Anda mungkin juga menyukai