Anda di halaman 1dari 23

NAMA :MA’SHUM AS’ARI

NIM :19612205

KELAS :MANAJEMEN SORE 3

1. Apa ada dampak negatife dari bisnis atau perdagangan internasional bagi
perekonomian Indonesia?
Jawab:

Berikut dampak negatif perdagangan internasional:

1. Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang
dijual lebih murah dalam negeri yang menyebabkan industri dalam negeri mengalami kerugian
besar.

2. Munculnya ketergantungan dengan negara maju.

3. Terjadinya persaingan yang tidak sehat karena pengaruh perdagangan bebas.

4. Bila tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian negara akan semakin rendah
dan bertambahnya pengangguran dalam negeri.

Menurut Case (1996), dampak negatif perdagangan internasional adalah

1) Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang dijual
lebih murah dalam negeri yang menyebabkan industri dalam negeri mengalami kerugian besar.

2) Munculnya ketergantungan dengan negara maju.

3) Terjadinya persaingan yang tidak sehat karena pengaruh perdagangan bebas.

4) Bila tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian negara akan semakin rendah
dan bertambahnya pengangguran dalam negeri.
Dampak Negatif Perdagangan Internasional

Walaupun kerja sama perdagangan internasional mendatangkan banyak manfaat bagi


negara yang terlibat, tetapi aktivitas ekonomi ini juga dapat membawa dampak negatif.

Kembali mengutip buku Ekonomi Internasional (2017), sejumlah dampak negatif dari
perdagangan internasional adalah sebagai berikut:

1.) Produk dalam negeri semakin menurun adanya perdagangan internasional ini akan turut
menimbulkan persaingan industri antar-negara. apabila industri di suatu negara memiliki kualitas
produksi barang yang rendah dan harga yang relatif mahal dibandingkan dengan negara lainnya,
maka negara tersebut akan mengalami penurunan jumlah permintaan. Ini karena konsumen
cenderung mencari barang dengan kualitas bagus dan harga yang terjangkau.

2.) Ketergantungan terhadap negara-negara maju dari sisi produksi barang, negara berkembang
dan miskin memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap negara maju dalam faktor
produksi, khususnya yang berkaitan dengan teknologi. Sedangkan dari sisi konsumsi barang,
pengembangan barang elektronik serta otomotif sampai saat ini makin dikuasai oleh negara-
negara maju. Akibatnya, negara miskin dan berkembang mayoritas masih sebagai konsumen
saja.

3.) Industri kecil kesulitan untuk bersaing keterbatasan modal sering kali jadi hambatan bagi
industri-industri kecil untuk mengembangkan diri. aktivitas perdagangan internasional berpotensi
semakin membatasi ruang gerak industri kecil karena harus bersaing dengan industri nasional
maupun multinasional yang memiliki modal lebih besar.

4.) Persaingan tidak sehat langkah pemerintah suatu negara untuk memenangkan persaingan di
perdagangan internasional, dengan membuat sejumlah kebijakan seperti dumping dan praktik
tarif impor, adalah tidak tepat. Strategi itu merusak esensi dari perdagangan internasional yang
seharusnya didasarkan kepada prinsip persaingan usaha yang sehat.
Dampak negatife perdagangan Internasional bagi perekonomian Indonesia

Dengan adanya perdagangan internasional yang berdampak positif tersebut juga


mempunyai dampak negatif bagi negara yang melakukannya. Dampak negatifnya perdagangan
internasional tersebut ialah sebagai berikut:

1.Adanya suatu ketergantungan pada suatu negara terhadap negara lain.

2.Terdapat persaingan yang tidak sehat didalam perdagangan internasional.

3.ada Banyak industri kecil yang kurang mampu untuk dapat bersaing menjadi gulung tikar
(bangkrut).

4.Terdapat suatu pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang lebih maju(tidak
kreatif).

5.Terjadinya suatu kekurangan tabungan masyarakat untuk dapat berinvestasi.hal tersebut terjadi


disebabkan karena masyarakat menjadi konsumtif.

6.Timbulnya suatu penjajahan ekonomi oleh negara yang lebih maju.

Dampak negatife perdagangan internasional:

1.Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang dijual
lebih murah dalam negeri yang menyebabkan industry dalam negeri mengalami kerugian besar.

2.Munculnya ketergantungan dengan negara maju.

3.Terjadinya persaingan yang tidak sehat karena pengaruh perdagangan bebas.

4.Bila tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian negara akan semakin rendah dan
bertambahnya pengangguran dalam negeri.
Dampak negatife perdagangan Internasional bagi perekonomian Indonesia sebagai
berikut:

a. Adanya ketergantungan dengan negara-negara pengimpor

Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang yang tidak diproduksi dalam negeri,


pemerintah akan mengimpor dari negara lain. Kegiatan mengimpor ini dapat mengakibatkan
ketergantungan dengan negara pengimpor.

b. Masyarakat menjadi konsumtif

Banyaknya barang-barang impor yang masuk ke dalam negeri menyebabkan semakin


banyak barang yang ada di pasar baik dari jumlah, jenis, dan bentuknya.Akibatnya akan
mendorong seseorang untuk lebih konsumtif, karena semakin banyak barang-barang pilihan yang
dapat dikonsumsi.

c. Mematikan usaha-usaha kecil

Perdagangan internasional, dapat menimbulkan persaingan industri dengan negara-negara


lain. Industri yang tidak mampu bersaing tentu akan mengalami kerugian, sehingga akan
mematikan usaha produksinya. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan
pengangguran.

Menurut Case (1996), dampak negatif perdagangan internasional adalah:

1) Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang dijual
lebih murah dalam negeri yang menyebabkan industri dalam negeri mengalami kerugian besar.

2) Munculnya ketergantungan dengan negara maju.

3)Terjadinya persaingan tidak sehat.

Dampak negatif perdagangan internasional bagi Indonesia adalah:

1.Memunculkan pola hidup konsumtif serta ketergantungan kepada negara lain.


2.Indonesia akan rawan terkena penjajahan dari bidang ekonomi.

3.Rawan timbul persaingan-persaingan yang tidak sehat.

4.Dapat mematikan produksi dan usaha dalam negeri yang tidak mampu bersaing.

5.Dapat melemahkan rupiah apabila impor lebih besar daripada ekspor.

Dampak negatife perdagangan Internasional bagi perekonomian Indonesia sebagai


berikut:

1. Timbulnya rasa ketergantungan.


Dampak perdagangan Internasional ternyata dapat menimbulkan adanya
ketergantungan yang tinggi dengan produk-produk yang diluar negeri,yang akibatnya
menimbulkan ketergantungan dengan negara lain,lebih-lebih jika produk tidak dapat
dibuat didalam negeri.
2. Timbulnya penjajahan ekonomi oleh negara lain.
Hubungan perdagangan internasional juga bias dijadikan alat untuk mengatur dan
menekan negara tertentu.sehingga dapat terjadi karena ketergantungan dibidang ekonomi
kadang kala melebar kebidang lain seperti Politik,Social,Hankam dan masih banyak lagi.
3. Perdagangan Internasional dalam pelaksanaannya mengarah pada perdagangan Bebas :
Ada perdagangan bebas justru yang lebih banyak menikmati keuntungan adalah
negara-negara maju, begitupula negara berkembang malah sering mengalami kerugian.
4. Timbulnya Eksploitasi Sumber Daya Alam dan Manusia
Perdagangan internasional ternyata dapat menimbulkan adanya eksploitasi
terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia secara habis-habisan. Akibatnya
pada jangka panjang negara itu bisa miskin dengan kekayaan alam tersebut sehingga pada
akhirnya negara tersebut tidak lagi mengekspor tetapi malah mengimpor dari negara lain.
Contohnya bahwa dulu Indonesia terkenal sebagai produsen minyak, tetapi kini net
import kita telah negatif, artinya negara kita telah menjadi negara yang ekspor minyaknya
lebih kecil dari impor minyaknya.
5. Timbul Persaingan dan Perpecahan Antar negara
Dampak yang timbul akibat adanya perdagangan internasional, sering muncul
perebutan negara tujuan ekspor oleh beberapa negara pemasok. misalnya negara Amerika
Serikat memerlukan tekstil karena tidak mampu mencukupi semua kebutuhannya sendiri,
maka wajar bila Indonesia dan India yang sama-sama mampu menghasilkan tekstil
berebut untuk menguasai pasar di negara Amerika Serikat. Sehingga mengalami
akibatnya yakni terjadi persaingan dan perpecahan antara negara-negara yang berebut
pasar ekspor.
6. Banyak industri kecil yang kurang mampu bersaing menjadi gulung tikar.
7. Adanya pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang lebih maju.
8. Terjadinya kekurangan tabungan masyarakat untuk investasi Ini terjadi karena
masyarakat menjadi konsumtif.
9. Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran
Suatu negara harus mencatat nilai aktivitas ekonominya yang dilakukan dengan
negara lain catatan tersebut dinamakan neracaia catatan tersebut hanya untuk bidang
perdagangan, maka narcicanya merupakan neraca perdagangan akan tetapi kalau
neracanya mencakup semuc aliran keuangan maka toner acnes merupakan neraca
pembayaran.

2. Bagaimana Bisnis internasional di Indonesia pada masa pandemic covid 19 seperti


ini?
Jawab:
Capaian Diplomasi Indonesia dalam Mendorong Minyak Nabati yang Berkelanjutan
Jakarta, 27 Januari 2021 - Sebagai negara dengan produksi minyak sawit terbesar di Asia
Tenggara, Indonesia telah berupaya untuk mengeliminasi kampanye negatif terhadap kelapa
sawit yang marak berkembang di Uni Eropa, salah satunya melalui penyelenggaraan the First
Joint Working Group (JWG) on Palm Oil antara ASEAN dengan Uni Eropa pada 27 Januari
2021.

Dorong Ekspor Produk Makanan Organik, Konjen RI Toronto Ungkapkan Kiat-Kiat


Memasuki Pasar Kanada

Toronto, Kanada – Pengusaha Indonesia perlu memperhatikan konsep fair trade yang
mengedepankan dialog, transparansi dan kesetaraan dengan mitra dagang untuk dapat berhasil
menembus pasar Kanada. Eksportir Indonesia juga didorong untuk mengedepankan aspek nilai
yang sangat diperhatikan negara maju seperti Kanada, misalnya terkait pemberdayaan
perempuan, maupun konservasi hewan langka dan hutan tropis. Hal ini disampaikan oleh Konsul
Jenderal RI – Toronto, Leonard F. Hutabarat dalam seminar daring “Tantangan dan Prospek
Produk UMKM Masuk ke Pasar Kanada” yang diselenggarakan oleh Sahabat Desa SDGs
Mandiri (22/01/2021).

Dukung Ekspansi Alfamart Philippines di Mindanao, KJRI Davao City Hubungi Founder
Alfamart Philippines
Davao City, Filipina – Perwakilan RI di luar negeri mempunyai tugas untuk
meningkatkan perdagangan antara Indonesia dan negara akreditasi. KJRI Davao City intensifkan
diplomasi ekonomi salah satunya dengan mendorong Alfamart Philippines melakukan ekspansi
Alfamart di Mindanao. Hal ini dilakukan oleh Konsul Jenderal RI – Davao City, Ricky Fabrian
melalui pertemuan virtual dengan Founder Alfamart Philippines, Robert Kwee (20/01/2021).

Bidik Peningkatan Volume Perdagangan Indonesia - Sudan, KBRI Khartoum Ikuti


International Fair of Khartoum ke-38
Khartoum, Sudan – Perwakilan Indonesia di luar negeri mempunyai tugas untuk terus
menjalankan diplomasi ekonomi dan meningkatkan perdagangan Indonesia dengan negara
akreditasi. Berbagai cara dilakukan, salah satunya yang dilakukan oleh KBRI Khartoum dengan
menghadiri International Fair of Khartoum (IFK) (22/01/2021).

Kolaborasi Produsen Kopi Terbesar di Indonesia dan Produsen Minuman Terbesar di


RRT Hadirkan Minuman Bercita Rasa Kopi Indonesia di Tiongkok
Hangzhou, RRT – Produsen minuman kopi terbesar di Indonesia, PT Kapal Api Global
resmi merangkul produsen minuman kemasan terbesar di RRT, Hangzhou WAHAHA Group
(HWG) Co., Ltd untuk memproduksi minuman dengan kandungan cita rasa Indonesia. Hal ini
terwujud dalam kunjungan Perwakilan Indonesia di RRT dan PT Kapal Api Global ke kantor
pusat HWG di Hangzhou, RRT (18/01/2021).

Pembukaan Pojok Kopi (Jiku Kopi) Indonesia di ITPC Shanghai

Shanghai, RRT - Bertempat di Kantor Indonesia Trade Promotion Center (ITPC)


Shanghai, Duta Besar RI untuk RRT dan Mongolia, Djauhari Oratmangun resmikan Indonesia
coffee Corner disalah satu bagian ruangan ITPC Shanghai. “POJOK KOPI (JIKU KOPI)” ini
dibesut oleh ITPC bersama KJRI Shanghai sebagai sarana promosi produk-produk unggulan
kopi Indonesia dari berbagai daerah, dari jenis Rosbusta dan Arabika.

Indonesia Bersiap Melaksanakan Tahun Internasional Ekonomi Kreatif untuk


Pembangunan Berkelanjutan 2021

Jakarta, Indonesia – Kementerian Luar Negeri telah melakukan kegiatan awal / kick-off
menyambut Tahun Internasional Ekonomi Kreatif untuk Pembangunan Berkelanjutan
(International Year of Creative Economy for Sustainable Development / IYoCE 2021) melalui
seminar daring “Creative Year Talks #1: Menyambut Tahun Internasional Ekonomi Kreatif
untuk Pembangunan Berkelanjutan" (18/1). Kegiatan ini diselenggarakan untuk meningkatkan
dukungan pemangku kepentingan dan publik terhadap pelaksanaan IYoCE 2021 dan untuk
memperkenalkan Global Center of Excellence and International Cooperation for Creative
Economy (G-CINC).
Diplomasi Kuliner Indonesia di RRT, Pabrik Tempe Pertama di Negari Tirai Bambu
Diresmikan

Shanghai, RRT – Pabrik tempe pertama di Tiongkok resmi didirikan (19/01/2021).


Bertempat di kawasan industri food processing di Songjiang district, Shanghai, pabrik ini akan
memproduksi tempe bernama ‘Rusto Tempeh’.

Banyak negara diketahui memberlakukan hambatan impor di tengah kondisi pandemi


Covid-19. Ini membuat upaya peningkatan produk ekspor Indonesia akan sulit dilakukan.

Sejumlah pasar tujuan ekspor andalan Indonesia seperti AS, China, Singapura dan Eropa
yang mengalami kontraksi ekonomi dipastikan akan melakukan perlindungan bagi industri dalam
negerinya dan melakukan hambatan impor.

Ini diungkapkan Ketua Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) Bachrul Chairi,
melansir Antara. "Artinya pasar internasional berkurang maka upaya semua negara untuk
meningkatkan ekspor memang agak sulit," kata dia, Kamis (3/9/2020).

Bachrul menjelaskan kondisi pandemi Covid-19 telah mengubah pola perdagangan global
yang tadinya berpusat di China kini menyebar ke sejumlah negara. Indonesia pun mendapat
imbas positif karena mendapat relokasi sejumlah industri.

Pandemi juga disebutnya membuat biaya logistik meningkat. Pasalnya, implementasi


prosedur Covid-19 membuat biaya meningkat sementara jumlah barangnya menurun karena daya
beli yang juga turun. "Ini jadi kombinasi yang tidak menguntungkan kita," katanya.

Di sisi lain, lanjut Bachrul, meski Indonesia tergabung dalam sejumlah kesepakatan
perdagangan internasional, saat ini banyak negara yang meninggalkan kesepakatan tersebut dan
kembali menerapkan hambatan perdagangan.
"Ini tentu akan menyebabkan ancaman baru secara global. Resesi global kemungkinan
tidak bisa kita elakkan," imbuhnya.

Selain itu, sejumlah negara juga melakukan pembatasan distribusi di negara mereka
sehingga barang impor masuk jadi berkurang.

Ada pula sejumlah negara yang melakukan pengetatan dengan penambahan standar-
standar tertentu. Artinya, barang impor boleh masuk, namun harus memenuhi syarat yang
dipersulit.

"Itu terjadi di pasar global sehingga itu yang menghambat upaya-upaya kita
meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dan impor," kata Bachrul.

Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto memaparkan 7 strategi Kementerian


Perdagangan (Kemendag) untuk meningkatkan ekspor di masa pandemi covid-19.

“Strategi peningkatan ekspor yang dilakukan kemendag saat ini pertama adalah
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ekspor melalui pendidikan dan
pelatihan, coaching program, pengembangan kurikulum dan metode diklat, promosi dan
kerjasama diklat ekspor,” kata Agus dalam High Impact Seminar dan Kick Off Program BI
Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, Minggu (30/8/2020).

Kedua, pengembangan pasar dan informasi ekspor dengan menyebarkan informasi pasar
ekspor, penyusunan data dan informasi ekspor, maupun pelayanan terhadap pelaku usaha, serta
pembuatan aplikasi digital marketing.

Ketiga, pengembangan produk ekspor dengan meningkatkan peran Indonesia Design


Development Center (IDDC), pengembangan merek produk ekspor, dan diperlukan senter
mengembangkan produk ekspor, jasa serta ekonomi kreatif.

Selanjutnya, strategi keempat yakni pengembangan promosi dan Citra, yang terdiri dari
promosi dagang luar negeri misi dagang dan pameran, promosi produk potensi ekspor, dan
pencitraan produk ekspor.
“Kelima, kerjasama pengembangan ekspor sektor-sektor strategis serta pemanfaatan
perdagangan jasa, aktivasi Kerjasama pengembangan ekspor,”ujarnya.

Keenam, perwakilan perdagangan atase perdagangan (ATDAG) maupun Indonesia Trade


Promotion Center (ITPC) dapat turut berkontribusi dengan laporan peluang pasar promosi
dagang, serta komunikasi dengan instansi K/L terkait di negara akreditasi, serta asosiasi maupun
pelaku usaha.

“Yang terakhir adalah dengan dukungan penyediaan modal kerja bagi UKM siap
melakukan ekspor, dengan menginisiasi insentif fiskal bagi usaha skala menengah yang akan
melakukan kegiatan ekspor melalui pengalokasian dana PKE yang disalurkan melalui LPEI
(Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia),” pungkasnya.

Dampak Covid-19 bagi Perdagangan Indonesia di Sektor Global


Dunia telah digemparkan dengan adanya pandemi Covid-19. Selain itu perkembangan
ekonomi di Indonesia mengalami penurunan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 pada awal
tahun 2020. Kondisi ini memicu penurunan perdagangan bahkan perdagangan internasional
dimana perekonomian dunia akan menurun sebesar tujuh persen, terparah sejak perang dunia
kedua.

Hal tersebut berpengaruh pada perkembangan ekonomi Indonesia sebab dengan adanya
pembatasan kegiatan distribusi maka upaya dalam peningkatan produk ekspor Indonesia akan
sulit dilakukan. Beberapa negara yang menjadi pasar tujuan ekspor andalan Indonesia seperti AS,
China, Singapura dan Eropa juga tidak terlepas untuk melakukan perlindungan industri dalam
negerinya. Hal tersebut menyebabkan ancaman baru secara global. Ada pula sejumlah negara
yang melakukan penambahan standar-standar tertentu, yang artinya barang impor diperbolehkan
masuk, akan tetapi harus memenuhi syarat yang dipersulit terlebih dahulu.

Lesunya kondisi itu sejalan dengan penurunan konsumsi masyarakat. Argumentasi itu
dapat terlihat dari grafik pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang turun tajam dari yang
biasanya 5 persen menjadi 2,83 persen pada Kuartal II - 2020. Di tengah ketidakpastian situasi
ekonomi dan kesehatan, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sepanjang 2020 posisi
neraca perdagangan Indonesia masih surplus senilai 2,25 miliar dolar AS. Adapun catatan defisit
sebesar 0,35 miliar dolar AS terjadi pada April 2020 berasal dari nilai ekspor yang hanya sebesar
12,19 miliar dolar AS. Dari catatan tersebut menunjukkan bahwa masih ada gerak kecil
pertumbuhan ekonomi Indonesia walaupun terjadi di tengah wabah pandemi Covid-19 yang
mengharuskan pembatasan sosial dan penurunan aktivitas ekonomi masyarakat.

Apakah yang harus dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah pandemi covid saat ini?

Pemerintah diharapkan mampu untuk mengoptimalisasikan kebijakan instruksi Presiden


(Inpres) Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional mendorong
pemerintah untuk membuat ekosistem logistik nasional atau national logistics ecosystem (NLE)
sebagai reformasi dari sistem logistik nasional untuk menurunkan biaya logistik di Indonesia.
Penerapan sistem ini dianggap sangat penting sebab kondisi geografis Indonesia adalah
kepulauan dimana membutuhkan adanya sistem multi transportasi antar provinsi dan pulau.

Dalam skala nasional, penambahan serta modernisasi pelabuhan masih sangat dibutuhkan
karena produktivitas pelabuhan di Indonesia secara umum masih tertinggal jika dibandingkan
dengan pelabuhan-pelabuhan lain yang ada di wilayah Asia Tenggara dan Eropa. Perbaikan
infrastruktur ekonomi dan tata kelola adaptasi penguatan ekonomi pada sektor dagang baru
merupakan kunci utama yang berperan penting dalam menjaga konstelasi sistem perdagangan
internasional selama masa pandemi Covid-19. Penguatan ekspor pada produk makanan olahan
Indonesia menjadi skala prioritas baru bagi kebutuhan ekonomi global selama masa pandemi.

Berdasarkan catatan dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2020),


kebijakan ekspor produk makanan olahan mampu mencatatkan nilai ekspor sebesar 1,32 miliar
dolar AS atau meningkat sebesar 7,9 persen jika dibandingkan pada 2019 atau sebelum pandemi.
Pemerintah harus terus melakukan kebijakan strategis dalam mendorong ekspor seperti
meningkatkan fasilitasi dan pelayanan informasi ekspor, serta promosi ekspor dan proposal
kesepakatan dagang secara virtual melalui perwakilan perdagangan. melalui cara seperti ini,
diharapkan agar konstelasi sistem perdagangan Indonesia selama masa pandemi Covid-19 dapat
terjaga dengan baik.
Tata Kelola Perdagangan Dimasa Pandemi

Ekspor non-migas ke China turun akibat wabah Corona (Foto: Agung Pambudhy)

Jakarta - Sejak awal tahun hingga akhir tahun, neraca perdagangan surplus 11,05 miliar
dolar AS. Kondisi ini jelas bertolak belakang dengan catatan neraca perdagangan pada kurun
waktu yang sama pada 2019. Sepanjang 2019, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit
2,04 miliar dolar AS. namun sayangnya catatan surplus yang terjadi pada 2020 cenderung
bernilai negatif karena surplus yang diperoleh bukanlah didapatkan dari kenaikan ekspor,
melainkan dari anjloknya impor.

Dalam laporan ekonomi Indonesia pada pertengahan tahun, kondisi anjloknya impor
negara mengalami kontraksi bukan hanya barang konsumsi, tetapi justru yang paling dalam pada
impor bahan baku dan barang modal yang merupakan impor kegiatan produktif di dalam negeri.
hampir semua sektor industri dalam negeri sangat tergantung dengan bahan baku impor. Jika
impor bahan baku dan barang modal turun, maka kegiatan produksi di dalam negeri juga akan
mengalami kelesuan.

Lesunya kondisi itu sejalan dengan penurunan konsumsi masyarakat. Argumentasi itu
dapat terlihat dari grafik pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang turun tajam dari biasanya 5
persen menjadi 2,83 persen pada Kuartal II - 2020.

Dalam triwulan pertama 2020, pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara dunia tumbuh
negatif. Kita dapat melihat pertumbuhan ekonomi di Tiongkok yang mengalami minus -6,8%,
Singapura yang mengalami minus -2.2%, dan Uni Eropa yang minus -2,7%. Hal ini
mengindikasi bahwa pasar global secara masif mengalami pertumbuhan minus secara konstan.

Rasional Dalam Negeri

Membaca situasi ekonomi secara makro, kontraksi ekonomi Indonesia selama masa
pandemi yang mengalami penurunan agresivitas dari angka 4,9% pada Kuartal IV - 2019
menjadi tumbuh hanya 2,9% pada kuartal awal 2020 memberikan pemahaman bahwa periode
akhir 2020 ekonomi nasional kita hanya mampu tumbuh sekitar 2,3%.

Dalam catatan perdagangan nasional, komposisi ekspor nasional kita selama periode
Januari-April 2020 masih didominasi produk non-migas sebesar 94,6%. Dalam sektor ini produk
industri pengolahan, pertambangan, dan pertanian masih memberi peran pentingnya bagi laju
pertumbuhan ekonomi nasional. Di sisi lain, produk industri ekspor migas seperti gas dan
minyak mentah juga masih menjadi komposisi ekspor yang masih diminati banyak negara dunia.

Negara seperti Tiongkok sampai hari ini masih menjadi tujuan ekspor utama produk non-
migas Indonesia. Selain itu Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura yang sangat dominan dalam
permintaan pembelian. Angka dari ekspor non-migas ini pun tak kecil karena mampu
memberikan dampak sebesar 50,6% dari total nilai ekspor non-migas.

Hal ini seperti berbanding tak seimbang dengan angka impor, yang dalam data
perdagangan nasional selama periode April 2020 tercatat 12,54 miliar dolar AS atau turun 6,1%
jika dibandingkan pada Maret 2020, dan turun sebesar 18,6% jika dibandingkan dengan 2019.
Secara harga rata-rata, dapat dianalisis defisit yang terjadi pada sistem perdagangan
nasional pada 2020 tak diakibatkan turunnya nilai tukar riil. Namun, lebih disebabkan volume
ekspor yang turun signifikan jika dibandingkan dengan pada bulan sebelumnya.

Di tengah ketidakpastian situasi ekonomi dan kesehatan, data Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan sepanjang 2020 posisi neraca perdagangan Indonesia masih surplus senilai 2,25
miliar dolar AS. Adapun catatan defisit sebesar 0,35 miliar dolar AS terjadi pada April 2020
berasal dari nilai ekspor yang hanya sebesar 12,19 miliar dolar AS.

Catatan ini menunjukkan masih adanya gerak kecil pertumbuhan ekonomi Indonesia
walaupun terjadi di tengah wabah pandemi Covid-19 yang mengharuskan pembatasan sosial dan
penurunan aktivitas ekonomi masyarakat. Berkaca pada evaluasi ekonomi ini, maka strategi
matang dari pemerintah sekarang ini akan sangat menentukan sikap keberlangsungan dan
ketahanan perekonomian ke depannya.

Dalam jangka pendek, pemerintah idealnya dapat melakukan identifikasi secara lebih
luas untuk penataan sektor atau industri penyumbang ekspor Indonesia yang cukup besar
Sementara dalam jangka panjang, pemerintah harus memiliki orientasi dukungan output bagi
penguatan sektor dagang lain yang memiliki kebutuhan jual yang cukup tinggi di pasar global,
tapi mengalami kesulitan dalam hal bahan baku dan distribusi, identifikasi sektor, dan upaya
memberikan bantuan distribusi pemasaran dan promosi ke pasar ekspor non tradisional.

Dalam konteks ini, pemerintah diharapkan mampu mengoptimalisasikan kebijakan


instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional
mendorong pemerintah untuk membuat ekosistem logistik nasional atau national logistics
ecosystem (NLE) sebagai reformasi dari sistem logistik nasional untuk menurunkan biaya
logistik di Indonesia.

Penerapan sistem ini dirasa sangat penting karena kondisi geografis Indonesia adalah
kepulauan dimana membutuhkan adanya sistem multi transportasi antar provinsi dan pulau. Hal
ini menyebabkan biaya logistik dibayarkan secara tinggi.

Infrastruktur dan Pengembangan


Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang luas memiliki rasio perdagangan
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang relatif kecil. Berpatokan pada efektivitas
pelabuhan sebagai arus perdagangan, maka optimalisasi pengembangan pelabuhan menjadi hal
mutlak dalam upaya pemajuan ekspor perdagangan.

Pembangunan infrastruktur pelabuhan sejatinya akan menurunkan dasar biaya logistik


dari banyak ruang guna mendukung aktivitas ekonomi perdagangan antardaerah.Tak hanya itu,
pembangunan fasilitas dan infrastruktur pelabuhan juga harus memberikan dampak positif bagi
optimalisasi pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya.

Dalam analisis ekonomi yang dikeluarkan Bank Dunia pada 2014 ditemukan fakta
autentik bahwa adanya penambahan biaya angkutan di pelabuhan telah berkontribusi besar bagi
penambahan harga yang diberikan tingkat konsumen. Dengan demikian pembangunan pelabuhan
daerah menjadi sangat penting sebagai upaya menurunkan biaya logistik.

Produktivitas dari pelabuhan faktanya memiliki dampak besar bagi perubahan nilai
ekonomi komoditas perdagangan. Tak heran dampak efisiensi pelabuhan terhadap daya
dongkrak perekonomian secara besar pun sangat kuat. Dalam skala nasional, penambahan serta
modernisasi pelabuhan masih sangat dibutuhkan karena produktivitas pelabuhan di Indonesia
secara umum masih tertinggal dibandingkan dengan pelabuhan-pelabuhan lain yang ada di
wilayah Asia Tenggara dan Eropa.

Perbaikan infrastruktur ekonomi dan tata kelola adaptasi penguatan ekonomi pada sektor
dagang baru merupakan kunci yang berperan penting dalam menjaga konstelasi sistem
perdagangan internasional selama masa pandemi Covid-19. Penguatan ekspor pada produk
makanan olahan Indonesia menjadi skala prioritas baru bagi kebutuhan ekonomi global selama
masa pandemi.

Berdasarkan catatan dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2020),


kebijakan ekspor produk makanan olahan mampu mencatatkan nilai ekspor sebesar 1,32 miliar
dolar AS atau meningkat sebesar 7,9 persen jika dibandingkan pada 2019 atau sebelum pandemi.

Adapun destinasi utama dari ekspor produk makanan olahan Indonesia pada 2020 adalah
Amerika Serikat yang membelanjakan sebesar 293,6 juta dolar (22,11 persen), Filipina 161,4 juta
dolar AS (12,15 persen), Malaysia 101,6 juta dolar AS (7,65 persen), Singapura 74,9 juta dolar
AS (5,64 persen), dan Jepang 71,9 juta dolar (5,41 persen).

Dengan demikian, ekspor makanan olahan sangat berpotensi meningkat pada masa
pandemi, mengingat makanan olahan menjadi salah satu kebutuhan utama selama karantina.
Pemerintah harus terus melakukan kebijakan strategis dalam mendorong ekspor seperti
meningkatkan fasilitasi dan pelayanan informasi ekspor, serta promosi ekspor dan proposal
kesepakatan dagang secara virtual melalui perwakilan perdagangan.

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan juga perlu untuk melakukan pelatihan tata
kelola ekspor secara virtual bekerja sama dengan lembaga dari negara mitra, dalam mendorong
kinerja perdagangan secara luas. Melalui cara seperti ini, konstelasi sistem perdagangan
Indonesia selama masa pandemi Covid-19 dapat terjaga dengan baik.

Kondisi Ekonomi Dimasa Pandemi

Indonesia di hadapkan dengan banyak persoalan dalam aspek ekonomi akibat dari
pandemi Covid-19. Kondisi ekonomi di Indonesia nampak memprihatinkan, ekonomi secara
global 2020 diperkirakan bisa jatuh seperti depresi 1930, bukan lagi seperti tahun 2008 atau
1998. Kondisi ini juga memicu penurunan perdagangan bahkan perdagangan internasional. Di
Indonesia sendiri berbagai sektor harus terkendala dalam proses operasi, seperti pabrik-pabrik
yang harus menghentikan proses operasi karena kondisi tidak memungkinkan.

Kondisi perekonomian di Indonesia dan upaya pemulihannya saat ini menjadi fokus baru
dalam upaya penanganan. Trend ekonomi ini menjadi topik kajian Ekonomi dalam Pandemi: Asa
Ekonomi dan Langkah Pemulihan yang diadakan oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa
Universitas Islam Indonesia (LEM UII), secara daring pada Selasa, (30/6).

Dosen program studi Manajemen Institut Teknologi & Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta,
Muhammad Sarwani, S.E., M.M. selaku pembicara menjelaskan adanya dampak Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) dalam jumlah yang besar, sebagai bagian dari krisis ekonomi. “PHK
sendiri sudah pasti. Kementerian ketenagakerjaan sendiri melaporkan ada 2,9 Juta karyawan
yang di PHK (per Mei 2020), sedangkan KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) justru
lebih tinggi, ada 6,4 juta karyawan,” Jelasnya.

Tidak hanya PHK secara massal, dari bagian pemilik usaha sendiri juga mendapati
kerugian. “Selain PHK, permintaan, suplai, produksi, tersendat. Kemudian usaha-usaha jadi
gulung tikar, ya itu sudah pasti seperti yang kita sering lihat,” Imbuhnya.

Wartawan Senior sekaligus dosen manajemen ini juga menyampaikan beberapa perkiraan
pelemahan ekonomi akibat pandemi. Di antaranya adalah penurunan angka perekonomian
Indonesia dalam beberapa kuartal. “Pada Kuartal II 2020, diperkirakan akan mengalami
penurunan sebesar 3,8 persen. Lalu pada kuartal ke III diperkirakan akan menurun sebesar 1,6
persen. Jadi kalau berturut-turut minus, Indonesia sudah masuk resesi,” tuturnya.

Sarwani menambahkan dampak pelemahan ekonomi tersebut secara global. “Bahkan


perekonomian dunia akan menurun sebesar tujuh persen, terparah sejak perang dunia kedua,”
tandasnya.

Dalam menghadapi pelemahan terhadap ekonomi, diperlukan langkah antisipasi ke


depan. Pemerintah tidak bisa tinggal diam, atau stagnan dalam mengambil langkah. “Pelemahan
ini bisa diantisipasi dengan beberapa kebijakan. Pertama pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Kemudian pelonggaran PSBB secara berhati-hati, mall, pasar, kantor sudah mulai dibuka di
masa transisi, selain itu pemerintah juga mencoba mempercepat reformasi ekonomi (RUU Cipta
Kerja),” terang Sarwani.

Selain melakukan pemulihan melalui jalur kebijakan, pihak pemerintah juga bisa
memberikan bantuan terhadap masyarakat. “Kemudian bisa dengan stimulasi daya beli
masyarakat, yang tidak hanya bertumpu pada bansos. Lalu kembangkan aktivitas masyarakat.
Percepat realisasi stimulus fiskal. Serta memberikan bantuan kepada UMKM,” imbuhnya.

Rintangan Pemulihan

Walaupun tindakan pemulihan ekonomi menjadi hal yang harus segera dicanangkan,
tidak dapat dipungkiri apabila dalam upaya pemulihan tersebut menemui rintangan. Sarwani
menggaris bawahi terkait rintangan ini. Dirinya berujar bahwa upaya pemulihan ini bukan
perkara yang mudah. “Penopang pertumbuhan ekonomi cenderung rendah, dilihat dari rendahnya
konsumsi rumah tangga. Dimana konsumsi rumah tangga yang menjadi tumpuan 60 persen
bagian dari PDB”, jelasnya. Selain daya beli, minat belanja masyarakat juga menurun. “Sekarang
orang kalo punya uang cenderung akan dia tabung,” pungkasnya.

Sarwani mengatakan jika lapangan kerja tak segera dibuka, maka akan muncul masalah
baru. “Pengangguran baru 6,4 juta karyawan, lama kelamaan juga akan menjadi bebas ekonomi
tersendiri yang akan ditanggung negara,” tandasnya. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap
kemampuan (Skill) dari para pekerja. “Karena lama tidak bekerja, skill mereka akan ketinggalan.
Perlu re-skilling dan up-skilling, yang tentu saja kembali lagi ongkosnya juga besar,” tekannya.

Bantuan yang diberikan pemerintah untuk menstimulasi UMKM tidak berjalan lancar
distubisinya. Dari pemaparan Sarwani, baru sejumlah kecil bantuan yang sudah tersalurkan.
“Dari stimulus yang disediakan sebesar 123 Triliun, baru terserap 0,06 persen. Jadi satu persen
pun belum ada per-Mei 2020. Jadi bagaimana ekonomi mau pulih jika hal-hal seperti ini malah
menjadi perintang,” ujarnya. (FSP/RS).

Pandemi dan Disrupsi Perdagangan Internasional

Disrupsi perdagangan internasional di saat pandemi membuat upaya pemerintah menjaga


daya beli masyarakat menjadi problematik karena masih bergantung impor. Oleh Subagio
Effendi 2 Juni 2020, 09:22 ILUSTRATOR: JOSHUA SIRINGO RINGO | KATADATA Pekerja
melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat
(15/5/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit 350 juta
dolar AS secara bulanan pada April 2020 di tengah pandemi Covid-19 yang berbanding terbalik
dari Maret 2020 yang surplus 743 juta dolar AS. Wabah pandemi Coronavirus Disease 2019
(Covid-19) terus menyebar dengan cepat ke hampir semua negara di dunia.

Berdasarkan catatan Johns Hopkins University and Medicine hingga tulisan ini dibuat (27
Mei 2020), total penderita Covid-19 telah mencapai lebih dari 5,5 juta orang dengan persentase
kesembuhan dan kematian masing-masing sebesar 40,91% dan 6,26%. Di Indonesia, laju
kontaminasi Covid-19 masih berlangsung dengan masif di berbagai wilayah dengan total kasus
mencapai 23.165 orang dan persentase kematian 6,12%, sedikit lebih rendah dari global
mortality rate. Selain menciptakan krisis kesehatan global, upaya supresi dan mitigasi pandemi
Covid-19 juga menimbulkan disrupsi yang kuat pada tatanan perdagangan internasional. Dari sisi
penawaran (supply), kebijakan lockdown dan working from home mengakibatkan berkurangnya
tenaga kerja yang terlibat dalam aktifitas produksi. Kebijakan ini juga mengharuskan pemerintah
untuk menutup pelabuhan air dan udara yang menghambat distribusi barang antar negara.

Laporan International Air Transport Association menunjukan penurunan kuantitas


transportasi kargo internasional (belly-hold dan freighters) sampai dengan bulan Maret 2020
sebesar 23% secara year-on-year dengan estimasi kerugian mencapai US$ 1,6 miliar. (Baca:
Dampak Trump Cabut Status Khusus Hong Kong Bagi Ekonomi AS & Tiongkok) Lebih lanjut,
keputusan negara untuk menerapkan pembatasan ekspor (export restrictions) demi melindungi
pasokan domestik turut menambah kompleksitas permasalahan.World Trade Organization
mencatat 80 negara dan otoritas kepabeanan telah menerapkan export restrictions atas
perlengkapan medis, bahan pangan, serta kertas toilet termasuk didalamnya negara-negara yang
menjadi ‘lumbung’ pangan dunia seperti Rusia, Vietnam, dan Argentina. Dari sisi permintaan
(demand), perubahan preferensi konsumsi akibat Covid-19 menyebabkan mismatch antara
penawaran dan permintaan.

Untuk makanan, misalnya, studi terbaru dari Food and Agriculture Organization
menemukan peningkatan minat konsumen terhadap produk makanan yang memiliki cangkang
atau kulit serta dikemas dengan rapat. Bahkan, konsumen di beberapa negara tidak segan untuk
menolak produk makanan yang berasal dari Tiongkok. Selain itu, kebijakan lockdown
mengharuskan pemerintah menutup pasar tradisional sehingga membatasi akses konsumen
terhadap bahan pangan yang mengakibatkan peningkatan food waste.
Ilustrasi perdagangan internasional, ekspor-impor. (ANTARA
FOTO/REUTERS/Stringer) Permasalahan ganda di sisi supply dan demand membuat premis
comparative advantage (David Ricardo, 1817) yang menjadi fondasi ekonomi pasar bebas dan
perdagangan internasional menjadi diragukan validitasnya. Premis klasik yang berargumen
bahwa social welfare akan optimal jika negara melakukan spesialisasi dengan memproduksi
barang yang memiliki opportunity cost terendah sesuai ketersediaan faktor produksi serta
membeli kebutuhan lainnya di pasar internasional, nampaknya hanya absah bila mekanisme
perdagangan internasional tidak terdisrupsi. Sebaliknya, dalam kondisi terjadi supply and
demand shocks semua negara akan berusaha memproduksi seluruh kebutuhannya di dalam
negeri dan sedapat mungkin membatasi ekspor produknya ke luar negeri.

Beberapa negara berkembang bahkan telah mengadopsi konsep Food Sovereignty and
Solidarity yang memberikan hak konstitusional kepada rakyat untuk menentukan pilihan
produksi dan konsumsi pangan yang terbaik termasuk penerapan sistem agrikultur yang sesuai
dengan sumber daya dan kearifan lokal.

Dalam konsep ini, produk pangan ditempatkan sebagai bagian dari solidaritas
kemanusiaan sehingga terbebas dari semua ketentuan ekonomi pasar dan perdagangan
internasional. Indonesia telah mengadopsi konsepsi kedaulatan pangan melalui Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan namun belum diterapkan secara holistik. Disrupsi
perdagangan internasional juga membuat upaya pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat
di masa resesi menjadi problematik. Harus diakui Indonesia masih sangat bergantung pada impor
untuk memenuhi kebutuhan yang esensial di masa pandemi seperti pangan, energi, obat-obatan,
dan perlengkapan kesehatan. Badan Pusat Statistik mencatat total impor minyak bumi, beras,
gandum, daging, dan kedelai pada tahun 2019 masing-masing mencapai 40.926, 444, 10.692,
262, dan 2.670 ribu ton. Kelangkaan barang esensial di pasar domestik akibat terganggunya
impor tentunya akan memicu supply-push inflations yang memukul daya beli masyarakat.
Bahkan, jika berkelanjutan, masalah ini dapat memicu konflik sosial yang membuat ‘ongkos’
penanganan pandemi menjadi semakin tinggi.
Karena itu, pemerintah perlu segera melakukan langkah strategis untuk meminimalisir
dampak disrupsi perdagangan sekaligus mencegah krisis kesehatan berkembang menjadi krisis
pangan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan: pertama, meningkatkan produktifitas sektor
pertanian domestik dengan intensifikasi proses produksi dan peningkatan stimulus ekonomi
untuk industri dan kelompok petani. (Baca: Strategi Pemerintah Pulihkan Industri Manufaktur
Pasca PSBB ) Kedua, meminimalisir disrupsi di rantai pasokan domestik dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi. Pemerintah, melalui kerja sama dengan penyedia jasa e-
commerce, dapat mentransformasi sistem referensi harga pangan milik Kementerian Pertanian
dan sistem informasi Badan Usaha Milik Desa milik Kementerian Desa dan Pembangunan
Daerah Tertinggal menjadi integrated food marketplace yang mempertemukan produsen dan
konsumen dengan harga terbaik.

Ketiga, mengoptimalkan peran food banks (Perum Bulog dan koperasi milik pemerintah
daerah) untuk melakukan fungsi manajemen persediaan pangan, stabilisasi harga, dan distribusi.

Keempat, merelaksasi pungutan bea masuk serta non-tariff barriers (kuota dan
persetujuan impor) atas produk esensial.
DAFTAR PUSTAKA
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5367409/dampak-positif-dan-negatif-
perdagangan-internasional-bagi-indonesia
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4deec95dbe3622c4be5fccc4b496b908.pdf
https://tirto.id/perdagangan-internasional-pengertian-manfaat-dampak-negatifnya-f8ZK
https://www.gurupendidikan.co.id/perdagangan-interansional/
https://indomaritim.id/manfaat-perdagangan-internasional-bagi-perekonomian-
indonesia/
https://sobatmateri.com/dampak-positif-dan-negatif-perdagangan-internasional-
terhadap-perekonomian-indonesia/
https://www.google.com/search?safe=strict&sxsrf=ALeKk03PL6o0LWohwAnG7x6F-
5E9Ack6FQ:1615309134709&q=dampak+negatif+dari+perdagangan+internasional&s
a=X&ved=2ahUKEwir1bS516PvAhXLZCsKHXFzBqoQ1QIoA3oECAYQBA&biw=1366
&bih=657
https://brainly.co.id/tugas/10315287
http://umum-pengertian.blogspot.com/2016/09/dampak-negatif-perdagangan-
internasional.html

https://kemlu.go.id/portal/id/list/berita/82/sikapi-perkembangan-perdagangan-
internasional-kemlu-dan-sekretariat-wto-selenggarakan-lokakarya-reformasi-wto
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4347186/pandemi-covid-19-bikin-banyak-negara-
saling-hadang-produk-impor
https://kumparan.com/berliana-putri-1609213186142975435/dampak-covid-19-bagi-
perdagangan-indonesia-di-sektor-global-1utqdUv27u0/full
https://news.detik.com/kolom/d-5267441/tata-kelola-perdagangan-masa-pandemi
https://www.uii.ac.id/ekonomi-di-masa-pandemi-covid-19/
https://katadata.co.id/redaksi/indepth/5ed1ef9a32fe9/pandemi-dan-disrupsi-
perdagangan-internasional

Anda mungkin juga menyukai