NIM :19612205
1. Apa ada dampak negatife dari bisnis atau perdagangan internasional bagi
perekonomian Indonesia?
Jawab:
1. Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang
dijual lebih murah dalam negeri yang menyebabkan industri dalam negeri mengalami kerugian
besar.
4. Bila tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian negara akan semakin rendah
dan bertambahnya pengangguran dalam negeri.
1) Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang dijual
lebih murah dalam negeri yang menyebabkan industri dalam negeri mengalami kerugian besar.
4) Bila tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian negara akan semakin rendah
dan bertambahnya pengangguran dalam negeri.
Dampak Negatif Perdagangan Internasional
Kembali mengutip buku Ekonomi Internasional (2017), sejumlah dampak negatif dari
perdagangan internasional adalah sebagai berikut:
1.) Produk dalam negeri semakin menurun adanya perdagangan internasional ini akan turut
menimbulkan persaingan industri antar-negara. apabila industri di suatu negara memiliki kualitas
produksi barang yang rendah dan harga yang relatif mahal dibandingkan dengan negara lainnya,
maka negara tersebut akan mengalami penurunan jumlah permintaan. Ini karena konsumen
cenderung mencari barang dengan kualitas bagus dan harga yang terjangkau.
2.) Ketergantungan terhadap negara-negara maju dari sisi produksi barang, negara berkembang
dan miskin memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap negara maju dalam faktor
produksi, khususnya yang berkaitan dengan teknologi. Sedangkan dari sisi konsumsi barang,
pengembangan barang elektronik serta otomotif sampai saat ini makin dikuasai oleh negara-
negara maju. Akibatnya, negara miskin dan berkembang mayoritas masih sebagai konsumen
saja.
3.) Industri kecil kesulitan untuk bersaing keterbatasan modal sering kali jadi hambatan bagi
industri-industri kecil untuk mengembangkan diri. aktivitas perdagangan internasional berpotensi
semakin membatasi ruang gerak industri kecil karena harus bersaing dengan industri nasional
maupun multinasional yang memiliki modal lebih besar.
4.) Persaingan tidak sehat langkah pemerintah suatu negara untuk memenangkan persaingan di
perdagangan internasional, dengan membuat sejumlah kebijakan seperti dumping dan praktik
tarif impor, adalah tidak tepat. Strategi itu merusak esensi dari perdagangan internasional yang
seharusnya didasarkan kepada prinsip persaingan usaha yang sehat.
Dampak negatife perdagangan Internasional bagi perekonomian Indonesia
3.ada Banyak industri kecil yang kurang mampu untuk dapat bersaing menjadi gulung tikar
(bangkrut).
4.Terdapat suatu pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang lebih maju(tidak
kreatif).
1.Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang dijual
lebih murah dalam negeri yang menyebabkan industry dalam negeri mengalami kerugian besar.
4.Bila tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian negara akan semakin rendah dan
bertambahnya pengangguran dalam negeri.
Dampak negatife perdagangan Internasional bagi perekonomian Indonesia sebagai
berikut:
1) Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang dijual
lebih murah dalam negeri yang menyebabkan industri dalam negeri mengalami kerugian besar.
4.Dapat mematikan produksi dan usaha dalam negeri yang tidak mampu bersaing.
Toronto, Kanada – Pengusaha Indonesia perlu memperhatikan konsep fair trade yang
mengedepankan dialog, transparansi dan kesetaraan dengan mitra dagang untuk dapat berhasil
menembus pasar Kanada. Eksportir Indonesia juga didorong untuk mengedepankan aspek nilai
yang sangat diperhatikan negara maju seperti Kanada, misalnya terkait pemberdayaan
perempuan, maupun konservasi hewan langka dan hutan tropis. Hal ini disampaikan oleh Konsul
Jenderal RI – Toronto, Leonard F. Hutabarat dalam seminar daring “Tantangan dan Prospek
Produk UMKM Masuk ke Pasar Kanada” yang diselenggarakan oleh Sahabat Desa SDGs
Mandiri (22/01/2021).
Dukung Ekspansi Alfamart Philippines di Mindanao, KJRI Davao City Hubungi Founder
Alfamart Philippines
Davao City, Filipina – Perwakilan RI di luar negeri mempunyai tugas untuk
meningkatkan perdagangan antara Indonesia dan negara akreditasi. KJRI Davao City intensifkan
diplomasi ekonomi salah satunya dengan mendorong Alfamart Philippines melakukan ekspansi
Alfamart di Mindanao. Hal ini dilakukan oleh Konsul Jenderal RI – Davao City, Ricky Fabrian
melalui pertemuan virtual dengan Founder Alfamart Philippines, Robert Kwee (20/01/2021).
Jakarta, Indonesia – Kementerian Luar Negeri telah melakukan kegiatan awal / kick-off
menyambut Tahun Internasional Ekonomi Kreatif untuk Pembangunan Berkelanjutan
(International Year of Creative Economy for Sustainable Development / IYoCE 2021) melalui
seminar daring “Creative Year Talks #1: Menyambut Tahun Internasional Ekonomi Kreatif
untuk Pembangunan Berkelanjutan" (18/1). Kegiatan ini diselenggarakan untuk meningkatkan
dukungan pemangku kepentingan dan publik terhadap pelaksanaan IYoCE 2021 dan untuk
memperkenalkan Global Center of Excellence and International Cooperation for Creative
Economy (G-CINC).
Diplomasi Kuliner Indonesia di RRT, Pabrik Tempe Pertama di Negari Tirai Bambu
Diresmikan
Sejumlah pasar tujuan ekspor andalan Indonesia seperti AS, China, Singapura dan Eropa
yang mengalami kontraksi ekonomi dipastikan akan melakukan perlindungan bagi industri dalam
negerinya dan melakukan hambatan impor.
Ini diungkapkan Ketua Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) Bachrul Chairi,
melansir Antara. "Artinya pasar internasional berkurang maka upaya semua negara untuk
meningkatkan ekspor memang agak sulit," kata dia, Kamis (3/9/2020).
Bachrul menjelaskan kondisi pandemi Covid-19 telah mengubah pola perdagangan global
yang tadinya berpusat di China kini menyebar ke sejumlah negara. Indonesia pun mendapat
imbas positif karena mendapat relokasi sejumlah industri.
Di sisi lain, lanjut Bachrul, meski Indonesia tergabung dalam sejumlah kesepakatan
perdagangan internasional, saat ini banyak negara yang meninggalkan kesepakatan tersebut dan
kembali menerapkan hambatan perdagangan.
"Ini tentu akan menyebabkan ancaman baru secara global. Resesi global kemungkinan
tidak bisa kita elakkan," imbuhnya.
Selain itu, sejumlah negara juga melakukan pembatasan distribusi di negara mereka
sehingga barang impor masuk jadi berkurang.
Ada pula sejumlah negara yang melakukan pengetatan dengan penambahan standar-
standar tertentu. Artinya, barang impor boleh masuk, namun harus memenuhi syarat yang
dipersulit.
"Itu terjadi di pasar global sehingga itu yang menghambat upaya-upaya kita
meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dan impor," kata Bachrul.
“Strategi peningkatan ekspor yang dilakukan kemendag saat ini pertama adalah
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ekspor melalui pendidikan dan
pelatihan, coaching program, pengembangan kurikulum dan metode diklat, promosi dan
kerjasama diklat ekspor,” kata Agus dalam High Impact Seminar dan Kick Off Program BI
Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, Minggu (30/8/2020).
Kedua, pengembangan pasar dan informasi ekspor dengan menyebarkan informasi pasar
ekspor, penyusunan data dan informasi ekspor, maupun pelayanan terhadap pelaku usaha, serta
pembuatan aplikasi digital marketing.
Selanjutnya, strategi keempat yakni pengembangan promosi dan Citra, yang terdiri dari
promosi dagang luar negeri misi dagang dan pameran, promosi produk potensi ekspor, dan
pencitraan produk ekspor.
“Kelima, kerjasama pengembangan ekspor sektor-sektor strategis serta pemanfaatan
perdagangan jasa, aktivasi Kerjasama pengembangan ekspor,”ujarnya.
“Yang terakhir adalah dengan dukungan penyediaan modal kerja bagi UKM siap
melakukan ekspor, dengan menginisiasi insentif fiskal bagi usaha skala menengah yang akan
melakukan kegiatan ekspor melalui pengalokasian dana PKE yang disalurkan melalui LPEI
(Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia),” pungkasnya.
Hal tersebut berpengaruh pada perkembangan ekonomi Indonesia sebab dengan adanya
pembatasan kegiatan distribusi maka upaya dalam peningkatan produk ekspor Indonesia akan
sulit dilakukan. Beberapa negara yang menjadi pasar tujuan ekspor andalan Indonesia seperti AS,
China, Singapura dan Eropa juga tidak terlepas untuk melakukan perlindungan industri dalam
negerinya. Hal tersebut menyebabkan ancaman baru secara global. Ada pula sejumlah negara
yang melakukan penambahan standar-standar tertentu, yang artinya barang impor diperbolehkan
masuk, akan tetapi harus memenuhi syarat yang dipersulit terlebih dahulu.
Lesunya kondisi itu sejalan dengan penurunan konsumsi masyarakat. Argumentasi itu
dapat terlihat dari grafik pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang turun tajam dari yang
biasanya 5 persen menjadi 2,83 persen pada Kuartal II - 2020. Di tengah ketidakpastian situasi
ekonomi dan kesehatan, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sepanjang 2020 posisi
neraca perdagangan Indonesia masih surplus senilai 2,25 miliar dolar AS. Adapun catatan defisit
sebesar 0,35 miliar dolar AS terjadi pada April 2020 berasal dari nilai ekspor yang hanya sebesar
12,19 miliar dolar AS. Dari catatan tersebut menunjukkan bahwa masih ada gerak kecil
pertumbuhan ekonomi Indonesia walaupun terjadi di tengah wabah pandemi Covid-19 yang
mengharuskan pembatasan sosial dan penurunan aktivitas ekonomi masyarakat.
Apakah yang harus dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah pandemi covid saat ini?
Dalam skala nasional, penambahan serta modernisasi pelabuhan masih sangat dibutuhkan
karena produktivitas pelabuhan di Indonesia secara umum masih tertinggal jika dibandingkan
dengan pelabuhan-pelabuhan lain yang ada di wilayah Asia Tenggara dan Eropa. Perbaikan
infrastruktur ekonomi dan tata kelola adaptasi penguatan ekonomi pada sektor dagang baru
merupakan kunci utama yang berperan penting dalam menjaga konstelasi sistem perdagangan
internasional selama masa pandemi Covid-19. Penguatan ekspor pada produk makanan olahan
Indonesia menjadi skala prioritas baru bagi kebutuhan ekonomi global selama masa pandemi.
Ekspor non-migas ke China turun akibat wabah Corona (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta - Sejak awal tahun hingga akhir tahun, neraca perdagangan surplus 11,05 miliar
dolar AS. Kondisi ini jelas bertolak belakang dengan catatan neraca perdagangan pada kurun
waktu yang sama pada 2019. Sepanjang 2019, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit
2,04 miliar dolar AS. namun sayangnya catatan surplus yang terjadi pada 2020 cenderung
bernilai negatif karena surplus yang diperoleh bukanlah didapatkan dari kenaikan ekspor,
melainkan dari anjloknya impor.
Dalam laporan ekonomi Indonesia pada pertengahan tahun, kondisi anjloknya impor
negara mengalami kontraksi bukan hanya barang konsumsi, tetapi justru yang paling dalam pada
impor bahan baku dan barang modal yang merupakan impor kegiatan produktif di dalam negeri.
hampir semua sektor industri dalam negeri sangat tergantung dengan bahan baku impor. Jika
impor bahan baku dan barang modal turun, maka kegiatan produksi di dalam negeri juga akan
mengalami kelesuan.
Lesunya kondisi itu sejalan dengan penurunan konsumsi masyarakat. Argumentasi itu
dapat terlihat dari grafik pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang turun tajam dari biasanya 5
persen menjadi 2,83 persen pada Kuartal II - 2020.
Dalam triwulan pertama 2020, pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara dunia tumbuh
negatif. Kita dapat melihat pertumbuhan ekonomi di Tiongkok yang mengalami minus -6,8%,
Singapura yang mengalami minus -2.2%, dan Uni Eropa yang minus -2,7%. Hal ini
mengindikasi bahwa pasar global secara masif mengalami pertumbuhan minus secara konstan.
Membaca situasi ekonomi secara makro, kontraksi ekonomi Indonesia selama masa
pandemi yang mengalami penurunan agresivitas dari angka 4,9% pada Kuartal IV - 2019
menjadi tumbuh hanya 2,9% pada kuartal awal 2020 memberikan pemahaman bahwa periode
akhir 2020 ekonomi nasional kita hanya mampu tumbuh sekitar 2,3%.
Dalam catatan perdagangan nasional, komposisi ekspor nasional kita selama periode
Januari-April 2020 masih didominasi produk non-migas sebesar 94,6%. Dalam sektor ini produk
industri pengolahan, pertambangan, dan pertanian masih memberi peran pentingnya bagi laju
pertumbuhan ekonomi nasional. Di sisi lain, produk industri ekspor migas seperti gas dan
minyak mentah juga masih menjadi komposisi ekspor yang masih diminati banyak negara dunia.
Negara seperti Tiongkok sampai hari ini masih menjadi tujuan ekspor utama produk non-
migas Indonesia. Selain itu Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura yang sangat dominan dalam
permintaan pembelian. Angka dari ekspor non-migas ini pun tak kecil karena mampu
memberikan dampak sebesar 50,6% dari total nilai ekspor non-migas.
Hal ini seperti berbanding tak seimbang dengan angka impor, yang dalam data
perdagangan nasional selama periode April 2020 tercatat 12,54 miliar dolar AS atau turun 6,1%
jika dibandingkan pada Maret 2020, dan turun sebesar 18,6% jika dibandingkan dengan 2019.
Secara harga rata-rata, dapat dianalisis defisit yang terjadi pada sistem perdagangan
nasional pada 2020 tak diakibatkan turunnya nilai tukar riil. Namun, lebih disebabkan volume
ekspor yang turun signifikan jika dibandingkan dengan pada bulan sebelumnya.
Di tengah ketidakpastian situasi ekonomi dan kesehatan, data Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan sepanjang 2020 posisi neraca perdagangan Indonesia masih surplus senilai 2,25
miliar dolar AS. Adapun catatan defisit sebesar 0,35 miliar dolar AS terjadi pada April 2020
berasal dari nilai ekspor yang hanya sebesar 12,19 miliar dolar AS.
Catatan ini menunjukkan masih adanya gerak kecil pertumbuhan ekonomi Indonesia
walaupun terjadi di tengah wabah pandemi Covid-19 yang mengharuskan pembatasan sosial dan
penurunan aktivitas ekonomi masyarakat. Berkaca pada evaluasi ekonomi ini, maka strategi
matang dari pemerintah sekarang ini akan sangat menentukan sikap keberlangsungan dan
ketahanan perekonomian ke depannya.
Dalam jangka pendek, pemerintah idealnya dapat melakukan identifikasi secara lebih
luas untuk penataan sektor atau industri penyumbang ekspor Indonesia yang cukup besar
Sementara dalam jangka panjang, pemerintah harus memiliki orientasi dukungan output bagi
penguatan sektor dagang lain yang memiliki kebutuhan jual yang cukup tinggi di pasar global,
tapi mengalami kesulitan dalam hal bahan baku dan distribusi, identifikasi sektor, dan upaya
memberikan bantuan distribusi pemasaran dan promosi ke pasar ekspor non tradisional.
Penerapan sistem ini dirasa sangat penting karena kondisi geografis Indonesia adalah
kepulauan dimana membutuhkan adanya sistem multi transportasi antar provinsi dan pulau. Hal
ini menyebabkan biaya logistik dibayarkan secara tinggi.
Dalam analisis ekonomi yang dikeluarkan Bank Dunia pada 2014 ditemukan fakta
autentik bahwa adanya penambahan biaya angkutan di pelabuhan telah berkontribusi besar bagi
penambahan harga yang diberikan tingkat konsumen. Dengan demikian pembangunan pelabuhan
daerah menjadi sangat penting sebagai upaya menurunkan biaya logistik.
Produktivitas dari pelabuhan faktanya memiliki dampak besar bagi perubahan nilai
ekonomi komoditas perdagangan. Tak heran dampak efisiensi pelabuhan terhadap daya
dongkrak perekonomian secara besar pun sangat kuat. Dalam skala nasional, penambahan serta
modernisasi pelabuhan masih sangat dibutuhkan karena produktivitas pelabuhan di Indonesia
secara umum masih tertinggal dibandingkan dengan pelabuhan-pelabuhan lain yang ada di
wilayah Asia Tenggara dan Eropa.
Perbaikan infrastruktur ekonomi dan tata kelola adaptasi penguatan ekonomi pada sektor
dagang baru merupakan kunci yang berperan penting dalam menjaga konstelasi sistem
perdagangan internasional selama masa pandemi Covid-19. Penguatan ekspor pada produk
makanan olahan Indonesia menjadi skala prioritas baru bagi kebutuhan ekonomi global selama
masa pandemi.
Adapun destinasi utama dari ekspor produk makanan olahan Indonesia pada 2020 adalah
Amerika Serikat yang membelanjakan sebesar 293,6 juta dolar (22,11 persen), Filipina 161,4 juta
dolar AS (12,15 persen), Malaysia 101,6 juta dolar AS (7,65 persen), Singapura 74,9 juta dolar
AS (5,64 persen), dan Jepang 71,9 juta dolar (5,41 persen).
Dengan demikian, ekspor makanan olahan sangat berpotensi meningkat pada masa
pandemi, mengingat makanan olahan menjadi salah satu kebutuhan utama selama karantina.
Pemerintah harus terus melakukan kebijakan strategis dalam mendorong ekspor seperti
meningkatkan fasilitasi dan pelayanan informasi ekspor, serta promosi ekspor dan proposal
kesepakatan dagang secara virtual melalui perwakilan perdagangan.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan juga perlu untuk melakukan pelatihan tata
kelola ekspor secara virtual bekerja sama dengan lembaga dari negara mitra, dalam mendorong
kinerja perdagangan secara luas. Melalui cara seperti ini, konstelasi sistem perdagangan
Indonesia selama masa pandemi Covid-19 dapat terjaga dengan baik.
Indonesia di hadapkan dengan banyak persoalan dalam aspek ekonomi akibat dari
pandemi Covid-19. Kondisi ekonomi di Indonesia nampak memprihatinkan, ekonomi secara
global 2020 diperkirakan bisa jatuh seperti depresi 1930, bukan lagi seperti tahun 2008 atau
1998. Kondisi ini juga memicu penurunan perdagangan bahkan perdagangan internasional. Di
Indonesia sendiri berbagai sektor harus terkendala dalam proses operasi, seperti pabrik-pabrik
yang harus menghentikan proses operasi karena kondisi tidak memungkinkan.
Kondisi perekonomian di Indonesia dan upaya pemulihannya saat ini menjadi fokus baru
dalam upaya penanganan. Trend ekonomi ini menjadi topik kajian Ekonomi dalam Pandemi: Asa
Ekonomi dan Langkah Pemulihan yang diadakan oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa
Universitas Islam Indonesia (LEM UII), secara daring pada Selasa, (30/6).
Dosen program studi Manajemen Institut Teknologi & Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta,
Muhammad Sarwani, S.E., M.M. selaku pembicara menjelaskan adanya dampak Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) dalam jumlah yang besar, sebagai bagian dari krisis ekonomi. “PHK
sendiri sudah pasti. Kementerian ketenagakerjaan sendiri melaporkan ada 2,9 Juta karyawan
yang di PHK (per Mei 2020), sedangkan KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) justru
lebih tinggi, ada 6,4 juta karyawan,” Jelasnya.
Tidak hanya PHK secara massal, dari bagian pemilik usaha sendiri juga mendapati
kerugian. “Selain PHK, permintaan, suplai, produksi, tersendat. Kemudian usaha-usaha jadi
gulung tikar, ya itu sudah pasti seperti yang kita sering lihat,” Imbuhnya.
Wartawan Senior sekaligus dosen manajemen ini juga menyampaikan beberapa perkiraan
pelemahan ekonomi akibat pandemi. Di antaranya adalah penurunan angka perekonomian
Indonesia dalam beberapa kuartal. “Pada Kuartal II 2020, diperkirakan akan mengalami
penurunan sebesar 3,8 persen. Lalu pada kuartal ke III diperkirakan akan menurun sebesar 1,6
persen. Jadi kalau berturut-turut minus, Indonesia sudah masuk resesi,” tuturnya.
Selain melakukan pemulihan melalui jalur kebijakan, pihak pemerintah juga bisa
memberikan bantuan terhadap masyarakat. “Kemudian bisa dengan stimulasi daya beli
masyarakat, yang tidak hanya bertumpu pada bansos. Lalu kembangkan aktivitas masyarakat.
Percepat realisasi stimulus fiskal. Serta memberikan bantuan kepada UMKM,” imbuhnya.
Rintangan Pemulihan
Walaupun tindakan pemulihan ekonomi menjadi hal yang harus segera dicanangkan,
tidak dapat dipungkiri apabila dalam upaya pemulihan tersebut menemui rintangan. Sarwani
menggaris bawahi terkait rintangan ini. Dirinya berujar bahwa upaya pemulihan ini bukan
perkara yang mudah. “Penopang pertumbuhan ekonomi cenderung rendah, dilihat dari rendahnya
konsumsi rumah tangga. Dimana konsumsi rumah tangga yang menjadi tumpuan 60 persen
bagian dari PDB”, jelasnya. Selain daya beli, minat belanja masyarakat juga menurun. “Sekarang
orang kalo punya uang cenderung akan dia tabung,” pungkasnya.
Sarwani mengatakan jika lapangan kerja tak segera dibuka, maka akan muncul masalah
baru. “Pengangguran baru 6,4 juta karyawan, lama kelamaan juga akan menjadi bebas ekonomi
tersendiri yang akan ditanggung negara,” tandasnya. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap
kemampuan (Skill) dari para pekerja. “Karena lama tidak bekerja, skill mereka akan ketinggalan.
Perlu re-skilling dan up-skilling, yang tentu saja kembali lagi ongkosnya juga besar,” tekannya.
Bantuan yang diberikan pemerintah untuk menstimulasi UMKM tidak berjalan lancar
distubisinya. Dari pemaparan Sarwani, baru sejumlah kecil bantuan yang sudah tersalurkan.
“Dari stimulus yang disediakan sebesar 123 Triliun, baru terserap 0,06 persen. Jadi satu persen
pun belum ada per-Mei 2020. Jadi bagaimana ekonomi mau pulih jika hal-hal seperti ini malah
menjadi perintang,” ujarnya. (FSP/RS).
Berdasarkan catatan Johns Hopkins University and Medicine hingga tulisan ini dibuat (27
Mei 2020), total penderita Covid-19 telah mencapai lebih dari 5,5 juta orang dengan persentase
kesembuhan dan kematian masing-masing sebesar 40,91% dan 6,26%. Di Indonesia, laju
kontaminasi Covid-19 masih berlangsung dengan masif di berbagai wilayah dengan total kasus
mencapai 23.165 orang dan persentase kematian 6,12%, sedikit lebih rendah dari global
mortality rate. Selain menciptakan krisis kesehatan global, upaya supresi dan mitigasi pandemi
Covid-19 juga menimbulkan disrupsi yang kuat pada tatanan perdagangan internasional. Dari sisi
penawaran (supply), kebijakan lockdown dan working from home mengakibatkan berkurangnya
tenaga kerja yang terlibat dalam aktifitas produksi. Kebijakan ini juga mengharuskan pemerintah
untuk menutup pelabuhan air dan udara yang menghambat distribusi barang antar negara.
Untuk makanan, misalnya, studi terbaru dari Food and Agriculture Organization
menemukan peningkatan minat konsumen terhadap produk makanan yang memiliki cangkang
atau kulit serta dikemas dengan rapat. Bahkan, konsumen di beberapa negara tidak segan untuk
menolak produk makanan yang berasal dari Tiongkok. Selain itu, kebijakan lockdown
mengharuskan pemerintah menutup pasar tradisional sehingga membatasi akses konsumen
terhadap bahan pangan yang mengakibatkan peningkatan food waste.
Ilustrasi perdagangan internasional, ekspor-impor. (ANTARA
FOTO/REUTERS/Stringer) Permasalahan ganda di sisi supply dan demand membuat premis
comparative advantage (David Ricardo, 1817) yang menjadi fondasi ekonomi pasar bebas dan
perdagangan internasional menjadi diragukan validitasnya. Premis klasik yang berargumen
bahwa social welfare akan optimal jika negara melakukan spesialisasi dengan memproduksi
barang yang memiliki opportunity cost terendah sesuai ketersediaan faktor produksi serta
membeli kebutuhan lainnya di pasar internasional, nampaknya hanya absah bila mekanisme
perdagangan internasional tidak terdisrupsi. Sebaliknya, dalam kondisi terjadi supply and
demand shocks semua negara akan berusaha memproduksi seluruh kebutuhannya di dalam
negeri dan sedapat mungkin membatasi ekspor produknya ke luar negeri.
Beberapa negara berkembang bahkan telah mengadopsi konsep Food Sovereignty and
Solidarity yang memberikan hak konstitusional kepada rakyat untuk menentukan pilihan
produksi dan konsumsi pangan yang terbaik termasuk penerapan sistem agrikultur yang sesuai
dengan sumber daya dan kearifan lokal.
Dalam konsep ini, produk pangan ditempatkan sebagai bagian dari solidaritas
kemanusiaan sehingga terbebas dari semua ketentuan ekonomi pasar dan perdagangan
internasional. Indonesia telah mengadopsi konsepsi kedaulatan pangan melalui Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan namun belum diterapkan secara holistik. Disrupsi
perdagangan internasional juga membuat upaya pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat
di masa resesi menjadi problematik. Harus diakui Indonesia masih sangat bergantung pada impor
untuk memenuhi kebutuhan yang esensial di masa pandemi seperti pangan, energi, obat-obatan,
dan perlengkapan kesehatan. Badan Pusat Statistik mencatat total impor minyak bumi, beras,
gandum, daging, dan kedelai pada tahun 2019 masing-masing mencapai 40.926, 444, 10.692,
262, dan 2.670 ribu ton. Kelangkaan barang esensial di pasar domestik akibat terganggunya
impor tentunya akan memicu supply-push inflations yang memukul daya beli masyarakat.
Bahkan, jika berkelanjutan, masalah ini dapat memicu konflik sosial yang membuat ‘ongkos’
penanganan pandemi menjadi semakin tinggi.
Karena itu, pemerintah perlu segera melakukan langkah strategis untuk meminimalisir
dampak disrupsi perdagangan sekaligus mencegah krisis kesehatan berkembang menjadi krisis
pangan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan: pertama, meningkatkan produktifitas sektor
pertanian domestik dengan intensifikasi proses produksi dan peningkatan stimulus ekonomi
untuk industri dan kelompok petani. (Baca: Strategi Pemerintah Pulihkan Industri Manufaktur
Pasca PSBB ) Kedua, meminimalisir disrupsi di rantai pasokan domestik dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi. Pemerintah, melalui kerja sama dengan penyedia jasa e-
commerce, dapat mentransformasi sistem referensi harga pangan milik Kementerian Pertanian
dan sistem informasi Badan Usaha Milik Desa milik Kementerian Desa dan Pembangunan
Daerah Tertinggal menjadi integrated food marketplace yang mempertemukan produsen dan
konsumen dengan harga terbaik.
Ketiga, mengoptimalkan peran food banks (Perum Bulog dan koperasi milik pemerintah
daerah) untuk melakukan fungsi manajemen persediaan pangan, stabilisasi harga, dan distribusi.
Keempat, merelaksasi pungutan bea masuk serta non-tariff barriers (kuota dan
persetujuan impor) atas produk esensial.
DAFTAR PUSTAKA
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5367409/dampak-positif-dan-negatif-
perdagangan-internasional-bagi-indonesia
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4deec95dbe3622c4be5fccc4b496b908.pdf
https://tirto.id/perdagangan-internasional-pengertian-manfaat-dampak-negatifnya-f8ZK
https://www.gurupendidikan.co.id/perdagangan-interansional/
https://indomaritim.id/manfaat-perdagangan-internasional-bagi-perekonomian-
indonesia/
https://sobatmateri.com/dampak-positif-dan-negatif-perdagangan-internasional-
terhadap-perekonomian-indonesia/
https://www.google.com/search?safe=strict&sxsrf=ALeKk03PL6o0LWohwAnG7x6F-
5E9Ack6FQ:1615309134709&q=dampak+negatif+dari+perdagangan+internasional&s
a=X&ved=2ahUKEwir1bS516PvAhXLZCsKHXFzBqoQ1QIoA3oECAYQBA&biw=1366
&bih=657
https://brainly.co.id/tugas/10315287
http://umum-pengertian.blogspot.com/2016/09/dampak-negatif-perdagangan-
internasional.html
https://kemlu.go.id/portal/id/list/berita/82/sikapi-perkembangan-perdagangan-
internasional-kemlu-dan-sekretariat-wto-selenggarakan-lokakarya-reformasi-wto
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4347186/pandemi-covid-19-bikin-banyak-negara-
saling-hadang-produk-impor
https://kumparan.com/berliana-putri-1609213186142975435/dampak-covid-19-bagi-
perdagangan-indonesia-di-sektor-global-1utqdUv27u0/full
https://news.detik.com/kolom/d-5267441/tata-kelola-perdagangan-masa-pandemi
https://www.uii.ac.id/ekonomi-di-masa-pandemi-covid-19/
https://katadata.co.id/redaksi/indepth/5ed1ef9a32fe9/pandemi-dan-disrupsi-
perdagangan-internasional