Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN

RONDE KESELAMATAN PASIEN

KOMITE PENINGKATAN MUTU KESELAMATAN PASIEN


RSU BUNDA PURWOKERTO
Jl.Pramuka 249 Purwokerto Telp. (0281)632514
Email: rsu bunda@gmail.com
Purwokerto
2020
A. Definisi
Ronde Keselamatan Pasien (RKP) adalah salah satu program Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KPRS) yang cukup mudah dilaksanakan namun sangat
bermanfaat dalam penerapan dan pelaksanaan KPRS. 
1. Maksud dari Ronde Keselamtan Pasien (RKP) adalah:
a. Memperlihatkan komitmen Pimpinan Rumah Sakit Bunda Purwokerto
terhadap Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS)
b. Membuka komunikasi langsung pimpinan dengan staf dokter, perawat
dan staf lainnya.
c. Memantau langsung kemajuan penerapan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KPRS) termasuk Pelaporan Insiden.
2. Tujuan dari Ronde Keselamtan Pasien (RKP) adalah:
a. Meningkatkan jumlah Staf dan Karyawan yang yakin tentang
pelaksanaan KPRS termasuk Sistem Pelaporan Insiden tanpa hukuman
(non-punitive)
b. Meningkatkan jumlah dan mutu Laporan Insiden
c. Meningkatkan jumlah informasi tentang KPRS langsung ke Pimpinan dari
pihak pertama di lapangan.
d. Berubahnya budaya Rumah Sakit Umum Bunda Purwokerto kearah
budaya yang kental dengan "safety"
e. Menurunkan KTD (Kejadian Tidak Diharapkan / Adverse event)
f. Mutu pelayanan kesehatan meningkat.

B. Ruang Lingkup Ronde Keselamatan Pasien

Rumah Sakit Rumah Sakit Bunda Purwokerto berkomitmen penuh dalam


menjamin asuhan pelayanan yang aman terhadap seluruh pasien yang
menggunakan fasilitas pelayanan baik rawat jalan maupun rawat inap. Hal ini
berdasarkan UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 43 bahwa RS
harus memberikan asuhan yang lebih aman dan Permenkes No 1691 tahun
2011 tentang Keselamatan Pasien. Upaya yang sedang dan terus dilakukan
adalah dengan menanamkan 4 pilar budaya keselamatan pasien yang lebih
dikenal dengan transformasi kultural, yaitu merubah budaya menyalahkan
(blamming culture) menjadi budaya keselamatan (culture of safety), budaya
disalahkan (Blammed culture) menjadi budaya bebas disalahkan (blammed-free
culture), budaya diam tidak melaporkan menjadi budaya melaporkan setiap
insiden (reporting culture) dan merubah budaya tidak mau belajar dari insiden
menjadi budaya belajar dari insiden (learning culture). Implementasi
pelaksanaan program keselamatan pasien tersebut melalui berbagai kegiatan,
diantaranya adalah melakukan deklarasi budaya keselamatan pasien,
memberdayakan pelopor (champion), melakukan briefing tiap pertemuan di
masing-masing unit, mengadakan patient safety walkround dan menciptakan
budaya kondusif.
Salah satu dari tujuh langkah dalam pelaksanaan keselamatan pasien
adalah “Pimpin dan Dukung Staf Anda”. Untuk dapat melaksanakan langkah
tersebut perlu adanya dukungan penuh dari tingkat manajemen tertinggi/
Direktur Rumah Sakit Bunda Purwokerto. Sebab hal ini dapat memberikan
pengaruh yang kuat dan feed back yang baik untuk mewujudkannya. Dengan
sistem seperti “bottom”atau top and down” dalam pelaksanaan KPRS maka
budaya keselamatan pasien dapat terwujud, sebab dengan adanya komitmen
pada level top management  maka secara otomatis pada middle dan low
management akan mengikuti dan melaksanakan apa yang menjadi komitmen
bersama sehingga dalam pelaksanaan KPRS dapat berjalan dengan baik dan
setiap personil memiliki kesadaran serta tanggung jawab. Dukungan yang
diberikan dapat diwujudkan dalam bentuk kunjungan atau supervisi kesetiap
unit pelayanan untuk memonitoring atau mengetahui kesulitan/ permasalahan/
kendala yang dihadapi dalam melaksanakan keselamatan pasien dan
memastikan bahwa seluruh personil RS mendukung pelaksanaan
keselamatan pasien.
Dalam upaya membangun budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Bunda
Purwokerto, perlu didukung oleh seluruh personil Rumah Sakit Bunda
Purwokerto dan fasilitas serta sistem yang baik dan memadai pada semua
unit pelayanan yang ada. Dengan adanya ronde keselamatan pasien bertujuan
untuk mengetahui pelaksanaan pemberian pelayanan yang berorientasi pada
keselamatan pasien dan melihat catatan yang merekam setiap insiden yang
terjadi pada waktu tertentu dan tindak lanjut yang dilakukan untuk mengatasi
atau mengurangi agar insiden tersebut tidak terulang kembali sertamelakukan
wawancara untuk mengetahui kesulitan dalam pelaksanaan program.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat dan
berdasarkan atas latar belakang itulah maka pelaksanaan program
keselamatan pasien di Rumah Sakit Bunda Purwokerto perlu berpedoman pada
buku panduan keselamatan pasien (Patient Safety) Rumah Sakit Bunda
Purwokerto yang mengacu pada buku Panduan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit Depkes R.I, Edisi 2, Jakarta 2008, yang jelas sehingga angka kejadian
KTD dapat dicegah sedini mungkin.

C. Tatalaksana
1. Sasaran Dan Bentuk Kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah semua unit pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit Bunda Purwokerto (IGD, farmasi, Kamar Operasi, Kamar Bersalin,
Laboratorium, Radiologi, Poliklinik, dan Ruangan Perawatan) yang
mengimplementasikan program keselamatan pasien.
2. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan dari ronde ini khusus mengenai keselamatan pasien.
Direktur dan atau Wakil direktur pelayanan Rumah Sakit Bunda Purwokerto
didampingi jajaran manajemen dan profesi lain seperti Komite Medik,Komite
Keperawatan, Ka.Bid.Keperwatan, Ka.Bid. Pelayanan Medik dan Ka Instalasi
lain sesuai kebutuhan. Rombongan Ronde Keselamatan Pasien tidak terlalu
besar, yaitu 5 sampai dengan 7 orang, agar percakapan/diskusi dapat
berlangsung secara lebih akrab. Rombongan Ronde Keselamatan Pasien
secara rutin mengadakan €peninjauan / inspeksi€ keliling ke Unit /
Bagian /Instalasi seperti : IGD, farmasi, Kamar Operasi, Kamar Bersalin,
Laboratorium, Radiologi, Poliklinik, dan Ruangan Perawatan.
Di setiap unit yang dikunjungi, rombongan mengajukan pertanyaan dan
diskusi khusus tentang keselamatan pasien rumah sakit kepada staf/
karyawan, juga kepada pasien / keluarga. Frekuensi RKP satu kali sebulan,
lamanya ronde 30 menit sampai dengan 1 jam. Dan pada satu ronde tidak
harus semua unit dikunjungi, kuncinya : RKP harus rutin dan konsisten,
jangan ada penundaan.
Pertanyaan yang didiskusikan dalam Ronde Keselamatan Pasien adalah
sebagai berikut :
1. Adakah selama ini kejadian yang berhubungan dengan pasien safety?
2. Sudahkan pelaporan berjalan? Alur pelaporannya bagaimana? Mana form
laporannya?
3. Bagaimana cara dan hasil dari investigasi sederhana?Bagaimana
melakukan investigasi?
4. Adakah bukti tindak lanjut dari investigasi sederhana?
5. Adakah kejadian insiden keselamatan pasien yang masuk kategori
sentinel? Jika ada mana laporannya dan kriteria sentinel apa saja?
6. Adakah kejadian insiden keselamatan pasien yang masuk kategori KTD?
Jika ada mana laporannya ?
7. Adakah kejadian insiden keselamatan pasien yang masuk kategori
medication error? Jika ada mana laporannya dan kriteria yang masuk
medication error yang ada apa saja
8. Adakah kejadian insiden keselamatan pasien yang masuk kategori KPC,
KTC? Mana laporannya dan tindak lanjutnya?
9. Seberapa paham dan peduli Anda tentang memberikan asuhan yang lebih
aman?
10. Seberapa peduli Anda akan melaporkan setiap insiden keselamatan
pasien?
11. Siapa yang menjadi champion di unit kerja ini? Bagaimana peran champion
tersebut
12. Bagaimana Anda mengimplementasikan budaya no blamming culture
terkait adanya insiden keselamatan pasien?
13. Bagaimana anda menjembatani 4 pilar budaya keselamatan pasien :
budaya saling menyalahkan, budaya saling disalahkan, budaya
melaporkan, budaya belajar dari kesalahan.

D. Dokumentasi
Kegiatan Ronde Keselamatan Pasien segera didokumentasi.
1. Rumah Sakit
a. Rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang
meliputi kejadian Potensial Cedera (KPC), kejadian kejadian nyaris
cedara (KNC),Kejadian Tidak Cedera (KTC), kejadian tidak diharapakan
(KTD), dan kejadian sentinel
b. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP) mengacu
pada pedoman yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKP-RS), 2007
c. Pelaporan insiden terdiri dari :
1) Pelaporan internal yaitu mekanisme atau alur pelaporan insiden di
internal Rumah Sakit Bunda Purwokerto.
2) Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari Rumah Sakit Bunda
Purwokerto ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS)
melalui situs on line.
d. Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien(PMKP) Rumah Sakit
Rumah Sakit Bunda Purwokerto melakukan pencatatan kegiatan
keselamatan pasien yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan
kepada direktur Rumah Sakit Bunda Purwokerto secara berkala.
2. Alur Pelaporan
Alur pelaporan ketika terjadi insiden keselamatan pasien baik KPC, KNC,
KTC,KTD dan Sentinel mengikuti bagan Alur Pelaporan Keselamatan
Pasien, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Setiap ada insiden keselamatan pasien di unit terkait harus dilaporkan
dan ditangani segera oleh profesi terkait dan dalam waktu 2x24 jam
harus dibuat laporan oleh orang yang bertanggung jawab di unit tersebut
(perawat, ahli gizi, radiographer, analis, AA/Apoteker) baik KPC, KNC,
KTC,KTD dan Sentinel dengan cara mengisi secara lengkap pada Form
Laporan Insiden Internal yang telah disediakan kemudian melaporkannya
kepada atasannya langsung. Kejadian yang terjadi juga didokumentasi di
status pasien.
b. Atasan yang dilapori harus melakukan grading. Jika hasil grading warna
Biru atau warna Hijau maka langsung lakukan investigasi sederhana
dengan pola pendekatan no blamming culture (atasan tidak boleh
menyalahkan staf yang terlibat dalam insiden) tetapi lebih pada
pendekatan sistem atau lebih pada proses pemecahan masalah /
perbaikan sistem agar insiden tak terulang kembali. Hasil investigasi
sederhana dan hasil penanganannya harus dilaporkan dan sudah masuk
ke Komite Keselamatan Pasien, Manajemen Risiko dan Peningkatan
Mutu Rumah Sakit (KKPPMRS) dalam waktu maksimal satu minggu
untuk warna Biru dan dua minggu untuk warna Hijau setelah insiden
terjadi. Jika hasil grading warna Merah atau Kuning maka dalam waktu
maksimal 2x24 jam setelah insiden terjadi, maka atasan pelapor (yang
melakukan grading) harus langsung melaporkannya ke Komite
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP). Sehingga atasan/
pimpinan unit harus mempunyai standar kompetensi dalam membuat
grading dan investigasi sederhana yang baik dan benar serta kecepatan
dan responsivenes dalam menangani setiap insiden keselamatan pasien.
Sebagai gambaran bahwa grading Biru/ Hijau adalah insiden KPC, KNC
dan KTC.
c. Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) dalam hal
ini Ketua dan Penanggung Jawab beserta Anggota Keselamatan pasien
melakukan Grading ulang atas insiden laporan dengan hasil grading
Merah atau Kuning dan selanjutnya jika hasil grading tetap warna Merah
atau Kuning maka melakukan RCA sesuai Standar Prosedur
Operasional yang ada untuk selanjutnya atas rekomendasi Direktur
melaporkannya ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit dengan
menggunakan form yang telah disediakan. Sebagai gambaran bahwa
grading Merah/ Kuning adalah insiden KTD dan Sentinel.
d. Komite PMKPmelakukan laporan sesuai Standar Prosedur Operasional

E. Monitoring Dan Evaluasi


1. Monitoring
Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan
ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan rencana yang telah
disusun. Monitoring juga digunakan untuk mengetahui kegiatan yang
menyimpang dari rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan
sumber-sumber, serta untuk mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif
dan seefisien mungkin. Conor (1974) menjelaskan bahwa keberhasilan
dalam mencapai tujuan separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah
ditetapkan dan setengahnya lagi fungsi oleh pengawasan atau monitoring.
2. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan salah satu fungsi dari manajemen.
Evaluasi dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsur-unsur program
serta terhadap pelaksanaan program. Evaluasi dilakukan secara terus
menerus, berkala dan atau sewaktu-waktu pada saat sebelum, sedang dan
atau setelah program dilaksanakan.
3. Monitoring dan Evaluasi di Rumah Sakit Bunda Purwokerto
a. Seluruh jajaran manajeman Rumah Sakit Bunda Purwokerto secara
berkala melakukan monitoring dan evaluasi program keselamatan pasien
yang dilakukan oleh Komite Keselamatan Pasien, Manajemen Risiko dan
Peningkatan Mutu Rumah Sakit Bunda Purwokerto.
b. Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien secara berkala
(paling lama 2 tahun) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan
prosedur keselamatan pasien yang dipergunakan di Rumah Sakit Rumah
Sakit Bunda Purwokerto
c. Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit Rumah
Sakit Bunda Purwokerto melakukan evaluasi kegiatan setiap triwulan dan
membuat tindak lanjut
DAFTAR PUSTAKA

1. Republik Indonesia , 2009 UU No. 44 tentang Rumah Sakit, Jakarta : Indonesis


2. Republik Indonesia, 2014 UU No. 36 tentang Tenaga Kesehatan, Jakarta :
Indonesia
3. Republik Indonesia, 2011 Permenkes No. 1691 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit, Jakarta : Indonesia
4. Buku Pedoman Keselamatan Pasien tahun 2008
5. Fujianto, 2014, Issue Keselamatan Pasien ,www.beckerhospitalreview.com/
keselamatan pasien
6. Anne, 2014, interoperabilitas, http://interoperability-definition.info/id/

Anda mungkin juga menyukai