A. Latar Belakang
Penyelenggaraan proses pendidikan perlu dilakukan secara fleksibel danterb
uka. Proses yang fleksibel dan terbuka ini juga memungkinkan berkembangnya berbagai
pola belajar-pembelajaran, dimana peserta didik
dapat belajar mandiri,belajar jarak jauh, belajar di rumah (home-
schooling), dan belajar dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah.
Sarana dan prasarana sekolah adalah salah satu komponen dalam sistemseko
lah. Oleh karena itu keberadaannya harus selaras dengan komponen yang lain,dan ditentu
kan berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan di sekolah. Tujuan pendidikanuntuk pengem
bangan potensi peserta didik secara optimal, menyiratkan bahwa hasil (berkembangnya k
emampuan optimal) pendidikan lebih diutamakan dari prosesdiselenggarakannya pendidika
n itu.
Agar program belajar-pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif danefisien,
diperlukan terciptanya lingkungan dan suasana yang menyenangkan danmerangsang. Lin
gkungan fisik perlu dirancang dan dikembangkan untuk memungkinkanterselengaranya ber
bagai proses belajar dan pembelajaran.
Perlunya dilakukanperbandingan sarana & prasarana pendidikan di negara lain baik secara l
angsungmaupun tidak langsung.
Permen No. 19 tahun 2007 tentang pengelolaan sarana dan prasarana butir 7 (bidang
sarana dan prasarana ) menyebutkan bahwa sekolah menetapkan kebijakan program secara
tertulis mengenai pengelolaan sarana dan prasarana. Program pengelaolaan sarana dan
prasarana mengacu pada standar dalam hal 1) merencanakan, memenuhi dan
mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan, 2) mengevaluasi dan melakukan
pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses pendidikan, 3)
melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah, 4) menyusun skala
prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan dan kurikulum
masing-masing tingkat, dan 5) memelihara semua fasilitas fisik dan peralatan dengan
memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan.
Sarana pendidikan terdiri atas berbagai sumber belajar yaitu media belajar, alat
praktik pendidikan, laboratorium, buku teks, buku perpustakaan dan sarana yang lainnya
yang diperlukan untuk kelancaran proses pembelajaran di suatu lembaga pendidikan.
Sedangkan prasarana pendidikan meliputi tanah, gedung dan infrastruktur lainnya yang
menunjang kegiatan pendidikan. Saran dan fasilitas yang ada di sekolah perlu didayagunakan
dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran. Mengupayakan pemeliharaan sarana
dan prasarana pendidikan sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai setiap
diperlukan.
Pemeliharaan terhadap sarana dan fasilitas pendidikan di sekolah merupakan aktivitas
yang haris dijalankan untuk menjaga agar perlengkapan yang dibutuhkan oleh personel
sekolah dalam kondisi siap pakai. Kondisi siap pakai ini sangat membantu terhadap
kelancaran proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Oleh karena itu, semua
perlengkapan yang ada di sekolah membutuhkan perawatan, pemeliharaan, dan pengawasan
agar dapat diberdayakan dengan sebaik mungkin.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301)
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496).
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang SIstem Penjaminan
Mutu Pendidikan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah kejuruan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
6. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang pengelolaan Pendidikan
7. Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah dasar
dan Menengah
8. Permendiknas Nomor 25 tahun 2008 tentang Standar Perpustakaan
9. Permendiknas Nomor 26 tahun 2008 tentang Standar Laboratorium
C. Definisi Operasional
Dalam Prosedur Oprasional Standar ini yang dimadsud dengan:
1. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
kriteria minimal tentang ruang belajar tempat berolah raga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, dan tempat berekreasi serta
sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
2. Sarana pendidikan merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendididkan khususnya proses belajar mengajar, seperti
gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
3. Prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan
atau pengajaran seperti, halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah dan lainnya.
4. Pemeliharaan merupakan aktivitas yang harus dijalankan untuk menjaga agar perlengkapan
yang dibutuhkan oleh personel sekolah dalam kondisi siap pakai.
5. Kerusakan adalah tidak berfungsinya sarana dan prasarana akibat:
a) Penyusutan/berkurangnya umur sarana dan atau prasarana.
b) Salah penanganan (beban fungsi yang berlebih, kebakaran, dan sebagainya)
c) Bencana alam.
6. Biaya pemeliharaan adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan perawatan
sarana dan prasarana yang sesuai dengan ketentuan yang ditentukan oleh sekolah.
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugasnya menerima dana dari berbagai sumber.
Penerimaan dari berbagai sumber tersebut perlu dikelola dengan baik dan benar. Banyak pendekatan yang
digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan pendidikan, namun dalam pelaksanaannya pendekatan-
pendekatan tersebut memiliki berbagai persamaan. Sumber-sumber dana pendidikan antara lain meliputi:
Anggaran rutin (DIK); Anggaran pembangunan (DIP); Dana Penunjang Pendidikan (DPP); Dana BP3; Donatur;
dan lain-lain yang dianggap sah oleh semua pihak yang terkait.
Partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan sekolah sudah menjadi hal yang umum
dibicarakan, baik di negara maju maupun negara berkembang. Dalam teori pengembangan sekolah di era
desentralisasi, ada tiga segitiga stakeholder yang harus dibangun, yaitu kerjasama sekolah, orang tua dan
masyarakat. Partisipasi masyarakat seakan menjadi kata kunci untuk memecahkan masalah di sekolah.
Pemerintah di negara manapun, dengan dalih mengembalikan lembaga sekolah kepada pemilik utamanya yaitu
masyarakat, menggembar-gemborkan ide ini. Tapi sebenarnya ada sebuah misi utama dibalik propaganda ini,
yaitu meringankan beban keuangan pemerintah dengan mengajak masyarakat untuk menyediakan dana lebih
dalam pengembangan sekolah.
Saat ini, kegiatan pendidikan sumber pendanaannya diambil dari APBN dan APBD. Jika dari dua
sumber itu masih kurang maka akan dicarikan solusi. Bisa saja dengan melibatkan peran serta masyarakat,
komite, para alumni, dunia usaha, dan sebagainya. “Tentu partisipasi tersebut harus disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Prinsipnya adalah, RAPBS harus disusun berdasarkan analisis
kebutuhan bukan keinginan. Kemudian harus melalui azas musyawarah mufakat. Selain itu harus ada subsidi
silang dan dicarikan solusi bagi peserta didik yang tidak mampu. Yang tak kalah pentingnya adalah, sekolah
dilarang mengeluarkan siswa hanya karena faktor keuangan atau yang bersangkutan dari keluarga tidak mampu.
Terkait hal tersebut, sejatinya pihak sekolah boleh meminta dukungan materi dari para orangtua
murid. Akan tetapi sifatnya tidak memaksa. Ini untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan dan subsidi bagi
siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu. Mengenai besar kecilnya, tergantung dari kebutuhan sekolah
masing-masing. Karena sekolah diberi kewenangan untuk menyusun RAPBS sesuai dengan manajemen yang
berbasis sekolah.
Administrasi keuangan merupakan tolok ukur tingkat kepercayaan atas penyelenggaraan kegiatan.
Transparansi/keterbukaan dan ketepatan penggunaan anggaran (akuntabel) sangat terkait dengan tingkat
kepercayaan masyarakat. Sedangkan tambahan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh siswa yang
jumlahnya bervariasi belum diatur secara rinci sehingga perlu “dikawal” agar terhindar dari hal-hal yang “tidak
pada tempatnya/ tidak wajar”.
B. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4301)
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496).
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang SIstem Penjaminan Mutu Pendidikan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah kejuruan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
6. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang pengelolaan Pendidikan
7. Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah dasar dan Menengah
D. Definisi Operasional
1. Biaya Pendidikan adalah biaya yang dipakai dalam penyelenggaraan pendidikan yang terdiri atas biaya
investasi, biaya personal dan biaya operasional.
Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
2. Orang tua/wali siswa adalah individu orang dewasa yang memiliki hubungan kekerabatan atau kekeluargaan
dan bertanggung jawab penuh terhadap peserta didik
3. Dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untukmenyelenggarakan dan mengelola
pendidikan.
4. Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumber daya keuangan yangdiperlukan untuk penyelenggar
aan dan pengelolaan pendidikan.
5. Pemangku kepentingan pendidikan adalah orang, kelompok orang, atau organisasiyang memiliki kepentingan d
an/atau kepedulian terhadap pendidikan.
F. Distribusi
Distribusi prosedur operasional standar pemungutan biaya ini ditujukan terhadap pihak-pihak berikut:
1. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Larangan sebagai penanggung jawab
2. Wakil-wakil Kepala Sekolah
3. Ketua Program Studi Keahlian
4. Pengurus komite sekolah
5. Siswa dan Orang Tua /Wali
6. Pengawas Pembina SMK Muhammadiyah Larangan Brebes
7. Cabang Dinas Pendidikan XI jawa Tengah
8. Unit Pelayanan Pendidikan Kecamatan Larangan
9. Pemangku Kepentingan (Stakeholder) / Dunia Usaha/Industri Lainnya
G. Persetujuan
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah YME dan terimakasih terhadap pihak pihak yang telah
membantu dan bekerjasama dalam penyusunan POS pemungutan biaya di SMK Muhammadiyah Larangan
menetapkan dan memutuskan pemberlakuannya sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Brebes
Pada Tanggal : 10 Januari 2019
A. Latar Belakang
Implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
membawa implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk model dan teknik penilaian proses
dan hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan
pendidikan dan pemerintah.
Penilaian hasil belajar pada Sekolah Menengah Kejuruan, selain dilakukan oleh
pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah juga oleh masyarakat (Du/Di). Penilaian oleh
pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment) dalam
rangka penjaminan mutu, sedangkan penilaian oleh pemerintah dan masyarakat (Du/Di)
merupakan penilaian eksternal (external assessment) sebagai pengendali mutu.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengahdi
dasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) sahih, berarti penilaian didasarkan padadata yang mencerminkan kemampuan yang diuk
ur,
2) objektif, berarti penilaiandidasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipe
ngaruhi subjektivitas penilai,
3)adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adati
stiadat, status sosial ekonomi, dan gender,
4) terpadu, berarti penilaian oleh pendidikmerupakan salah satu komponen yang tak terpis
ahkan dari kegiatan pembelajaran,
5)terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusandapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan,
6) menyeluruh dan berkesinambungan,berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua a
spek kompetensi dengan menggunakanberbagai teknik Penilaian yang sesuai, untuk memant
au perkembangan kemampuanpeserta didik,
7) sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahapdengan mengikuti
langkah-langkah baku,
8) beracuan kriteria, berarti Penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan,
9) akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, pr
osedur,maupun hasilnya.
B. Landasan Hukum
1. UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik(KIP).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 41,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);
3. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2007 tanggal 11 juni 2007
tentang standar penilaian pendidikan
5. Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang Sistim Penjaminan Mutu Pendidikan
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk memberikan informasi kepada siswa, orangtua/wali tentang tata cara
penyampaian ketidakpuasan dan penyelesaiannya
2. Untuk melayani keluhan siswa, orangtua/wali yang berhubungan dengan nilai hasil
belajar mata pelajaran tertentu
3. Untuk memberikan pelayanan yang dapat memenuhi rasa keadilan bagi siswa,
orangtua/wali
4. Upaya perbaikan proses dan penilaian hasil belajar pada mata pelajaran tertentu
5. Untuk memberikan informasi kepada siswa, orangtua/wali tentang tata cara
penyelesaian ketidakpuasan hasil belajar pada mata pelajaran tertentu
D. Definisi Operasional
1. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur penca- paian
kompetensipeserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,
untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran,
dan menentukan keberhasilanbelajar peserta didik.
2. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untukmengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satuKompetensi Dasar (KD)
atau lebih.
3. Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untukmengukur p
encapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan
8 - 9 minggukegiatan pembelajaran.
4. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untukmengukur p
encapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
5. Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhirsemester ge
nap untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik di akhirsemester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem pa
ket.
6. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditent
ukan oleh satuan pendidikan.
E. Prosedur dan Mekanisme
1. Siswa yang tidak puas terhadap penilaian yang diberikan oleh pengampu mata pelajaran
diberikan hak mengajukan keberatan secara tertulis dengan melampirkan bukti hasil belajar
yang diterima langsung kepada guru yang bersangkutan
2. Penyampaian ketidakpuasan terhadap nilai hasil belajar (Ulangan harian, ulangan tengah
semester) dilakukan paling lambat satu minggu setelah nilai hasil belajar di terima siswa
3. Penyampaian ketidakpuasan terhadap nilai hasil belajar ulangan semester dilakukan pada
semester berikutnya yaitu minggu pertama awal semester tersebut
4. Penyampaian ketidakpuasan nilai hasil belajar dilakukan dengan cara: siswa/orang tua siswa
membawa bukti kuat berupa lembar hasil ulangan harian/ulangan tengah semester/buku rapor
siswa yang bersangkutan kepada wali kelas dan mengisi lembar pengajuan komplain dengan
menuliskan alasan keberatan atas nilai hasil belajar siswa bersangkutan.
5. Wali Kelas yang bersangkutan menindaklanjuti komplain dengan: melaporkan komplain
tersebut kepada ketua program studi keahlian.
6. Jika komplain tersebut berupa keberatan siswa terhadap nilai hasil belajar ulangan
harian/ulangan tengah semester, Ketua program studi keahlian bersama guru mata pelajaran
terkait melakukan pemeriksaan terhadap lembar jawaban ulangan harian/ulangan tengah
semester dan mencocokkannya dengan kunci jawaban yang terdapat pada kisi-kisi soal
ulangan harian/ulangan tengah semester.
7. Jika komplain tersebut berupa keberatan siswa terhadap nilai hasil belajar ulangan semester,
ketua program studi keahlian melaporkan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum.
Wakil kepala sekolah bidang kurikulum bersama guru mata pelajaran terkait memeriksa
kembali lembar ulangan semester siswa yang bersangkutan, melakukan pengecekan terhadap
buku daftar penilaian guru mata pelajaran terkait (nilai latihan, tugas, ulangan harian, tengah
semester dan ulangan semester).
8. Jika komplain tersebut berupa keberatan siswa terhadap nilai hasil belajar ulangan semester
kenaikan kelas, maka wakil kepala sekolah bidang kurikulum melaporkan kepada kepala
sekolah. Kepala sekolah meminta panitia ulangan semester kenaikan kelas, panitia pengolah
nilai, guru mata pelajaran terkait melakukan pemeriksaan kembali terhadap nilai siswa yang
bersangkutan. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka kepala sekolah
memberikan penjelasan kepada siswa yang bersangkutan sesuai kebnaran fakta yang
ditemukan, dan atau memerintahkan kepada panitia ulangan semester kenaikan kelas, panitia
pengolah nilai, guru mata pelajaran terkait melakukan perubahan terhadap nilai hasil belajar
sebelumnya sesuai dengan nilai perolehan siswa yang bersangkutan.
9. Wali kelas memanggil siswa yang mengajukan komplain tersebut , dan bersama-sama
dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, ketua program studi keahlian, dan guru mata
pelajaran terkait memberikan/menyampaikan penjelasan berdasarkan kebenaran hasil
pemeriksaan/pengecekan yang telah dilakukan, dan/atau melakukan perubahan terhadap nilai
hasil belajar sebelumnya sesuai dengan nilai perolehan siswa yang bersangkutan.
F. Distribusi
Distribusi prosedur operasional standar ketidakpuasan hasil belajar ini ditujukan
terhadap pihak-pihak berikut:
1. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Larangan Jambi sebagai
penanggung jawab
2. Wakil-wakil Kepala Sekolah
3. Ketua Program Studi Keahlian
4. Guru Mata Pelajaran Normatif, Adaptif, dan Produktif serta Para Wali Kelas.
5. Siswa dan Orang Tua /Wali
6. Pengawas Pembina SMK Muhammadiyah Larangan
7. Pengawas Mata Pelajaran Adaptif, Normatif, dan Produktif
8. Dinas Pendidikan Kabupaten Muaro Jambi
9. Pemangku Kepentingan (Stakeholder) / Dunia Usaha/Industri Lainnya
G. Persetujuan
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah YME dan terimakasih terhadap pihak
pihak yang telah membantu dan bekerjasama dalam penyusunan POS Ketidakpuasan Hasil
Belajar di SMK Muhammadiyah Larangan menetapkan dan memutuskan pemberlakuannya
sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Brebes
Pada Tanggal : 10 Januari 2019
Unsur-Unsur Yang Menyetujui:
A. Latar Belakang
Penilaian hasil belajar pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), selain dilakukan oleh
pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah juga oleh masyarakat (Du/Di). Penilaian oleh
pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment) dalam
rangka penjaminan mutu, sedangkan penilaian oleh pemerintah dan masyarakat (Du/Di)
merupakan penilaian eksternal (external assessment) sebagai pengendali mutu.
Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester
genap. Cakupan materi meliputi indikator-indikator yang merepresentasikan standar
kompetensi (SK) pada tahun tersebut dengan mengutamakan materi yang dipelajari pada
semester genap.
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran, seorang siswa dinyatakan
naik ke kelas/jenjang berikutnya jika telah menuntaskan seluruh mata pelajaran atau boleh
maksimal 3 mata pelajaran yang tidak tuntas atau tidak mencapai KKM yang telah ditetapkan
sekolah. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator program normatif dan
adaptif adalah 75%. KKM program produktif mengacu kepada standar minimal penguasaan
kompetensi yang berlaku di dunia kerja yang bersangkutan.
Agar peran serta masyarakat semakin meningkat, bentuk laporan harus disajikan dalam
bentuk yang lebih komunikatif (memuat catatan guru) sehingga “profil” atau tingkat
kemajuan belajar peserta didik mudah terbaca dan dapat dipahami oleh orang tua atau pihak
yang berkepentingan (stakeholder) lainnya. Dengan demikian dari laporan tersebut, orangtua
dapat mengidentifikasi kompetensi apa saja yang belum dimiliki anaknya. Berdasarkan
laporan tersebut, orangtua/wali dapat menentukan jenis bantuan apa yang diperlukan
anaknya, sedangkan di pihak anak, yang bersangkutan dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahan dirinya serta aspek mana yang perlu ditingkatkan.
Atas dasar itu, laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai
pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada wali peserta didik, komite sekolah, masyarakat,
dan instansi terkait lainnya. Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik merupakan sarana
komunikasi dan sarana kerja sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat yang
bermanfaat baik bagi kemajuan belajar peserta didik maupun pengembangan sekolah.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301)
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496).
a) Kepmen Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 5786/1989 dan No. 28/SE/1989
d) Kepmen Diknas RI No. 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
C. Defenisi opersional
Dalam prosedur operasional standar kenaikan kelas ini yang dimaksud dengan:
1. POS Kenaikan kelas adalah syarat-syarat yang yang harus dipenuhi oleh siswa untuk dapat
diyatakan naik ke tingkat kelas berikutnya.
Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester
genap, untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap.
Cakupan materi meliputi indikator-indikator yang merepresentasikan standar kompetensi
(SK) pada tahun tersebut dengan mengutamakan materi yang dipelajari pada semester genap.
3. Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran, seorang siswa telah
menuntaskan seluruh mata pelajaran atau boleh maksimal 3 mata pelajaran yang tidak tuntas
atau tidak mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah.
4. KKM adalah standar minimal ketuntasan mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh guru
mata pelajaran berdasarkan pedoman penilaian pendidikan BSNP
Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator program normatif dan adaptif
adalah 75%. KKM program normatif dan adaptif ditentukan dengan mempertimbangkan
tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, dan kemampuan
sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran
KKM program produktif mengacu kepada standar minimal penguasaan kompetensi yang
berlaku di dunia kerja yang bersangkutan. Kriteria ketuntasan untuk masing-masing
kompetensi dasar (KD) adalah terpenuhinya indikator yang dipersyaratkan dunia kerja yaitu
kompeten atau belum kompeten dan diberi lambang/skor 7,00 bila memenuhi persyaratan
minimal.
7. Penilaian meliputi ranah kognitif atau aspek pengetahuan, psikomotor aspek keterampilan
dan afektif aspek sikap.
8. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
10. Buku rapor adalah buku yang berisikan laporan hasil belajar siswa yang meliputi ranah
kognitif, psikomotor dan afektif yang ditujukan kepada siswa dan orang tua
Adapun tujuan dibutanya POS ini adalah untuk memberikan pedoman terhadap sekolah
secara umun, dan khususnya guru dalam memutuskan naik atau tidak naiknya seorang siswa
ke tingkat kelas berikutnya dalam satu jenjang pendidikan. Disamping itu POS ini bermanfaat
untuk memberikan informasi kepada waraga sekolah tentang mekanisme penentuan kenaikan
kelas, serta memberikan rambu-rambu tentang proses kenaikan kelas bagi wali kelas dan
rapat majelis guru yang berpedoman pada petunjuk BSNP.
2. Kenaikan kelas didasarkan pada penilaian hasil belajar pada semester dua, dengan
pertimbangan SK/KD yang belum tuntas pada semester satu harus dituntaskan sampai
mencapai KKM yang ditetapkan. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti
pembelajaran remedi.
3. Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas ke kelas XI atau kelas XII, apabila yang
bersangkutan tidak mencapai ketuntasan lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran yang merupakan
prasyarat dari Standar Kompetensi (SK) berikutnya.
4. Peserta didik yang dinyatakan tidak naik kelas harus mengulang seluruh pelajaran di tingkat
tersebut.
a) memperoleh nilai kurang dari kategori baik pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia
b) Jika peserta didik tidak menuntaskan KD dan SK lebih dari 3 mata pelajaran untuk semua
kelompok mata pelajaran sampai pada batas akhir tahun ajaran, dan
c) Jika karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik, emosi atau mental
sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai kompetensi yang ditargetkan.
4. Ketika mengulang di kelas yang sama, nilai siswa untuk semua indikator, KD, dan SK
yang ketuntasan belajar minimumnya sudah dicapai, minimal sama dengan yang dicapai pada
tahun sebelumnya.
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah YME dan terimakasih terhadap pihak pihak yang
telah membantu dan bekerjasama dalam penyusunan POS Ketentuan Kenaikan Kelas
SMK Muhammadiyah Larangan Menetapkan dan Memutuskan Pemberlakuannya sejak
tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Brebes
Pada Tanggal : 10 Januari 2019