Anda di halaman 1dari 17

POS PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR


PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA
SMK MUHAMMADIYAH LARANGAN
TAHUN PELAJARAN 2019 / 2020

A.   Latar Belakang
Penyelenggaraan   proses   pendidikan   perlu   dilakukan   secara   fleksibel   danterb
uka. Proses yang fleksibel  dan  terbuka  ini  juga  memungkinkan  berkembangnya berbagai  
pola belajar-pembelajaran,  dimana peserta didik
dapat  belajar mandiri,belajar jarak jauh, belajar di rumah (home-
schooling),  dan belajar dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah.
Sarana   dan   prasarana   sekolah   adalah   salah   satu   komponen   dalam   sistemseko
lah.  Oleh  karena  itu  keberadaannya  harus  selaras  dengan  komponen  yang lain,dan ditentu
kan berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan di sekolah. Tujuan  pendidikanuntuk  pengem
bangan  potensi  peserta  didik  secara  optimal, menyiratkan  bahwa  hasil (berkembangnya  k
emampuan  optimal)  pendidikan lebih diutamakan dari prosesdiselenggarakannya  pendidika
n itu.
Agar  program  belajar-pembelajaran  dapat  berlangsung  dengan  efektif danefisien, 
diperlukan  terciptanya   lingkungan  dan  suasana  yang  menyenangkan danmerangsang. Lin
gkungan fisik perlu dirancang dan dikembangkan untuk memungkinkanterselengaranya  ber
bagai  proses  belajar  dan  pembelajaran.
Perlunya dilakukanperbandingan  sarana & prasarana pendidikan  di negara lain baik secara l
angsungmaupun tidak langsung.
Permen No. 19 tahun 2007 tentang pengelolaan sarana dan prasarana butir 7 (bidang
sarana dan prasarana ) menyebutkan bahwa sekolah menetapkan kebijakan program secara
tertulis mengenai pengelolaan sarana dan prasarana. Program pengelaolaan sarana dan
prasarana mengacu pada standar dalam hal 1) merencanakan, memenuhi dan
mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan, 2) mengevaluasi dan melakukan
pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses pendidikan, 3)
melengkapi fasilitas  pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah, 4) menyusun skala
prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan dan kurikulum
masing-masing tingkat, dan 5) memelihara semua fasilitas fisik dan peralatan dengan
memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan.
Sarana pendidikan terdiri atas berbagai sumber belajar yaitu media belajar, alat
praktik pendidikan, laboratorium, buku teks, buku perpustakaan dan sarana yang lainnya
yang diperlukan untuk kelancaran proses pembelajaran di suatu lembaga pendidikan.
Sedangkan prasarana pendidikan meliputi tanah, gedung dan infrastruktur lainnya yang
menunjang kegiatan pendidikan. Saran dan fasilitas yang ada di sekolah perlu didayagunakan
dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran. Mengupayakan pemeliharaan sarana
dan prasarana pendidikan sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai setiap
diperlukan.
Pemeliharaan terhadap sarana dan fasilitas pendidikan di sekolah merupakan aktivitas
yang haris dijalankan untuk menjaga agar perlengkapan yang dibutuhkan oleh personel
sekolah dalam kondisi siap pakai. Kondisi siap pakai ini sangat membantu terhadap
kelancaran proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Oleh karena itu, semua
perlengkapan yang ada di sekolah membutuhkan perawatan, pemeliharaan, dan pengawasan
agar dapat diberdayakan dengan sebaik mungkin.
B.    Dasar Hukum
1.     Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301)
2.     Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496).
3.     Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang SIstem Penjaminan
Mutu Pendidikan.
4.     Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah kejuruan
5.     Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
6.     Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang pengelolaan Pendidikan
7.     Permendiknas Nomor 24  tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah dasar
dan Menengah
8.     Permendiknas Nomor 25 tahun 2008 tentang Standar Perpustakaan
9.     Permendiknas Nomor 26 tahun 2008 tentang Standar Laboratorium

C.   Definisi Operasional
Dalam Prosedur Oprasional Standar ini yang dimadsud dengan:
1.     Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
kriteria minimal tentang ruang belajar tempat berolah raga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, dan tempat berekreasi serta
sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
2.     Sarana pendidikan merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendididkan khususnya proses belajar mengajar, seperti
gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
3.     Prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan
atau pengajaran seperti, halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah dan lainnya.
4.     Pemeliharaan merupakan aktivitas yang harus dijalankan untuk menjaga agar perlengkapan
yang dibutuhkan oleh personel sekolah dalam kondisi siap pakai.
5.     Kerusakan adalah tidak berfungsinya sarana dan prasarana akibat:
a)    Penyusutan/berkurangnya umur sarana dan atau prasarana.
b)    Salah penanganan (beban fungsi yang berlebih, kebakaran, dan sebagainya)
c)    Bencana alam.
6.     Biaya pemeliharaan adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan perawatan
sarana dan prasarana yang sesuai dengan ketentuan yang ditentukan oleh sekolah.

D.   Tujuan dan manfaat


Adapun tujuan dan manfaat dibuatnya prosedur operasional pemeliharaan sarana dan
prasarana ini adalah sebagai berikut:
1.     Tujuan POS pemeliharaan sarana dan prasarana adalah untuk memberikan pedoman,
arahan, informasi tentang tata cara melakukan tindakan pemeliharaan terhadap sarana dan
prasarana sekolah.
2.     Manfaat POS pemeliharaan sarana dan prasarana adalah memberikan kewenangan/ruang
bagi petugas dalam pengambilan kebijakan untuk memelihara sarana dan prasarana.
E.    Distribusi/sasaran
Distribusi prosedur operasional standar pemeliharaan sarana dan prasarana ini
ditujukan terhadap pihak-pihak berikut:
1.    Kepala Sekolah Menengah Kejuruan  (SMK) Muhammadiyah Larangan  sebagai
penanggung jawab
2.    Wakil-wakil Kepala Sekolah
3.    Ketua Program Studi Keahlian
4.    Guru dan wali kelas.
5.    Siswa dan Orang Tua /Wali
6.    Pengawas Pembina SMK Muhammadiyah Larangan
7.    Pengawas Mata Pelajaran Adaptif, Normatif, dan Produktif
8.    Dinas Pendidikan Cabang dinas XI Jawa tengah
9.    Pemangku Kepentingan (Stakeholder) / Dunia Usaha/Industri Lainnya
F.     Prosedur dan Mekanisme
Berikut merupakan prosedur dan mekanisme pemeliharaan sarana dan prasarana
yaitu:
1.    Melakukan pencatatan dan penyusunan barang-barang/perlengkapan milik negara secara
sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang
berlaku.
2.    Setiap barang dan peralatan yang masuk ke sekolah harus dimasukan daftar infentasis
terlebih dahulu.
3.    Membuat laporan berkala/periode tertentu tentang keadaan sarana dan prasarana /
perlengkapan/barang dengan memberi keterangan terhadap barang/perlengkapan baik jumlah
dan kondisinya.
4.    Melakukan pengawasan terhadap barang/perlengkapan baik dalam hal pemeliharaan atau
pemberdayaannya
5.    Barang-barang dan sarana sekolah yang ada harus dipelihara/dijaga agar selalu dalam
kondisi siap pakai sesuai dengan dana yang tersedia
6.    Pemeliharaan sarana dan fasilitas pendidikan meliputi pemeliharaan yang bersifat
pengecekan, pencegahan perbaikan ringan dan perbaikan berat, serta pemeliharaan (dalam
skala waktu) pemeliharaan sehari-hari (membersihkan ruang dan perlengkapannya), dan
pemeliharaan berkala seperti pengecetan dinding, pemeriksaan bangku, genteng, dan perabot
lainnya.
7.    Pemeliharaan barang/perlengkapan dilakukan dengan mempertimbangkan nilai ekonomis.

G.   Unsur-unsur yang Menyetujui


Dengan mengucapkan syukur kepada Allah YME dan terimakasih terhadap pihak
pihak yang telah membantu dan bekerjasama dalam penyusunan POS Ketentuan Kenaikan
Kelas SMK Negeri 8 Muaro Jambi menetapkan dan memutuskan pemberlakuannya sejak
tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di                         : Brebes
Pada Tanggal                        : 10 Januari 2019

Unsur-Unsur Yang Menyetujui:

1.Kepala Sekolah          2. Komite Sekolah               3. Perwakilan Orang Tua

POS PEMUNGUTAN BIAYA


PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
TENTANG PEMUNGUTAN BIAYA PENDIDIKAN
SMK MUHAMMADIYAH LARANGAN TAHUN PELAJARAN 2019/2020

A.     Latar Belakang
Lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugasnya menerima dana dari berbagai sumber.
Penerimaan dari berbagai sumber tersebut perlu dikelola dengan baik dan benar. Banyak pendekatan yang
digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan pendidikan, namun dalam pelaksanaannya pendekatan-
pendekatan tersebut memiliki berbagai persamaan. Sumber-sumber dana pendidikan antara lain meliputi:
Anggaran rutin (DIK); Anggaran pembangunan (DIP); Dana Penunjang Pendidikan (DPP); Dana BP3; Donatur;
dan lain-lain yang dianggap sah oleh semua pihak yang terkait.
Partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan sekolah sudah menjadi hal yang umum
dibicarakan, baik di negara maju maupun negara berkembang.  Dalam teori pengembangan sekolah di era
desentralisasi, ada tiga segitiga stakeholder yang harus dibangun, yaitu kerjasama sekolah, orang tua dan
masyarakat. Partisipasi masyarakat seakan menjadi kata kunci untuk memecahkan masalah di sekolah.
Pemerintah di negara manapun, dengan dalih mengembalikan lembaga sekolah kepada pemilik utamanya yaitu
masyarakat, menggembar-gemborkan ide ini.  Tapi sebenarnya ada sebuah misi utama dibalik propaganda ini,
yaitu meringankan beban keuangan pemerintah dengan mengajak masyarakat untuk menyediakan dana lebih
dalam pengembangan sekolah.
Saat ini, kegiatan pendidikan sumber pendanaannya diambil dari APBN dan APBD. Jika dari dua
sumber itu masih kurang maka akan dicarikan solusi. Bisa saja dengan melibatkan peran serta masyarakat,
komite, para alumni, dunia usaha, dan sebagainya. “Tentu partisipasi tersebut harus disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Prinsipnya adalah, RAPBS harus disusun berdasarkan analisis
kebutuhan bukan keinginan. Kemudian harus melalui azas musyawarah mufakat. Selain itu harus ada subsidi
silang dan dicarikan solusi bagi peserta didik yang tidak mampu. Yang tak kalah pentingnya adalah, sekolah
dilarang mengeluarkan siswa hanya karena faktor keuangan atau yang bersangkutan dari keluarga tidak mampu.
Terkait hal tersebut, sejatinya pihak sekolah  boleh meminta dukungan materi dari para orangtua
murid. Akan tetapi sifatnya tidak memaksa. Ini untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan dan subsidi bagi
siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu. Mengenai besar kecilnya, tergantung dari kebutuhan sekolah
masing-masing. Karena sekolah diberi kewenangan untuk menyusun RAPBS sesuai dengan manajemen yang
berbasis sekolah.
Administrasi keuangan merupakan tolok ukur tingkat kepercayaan atas penyelenggaraan kegiatan.
Transparansi/keterbukaan dan ketepatan penggunaan anggaran (akuntabel) sangat terkait dengan tingkat
kepercayaan masyarakat. Sedangkan tambahan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh siswa yang
jumlahnya bervariasi belum diatur secara rinci sehingga perlu “dikawal” agar terhindar dari hal-hal yang “tidak
pada tempatnya/ tidak wajar”.

B.     Landasan Hukum
1.      Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4301)
2.      Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496).
3.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang SIstem Penjaminan Mutu Pendidikan.
4.      Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah kejuruan
5.      Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
6.      Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang pengelolaan Pendidikan
7.      Permendiknas Nomor 24  tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah dasar dan Menengah

C.    Tujuan dan Manfaat


1.    Prosedur Operasi Standar ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada warga sekolah tentang mekanisme
dan tata cara pungutan biaya operasional sekolah dari orang tua/wali  siswa dalam rangka untuk kelancaran
penyelenggaraan pendidikan di SMK Muhammadiyah Larangan
2.    Manfaat dari POS ini adalah dapat menjadi acuan tentang tata cara pungutan biaya operasional sekolah dari
orang tua/wali siswa.

D.     Definisi Operasional
1.      Biaya Pendidikan adalah biaya yang dipakai dalam penyelenggaraan pendidikan yang terdiri atas biaya
investasi, biaya personal dan biaya operasional.
 Biaya investasi satuan pendidikan meliputi     biaya   penyediaan      sarana    dan   prasarana,     pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
 Biaya   personal   meliputi    biaya pendidikan      yang   harus    dikeluarkan    oleh  peserta    didik  untuk    bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
2.      Orang tua/wali siswa adalah individu orang dewasa yang memiliki hubungan kekerabatan atau kekeluargaan
dan  bertanggung jawab penuh terhadap peserta didik
3.      Dana   pendidikan  adalah   sumber  daya    keuangan   yang disediakan untukmenyelenggarakan dan mengelola 
pendidikan.
4.                   Pendanaan pendidikan adalah  penyediaan sumber daya keuangan yangdiperlukan untuk penyelenggar
aan dan pengelolaan pendidikan.
5.      Pemangku kepentingan pendidikan adalah orang, kelompok orang, atau organisasiyang memiliki kepentingan d
an/atau kepedulian terhadap pendidikan.

E.   Prosedur dan Mekanisme


1. Kepala Sekolah  dan para wakil kepala sekolah membentuk tim untuk menyusun anggaran tahunan dan
melakukan analisis kebutuhan biaya penyelenggaraan sekolah dalam satu tahun.
2. Hasil kerja tim dibawa ke dalam Rapat Komite dan Majelis Guru untuk membahas besaran kekurangan
biaya penyelenggaraan sekolah dalam satu tahun pelajaran.
Rancangan ini dibuat dalam format sumbangan tertinggi dan sumbangan terendah yang terdiri dari:
a) Sumbangan sukarela untuk pertama masuk sekolah kelas X.
b) Sumbangan Komite yang bersifat pembayaran bulanan.
3. Besaran biaya yang disanggupi untuk dibayar orang tua berada dalam rentang sumbangan terendah dan
sesuai dengan batas /wali siswa.
4. Bagi orang tua/wali siswa yang tidak mampu secara ekonomi maka mereka dapat mengajukan
keringanan atau pembebasan biaya sumbangan menurut persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah sebagai
warga miskin.
5. Pembayaran Sumbangan Sukarela saat pertama kali masuk dapat dicicil sebanyak maksimal tiga kali
dan harus lunas paling lambat pada akhir semester ganjil kelas X.
6. Sumbangan Komite dibayar setiap bulan paling lambat tanggal 10 Kalender Masehi.
7. Pengelolaan terhadap dana yang berasal dari orang tua /wali siswa, pihak lainnya dilakukan secara
akuntabel, berdaya guna dan transparan. Orang tua/wali  siswa, masyarakat, pemerintah dan personal sekolah
dapat memantau, mengawasi dan melaporkan kepada pihak yang berwajib jika terjadi penyalahgunaan dana
tersebut.
8. Pada akhir tahun, kepala sekolah selaku penanggung jawab pengelolaan dana tersebut memberikan
laporan dan pertanggung-jawaban dalam rapat komite sekolah dan orang tua

F.    Distribusi
Distribusi prosedur operasional standar pemungutan biaya ini ditujukan terhadap pihak-pihak berikut:
1.    Kepala Sekolah Menengah Kejuruan  (SMK) Muhammadiyah Larangan  sebagai penanggung jawab
2.    Wakil-wakil Kepala Sekolah
3.    Ketua Program Studi Keahlian
4.    Pengurus komite sekolah
5.    Siswa dan Orang Tua /Wali
6.    Pengawas Pembina SMK Muhammadiyah Larangan Brebes
7.    Cabang Dinas Pendidikan XI jawa Tengah
8.    Unit Pelayanan Pendidikan Kecamatan Larangan
9.    Pemangku Kepentingan (Stakeholder) / Dunia Usaha/Industri Lainnya

G.    Persetujuan
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah YME dan terimakasih terhadap pihak pihak yang telah
membantu dan bekerjasama dalam penyusunan POS pemungutan biaya di SMK Muhammadiyah Larangan
menetapkan dan memutuskan pemberlakuannya sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di    : Brebes
Pada Tanggal   : 10 Januari 2019

Unsur-Unsur Yang Menyetujui:

1.Kepala Sekolah          2. Komite Sekolah               3. Perwakilan Orang Tua


POS PENYAMPAIAN KETIDAKPUASAN HASIL BELAJAR

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)


PENYAMPAIAN KETIDAKPUASAN HASIL BELAJAR
SMK MUHAMMADIYAH LARANGAN  TAHUN PELAJARAN 2019/2020

A.     Latar Belakang
Implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
membawa implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk model dan teknik penilaian proses
dan hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan
pendidikan dan pemerintah.
Penilaian hasil belajar pada Sekolah Menengah Kejuruan, selain dilakukan oleh
pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah juga oleh masyarakat (Du/Di). Penilaian oleh
pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment) dalam
rangka penjaminan mutu, sedangkan penilaian oleh pemerintah dan masyarakat (Du/Di)
merupakan penilaian eksternal (external assessment) sebagai pengendali mutu.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengahdi
dasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) sahih, berarti penilaian didasarkan padadata yang mencerminkan kemampuan yang diuk
ur,
2) objektif,  berarti  penilaiandidasarkan  pada  prosedur  dan  kriteria  yang  jelas, tidak dipe
ngaruhi subjektivitas penilai,
3)adil,   berarti  penilaian  tidak  menguntungkan  atau  merugikan  peserta  didik
karena berkebutuhan  khusus  serta  perbedaan  latar  belakang  agama,  suku, budaya, adati
stiadat, status sosial ekonomi, dan gender,
4) terpadu, berarti penilaian oleh pendidikmerupakan salah satu komponen yang tak terpis
ahkan dari kegiatan pembelajaran,
5)terbuka,  berarti prosedur  penilaian,  kriteria  penilaian,  dan dasar  pengambilan
keputusandapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan,
6) menyeluruh dan berkesinambungan,berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua a
spek kompetensi dengan menggunakanberbagai teknik Penilaian yang sesuai, untuk memant
au perkembangan kemampuanpeserta didik,
7) sistematis,  berarti penilaian  dilakukan secara  berencana  dan  bertahapdengan mengikuti 
langkah-langkah baku,
8) beracuan   kriteria,   berarti   Penilaian  didasarkan   pada   ukuran   pencapaian
kompetensi yang ditetapkan,
9) akuntabel,  berarti  penilaian  dapat   dipertanggungjawabkan,   baik   dari   segi teknik, pr
osedur,maupun hasilnya.
B.     Landasan Hukum
1.          UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik(KIP).
2.         Peraturan  Pemerintah   Nomor   19   Tahun  2005   tentang   Standar NasionalPendidikan 
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor  41,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);
3.         Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang  Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan
4.         Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2007 tanggal 11 juni 2007
tentang standar penilaian pendidikan
5.         Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang Sistim Penjaminan Mutu Pendidikan
C.    Tujuan dan Manfaat
1. Untuk memberikan informasi kepada siswa, orangtua/wali tentang tata cara
penyampaian ketidakpuasan dan penyelesaiannya
2. Untuk melayani keluhan siswa, orangtua/wali yang berhubungan dengan nilai hasil
belajar mata pelajaran tertentu
3. Untuk memberikan pelayanan yang dapat memenuhi rasa keadilan bagi siswa,
orangtua/wali
4. Upaya perbaikan proses dan penilaian hasil belajar pada mata pelajaran tertentu
5. Untuk memberikan informasi kepada  siswa, orangtua/wali tentang tata cara
penyelesaian ketidakpuasan hasil belajar pada mata pelajaran tertentu
D.     Definisi Operasional
1.     Ulangan adalah proses yang dilakukan  untuk  mengukur penca- paian
kompetensipeserta  didik  secara  berkelanjutan  dalam  proses  pembelajaran,
untuk memantau kemajuan, melakukan    perbaikan pembelajaran,
dan menentukan keberhasilanbelajar peserta didik.
2.     Ulangan   harian   adalah   kegiatan   yang   dilakukan   secara   periodik   untukmengukur 
pencapaian  kompetensi  peserta  didik  setelah  menyelesaikan  satuKompetensi Dasar (KD) 
atau lebih.
3.     Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untukmengukur p
encapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan
8 - 9 minggukegiatan pembelajaran.
4.     Ulangan  akhir  semester  adalah kegiatan  yang  dilakukan  oleh pendidik  untukmengukur p
encapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
5.     Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhirsemester ge
nap untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik di akhirsemester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem pa
ket.
6.     Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditent
ukan  oleh  satuan  pendidikan.
E.      Prosedur dan Mekanisme
1.    Siswa yang tidak puas terhadap penilaian yang diberikan oleh pengampu mata pelajaran
diberikan hak mengajukan keberatan secara tertulis dengan melampirkan bukti hasil belajar
yang diterima langsung kepada guru yang bersangkutan
2.    Penyampaian ketidakpuasan terhadap nilai hasil belajar (Ulangan harian, ulangan tengah
semester) dilakukan paling lambat satu minggu setelah nilai hasil belajar di terima siswa
3.    Penyampaian ketidakpuasan terhadap nilai hasil belajar ulangan semester dilakukan pada
semester berikutnya yaitu minggu pertama awal semester tersebut
4.    Penyampaian ketidakpuasan nilai hasil belajar dilakukan dengan cara: siswa/orang tua siswa
membawa bukti kuat berupa lembar hasil ulangan harian/ulangan tengah semester/buku rapor
siswa yang bersangkutan kepada wali kelas dan mengisi lembar pengajuan komplain dengan
menuliskan alasan keberatan atas nilai hasil belajar siswa bersangkutan.
5.    Wali Kelas yang bersangkutan menindaklanjuti komplain dengan: melaporkan komplain
tersebut kepada ketua program studi keahlian.
6.    Jika komplain tersebut berupa keberatan siswa terhadap nilai hasil belajar ulangan
harian/ulangan tengah semester, Ketua program studi keahlian bersama guru mata pelajaran
terkait melakukan pemeriksaan terhadap lembar jawaban ulangan harian/ulangan tengah
semester dan mencocokkannya dengan kunci jawaban yang terdapat pada kisi-kisi soal
ulangan harian/ulangan tengah semester.
7.    Jika komplain tersebut berupa keberatan siswa terhadap nilai hasil belajar ulangan semester,
ketua program studi keahlian melaporkan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum.
Wakil kepala sekolah bidang kurikulum bersama guru mata pelajaran terkait memeriksa
kembali lembar ulangan semester siswa yang bersangkutan, melakukan pengecekan terhadap
buku daftar penilaian guru mata pelajaran terkait (nilai latihan, tugas, ulangan harian, tengah
semester dan ulangan semester).
8.    Jika komplain tersebut berupa keberatan siswa terhadap nilai hasil belajar ulangan semester
kenaikan kelas, maka wakil kepala sekolah bidang kurikulum melaporkan kepada kepala
sekolah. Kepala sekolah meminta panitia ulangan semester kenaikan kelas, panitia pengolah
nilai, guru mata pelajaran terkait melakukan pemeriksaan kembali terhadap nilai siswa yang
bersangkutan. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka kepala sekolah
memberikan penjelasan kepada siswa yang bersangkutan sesuai kebnaran fakta yang
ditemukan, dan atau memerintahkan kepada panitia ulangan semester kenaikan kelas, panitia
pengolah nilai, guru mata pelajaran terkait melakukan perubahan terhadap nilai hasil belajar
sebelumnya sesuai dengan nilai perolehan siswa yang bersangkutan. 
9.    Wali kelas memanggil siswa yang mengajukan komplain tersebut , dan bersama-sama
dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, ketua program studi keahlian, dan guru mata
pelajaran terkait memberikan/menyampaikan penjelasan berdasarkan kebenaran hasil
pemeriksaan/pengecekan yang telah dilakukan, dan/atau melakukan perubahan terhadap nilai
hasil belajar sebelumnya sesuai dengan nilai perolehan siswa yang bersangkutan. 
F.      Distribusi
Distribusi prosedur operasional standar ketidakpuasan hasil belajar ini ditujukan
terhadap pihak-pihak berikut:
1.    Kepala Sekolah Menengah Kejuruan  (SMK) Muhammadiyah Larangan Jambi  sebagai
penanggung jawab
2.    Wakil-wakil Kepala Sekolah
3.    Ketua Program Studi Keahlian
4.    Guru Mata Pelajaran Normatif, Adaptif, dan Produktif serta Para Wali Kelas.
5.    Siswa dan Orang Tua /Wali
6.    Pengawas Pembina SMK Muhammadiyah Larangan
7.    Pengawas Mata Pelajaran Adaptif, Normatif, dan Produktif
8.    Dinas Pendidikan Kabupaten Muaro Jambi
9.    Pemangku Kepentingan (Stakeholder) / Dunia Usaha/Industri Lainnya
G.    Persetujuan
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah YME dan terimakasih terhadap pihak
pihak yang telah membantu dan bekerjasama dalam penyusunan POS Ketidakpuasan Hasil
Belajar di SMK Muhammadiyah Larangan menetapkan dan memutuskan pemberlakuannya
sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di           : Brebes
Pada Tanggal          : 10 Januari 2019
Unsur-Unsur Yang Menyetujui:

1.Kepala Sekolah          2. Komite Sekolah               3. Perwakilan Orang Tua

POS KENAIKAN KELAS SMK MUHAMMADIYAH lARANGAN


PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR KENAIKAN KELAS
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH LARANGAN

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

A.     Latar Belakang

Implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan dan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
membawa implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk model dan teknik penilaian proses
dan hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan
pendidikan dan pemerintah.

Penilaian hasil belajar pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), selain dilakukan oleh
pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah juga oleh masyarakat (Du/Di). Penilaian oleh
pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment) dalam
rangka penjaminan mutu, sedangkan penilaian oleh pemerintah dan masyarakat (Du/Di)
merupakan penilaian eksternal (external assessment) sebagai pengendali mutu.

Kurikulum SMK berbasis kompetensi (competency-based curriculum), berbasis luas dan


mendasar (broad-based curriculum), dan menggunakan pendekatan pengembangan
kecakapan hidup (life skills development approach). Pelaksanaan pembelajaran di SMK
menggunakan model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG), yaitu pembelajaran
dilaksanakan di sekolah dan di dunia usaha/dunia industri (Du/Di), dengan menggunakan
kurikulum yang disusun oleh sekolah sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau kurikulum yang
disusun bersama antara Du/Di dengan sekolah. Karena itu, dimungkinkan melibatkan Du/Di
sebagai penilai.

Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester
genap. Cakupan materi meliputi indikator-indikator yang merepresentasikan standar
kompetensi (SK) pada tahun tersebut dengan mengutamakan materi yang dipelajari pada
semester genap.

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran, seorang siswa dinyatakan
naik ke kelas/jenjang berikutnya jika telah menuntaskan seluruh mata pelajaran atau boleh
maksimal 3 mata pelajaran yang tidak tuntas atau tidak mencapai KKM yang telah ditetapkan
sekolah. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator program normatif dan
adaptif  adalah 75%. KKM program produktif mengacu kepada standar minimal penguasaan
kompetensi yang berlaku di dunia kerja yang bersangkutan.

Kurikulum berbasis kompetensi dirancang dan dilaksanakan dalam kerangka manajemen


berbasis sekolah, di mana peran-serta masyarakat di bidang pendidikan tidak hanya terbatas
pada dukungan dana saja, tetapi juga di bidang akademik. Unsur penting dalam manajemen
berbasis sekolah adalah partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas publik.

Agar peran serta masyarakat semakin meningkat, bentuk laporan harus disajikan dalam
bentuk yang lebih komunikatif (memuat catatan guru) sehingga “profil” atau tingkat
kemajuan belajar peserta didik mudah terbaca dan dapat dipahami oleh orang tua atau pihak
yang berkepentingan (stakeholder) lainnya. Dengan demikian dari laporan tersebut, orangtua
dapat mengidentifikasi kompetensi apa saja yang belum dimiliki anaknya. Berdasarkan
laporan tersebut, orangtua/wali dapat menentukan jenis bantuan apa yang diperlukan
anaknya, sedangkan di pihak anak, yang bersangkutan dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahan dirinya serta aspek mana yang perlu ditingkatkan.

Atas dasar itu, laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai
pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada wali peserta didik, komite sekolah, masyarakat,
dan instansi terkait lainnya. Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik merupakan sarana
komunikasi dan sarana kerja sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat yang
bermanfaat baik bagi kemajuan belajar peserta didik maupun pengembangan sekolah.

B.     Dasar Hukum
1.        Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301)

2.        Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496).

3.        Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang SIstem Penjaminan


Mutu Pendidikan.

4.        Undang-Undang  Nomor    25  Tahun  2009  tentang  Pelayanan  Publik  (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);

5.        Peraturan  Pemerintah  Nomor  47  Tahun  2008  tentang  Wajib  Belajar  (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4863);

6.        Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum


Pendidikan (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4965)

7.        Keputusan-keputusan Menteri yang menyangkut SMK;

a)  Kepmen Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 5786/1989 dan No. 28/SE/1989

b)  Surat Edaran bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kep.BAKN


No.5786/MPK/1989 dan No. 28/SE/1989

c)  Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 323/U/1997 tentang


Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan

d)  Kepmen Diknas RI No. 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah 

C.    Defenisi opersional

Dalam prosedur operasional standar kenaikan kelas ini yang dimaksud dengan:
1.        POS Kenaikan kelas adalah syarat-syarat yang yang harus dipenuhi oleh siswa untuk dapat
diyatakan naik ke tingkat kelas berikutnya.

2.        Ulangan Kenaikan Kelas

Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester
genap, untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap.
Cakupan materi meliputi indikator-indikator yang merepresentasikan standar kompetensi
(SK) pada tahun tersebut dengan mengutamakan materi yang dipelajari pada semester genap.

3.        Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran, seorang siswa telah
menuntaskan seluruh mata pelajaran atau boleh maksimal 3 mata pelajaran yang tidak tuntas
atau tidak mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah.

4.        KKM adalah standar minimal ketuntasan mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh guru
mata pelajaran berdasarkan pedoman penilaian pendidikan BSNP

5.        KKM Program Normatif dan Adaptif

Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator program normatif dan adaptif 
adalah 75%. KKM program normatif dan adaptif ditentukan dengan mempertimbangkan
tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, dan kemampuan
sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran

6.        KKM Program Produktif

KKM program produktif mengacu kepada standar minimal penguasaan kompetensi yang
berlaku di dunia kerja yang bersangkutan. Kriteria ketuntasan untuk masing-masing
kompetensi dasar (KD) adalah terpenuhinya indikator yang dipersyaratkan dunia kerja yaitu
kompeten atau belum kompeten dan diberi lambang/skor 7,00 bila memenuhi persyaratan
minimal.

7.        Penilaian meliputi ranah kognitif atau aspek pengetahuan, psikomotor aspek keterampilan
dan afektif aspek sikap.

8.        Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

9.        Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu


pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

10.    Buku rapor adalah buku yang berisikan laporan hasil belajar siswa yang meliputi ranah
kognitif, psikomotor dan afektif  yang ditujukan kepada siswa dan orang tua

D.     Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dibutanya POS ini adalah untuk memberikan pedoman terhadap sekolah
secara umun, dan khususnya guru dalam memutuskan naik atau tidak naiknya seorang siswa
ke tingkat kelas berikutnya dalam satu jenjang pendidikan. Disamping itu POS ini bermanfaat
untuk memberikan informasi kepada waraga sekolah tentang mekanisme penentuan kenaikan
kelas, serta memberikan rambu-rambu tentang proses kenaikan kelas bagi wali kelas dan
rapat majelis guru yang berpedoman pada petunjuk BSNP.

E.      Prosedur Kenaikan Kelas

1.      Kriteria kenaikan kelas ditentukan melalui rapat dewan pendidik

2.      Kenaikan kelas didasarkan pada penilaian hasil belajar pada semester dua, dengan
pertimbangan SK/KD yang belum tuntas pada semester satu harus dituntaskan sampai
mencapai KKM yang ditetapkan. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti
pembelajaran remedi.

3.      Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas ke kelas XI atau kelas XII, apabila yang
bersangkutan tidak mencapai ketuntasan lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran yang merupakan
prasyarat dari Standar Kompetensi  (SK) berikutnya.

4.      Peserta didik yang dinyatakan tidak naik kelas harus mengulang seluruh pelajaran di tingkat
tersebut.

5.      Sekolah dapat menambah/menyesuaikan kriteria kenaikan kelas sesuai dengan


karakteristik, kemampuan dan kebutuhan setiap sekolah.

F.     Mekanisme Penentuan Kenaikan Kelas

1.   Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun

2.   Siswa dinyatakan naik kelas, apabila yang bersangkutan telah mencapai kriteria


ketuntasan minimal pada semua indikator, hasil belajar (HB), kompetensi dasar (KD), dan
standar kompetensi (SK) pada semua mata pelajaran.

3.   Siswa dinyatakan harus mengulang di kelas yang sama bila:

a) memperoleh nilai kurang dari kategori baik pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia 

b) Jika peserta didik tidak menuntaskan KD dan SK lebih dari 3 mata pelajaran untuk semua
kelompok mata pelajaran sampai pada batas akhir tahun ajaran, dan

c) Jika karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik, emosi atau mental
sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai kompetensi yang ditargetkan.

4.   Ketika mengulang di kelas yang sama, nilai siswa untuk semua indikator, KD, dan SK
yang ketuntasan belajar minimumnya sudah dicapai, minimal sama dengan yang dicapai pada
tahun sebelumnya.

G.    Distribusi Kegunaan POS

POS ini ditujukan terhadap pihak-pihak berikut:

1.         Kepala Sekolah Menengah Kejuruan  (SMK) Negeri 8 Muaro Jambi  sebagai penanggung


jawab

        Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum


        Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat dan Industri

        Ketua Program Studi Keahlian

        Guru dan wali kelas.

        Siswa dan Orang Tua /Wali

        Pengawas Pembina SMK Muhammadiyah Larangan

        Pengawas Mata Pelajaran Adaptif, Normatif, dan Produktif

        cabang Dinas Pendidikan XI Jawa tengah

.      Pemangku Kepentingan (Stakeholder) / Dunia Usaha/Industri Lainnya

H.     Unsur-unsur yang menyetujui

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah YME dan terimakasih terhadap pihak pihak yang
telah membantu dan bekerjasama dalam penyusunan POS Ketentuan Kenaikan Kelas
SMK Muhammadiyah Larangan Menetapkan dan Memutuskan Pemberlakuannya sejak
tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di                        : Brebes
Pada Tanggal                       : 10 Januari 2019

Unsur-Unsur Yang Menyetujui

1.Kepala Sekolah          2. Komite Sekolah               3. Perwakilan Orang Tua

Anda mungkin juga menyukai