Anda di halaman 1dari 22

1

PEMANFAATAN DAN PENYALURAN SARANA DAN PRASARANA


PENDIDIKAN
DI MTSN 6 KEDIRI

Ilham Hisyam Firdaus


Manajemen Pendidikan Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri
E-mail: Ilham.hisyamsyam@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui serta mendeskripsikan
Pemanfaatan Dan Penyaluran Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di MTsN 6
Kediri. Penelitian ini mendeskripsikan tentang beberapa hal yang mencakup
konsep, Proses, Alur dan Pengendalian Pemanfaatan Dan Penyaluran Sarana Dan
Prasarana Pendidikan Di MTsN 6 Kediri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1) Konsep Pemanfaatan Dan Penyaluran Saran Dan Prasarana Pendidikan Di


MTsN 6 Kediri yaitu

2) Proses Pemanfaatan Dan Penyaluran Saran Dan Prasarana Pendidikan Di


MTsN 6 Kediri

3) Alur Pemanfaatan Dan Penyaluran Saran Dan Prasarana Pendidikan Di MTsN


6 Kediri.

4) Pengendalian Pemanfaatan Dan Penyaluran Saran Dan Prasarana Pendidikan


Di MTsN 6 Kediri yaitu

Kata kunci: konsep pemanfaatan, penyaluran , prosedur pemanfaatan

PENDAHULUAN
Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah tersedianya sarana
dan prasarana pendidikan yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan
secara optimal. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber
daya yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah,
untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya,
agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Dewasa ini masih sering ditemukan
2

banyak sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh sekolah yang diterima
sebagai bantuan, baik dari pemerintah maupun masyarakat yang tidak optimal
penggunaannya dan bahkan tidak dapat lagi digunakan sesuai dengan fungsinya.
Hal itu disebabkan antara lain oleh kurangnya kepedulian terhadap sarana dan
prasarana yang dimiliki serta tidak adanya pengelolaan yang memadai.

Seiring dengan adanya perubahan pola pemerintahan setelah


diberlakukannya sistem otonomi daerah, maka pola pendekatan manajemen
sekolah saat ini berbeda pula dengan yang sebelumnya, yakni lebih bernuansa
otonomi. Dalam rangka mengoptimalkan penyediaan, pendayagunaan, perawatan
dan pengendalian sarana dan prasarana pendidikan pada setiap jenis dan jenjang
pendidikan, diperlukan penyesuaian manajemen sarana dan prasarana. Sekolah
dituntut memiliki kemandirian untuk mengatur dan mengurus kepentingan
sekolah menurut kebutuhan dan kemampuan sendiri serta berdasarkan pada
aspirasi dan partisipasi warga sekolah dengan tetap mengacu pada peraturan dan
perundangan-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Hal itu terutama
ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang
pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar dan menengah.

Untuk mewujudkan dan mengatur hal tersebut, maka pemerintah melalui


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tetang Standar Nasional Pendidikan
yang terkait dengan standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada
Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa;

(1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2) Setiap
satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang
kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat rekreasi, dan ruang/tempat lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.1

1
3

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24


Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana sebagai upaya yang
berkelanjutan dalam pemenuhan standar sarana dan prasarana pendidikan untuk
Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/ MI), Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah Tsanawiyah (SMP/ MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah
Aliyah (SMA/ MA). Peraturan menteri tersebut menjelaskan kriteria minimal
sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah.

Berdasarkan observasi pada tanggal 1 Oktober 2019 di MTsN 6 Kediri


diperoleh informasi terkait perencanaan dan pengadaan Sarana dan Prasarana
Pendidikan. Tempat yang dipilih dalam penelitian ini adalah MTsN 6 Kediri yang
terletak di Jalan Pare-Wates, Sidomulyo, Puncu Kediri Jawa Timur. Terkait lokasi
MTsN 6 Kediri merupakan sekolah yang berada di jalur kabupaten dan jalur
aksesnya pun mudah. MTsN 6 Kediri merupakan madrasah yang berdiri pada
tahun 1978 sampai sekarang dan mengalami perubahan nama beberapa kali. Nama
awalnya Madrasah Menengah Pertama (MMP) sampai yang terakhir MTsN Puncu
dan sekarang menjadi MTsN 6 kediri.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian


yang berjudul Pemanfaatan Dan Penyaluran Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di
MTsN 6 Kediri.

KAJIAN TEORI

Manajemen Sarana dan Prasarana

Mulyasa, menjelaskan bahwa sarana pendidikan adalah peralatan dan


perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan untuk menunjang proses
pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar, seperti gedung,ruang kelas,
meja, kursi serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud
prasarana pendidikan atau pengajaran dalam proses pembelajaran, seperti halaman
sekolah, kebun sekolah, taman sekolah, dan jalan menuju sekolah.2

Manajemen sarana dan prasarana dapat diartikan senagai kegiatan menata, mulai
dari perencanaan (analisis kebutuhan), pengadaan, inventarisasi, pendistribusian,
2
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 49.
4

pemanfaatan, pemeliharaan, pemusnahan dan pertanggungjawaban terhadap


barang-barang bergerak dan tidak bergerak, perabot sekolah, alat-alat belajar, dan
lain-lain.3

PEMBAHASAN
Pengertian Pemanfaatan dan Penyaluran Sarana Prasarana
Prasarana pendidikan merupakan semua komponen yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses belajar mengajar di sekolah. Sebagai contoh: jalan
menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan sebagainya. Sedangkan
sarana pendidikan adalah semua peralatan serta perlengkapan yang langsung
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Contoh: gedung sekolah, ruangan,
meja, kursi, alat peraga dan lain-lain.4

Menurut Seels and Richey (50:2000) pengertian pemanfaatan adalah aktivitas


menggunakan proses dan sumber belajar. Sedangkan kata ”pemanfaatan” menurut
kamus besar bahasa indonesia (2005), Pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan
memanfaatkan.

Pemanfaatan juga dapat diartikan berupa serangkaian kegiatan terencana dan


sistematis yang dilakukan secara rutin maupun berkala, jadi anjuran untuk
memanfaatkan sarana dan prasarana pendidikan. Sebagaimana Bafadal (2008:42)
mengungkapkan bahwa; ada tiga hal pokok yang perlu dilakukan oleh personil
sekolah yang akan memakai perlengkapan disekolah, yaitu: (a) Memahami
petunjuk penggunaan perlengkapan pendidikan. (b Menata perlengkapan
pendidikan. (c)Memelihara, baik secara kontinyu maupun berkala terhadap
perlengkapan pendidikan.

Pemeliharaan sarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan


pengurusan dan pengaturan agar semua sarana pendidikan selalu dalam keadaan
baik dan siap untuk digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna dalam
mencapai tujuan pendidikan. Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau

3
Muhammad Mustari, Manajemen Pendidikan., 121.
4
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan,
(Malang: IKIP Malang, 1989), hlm. 135
5

pencegahan dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut kondisinya


baik dan siap digunakan.

Penyaluran merupakan kegiatan atau rangkaian dari proses atau pengelolaan


sarana prasarana. Kegiatan tersebut meliputi perencanaan, pengadaan,
inventarisasi, penyaluran, pemanfaatan, pemeliharaan, penghapusan dan
pengawasan. Pendistribusian atau penyaluran merupakan kegiatan yang
menyangkup pemindahan barang dan tanggung jawab dari instansi atau pemegang
yang satu kepada instansi/ pemegang yang lain. Dalam lingkungan yang sempit
seperti sekolah, maka kegiatan ini dapat berwujud penyaluran atau kegiatan
membagi atau mengeluarkan barang sesuai kebeutuhan guru atau seksi bagian
dalam instansi tersebut untuk keperluan kegiatan belajar mengajar serta
perkantoran. Pendistribusian atau penyaluran perlengkapan merupakan kegiatan
pemindahan barang dan tanggung jawab penyimpanan kepada unit-unit atau
orang-orang yang membutuhkan barang itu. Dalam prosesnya ada 3 hal yang
harus di perhatikan yaitu ketepatan barang yang di sampaikan, baik jumlah
maupun jenisnya; ketepatan sasaran penyampaiannya, dan ketepatan kondisi
barang yang di salurkan.5
Penyaluran merupakan kegiatan yang menyangkut pemindahan barang dan
tanggung jawab dari instansi / pemegang yang satu kepada instansi / pemegang
yang lain. Kegiatan penyaluran barang meliputi tiga bagian yaitu :

1. Penyusunan Alokasi

Untuk menghindari pemborosan dalam pembagian / pendistribusian


barang sehingga merata dan seimbang dengan kebutuhan pemakainya masing-
masing, maka perlu disusun alokasi kuantitas dan frekuensi
pendistribusiannya, sehingga sungguh-sungguh dapat menunjang kegiatan
instruksional

2. Pengiriman Barang

5
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Asministrasi Pendidikan Makro), (Jakarta: Rineka
Cipta, 2011), hlm. 144
6

Pengiriman barang dari pusat-pusat penyalur barang perlu memperhatikan


beberapa hal sebagai berikut : cara pengiriman, pengemasan, pemuatan,
pengangkutan dan pembongkarang.

3. Penyerahan Barang

Dalam penyerahan barang hendaklah tidak dilupakan untuk mengisi daftar


penyerahan barang, surat pengantar, faktur, tanda terima peyerahan barang,
biaya pengiriman dan sebagainya.

1. Konsep Pemanfaatan dan Penyaluran Sarana Prasarana


Penyaluran merupakan kegiatan yang menyangkut pemindahan sarana,
prasarana dan tanggung jawab pengelolaannya dari instansi yang satu kepada
instansi yang lain. Dalam batasan ini ada dua pihak yang terlibat, yaitu:
a. Pihak sumber yakni dari mana sarana dan prasarana berasal dan disalurkan.
b. Pihak penerima yakni kepada siapa pengirim sarana dan prasarana
ditujukkan.
Di samping kedua pihak tersebut kadang-kadang masih ada pihak ketiga yaitu
yang berperan sebagai penyalur atau ekspeditur yang juga berperan sebagai pihak
pertama yaitu pihak sumber atau dapat pula berperan sebagai pihak penerima dan
ada kalanya atas namanya sendiri.6
Sarana pendidikan, khususnya buku baik buku pelajaran maupun buku bacaan
atau buku perpustakaan adalah salah satu sarana pendidikan yang sangat penting
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pemerintah dari dahulu hingga kini telah banyak mengadakan penerbitan,
pembelian, dan sekaligus penyaluran buku-buku, baik buku pelajaran maupun
buku perpustakaan, terutama buku-buku untuk SD/MI, SMP/MTs,
SMU/SMK/MA. Program pengadaan buku tersebut mencakup kegiatan
pengadaan naskah, pencetakan dan penyalurannya sampai ke sekolah-sekolah
pengguna buku tersebut. Dengan tanpa mengurangi arti dan peranan pengadaan
naskah dan pencetakan buku, penyaluran merupakan kegiatan yang amat
menentukan, karena sampai tidaknya buku tersebut ke sekolah sasaran sangat
bergantung kepada berhasil tidaknya kegiatan penyaluran.
6
Matin, Nurhattati Fuad, Manajemen Saran dan Prasarana: Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2016), hlm. 47-48
7

Penyaluran merupakan kegiatan yang menyangkut pemindahan sarana,


prasarana dan tanggung jawab pengelolaannya dari instansi yang satu kepada
instansi yang lain. Dalam batasan ini ada dua pihak yang terlibat yaitu : pertama,
pihak sumber yakni dari mana sarana dan prasarana berasal dan disalurkan.
Kedua, pihak penerima yaitu kepada siapa pengiriman sarana dan prasarana
ditujukan. Disamping kedua pihak tersebut kadang-kadang masih ada pihak ketiga
yaitu, yang berperan sebagai penyalur atau ekspeditur yang juga berperan sebagai
pihak penerima, dan ada kalanya atas namanya sendiri.
2. Alur Pemanfaatan dan Penyaluran Sarana Prasarana
a. Penyusunan Alokasi
Untuk menghindari pemborosan dalam pembagian/ pendistribusian barang
sehingga merata dan seimbang dengan kebutuhan pemakainya masing- masing,
maka perlu disusun alokasi kuantitas dan frekuensi pendistribusiannya, sehingga
sungguh- sungguh dapat menunjang kegiatan instruksional.
Dalam penyusunan alokasi barang tersebut perlu memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
1) penerimaan barang
2) waktu penyerahan barang
3) jenis barang
4) jumlah barang
5) kegunaan/ keperluan barang7
b. Pengiriman Barang
Pengiriman barang dari pusat- pusat penyalur barang perlu memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
1) cara pengiriman
2) pengemasan
3) pemuatan
4) pengangkutan
5) pembongkaran
c. Penyerahan Barang
Dalam penyerahan barang hendaklah tidak dilupakan untuk mengisi daftar
penyerahan barang, surat pengantar, tanda terima, biaya pengiriman dan lain
sebagainya.
Barang yang telah di terima di inventarisasikan oleh panitia pengadaan, setelah
kebenarannya di periksa berdasarkan daftar yang ada perlu surat pengantar, tidak
7
Ary H. Gunawan, loc.cit. hlm. 145
8

berarti semua personil sekolah bisa menggunakan secara bebas. Barang-barang


tersebut perlu di atur lebih lanjut untuk memudahkan pengawasan dan
pertanggung jawaban. Apabila pendistribusiannya tidak di atur dengan sebaik-
baiknya, pengelolaan perlengkapan sekolah akan mengalami kesulitan dalam
membuat laporan pertanggung jawabannya.
Dalam kaitan dengan perihal di atas, perlu adanya penyusunan alokasi
pendistribusian. Dengan terlebih dahulu di lakukan penyusunan alokasi
pendistribusian barang-barang yang telah di terima oleh sekolah yang dapat di
salurkan sesuai dengan kebutuhan barang pada bagian-bagian sekolah, dengan
melihat kondisi, kualitas, dan kuantitas barang yang ada. Semakin jelas
alokasinya, semakin jelas pula pelimpahan tanggung jawab pada penerima.
Dengan demikian pendistribusian akan lebih mudah di laksanakan dan di
kontrol setiap saat. Tujuan akhir penyusunan alokasi tersebut pada akhirnya
adalah untuk menghindari pemborosan yang seharusnya tidak terjadi.8
Dilingkungan kementrian pendidikan dan kebudayaan terdapat banyak proyek
pengadaan sarana dan prasarana dan sekaligus penyalurannya seperti proyek
pembinaan moral pancasila (PPMP), proyek buku terpadu (PBT), proyek
pembinaan pendidikan dasar (PPPD), dan lain sebagainya. Sasaran penyebaran
sarana dan prasarana tersebut adalah semua lembaga pendidikan negeri dan
swasta diseluruh plososk tanah air, baik yang terdapat dikota- kota maupun
diwilayah pedesaan terpencil. Kebijakan penyaluran yang meliputi perencanaan
dan distribusi terjadi variasi antara satu proyek dengan proyek lainnya. Efektivitas
dan efisiensi pelaksanaannya juga beda-beda. Penyaluran sarana dinyatakan
efektif apabila sarana yang diadakan sampai pada si pemakai dengan keadaan
utuh. Benar jumlahnya, tepat waktunya, dan wajar biayanya.
Pada dasarnya ada dua jalur pengiriman yaitu pengiriman langsung dan
pengiriman tidak langsung. Pengiriman langsung berarti sarana dari proyek
langsung dikirim ke pemakai, misalnya dari proyek langsung dikirim ke SD, SMP,
dan SMA diseluruh pelosok tanah air. Pengiriman tidak langsung adalah
pengiriman sarana dimana sarana tersebut belum sampai kesekolah atau pemakai
mampir terlebih dahulu di beberapa terminal, misalnya mampir dikantor wilayah

8
Ibid
9

atau dinas pendidikan provinsi, kandepdikbud kab-kota/dinas pendidikan


kabupaten-kota, dan di kandepdikbud cam/kasi pendidikan dasar/UPTD, sebelum
sampai ke sekolah.
Dari pola jalur pengiriman diatas kelihatan bahwa terdapat bermacam-macam
cara yang diterapkan oleh proyek dalam rangka penyaluran sarana. Suatu proyek
dapat menerapkan beberapa pola penyaluran, misalnya PPMP dan PBT ketika
menyalurkan buku pelajaran untuk SMP/SMA, jalur yang diambil biasanya
dengan pengiriman langsung, artinya ekspeditur menyerahkan sarana tersebut
secara langsung ke sekolah yang bersangkutan tanpa singgah diterminal lainnya.
Namun untuk pengiriman sarana ke sekolah dasar (SD) maka PPMP dan PBT, dan
PPPD menyalurkannya melalui beberapa terminal seperti terlihat dalam table.
Penerapan sistem penyaluran untuk setiap daerah mungkin juga berbeda-beda
terutama untuk sekolah-sekolah yang ada di pulau jawa dengan sekolah-sekolah
yang ada di luar puulau jawa. Buku-buku daroi proyek pembinaan pendidikan
dasar (PPPD) untuk wilayah di pulau jawa munkin disalurkan melalui
kandepdikbud kecamatan atau kasu pendidikan dasar atau UPTD, dan baru ke
pemakai. Sementara untuk di daerah luar pulau jawa, buku-buku tersebut mungkin
dikirim melalui kandepdikbud kab/kota atau dinas pendidikan kabupaten atau kota
terlebih dahulu, kemudian ke kecamatan, setelah itu baru ke sekolah. Proyek
pengadaan buku untuk sekolah kejuruan biasanya mengirimkan buku-bukunya
langsung ke sekolah. Buku-buku dari PPMP dan PBT (sebagai stok nasional)
dikirimkan melalui kanwil/dinas pendidikan provinsi dan sekaligus mengatur
penyalurannya ke sekolah-sekolah yang membutuhkan. Begitu pula buku-buku
paket A untuk pendidikan non formal juga disalurkan melalui kanwil/dinas
pendidikan provinsi sebelum sampai kepada pemakai.
Diantara proyek-proyek yang ada, ada yang memeberikan proyek penyaluran
sarana di daerah, walaupun belum memadai. Dalam praktiknya, biaya tersebut
pada umumnay tidak memenuhi sasaran. Dalam hal serah terima sarana ada pula
terjadi beberapa penyimpangan, kadang-kadang petugas ekspeditur menyerahkan
sarana di luar jam kerja, sore hari maupun malam hari sehingga sulit di lakukan
pemeriksaan yang semestinya. Kadang-kadang ekspeditur yang seharusnya
bertugas menyampaikan sarana langsung ke sekolah-sekolah atau ke kecamatan
10

(buku-buku SD), tetapi yang bersangkutan menitipkan saran tersebut


dikandepdikbud kabupaten/kota atau dinas pendidikan kabupaten/kota sehingga
aparat pada kantor tersebut bertindak sebagai “sub kontraktor” untuk penyaluran
buku ke sekolah. Jika hal ini terjadi dalam praktiknya maka kepala sekolah yang
bersangkutan di panggil untuk mengambil srana, dan biaya pengangkutan sarana
biasanya di tanggung oleh sekolah.
Satu hal yang juga biasa terjadi adalah bahwa jumlah saranba yang terdapat
dalam kemasan tidak sesuai dengan jumlah yang ada pada dokumen. Biasanya
jumlahnya kurang. Kekelirua ini mungkin saja terjadi pada pengemasan pertama
dipercetakan, atau pengemasan oleh ekspeditur, atau waktu repacking di daerah.
Kondisi geografis dan iklkim merupakan tantangan yang besar dalam penyebaran
sarana sehingga sarana yang dijadwalkan tidak sampai pada waktunya. Masih
banyak hla-hal yang menyebabkan tidak sampainya sarana kepada si pemakai
dalam jumlah yang benar, keadaan yang utuh, alamat yang tepat, dan waktu yang
tepat. Sebagian sarana tersebut menumpuk digudang menunggu iklim yang cocok,
biaya yang cuckup, dan saran pengangkutan yang tersedia, terutama untuk daerah-
daerah yang terpencil
3. Proses Pemanfaatan dan Penyaluran Sarana Prasarana
Penyaluran sarana dan prasarana pendidikan meliputi tiga kegiatan pokok
yaitu penyusunan alokasi, pengiriman dan penyaluran. Jika dilihat dari perspektif
manajemen, maka penyaluran terbagi atas tiga kegiatan yaitu perencanaan
penyaluran, pelaksanaan pengiriman, dan monitoring penyaluran. Penyusunan
alokasi dan penyerahan merupakan tanggung jawab pihak sumber atau yang
berkepentingan, sedangkan pengiriman merupakan tanggung jawab pihak
penyalur (pihak ketiga). Artinya Penyusunan Alokasi atau jumlah barang
merupakan tanggungjawab sang lembaga, sedangkan terkait proses pengiriman
barang sampai lembaga merupakan tanggung jawab DINAS KOTA/Kabupaten.
Pekerjaan perencanaan penyaluran meliputi penyusunan rencana kerja dan
syarat-syarat (RKS) yang memuat persyaratan umum, persyaratan administrasi,
persyaratan teknis, dan lain-lain. Dalam persyaratan teknis itulah sistem alokasi,
nama dan jumlah sarana, termasuk tata cara penerimaan dicantumkan. Jika
penyalur bertanggung jawab atas pengemasan, maka tata cara pengemasan harus
pula dicantumkan. Perlu diketahui bahwa penggunaan jasa pihak ketiga yang
11

biaya pengirimannya diantara 5 juta rupiah sampai 20 juta rupiah dilakukan


melalui penunjukan langsung, dan biaya diatas 20 juta rupiah melalui pelelangan
umum atau pelelangan terbatas.
Pekerjaan pelaksanaan penyaluran (pengiriman) mulai dilakukan apabila
pihak ketiga telah dilibatkan, misalnya setelah pemasangan pengumuman tentang
akan adanya pelelangan atau setelah penunjukan. Pada tahap ini yang menjadi
tanggung jawab pihak pertama adalah menemukan pelaksanaan penyaluran
(ekspeditur) yang dapat bekerja dengan baik.
Sedangkan pengawasan penyaluran dilaksanakan sejak awal perencanaan
penyaluran mulai dari penyusunan alokasi sampai serah terima sarana yaitu
penyusunan alokasi itu sendiri, alamat penerima, jumlah sarana yang akan
dikirim, jadwal pengiriman, pengemasan, pemuatan, pengangkutan,
pembongkaran, penerimaan, dan pelaporan. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan
itu dengan baik, para petugas harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang
penyaluran baik konsep, teori maupun praktiknya.
Berdasarkan keseluruhan uraian tentang distribusi di atas dapat di tegaskan
bahwa pada dasarnya ada 2 sistem pendistribusian barang yang dapat di tempuh
oleh pengelola perlengkapan sekolah, yaitu sistem langsung dan sistem tidak
langsung.9
a. Sistem secara langsung
Dengan menggunakan sistem pendistribusian langsung, berarti barang-barang
yang sudah di terima dan di inventarisasikan langsung di salurkan pada bagian-
bagian yang membutuhkan tanpa melalui proses penyimpanan terlebih dahulu.
b. Sistem secara tidak langsung
Sistem pendistribusian tidak langsung berarti barang-barang yang sudah di
terima dan sudah di inventarisasikan tidak secara langsung di salurkan, melainkan
harus di simpan terlebih dahulu di gudang penyimpanan dengan teratur. Hal ini
biasanya di gunakan apabila barang-barang yang lalu ternyata masih tersisa.10
Untuk dapat di katakan berjalan secara efektif, dalam pendistribusian harus
memenuhi beberapa asas pendistribusian. Ada beberapa asas pendistribusian yang
perlu di perhatikan,yaitu :
9
Piet A. Sahertian, Dimensi- dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional),
hlm. 191
10
Ibid
12

1) Asas ketepatan
2) Asas kecepatan
3) Asas keamanan
4) Asas ekonomi11
Namun jika di gunakan sistem pendistribusian tidak langsung maka barang-
barang yang perlu di simpan di gudang perlu mendapatkan pengawasan yang
efektif. Dalam rangka mempermudah pengawasannya perlu di buat kartu stok
barang yang di tempelkan pada barang tersebut untuk mempermudah dalam
pengenalan dan pengawasan.

4. Pengendalian Pemanfaatan dan Penyaluran Sarana Prasarana

Untuk memperlancar pelaksanaan pengiriman sarana hasil proyek dilingkungan


kementrian pendidikan dan kebudayaan dan agar terciptanya kordinasi yang lebih
baik, mentri pendidikan dan kebudayaan dengan surat keputusan nomor
011/P/1985 tanggal 9 Januari 1985 telah membentuk tim pengendali pengiriman
sarana tingkat pusat yang bertugas mengoordinasikan pengiriman sarana,
memonitor pelaksanaannya, mengatasi keterlambatan, kemacetan, dan hambatan
lainnya; menyiapkan tanggapan tentang pengiriman sarana; dan menyiapkan
saran-saran kepada pimpinan kementrian tentang penyempurnaan pengiriman
sarana. Dalam mekanisme kerja tim tersebut ditetapkan bahwa sarana yang
dikirimkan apakah secara langsung atau melalui aparat dikantor wilayah/dinas
pendidikan provinsi, kandepdikbud kabupaten./kota atau dinas pendidikan
kabupaten/kota, kandepdikbud cam/seksi pendidikan dasar/UPTD yang harus
segera sampai ke sekolah sebagai pemakai, dan sarana yang diterima sekolah
harus segera dinventarisasi dan dikelola oleh sekolah yang bersangkutan.
Kanwil/dinas pendidikan provinsi, kandepdikbud kabupaten/kota atau dinas
pendidikan kabupaten/kota, kandepdikbud cam/seksi pendidikan dasar/UPTD, dan
sekolah pemakai yang sudah menerima kiriman sarana wajib mengirimkan
laporan tentang penerimaan sarana tersebut kepada instansi diatasnya, instansi
pengirim dan atau proyek yang bersangkutan. Ekspeditur pelaksanaan pengiriman
sarana wajib memberikan laporan kepada proyek yang bersangkutan mengenai

11
Ibid
13

segala sesuatu yang menyangkut pengiriman sarana berikut masalah yang


dihadapi. Pihak proyek yang bertanggung jawab terhadap pengiriman sarana
wajib menyampaikan kepada tim pengendali.
Data yang disampaikan proyek kepada tim pengendali adalah meliputi: data jenis
sarana yang dikirim, jumlahnya, biaya pengiriman, alokasinya, waktu pengiriman,
dan nama dan alamat lengkap ekspeditur pelaksana pengiriman sarana. Proyek
juga harus melaporkan perkembangan pelaksanaan pengiriman sarana berikut
dengan alternative pemecahan yang ditempuh dalam menaggulangi masalah dan
hambatan yang timbul. Laporan proyek tersebut dan perkembangan pelaksanaan
pengiriman sarana yang sedang berjalan dilaporkan secara periodic (sekali dalam
satu bulan) kepada tim pengendali yang dalam hal ini adalah ketua hariannya
yaitu kepala biro perlengkapan secretariat jendral kementrian pendidikan dan
kebudayaan. Sementara anggota tim pengendali adalah semua pemimpin proyek.
Berdasarkan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0173/0/1983
tanggal 14 Maret 1983 di tingkat provinsi di bentuk bagian perlengkapan,
ditingkat kabupaten/kota dibentuk sub bagian yang salah satu fungsinya adalah
melaksanakan penyaluran sarana dan prasarana pendidikan di daerah. Dengan
demikian penanganan penyaluran sarana dan prasarana di daerah seluruhnya
ditangani oleh aparat yang relevan. Untuk menunjang kegiatan tersebut, proyek
buku terpadu (PBT) atas bantuan Bank dunia telah membangun gedung buku di
sebagian besar ibukota kabupaten/kota diseluruh Indonesia. Pembangunan gudang
dan depot tersebut diharapkan dapat digunakan dalam rangka memperlancar
proses pengiriman sarana dan prasarana pendidikan khususnya buku di daerah-
daerah[1].
E. Pendistribusian perlengkapan sekolah
Pendistribusian atau penyaluran perlengkapan merupakan kegiatan pemindahan
barang dan tanggung jawab dari seorang penanggung jawab penyimpanan kepada
unit-unit atau orang-orang yang membutuhkan barang itu. Dalam prosesnya, ada
tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu ketepatan barang yang di sampaikan, baik
jumlah maupun jenisnya; ketepatan sasaran penyampaiannya, dan ketepatan
kondisi barang yang disalurkan. Dalam rangka itu, paling tidak tiga langkah yang
14

sebaiknya ditempuh oleh bagian penaggung jawab penyimpanan atau penyaluran,


yaitu :
1. penyusunan alokasi barang;
2. pengiriman barang;
3. penyerahan barang.
Untuk dikatakn berjalan secara efektif, dalam pendistribusian harus memenuhi
beberapa asas pendistribusian. Adapun asas pendistribusian yang perlu di
perhatikan yaitu:
a. asas ketepatan
b. asas kecepatan
c. asas keamanan
d. asas ekonomi
Barang yang telah diterima dinvestasi oleh panitia pengadaan, setelah
kebenarannya diperiksa berdasarkan daftar yang ada pada surat pengantar, tidak
berarti semua personel sekolah dapat menggunakan secara bebas. Barang-barang
tersebut perlu diatur lebih lanjut untuk memudahkan pengawasan dan
pertanggungjawabannya apabila pendistribusiannya tidak diatur dengan sebaik
baiknya, pengelola perlengkapoan sekolah akan mengalami kesulitan dalam
membuat laporan pertanggung jawabannnya[2].
Dalam kaitan dengan perihal diatas, perlu adanya penyusunan alokasi
pendistribusian. Dengan terlebih dahulu dilakukan penyusunan alokasi
pendistribusian barang-barang yang telah diterima oleh sekolah dan dapat
disalurkan sesuai dengan kebutuhan barang pada bagian-bagian sekolah, dengan
melihat kondisi, kualitas, dan kuantitas barang yang ada. Semakin jelas
alokasinya, semakin jelas pula pelimpahan tanggung jawab pada penerima.
Dengan demikian, pendistribusiannya lebih mudah dilaksanakan dan dikontrol
setiap saat. Tujuan akhir penyusunan alokasi tersebut pada akhirnya adalah untuk
menghindari pemborosan yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Dalam penyusunan alokasi ini, ada empat hal yang harus diperhatikan dan
ditetapkan.
1) Penerimaan barang, yaitu orang yang menerima barang dan sekaligus
mempertanggung jawabkannya sesuai dengan daftar barang yang diterima.
15

Identitas orang yang menerima barang harus jelas. Identitsnya meliputi: (a) nama
lengkap; (b) jabatan resmi disekolah tersebut; (c) nomor induk pegawai; (d) dan
alamat penerima.
2) Waktu penyaluran barang. Waktu penyaluran harus disesuaikan dengan
kebutuhan barang tersebut, terutama yang berhubungan dengan proses belajar
mengajar. Selain itu, penyaluran perlengkapan tergantung pada jenisnya. Untuk
barang yang habis, seperti kapur tulis, harus dapat dengan mudah disalurkan di
kelas-kelas sehingga tidak menghambat jalannya aktivitas pendidikan. Sementara
untuk barang-barang yang tidak habis pakai dapat disalurkan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan terhadap keberadaan barang yang tersedia. Apabila
barang-barang yang ada pada bagian-bagian tertentu kuarang dapat difungsikan
lagi, perlu ada penggantinya, dan segera mendapatkan penyaluran barang-barang
yang baru, sehingga penyakuran barang-barang habis dipakai lebih bersifat
sewaktu-waktu bila dipergunakan.sebagai contohnya adalah papan tukis, lemari
buku, meja, kursi, bola voly dan sebainya.
3) Jenis barang yang akan disalurkan kepada pemakai. Untuk mempermudah
pengelolaan perlengkapan disekolah ada beberapa cara dalam membedakan jenis
perlengkapan yang ada di sekolah, isalnya, dengan melihat penggunaan tersebut.
4) Jumlah barang yang akan didistribusikan. Dalam pendistribuysian, agar
keadaan barang yang sudah disalurkan dapat diketahui secara pasti dan dapat
dikontrol, perlu ada ketegasan jumlah barang yang disalurkan. Yang perlu
dicantumkan dalam numlah barang ini adalah
a) Satuan hitungannya, misalnya: stel, sheet, atau eksemplar;
b) Jumlah satuan, misalnya: 10 unit, 5 stel;
c) Jumlah isi atau bagian dari masing-masing satuan, misalnya: 2 stel meja
tamu, 5 kursi;
d) Harga satuan.
Berdasarkan keseluruhan uraian tentang pendistribusian diatas, dapat ditegaskan
bahwa pada dasarnya ada dua sistem pendistribusian barang yang dapat
ditempouh oleh pengelola perlengkaopan sekolah, yaitu sistem langsung dan
sistem tidak langsung. Dengan menggunakan sistem pendistribusian langsung,
berarti barang-barang yang sudah diterima dan diinvestasikan langsung disalurkan
16

langsung pada bagian-bagian yng membutuhkan tanpa melalui proses


penyimpanan terlebih dahulu. Sedangkan dengan menggunakan sistem
pendistribusian yang tidak langsung berarti barang-barang yang sudah diterima
dan sudah diinvestasikan tidak secara langsung disalurkan, melainkan harus
disimpan terlebih dahulu di gudang penyimpanan dengan teratur. Hal ini biasanya
digunkan apabila barang-brang yang lalu ternyata masih tersisa.
Sistem apapun yang dighunakan oleh pengoala perlengkapan pendidikan
disekolah dasar tidak perlu dipersoalkan, asalkan memenuhi asas-asas dalam
pendistribusian yang efektif. Namun seandainya digunakan sistem pendistribusian
tidak langsung maka barang-barang yang perlu disimpan digudang perlu
mendapatkan pengawasan yang efektif. Dalam rangka mempermudah
pengawasannya perlu dibuatkan kartu stok barang. Kartu stok barang teresebut
dapat dibuat dari kertas manila yang berwarna dengan ukuran panjang 20cm dan
lebar 14cm. setelah dibuat, kartu tersebut sebaiknya diletakkan dekat dengan
barang.

METODE PENELITIAN

Jenis, Tempat dan Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan di MTsN


6 Kediri dengan subjek peneliti yaitu kepala sekolah dan Waka Sarpras. Selain
subyek penelitian terdapat pula responden pendukung yaitu TIM pengadaan
sarana dan prasarana serta guru-guru yang terlibat di dalamnya.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, dokumen,


dan observasi. Wawancara digunakan untuk menggali informasi dalam
pengambilan data yang berakaitan dengan strategi pengadaan dan prosedur
17

pengadaan sarana prasarana di sekolah. Wawancara dilakukan kepada kepala


sekolah dan Waka Kurikulum serta guru-guru yang terlibat dalam pengadaan
sarana dan prasarana pendidikan. . Teknik dokumen adalah teknik pengumpulan
data dengan cara mengumpulkan, melihat, mencermati dan menganalisis
dokumen-dokumen yang ada hubungannya atau sesuai dengan fokus penelitian.
Observasi dilakukan dengan mengamati keadaan sarana prasarana serta hal terkait
pemanfaatan dan penyaluran sarana prasarana di sekolah. Sebagai instrumen
kunci dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Selanjutnya akan dikembangkan
instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan
membandingkan dengan data yang telah ditemukan dengan menggunakan
pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1) Konsep Pemanfaatan Dan Penyaluran Saran Dan Prasarana Pendidikan Di


MTsN 6 Kediri yaitu

Berdasar hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti sebelum
proses pengadaan sarana dan prasarana dilakukan oleh kepala sekolah, yaitu
kepala sekolah memberikan serangkaian form terkait sarana dan prasarana sekolah
kepada masing-masing guru, dengan mendata semua perlengkapan sekolah yang
sekiranya dibutuhkan dalam mendukung terlaksananya proses kegiatan belajar
mengajar di sekolah.

Konsep Pemanfaatan Dan Penyaluran Saran Dan Prasarana Pendidikan Di


MTsN 6 Kediri dengan cara . Dalam batasan ini ada dua pihak yang terlibat yaitu :
pertama, pihak sumber yakni dari mana sarana dan prasarana berasal dan
disalurkan. Kedua, pihak penerima yaitu kepada siapa pengiriman sarana dan
prasarana ditujukan. Disamping kedua pihak tersebut kadang-kadang masih ada
pihak ketiga yaitu, yang berperan sebagai penyalur atau ekspeditur yang juga
berperan sebagai pihak penerima, dan ada kalanya atas namanya sendiri.
2) Proses Pemanfaatan Dan Penyaluran Saran Dan Prasarana Pendidikan Di
MTsN 6 Kediri
18

Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di SDN Banjaran 1 Kota Kediri


terbagi menjadi pengadaan sarana dan prasarana program dan sarana dan
prasarana rumah tangga. Pengadaan sarana dan prasarana program dilakukan
berdasarkan keputusan rapat koordinasi diawal semester dengan menyesuaikan
kebutuhan program sekolah. Selanjutnya, pengadaan sarana dan prasarana rumah
tangga berdasarkan laporan masing-masing penanggung jawab ruang kerja,
penanggung jawab kelas, dan keputusan kepala sekolah. Berikut ini data hasil
penelitian mengenai pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di SDN Banjaran
1 Kota Kediri.

3) Alur Pemanfaatan Dan Penyaluran Saran Dan Prasarana Pendidikan Di MTsN


6 Kediri.

Pengadaan sarana dan prasarana program di SDN Banjaran 1 Kota Kediri


merupakan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana yang mendukung
berjalannya program sekolah. Pengadaan sarana dan prasarana program dilakukan
menggunakan proposal pengadaan yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten dengan daftar kebutuhan dan rincian harga. Proses pengadaan
sarana dan prasarana program dengan pengajuan permohonan kepada Dinas
Pendidikan Kota/Kabupaten untuk mendapatkan dana bantuan pembelian
perlengkapan sekolah. Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten memberikan
persetujuan dan mencairkan dana yang diminta oleh sekolah melalui nomor
rekening yang telah dicantumkan pada proposal. Namun terkadang di SDN
Banjaran 1 Kota Kediri ketika dana yang diajukan kepada Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten belum cair, maka pengadaan perlengkapan menggunakan dana
mandiri sekolah. Dana tersebut adalah tabungan pribadi yang dimiliki oleh guru-
guru SDN Banjaran 1 Kota Kediri, biasanya ada salah satu guru atau beberapa
yang menggunakan uangnya untuk pemenuhan perlengkapan sekolah terlebih
dahulu. Kemudian sekolah akan melakukan penukaran kuitansi untuk
pengembalian dana yang telah digunakan.

Kepala sekolah dibantu oleh TIM pengelola sarana dan prasarana sekolah
membuat laporan pengadaan perlengkapan sekolah dan membuat
19

pertanggungjawaban terhadap sejumlah dana yang telah diterima, kemudian


segera disampaikan kepada Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten.

4) Pengendalian Pemanfaatan Dan Penyaluran Saran Dan Prasarana Pendidikan


Di MTsN 6 Kediri yaitu

Pengadaan sarana dan prasarana rumah tangga di SDN Banjaran 1 Kota Kediri
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana rumah tangga agar
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Pengadaan sarana dan
prasarana rumah tangga merupakan otonomi sekolah dengan anggaran tersendiri
yang berasal dari dana BOS dan donatur. Proses pengadaan sarana dan prasarana
rumah tangga ditetapkan oleh kepala sekolah dengan koordinasi bendahara
kemudian guru (TIM pengelola sarana prasarana) menyediakan barang apa saja
sesuai kebutuhan. Disamping itu pengadaan sarana dan prasarana juga dilakukan
dengan menggunakan anggaran sekolah. Apabila sekolah memerlukan dana untuk
pemenuhan barang tertentu misalnya pembuatan kamar mandi peserta didik, maka
sekolah akan mengundang wali murid dan komite sekolah, guna membahas
pengadaan kebutuhan sekolah tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan, maka peneliti dapat


menarik simpulan sebagai berikut: 1) Strategi Pengadaan Sarana dan Prasarana
Pendidikan di SDN Banjaran 1 Kota Kediri, dalam pengadaan sarana dan
prasarana cara yang digunakan adalah dengan membeli barang menggunakan dana
pemerintah juga iuran komite sekolah dan wali murid, hibah dari guru dan wali
murid. 2) Prosedur Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di SDN Banjaran
1 Kota Kediri, prosedur yang digunakan yaitu dengan mengirimkan proposal
kepada Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten, setelah mendapatkan
persetujuan dan mencairkan dana, kepala sekolah membeli langsung perlengkapan
sekolah sesuai prosedur yang telah diatur oleh pemerintah, kemudian kepala
sekolah membuat laporan pengadaan perlengkapan sekolah dan membuat
20

pertanggungjawaban terhadap sejumlah dana yang telah diterima, kemudian


segera disampaikan kepada Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten.

DAFTAR PUSTAKA

Mustari, Mohamad. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.


Bafadal, Ibrahim. Manajemen Perlengkapan Sekolah (teori dan Aplikasinya).
Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
A. L.Hartini. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Pressindo, 2011.
Barnawi & Arifin. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Yogyakarta: Ruzz
Media, 2012.
Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional. Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah. Jakarta: 2007.
Pemanfaatan juga dapat diartikan berupa serangkaian kegiatan terencana dan
sistematis yang dilakukan secara rutin maupun berkala, jadi anjuran untuk
memanfaatkan sarana dan prasarana pendidikan. Sebagaimana Bafadal (2008:42)
mengungkapkan bahwa; ada tiga hal pokok yang perlu dilakukan oleh personil sekolah
yang akan memakai perlengkapan disekolah, yaitu: (a) Memahami petunjuk
penggunaan perlengkapan pendidikan. (b Menata perlengkapan pendidikan.
(c)Memelihara, baik secara kontinyu maupun berkala terhadap perlengkapan
pendidikan.
21

Sarana dan Prasarana SDN Banjaran 1 Kota Kediri

No Nama Barang Jumlah No Nama Barang Jumlah


1. Ruang belajar 6 32 Pesawat Telepon 1

2. Kantor / Ruang Guru 1 33 Sound System 1 set

3. Meja1 murid 6 34 Televisi 3

4. Meja 2 murid 92 35 VCD Player 3

5. Kursi murid 192 36 Instalasi listrik 1300 W

6. Meja kursi tamu 1 set 37 Lampu neon 9

7. Meja kursi guru 3 set 38 Kipas angin 5

Meja kursi KS 2 39 Pompa air 1

9. Rak perpustakaan 1 40 Alat pecah belah 8 dosin

10. Kursi lipat 6 41 Tempat aqua galon 1

11. Almari 11 42 Almari obat 1

12. Papan tulis 6 43 Seragam Tiwisada 21

13. Papan data 2 44 Perlengkapan upacara 1 set

14. Mesin ketik 1 45 Tempat cuci tangan 7

15. Komputer 6 46 Gorden kantin 1

16. Printer 1 47 Jam dinding 7

17. Alat IPA (Seqip) 1 set 48 Papan pajangan 6

18. Alat IPA 4 set 49 Almari kaca/Koperasi 1

19. Peraga IPS / Globe 2 50 Almari kaca/kauter buku 1

20. Peraga IPS / Peta 3 51 Etalase piala 1

21. CD Pembelajaran 32 52 Gudang 1

22. Seruling 30 53 Kamar mandi / WC 4

23. Pianika 2 54 Alamari TV 3

24. Alat OR 1 set 55 Meja Komputer 1


22

25. Tenda 2 56 Mikroskop 1

26. Pot bunga 5 57 Kerangka manusia 1

27. Album Foto 5 58 Gambar Anatomi Tubuh 2 set

28. Tape Recorder 1 59 Poster Matematika 20

29. Megaphone 1 60 Buku Penunjang BOS 470 buah

30. Jaringan Telepon 1 61 Alat Rebana 1 set

31 Raket 6 62 Matrass 1

Anda mungkin juga menyukai