Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung


dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar,
seperti gudang, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun
yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun taman
sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses
belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran bilologi, halaman sekolah
sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.1
Menurut (buku) pedoman penjaminan mutu akademik Universitas Indonesia,
prasarana pendidikan adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha
pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai. Sedangkan sarana pendidikan adalah segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat/media dalam mencapai maksud atau tujuan.
Dari beberapa uraian diatas, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat
didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana
pendidikan secara efektif dan efisien.( bafadal,2003). Definisi ini menunjukkan bahwa
sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu didayagunakan dan dikelola untuk
kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam
menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien.
Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting di sekolah,
karena keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran
disekolah.2
Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses
sebagaimana terdapat dalam manajemen yang ada pada umumnya, yaitu : mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan dan pengawasan.

1
E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah.(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2009) hlm 49
2
http://savitrigita.wordpress.com/2009/03/17/manajemen-sarana-dan-prasarana/

1
Apa yang dibutuhkan oleh sekolah perlu direncanakan dengan cermat berkaitan dengan
sarana dan prasarana yang mendukung semua proses pembelajaran. Sarana pendidikan ini
berkaitan erat dengan semua perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan
berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah seperti ; ruang, perpustakaan,
kantor sekolah, UKS, ruang osis, tempat parkir, ruang laboratorium, dll.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga
sarana prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti
pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan
perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta
penataan.
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah
yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi
guru maupun murid untuk berada di sekolah. Disamping itu juga diharapkan tersedianya
alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai baik secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan
dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk proses pendidikan dan
pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun muri-murid sebagai pelajar.

Sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1. ruang kelas,

2. ruang perpustakaan,

3. laboratorium IPA,

4. ruang pimpinan,

5. ruang guru,

6. tempat beribadah,

7. ruang UKS,8. jamban,

9. gudang,

2
10. ruang sirkulasi,

11. tempat bermain/berolahraga.

Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1. ruang kelas,

2. ruang perpustakaan,

3. ruang laboratorium IPA,

4. ruang pimpinan,

5. ruang guru,

6. ruang tata usaha,

7. tempat beribadah,

8. ruang konseling,

9. ruang UKS,

10. ruang organisasi kesiswaan,

11. jamban,

12. gudang,

13. ruang sirkulasi,

14. tempat bermain/berolahraga.

Sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1. ruang kelas,

2. ruang perpustakaan,

3. ruang laboratorium biologi,

4. ruang laboratorium fisika,

5. ruang laboratorium kimia,

3
6. ruang laboratorium komputer,

7. ruang laboratorium bahasa,

8. ruang pimpinan,

9. ruang guru,

10. ruang tata usaha,

11. tempat beribadah,

12. ruang konseling,

13. ruang UKS,

14. ruang organisasi kesiswaan,

15. jamban,

16. gudang,

17. ruang sirkulasi,

18. tempat bermain/berolahraga3

B. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara
langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih
terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan
pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.

Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan


potensi yang sangat menentukan dan merupakan yang tak terpisahkan dalam kajian

3
http://inducation.blogspot.com/2008/10/standar-sarana-dan-prasarana-sekolah.html

4
manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah
merupakn komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses
belajar-mengajar di sekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap
kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari maupun tidak
disadari. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar
dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya
tujuan pendidikan.

Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat
dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu (1) pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah
maupun kedua-duanya, yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi
kepentingan pendidikan; (2) orang tua atau peserta didik; (3) masyarakat, baik mengikat
maupun tidak mengikat. Berkaitan dengan peneriman keuangan dari orang tua dan
masyarakat ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 1989 bahwa
karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan dana
pendidikan, tanggung jawab atas pemenuhan dana pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua. Adapun dimensi
pengeluaran meliputin biaya rutin dan biaya pembangunan.

Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun, seperti gaji
pegawai (guru dan non guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung,
fasilitas dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai). Sementara biaya
pembangunan, misalnya, biaya pembelian atau pengembangan tanah, pembangunan
gedung, perbaikan atau rehab gedung, penambahan furnitur, serta biaya atau pengeluaran
lain unutk barang-barang yang tidak habis pakai. Dalam implementasi MBS, manajemen
komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai dari tahap
penyusunan anggaran, penggunaan, sampai pengawasan dan pertanggungjawaban sesuai
dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah benar-benar dimanfaatkan
secara efektif, efisien, tidak ada kebocoran-kebocoran, serta bebas dari penyakit korupsi,
kolusi dan nepotisme.

5
Komponen utama manajemen keuangan meliputi, (1) prosedur anggaran; (2)
prosedur akuntansi keuangan; (3) pembelajaran, pergudangan dan prosedur
pendistribusian; (4) prosedur investasi; dan (5) prosedur pemeriksaan.

Dalam pelaksanaannya manajemen keuangan ini menganut azas pemisahan tugas


antara fungsi otorisator, ordonator dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang
diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan
pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian
dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan
otorisasi yang telah ditetapkan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang
melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga
lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan
pertanggungjawaban.4

1. MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH

Setiap unit kerja selalu berhubungan dengan masalah keuangan, demikian


pula sekolah. Persoalan yang menyangkut keuangan sekolah pada garis besarnya
berkisar pada: uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), uang kesejahteraan
personel dan gaji serta keuangan yang berhubungan langsung dengan
penyelenggaraan sekolah seperti perbaikan sarana dan sebagainya.

Di bawah ini kami kemukakan beberapa instrumen (format-format) yang


mencerminkan adanya kegiatan manajemen keuangan sekolah tersebut.

a. Manajemen Pembayaran SPP

Dasar hukum penyusutan SPP adalah keputusan bersama tiga menteri


yaitu:

- Menteri P&K (No.0257/K/1974)

- Menteri dalam negeri (No.221 Tahun 1974)

4
E. Mulyasa, Loc cit. hlm 48-49

6
- Menteri keuangan (No. Kep. 1606/MK/II/1974) tertanggal: 20 Nopember 1974

SPP dimaksudkan untuk membantu pembinaan pendidikan seperti yang


ditunjukkan pada pasal 12 keputusan tersebut yakni membantu penyelengaraan
sekolah, kesejahteraan personel, perbaikan sarana dan kegiatan supervisi.

Yang dimaksud penyelenggaraan sekolah ialah:

- Pengadaan alat atau bahan manajemen

- Pengadaan alat atau bahan pelajaran

- Penyelenggaraan ulangan, evaluasi belajar, kartu pribadi, rapor dan STTB

- Pengadaan perpustakaan sekolah

- Prakarya dan pelajaran praktek

b. Manajemen keuangan yang berasal dari Negara (pemerintah)

Yang dimaksud keuangan dari Negara ialah meliputi pembayaran gaji


pegawai atau guru dan belanja barang. untuk pertanggungjawaban uang tersebut
diperlukan beberapa format sebagi berikut:

a. Lager gaji (daftar permintaan gaji)

b. Buku catatan SPMU (Surat Perintah Mengambil Uang)

c. Manajemen keuangan yang berasal dari BP3

Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) bertugas


memberikan bantuannya dalam penyelenggaraan sekolah. Bantuan ini dapat
berbentuk uang tetapi mungkin pula dalam bentuk lain seperti usaha perbaikan
sekolah, pembangunan lokal baru, dan sebagainya 5

5
http://imronfauzi.wordpress.com/2008/06/15/manajemen-keuangan-dalam-lembaga-pendidikan-dan-
negara/

7
C. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Hubungan sekolah dan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah
dan masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengertian anggota masyarakat tentang
kebutuhan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama para anggota masyarakat
dalam rangka usaha memperbaiki sekolah.

Alasan lain diungkapkan oleh Ngalim Purwanto (1995) dalam bukunya


Administrasi dan Supervisi Pendidikan yaitu :

a. Sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat; ia bukan merupakan lembaga
yang terpisah dari masyarakat.
b. Hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat.
c. Sekolah adalah lembaga social yang berfungsi untuk melayani angota-anggota
masyarakat dalam bidang pendidikan.
d. Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling berkorelasi; keduanya saling
membutuhkan.
e. Masyarakat adalah pemilik sekolah; sekolah ada karena masyarakat memerlukannya.6

Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberi penerangan tentang tujuan-
tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga
harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat,
terutama terhadap sekolah. Dengan kata lain, antara sekolah dan masyarakat harus dibina
suatu hubungan yang harmonis. Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan
dengan baik, rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah
juga akan baik dan tinggi.

Hubungan kerja sama sekolah sekolah dan masyarakat dapat digolongkan menjadi
tiga jenis hubungan, yaitu (1) hubungan edukatif, (2) hubungan cultural, dan (3)
hubungan institusional

M.Ngalim Purwanto.Administrasi dan Supervisi Pendidikan.(Bandung:PT Remaja Rosdakarya:2009)


6

hlm 188

8
a. Hubungan edukatif : hubungan kerja sama dalam hal mendidik/murid, antara guru
di sekolah dan orang tua di dalam keluarga. Cara kerja sama tersebut dapat
direalisasikan dengan mengadakan pertemuan yang direncanakan secara periodik
antara guru-guru di sekolah dengan para anggota BP3.
b. Hubungan cultural : hubungan usaha kerja sama yang memungkinkan adanya saling
membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada.
c. Hubungan instusional : hubungan kerja sama antara sekolah dengan lembaga-
lembaga atau instansi-instansi resmi lain baik swasta maupun pemerintah.

Dengan dilaksanakannya ketiga jenis hubungan sekolah dan masyarakat seperti


yang telah diuraikan diatas, diharapkan sekolah tidak lagi selalu ketinggalan dengan
perubahan dan tuntutan masyarakat yang senantiasa berkembang. Apalagi menghadapi
akhir abad ke-20 ini, ketika masyarakat berubah dan berkembang dengan sangat pesatnya
akibat majunya teknologi, sehingga, seperti dikatakan Tilaar, “sekolah makin tercecer
dan terisolasi dari masyarakat; sekolah lebih berfungsi sebagai penjara intelek.”

Dengan adanya program hubungan masyarakat dalam sebuah lembaga pendidikan


maka akan memberikan manfaat yang banyak sekali antara lain:

 Terjadi saling pengertian antar sekolah dan masyarakat, sehingga masyarkat dapat
membantu kebutuhan-kebutuhan sekolah.
 Lewat kegiatan humas para siswa dapat mengetahui kondisi masyarakat di
sekitarnya.
 Dengan adanya kegiatan sekolah dapat melakukan promosi program dan menarik
minat masyarakat untuk menyekolahkan putra putrinya disekolah.7

BAB III
7
www.blogspot.com/Manajemen Hubungan Masyarakat « Rudien87's Blog.htm/ jam akses 01 asp

9
PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses


kerja sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan
efisien.( bafadal,2003). Definisi ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada
di sekolah perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di
sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di
sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana
merupakan kegiatan yang amat penting di sekolah, karena keberadaannya akan sangat
mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran disekolah.

Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan


potensi yang sangat menentukan dan merupakan yang tak terpisahkan dalam kajian
manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah
merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses
belajar-mengajar di sekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap
kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari maupun tidak
disadari.

Sedangkan hubungan sekolah dan masyarakat adalah suatu proses komunikasi


antara sekolah dan masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengertian anggota
masyarakat tentang kebutuhan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama para
anggota masyarakat dalam rangka usaha memperbaiki sekolah.

B. Kritik dan Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari banyaknya kekurangan-kekurangan


dalam makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca budiman.

10
DAFTAR PUSTAKA

Herabudin. 2009.Administrasi dan Supervisi Pendidikan.CV Pustaka Setia:Bandung.

Mulyasa. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Purwanto, Ngalim. 2009.Administrasi dan Supervisi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya:

Bandung.

http://imronfauzi.wordpress.com/2008/06/15/manajemen-keuangan-dalam-lembaga-

pendidikan-dan-negara/

http://inducation.blogspot.com/2008/10/standar-sarana-dan-prasarana-sekolah.html

http://savitrigita.wordpress.com/2009/03/17/manajemen-sarana-dan-prasarana

www.blogspot.com/Manajemen Hubungan Masyarakat « Rudien87's Blog.htm/ jam


akses 01 asp

11

Anda mungkin juga menyukai