Anda di halaman 1dari 69

BUKU

PERATURAN WALIKOTA
TENTANG PERATURAN
INTERNAL RSUD H. BACHTIAR DJAFAR
KOTA MEDAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


RSUD H. BACHTIAR DJAFAR KOTA MEDAN
2022
PERATURAN WALI KOTA MEDAN
NOMOR …… TAHUN 2022

TENTANG

PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


H. BACHTIAR DJAFAR KOTA MEDAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA MEDAN,

Menimbang: a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf r Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dipandang perlu
mengatur Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws), adalah
peraturan rumah sakit yang terdiri dari Peraturan Internal Korporasi
(Corporate Bylaws) dan Peraturan Staf Medik Rumah Sakit (Medical
Staf Bylaws) yang berfungsi sebagai acuan bagi Wali Kota dalam
melakukan pengawasan terhadap Rumah Sakit dan sebagai acuan
bagi Pimpinan Rumah Sakit dalam mengelola Rumah Sakit (Good
Corporate Govermance) dan menyusun kebijakan yang bersifat teknis
operasional, serta sebagai sarana perlindungan hukum, menjamin
efektifitas, efisiensi, dan mutu layanan kesehatan yang diberikan oleh
rumah sakit;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf


a perlu membentuk Peraturan Wali Kota tentang Peraturan Internal
Rumah Sakit Umum Daerah H. Bachtiar Djafar Kota Medan;

Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan


Daerah Otonom Kota-Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Propinsi
Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1092);

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);

4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

9. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi


Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5601);

10.Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1973 tentang Perluasan


Daerah Kotamadya Medan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1973 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3005);

11.Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1992 tentang Pembentukan 18


(Delapan Belas) Kecamatan Di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah
Tingkat II Simalurgun, Dairi, Tapanuli Selatan, Karo, Tapanuli Utara,
Tapanuli Tengah, Nias, Langkat Dan Wilayah Kotamadya Daerah
Tingkat II Medan Dalam Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera
Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 65);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor
49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara


Pelaksanaan Kerja Sama Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4761);

14.Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

15.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 582/MenKes/SK/VI/1997 tentang


Pola Tarif Rumah Sakit Pemerintah;

16.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/MenKes/SK/VI/2002 tentang


Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws);

17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045 Tahun


2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Di Lingkungan
Departemen Kesehatan;
18.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan
Minimal;

19.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2009 Tata Cara


Pembinaan Dan Pengawasan Kerja Sama Antar Daerah;

20.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011


tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;

21.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2014 tentang Dewan


Pengawas Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 360);

22.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang


Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);

23.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun


2022 tentang Rekam Medis;

24.Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang


Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Medan (Lembaran Daerah Kota Medan Tahun 2009 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Daerah Kota Medan Nomor 2), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun
2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Medan Nomór 3
Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kota Medan (Lembaran Daerah Kota Medan Tahun
2011 Nomor 8);

25. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2022 tentang Rencana
Tata Ruang Kota Medan Tahun 2022- 2042;

26.Peraturan Wali Kota Medan Nomor 59 Tahun 2021 tentang


Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Medan Labuhan Kelas C

27. Peraturan Wali Kota Medan Nomor …. Tahun 2022 tentang


Perubahan Atas Peraturan Walikota Nomor 59 Tahun 2021 tentang
Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Medan Labuhan Kelas C
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALI KOTA TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH H. BACHTIAR DJAFAR KOTA MEDAN.

BAB I
NAMA, VISI, MISI, MOTTO, TATA NILAI, DAN TUJUAN

Bagian Kesatu
NAMA RUMAH SAKIT

Pasal 1
(1) Nama rumah sakit ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah H. Bachtiar Djafar
Kota Medan yang selanjutnya disebut RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan
milik Pemerintah Kota Medan.
(2) Visi RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan adalah mewujudkan RSUD H.
Bachtiar Djafar menjadi Rumah Sakit yang berkualitas dengan pelayanan yang
terbaik bagi masyarakat.
(3) Misi RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan adalah:
a. memberikan pelayanan yang optimal secara profesional;
b. mengembangkan kompetensi sumber daya manusia yang professional,
akuntabel dan beretika; dan
c. mewujudkan tata Kelola Rumah Sakit yang baik.
(4) Motto RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan adalah BERKAH (Bersih, Empati,
Ramah, Kolaboratif, Amanah, Humanis ).
(5) Tata Nilai RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan adalah:
a. Optimal : memberikan pelayanan yang terbaik, berkualitas dan terstandarisasi;
b. Komunikatif : memberikan pelayanan dengan komunikasi yang baik, mudah
dipahami, ramah, senyum, sopan dan santun;
c. Empati : melayani dengan hati, mampu merasakan keadaan emosional pasien
dan turut berusaha menyelesaikannya.
(6) Tujuan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan adalah:
“Menciptakan pelayanan Kesehatan yang berkualitas, professional dan berdaya
guna”

Bagian Kedua
Sejarah Pendirian, Kelas Rumah Sakit, Alamat, dan Logo

Pasal 2

(1) Sejarah RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan


RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota
Medan Nomor 59 Tahun 2021 tanggal 31 Desember 2021 tentang Pembentukan RSUD
Medan Labuhan. Pendirian Rumah Sakit Umum Daerah H. Bachtiar Djafar mengacu
pada standar Rumah Sakit Tipe C yang mana Rumah Sakit Tipe C adalah rumah sakit
yang menyediakan pelayanan rujukan tingkat pertama yang dilengkapi dengan 4
(empat) spesialis besar yaitu : spesialis penyakit dalam, bedah, obgyn, dan spesialis
anak serta spesialis lain yang akan mendukung penyelenggaraan pelayanan Kesehatan
masyarakat seperti spesialis THT, spesialis Mata, spesialis Anastesi, spesialis Patologi
Klinik beserta pelayanan dokter gigi.
Untuk maksud tersebut maka pada tanggal 31 Mei 2022 Walikota Medan
melantik pejabat struktural Rumah Sakit Umum Daerah Medan Labuhan untuk
membenahi dari awal baik secara administrasi maupun sarana dan prasarana yang
mendukung ke depannnya RSUD H. Bachtiar Djafar mampu bersaing dengan Rumah
Sakit yang lainnya dalam memberikan pelayanan Kesehatan kepada masyarakat
terkhusus wilayah Medan Utara yang terdiri dari 4 (empat ) kecamatan yaitu :
kecamatan Medan Marelan, kecamatan Medan Deli, kecamatan Medan Labuhan dan
kecamatan Medan Belawan yang memang belum ada berdiri selama ini RSUD Milik
Pemerintah.
(2) Kelas RSUD H. Bachtiar Djafar adalah Rumah Sakit Kelas C
(3) Alamat RSUD H. Bachtiar Djafar adalah terletak di Jalan Kolonel Yos Sudarso
KM. 19 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labujhan Kota Medan
dengan kode Pos 20253.
(4) Logo RSUD H. Bachtiar Djafar adalah berbentuk hati berwarna hijau dan ada 2
(dua) tangan terbuka di dalam hati berwarna hijau serta lambang bakti husada
didalam hati warna merah, sedangkan disamping hati ada payung berwarna
kuning serta tulisan RSUD H. Bachtiar Djafar berwarna hijau.
Adapun arti dari logo RSUD H. Bachtiar Djafar adalah:
Payung : Melambangkan RSUD H. Bachtiar Djafar memberikan keteduhan dan
kenyamanan bagi masyarakat.
Warna Kuning melambangkan RSUD H. Bachtiar Djafar selalu optimis untuk
memberikan hal- hal yang menyenangkan dan kebahagian untuk masyarakat.
Hati : melambangkan bahwa RSUD H. Bachtiar Djafar memberikan pelayanan
yang dilandasi dengan cinta.
Warna Hijau melambangkan RSUD H. Bachtiar Djafar siap menjadi kepercayaan
masyarakat.
Dua Tangan Terbuka: melambangkan RSUD H. Bachtiar Djafar siap melayani
masyarakat.
Warna Hijau melambangkan RSUD H. Bachtiar Djafar siap memberikan rasa
tenang dan aman untuk masyarakat.
Bakti Husada : melambangkan RSUD H. Bachtiar Djafar sebagai pusat
pelayanan Kesehatan.
Warna Merah melambangkan para pegawai RSUD H. Bachtiar Djafar siap
memberikan semangat dan energi positif bagi seluruh pasien dan pengunjung
Rumah Sakit.
Warna Biru Pada tulisan RSUD H. Bachtiar Djafar : melambangkan
profesionalisme dan bertanggung jawab.
Bagian Ketiga
Ketentuan Umum Hospital Bylaws

Pasal 3

Dalam Peraturan Wali Kota ini, yang dimaksud dengan:


1.Peraturan Internal Rumah Sakit ( Hospital Bylaws) adalah peraturan internal rumah
sakit yang terdiri dari Peraturan Internal Korporasi (Corporate Bylaws) dan Peraturan
Staf Medik Rumah sakit ( Medical staf Bylaws ) yang disusun dalam rangka
penyelenggaraan tata Kelola rumah sakit yang baik (good corporate governance) dan
tata Kelola klinik yang baik (good clinical governance).
2. Peraturan Internal Korporasi (Corporate Bylaws) adalah aturan yang mengatur tata
Kelola korporasi (corporate governance) rumah sakit agar terselenggara dengan baik
melalui pengaturan hubungan antara pemilik, pengelola dan staf medik.

3.Rumah Sakit adalah Satuan Kinerja Perangkat Daerah (SKPD) RSUD H. Bachtiar
Djafar Kota Medan, yang organisasinya diatur oleh Pemerintah Kota Medan ditetapkan
Keputusan Wali Kota Medan Nomor 59 Tahun 2021 tentang Pembentukan RSUD
Medan Labuhan Kota Medan dan Peraturan Walikota Medan Nomor…. Tahun 2022
tentang perubahan atas peraturan Walikota medan Nomor 59 Tahun 2022.
4.Pemilik Rumah Sakit adalah Pemerintah Kota Medan yang disebut Wali Kota Medan
memberikan pelayanan bermutu. Pemilik rumah sakit bertanggung jawab atas
pelaksanaan pelayanan kesehatan Kota Medan dengan memberikan persetujuan
operasional.
5.Dewan Pengawas adalah Dewan yang mewakili Pemilik, yang terdiri dari Ketua dan
Anggota, yang bertugas melakukan Pengawasan terhadap pengelolaan Rumah Sakit
yang dilakukan oleh Direksi dan mernberikan nasihat kepada Direktur dalam
menjalankan kegiatan pengelolaan Rumah Sakit.
6.Direktur adalah Pimpinan Rumah Sakit yang bertugas dalam pengelolaan rumah sakit
yang terdiri atas Direktur, Kabag Tata Usaha, Kepala Bidang Pelayanan, Kepala Bidang
Penunjang dan Pejabat Struktural lainnya sesuai dengan struktur organisasi.
Direktur adalah Pejabat struktural tertinggi (eselon III. a) di Rumah Sakit, yaitu
seseorang yang diangkat oleh Wali Kota Medan untuk menjadi pimpinan dan
bertanggung jawab atas pengelolaan rumah sakit yang dipimpinnya.
7.Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis
(clinical governance) agar staf medis dirumah sakit terjaga profesionalismenya melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan
disiplin profesi medis, serta melaksanakan tugas:
a. melaksanakan Kredensial, bertugas menapis profesialisme staf medis.
b. mengawasi mutu profesi,bertugas mempertahankan kompetensi dan
profesialisme staf medis. disiplin
c. mengawasi etika dan disiplin profesi yang bertugas menjaga, etika, dan perilaku
profesi staf medis.
8.Komite Keperawatan adalah wadah kelompok professional keperawatan yang
melaksanakan kredensial, peningkatan mutu profesi keperawatan serta penegakan
etika dan disiplin profesi keperawatan.
a. melaksanakan Kredensial, bertugas menapis profesialisme staf keperawatan;
b. mengawasi mutu profesi, bertugas mempertahankan kompetensi dan
profesialisme staf keperawatan; dan
c. mengawasi etika dan disiplin profesi yang bertugas menjaga disiplin, etika dan
perilaku profesi staf keperawatan.
9.Komite Etik dan Hukum adalah wadah non-struktural yang bertugas memberikan
pertimbangan kepada Direktur dalam hal dan merumuskan medicolegal dan etika
pelayanan rumah sakit, penyelesaian masalah etika rumah sakit dan pelanggaran
terhadap kode etik pelayanan rumah sakit, pemeliharaan etika penyelenggaraan fungsi
rumah sakit, kebijakan yang terkait dengan "hospital bylaws", nurse bylaws, medical
staf bylaws", gugus tugas bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di RSUD
H. Bachtiar Djafar Kota Medan
10. Komite Farmasi dan Terapi adalah organ non-struktural yang anggotanya terdiri
dari dokter dan apoteker yang bertugas di rumah sakit dengan tugas membantu
Direktur dalam menentukan kebijakan-kebijakan penggunaan obat dan pengobatan.

11.Satuan Pemeriksa Intern, yang selanjutnya disingkat SPI adalah wadah non-
Struktural yang bertugas melaksanakan pemeriksaan intern di Rumah Sakit.

12.Satuan Medis Fungsional, yang selanjutnya disingkat SMF adalah kelompok dokter
dan/atau dokter spesialis serta dokter gigi dan/atau dokter gigi spesialis yang
melakukan pelayanan dan telah disetujui serta diterima sesuai dengan aturan yang
berlaku untuk menjalankan profesi masing-masing di Rumah Sakit Umum Daerah H.
Bachtiar Djafar Kota Medan. Staf medis yang dikelompokkan berdasarkan Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktek (SIP), terdiri dari kelompok staf medis dokter
umum, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis.
13.Rapat dengan Dewan Pengawas adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan
Pengawas terjadwal secara berkala, tahunan maupun rapat khusus, dan hasil tersebut
dilaporkan kepada Pemilik Rumah Sakit (Wali Kota Medan).
14. Rapat Tahunan adalah rapat yang diselenggarakan setiap tahun yang dipimpin
oleh Direktur yang dihadiri oleh Pemilik Rumah sakit (Walikota), Dewan Pengawas,
Managemen serta Ketua-ketua Komita.

15.Rapat Kerja adalah rapat yang diselenggarakan selambat -lambatnya 2 (dua) bulan
sebelum tahun anggaran rumah sakit berakhir yang dipimpin oleh Direktur yang
dihadiri oleh Dewan Pengawas, Management serta Komite- komite rumah sakit.

16.Rapat Rutin adalah rapat kooedinasi penyelenggaraan operasional rumah sakit


yang diselenggarakan pada minggu pertama setiap bulannya atau sewaktu- waktu
berdasarkan kebutuhan rumah sakit yang dipimpin oleh Direktur dan dihadiri oleh
seluruh anggota pejabat structural serta jajaran dibawahnya dan komite- komite rumah
sakit serta Dewan Pengawas bila diperlukan.

17. Unit Penunjang (instalasi dan unit) adalah unsur pelaksana penunjang medis yang
menyelenggarakan pelayanan medis dan keperawatan, kegiatan penelitian,
pengembangan, Pendidikan, pelatihan dan pemeliharaan sarana dan prasarana rumah
sakit dalam rangka menunjang pelayanan medik.
18.Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
Kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui Pendidikan
dibidang Kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya Kesehatan.
19.Dokter tetap atau dokter paruh waktu adalah dokter dan/atau dokter spesialis serta
dokter gigi dan/atau dokter gigi spesialis yang sepenuhnya bekerja di RSUD H. Bachtiar
Djafar Kota Medan.
20.Dokter Tamu dan Dokter Konsultan adalah dokter yang bukan berstatus sebagai
pegawai RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan, yaitu dokter dan/atau dokter spesialis
serta dokter gigi dan/atau dokter kompetensinya untuk melakukan atau memberikan
pelayanan medis dan tindakan mnedis di RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan, untuk
jangka waktu dan/atau kasus tertentu, yang disepakati bersama antara Komite Medik
dan Direktur serta mendapat izin tertulis dari Direktur untuk melaksanakan pelayanan
medis di RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan, serta memperhatikan Undang- Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. gigi spesialis yang
diundang/diturjuk karena
21.Pegawai Kontrak adalah tenaga dokter, dokter gigi, perawat, tenaga kesehatan lain
dan administarsi (non medis) diangkat dengan status tenaga kontrak dan/atau tenaga
honorer di RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan, yang ditetapkan dengan Keputusan
Direktur dengan jangka waktu tertentu.
22. Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah H. Bachtiar Djafar adalah Pegawai Negeri
Sipil dan Non Pegawai Negeri sipil RSUD H. Bachtiar Djafar kota Medan.
Tenaga Fungsional Medik adalah Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi yang diberi
Lisensi untuk berpraktek dalam memberikan pelayana preventif, kuratif dan
rehabilitative serta pelayanan medik penunjang di RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan.
24.Tenaga Fungsional Kesehatan selain fungsional Medik adalah kelompok profesi
yang menyelenggarakan pelayanan profesinya dalam jabatan fungsional di RSUD
H. Bachtiar Djafar seperti tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga gizi,
tenaga keteknikan medik, radiographer dan tenaga Kesehatan lainnya.
25.Tenaga Adminstrasi adalah staf yang bertugas melaksanakan administrasi
umum, administrasi keuangan, kerumahtanggaan guna menunjang pelaksanaan
tugas staf medik dan paramedik.
26.Rencana Strategis (RENSTRA) Rumah Sakit Umum Daerah H. Bachtiar Djafar
adalah dokumen pedoman utama bagi jajaran manajemen RSUD H. Bachtiar
Djafar Kota Medan dalam menilai kemajuan pencapaian visi, misi dan target kinerja
rumah sakit selamam periode lima tahun.
27.Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) adalah dokumen perencanaan
kinerja dan anggaran tahunan yang dibuat oleh Rumah Sakit Umum Daerah H.
Bachtiar Djafar Kota Medan dengan mengakomodir perencanaan kinerja dan
anggaran dari unit kerja dengan mengacu kepada RENSTRA Rumah Sakit.
28.Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) adalah dokumen perencanaaan bisnis dan
penganggaran tahunan yang berisi program, kegiatan, target kinerja dan anggaran
yang didasarkan pada RKAT.
29.Pasien adalah tiap individu yang sedang memerlukan evaluasi diagnostic atau
konsultasi medik untuk memperoleh pengobatan dan atau Tindakan medik.
30.Dokter, dokter gigi, perawat dan tenaga kesehatan lainnya adalah yang lulusan
pendidikan di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, memiliki Surat Tanda Registrasi (STR)
dan Surat Izin Praktik (SIP) yang sah, serta telah mendapatkan penempatan atau
terikat perjanjian dengan Rumah Sakit.
31.Tim Klinis adalah Tim yang dibentuk oleh Komite Medik, yang bertugas
menangani kasus-kasus pelayanan medik yang memerlukarı koordinasi lintas
profesi, yang ditetapkan dengan keputusan Direktur atas usul Komite Medik,
misalnya Tim Klinis Penanggulangan Kanker Terpadu, Tim Klinis Pelayanan
Jantung Terpadu, dan lain sebagainya.
32.Hak Klinis Khusus (Clinical Privilege) adalah kewenangan yang diberikan
kepada Dokter dan Dokter Spesialis serta Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis
oleh Direktur atas rekomendasi dari Komite Medik untuk melakukan pelayanan
medik di rumah sakit dalam bentuk Surat Penugasan Klinis dari Direktur RSUD H.
Bachtiar Djafar Kota Medan.
33.Pendidikan Sistem Magang adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan di
RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dengan penekanan pada pelaksanaan
pelayanan medis, dimana Peserta Didik didampingi oleh Tenaga Pendidik dengan
tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan Pendidik dalam periode tertentu.
34.Peraturan Internal Korporasi (Corporate Bylaws) adalah aturan yang mengatur
agar tata kelola korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik
melalui pengaturan hubungan antara Pemilik, Pengelola, dan Staf Medik di rumah
sakit.
35.Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) adalah aturan yang
mengatur tata kelola klinis (Clirical Governance) untuk menjaga profesionalisme
staf medis di rumah sakit.
37.Pelayanan Medis adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter dan
dokter gigi sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya, yang dapat berupa
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
38.Penugasan Klinis (Clinical Appointment) adalah penugasan klinis oleh direktur
kepada seorang staf medis untuk melakukan pelayanan medis rumah sakit
berdasarkan rekomendasi kewenangan klinis yang diajukan komite medik.
39. Pelayanan Medik adalah upaya pelayanan Kesehatan perorangan melalui
kegiatan diagnosis, konseling dan pengobatan dalam bidang medik ataupun bedah.
Mitra Bestari adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan kompetensi
profesi yang baik untuk menelaah segala hal terkait dengan profesi medik.
40.Tata Kelola Klinis yang Baik (Good Clinical Governance) adalah penerapan
fungsi manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis,
risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme
monitor hasil pelayanan, pengembangan profesional, dan akreditasi rumah sakit.
41.Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
42.Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang telah
memiliki kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis yang telah diberikan.
43.Corporate Governance adalah mengatur aspek institusional dan aspek bisnis
dalam penyelenggaraan rumah sakit, bertujuan menunjang terlaksananya clinical
governance.
44.Clinical Governance adalah mengatur aspek pemberian pelayanan dan asuhan
klinis langsung kepada penderita.

BAB II
TATA KELOLA DAN KEPEMIMPINAN

Pasal 4

Pemilik bertanggung jawab atas tata kelola:


a. memberikan persetujuan atas misi rumah sakit;
b. menjamin adanya review berkala terhadap misi rumah sakit;
c. mengumumkan misi rumah sakit ke public;
d. memberikan persetujuan atas rencana strategis dan rencana manajemen rumah
sakit, maupun kebijakan, dan prosedur operasional;
e. kewenangan untuk memberi persetujuan dapat didelegasikan kepada Sekretaris
Daerah;
f. memberikan persetujuan atas strategi rumah sakit dan program yang terkait dengan
pendidikan para profesional kesehatan serta Penelitian, kemudian memberikan
pengawasan terhadap mutu program;
g. memberikan persetujuan atas modal (capital) dan anggaran operasional rurnah
sakit;
h. mengalokasikan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai misi rumah sakit;
i. menetapkan Direktur dan pejabat struktural rumah sakit;
j. melakukan evaluasi kinerja dari Direktur dan pejabat struktural rumah sakit minimal
1 (satu) tahun sekali;
k. memberikan persetujuan atas rencana rumah sakit untuk mutu dan keselamatan
pasien;
l. secara teratur menerima dan menindaklanjuti laporan tentang program mutu dan
keselamatan pasien;
m. menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau
orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
n. membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit;
o. memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional;
p. memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan Rumah
Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
q. menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;
r. menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat
bencana dan kejadian luar biasa;
s. menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan;
t. mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi tinggi dan
bernilai tinggi; dan
u. mengawasi operasional rumah sakit dan bertanggung jawab untuk menyediakan
pelayanan yang bermutu bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan.

BAB III
DEWAN PENGAWAS

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 5

(1) Dewan Pengawas merupakan suatu unit non structural yang bersifat independent
dibentuk dengan Keputusan Walikota Medan, atas usul Direktur RSUD H. Bachtiar
Djafar Kota Medan.
(2) Dewan Pengawas merupakan orang yang bertugas melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pengelolaan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan yang
dilakukan oleh Pejabat Pengelola sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
sehingga dapat menjamin perkembangan dan kemajuan RSUD H. Bachtiar Djafar
Kota Medan.
(3) Kriteria yang dapat diusulkan menjadi Dewan Pengawas yaitu:
a. memiliki dedikasi dan memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan
kegiatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan, serta dapat menyediakan waktu
yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;
b. mampu melaksanakan tindakan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau
tidak menjadi anggota Manajemen atau Komisaris, atau Dewan Pengawas
yang dinyatakan bersalah sehingga menyebabkan suatu badan usaha pailit
atau orang yang tidak pernah dihukum melakukan tindak pidana yang
merugikan daerah;
c. mempunyai kompetensi dalam bidang manajemen keuangan, sumber daya
manusia dan mempunyai komitmen terhadap peningkatan kualitas pelayanan
publik;
d. belum pernah menjadi anggota Manajemen atau Komisaris atau Dewan
Pengawas dinyatakan bersalah sehingga suatu badan usaha dinyatakan pailit;
e. belum pernah melakukan tindak pidana yang merugikan daerah; dan
f. mempunyai komitmen terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik.
Bagian Kedua
Pengangkatan Dan Pemberhentian

Pasal 6

(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun, dan
dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
(2) Anggota Dewan Pengawas berhenti karena:
a. telah mencapai masa pensiun; atau
b. telah habis masa baktinya.
(3) Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum habis masa baktinya berdasarkan
atas penilaian kerja melalui usulan Direktur.
(4) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya oleh Wali Kota.
(5) Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebelum waktunya sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), apabila:
a. tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik;
b. tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan
c. terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan; atau
d. dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak Pidana dan/atau
kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan atas
BLUD RSUD Bachtiar Djafar Kota Medan.

Bagian Ketiga
Ketua Dan Sekretaris Dewan Pengawas

Pasal 7

(1) Walikota dapat mengangkat Sekretaris Dewan Pengawas untuk mendukung


kelancaran tugas Dewan Pengawas atas usulan Direktur RSUD H. Bachtiar Djafar
Kota Medan dengan persetujuan Dewan Pengawas.
(2) Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dikmaksud pada ayat (1), bukan
merupakan anggota Dewan Pengawas.
(3) Angota Dewan Pengawas berjumlah 3 (tiga) orang atau 5 (lima) orang sesuai
dengan kebutuhan, salah satu anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebagai Ketua
Dewan Pengawas.
(4) Tugas Dewan Pengawas adalah:
a. memimpin semua pertemuan Dewan Pengawas;
b. memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan prosedur dan tata cara yang
tidak diatur dalam Peraturan Internal (Hospital Bylaws/ Statuta) RSUD H.
Bachtiar Djafar Kota Medan melalui Rapat Dewan Perngawas;
c. bekerja sama dengan Pengelola (Direktur) untuk menangani berbagai hal
mendesak yang seharusnya diputuskan dalam rapat Dewan Pengawas.
Bilamana rapat Dewan Pengawas belum dapat diselenggarakan, maka Ketua
dapat memberikan wewenang pada Direktur untuk mengambil segala tindakan
yang perlu sesuai dengan situasi saat itu; dan
d. melaporkan pada rapat rutin berikutnya perihal tindakan yang diambil
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c diatas, disertai dengan
penjelasan yang terkait dengan situasi saat tindakan tersebut diambil.
(5) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan Dewan Pengawas, Pemilik RSUD H.
Bachtiar Djafar Kota Medan selaku Pemilik dapat mengangkat seorang Sekretaris
Dewan Pengawas atas beban Rumah Sakit.
(6) Sekretaris Dewan Pengawas sebagimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
menyelenggarakan kegiatan administrasi dalam rangka membantu kegiatan Dewan
Pengawas, sedangkan Sekretaris Dewan Pengawas tidak dapat bertindak sebagai
Dewan Pengawas.

Bagian Keempat
Tugas, Kewajiban, Hak Dan Wewenang Dewan Pengawas

Pasal 8

Dewan Pengawas bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap pengurusan


RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan, yang meliputi pelaksanaan Rencana Bisnis dan
Anggaran, Rencana Strategis Bisnis Jangka Panjang sesuai ketentuan peraturan
perundang undangan yang berlaku.

Bagian Kelima
Kewajiban Dewan Pengawas

Pasal 9

(1) Dewan Pengawas dalam melakukan tugasnya berkewajiban:


a. memberikan pendapat dan saran kepada Pemilik Rumah Sakit (Wali Kota
Medan) mengenai RBA (Rencana Bisnis Anggaran) yang diusulkan oleh RSUD
H. Bachtiar Djafar Kota Medan;
b. mengikuti perkembangan kegiatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dan
memberikan pendapat dan saran setiap masalah yang dianggap penting bagi
pengurusan/pengelolaan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan;
c. memberikan laporan kepada Pemilik (Wali Kota Medan) apabila terjadi
menurunnya kinerja manajemen RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan;
d. memberikan nasehat kepada Direktur/ Manajemen RSUD H. Bachtiar Djafar
Kota Medan dalam melaksanakan pengelolaan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan; dan
e. melakukan evaluasi dan memonitor hasil penilaian kinerja baik keuangan dan
non keuangan serta memberikan saran dan catatan penting untuk ditindaklanjuti
oleh pejabat pengelola BLUD RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan;

(2) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a dan huruf b kepada Pemilik (Wali Kota) secara berkala minimal 1
(satu) kali dalam satu semester dan sewaktu-waktu apabila diperlukan dalam
keadaan yang khusus.

Bagian Keenam
Hak Dewan Pengawas
Pasal 10

Setiap anggota Dewan pengawas diberikan honorarium/ gaji yang ditetapkan


berdasarkan Peraturan Walikota dengan ketentuan besaran gaji/ honorarium Dewan
Pengawas tidak lebih dari 40 % (empat puluh persen) dari gaji/ honorarium Direksi,
kecuali anggota Dewan Pengawas ex- officio sebagaimana yang dimaksud dalam
pasal 7 ayat (3).
Bagian Ketujuh
Wewenang Dewan Pengawas

Pasal 11

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Dewan Pengawas mempunyai


wewenang sebagai berikut:
a. Melihat buku-buku, surat-surat serta dokumen-dokunen lainnya, memeriksa kas
untuk keperluan verifikasi dan memeriksa kekayaan rumah sakit;
b. meminta penjelasan dari Direktur dan/atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan
Direktur mengenai segala persoalan yang menyangkut pengelolaan RSUD H.
Bachtiar Djafar Kota Medan;
c. meminta Direktur dan/atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Direktur untuk
menghadiri rapat Dewan Pengawas menghadiri rapat Direktur dan memberikan
pandangan-pandangan terhadap hal-hal yang dibicarakan;
d. memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direktur dalam melakukan
perbuatan hukum tertentu; dan
e. Dewan Pengawas bertangung jawab kepada Walikota Medan dan melaporkan
kewenangan secara tertulis kepada Wali Kota Medan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam setahun dan melaporkan sewaktu-waktu jika diperlukan.
f. Setiap Anggota Dewan Pengawas ikut bertanggungjawab secara renteng atas
kerugian rumah sakit apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam
menjalankan tugas pengawasan.
g. Anggota Dewan Pengawas tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian
sebagaimana dimaksud pada poit f apabila dapat membuktikan :
-telah melakukan pengawasan dengan sungguh- sungguh, itikad baik dan kehati-
hatian untuk kepentingan rumah sakit dan sesuai dengan tujuan rumah sakit;
-tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas
Tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian rumah sakit; dan
-telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau
berlanjutnya kerugian rumah sakit.

Bagian Kedelapan
Rapat-Rapat

Paragraf 1
Rapat Rutin

Pasal 12

(1) Rapat Rutin adalah setiap rapat terjadwal yang diselenggarakan Dewan Pengawas
yang bukan termasuk rapat tahunan dan rapat khusus.
(2) Rapat rutin merupąkan rapat koordiansi antara Dewan Pengawas dengan Direktur
Rumah Sakit dan Komite Medik serta Pejabat lain yang diangap perlu untuk
mendiskusikan, mencari klarifikasi atau alternatif solusi berbagai masalah di RSUD
H. Bachtiar Djafar Kota Medan.
(3) Rapat rutin dilaksanakan paling sedikit sepuluh kali dalam setahun dengan interval
tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas.
(4) Sekretaris Dewan Pengawas menyampaikan undangan kepada setiap anggota
Dewan Pengawas, Direktur, Komite Medik, dan pihak lain untuk menghadiri rapat
rutin paling lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
(5) Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus melampirkan:
a. 1 (satu) salinan agenda,
b. 1 (satu) alinan risalah rapat rutin yang lalu; dan
c. 1 (satu) salinan risalah rapat khusus yang lalu (bila ada).

Paragraf 2
Rapat Khusus

Pasal 13

(1) Rapat Khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas untuk
menetapkan kebijakan atau hal-hal khusus yang tidak termasuk dalam rapat rutin
maupun rapat tahunan.
(2) Dewan Pengawas mengundang untuk rapat khusus dalam hal:
a. ada permasalahan penting yang harus segera diputuskan;
b. ada permintaan yang ditandatangani oleh paling sedikit 3 (tiga) orang anggota
Dewan Pengawas.
(3) Undangan rapat khusus disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas kepada
peserta rapat paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum rapat khusus
tersebut diselenggarakan.
(4) Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik.
(5) Rapat khusus yang diminta oleh anggota Dewan Pengawas sebagimana dimaksud
ayat (2) huruf b, harus diselenggarakan paling lambat tujuh hari setelah diterimanya
surat permintaan tersebut.

Paragraf 3
Rapat Tahunan

Pasal 14

(1) Rapat Tahunan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas setiap
tahun, dengan tujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan operasional rumah
sakit.
(2) Rapat Tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun.
(3) Dewan Pengawas menyiapkan dan menyajikan laporan umum keadaan RSUD H.
Bachtiar Djafar Kota Medan, termasuk laporan keuangan yang telah diaudit.

Bagian Kesembilan
Undangan Rapat

Pasal 15

Setiap rapat dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan sesuai aturan,
kecuali seluruh anggota Dewan Pengawas yang berhak memberikan suara menolak
undangan tersebut.

Bagian Kesepuluh
Peserta Rapat

Pasal 16

Setiap rapat rutin, selain dihadiri oleh anggota Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan
Pengawas dan Direktur, juga dihadiri oleh Para Direktur, Komite Medik dan pihak lain
yang ada di lingkungan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan atau dari luar lingkungan
RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan apabila diperlukan.

Bagian Kesebelas
Ketua Dewan Pengawas

Pasal 17

(1) Dalam hal Ketua Dewan Pengawas berhalangan hadir dalam suatu rapat, maka bila
kuorum telah tercapai, anggota Dewan Pengawas dapat memilih Pejabat Ketua
untuk memimpin rapat.
(2) Pejabat Ketua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berkewajiban melaporkan
hasil keputusan rapat kepada Ketua Dewan Pengawas pada rapat berikutnya.
Ketua Dewan Pengawas memiliki tugas :
1. Memimpin rapat- rapat Dewan Pengawas.
2. Memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan prosedur dan tata cara rapat
Dewan Pengawas yang tidak diatur dalam Statuta Rumah sakit.
3. Bekerjasama dengan direktur menanggani berbagai hal yang mendesak yang
seharusnya diputuskan dan ditetapkan dalam rapat Dewan Pengawas.
4. Memberikan wewenang kepada Direktur untuk mengambil segala Tindakan yang
dipandang perlu sesuai dengan situasi saat itu dalam hal rapat Dewan pengawas
belum sempat diselenggarakan.

Bagian Keduabelas
Kuorum

Pasal 18

(1) Rapat Dewan Pengawas hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.
(2) Kuorum memenuhi syarat apabila dihadiri oleh 2/3 dari seluruh anggota Dewan
Pengawas.
(3) Bila kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah
ditentukan, maka rapat ditangguhkan untuk dilanjutkan pada suatu tempat hari dan
jam yang sama minggu berikutnya.
(4) Bila kuorum tidak juga tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang
telah ditentukan pada minggu berikutnya, maka rapat segera dilanjutnya dan segala
keputusan yangterdapat dalam risalah rapat disahkan dalam rapat Dewan
Pengawas berikutnya.

Bagian Ketigabelas
Risalah Rapat

Pasal 19

(1) Penyelenggaraan setiap risalah rapat Dewan Pengawas menjadi tanggung jawab
Sekretaris Dewan Pengawas.
(2) Risalah rapat Dewan Pengawas harus disahkan dalam waktu maksimal tujuh hari
setelah rapat diselenggarakan, dan segala putusan dalam risalah rapat tersebut
tidak boleh dilaksanakan sebelum disahkan oleh seluruh anggota Dewan
Pengawas yang hadir.
Bagian Keempatbelas
Pemungutan Suara

Pasal 20

(1) Setiap masalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam rapat Dewan
Pengawas ditentukan dengan mengangkat tangan atau bila dikehendaki oleh para
anggota Dewan Pengawas, pemungutan suara dapat dilalkukan dengan amplop
tertutup.
(2) Putusan rapat Dewan Pengawas berdasarkan atas suara terbanyak setelah
dilakukan pemungutan suara.

Bagian Kelimabelas
Pembatalan Putusan Rapat

Pasal 21

(1) Dewan Perngawas dapat merubah atau membatalkan setiap putusan yang diambil
pada rapat rutin atau rapat khusus sebelumnya, dengan syarat bahwa usul
perubahan atau pembatalan tersebut dicantumkan dalam pemberitahuan atau
undangan rapat sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Internal (Hospital
Bylaws/ Statuta) ini.
(2) Dalam hal usul perubahan atau pembatalan putusan Dewan Pengawas tidak
diterima dalam rapat tersebut, maka usulan ini tidak dapat diajukan lagi dalam
kurun waktu tiga bulan terhitung sejak saat ditolaknya usulan.

Bagian Keenambelas
Peran Dewan Pengawas Terhadap Staf Medis Fungsional

Pasal 22

(1) Dewan Pengawas berperan mendorong dan mendukung dalam bentuk kebijakan
dalam upaya memberdayakan SMF untuk mencapai tujuan Rumah Sakit sesuai
dengarı Visi, Misi, Tata Nilai, dan Tujuan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.
(2) Peran terhadap SMF sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui
integrasi dan koordinasi secara terus-menerus dan berkesinambungan.
(3) Integrasi dan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diselenggarakan
melalui pemberdayaan fungsi-fungsi dalam Organisasi Komite Medik RSUD H.
Bachtiar Djafar Kota Medan.

BAB IV
DIREKTUR DAN MANAJEMEN

Bagian Kesatu
Pengangkatan Dalam Jabatan Struktural

Pasal 23

(1) Pengangkatan Pegawai ASN dalam jabatan struktural antara lain dimaksudkan
untuk mnembina karier Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabataan struktural dan
kepangkatan dengan sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan
perundangan yang berlaku.
(2) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam suatu jabatan dilaksanakan
berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan
jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya
tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan.

Paragraf 1
Pengangkatan Persyaratan

Pasal 24

(1) Persyaratan PNS yang akan diangkat dalam jabatan struktural, antara lain:
a. berstatus PNS;
b. minimal memiliki pangkat satu tingkat di bawah jenjang pangkat yang
ditentukan;
c. memiliki kualifilkasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan;
d. semua unsur penilaian prestasi kerja bernilai baik dalam dua tahun terakhir;
e. memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan;
f. sehat jasmani dan rohani

(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Permbina
Kepegawaian perlu memperhatikan faktor:
a. senioritas dalam kepangkatan;
b. usia;
c. pendidikan dan pelatihan kepemimpinan jabatan; dan
d. pengalaman.

Paragraf 2
Pendidikan Dan Pelatihan

Pasal 25

(1) PNS yang akan atau telah menduduki jabatan struktural harus mengikuti dan lulus
Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) sesuai dengan kompentensi yang ditetapkan
untuk jabatan tersebut.

(2) PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diangkat dalam jabatan struktural
meskipun yang bersangkutan belum mengikuti dan lulus Diklatpim paling lama 1
(satu) setelah diangkat.

(3) PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum diikuti PNS yang bersangkutan
tidak berhak mendapatkan remunerasi jabatan stuktural.

(4) Untuk meningkatkan kemampuan kepenimpinan dan menambah wawasan, maka


kepada PNS yang bersangkutan tetap diharuskan untuk mengikuti dan lulus
Diklatpim yang dipersyaratkan untuk jabatannya.
Bagian Kedua
Pemberhentian Dalam Jabatan Struktural

Pasal 26

(1) PNS diberhentikan dari jabatan struktural karena:


a. mengundurkan diri dari jabatannya;
b. mencapai batas usia pensiun;
c. diberhentikan sebagai PNS;
d. diangkat dalam jabatan struktural lainnya atau jabatan fungsional;
e. cuti diluar tanggungan negara, kecuali cuti diluar tanggungan negara karena
persalinan;
f. tugas belajar lebih dari enam bulan;
g. adanya perampingan organisasi pemerintah;
h. tidak memenuhi persyaratan kesehatan jasmani dan rohani; dan
i. hal lain yang ditetapkan perundangan yang berlaku.

(2) Pemberhentian PNS dari jabatan struktural ditetapkan dengan keputusan pejabat
yang berwenang setelah melalui pertimbangan Komisi Kepegawaian
Negara/Baperjakat disertai alasan yang jelas atas pemberhentiannya.

(3) PNS yang meninggal dunia dianggap telah diberhentikan dari jabatan strukturalnya

Bagian Ketiga
Perangkapan Jabatan

Pasal 27

Untuk optimalisasi kinerja, disiplin dan akuntabilitas pejabat struktural serta menyadari
akan keterbatasan kemampuan manusia, PNS yang menduduki jabatan struktural tidak
dapat menduduki jabatan rangkap, baik dengan jabatan struktural lain maupun jabatan
fungsional.

Bagian Keempat
Direktur

Pasal 28

(1) Pengelolaan atau pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan di RSUD H. Bachtiar


Djafar Kota Medan dilakukan oleh Direktur.

(2) Direktur adalah Pejabat Struktural eselon III.a dan dibantu oleh pejabat structural
eselon III.b sebanyak 3 (tiga) orang.

(3) Para Pejabat Eselon III.b sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah 1 (satu)
orang Kepala Bagian TU, 1 (satu) orang Kepala Bidang Pelayanan dan 1 (satu)
orang Kepala Bidang Penunjang yang diangkat dan diberhentikan oleh Pemilik.

(4) Direktur bertanggung jawab kepada Pemilik dalam hal pengelolaan dan
Pengawasan rumah sakit beserta fasilitasnya, personil, dan sumber daya terkait.

(5) Direktur bertugas untuk melaksanakan kebijakan pengelolaan RSUD H. Bachtiar


Djafar sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundangan-undarıgan dan
peraturan kebijakan serta segala ketentuan urnum yang berlaku, dan berbagai
aturan dalam Peraturan Internal (Hospital Bylaws) ini, serta memperhatikan hasil
pelaksanaan tindakan/audit yang dilaksanakan oleh Komite Medik, Bagian Hukum
dan SPI (Satuan Pengawas Intern) di RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(6) Tugas pokok, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Direktur ditentukan oleh
Pemilik dan diperinci dalam suatu uraian tugas secara tertulis dalam Struktur
Organisasi darı Tata Laksana RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(7) Direktur mempunyai tugas pokok untuk memimpin pelaksanaan tugas pengelolaan
RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(8) Dalam melakukan tugas sebagaimana dimaksudkan pada ayat (7), Direktur
mempunyai fungsi merumuskan kebijakan operasional perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan di Administrasi Umum, Pelayanan Medik dan Keperawatan, Penelitian
dan Pendidikan dan operasional, dalam melaksanakan fungsi dan tugas dibantu
oleh Pejabat Eselon III.b.

Bagian Kelima
Tugas Direktur

Pasal 29

Direktur mempunyai tugas untuk :


a. Memimpin dan mengelolah Rumah Sakit sesuai dengan tujuan RSUD H. Bachtiar
Djafar Kota Medan dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan
hasil guna;
b. Menguasai, memelihara dan mengelolah kekayaan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan;
c. Mewakili RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan, baik di dalam dan di luar
Pengadilan;
d. Melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengelolah RSUD H.
Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana yang telah digariskan oleh
Pemilik/Dewan Pengawas;
e. Menetapkan kebijakan operasional RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan;
f. Menyiapkan Rencana Jangka Panjang dan Rencana Bisnis dan Anggaran RSUD
H. Bachtiar Djafar Kota Medan;
g. Mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi RS sesuai dengan
kelaziman yang berlaku bagi RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan;
h. Menetapkan organisasi dan Tata Kerja RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan
lengkap dengan susunan jabatan dan rincian tugasnya setelah disetujui oleh
Pemilik/Dewan Pengawas;
i. Mengangkat dan memberhentikan tenaga honorer dan/atau kontrak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
j. Menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban tenaga honore
dan/atau kontrak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
k. Menyiapkan laporan tahunan dan laporan berkala;
l. Merumuskan Rencana Kerja (Renja) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan
berdasarkan atas rencana strategis (Renstra) dan kebijakan Wali Kota serta
masukan dari komponen masyarakat untuk mewujudkan pemerintah yang baik dan
bersih;
m. Merumuskan kebijakan teknis pelayanan kesehatan berdasarkan atas ketentuan
peraturan perundang-undangan sebagai pedoman agar tercapai rencana program;
n. Mengkoordinasikan program dan kegiatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan
baik internal maupun dengan isntansi atau pihak terkait melalui rapat dan kerja
sama agar terciptanya sinkronisasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan;
o. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya
secara lisan dan tulisan (berbentuk Surat Perintah Tugas (SPT) , Perjanjian, dan
sebagainya) untuk kelancaran tugas kedinasan;
p. Memberikan izin-izin praktek, Praktek Kerja Lapangan (PKL), Perjanjian Kerja
Sama (PKS) berdasarkan atas peraturan daerah yang berlaku agar tercapai PAD
yang ditargetkan;
q. Membina bawahan melalui pendekatan kemanusiaan, menasehati dan pelatihan
teknis untuk meningkatkan produktivitas kerja, pengembangan karier serta menjadi
teladan dan motivator bagi bawahannya dan masyarakat;
r. Mengendalikan pelaksanaan tugas lingkup kesehatan sesuai prosedur dan
ketentuan yang berlaku agar terwujudnya efektivitas dan efesiensi
penyelenggaraan urusan bidang kesehatan;
s. Mengevaluasi pelaksanaan tugas RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan
berdasarkan atas rencana dan realisasinya untuk mengetahui tingkatan capaian
program dan permasalahan yang dihadapi, serta upaya pemecahan masalahnya;
t. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas secara berkala sebagai pertanggungjawaban
tugas; dan
u. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Wali Kota Medan sesuai dengan
tugas dan fungsinya untuk kelancaran tugas.

Bagian Keenam
Persyaratan Menjadi Direktur dan Manajemen

Pasal 30

Yang dapat diangkat menjadi anggota, Direktur adalah orang-perorangan yang :


a. Direktur diangkat dan diberhentikan oleh Pemilik;
b. Direktur dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya apabila berdasakan
atas :
1. Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
2. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit; dan
4. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana,
kejahatan dan/atau kesalahan yang bersangkutan dengan pengurusan Rumah
Sakit.
c. Memenuhi kriteria keahlian, intergritas, kepemimpinan, pengalaman di bidang
perumahsakitan;
d. Berkelakukan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan kinerja guna
kemajuan Rumah Sakit;
e. Mampu melaksanakan perbuatan Hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau
menjadi anggota manajemen atau Komisaris atau Dewan Penyantun yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu rumah sakit dinyatakan pailit dan;
f. Berkewarganegaraan Indonesia.
Bagian Ketujuh
Rapat Direktur Dan Manajemen

Pasal 31

(1) Rapat Direktur diselenggarakan minimal 1 (satu) bulan sekali.

(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan kegiatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sesuai
dengan tugas, kewenangan, dan kewajibannya.

(3) Keputusan Rapat Direktur diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.

(4) Dalam hal tidak tercapat kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan atas
suara terbanyak.

(5) Dalam rapat-rapat tertentu yang bersifat khusus, Direktur dapat mengundang
Dewas Pengawas, yang disampaikan secara tertulis dalam waktu 48 (empat puluh
delapan) jam sebelumnya.

(6) Untuk setiap rapat dibuat daftar hadir dan risalah rapat oleh Bagian Umum selaku
Notulen.

Bagian Kedelapan
Koordinasi Dewan Pengawas Dengan Direktur/Manajemen

Pasal 32

(1) Dalam menjalankan tugas-tugas Direktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29,
maka;
a. Direktur dapat bertindak berdasarkan atas persetujuan para anggota lainnya; dan
b. Direktur berhak dan berwenang bertindak atas nama Direktur, untuk masing-
masing bidang yang menjadi tugas dan wewenangnya.

(2) Apabila Direktur berhalangan tetap menjalakan pekerjaannya atau apabila jabatan
itu terluang dan penggantinya belum memangku jabatan, maka kekosongan jabatan
tersebut dipangku oleh anggota pejabat eselon III.b yang ditunjuk sementara oleh
Dewan Pengawas.

(3) Dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak terjadinya keadaan
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua), Pemilik dapat menunjuk anggota
Direktur yang baru untuk memangku jabatan yang terluang.

(4) Apabila Direktur berhalangan tetap melakukan pekerjaanya atau jabatan Direktur
terluang seluruhnya dan belum diangkat, maka sementara pengelolaan Rumah
Sakit dijalankan oleh Dewan Pengawas.

(5) Dalam menjalankan tugas dan kewenangan sebagaimana dimaksud, Direktur dapat
melaksanakan sendiri atau menyerahkan kekuasaan kepada:
a. Seseorang atau beberapa orang anggota pejabat eselon III.b
b. Seseorang atau beberapa orang Pejabat Rumah Sakit, baik secara sendiri
maupun bersama-sama; atau
c. Orang atau badan lain, yang khusus ditunjuk untuk hal tersebut.
Bagian Kesembilan
Kepala Bagian Tata Usaha

Pasal 33
(1) Kepala Bagian tata Usaha mempunyai tugas mengkoordinasikan kegiatan
kesekretariatan, Tata Usaha dan Kepegawaian, perencanaan evalusi dan hukum
serta keuangan dan aset .

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Kepala Bagian tata
Usaha mempunyai fungsi :
a. Penyelenggara urusan ketatausahaan, kepegawaian, administrasi umum,
perlengkapan dan rumah tangga;
b. Penyelenggaraan perencanaan, penyusunan program dan laporan, hukum dan
informasi rumah sakit umum daerah;
c. Menyelenggarakan keuangan, penyusunan anggaran, dan mobilisasi dana;
d. Penyelenggaraan pelaksaan tugas lain diberikan oleh Direktur sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

Bagian Kesepuluh
Sub. Bagian TU dan Kepegawaian

Pasal 34

Bagian TU dan Kepegawaian dipimpin oleh Kasubag TU dan Kepegawaian, yang


berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bagian Tata Usaha.

Pasal 35

(1) Bagian TU dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian


tugas Kepala Bagian Tata Usaha lingkup urusan ketatausahaan, kepegawaian,
dan hubungan masyarakat.

(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bagian
TU dan Kepegawaian Menyelenggarakan Fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bagian TU dan Kepegawaian;
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup urusan ketatausahaan, kepegawaian,
hubungan masyarakat;
c. Pengeloaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas,
penataan kearsipan, dan penyelenggaraan kerumahtanggan ;
d. Pengelolaan administrasi kepegawaian;
e. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan kepegawaian;
f. Pelaksanaan hubungan masyarakat;
g. Pendidikan dan Pelatihan Pegawai;
h. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendidikan dan pelatihan pegawai
rumah sakit;
i. Pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan pegawai rumah sakit;
j. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;
k. Pelaksanaan monitroing, evaluasi dan pelaporan pelakSubsanaan tugas; dan
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Bagian Kesebelas
Sub. Bagian Perencanaan, evaluasi dan Hukum
Pasal 36

(1) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Hukum sebagaimana dimaksud dipimpin
oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bagian Tata Usaha;

(2) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas Bagian Tata usaha lingkup
urusan Perencanaan, Evaluasi dan Hukum

(3) Dalam melaksanakn tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub
Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Hukum menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, evaluasi dan kegiatan Sub Hukum dan Hubungan
Masyarakat
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup urusan perencanaan, evaluasi dan
hukum serta hubungan masyarakat;
c. Pelaksaan urusan administrasi hukum, keamanan dan ketertiban serta hubungan
masyarakat;
d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksaan tugas; dan
e. Pelaksaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

Bagian Keduabelas
Sub. Bagian Keuangan dan Aset

Pasal 37

(1) Bagian keuangan dan aset dipimpin oleh Kepala sub bagian, yang berada di bawah
dan bertanggug jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha.

(2) Sub Bagian keuangan dan aset Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai
tugas pokok melaksanakan sebagian tugas lingkup urusan penbendaharaan dan
keuangan.

(3) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sub
Bagian keuangan dan aset menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian keuangan dan aset;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup keuangan dan asset;
c. Pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan penbendaharaan dan pengendalian
anggaran, penyelesaian laporan, dan pertanggungjawaban;
d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Bagian Ketigabelas
Bidang Pelayanan

Pasal 38

(1) Kepala Bidang Pelayanan mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan, dan


menyelenggarakan kegiatan di bidang pelayanan meliputi: rawat jalan, rawat inap,
gawat darurat, bedah sentral, perawatan intensif, radiologi, farmasi, gizi, rehabilitasi
medik, patologi klinik, patologi anatomi, pengendali mutu, heamodalisa kegiatan
bidang pelayanan dan. keperawatan.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Kepala Bidang


Pelayanan mempunyai fungsi:
a. Pengkoordinasian seluruh kebutuhan pelayanan medik,
b. Penyelenggaraan pelayanan medis ;
c. Perencanaan segala kebutuhan, baik administratif medik dan petunjuk
pelaksanaan kerja untuk tenaga medik dan tenaga kesehatan keperawatan;
d. Pemantauan, pengawasan, penggunaan fasilitas kegiatan pelayanan medik,
e. Pengawasan dan pengendalian penerimaan serta pemulangan pasien;
f. Penyelanggaraan asuhan keperawatan;
g. Peningkatan etika keperawatan, pengembangan dan pengendalian mutu
keperawatan;
h. Penyelenggaraan penyuluhan kesehatan;
i. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan;
j. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan pelayanan medis dan
keperawatan;
k. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan medis dan
keperawatan; dan
l. Pelaksanaan tugas lain diberikan oleh Direktur sesuaidengan tugas dan
fungsinya.

Bagian Keempatbelas
Seksi Pelayanan Medis

Pasal 39

(1) Seksi Pelayanan Medis dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelayanan .

(2) Seksi Pelayanan Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pelayanan .

(3) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi
Pelayanan Medis menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan pengembangan Kegiatan seksi Pelayanan
Medis;
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan dan pengembangan
pelayanan medis, monitoring, dan evaluasi kegiatan pelayanan medis;
c. Pelaksanaan perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi
pengembangan pelayanan medis, monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan
medis;
d. Merencanakan dan mengembangkan kualitas dan kuantitas pelayanan medis;
e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pelayanan
medis; dan
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

Bagian Kelima belas


Seksi Keperawatan
Pasal 40

(1) Seksi Keperawatan dipimpin oleh Kepala Seksi Keperawatan, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelayanan .

(2) Seksi Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Pelayanan lingkup perencanaan,
pengembangan, monitoring, dan evaluasi kegiatan pelayanan keperawatan.

(3) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi
Pelayanan Keperawatan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, Monitoring dan Evaluasi dan kegiatan Seksi
Pelayanan Keperawatan;
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan dan pengembangan,
monitoring, dan evaluasi kegiatan pelayanan keperawatan;
c. Penyusunan perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi
pengembangan pelayanan keperawatan, serta evaluasi layanan keperawatan;
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pelayanan
keperawatan; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

Bagian Keenam belas


Seksi Rekam Medik dan Akreditasi
Pasal 41

(1) Seksi Rekam Medik dan Akreditasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelayanan.

(2) Seksi Rekam Medik dan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Pelayanan
lingkup pengolahan data rawat jalan, rawat inap, dan rekam medik.

(3) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi
Rekam Medik dan Akreditasi menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Seksi Rekam Medik dan
Akreditasi;
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengolahan data rawat jalan, rawat inap,
dan rekam medik;
c. Pelaksanaan perencanaan, pengendalian, pengawasan, dan evaluasi kegiatan
rekam medik pengolahan data rawat jalan dan rawat inap;
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pengolahan
data dan rekam medik; dan
e. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan akreditasi;
f. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup akreditasi;
g. Pelaksanaan kegiatan akreditasi;
h. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaa tugas; dan
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Bagian Ketujuh belas
Kepala Bidang Penunjang
Pasal 42

(1) Bidang Penunjang dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur
(2) Bidang Penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Direktur lingkup penunjang sarana medis dan non
medis serta sarana prasarana Rumah Sakit.
(3) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidang
Penunjang menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pelayanan Penunjang
Medis;
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup penunjang sarana medis dan non medis
serta Sarana prasarana Rumah Sakit;
c. Pelaksanaan kegiatan layanan penunjang sarana medis dan layanan penunjang
sarana non medis;
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pelayanan
penunjang medis; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Direktur sesuai dengan tugas dan
fungsinya...

Pasal 43

Bidang Penunjang , terdiri atas:

a. Seksi pelayanan penunjang sarana medis; dan


b. Seksi pelayanan penunjang sarana non medis;
c. Seksi Sarana dan Prasarana.

Pasal 44

(1) Seksi Pelayanan Penunjang Sarana Medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58
huruf a dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Bidang Pelayanan Penunjang .

(2) Seksi Penunjang Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penunjang lingkup pelayanan
penunjang .

(3) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi
Penunjang menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penunjang Medis;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pelayanan penunjang medis;
c. Pelaksanaan kegiatan layanan penunjang medis,
d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Pasal 45

(1) Seksi Penunjang Non Medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf b
dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Penunjang .

(2) Seksi Pelayanan Penunjang Sarana Non Medis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penunjang
Medis lingkup pelayanan penunjang sarana non medis.

(3) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi
Pelayanan Penunjang Sarana Non Medis menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pelayanan Penunjang Sarana
Non Medis;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pelayanan penunjang sarana non
medis;
c. Pelaksanaan kegiatan layanan penunjang sarana non medis;
d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya

Pasal 46

(1). Seksi Sarana dan Prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf c
dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Penunjang .

(2). Seksi Pelayanan Penunjang Sarana Non Medis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penunjang lingkup
sarana dan prasarana

(3). Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi
Sarana dan Prasarana menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Sarana dan Prasarana;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penunjang sarana dan prasarana;
c. Pelaksanaan kegiatan layanan penunjang sarana dan prasarana;
d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya

BAB V
HUBUNGAN DALAM HOSPITAL BYLAWS

Bagian Kesatu
Hubungan Direktur dengan Dewan Pengawas

(1) Pengelolaan Rumah Sakit dilakukan oleh Direktur.

(2) Direktur bertanggung jawab kepada Pemilik melalui Dewan Pengawas.

(3) Dewan Pengawas melakukan pembinaan dan Pengawasan dalam pengelolaan


Rumah Sakit, dengan menetapkan kebijakan pelaksanaan, baik di bidang
pelayanan medis, pendidikan dan latihan serta penelitian dan pengembangan
kesehatan untuk tercapainya visi, misi, falsafah dan tujuan rumah sakit.

(4) Keberhasilan rumah sakit tergantung dari pengurusan Direktur dan pembinaan
serta Pengawas dari Pemilik melalui Dewan Pengawas sehingga dalam
pertanggungjawaban tugas dan kewajiban antara Pengelola dan Pemilik adalah
bersifat tanggung renteng.

Bagian Kedua
Hubungan Direktur Dengan Komite Medik

Pasal 47

(1) Komite Medik berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur RSUD H.
Bachtiar Djafar Kota Medan.

(2) Pelaksanaan tugas-tugas Komite Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaporkan secara tertulis kepada Direktur dalam bentuk rekomendasi.

(3) Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah berdasarkan atas penugasan dari Direktur.

Bagian Ketiga
Hubungan Direktur Dengan Komite Etik Dan Hukum

Pasal 48

(1) Komite Etik dan Hukum berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(2) Tugas secara terperinci dari Komite Etik dan Hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah :
a. Memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal menyusun dan
merumuskan medicoetikolegal dan etika rumah sakit serta penyelesaian
masalah etika rumah sakit dan pelanggaran terhadap etika pelayanan RSUD H,
Bachtiar Djafar Kota Medan;
b. Membantu Direktur dalam menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait
medico-legal dan etiko-legal;
c. Pemeliharaan etika penyelenggaraan fungsi rumah sakit, yang meliputi kebijakan
yang terkait dengan hospital bylaws dan medical staf bylaws; dan
d. Gugus bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di RSUD H. Bachtiar
Djafar Kota Medan.

(3) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Komite Etik
dan Hukum berfungsi :
a. Menyelenggarakan dan meningkatkan komunikasi medikoetikolegal, baik internal
maupun ekternal RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan;
b. Menyelenggarakan dan meningkatkan pengetahuan etika dan hukum bagi
petugas di RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan; dan
c. Menyelenggarakan dan meningkatkan kemampuan risk manajemen terhadap
masalah-masalah etika dan hukum di RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(4) Tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) disampaikan
secara tertulis kepada Direktur dalam bentuk rekomendasi.
(5) Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
adalah berdasar atas penugasan dari Direktur.

Bagian Keempat
Hubungan Direktur Dengan Satuan Pemeriksaan Intern

Pasal 49

(1) Satuan Pemeriksaan Intern (SPI) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(2) Tugas pokok SPI adalah melaksanakan Pengawasan dan penilaian terhadap
pelaksanaan kegiatan semua unsur di rumah sakit agar dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan ketentuan yang berlaku.

(3) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), SPI
berfungsi :
a. Melaksanakan pemeriksaan/audit keuangan dan operasional; \
b. Merancang dan melaksanakan pengawasan pelaksanaan pengendalian intern;
c. Melakukan identifikasi resiko;
d. Mencegah terjadinya penyimpangan;
e. Memberikan konsultasi pengendalian intern; dan
f. Melakukan hubungan dengan Eksternal Auditor.
(4) Tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) disampaikan
dalam bentuk rekomendasi kepada Direktur.

(5) Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
adalah berdasarkan atas penugasan dari Direktur.

BAB VI
PERATURAN INTERNAL STAF MEDIK (MEDICAL STAFF BY LAWS)
RSUD H. BACHTIAR DJAFAR

Pasal 50

Yang dimaksud dengan :


a. Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis
(Clinical Governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan Mutu Profesi medis dan pemeliharaan
etika dan disiplin profesi medis.
b. Staf medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis di
rumah sakit.
c. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
d. Peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws) adalah aturan dasar yang
mengatur tata cara penyelenggaraan rumah sakit meliputi peraturan internal
korporasi dan peraturan internal bylaws.
e. Peraturan Internal Korporasi (corporate bylaws) adalah aturan yang mengatur agar
tata kelola korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik melalui
pengaturan hubungan pemilik, pengelola dan komite medis di rumah sakit.
f. Peraturan internal staf medis (medical staf bylaws) adalah aturan mengatur tata
kelola klinis (clinical governance) untuk menjaga profesionalisme staf medis di
rumah sakit.
g. Kewenangan klinis (clinical privilage) adalah hak khusus seorang staff medis untuk
melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit
untuk periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan atas penugasan klinis
(clinical appointment).
h. Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan kepala/direktur rumah
sakit kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis di
rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan
baginya.
i. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilage).
j. Rekredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis yang telah memiliki
kewenangan klinis (clinical privilage) untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis tersebut.
k. Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan
medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang
dilaksanakan oleh profesi medis.
l. Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan
kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan
profesi medis.
Pasal 51

Unit-unit pelayanan di rumah sakit adalah:


a. Unit pelayanan, antara lain:
1. instalasi rawat jalan;
2. instalasi rawat inap;
3. instalasi gawat darurat (IGD);
4. instalasi rawat intensif (ICU, ICCU, NICU, PICU, HDU);
5. instalasi bedah sentral (IBS);
6. instalasi radiologi, laboratorium (instalasi patologi klinik, instalasi patologi
anatomi);
7. instalasi rehabilitasi medis;
8. intalasi pemulasaran jenazah; dan
9. instalasi diagnostik terpadu;
b. Pelayanan medis spesialistik dasar adalah pelayanan medis spesialistik penyakit
dalam, kebidanan, dan penyakit kandungan, bedah dan kesehatan;
c. Pelayanan medis spesialistik luas adalah pelayanan medis spesialis dasar
ditambah dengan pelayanan spesialistik telinga, hidung dan tenggorokan, mata,
syaraf, jiwa, kulit dan kelamin, jantung, paru, radiologi, anastesi, rehabilitasi medis,
patologi klinis, patologi anatomi, dan pelayan spesialis lain sesuai dengan
kebutuhan;
d. Pelayanan medis subspesialis luas adalah pelayanan subspesialis yang ada; dan
e. Unit kerja adalah tempat staf medis menjalankan profesinya. Unit kerja dapat
berbentuk instalasi, SMF, divisi, sesuai dengan kondisi rumah sakit.
Pasal 52

Peraturan Wali Kota ini bertujuan untuk mengatur tata kelola klinis (clinical governance)
yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamtan pasien di rumah sakit lebih
terjamin dan terlindungi serta mengatur penyelenggaraan komite medik di setiap rumah
sakit dalam rangka peningkatan profesionalisme staf medis.

Pasal 53

(1) Untuk mewujudkan tata kelola klinis (clinical governance) yang baik, semua
pelayanan medis dilakukan oleh setiap staf medis di rumah sakit atas penugasan
klinis kepala/direktur rumah sakit.
(2) Penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
kewenangan klinis (clinical privilage) oleh kepala/direktur rumah sakit melalui
penerbitan surat penugasan klinis (clinical appointment) kepada staf medis
bersangkutan.

(3) Surat penugasan klinis (clinical appointment) sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (2) dterbitkan oleh kepala/ direktur rumah sakit setelah mendapat rekomendasi
dari komite medik.

(4) Dalam keadaan darurat kepala/direktur rumah sakit dapat memberikan surat
penugasan klinis (clinical appointment) tanpa rekomendasi komite medik.

(5) Rekomendasi dari komite medik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan
setelah dilakukan krendensial.
BAB VII
NAMA DAN TUJUAN ORGANISASI

Pasal 54

(1) Nama dokumen ini adalah Peraturan Internal Staf Medis RSUD H. Bachtiar Djafar
Kota Medan (Medical Staff Bylaws RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan).

(2) Nama kelompok Dokter dan Dokter Spesialis serta Dokter Gigi dan Dokter Gigi
Spesialis yang berhak memberikan pelayanan medik di rumah sakit ini adalah
Satuan Medis Fungsional (SMF) Rumah sakit.

(3) Pengelompokan anggota SMF adalah berdasarkan keahlian dan/atau spesialisasi


yang ada di rumah sakit.

(4) Pengelompokkan staf medis dengan cara lain dengan pertimbangan khusus dapat
dilakukan dengan beberapa cara, sebagai berikut:
a. penggabungan ini dilakukan karena jumlah dokter spesialis tersebut kurang dari
2 (dua) orang sehingga tidak memungkinkan untuk membentuk staf medis
sendiri;
b. pembentukan kelompok staf medis staf medis untuk dokter umum dapat
dilakukan dengan membentuk kelompok staf medis dokter umum sendiri atau
bergabung dengan kelompok staf medis dimana dokter umum tersebut
memberikan pelayanan; dan
c. dokter gigi dapat menjadi kelompok staf medis sendiri.

(5) Berdasarkan atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4) dan mengingat keadaaan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan,
maka dapat diuraikan cara yang bisa dilakukan dalam pembentukan kelompok staf
medis, antara lain:
a. RSUD H. Bachtiar Djafar sebagai RSUD Pemerintah kelas C adalah rumah sakit
umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis minimal 4
(empat) pelayanan dasar;
b. RSUD H. Bachtiar Djafar sebagai rumah sakit pendidikan merupakan rumah
sakit tempat pendidikan tenaga medis oleh fakultas kedokteran; dan
c. kelompok staf medis dapat terdiri atas:
1. kelompok staf medis dokter spesialis; dan
2. kelompok staf medis dokter sub spesialis sesuai kebutuhan.

(6) Untuk Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) masuk dalam SMF
sesuai dengan spesialisasi yang sedang diikuti, sebagai anggota tidak tetap.
Pasal 55

Tujuan dan pengorganisasian SMF adalah agar Staf Medis di rumah sakit dapat lebih
menata diri dengan fokus terhadap kebutuhan pasien, sehingga menghasilkan
pelayanan medis yang berkualitas, efisien dan bertanggung jawab.

Pasal 56

Secara administratif manajerial, SMF berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur .

BAB VII
PENGORGANISASIAN SATUAN MEDIS FUNGSIONAL

Pasal 57

(1) Anggota SMF dikelompokkan ke dalam masing-masing SMF sesuai dengan profesi
dan keahliannya, minimal dengan 2 (dua) orang anggota setelah disetujui Direktur.

(2) Penempatan para dokter ke dalam kelompok staf medis sebagaimana tersebut
diatas ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit atas usul Komite
Medis. Dalam surat keputusan tersebut hendaknya dilengkapi dengan penugasan
klinis (clinical appointment) masing-masing dokter sehingga ada kejelasan tugas,
fungsi, dan kewewenangannya. Kelompok staf medis dipimpin oleh seorang ketua
yang diangkat oleh Direktur Rumah Sakit.

(3) Kelompok SMF yang ada di RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan, adalah:
a. SMF Bedah;
b. SMF Ilmu Penyakit Dalam;
c. SMF Ilmu Kesehatan Anak;
d. SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan;
e. SMF Mata;
f. SMF THT-KL;
g. SMF Gigi dan Mulut;
h. SMF Saraf;
i. SMF Jiwa;
j. SMF Kulit dan Kelamin;
k. SMF Anesthesiologi dan Terapi Intensif;
l. SMF Radiologi;
m. SMF Patologi Klinik;
n. SMF Kedokteran Forensik;
o. SMF Patologi Anatomi;
p. SMF Kardiologi & Kedokteran vaskuler;
q. SMF Urologi;
r. SMF Orthopedi;
s. SMF Paru;
t. SMF Rehabiltasi Medik;
u. SMF Bedah Saraf;
v. SMF Gigi Spesialis;
w. SMF Akunpuntur; dan
x. SMF Dokter Umum.
(4) Susunan Kepengurusan Kelompok SMF minimal terdiri atas:
a. Ketua SMF merangkap anggota; dan
b. Sekretaris merangkap anggota.

(5) Dalam kepengurusan Kelompok SMF dapat dibentuk:


a. koordinator pelayanan merangkap anggota;
b. koordinator pendidikan merangkap anggota; dan
c. koordinator penelitian dan pengembangan merangkap anggota.

(6) Masa bakti kepengurusan SMF adalah minimal 3 (tiga) tahun.


Pasal 58

(1) Ketua SMF dipilih dan ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.

(2) Dalam menentulkan pilihan dan penetapan Ketua SMF, Direktur dapat meminta
pendapat dari Komite Medik.

(3) Tugas Ketua SMF adalah mengoordinasikan semua kegiatan anggota SMF,
menyusun uraian tugas, wewenang dan tata kerja serta jasa pelayanan anggota
SMF dengan rincian sebagai berikut:
a. menyusun SOP pelayanan medis, dalam hal bidang administrasi/manajerial di
bawah koordinasi Direktur Medik dan Keperawatan dan dalam hal bidang
keilmuan (Standar Pelayanan Medis) di bawah koordinasi Komite Medik;
b. mengevaluasi hasil indikator mutu klinis; dan
c. menyusun kewenangan klinis (clinical previlege) untuk masing-masing
anggotanya;
Pasal 59

(1) Sekretaris SMF dipilih Ketua SMF dan ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.

(2) Sekretaris SMF bertugas membantu Ketua SMF dalam bidang administrasi dan
manajerial.
Pasal 60

(1) Koordinator Pelayanan dipilih oleh Ketua SMF dan anggota tetap SMF.

(2) Koordinator Pelayanan SMF bertugas membantu Ketua SMF dalam mengkoordinir
kegiatan pelayanan medis.
Pasal 61

(1) Koordinator Pendidikan dipilih oleh Ketua SMF dan anggota tetap SMF.

(2) Koordinator Pendidikan SMF bertugas membantu Ketua SMF dalam mengoordinir
kegiatan pendidikan bagi anggota SMF.
Pasal 62

(1) Koordinator Penelitian dan Pengembangan dipilih oleh Ketua SMF dan merupakan
anggota tetap SMF.

(2) Koordinator Penelitian dan Pengembangan SMF bertugas membantu Ketua SMF
dalam mengoordinasikan kegiatan penelitian, pengembangan dan pelatihan
anggota SMF.
Pasal 63

(1) Tim Klinis Rumah sakit dibentuk untuk menangani kasus-kasus pelayanan medik
yang memerlukan koordinasi lintas profesi.

(2) Tim Klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. Pusat Pelayanan Khusus (Pusyansus);
b. Tim Pernanggulangan Kanker;
c. Tim Penanganan Kasus Luar Biasa;
d. Tim Audit Medik;
e. Tim Kesehatan Penanggulangan Bencana,
f. Pusat pelayanan Nebulizer dan Spirometri;
g. Tim Patient Safety;
h. Tim Pemeriksaan Kesehatan;
i. Tim Pengendalian Resisten Antimikroba;
j. Tim/Panitia Rekam Medik;
k. Tim Pelayanan Stroke;
l. Tim Medis Transfusi; dan
m. Tim Penanggulangan HIV/AIDS.

(3) Jumlah Tim Klinis dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan.

(4) Dalam melaksanakan tugasnya Tim klinis bertanggung jawab kepada Direktur.

BAB IX
TUGAS, KEWAJIBAN DAN KEWENANGAN SATUAN MEDIS FUNGSIONAL

Pasal 64

Tugas Satuan Medis Fungsional adalah:


a. melaksanakan kegiatan profesi yang meliputi upaya kesehatan melalui pengobatan,
rehabilitatif, promotif, dan preventif.
b. memberikan pelayanan Medik yang bermutu kepada pasien sesuai dengan Standar
Pelayanan Medik dan SPO yang berlaku di Rumah sakit;
c. meningkatkan kemampuan profesinya, melalui program pendidikan dan dan
pelatihan berkelanjutan;
d. menjaga agar kualitas pelayanan sesuai standar profesi, standar pelayanan medis
dan etika kedokteran yang ditetapkan;
e. memberikan pendidikan dan pelatihan kepada peserta didik yang ada dalam
program SMF dan Rumah Sakit;
f. menyusun, mengumpulkan, menganalisa, dan membuat laporan pemantauan
indikator mutu klinik; dan
g. menjalankan uraian tugas dan kewenangannya sesuai dengan yang telah
ditetapkan.
Pasal 65

(1) SMF wajib menyusun Standar Pelayanan Medis yang terdiri atas:
a. Standar Pelayanan Medis bidang keilmuan yang terdiri atas:
1. Standar pelayanan medis; dan
2. Standar prosedur operasional; dan
b. Standar Prosedur Operasional bidang administrasi/manajerial yang meliputi:
1. Pengaturan tugas tenaga medis dan PPDS/PPDGS di rawat jalan, rawat
inap, pengaturan tugas jaga, rawat intensif, pengaturan tugas di kamar
operasi, kamar bersalin, dan lain sebagainya; dan
2. Pengaturan visite/ronde, pertemuan klinik, presentasi kasus (kasus
kematian, kasus langka, kasus sulit, kasus penyakit tertentu), prosedur
konsultasi dan lain lain melalui koordinasi dengan Kepala Instalasi dan
Direktur Medik dan Keperawatan.

(2) SMF wajib menyusun indikator kinerja mutu klinis/ mutu pelayanan medis yang
meliputi indikator output atau outcome.

BAB X
KEANGGOTAAN

Pasal 66

Syarat keanggotaan Satuan Medis Fungsional (SMF), meliputi:


a. mempunyai ljazah dari Fakultas Kedokteran/Kedokteran Gigi Pemerintah/ Swasta
yang diakui Pemerintah dan memiliki Surat Tanda Registrasi (STR), Surat
Penugasan yang masih berlaku dari Pejabat Yarıg Berwenang;
b. memiliki Surat Izin Praktek (SIP) di Rumah sakit;
c. telah melalui proses penerimaan calon anggota SMF Rumah sakit yang
dilaksanakan oleh Komite Medik dan Direksi Rumah sakit;
d. memiliki Surat Penugasan Klinis (Clinical appointment) dari Direktur Utama Rumah
sakit yang berupa Kewenangan Klinik (Clinical Privilege) sebagai anggota SMF;
e. mengikuti program pengenalan tugas (orientasi) di lingkungan kerja rumah sakit;
dan
f. mengikuti ketentuan disiplin jam kerja yang berlaku di Rumah sakit.
Pasal 67

(1) Kategori keanggotaan SMF adalah


a. anggota tetap SMF, yaitu dokter dan dokter spesialis serta dokter gigi dan
dokter gigi spesialis yang bekerja purna waktu atau paruh waktu di Rumah sakit;
dan
b. anggota tidak tetap SMF, yaitu dokter dan dokter spesialis serta dokter gigi dan
dokter gigi spesialis yang berstatus sebagai dokter tamu dan Peserta
Perididikan Dokter Spesialis (PPDS) di Rumah sakit.

(2) Masa berlaku keanggotaan adalah sejak berlaku STR dan Surat Penugasan Klinis
(Clinical Appointment) Direktur dikeluarkan dan dapat diperpanjang kembali dengan
mengikuti rekredensial.
BAB XI
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGES)

Pasal 68

(1) Kewenangan Klinis adalah kewenangan dari anggota SMF untuk melaksanakan
pelayanan medis sesuai dengan kompetensi profesi dan keahliannya.

(2) Tanpa kewenangan klinis, maka seorang tenaga medis tidak dapat menjadi
anggota SMF dan bekerja di Rumah sakit
(3) Jenis kewenangan klinis yang berlaku di Rumah sakit, meliputi:
a. kewenangan klinis sementara (temporary cinical privilege);
b. kewenangan klinis dalam keadaan darurat (emergency clinical privilege); dan
c. kewenangan klinis bersyarat (provisional clinical privilege).

(4) Lingkup kewenangan klinis (clinical privilege) untuk pelayanan medis tertentu
diberikan dengan berpedoman pada buku putih (white paper) yang disusun oleh
mitra bestari (peer group) profesi bersangkutan.

(5) Kewenangan Klinis diberikan oleh Direktur atas Rekomendasi Komite Medis,
setelah melalui Proses Kredensial yang dilakukan oleh Sub Komite Kredensial.

(6) Dalam kondisi tertentu kewenangan klinis dapat di delegasikan kepada dokter
spesialis/dokter gigi spesialis, dokter/dokter gigi, perawat atau bidan sesuai dengan
kompetensinya.

(7) Pendelegasian sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan melalui usulan
Komite Medik.
Pasal 69

(1) Mitra Bestari (peer group) merupakan sekelompok staf medis dengan reputasi dan
kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan
profesi medis termasuk evaluasi kewenangan klinis.

(2) Staf medis dalam mitra bestari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terbatas
pada staf medis yang ada di rumah sakit, tetapi dapat juga dari luar rumah sakit
yaitu perhimpunan kedokteran.

(3) Direktur bersama Komite Medik dapat membentuk panitia adhock yang terdiri dari
mitra bestari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk menjalankan fungsi
kredensial, penjagaan mutu profesi, maupun penegakkan disiplin dan etika profesi
di rumah sakit.
Pasal 70

(1) Pembatasan kewenangan klinik dapat dipertimbangan bila anggota SMF tersebut
dalam pelaksanaan tugasnya di rumah sakit dianggap tidak melaksanakannya
sesuai dengan standar pelayanan medis yang berlaku, dapat dipandang dari sudut
kinerja klinik, sudut etik profesi, dan sudut hukum/
(2) Sub Komite Krendensial berkoordinasi dengan Sub Komite terkait untuk membuat
rekomendasi pembatasan kewenangan lkinik anggota SMF setelah terlebih dahulu:
a. Ketua SMF mengajukan surat untuk mempertimbangkan pencabutan
kewenangan klinis dari anggota SMF-nya kepada ketua Komite Medik;
b. Komite Medik meneruskan permohonan tersebut kepada Sub Komite
Krendensial untuk meneliti kinerja klinis dan etika profesi dari anggota SMF yang
bersangkutan,
c. Sub Komite Krendensial berhak memanggil anggota SMF yang bersangkutan
untuk memberikan penjelasan dan membela diri setelah sebelumnya diberi
kesempatan untuk membaca dan mempelajari bukti-bukti tertulis tentang
pelanggaran yang dibuatnya; dan
d. Sub Komite Krendensial dapat meminta pihak lain yang terkait.
Pasal 71

Pencabutan pembatasan hak klinik dilaksanakan oleh direktur atas usul komite medik
bila anggota SMF tersebut telah menjalankan sanksinya sesuai yang telah ditentukan.

Pasal 72

(1) Pelimpahan kewenangan klinis dari tenaga medis kepada tenaga medis yang lain
dapat dilakukan dalam keadaan darurat/mendesak (emergensi) serta membutuhkan
pertolongan demi penyelamatan jiwa.

(2) Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur secara tegas
dalam SPO yang dibuat oleh Komite Medik.

(3) Pelimpahan kewenangan klinis tersebut harus dilakukan secara tertulis dan dicatat
dalam Rekam Medik serta harus diusulkan oleh Komite Medik kepala direktur
rumah sakit.
Pasal 73

Pencabutan Kewenangan klinis dilaksanakan apabila:


a. Pindah dari lingkungan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan;
b. Meninggal;
c. Terbukti melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
d. Melanggar kesepakatan ikatan kerja sama dengan rumah sakit.
BAB XII
DOKTER PENANGGUNG JAWAB PASIEN

Pasal 74

(1) Dokter Penanggung Jawab Pasien merupakan staf medis yangdiberikan tugas
khusus sebagai penanggung jawab dalam pelayanan kepada pasien di Rumah
sakit.

(2) Staf medis yang dapat menjadi DPJP adalah staf medis dengan kriteria yang
ditetapkan oleh Direktur Medik dan Keperawatan.

(3) DPJP ditentukan berdasarkan diagnosa yang telah ditegakkan terhadap pasien
sesudah pasien masuk rumah sakit.

(4) DPJP wajib membuat rencana asuhan pelayanan terhadap pasien paling lambat 24
(dua puluh empat) jam sesudah pasien masuk rawat inap, dengan memperhatikan
kendali biaya dan kendali mutu.

(5) DPJP melaksanakan tugas:


a. Melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, diagnose
penyakit dan pemberian terapi dan melakukan evaluasi keberhasilan terapi;
b. memberikan informasi dan masukan tentang perkembangan kondisi pasien
kepada pasien, keluarga pasien, dan tim pelayanan;
c. memberikan edukasi kepada pasien;
d. melakukan presentasi kasus medis dihadapan komite medik; dan membantu dan
e. memberikan bimbingan kepada mahasiswa kedokteran dalam pendidikan klinis
di Rumah Sakit.
(6) Dalam hal kondisi pasien memerlukan penanganan lebih lanjut diluar kompetensi
DPJP, maka DPJP pertama dapat mengalihkan DPJP kepada staf medis lain yang
berkompeten melalui mekanisme konsul.

(7) Dalam hal kondisi pasien memerlukan rawat bersama beberapa disiplin ilmu, DPJP
tetap menjadi penanggung jawab pasien.
(8) Ketentuan teknis pelaksanaan DPJP ditetapkan oleh Direktur.

BAB XII
PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMENT)

Pasal 75

(1) Kewenengan klinis diberikan oleh Direktur berdasarkan rekomendasi Komite Medik
kepada seorang anggota SMF dengan suatu Surat Penugasan Klinis (Cinical
Appointment) yang berlaku sesuai dengan berlakunya STR.

(2) Surat Penugasan Klinis (Clinical Appointment) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat diperbaharui sesuai dengan kompetensi dari anggota SMF setelah
dilakukan kredensial oleh Komite Medik.

(3) Kewenangan Klinis anggota SMF berstatus dokter tamu dan/atau dokter magang
diberikan dengan suatu Surat Penugasan Kiinis (Clinical Appointment) yang berlaku
untuk jangka waktu tertentu.

(4) Pemberian Penugasan Klinis ulang (Clinical Re-Appointment) dapat diberikan


setelah yang bersangkutan mengikuti prosedur Re-Kredensial dari Komite Medis.

(5) Pencabutan/pembatasan Kewenangan klinis yang tertuang dalam Surat Penugasan


Klinis dilakukan oleh Direktur dengan memperhatikan rekomendasi Komite Medis.

BAB XIV
KOMITE MEDIS

Bagian Kesatu
Nama Dan Struktur Organisasi

Pasal 76

(1) Komite medik dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola klinis
(clinical governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan
pasien lebih terjamin dan terlindungi.

(2) Komite Medis adalah wadah professional medis yang keanggotaannya berasal dari
kelompok staf medis.

(3) Komite Medis merupakan organisasi non struktural dan mempunyai otoritas tinggi di
dalam pengorganisasian staf medis, yang dibentuk dan bertanggung jawab kepada
Direktur Rumah sakit.

(4) Komite Medis melaksanakan tugas profesionalisme staf medis, mempertahankan


kompetensi dan profesionalisme staf medis, serta menjaga disiplin, etika, dan
perilaku profesi staf medis.
(5) Pelaksanaan tugas-tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dilakukan oleh
Sub Komite-Sub Komite.

Pasal 77

(1) Susunan organisasi komite medik Rumah sakit, terdiri atas:


a. Ketua;
b. Sekretaris; dan
c. Sub komite.
(2) Sub komite di dalam Komite Medis, terdiri atas:
a. Subkomite Kredensial;
b. Subkomite Mutu Profesi; dan
c. Subkomite Etika dan Disiplin Profesi.
(3) Tiap-tiap Subkomite bertanggung jawab kepada Komite Medik mengenai
pelaksanaan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya
(4) Keanggotaan komite medik ditetapkan oleh Direktur rumah sakit dengan
mempertimbangkan sikap profesional, reputasi, dan perilaku.
(5) Jumlah keanggotaan komite medic disesuaikan dengan kebutuhan.
(6) Jangka waktu keanggotaan Komite Medis adalah 3 (tiga) tahun.

Pasal 78

(1) Pembiayaan yang terkait dengan pelaksanaan tugas Komite Medik dan Sub
Komite-Sub Komite dibebankan kepada anggaran rumah sakit.

(2) Komite Medik dan Sub Komite-Sub Komite mendapatkan insentif/honorarium yang
dibebankan kepada anggaran rumah sakit

Bagian Kedua
Ketua Komite Medis

Pasal 79

(1) Ketua Komite Medis bisa dijabat oleh dokter purna waktu atau dokter paruh waktu
yang diangkat oleh Direktur RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(2) Keputusan Pengangkatan Ketua Komite Medis oleh Direktu RSUD H. Bachtiar
Djafar Kota Medan.

(3) Sekretaris komite medik dan ketua sub komite ditetapkan oleh Direktur berdasarkan
atas rekomendasi dari ketua komite medik dengan memperhatikan masukan dari
staf medis yang bekerja di rumah sakit.

(4) Persyaratan untuk menjadi Ketua Komite Medis sebagai berikut:


a. mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam profesinya;
b. menguasai segi ilmu profesinya dalam jangkauan, ruang lingkup, sasaran, dan
dampak yang luas;
c. peka terhadap perkembangan perumahsakitan;
d. bersifat terbuka, bijaksana, dan jujur;
e. mempunyai kepribadian yang dapat diterima dan disegani di lingkungan
profesinya; dan
f. mempunyai integritas keilmuan dan etika profesi yang tinggi

Bagian Ketiga
Tugas, Fungsi, Dan Kewenangan

Pasal 80

(1) Komite Medis mempunyai tugas membantu Direktur rumah sakit menyusun standar
pelayanan medis dan memantau pelaksanaannya.

(2) Komite medik mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang
bekerja di rumah sakit dengan cara:
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan
pelayanan medis di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis.

(3) Dalam melaksanakan tugas kredensial komite medik memiliki fungsi sebagai
berikut:
a. penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan
masukan berdasarkan atas norma keprofesian yang berlaku;
b. penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:
1. kompetensi;
2. kesehatan fisik dan mental;
3. perilaku; dan
4. etika profesi.
c. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan;
d. wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis;
e. penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat;
f. pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi
kewenangan klinis kepada komite medik;
g. melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite medik; dan
h. rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.

(4) Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis komite medik
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. pelaksanaan audit medis;
b. rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan berkelanjutan
bagi staf medis;
c. rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf
medis rumah sakit tersebut; dan
d. rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang
membutuhkan.
(5) Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis
komite medik memiliki fungsi sebagai berikut:
a. pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
b. pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
c. rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit; dan
d. pemberiannasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada
asuhan medis pasien.

Pasal 81

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik sebagai berikut:


a. sebagai pengarah (steering) dalam pemberian pelayanan medis sedangkan staf
medis adalah pelaksanaan pelayanan medis;
b. memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical
privilage);
c. memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical appointment);
d. memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu;
dan
e. memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis
(delineation of clinical privilege);
f. memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis;
g. memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan;
h. memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring); dan
i. memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin;

Pasal 82

Komite Medis mempunyai wewenang :


a. memberikan usul rencana kebutuhan dan peningkatan kualitas tenaga medis;
b. memberikan pertimbangan tentang rencana pengadaan, penggunaaan dan
pemeliharaan peralatan medis dan penunjang medis serta pengembangan
pelayanan medis;
c. monitoring dan eváluasi yang terkait dengan mutu pelayanan medis sesuai yang
tercantum di dalam tugas Komite Medis;
d. monitoring dan evaluasi efisien dan efektifitas penggunaan alat kedokteran di
Rumah Sakit;
e. melaksanakan pembinaan etika profesi serta mengatur kewenangan profesi antar
kelompok staf medis;
f. membentuk Tim Klonis yang mempunyai tugas menangani kasus-kasus pelayanan
medik yang memerlukan koordinasi lintas protesi, misalnya penanggulangan kanker
terpadu, pelayanan jantung, dan lain sebagainya; dan
g. memberikan rekomendasi tentang kerja sama antar Rumah Sakit dan fakultas
kedokteran/kedokteran gigi/institusi pendidikan lain.
Pasal 83

Tanggungjawab Komite Medis adalah terkait dengan mutu pelayanan medis,


pembinaan etik kedokteran dan pengembangan profesi medis.

Bagian Keempat
Panitia Adhoc

Pasal 84

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik dapat dibantu oleh panitia
adhoc yang dibentuk untuk tugas tertentu dan jangka waktu tertentu.

(2) Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktur
berdasarkan usulan ketua komite medik.

(3) Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari staf medis yang
tergolong sebagai mitra bestari.

(4) Staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dapat berasal dari rumah sakit lain, perhimpunan dokter spesialis/dokter gigi
spesialis, dokter/dokter gigi, kolegium dokter spesialis/dokter gigi spesialis,
dan/atau institusi pendidikan kedokteran/kedokteran gigi.

(5) Panitia adhoc bertanggung jawab kepada Direktur melalui Komite Medik.

BAB XV
RAPAT

Pasal 85

(1) Rapat Komite Medik diselenggarakan minimal 1 (satu) bulan sekali.

(2) Bilamana ada hal-hal yang harus segera diselesaikan, maka rapat dapat dilakukan
lebih dari (satu) kali dari waktu yang telah ditentukan.

(3) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan kegiatan Komite Medik Rumah sakit sesuai dengan tugas,
kewenangan, dan kewajibannya.

(4) Keputusan Rapat diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.

(5) Dalam hal tidak tercapai kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan atas
suara terbanyak.
BAB XVI
SUB KOMITE KREDENSIAL

Pasal 86

(1) Sub komite kredensial di rumah sakit terdiri atas minimal 3 (tiga) orang staf medis
yang memiliki surat penugasan klinis.

(2) Pengorganisasian subkomite kredensial terdiri atas ketua, sekretaris, dan anggota,
yang ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada ketua komite medis.

Pasal 87

Tugas dan wewenang sub komite kredensial adalah:


a. Menyusun dan mengompilasi daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan
dari kelompok Staf Medis;
b. melakukan pemeriksaan dan pengkajian:
1. kompetensi;
2. kesehatan fisik dan mental;
3. perilaku; dan
4. etika profesi.
c. Mengevaluasi data pendidikan professional kedokteran berkelanjutan (P2KB/
P3KGB) tenaga medis;
d. Mewawancarai pemohon kewenangan klinis;
e. Melaporkan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi
kewenangan klinis kepada Komite Medik; dan
f. Melakukan proses re-kredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis dan adanya permintaan dari Komite Medik.

Pasal 88

Proses kredensial yang dilakukan oleh Sub Komite Kredensial meliputi elemen:
a. kompetensi:
1. berbagai area kompetensi sesuai standar kompetersi yang disahkan oleh
lembaga pemerintah yang berwenang untuk itu;
2. kognitif;
3. afektif; dan
4. psikomotor.
b. kompetensi fisik;
c. kompetensi mental/perilaku; dan
d. perilaku etis (ethical standing).

Pasal 89

(1) Proses kredensial dilaksanakan dengan semangat keterbukaan, adil, obyektif,


sesuai dengan prosedur, dan terdokumentasi.

(2) Proses kredensial yang dilakukan oleh Tim Mitra Bestari yang merupakan bentukan
dari Sub Komite Kredensial harus mendapatkan persetujuan Direktur.

(3) Setelah dilakukannya proses kredensial maka komite medik akan menerbitkan
rekomendasi kepada Direktur tentang lingkup kewenangan klinis seorang staf
medis.
(4) Kewenangan klinis sesuai ayat (3) diatas diberikan dengan memperhatikan derajat
kompetensi dan cakupan praktik.

Pasal 90

(1) Sub komite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap staf medis dalam hal:
a. masa berlaku surat penugasan klinis (clinical appointment) yang dimiliki oleh staf
medis telah habis masa berlakunya;
b. staf medis yang bersangkutan diduga melakukan kelalaian terkait tugas dan
kewenangannya; dan
c. staf medis yang bersangkutan diduga terganggu kesehatannya, baik fisik
maupun mental.

(2) Dalam proses rekredensial subkomite kredensial dapat memberikan rekomendasi:


a. kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
c. kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
d. kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
e. kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi; dan
f. kewenangan klinis yang bersangku tan diakhiri.

(3) Sub komite kredensial wajib melakukan pembinaan profesi melalui mekanisme
pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang kewenangan klinisnya ditambah
atau dikurangi.

BAB XVII
SUBKOMITE MUTU PROFESI

Pasal 91

(1) Sub komite mutu profesi di rumah sakit terdiri atas 3 (tiga) orang staf medis yang
memiliki surat penugasan klinis.

(2) Pengorganisasian subkomite mutu profesi terdiri dari ketua, sekretaris, dan
anggota, yang ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada ketua komite medik.
Pasal 92

Tugas dan wewenang sub komite mutu profesi adalah :


a. menjaga mutu profesi medis dengan memastikan kualitas pelayanan medis yang
diberikan oleh staf medis melalui upaya pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi
yang berkesinambungan (on-going professional practice evaluation), maupun
evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused professional practice evaluation),
yang dilakukan dengan mengusulkan penetapan Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP);
b. melakukan audit medis;
c. mengadakan pertemuan ilmiah internal Program Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan/ Program Pendidikan Kedokteran Gigi Berkelanjutan (P2KB/ P2KGB)
bagi tenaga medis;
d. mengadakan kegiatan eksternal Program Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan/Program Berkelanjutan (P2KB/P2KGB) bagi tenaga medis rumah
sakit;
e. memfasilitasi proses peridampingan (proctoring) bagi tenaga medis yang
membutuhkan; dan
f. memberikan usulan untuk melengkapi kebutuhan perbekalan kesehatan yang
dibutuhkan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
medis.

Pasal 93

(1) Sub komite mutu profesi dalam menjaga mutu profesi medis dilakukan dengan
pemantauan dan pengendalian mutu profesi melalui:
a. memantau kualitas, melalui morning report, kasus sulit, ronde ruangan, kasus
kematian (death case), audit medis, journal reading.
b. tindak lanjut terhadap temuan kualitas, melalui pelatihan singkat (short course),
aktivitas pendidikan berkelanjutan, pendidikan kewenangan tambahan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pemantauan dan pengendalian mutu
profesi diatur dalam petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Direktur.

BAB XVIII
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI

Pasal 94

(1) Sub komite etika dan disiplin profesi di rumah sakit terdiri atas 3 (tiga) orang staf
medis yang memiliki surat penugasan klinis.

(2) Pengorganisasian sub komite etika dan disiplin profesi terdiri atas ketua, sekretaris,
dan anggota, yang ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada ketua komite
medik.
Pasal 95

Tugas subkomite etika dan disiplin profesi:


a. melakukan pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
b. melakukan upaya pendisiplinan pelaku profesional staf medis di rumah sakit; dan
c. memberikan nasehat dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada
pelayanan medis pasien.

Pasal 96

Tolak ukur yang menjadi dasar dalam upaya pendisiplinan perilaku profesional staf
medis, antara lain:
a. pedoman pelayanan kedokteran di rumah sakit;
b. prosedur kerja pelayanan di rumah sakit;
c. daftar kewenangan klinis di rumah sakit;
d. standar kompetensi kedokteran;
e. kode etik kedokteran Indonesia;
f. pedoman perilaku profesional kedokteran (buku pernyelenggaraan praktik
kedokteran yang baik);
g. pedoman pelanggaran disiplin kedokteran yang berlaku di Indonesia;
h. pedoman pelayanan medik/klinik; dan
i. standar prosedur operasional pelayanan medis.
Pasal 97

(1) Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel yang dibentuk oleh ketua
subkomite etika dan disiplin profesi. Panel terdiri 3 (tiga) orang staf medis atau lebih
dalam jumlah ganjil dengan susunan sebagai berikut:
a. 1 (satu) orang dari subkomite etik dan disiplin profesi yang memiliki disiplin ilmu
yang berbeda dari yang diperiksa; dan
b. 2 (dua) orang atau lebih staf medis dari disiplin ilmu yang sama dengan yang
diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit atau luar rumah sakit, baik atas
permintaan komite medik dengan persetujuan kepala/direktur rumah sakit atau
kepala/direktur rumah sakit terlapor.

(2) Panel tersebut dapat juga melibatkan mitra bestari yang berasal dari luar rumah
sakit.

(3) Pengikutsertaan mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit mengikuti
ketentuan yang ditetapkan oleh rumah sakit berdasarkan atas rekomendasi komite
medik.
BAB XIX
PEMBINAAN PROFESIONALISME DAN ETIKA

Pasal 98

Pelaksanaan pembinaan profesionalisme kedokteran dapat diselenggarakan dalam


bentuk ceramah, diskusi, symposium, lokakarya, dan kegiatan lain yang dilakukan oleh
unit kerja rumah sakit terkait seperti unit pendidikan dan latihan, komite medik, dan
sebagainya.

Pasal 99

(1) Staf medis dapat meminta pertimbangan pengambilan keputusan etis pada suatu
kasus pengobatan di rumah sakit melalui kelompok profesinya kepada komite
medik.

(2) Subkomite etika dan disiplin profesi mengadakan pertemuan pembahasan kasus
dengan mengikutsertakan pihak-pihak terkait yang kompeten untuk memberikan
pertimbangan pengambilan keputusan etis.
BAB XIX
POLA PENGELOLAAN KEUANGAN RSUD H. BACHTIAR DJAFAR
KOTA MEDAN

Bagian Kesatu
Pendapatan, Biaya, Dan Tarif Layanan

Paragraf 1
Pendapatan

Pasal 100

Pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dapat bersumber dari:


a. jasa layanan;
b. hibah;
c. hasil kerja sama dengan pihak lain;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD):
e. Anggaran Pendapatan dan Beianja Negara (APBN); dan
f. lain-Jain pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan yang sah.

Pasal 101

(1) Pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan yang bersumber dari jasa
layanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 huruf a berupa imbalan yang
diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat.

(2) Pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan yang bersumber dari hibah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 huruf b dapat berupa hibah terikat dan
hibah tidak terikat.

(3) Hasil kerja sama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 huruf
c dapat berupa perolehan dari kerja sama operasional, sewa menyewa, dan usaha
lainnya yang mendukung tugas dan fungsi RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(4) Pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan yang bersumber dari APBD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 huruf d berupa pendapatan yang berasal
dari otorisasi kredit anggaran pemerintah daerah bukan dari kegiatan pembiayaan
APBD.

(5) Pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan bersumber dari APBN
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 huruf e dapat berupa pendapatan yang
berasal dari pemerintah dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan/atau tugas
pembantuan dan lain-lain.

(6) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dalam rangka melaksanakan anggaran
dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan, proses pengolahan keuangannya
diselenggarakan secara terpisah berdasarkan ketetentuan yang berlaku dalam
pelaksanaan APBN.

(7) Lain-lain Pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan yang sah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 100 huruf f antara lain:
a. hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan;
b. hasil pemanfaatan kekayaan;
c. jasa giro;
d. pendapatan bunga;
e. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
f. komisi, potongan atau bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan;
dan hasil investasi.

Pasal 102

(1) Seluruh pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 100 kecuali yang berasal dari hibah terikat, disetorkan ke Kas Daerah
Pemerintah Kota Medan .

(2) Hibah terikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diperlakukan sesuai
peruntukannya.

(3) Seluruh pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 100 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f, dilaksanakan melalui
rekening kas RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dan dicatat dalam kode
rekening kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lain pendapatan asli
daerah yang Sah dengan objek pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(4) Seluruh pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayah (3) dilaporkan kepada
Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) setiap triwulan.
Pasal 103

Jasa pelayanan karyawan rumah sakit maksimal sebesar 50% (lima puluh persen) dari
penerimaan rumah sakit.

Paragraf 2
Biaya

Pasal 104

(1) Biaya RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan merupakan biaya operasional dan
biaya non operasional.

(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup seluruh biaya
RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi.

(3) Biaya non operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup seluruh
biaya yang menjadi beban RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dalam rangka
menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi.

(4) Biaya RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dialokasikan untuk membiayai program peningkatan pelayanan, kegiatan pelayanan
dan kegiatan pendukung pelayanan.

(5) Pembiayaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
dialokasikan sesuai dengan kelompok, jenis, program, dan kegiatan.

Pasal 105
(1) Biaya operasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 104 ayat (2), terdiri atas:
a. Biaya pelayanan; dan
b. Biaya umum dan administrasi

(2) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, mencakup seluruh
biaya operasional yang berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan.

(3) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
mencakup seluruh biaya operasional yang tidak berhubungan langsung dengan
kegiatan pelayanan.

(4) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri dari atas:
a. Biaya pegawai;
b. Biaya bahan;
c. Biaya jasa pelayanan;
d. Biaya pemeliharaan;
e. Biaya barang dan jasa; dan
f. Biaya pelayanan lain-lain

(5) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), terdiri atas:
a. Biaya pegawai;
b. Biaya administrasi kantor;
c. Biaya pemeliharaan;
d. Biaya barang dan jasa;
e. Biaya promosi; dan
f. Biaya umum dan administrasi lain-lain.

Pasal 105

Biaya non operasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 132 ayat (3) terdiri atas:
a. Biaya bunga;
b. Biaya administrasi bank;
c. Biaya kerugian penjualan aset tetap;
d. Biaya kerugian penurunan nila; dan
e. Biaya non operasional lain-lain.

Pasal 106

(1) Seluruh pengeluaran biaya RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dari dana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 105 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f
disampaikan kepada BPKD setiap triwulan.

(2) Seluruh pengeluaran biaya RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan yang bersumber
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan menerbitkan Surat
Perintah Membayar (SPM) pengesahan yang dilampiri dengan surat Pernyataan
Tanggung Jawab (SPTJ).

Pasal 107

(1) Pengeluaran Biaya RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan diberikan fleksibilitas
dengan mempertimbangkan volume kegiatan pelayanan.

(2) Fleksibilitas pengeluaran biaya RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), merupakan pengeluaran biaya yang disesuaikan dan
signifikan dengan perubahan pendapatan dalam ambang batas RBA yang telah
ditetapkan secara definitif.

(3) Fleksibilitas pengeluaran biaya RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), hanya berlaku untuk biaya RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan yang berasal dari pendapatan selain dari APBN/APBD dan hibah terikat.

(4) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan
mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBD kepada BPKD melalui
Sekretaris Daerah.

Pasal 108

(1) Ambang batas RBA sebagaimana dimaksud dalam pasal 107 ayat (2), ditetapkan
dengan besaran persentase.

(2) Besaran persentase sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan dengan
mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan.

(3) Besaran persentase sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dalam RBA
RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan oleh BPKD.
(4) Persentase ambang batas tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
merupakan kebutuhan yang dapat diprediksi, dapat dicapai, terukur, rasional, dan
dapat dipertanggungjawabkan

(5) Dalam hal kejadian luar biasa, Direktur RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dapat
menentukan persentase pengeluaran.
Paragraf 3
Tarif Layanan

Pasal 109

(1) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dapat memungut biaya kepada masyarakat
sebagai imbalan atas barang dan/atau jasa layanan yang diberikan.

(2) Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya satuan per
unit layanan atau hasil per investasi dana.

(3) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), termasuk imbalan hasil yang wajar dari
investasi dana dan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit
layanan.

(4) Tarif layanan sebagiamana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa besaran tarif
atau pola terif sesuai jenis layanan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan yang
bersangkutan.

Pasal 110

(1) Tarif layanan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan diusulkan oleh Direktur kepada
Walikota melalui Sekretarias Daerah.

(2) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan dengan
Peraturan Wali Kota dan disampaikan kepada pimpinan DPRD.

(3) Penetapan tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mempertimbangkan
kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, serta kompetisi
yang sehat.

(4) Walikota dalam menetapkan besaran tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dapat membentuk tim yang keanggotaannya dapat berasal atas:
a. Pembina teknis;
b. Pembina keuangan;
c. Unsur perguruan tinggi; dan
d. Lembaga profesi.

Pasal 111

(1) Peruturan Walikota mengenai tarif layanan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan
dapat dilakukan perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan.

(2) Perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan secara
keseluruhan maupun per unit layanan.
Bagian Kedua
Perencanaan Dan Penganggaran

Paragraf 1
Perencanaan

Pasal 112

(1) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan menyusun Renstra Bisnis anggaran RSUD
H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(2) Renstra Bisnis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup pernyatan visi,
misi, program strategis, pengukuran pencapaian kinerja, rencana pencapaian 5
(lima) tahun, dan proyeksi keuangan 5 (lima) tahun RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan.

(3) Visi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memuat gambaran yang menantang
mengenai keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin
diwujudkan.

(4) Misi sebagimana dimaksud pada ayat (2), memuat sesuatu yang harus diemban
atau dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat
terlaksana sesuai bidangnya dan berhasil dengan baik.

(5) Program strategis sebagiamana dimaksud pada ayat (2), memuat program yang
berisi proses kegiatan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai sampai
dengan kurun waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun dengan
memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul.

(6) Pengukuran pencapaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memuat
pengukuran yang dilakukan dengan menggambarkan pencapaian hasil kegiatan
dengan disertai analisis atas faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
tercapainya kinerja.

(7) Rencana pencapaian 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memuat
rencana capaian kinerja pelayanan tahunan selama 5 (lima) tahun.

(8) Proyeksi keuangan 5 (lima) tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memuat
perkiraan capaian kinerja keuangan tahunan selama 5 (lima) tahun.

Pasal 113

Renstra Bisnis RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dipergunakan sebagai dasar
penyusunan RBA dan evaluasi kinerja.

Paragraf 2
Penganggran

Pasal 114

(1) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan menyusun RBA Tahunan yang berpedoman
kepada Renstra Bisnis RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.
(2) Penyusunan RBA sebagiamana dimaksud pada ayat (1), disusun berdasarkan
prinsip anggaran berbasis kinerja, perhitungan akuntasi biaya menurut jenis
layanan, kebutuhan pendanaan dan kemampuan pendapatan yang diberikan akan
diterima dari masyarakat, badan lain, APBD, APBN dan sumber-sumber
pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan lainnya.

Pasal 115

RBA merupkan penjabaran lebih lanjut dari program dan kegiatan RSUD H. Bachtiar
Djafar Kota Medan dengan berpedoman pada pengelolaan keuanngan RSUD H.
Bachtiar Djafar Kota Medan.

Pasal 116

(1) RBA sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 memuat;


a. Kinerja tahun berjalan;
b. Sumsi makro dan mikro;
c. Target kinerja;
d. Analisis dan perkiraan biaya satuan;
e. Perkiraan harga;
f. Anggaran pendapatan dan biaya;
g. Besaran persentase amabang batas;
h. Prognosa laporan keuangan;
i. Perkiraan maju;
j. Rencana pengeluaran investasi/modal; dan
k. Ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan rencana kerja dan
anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) APBD.

(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disertai dengan usulan program,
kegiatan, standar pelayanan miminal dan biaya dari keluaran yang akan dihasilkan.

Pasal 117

(1) Kinerja tahun berjalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. Hasil kegiatan usaha;
b. Faktor yang mempengaruhi kinerja;
c. Perbandingan rba tahun berjalanandengan realisasi;
d. Laporan keuangan tahun berjalan; dan
e. Hal-hal yang perlu ditindak lanjuti sehubungan dengan pencapaian kinerja tahun
berjalan.
(2) Asumsi makro dan mikro sebagimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1) huruf b,
antara lain:
a. Tingkat inflasi;
b. Pertumbuhan ekonomi;
c. Nilai kurs;
d. Tarif; dan
e. Volume pelayanan

(3) Target kinerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1) huruf c, antara lain:
a. Perkiraan pencapaian kinerja pelayanan; dan
b. Perkiraan keuangan pada tahun yang direncanakan.
(4) Analisi dan perkiraan biaya satuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1416ayat
(1) huruf d, merupakan biaya per unit penyedia barang dan/ atau jasa pelayanan
yang diberikan, setelah memperhitungkan seluruh komponen biaya dan volume
barang dan/jasa yang akan dihasilkan.

(5) Perkiraan harga sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1) huruf e,
merupakn estimasi harga jual produk barang dan/atau jasa setelah
memperhitungkan biaya persatuan dan tingkat margin yang ditentukan seperti
tercermin dan terif layanan.

(6) Anggaran pendapatan biaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1)
huruf f, merupakan rencana anggaran untuk seluruh kegiatan tahunan yang
dinyatakan dalam satuan uang yang tercermin dari rencana pendapatan dan biaya.

(7) Besaran persentase ambang batas sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat
(1) huruf g, merupakan besaran persentase perubahan anggaran bersumber dari
pendapatan operasional yang diperkenalkan dan ditentukan dengan
mempertimbangkan fluktasi kegiatan operasi RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan.

(8) Pragnosa laporan keuangan sebagiamana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1)
huruf h, merupakan perkiraan realisasi keuangan tahun berjalan seperti tecermin,
pada laporan operasional, neraca, dan laporan arus kas.

(9) Perkiraan maju sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1) huruf i,
merupakan perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari
tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan
yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahunan berikutnya.

(10) Rencana pengeluaran investasi/modal sebagiamna dimaksud dalam pasal 116 ayat
(1) huruf j, merupakan rencana pengeluaran dana untuk memperoleh aset tetap.

(11) Ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan RKA-SKPD/APBD


sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1) huruf k, meurupakan ringkasan
pendapatan dan biaya dalam RBA yang disesuaikan dengan format
RKA-SKPD/APBD.

Pasal 118

(1) RBA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan disajikan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari rancangan peraturan daerah tentang APBD.

(2) RBA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagiaman dimaksud pada ayat (1),
dipersamakan sebagai RKA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

Pasal 119

(1) RBA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana dimaksud dalam pasal
147 ayat (1), disampaikan kepada BPKD.

(2) RKA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan beserta RBA RSUD H. Bachtiar Djafar
Kota Medan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaiakan kepada BPKD.
Pasal 120

RBA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119
ayat (1) atau RKA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan beserta RBA RSUD H.
Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 23 ayat (2), oleh
BPKD disampaikan kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk dilakukan
penelaahan.

Pasal 121

RBA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan yang telah dilakukan penelaahan oleh
TAPD sebagaimana dimaksud dalanı Pasal 120 disampaikan kepada BPKD untuk
dituangkan dalam RancanganPeraturan Daerah tentang APBD.

Pasal 122

(1) Setelah Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 121 ditetapkan menjadi Peraturan Daerah, Direktur melakukan
penyesuaian terhadap RBA untuk ditetapkanmenjadi RBA definitif.

(2) RBA definitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipakai sebagai dasar
penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan (DPA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan) untuk diajukan kepada BPKD.

BAB XX
PELAKSANAAN ANGGARAN

Bagian Kesatu
DPA-RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan

Pasal 123

(1) DPA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
122 ayat (2), mencakup antara lain:
a. pendapatan dan biaya;
b. proyeksi arus kas; dan
c. jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan.

(2) BPKD mengesahkan DPA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagai dasar
pelaksanaan anggaran.

(3) Pengesahan DPA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan berpedoman kepada
peraturan perundang-undangan.

(4) Dalam hal DPA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), belum disahkan oleh BPKD, RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dapat
melakukan pengeluaran uang setinggi-tingginya sebesar angka DPA RSUD H.
Bachtiar Djafar Kota Medan tahun sebelumnya.

Pasal 124

(1) DPA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan yang telah disahkan oleh BPKD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123 ayat (2), menjadi dasar penarikan dana
yang bersumber dari APBD.

(2) Penarikan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan untuk belanja
pegawal, belanja modal, barang dan/atau jasa dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Penarikan dana untuk belanja barang dan/atau jas sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), sebesar selisih jumlah kaas yang tersedia ditambah dengan aliran
diharapkan dengan jumlah pengeluaran yang diproyeksikan, dengan
memperhatikan anggaran kas yang telah ditetapkan dalam DPA RSUD H. Bachtiar
Djafar Kota Medan.

Pasal 125

(1) DPA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan menjadi lampiran perjanjian kinerja yang
ditandatangani oleh Wali Kota dengan Direktur.

(2) Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud padaayat (1), merupakan manifestasi


hubungan kerja antara Wali Kota dan Direktur, yang dituangkan dalam perjanjian
kinerja.

(3) Dalam perjanjian Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wali Kota
merıugaskan Direktur untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan umum dan
berhak mengelola dana sesuai yang tercantum dalam DPA RSUD H. Bachtiar
Djafar Kota Medan.

(4) Perjanjian Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain memuat
kesanggupan untuk meningkatkan:
a. kinerja pelayanan bagi masyarakat;
b. kinerja keuangan; dan
c. manfaat bagi masyarakat.

Bagian Kedua
Pengelolaan Kas

Pasal 126

Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang dananya bersumber sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 125 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f, dilaksanakan melalui
rekening kas RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

Pasal 126

(1) Dalam Pengelolaan kas, RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan menyelenggarakan:
a. perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas;
b. pemungutan pendapatan atau tagihan;
c. penyimpanan kas dan mengelola rekening bank;
d. pembayaran;
e. perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan
f. pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperolah pendapatan
tambahan.

(2) Penerimaan 'RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan pada setiap hari disetorkan
seluruhnya ke rekening kas RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dan dilaporkan
kepada pejabat keuangan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

Bagian Ketiga
Pengelolaan Piutang dan Utang

Pasal 127
(1) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dápat memberikan piutang sehubungan
dengan penyerahan barang, jasa dan/atau transaksi yang berhubungan langsung
maupun tidak langsung dengan kegiatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(2) Piutang dikelola secara tertib, efisien, ekonomi, transparan, dan bertanggung jawab
serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan prinsip bisnis yang sehat dan
berdasarkan atas peraturan perundang-undengan.

(3) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan melaksanakan penagihan piutang pada saat
piutang jatuh tempo.

(4) Untuk melaksanakan penagihan puitang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan menyiapkan bukti dan administrasi
penagihan, serta menyelesaikan penagihan atas piutang RSUD H. Bachtiar Djafar
Kota Medan.

(5) Penagihan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), yang sulit ditagih dapat
dilimpahkan penagihannya kepada Wali Kota dengan dilampiri bukti-bukti valid dan
sah.

Pasal 128

(1) Piutang dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang berwenang
yang nilainya ditetapkan secara berjenjang.

(2) Kewenangan penghapusan piutang sebagaimana dimaksud padaayat (1),


ditetapkan oleh Wali Kota, dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 129

(1) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dapat melakukan pinjaman/utang


sehubungan dengan kegiatan operasional dan/atau perikatan pinjaman dengan
pihak lain.

(2) Pinjaman/utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa


pinjaman/utang jangka pendek atau pinjaman/utang jangka pendek atau
pinjaman/utang jangka panjang.

(3) Pinjaman dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien,ekonomis, transparan, dan
bertanggung jawab.

(4) Pemanfaatan peminjaman/utang yang berasal dari perikatan pinjaman jangka


pendek hanya Untuk biaya operasional termasuk keperluan menutup defisit kas.

(5) Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan pinjaman jangka Panjang
hanya untuk pengeluaran investasi/modal.

(6) Pinjaman jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terlebih dahulu
wajib mendapat persetujuan Wali Kota.

Pasal 130

(1) Perikatan pinjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang
berdasarkan atas nilai pinjaman.

(2) Kewenangan perikatan pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Wali Kota.
Pasal 131

(1) Pembayaran kembali pinjaman/utang menjadi tanggung jawab RSUD H. Bachtiar


Djafar Kota Medan.

(2) Hak tagih pinjaman/utang RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan menjadi
kedaluarsa setelah (lima) tahun utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Jatuh tempo sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung sejak tanggal 1 Januari
tahun berikutnya.

Pasal 132

(1) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan wajib membayar bunga dan pokok utang
yang telah jatuh tempo.

(2) Direktur dapat melakukan pelampauan pembayaran bunga dan pokok sepanjang
tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan dalam RBA RSUD H.
Bachtiar Djafar.

Bagian Keempat
Investasi

Pasal 133

(1) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dapat melakukan investasi sepanjang
memberi manfaat bagi peningkatan pendapat dan peningkatan pelayanan kepada
masyarakat serta tidak mengganggu likuiditas keuangan RSUD H. Bachtiar Djafar
Kota Medan.

(2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa investasi jangka pendek
dan investasi jangka panjang

Pasal 134

(1) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat (2),
merupakan investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki
selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.

(2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
dengan pemanfaatan surplus kas jangka pendek.

(3) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
a. deposito berjangka waktu 1 (satu) sampai dengan 12 (duabelas) bulan dan/atau
dapat diperpanjang secara otomatis,
b. pembelian surat utang negara jangka pendek; dan
c. pembelian sertifikat Bank indonesia.

(4) Karakteristik investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. dapat segera diperjualbelikan/dicairkar.
b. ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan
c. beresiko rendah.

Pasal 135

(1) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan tidak dapat melakukan investasi jangka
panjang kecuali atas persetujuan Walikota.
(2) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
a. penyertaan modal;
b. pemilikan obligasi untuk masa jangka panjang; dan
c. investasi langsung seperti pendirian perusahaan.

Pasal 136

Dalam hal RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan mendirikan/membeli bahan usaha
yang berbadan hukum, kepemilikan badan usaha tersebut berada pada pemerintah
daerah.
Pasal 137

(1) Hasil investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1633 ayat (1), merupakan
pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(2) Pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dipergunakan secara langsung untuk membiayai pengeluaran sesuai
RBA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.
Bagian Kelima
Kerja Sama

Pasal 138

(1) Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, RSUD H. Bachtiar Djafar
Kota Medan dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan prinsip
efisien, efektifitas, ekonomis, dan saling menguntungkan.

Pasal 139

(1) Kerja sama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalamPasal 138 ayat (1),
antara lain:
a. Kerja Sama Operasional (KSO);
b. sewa menyewa;dan
c. usaha lainnya yang menunjang fungsi dan tugas RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan

(2) KSO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan perikatan antara
RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dengan pihak lain, melalui pengelolaan
manajemen dan prosesoperasional secara bersanıa dengan pembagian
keuntungan sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

(3) Sewa menyewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan
penyerahan hak penggunaan/pemakaian barang RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan kepada pihak lain atau sebaliknya dengan imbalan berupa uang
sewabulanan atau tahunan untuk jangka waktu tertentu, baik sekaligus maupun
secara berkala.

(4) Usaha lainnya yang menunjang tugas dan fungsi BLUD RSUD H. Bachtiar Djafar
Kota Medan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, merupakan kerja sama
menghasilkan bagi BLUD RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dengan tidak
mengurangi kualitas pelayanan umum yang menjadi kewajiban BLUD RSUD H.
Bachtiar Djafar Kota Medan.
Pasal 140

(1) Hasil Kerja sama sebagaimana dimaksud dalain Pasal 169 merupakan pendapatan
RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(2) Pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dipergunakan secara langsung untuk membiayai pengeluaran sesuai
RBA RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

Bagian Keenam
Pengadaan Barang Dan/Atau Jasa

Pasal 141

(1) Pengadaan barang dan/atau jasa pada RSUD H. Bachtiar Djafar kota Medan
dilaksanakan berdasarkan atas ketentuan yang berlaku bagi pengadaan
barang/jasa pemerintah.

(2) Pengadaan barang dan/atau jasa dilakukan berdasarkan atas prinsip efisien, efektif,
transparan, bersaing, adil/ tidak diskriminatif, akuntabel, dan praktek bisnis yang
sehat.
(3) Pengadaan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) pada Pemerintah Daerah.

Pasal 142

(1) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dengan status penuh dapat diberikan
fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang
berlaku umum bagi pengadaan barang dan/atau jasa pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 141 ayat (1), apabila terdapat alasan efektivitas dan/atau
efisiensi.

(2) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan terhadap pengadaan
barang dan/atau jasa yang sumber dananya berasal dari:
a. jasa layanan;
b. hibah tidak terikat;
c. hasil kerja sama dengan pihak lain; dan
d. lain-lain pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan yang sah.

Pasal 143

(1) Pengadaan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 171 ayat
(2), berdasarkan ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang ditetapkan oleh
Direktur dan disetujui oleh Wali Kota.

(2) Ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang ditetapkan Direktur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus dapat menjamin ketersediaan barang dan/atau jasa
yang lebih bermutu, lebih murah, proses pengadaan yang sederhana dan cepat
serta mudah menyesuaikan dengan kebutuhan untuk mendukung kelancaran
pelayanan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan

Pasal 144

Pengadaan barang dan/atau jasa yang dananya berasal dari hibah terikat dapat
dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi hibah, atau ketentuan
pengadaan barang dan/atau jasa yang berlaku bagi RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan sepanjang disetujui pemberi hibah.
(2) Barang inventeris sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan barang pakai
habis, barang untuk diolah atau djual, barang lainnya yang tidak memenuhi
persyaratan sebagai aset tetap.

(3) Hasil penjualan barang inventaris sebagai akibat dari pengalihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), merupakan pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan.

(4) Hasil penjualan barang inventaris sebagaimana dimaksud pada ayat (3),dituangkan
secara memadai dalam laporan keuangan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

Pasal 179

(1) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan tidak boleh mengalihkan dan/atau menghapus
aset tetap, kecuali atas persetujuan pejabat yang berwenang.

(2) Aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan aset berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam
kegiatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum.

(3) Kewenangann pengalihan dan/atau penghapusan aset tetap sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai dan jenis
barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Hasil pengalihan aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3), merupakan
pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dan diungkapkan secara
memadai dalam laporan keuangan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(5) Pengalihan dan/atau penghapusan aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), dilaporkan kepada Wali Kota melalui Sekretaris Daerah.

(6) Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung dengan tugas
dan fungsi RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan haruş mendapat persetujuan Wali
Kota melalui Sekretaris Daerah.

Pasal 180

(1) Tanah dan bangunan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan disertifikasikan atas
nama Pemerintah Daerah.

(2) Tanah dan bangunan yang tidak digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas
dan fungsi RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan, dapat dialihgunakan oleh direktur
dengan persetujuan walikota.

Bagian kedelapan
Surplus dan Defisit Anggaran

Pasal 181

(1) Surplus anggaran RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan merupakan selisih lebih
anatara realisasi pendapatan dan realisasi biaya RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan pada 1 (satu) tahun anggaran.

(2) Suplus anggaran RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dapat digunakan dalam
tahun anggaran berikutnya.

Pasal 182
(1) Defisit anggaran RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan merupakan selisih kurang
antara realisasi pendapatan dan realisasi biaya BLUD RSUD H. Bachtiar Djafar
Kota Medan pada 1 (satu) tahun anggaran

(2) Defisit anggaran RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dapat diajukan usulan
pembiayaannya pada tahun anggaran berikutnya kepada BPKD.
Bagian Kesembilan
Penyelesaian Kerugian

Pasal 183

Kerugian pada RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan yang disebabkan oleh tindakan
melanggar hukum atau kelalaian seseorang diselesaikan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai penyelesaian kerugian daerah.

Bagian Kesepuluh
Penatausahaan

Pasal 184

Penatausahaan keuangan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan paling sedikit


memuat:
a. Pendapatan/biaya;
b. Penerimaan/pengeluaran;
c. Utang/piutang/
d. Persediaan, aset tetap dan investasi; dan
e. Ekuitas dana
Pasal 185

(1) Penatausahaan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagimana dimaksud


dalam pasal 184 berdasarkan atas prinsip pengelolaan keuangan bisnis yang
sehat.

(2) Penatausahaan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagimana dimaksud pada
ayat (1), dilakukan secara tertib, efektif, efesien, transparan, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pasal 186

(1) Direktur menetapkan kebijakan penatausahaan keuangan RSUD H. Bachtiar Djafar


Kota Medan.

(2) Penetapan kebijakan penatausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


disampaikan kepada BPKD
BAB XXI
AKUNTANSI, PELAPORAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN

Bagian Kesatu
Akuntansi

Pasal 187

(1) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan menerapkan sistem informasi manajemen
keuangan sesuai dengan kebutuhan praktek bisnis yang sehat.

(2) Setiap transaksi keuangan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dicatat dalam
dokumen pendukung yang dikelola secara tertib.
Pasal 188

(1) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan menyelenggarakan akuntasi dan laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh
asosiasi profesi akuntansi indonesia untuk manajemen bisnis yang sehat.

(2) Penyelenggaraan akuntansi dan laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), menggunakan basis akrual dalam pengakuan pendapatan, biaya, aset,
kewajiban dan ekuitas dana.

(3) Dalam hal tidak terdapat standar akuntasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dapat menerapkan standar akuntansi industri
yang spesifik.

(4) RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan mengembangkan dan menerapkan sistem
akuntansi dengan berpedoman pada standar akuntansi yang berlaku untuk RSUD
H. Bachtiar Djafar Kota Medan dan ditetapkan dengan peraturan wali kota.

Pasal 189
(1) Dalam rangka penyelenggaraan akuntansi dan pelaporan keuangan berbasis akrual
sebagaimana dimaksud dalam pasal 188 ayat (2), direktur menyusun kebijakan
akuntansi yang berpedoman pada standar akuntansi sesuai jenis layanannya.

(2) Kebijakan akuntansi RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), digunakan sebagai dasar pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, dan biaya.

Bagian Kedua
Pelaporan Dan Pertanggungjawaban

Pasal 190

(1) Laporan keuangan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan terdiri atas:
a. Neraca yang menggambarkan posisi keuangan, mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas dana pada tanggal tertentu;
b. Laporan operasional yang berisi informasi jumlah pendapatan dan biaya RSUD
H. Bachtiar Djafar Kota Medan selama satu periode;
c. Laporan arus kas yang menyajikan informasi kas berkaitan dengan aktivitas
operasional, investasi, dan aktifitas pendanaan dan/atau pembiayaan yang
menggambarkan saldo awal, penerima, dan pengeluaran saldo akhir kas selama
periode tertentu dan
d. Catatan atas laporan keuangan yang berisi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam laporan keuangan.

(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disertai dengan laporan
kinerja yang berisikan informasi pencapaian hasil/keluaran RSUD H. Bachtiar Djafar
Kota Medan.

(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diaudit oleh pemeriksa
eksternal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 191

(1) Setiap triwulan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan menyusun dan
menyampaikan laporan operasional dan laporan arus kas kepada BPKD paling
lambat 15 (lima belas) hari setelah periode pelaporan berakhir. Setiap semesteran
dan tahunan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan wajib menyusun dan
menyampaikan laporan keuangan lengkap yang terdiri atas laporan operasio
neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan disertai laporan
kinerja kepada BPKD untuk dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan
pemerintah daerah, paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode pelaporan berakhir.

Pasal 192

Penyusunan laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 191 ayat (2),
untuk kepentingan konsolidasi, dilakukan berdasarkan atas standar akuntansi
pemerintah.

BAB XXII
REMUNERASI

Pasal 193

(1) Pejabat pengelola Keuangan Rumah sakit, dewan pengawas, sekretaris dewan
pengawas, dan pegawai dapat diberikan remunerasi sesuai dengan tingkat
tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan.

(2) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1), merupakan imbalan kerja yang
dapat berupa gaji, tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus atas prestasi,
pesangon, dan/atau pensiun.

(3) Remunerasi bagi dewan pengawas dan sekretaris dewan pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam bentuk honorarium.

(4) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1), untuk SKPD ditetapkan oleh
Walikota berdasarkan atas usulan yang disampaikan oleh pimpinan SKPD melalui
sekretaris daerah.

(5) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk Unit Kerja ditetapkan oleh
Walikota berdasarkan atas usulan pimpinan Unit Kerja melalui kepala SKPD.
Pasal 194

(1) Penetapan remunerasi pimpinan SKPD, mempertimbangkan faktor-faktor yang


Berdasarkan atas:
a. ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola RSUD H. Bachtiar Djafar, tingkat
pelayanan serta produktivitas;
b. pertimbangan persamaannya dengan industri pelayanan sejenis;
c. kemampuan pendapatan RSUD H. Bachtiar Djafar bersangkutan; dan

BAB XXIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 198

(1) Pembinaan teknis RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dilakukan oleh walikota
melalui Sekretaris Daerah.

(2) Pembinaan keuangan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dilakukan oleh BPKD

Pasal 199

(1) Pengawasan operasional RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dilakukan oleh
pengawas internal.

(2) Pengawas internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh SPI
yang berkedudukan langsung dibawah direktur.

Pasal 200

Pengawas internal sebagaimana dimaksud dalam pasal 199 ayat (2), dapat dibentuk
dengan mempertimbangan:
a. Keseimbangan antara manfaat dan beban
b. Kompleksitas manajemen; dan
c. Volume dan/atau jangkauan pelayanan

Pasal 201

(1) Pengawas internal sebagiamana dimaksud dalam pasal 199 ayat (2), bersama
sama jajaran manajemen RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan menciptakan dan
meningkatkan pengendalian internal RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

(2) Fungsi pengendalian internal RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), membantu manajemen RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan dalam hal;
a. Pengamanan harta kekayaan
b. Menciptakan akurasi sistem informasi keuangan
c. Menciptakan efisiensi dan produktivitas; dan
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam penerapan praktek bisnis
yang sehat.

(3) Kriteria yang dapat diusulkan menjadi Pengawas Internal, antara lain:
a. mempunyai etika, integritas dan kapabilitas yang memadai;
b. memiliki pendidikan dan/atau pengalaman teknis sebagai pemeriksa; dan
c. mempunyai sikap independen dan objektif terhadap objek yang diaudit.

Pasal 202

Pembinaan dan pengawasan terhadap RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan yang
memiliki nilai omset tahunan dan nilai aset menurut neraca yang memenuhi syarat
minimal, selain dilakukan oleh pejabat pembina dan pengawas dilakukan juga oleh
Dewan Pengawas.

BAB XXIV
EVALUASI DAN PENILAIAN KERJA

Pasal 203

(1) Evaluasi dan Penilaian Kinerja RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dilakukan
setiap tahun oleh Walikota dan/atau Dewan Pengawas terhadap aspek keuangan
dan non keuangan.

(2) Evaluasi dan Penilaian Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertujuan
untuk mengukur tingkat pencapain hasil pengelolaan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota
Medan sebagaimana ditetapkan dalam Renstra Bisnis Anggaran dan RBA RSUD
H. Bachtiar Djafar Kota Medan.

Pasal 204

Evaluasi dan penilaian kinerja dari aspek keuangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 203 ayat (1), dapat diukur berdasarkan atas tingkat kemampuan RSUD H.
Bachtiar Djafar Kota Medan dalam:
a. memperoieh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang diberikan;
b. memenuhi kewajiban jangka pendeknya;
c. memenuhi seluruh kewajibannya; dan
d. keinampuan penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai pengeluaran.

Pasal 205

Penilaian kinerja dari aspek non keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 203
ayat (1), dapat diukur berdasarkan atas perspektif pelanggan, proses internal
pelayanan, pembelajaran, dan pertumbuhan.

BAB XXV
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 206

(1) Dalam hal warga RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan dituntut berkaitan dengan
hukum pidana, maka itu berdasarkan atas tuntutannya.

(2) Apabila tuntutan yang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan dengan institusi,
maka RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan bertanggung jawab selama kesalahan
yang dilakukan masih mengikuti aturan/SOP .
(3) Apabila tuntutan yang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan dengan individu,
maka RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan tidak bertanggung jawab selama
kesalahan yang dilakukan tidak mengikuti aturan/SOP yang diberlakukan.

(4) Struktur, nama, jumlah, dan fungsi satuan organisasi fungsional lain yang tidak
tercantum di dalam Hospital Bylauws ini ditetapkan dengan Keputusan Direktur
RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(5) Perubahan terhadap struktur, nama, jumlah, dan fungsi satuan organisasi
fungsional di lingkungan RSUD H. Bachtiar Djafar Kota Medan ditetapkan Wali Kota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Perubahan terhadap Peraturan Internal Staf Medis dapat dilakukan sesuai dengan
kebutuhan.

(7) Perubahan dapat dilakukan, apabila ada permohonan secara tertulis dari salah satu
Pihak yang terkait dengan Peraturan Internal Staf Medis, yaitu Dewan Pengawas,
Direktur, dan Komite Medis.

(8) Usulan untuk merubah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hanya dapat
dilaksanakan apabila ada pemberitahuan tertulis dari salah satu pihak kepada pihak
lainnya, yang disampaikan paling lambat 3 (tiga) minggu sebelumnya.

Pasal 207

(1) Dewan Pengawas berhak merubah melalui rapat khusus yang diselenggarakan
untuk itu dan diajukan dan ditetapkan Pemerintah Daerah.

(2) Usulan untuk merubah Hospital Bylaws ini hanya dapat dilaksanakan bila
pemberitahuan tertulis untuk maksud tersebut telah disampaikan kepada setiap
anggota Dewan Pengawas paling lambat tiga puluh hari kalender sebelumnya.

(3) Perjanjian kerja sama ini dapat ditinjau/diperbaharui setiap saat sesuai
dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.
BAB XXVI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 208

Semua peraturan wali kota yang ditetapkan sebelum berlakunya peraturan wali kota ini,
dinyatakan tetap berlakusepanjang tidak bertentangan dengan peraturan wali kota ini.

Pasal 209

Peraturan wali kota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan walikota ini dengan
penempatannya dalam berita daerah kota medan.

Ditetapkan di Medan
Pada tanggal September 2022
WALI KOTA MEDAN

Ttd
MUHAMMAD BOBBY AFIF NASUTION, S.E, M.M

Diundangkan di Medan
pada tanggal … . . S e p t e m b e r 2 0 2 2
SEKRETARIS DAERAH
KOTA MEDAN

ttd

IR. WIRIYA ALRAHMAN, M.M

LEMBARAN DAERAH KOTA MEDAN

Anda mungkin juga menyukai