Anda di halaman 1dari 138

PEDOMAN PELAYANAN

UNIT REKAM MEDIS


RS WATES HUSADA
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................i
Daftar isi...........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................1
1.1. Latar Belakang Rekam Medis.............................................................1
1.2. Ruang Lingkup...................................................................................8
1.3. Falsafah Rekam Medis.......................................................................8
1.4. Pengertian Rekam Medis....................................................................8
1.5. Tujuan Rekam Medis..........................................................................9
1.6. Kegunaan Rekam Medis.....................................................................10
1.7. Batasan Operasional............................................................................12
1.7.1. Managemen Rekam medis..................................................................12
1.7.2. Rekam Medis......................................................................................12
1.7.3. Admission...........................................................................................13
1.7.4. Registrasi.............................................................................................13
1.7.5. Tracer..................................................................................................13
1.7.6. ICD X..................................................................................................13
1.7.7. Kartu Berobat......................................................................................13
1.7.8. Landasan Hukum................................................................................13
1.7.9. Aspek Persyaratan Hukum..................................................................16
1.8. Pemilikan Rekam Medis.....................................................................17
1.9. Kerahasiaan Rekam Medis.................................................................20
1.10. Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)..............................22
1.11. Pemberian Informasi kepada Orang/Badan Yang
Mendapat Kuasa..................................................................................26
1.12. Rekam Medis Di Pengadilan..............................................................31
BAB II. STANDAR KETENAGAAN.............................................................34
2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia............................................................34

ii
2.2. Distribusi Ketenagaan...............................................................................36
BAB III. STANDAR FASILITAS....................................................................39
3.1. Denah Ruang Instalasi Rekam Medis........................................................39
3.2. Standar Fasilitas Instalasi Rekam Medis...................................................41
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN...................................................44
4.1. Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan..........................................................45
4.2. Pelayanan Pendaftaran Rawat Inap...........................................................48
4.3. Sistem Identifikasi Dan Penomoran..........................................................52
4.4. Simbol dan Tanda Khusus.........................................................................55
4.5. Penyelesaian Dan Pengembalian Rekam Medis........................................56
4.6. Penghapusan Rekam Medis.......................................................................61
4.7. Perekam Kegiatan Pelayanan Medis.........................................................64
BAB V. LOGISTIK..........................................................................................94
BAB VI. KESELAMATAN PASIEN..............................................................98
BAB VII. KESELAMATAN KERJA...............................................................103
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU.............................................................106
6.1. Definisi Indikator.......................................................................................106
6.2. Indikator Dan Standar Pelayanan..............................................................108
6.3. Uraian Standar Pelayanan Minimal...........................................................108
BAB IX. PENUTUP.........................................................................................113

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Rekam Medis.

1.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup Instalasi Rekam Medis RS Royal Progress meliputi managemen
rekam medis dan admission & registrasi.

1.3 Falsafah Rekam Medis.


Rekam medis merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan
diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya kepada pasien, hal ini
merupakan cerminan kerjasama lebih dari satu orang tenaga kesehatan untuk
menyembuhkan pasien. Bukti tertulis pelayanan yang dilakukan setelah
pemeriksaan tindakan, pengobatan sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Proses pelayanan diawali dengan identifikasi pasien baik jati diri,
maupun perjalanan penyakit, pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medis
lainnya yang akan dijadikan dasar di dalam menentukan tindakan lebih lanjut
dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya yang diberikan kepada
seorang pasien yang datang ke rumah sakit.. Jadi falsafah Rekam Medis
mencantumkan nilai Administrasi, Legal, Finansial, Riset, Edukasi, Dokumen,
Akurat, Informatif dan dapat dipertanggungjawabkan (ALFRED AIR).

1.4 Pengertian Rekam Medis


Membahas pengertian rekam medis terlebih dahulu akan dikemukakan
arti dari rekam medis itu sendiri. Rekam medis disini diartikan sebagai
“keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnese,
penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik
yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat
jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat”. Kalau diartikan
secara dangkal, rekam medis seakan-akan hanya merupakan catatan dan
dokumen tentang keadaan pasien, namun kalau dikaji lebih dalam rekam medis
mempunyai makna yang lebih luas dari pada hanya sekedar catatan biasa, karena

4
di dalam catatan tersebut sudah tercermin segala informasi menyangkut seorang
pasien yang akan dijadikan dasar di dalam menentukan tindakan lebih lanjut
dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya yang diberikan kepada
seorang pasien yang datang ke rumah sakit dalam hal ini ke datang ke rumah
sakit.
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya
sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai satu
sistem penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri
hanya merupakan salah satu kegiatan daripada penyelenggaraan rekam medis.
Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang dimulai
pada saat diterimanya pasien di rumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan data
medik pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medik di rumah sakit
dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi
penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat
penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman oleh pasien atau untuk
keperluan lainnya.

1.5 Tujuan Rekam Medis


Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di RS.
BAPTIS BATU. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis
yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi di RS. Baptis Batu akan
berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi
merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya pelayanan
kesehatan di rumah sakit.

1.6 Kegunaan Rekam Medis.


Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain:
- Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai
tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
- Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut

5
dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang
harus diberikan kepada seorang pasien.
- Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan,
dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti
untuk menegakkan keadilan.
- Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat
dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di
rumah sakit. Tanpa adanya bukti catatan tindakan/pelayanan, maka
pembayaran pelayanan di rumah sakit tidak dapat dipertanggungjawabkan.
- Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai penelitian, karena isinya
mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
- Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan
pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat
digunakan sebagai bahan/referensi di bidang profesi si pemakai.
- Aspek Dokumentasi.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya
menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai
bahan pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.
Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut di atas, rekam medis
mempunyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut
antara pasien dengan pemberi pelayanan saja.
Kegunaan rekam medis secara umum adalah:
a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang
ikut ambil bagian di dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan
kepada pasien.

6
b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus
diberikan kepada seorang pasien.
c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan
penyakit, dan pengobatan selama pasienberkunjung/dirawat di RS .
d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.
e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun
dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
f. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan
penelitian dan pendidikan.
g. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik
pasien.
h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta sebagai
bahan pertanggung jawaban dan laporan.

1.7 Batasan Operasional.


1. Managemen Rekam Medis.
Adalah kegiatan penyelenggaraan rekam medis di RS. Baptis yang terdiri dari
koding, indeksing, assembling, penyimpanan rekam medis, pendistribusian rekam
medis dan pelaporan rekam medis.
2. Rekam Medis
Adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas,
anamnese, penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan
tindakan medik yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang
dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat
darurat”.
a. Admisssion
Adalah tempat penerimaan / pendaftaran pasien rawat inap.
b. Registrasi
Adalah tempat penerimaan / pendaftaran pasien rawat jalan.
c. Tracer
Adalah pembatas rekam medis atau pengganti dari rekam medis yang
sedang di pinjam.

7
d. ICD X
Adalah kepanjangan dari International Classification of Disease Ten
Revision. ICD X digunakan untuk mengkode diagnosa penyakit
pasien rawat jalan maupun rawat inap.
e. Kartu Berobat
Adalah kartu yang diberikan kepada pasien dimana isi kartu tersebut
adaalah nomor rekam medis dan nama pasien. Kartu tersebut digunakan
untuk mempermudah pencarian kembali rekam medis pasien yang akan
berobat.
f. Landasan Hukum
Instalasi Rekam Medis di RS. Baptis Batu adalah merupakan bagian
yang harus terselenggara sesuai dengan :
1. UU 44 BAB VIII pasal 29 tahuh 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-undang Tenaga Kesehatan pasal 2 (Lembaran Negara Tahun
1963 No. 78).
3. Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966 tentang wajib simpan
rahasia kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.
5. Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga rekam medis.
6. Surat Keputusan Menkes RI No.034/BIRHUP/1972. Ada kejelasan
bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk menyelenggarakan rekam
medis dengan kegiatannya menunjang pelayanan medis yang diberikan
kepada pasien, meliputi membuat rekam medis berdasarkan ketentuan
yang telah ditetapkan, serta merawat statistik yang telah up to date.
Melalui peraturan- peraturan tentang rekam medis, diharapkan rumah
sakit dapat menyelenggarakan rekam medis berjalan sebagaimana yang
diharapkan.
7. SK Dir Jen Yan Medik tahun 1991, Nomor :
78/Yan.Med/RS.Um.Dik/YMU/I/91 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit.
8. Kebijakan Direktur Rumah Sakit Baptis Batu:
a. Setiap pasien RS. Baptis Batu memiliki satu nomor rekam medis.

8
b. Penyimpanan rekam medis pasien rawat jalan dan rawat inap
disimpan dalam satu tempat.
c. Setiap pasien yang pulang rawat inap dibuatkan Ringkasan
Perawatan Pasien (Resume).
d. Kegiatan pelayanan medis dilaksanakan dengan membuat sensus
harian.
e. Seluruh pelayanan dokumen rekam medis dilaksanakan oleh
petugas rekam medis.
f. Setiap pasien yang masuk ke RS. Baptis Batu dientry melalui
Admission.

9
i. Permintaan rekam medis hanya bisa diberikan untuk kepentingan pengobatan

pasien dan untuk kepentingan lain harus sesuai aturan dan peminjaman harus

mengisi buku register dan tanda tangan peminjam pada waktu pengembalian.

ii. Petugas Rawat Inap bertanggung jawab atas dokumen rekam medis pasien

rawat inap yang keluar perawatan dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam

sebelum diambil petugas Rekam Medis.

iii. Semua profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien

diwajibkan menulis seluruh pelayanan yang diberikan pada lembar rekam

medis yang sudah ditentukan, dilengkapi dengan tanda tangan/paraf dan

inisial nama.

iv. Penanggung jawab Dokumen Rekam Medis bertanggung jawab atas

pengembalian dan pendistribusian dokumen rekam medis.

v. Dokumen rekam medis yang telah dikembalikan ke Instalasi Rekam Medis

yang belum lengkap, wajib dilengkapi oleh profesi tenaga kesehatan yang

bersangkutan.

vi. Instalasi Rekam Medis bertanggung jawab atas laporan berkala yang telah

ditetapkan, baik untuk kepentingan eksternal maupun internal.

vii. Seluruh hasil pemeriksaan pelayanan penunjang wajib ditempelkan pada lembar

rekam medis yang telah ditetapkan.

viii. Instalasi Rekam Medis bertanggung jawab atas tersedianya informasi kegiatan

pelayanan dan indikator rumah sakit yang telah ditetapkan.

ix. Seluruh pelayanan rekam medis wajib berorientasi pada kepuasan dan kebutuhan

pelanggan.

10
x. Instalasi Rekam Medis RS. Baptis Batu menerima kegiatan magang

mahasiswa terkait.

xi. Bagi pasien yang memerlukan data rekam medis, dapat diberikan resume atau

ringkasan perawatan pasien, hasil pemeriksaan dan riwayat pelayanan yang telah

diberikan.

ii. Aspek Persyaratan Hukum.


Rekam medis harus memenuhi obyek persyaratan hukum (Peraturan

Menteri Kesehatan 269/Menkes/Per/III/2008) yaitu :

1. Rekam medis tidak ditulis dengan pensil.

2. Tidak ada penghapusan.

3. Coretan, ralatan sesuai dengan prosedur, tanggal dan tanda tangan.

4. Tulisan jelas, terbaca.

5. Ada tanda tangan dan nama petugas.

6. Ada tanggal dan waktu pemeriksaan tindakan.

7. Ada lembar persetujuan tindakan.

Dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

269/Menkes/Per/III/2008, tentang Rekam Medis serta keputusan Ditjen Yan

Med Nomor 78/Yan Med/RS UMDIK/YMU/1/91 maka tenaga yang berhak

mengisi rekam medis di RS. Baptis Batu adalah:

1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter spesialis

yang melayani pasien di RS. Baptis Batu.

2. Dokter tamu yang merawat pasien di RS. Baptis Batu.

3. Tenaga para medis perawatan dan non perawatan yang terlibat

langsung dalam pelayanan antara lain ; Perawat, Perawat Gigi,

11
Bidan, Tenaga

12
Laboratorium Klinik, Gizi, Anastesi, Penata Rontgen, Rehabilitasi

Medis, Rekam Medis atau petugas Admission dan lain sebagainya.

4. Dalam hal dokter ke luar negeri maka yang melakukan

tindakan/konsultasi kepada pasien yang mengisi rekam medis

adalah dokter yang ditunjuk oleh Direktur RS. Baptis Batu.

1.8 Pemilikan Rekam Medis.


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan 269/Menkes/Per/III/2008 bahwa

kepemilikan dan pemanfaatan Rekam Medis di jelaskan bahwa :

- Dokumen Rekam Medis adalah milik Rumah Sakit, artinya

Direktur Rumah Sakit bertanggung jawab atas: Hilangnya,

rusaknya atau pemalsuan Rekam Medis, penggunaan oleh

badan/orang yang tidak berhak.

- Isi Rekam Medis adalah milik Pasien yang wajib di jaga

kerahasiaanya dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

o Hanya petugas Rekam Medis yang diizinkan masuk ruang

penyimpanan Dokumen Rekam medis.

o Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi Rekam Medis

untuk badan-badan perorangan, kecuali yang telah ditetapkan

oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

o Selama penderita dirawat, Dokumen Rekam Medis menjadi

tanggung jawab perawat ruangan dan menjaga kerahasiaanya.

- Pemanfaatan di pakai sebagai :

- Sumber informasi medis dari pasien yang berobat yang berguna

untuk keperluan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan pasien.

13
- Alat komonikasi antara dokter dengan dokter lainnya atau dengan

paramedis dalam usaha memberikan pelayanan kesehatan pasien.

- Bukti tertulis tentang pelayanan kesehatan dan lainnya yang telah

diberikan pada pasien.

- Alat analisa dan evalusi terhadap kualitas pelayanan yang di

berikan oleh Rumah Sakit.

- Alat untuk melindungi kepentingan hukum bagi pasien, dokter

dan tenaga kesehatan lainya.

- Penelitian dan pendidikan.

- Perencanaan dan pemanfatan sumber daya.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian bagi para petugas

pelayanan kesehatan yang terlibat pada pelayanan kesehatan kepada pasien :

a. Tidak diperkenankan untuk membawa berkas rekam medis keluar dari

instansi pelayanan kesehatan, kecuali atas izin pimpinan dan dengan

sepengetahuan kepala Instalasi Rekam Medis, yang peraturannya

digariskan oleh Pimpinan RS. Baptis Batu.

b. Petugas Rekam Medis antara lain bertanggung jawab penuh terhadap

kelengkapan dan penyediaan berkas yang sewaktu-waktu dapat

dibutuhkan oleh pasien..

c. Petugas ini harus betul-betul menjaga agar berkas tersebut tersimpan

dan tertata dengan baik dan terlindung dari kemungkinan pencurian

berkas atau pembocoran isi berkas rekam medis.

d. Itulah sebabnya maka Petugas Rekam Medis harus menghayati

berbagai peraturan mengenai prosedur penyelesaian pengisian berkas

bagi para

14
aparat pelayanan kesehatan maupun tata cara pengolahan berkas secara

terperinci, yang kesemuanya dilakukan demi menjaga agar berkas

rekam medis dapat memberikan perlindungan hukum bagi rumah sakit,

petugas pelayanan kesehatan maupun pasien.

Dalam kaitan ini boleh ataupun tidaknya pasien mengerti akan isi

daripada rekam medis adalah amat tergantung pada kesanggupan pasien untuk

mendengar informasi mengenai penyakitnya yang dijelaskan oleh dokter yang

merawatnya.

Hal ini tidak berarti bahwa pasien diperkenankan untuk membawa

berkasnya pulang. Resume pasien yang dikeluarkan oleh dokter rumah sakit

serta diteruskan kepada dokter rujukan sudah dianggap memadai. Apabila

dokter rujukan menghendaki informasi mengenai penyakit pasien yang lebih

terperinci maka pihak rumah sakit diperkenankan untuk memfotocopy dan

melegalisir halaman-halaman yang difotocopy tersebut serta meneruskan

kepada dokter rujukan tersebut. Harus diingat bahwa Rumah Sakit wajib

memegang berkas asli, kecuali untuk resep obat pasien.

Dengan adanya minat pihak ketiga seperti badan-badan asuransi, polisi,

pengadilan dan lain sebagainya terhadap rekam medis seorang pasien maka

tampak bahwa rekam medis telah menjadi milik umum. Namun pengertian

umum disini bukanlah dalam arti bebas dibaca masyarakat, karena walaupun

bagaimana rekam medis hanya dapat dikeluarkan bagi berbagai

maksud/kepentingan berdasarkan otoritas pemerintah/badan yang berwenang

yang secara hukum dapat dipertanggungjawabkan. Bilamana peraturan secara

khusus belum ada maka perihal penyiaran atau penerusan informasi kepada

pasien, dokter, orang lain yang ditunjuk adalah bersifat administratif, pihak

15
Rumah Sakit akan memperhatikan

16
berbagai faktor yang terlibat sebelum menjawab permohonan pasien atau pihak

lainnya untuk melihat berkas rekam medis. Dalam hal ini Rumah Sakit

bertanggung jawab secara moral dan hukum sehingga karenanya berupaya

untuk menjaga agar jangan sampai terjadi orang yang tidak berwenang dapat

memperoleh informasi yang terdapat dalam rekam medis pasien. Pengamanan

harus dimulai sejak pasien masuk, selama pasien dirawat dan sesudah pasien

pulang.

1.9 Kerahasiaan Rekam Medis.


Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari rekam

medis sifatnya rahasia. Tetapi kalau dianalisa, konsep kerahasiaan ini, akan

ditemui banyak pengecualian. Yang menjadi masalah disini ialah ”Bagi siapa

rekam medis itu dirahasiakan dan dalam keadaan bagaimana rekam medis

dirahasiakan. Informasi di dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini

menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dan dokter yang wajib

dilindungi dari pembocoran sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan

perundangan yang berlaku.

Pada dasarnya informasi yang bersumber dari rekam medis ada dua

kategori :

1. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan.

2. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan.

Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan :

Yaitu laporan atau catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis

sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan

pasien. Informasi ini tidak boleh disebarluaskan kepada pihak-pihak yang

17
tidak

18
berwenang, karena menyangkut individu langsung si pasien. Walaupun begitu

perlu diketahui pula bahwa pemberitahuan keadaan sakit si pasien kepada

pasien maupun keluarganya oleh orang rumah sakit selain dokter yang

merawat sama sekali tidak diperkenankan. Pemberitahuan kepenyakitan

kepada pasien/keluarga menjadi tanggung jawab dokter dan pasien, pihak lain

tidak memiliki hak sama sekali.

Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan :

Jenis informasi yang dimaksud disini adalah perihal identitas (nama,

alamat, dan lain-lain) serta infomasi lain yang tidak mengandung nilai medis.

Informasi jenis ini terdapat dalam lembaran paling depan berkas rekam medis

rawat jalan maupun rawat nginap (Ringkasan Riwayat Klinik ataupun

Ringkasan Masuk dan Keluar). Namun sekali lagi perlu diingat bahwa karena

diagnosa akhir pasien mengandung nilai medis maka lembaran tersebut tetap

tidak boleh disiarkan kepada pihak-pihak yang tidak berwenang. Walaupun

begitu petugas tenaga bantuan, perawat, petugas perekam medis maupun

petugas Rumah Sakit lainnya harus berhati-hati bahwa ada kalanya identitas

pasienpun dianggap perlu disembunyikan dari pemberitaan, misalnya apabila

pasien tersebut adalah orang terpandang di masyarakat ataupun apabila pasien

adalah seorang tanggungan polisi (buronan). Hal ini semata-mata dilakukakan

demi ketenangan si pasien dan demi tertibnya keamanan Rumah Sakit dari

pihak-pihak yang mungkin bnermaksud mengganggu. Oleh kaena itu

dimanapun petugas itu berdinas tetap harus memiliki kewaspadaan yang tinggi

agar terhindar dari kemungkinan tuntutan ke pengadilan.

19
Sumber hukum yang bisa dijadikan acuan di dalam masalah kerahasiaan

suatu sumber informasi yang menyangkut rekam medis pasien dapat dilihat

pada Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1966 yaitu mengenai “Wajib

Simpan Rahasia Kedokteran”. Dengan adanya Peraturan Pemerintah itu maka

siapapun yang bekerja di rumah sakit, khususnya bagi mereka yang

berhubungan dengan data rekam medis wajib memperhatikan ketentuan

tersebut.

Pasal 1 :

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang

diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau

selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.

Pasal 3:

Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1


ialah:

a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang Tenaga Kesehatan

(Lembaran Negara Th. 1963 No. 78)

b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan

pemeriksaan, pengobatan dan / atau perawatan & orang lain yang

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

1.10 Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent).


Sesuai dengan PERMENKES No:290/MEN.KES/PER/III/2008

tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.

Persetujuan Tindakan Medik/Informed Consent adalah :

Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar

penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien

20
tersebut. Tindakan medik adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap

pasien

21
berupa diagnostik atau terapeutik. Semua tindakan medis yang akan dilakukan

terhadap pasien harus mendapat persetujuan. Persetujuan dapat diberikan

secara tertulis maupun lisan.

Setiap pasien yang mendapat pelayanan di rumah sakit mempunyai hak

untuk memperoleh atau menolak pengobatan. Bila pasien dalam perwalian

maka walilah yang mengatasnamakan keputusan hak tersebut pada pasien.

Di RS. Baptis Batu hal mengenai keputusan pasien (atau wali) dapat

dikemukakan dengan 2 cara, yang lazim dikenal dengan persetujuan meliputi :

- Persetujuan langsung.

Berarti pasien / wali segera menyetujui usulan pengobatan yang

ditawarkan pihak rumah sakit. Persetujuan dapat dalam bentuk lisan

atau tulisan.

- Persetujuan secara tak langsung.

Tindakan pengobatan dilakukan dalam keadaan darurat atau

ketidakmampuan mengingat ancaman terhadap nyawa pasien.

Selain kedua jenis persetujuan di atas terdapat pula suatu jenis

persetujuan khusus dalam hal mana pasien / wali wajib mencantumkan

pernyataan bahwa kepadanya telah dijelaskan suatu informasi terhadap apa

yang akan dilakukan oleh tim medis, resiko dan akibat yang akan terjadi

bilamana suatu tindakan diambil. Persetujuan ini dikenal dengan istilah

informed consent, hanya diperlukan bilamana pasien akan dioperasi atau akan

menjalani prosedur pembedahan tertentu. Pemberian persetujuan atau

penolakan terhadap perlakuan yang akan diambil tersebut menjadi bukti yang

syah bagi rumah sakit, pasien, dan dokter.

22
Demi menjaga kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul-timbul

maka pihak Rumah Sakit melakukan dua kali pengambilan persetujuan

(apabila ternyata kemudian ada tindakan khusus) yaitu:

a. Disaat pasien akan dirawat : Penandatanganan dilakukan setelah

pasien mendapat penjelasan dari petugas penerima pasien di tempat

pendaftaran. Penandatanganan persetujuan disini adalah untuk

pemberi persetujuan dalam pelaksanaan prosedur diagnostik,

pelayanan rutin rumah sakit dan pengobatan medis umum.

b. Persetujuan khusus (Informed Consent) : sebelum dilakukannya

suatu tindakan medis di luar prosedur a. di atas misalnya

pembedahan.

Ini sesuai PERMENKES No:575/Men.Kes/Per/IX/1989 pada pasal 3

bahwa setiap tindakan medik yang mengandung resiko tinggi harus dengan

persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan

persetujuan.

Dan pada pasal 4 disebutkan informasi tentang tindakan medik harus

diberikan kepada pasien, baik diminta maupun tidak diminta.

Dokter yang menangani pasien harus menjelaskan hal-hal yang akan

dilakukannya secara jelas. Dalam hal ini, dokter jangan sekali-kali memberi

garansi kesembuhan pada pasien, tetapi didiskusikan dan dijelaskan

keuntungan yang diharapkan sehingga pasien dapat berpikir dan menetapkan

keputusannya. Dokter dapat meminta persetujuan kepada suami/isteri pasien ,

apabila pasien karena mempengaruhi fungsi seksual atau reproduksi pasien

atau tindakan yang dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.

Keputusan ini diambil sebagai upaya hubungan kemanusiaan dan tidak mutlak

23
untuk mengobati pasien .

24
Dalam masalah persetujuan ini rumah sakit sering menghadapi

permasalahan seperti untuk kasus otopsi dan adopsi. Pada dasarnya otorisasi

untuk otopsi, adopsi adalah sama seperti untuk operasi/pembedahan. Dalam

hal ini rumah sakit harus betul-betul terjamin keselamatannya melalui bukti-

bukti tanda tangan dari orang-orang yang berhak.

Berkas dari pasien yang akan diotopsi harus memiliki lembaran perintah

otopsi.

Perintah pelaksanaan otopsi dapat ditinjau dalam dua kejadian:

a. Otopsi atas permintaan keluarga pasien, dimana didalamnya terdapat

tanda tangan keluarga pasien

b. Otopsi atas permintaan polisi untuk pembuktian

Adanya permintaan akan jenasah pasien, bagian tubuh tertentu, kremasi

ataupun pernyataan bahwa jenasah tidak diambil keluarga dan lain sebagainya

harus senantiasa dikuatkan oleh tanda tangan dari berbagai pihak termasuk

didalamnya saksi I, II sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dalam kaitan ini

selain instansi kamar jenasah maka dalam berkas rekam medispun juga harus

memiliki dasar penguat dalam bentuk formulir persetujuan yang telah di tanda

tangani oleh pihak pihak yang bersangkutan tersebut. Dalam hal kasus adopsi

pihak-pihak yang bersangkutan harus benar-benar bertanggung jawab untuk

segera menandatangani formulary atau keterangan adopsi. Pihak rumah sakit

harus melibatkan unsur saksi sebagai penguat disamping adanya pernyataan

resmi secara tertulis dari pihak yang menerima. Dalam hal mana seorang anak

tidak diambil oleh keluarganya maka pihak rumah sakit dapat meneruskannya

kepada yayasan atau badan resmi yang berwenang dan dianggap sah oleh

negara. Segala

25
korespondensi yang terjadi dalam hal adopsi harus amat dijaga kerahasiaannya.

Pihak Instalasi Rekam Medis harus dapat menjamin bahwa berkasnya telah

lengkap. Bilamana dirasakan perlu untuk menyendirikan laporan adopsi dari

berkas pencatatan pasien maka Kepala Instalasi Rekam Medis dapat

mengambil kebijaksanaan tersebut dan memberi kode tertentu dalam berkas

rekam medis pasien tersebut. Selanjutnya surat adopsi tersebut disimpan dalam

tempat khusus yang terkunci dan aman.

1.11 Pemberian Informasi Kepada Orang/Badan Yang Mendapat


Kuasa.
Berbicara tentang pemberian informasi, kadang-kadang

membingungkan bagi seorang petugas rekam medis, karena harus

mempertimbangkan setiap situasi bagi pengungkapan suatu informasi dari

rekam medis. Permintaan terhadap informasi ini banyak datang dari pihak

ketiga yang akan membayar biaya, seperti : asuransi, perusahaan yang

pegawainya mendapatkan perawatan di rumah sakit, dan lain-lain.

Disamping itu pasien dan keluarganya, dokter dan staf medis, dokter dan

rumah sakit lain yang turut merawat seorang pasien, lembaga pemerintahan

dan badan-badan lain juga sering meminta informasi tersebut. Meskipun

kerahasiaan menjadi faktor terpenting dalam pengelolaan rekam medis, akan

tetapi harus diingat bahwa hal tersebut bukanlah faktor satu-satunya yang

menjadi dasar kebijaksanaan dalam pemberian informasi. Hal yang sama

pentingnya adalah dapat selalu menjaga/memelihara hubungan baik dengan

masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya ketentuan-ketentuan yang wajar dan

senantiasa dijaga bahwa hal tersebut tidak merangsang pihak peminta

informasi untuk mengajukan tuntutan lebih jauh kepada rumah sakit.

26
Seorang pasien dapat memberikan persetujuan untuk memeriksa isi

rekam medisnya dengan memberi surat kuasa. Orang-orang yang membawa

surat kuasa ini harus menunjukkan tanda pengenal (identitas) yang syah

kepada pimpinan rumah sakit, sebelum mereka diijinkan meneliti isi rekam

medis yang diminta. Badan-badan pemerintah seringkali meminta informasi

rahasia tentang seorang pasien. Apabila tidak ada undang-undang yang

menetapkan hak satu badan pemerintah untuk menerima informasi tentang

pasien, mereka hanya dapat memperoleh informasi atas persetujuan dari pasien

yang bersangkutan sebagaimana yang berlaku bagi badan-badan swasta. Jadi

patokan yang perlu dan harus senantiasa diingat oleh petugas rekam medis

adalah : “Surat persetujuan untuk memberikan informasi yang ditandatangani

oleh seorang pasien atau pihak yang bertanggungjawab, selalu diperlukan,

untuk setiap pemberian informasi dari rekam medis, terutama dalam keadaan

belum adanya peraturan perundangan yang mengatur hak tersebut.” Pada saat

ini makin banyak usaha-usaha yang bergerak di bidang asuransi, diantaranya

ada asuransi sakit, kecelakaan, pengobatan asuransi tenaga kerja dan lain-lain.

Untuk dapat membayar klaim asuransi dari pemegang polisnya perusahaan

asuransi terlebih dahulu memperoleh informasi tertentu yang terdapat dalam

rekam medis seorang pasien selama mendapat pertolongan perawatan di rumah

sakit. Informasi ini hanya dapat diberikan apabila ada surat kuasa/persetujuan

tertulis yang ditandatangani oleh pasien yang bersangkutan. Dengan

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan jasa asuransi

sehingga makin banyak jumlah pemegang polis, rumah sakit harus mampu

mengadakan satu formulir standard yang memberikan perlindungan

maksimum kepada pasien dan mempercepat waktu pengisiannya oleh

27
petugas

28
rumah sakit. Untuk melengkapi persyaratan bahwa surat kuasa/persetujuan

harus ditandatangani oleh yang bersangkutan, Rumah Sakit menyediakan

formulir surat kuasa, dengan demikian tanda tangan dapat diperoleh pada saat

pasien tersebut masuk dirawat.

Pimpinan rumah sakit dengan Instalasi Rekam Medis dan Komite

Rekam Medis, menetapkan suatu peraturan yang mengatur pemberian

informasi yang berasal dari rekam medis itu. Peraturan-peraturan tersebut

disebarluaskan ke dalam lingkungan kerja rumah sakit maupun perorangan

atau organisasi- organisasi yang sering berhubungan dengan nstalasi Rekam

Medis untuk meminta informasi yang berkaitan dengan rekam medis.

Ketentuan-ketentuan berikut secara umum dapat dijadikan pedoman

kecuali jika ada ketentuan-ketentuan khusus yang ditetapkan oleh peraturan

perundangan yang berlaku.

Ketentuan-ketentuan yang dimaksud ialah :

1. Setiap informasi yang bersifat medis yang dimiliki Rumah Sakit

tidak boleh disebarkan oleh pegawai Rumah Sakit, kecuali bila

pimpinan Rumah Sakit mengijinkan.

2. Rumah Sakit tidak boleh dengan sekehendaknya menggunakan

rekam medis dengan cara yang dapat membahayakan kepentingan

pasien, kecuali jika rumah sakit sendiri akan menggunakan rekam

medis tersebut bila perlu untuk melindungi dirinya atau

mewakilinya.

3. Para asisten dan dokter yang bertanggungjawab boleh dengan bebas

berkonsultasi dengan Instalasi Rekam Medis dengan catatan yang

ada hubungan dengan pekerjaannya. Andaikata ada keragu-raguan

29
dipihak

30
staf rekam medis, maka persetujuan masuk ketempat rekam medis

itu boleh ditolak dan persoalannya hendaknya diserahkan kepada

keputusan pimpinan rumah sakit. Bagaimanapun salinan rekam

medis tidak boleh dibuat tanpa persetujuan khusus dari kepala

Instalasi Rekam Medis, yang akan bermusyawarah dengan

pimpinan rumah sakit jika ada keragu-raguan. Tidak seorangpun

boleh memberikan informasi lisan atau tertulis dari pihak pimpinan

rumah sakit (perkecualian : mengadakan diskusi mengenai kemajuan

dari pada kasus dengan keluarga atau wali pasien yang mempunyai

kepentingan yang syah).

4. Dokter tidak boleh memberikan persetujuan kepada perusahaan

asuransi atau badan lain untuk memperoleh rekam medis.

5. Badan-badan sosial boleh mengetahui isi data sosial dari rekam

medis apabila mempunyai alasan-alasan yang syah untuk

memperoleh informasi, namun untuk data medisnya tetap diperlukan

surat persetujuan dari pasien yang bersangkutan.

6. Permohonan pasien untuk memperoleh informasi mengenai catatan

dirinya diserahkan kepada dokter yang bertugas merawatnya.

7. Permohonan secara lisan, permintaan informasi sebaiknya ditolak,

karena cara permintaan harus tertulis.

8. Informasi rekam medis hanya dikeluarkan dengan surat kuasa yang

ditandatangani dan diberi tanggal oleh pasien (walinya jika pasien

tersebut secara mental tidak kompeten) atau keluarga terdekat

kecuali jika ada ketentuan lain dalam peraturan. Surat kuasa

hendaklah juga

31
ditandatangani dan diberi tanggal oleh orang yang mengeluarkan

rekam medis dan disimpan di dalam berkas rekam medis tersebut.

9. Informasi di dalam rekam medis boleh diperlihatkan kepada

perwalian rumah sakit yang syah untuk melindungi kepentingan

rumah sakit dalam hal-hal yang bersangkutan dengan

pertanggungjawaban.

10. Informasi boleh diberikan kepada rumah sakit, tanpa surat kuasa

yang ditandatangani oleh pasien berdasarkan permintaan dari

rumah sakit yang menerangkan bahwa si pasien sekarang dalam

perawatan mereka.

11. Dokter-dokter dari luar rumah sakit yang mencari keterangan

mengenai pasien di rumah sakit, harus memiliki surat kuasa dari

pasien tersebut. Tidak boleh seorang beranggapan bahwa karena

pemohon seorang dokter ia seolah-olah lebih berhak untuk

memperoleh informasi dari pemohon yang bukan dokter. Rumah

sakit dalam hal ini akan berusaha memberikan segala pelayanan

yang pantas kepada dokter luar, tetapi selalu berusaha lebih

memperhatikan kepentingan pasien dan rumah sakit.

12. Ketentuan ini tidak saja berlaku bagi Instalasi Rekam Medis, tetapi

juga berlaku bagi semua orang yang menangani rekam medis di

Bagian Perawatan, bangsal-bangsal dan lain-lain.

13. Rekam medis yang asli tidak boleh dibawa keluar rumah sakit ,

kecuali bila atas perintah pengadilan, dengan surat kuasa khusus

tertulis dari pimpinan rumah sakit .

14. Rekam medis tidak boleh diambil dari tempat penyimpanan untuk

32
dibawa kebagian lain dari rumah sakit , kecuali jika diperlukan

untuk

33
transaksi dalam kegiatan rumah sakit. Apabila mungkin rekam

medis ini hendaknya diperiksa dibagian setiap waktu dapat

dikeluarkan bagi mereka yang memerlukan.

15. Dengan persetujuan pimpinan Rumah Sakit, pemakaian rekam medis

untuk keperluan riset diperbolehkan. Mereka yang bukan dari staf

medis rumah sakit, apabila ingin melakukan riset harus memperoleh

persetujuan tertulis dari pimpinan rumah sakit.

16. Bila suatu rekam medis diminta untuk dibawa ke pengadilan segala

ikhtiar hendaklah dilakukan supaya pengadilan menerima salinan

fotocopy rekam medis yang dimaksud. Apabila hakim minta yang

asli, tanda terima harus diminta dan disimpan di folder sampai

rekam medis yang asli tersebut kembali.

17. Fakta bahwa seorang majikan telah membayar atau telah menyetujui

untuk membayar ongkos rumah sakit bagi seorang pegawainya,

tidak dapat dijadikan alasan bagi rumah sakit untuk memberikan

informasi medis pegawai tersebut kepada majikan tadi tanpa surat

kuasa/persetujuan tertulis dari pasien atau walinya yang syah.

Pengesahan untuk memberikan informasi hendaklah berisi indikasi

mengenai periode-periode perawatan tertentu. Surat kuasa/persetujuan itu

hanya berlaku untuk informasi medis yang termasuk dalam jangka

waktu/tanggal yang ditulis didalamnya.

1.12 Rekam Medis Di Pengadilan.


Penyuguhan informasi yang diambil dari rekam medis sebagai bukti

dalam suatu sidang pengadilan, atau didepan satu badan resmi lainnya,

34
senantiasa

35
merupakan proses yang wajar. Sesungguhnya bahwa rekam medis disimpan

dan dijaga baik-baik bukan semata-mata untuk keperluan medis dan

administratif, tetapi juga karena isinya sangat diperlukan oleh individu dan

organisasi yang secara hukum berhak mengetahuinya. Rekam medis ini adalah

catatan kronologis yang tidak disangsikan kebenarannya tentang pertolongan,

perawatan, pengobatan seorang pasien selama mendapatkan pelayanan di

rumah sakit. Rekam medis ini dibuat sebagai suatu prosedur rutin

penyelenggara kegiatan rumah sakit. Penyimpanan dan pemeliharaan

merupakan satu bagian dari keseluruhan kegiatan rumah sakit .

Sebagai satu dalil yang umum dapat dikatakan setiap informasi di dalam

rekam medis dapat dipakai sebagai bukti, karena rekam medis adalah dokumen

resmi dalam kegiatan rumah sakit. Jika pengadilan dapat diyakinkan bahwa

rekam medis itu tidak dapat disangkal kebenarannya dan dapat dipercayai,

maka keseluruhan atau sebagian dari informasi dapat dijadikan bukti yang

memenuhi persyaratan. Apabila salah satu pihak bersengketa dalam satu acara

pengadilan menghendaki pengungkapan isi rekam medis di dalam sidang, ia

meminta perintah dari pengadilan kepada rumah sakit yang menyimpan rekam

medis tersebut. Rumah sakit yang menerima perintah tersebut wajib mematuhi

dan melaksanakannya.

Apabila ada keragu-raguan tentang isi perintah tersebut dapat diminta

seorang sanksi untuk datang dan membawa rekam medis yang diminta atau

memberikan kesaksian di depan sidang.

Apabila diminta rekam medisnya saja pihak rumah sakit dapat membuat

fotocopy dari rekam medis yang diminta dan mengirimkan kepada bagian

Tata

36
Usaha pengadilan. Dalam suatu kasus mungkin sebagian dari rekam medis

atau mungkin seluruh informasi dari rekam medis dipergunakan. Hakim dan

pembela bertanggungjawab untuk mengatasi setiap perbedaan ketentuan

perundangan dalam hal pembuktian. Tanggung jawab seorang ahli rekam

medis adalah berperan sebagai saksi yang obyektif.

Pihak rumah sakit tidak memperkirakan setiap saat, rekam medis yang

mana yang akan diminta oleh pengadilan. Oleh karena itu, setiap rekam medis

kita anggap dapat sewaktu-waktu dilihat /diperlukan untuk keperluan

pemeriksaan oleh hakim di pengadilan. Konsekuensinya, terhadap semua

rekam medis pasien yang telah keluar dari rumah sakit harus dilakukan analisa

kuantitatif secara seksama. Setiap isian/tulisan di dalam rekam medis yang

dihapus, tanpa paraf, dan setiap isian yang tidak ditandatangani ataupun tidak

sesuai dengan ketentuan rumah sakit harus ditolak dan dikembalikkan kepada

pihak yang bersangkutan untuk diperbaiki/dilengkapi. Kedudukan kepala

Instalasi Rekam Medis memberikan tanggung jawab / kepercayaan khusus di

rumah sakit, dengan demikian harus senantiasa menjaga agar rekam medis

semuanya benar-benar lengkap. Materi yang bukan bersifat medis harus

ditinggal apabila rekam medis diminta untuk keperluan pengadilan, kecuali

jika diminta.

37
BAB II STANDAR KETENAGAAN

2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.


Dalam upaya mempersiapkan tenaga rekam medis yang handal, perlu
kiranya melakukan kegiatan menyediakan, mempertahankan sumber daya
manusia yang tepat bagi organisasi.
Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses

mengantisipasi dan menyiapkan perputaran orang ke dalam, di dalam dan ke

luar organisasi. Tujuannya adalah mendayagunakan sumber-sumber tersebut

seefektif mungkin sehingga pada waktu yang tepat dapat disediakan sejumlah

orang yang sesuai dengan persyaratan jabatan.

Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan

kemampuan oganisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi

pengembangan kontribusi.

Adapun kualifikasi sumber daya manusia di Instalasi Rekam Medis RS.

Baptis Batu.adalah sebagai berikut :

38
Tabel Kualifikasi SDM Bagian Rekam Medis RS. Baptis Batu

TENAGA
NAMA JABATAN KUALIFIKASI YANG
FORMAL & INFORMAL DIBUTUHK
AN

inimal DIII Rekam Medis.

enguasai ICD 10. enguasai

ICD 9 CM.
1.16.
enguasai pencatatan dan
pelaporan dengan
menggunakan program MS
Excell

Ka. Bagian Rekam Medis elatihan Pelaporan RS. 1

enguasai program SIRS VI


1.19.
enguasai grafik BARBER-
JOHNSON
1.20.
emiliki STR dari PORMIKI
1.21.
ehat Jasmani maupun
Rohani.
1.22.
emiliki pengalaman kerja
minimal 5 tahun di Rekam
Medis
1. Minimal DIII Rekam Medis.
2. Menguasai ICD 10.
3. Menguasai ICD 9 CM.
4. Menguasai pencatatan dan
pelaporan dengan
Penanggung jawab Sub menggunakan program MS
Unit Sensus Harian Excell 1
Rawat Inap 5. Pelatihan Pelaporan RS.
6. Memiliki STR dari PORMIKI
7. Sehat Jasmani maupun
Rohani.
8. Pengalaman kerja minimal 2
tahun di Rekam Medis

39
1. Minimal DIII Rekam Medis
2. Menguasai ICD 10.
3. Menguasai ICD 9 CM.
4. Menguasai pencatatan dan
pelaporan dengan
Penanggung jawab Sub menggunakan program MS
Unit Kodefikasi dan Excell 1
Indeksing Rawat Jalan 5. Pelatihan Pelaporan RS.
6. Memiliki STR dari PORMIKI
7. Sehat Jasmani maupun
Rohani.
8. Pengalaman kerja minimal 2
tahun di Rekam Medis

1. Minimal DIII Rekam Medis


2. Menguasai ICD 10.
3. Menguasai ICD 9 CM.
4. Menguasai pencatatan dan
Penanggung Jawab Sub pelaporan dengan
Unit Kodefikasi Rawat menggunakan program MS
Excell 1
Inap,Assembling,dan
Evaluasi KLPCM 5. Pelatihan Pelaporan RS.
6. Memiliki STR dari PORMIKI.
7. Sehat Jasmani maupun Rohani.
8. Pengalaman kerja minimal 2
tahun di Rekam Medis

1. DIII Rekam Medis / SLTA


Plus
2. Menguasai ICD 10.
3. Menguasai ICD 9 CM.
4. Menguasai pencatatan dan
pelaporan dengan
Penanggung Jawab Sub menggunakan program MS 1
Unit Administrasi Excell
Pemberkasan 5. Pelatihan Rekam Medis bagi
SLTA Plus.
6. Memiliki STR dari PORMIKI
jika dari DIII Rekam Medis.
7. Sehat Jasmani maupun Rohani.
8. Pengalaman kerja minimal 2
tahun di Rekam Medis

40
1. Minimal SLTA Plus
2. Minimal tinggi 160 cm
Penanggung Jawab Sub 3. Pelatihan Rekam Medis
Unit Filling 4. Sehat Jasmani maupun 1
Rohani
5. Sumpah Profesi Rekam
Medis
1. Minimal SLTA Plus
Penanggung Jawab Sub 2. Menguasai atau bisa program
Unit Pendaftaran Pasien komputer
Rawat Jalan,Inap,dan 3. Pelatihan Customer Service 6
IGD 4. Berpenampilan Menarik
5. Sehat Jasmani maupun
Rohani
1. Minimal SLTA Plus
Penanggung Jawab Sub 2. Memiliki fisik yang kuat 2
Unit Pendistribusian 3. Pelatihan Rekam Medis /
Sumpah profesi
4. Sehat Jasmani dan Rohani
Jumlah 14

2.2. Distribusi Ketenagaan.


SDM Bagian Rekam Medis RS. Baptis Batu berjumlah 14 orang dan
sesuai dengan struktur organisasi Bagian rekam medis terbagi menjadi 2
bagian yaitu Managemen Rekam Medis dan Registrasi Dan Admission.
Instalasi rekam medis RS. Baptis Batu dikepalai oleh seorang kepala
bagian dengan pendidikan D3 Rekam Medis yang sudah berpengalaman
minimal
5 tahun, dan bersertifikat. Adapun pendistribusian SDM bagian rekam medis
adalah sebagai berikut :
1. Managemen Rekam Medis
Managemen rekam medis terbagi menjadi beberapa kegiatan yaitu :
o Perakitan / Assembling.
o Indeks Kode Penyakit / koding.
o Penyimpanan / filling.
o Pendistribusian rekam Medis.
o Statistik dan pelaporan.
o Adminstrasi / pemberkasan.

41
Tabel Distribusi SDM managemen rekam medis

NAMA JABATAN KUALIFIKASI Waktu JML


FORMAL & INFORMAL Kerja SDM
Ka. Bag.
Managemen Rekam DIII Rekam Medis (Pengalaman
Medis & Statistik minimal 5 tahun + Pelatihan 1 Shift 1
dan Pelaporan Customer Service)
Rumah Sakit

DIII Rekam Medis


Staf Assembling 3 Shift 2
(Pelatihan ICD 10)
Staf Penyimpanan dan
DIII Rekam Medis / SLTA Plus
Distribusi Berkas 1 Shift 1
(Pelatihan Rekam Medis)
RM
Staf Indeks Kode DIII Rekam Medis 1
1 Shift
Penyakit (Pelatihan ICD 10)
Staf Administrasi & DIII Rekam Medis / SLTA Plus
3 Shift 1
Pemberkasan (Pelatihan Rekam Medis
DIII Rekam Medis / SLTA Plus
Staf Distribusi DRM 1 Shift 2
(Pelatihan Rekam Medis
Jumlah 8

2. Registrasi Dan Admission

Tabel Distribusi SDM Admission Dan Registrasi

NAMA JABATAN KUALIFIKASI Waktu JML


FORMAL & INFORMAL Kerja SDM
Koordinator
SLTA Plus (Pengalaman minimal
Admission Dan 3 Shift 1
2 tahun + Pelatihan Customer
Registrasi
Service
Staf Admission &
SLTA Plus (Pelatihan Customer
Registrasi 3 Shift 5
Service)
Jumlah 6

42
BAB III STANDAR FASILITAS

3.1. Denah Ruang Instalasi Rekam Medis.


Bagian Rekam Medis terletak sangat representatif, menjadi satu gedung

dengan Instalasi Rawat Jalan, Poliklinik Gigi, Humas, Kasir Rawat Jalan,

Pemasaran, R. Komite Medis dan Instalasi Farmasi Rawat Jalan.

Berdampingan dengan gedung diagnostik Instalasi Laboratorium dan Instalasi

Radiologi.

Denah Ruangan Rekam Medis Lantai 1

A B C D

E Q

S
J K
I
F

P P
O

N
GH L M

KETERANGAN DENAH RUANGAN :


A. = Loket 4 (Pendaftaran pasien ASKES Sosial & In-Health).
B. = Loket 3 (Pendaftaran pasien Jamkesmas, Jamkesda, Jampersal dan
SPM).
C. = Loket 2 (Pendaftaran pasien Umum, Asuransi, PKS & ASSET).
D. = Loket 1 (Pendaftaran pasien IGD, Rawat Inap dan Pegawai RSBB).
E. = Mesin Fotokopi.
F. = Ruang Kepala Bagian Rekam Medis.
G. = UPS Sentral Bagian Rekam Medis.
H. = Komputer Sensus Harian.

43
I. = Meja Asembling Dokumen Rekam Medis.
J. = Meja Pemberkasan Administrasi.
K. = Komputer Barcode, Evaluasi KLPCM, DPJP & Informed Consent.
L. = Komputer Koding, Indeksing & Print Sticker Labeling.
M. = Ruang istirahat / makan.
N. = Ruang ganti pakaian.
O. = Kamar Mandi & WC.
P. = Rak formulir Asuransi dan Rekam Medis.
Q. = ASKES Center dan Bagian Layanan Perusahaan Asuransi (LPA).
R. = Cerobong untuk menaikkan dan menurunkan Dokumen Rekam Medis.
S. = Tangga naik ke lantai 2 (R. Filing, Poli Gigi, R. Pertemuan, R. Komite
Medis, R. Komite Pastoral, R. Bagian Sistem Informasi Manajemen
Rumah
Sakit)

Denah Ruangan Rekam Medis Lantai 2 (Ruang Filling)

A B C I D

E Q
S
J K
I

H F H H H G GG G G G G G S
A S
H H PH H F G G G GP G G G G
B A
O
B
N E
G H L D M C
E
D C IR
R
I
R

44
KETERANGAN DENAH RUANGAN :
A. = Tangga naik / turun.
B. = Rak Rekam Medis Baru.
C. = Komputer Cetak Tracer.
D. = Rak Tracer.
E. = Wastafel.
F. = Rak Persiapan Dokumen Rekam Medis dimusnahkan.
G. = Rak Dokumen Rekam Medis aktif (< 5 tahun).
H. = Rak Dokumen Rekam Medis In-aktif (> 5 ta hun).
I. = Ruang Pertemuan

3.2. Standar Fasilitas Instalasi Rekam Medis.


1. Daftar Inventaris Peralatan di Managemen Admision dan Registrasi.

NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN


1 Meja pendaftaran 4 set Baik
2 CPU Dual Core + Monitor 4 set Baik
LCD BenQ
3 Printer Epson LX 800 2 set Baik
4 Mesin Fotokopi Canon + meja 1 set Baik
5 Microphone + Stand 1 set Baik
6 Meja printer Epson 2 buah Baik
7 Lemari Dokumen Rekam 1 buah Baik
Medis baru
8 Pemotong kertas jungkit 1 buah Baik
manual
9 Kursi petugas hijau 4 buah Baik
10 Kursi pasien di depan loket 4 buah Baik
11 White Board Kecil + 1 buah Baik
Penghapus
12 Telepon 1 buah Baik
13 Numerator 6 digit 1 buah Baik
14 Stempel Tanggal 4 buah Baik
15 Stapler kecil 4 buah Baik
16 Tempat sampah 1 buah Baik

2. Daftar Inventaris Peralatan di Managemen Rekam Medis.

NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN


1 Meja panjang 2 buah Baik

45
2 Meja kerja 2 buah Baik
3 Kursi panjang hitam 3 buah Baik
4 Kursi petugas hijau 4 buah Baik
5 CPU Dual Core + Monitor LCD 3 buah Baik
BenQ
6 Scanner Barcode 1 buah Baik
7 Printer Laser Canon 2970 1 buah Baik
8 Printer Laser Brother 1 buah Baik
9 Printer Epson T13 1 buah Baik
10 UPS 500 VA 3 buah Baik
11 UPS sentral 3.000 VA 1 buah Baik
12 Accu 60 Ampere 2 buah Baik
13 TP Link 1 buah Baik
14 Mesin Ketik Manual 1 buah Rusak
15 Rak Formulir Rekam Medis 1 buah Baik
16 Jam Dinding 1 buah Baik
17 Telepon 1 buah Baik
18 Perforator kecil 2 buah Baik
19 Calculator 1 buah Baik
20 Stapler kecil 3 buah Baik
21 Stapler sedang 2 buah Baik
22 Stapler Jungkit Besar 2 buah Baik
23 Stempel tanggal + pad 1 buah Baik
24 Buku ICD 10 2 set Baik
25 Buku ICD 9 CM 2 set Baik
26 White board besar 1 buah Baik
27 Tempat isolasi besar 2 buah Baik

3. Daftar Inventaris Peralatan di ruang kepala bagian.

NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN


1 Meja kerja 1 buah Baik
2 Kursi kuning 1 buah Baik
3 Kursi panjang hitam 1 buah Baik
4 Rak + laci 1 buah Baik
5 Rak kecil 1 buah Baik
6 Televisi Akari 1 buah Baik
7 Rak TV 1 buah Baik
8 Papan visi misi RS 1 buah Baik
9 Papan Struktur Organisasi 1 buah Baik

4. Daftar Inventaris Peralatan di ruang Filling / Penyimpanan.

NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN


1 CPU Dual Core + 1 buah Baik

46
Monitor Phillips

47
2 Printer tracer 1 buah Baik
3 Speaker aktiv alarm 1 buah Baik
4 Meja berkas 1 buah Baik
5 Meja kerja 1 buah Baik
6 Rak Dokumen Rekam 9 buah Baik
Medis aktif
7 Kursi hijau 3 buah Baik
8 Tempat isolasi besar 1 buah Baik
9 Tangga kayu 1 buah Baik
10 Tangga aluminium 1 buah Baik
11 Rak besi untuk 2 buah Baik
persiapan
pemusnahan
12 Rak Dokumen Rekam 4 buah Baik
Medis in-aktif

5. Ruang Istirahat, Kamar Mandi dan WC.

NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN


1 Rak kayu untuk formulir 1 buah Baik
2 Piring 9 buah Baik
3 Sendok 6 buah Baik
4 Water heater 1 buah Baik
5 Intercom 1 line 1 buah Baik
6 Timba air 1 buah Baik
7 Gayung 1 buah Baik
8 Rak piring 1 buah Baik
9 Mangkuk 3 buah Baik
10 Pisau 1 buah Baik
11 Gelas 14 buah Baik
12 Hiter 1 Buah Rusak

48
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke poliklinik ataupun

yang akan dirawat adalah sebagian dari sistem prosedur pelayanan RS Baptis

Batu. Dapat dikatakan bahwa disinilah pelayanan pertama kali yang diterima

oleh seorang pasien saat tiba di rumah sakit, maka tidaklah berlebihan bila

dikatakan bahwa di dalam tata cara penerimaan inilah seorang pasien

mendapatkan kesan baik ataupun tidak baik dari pelayanan rumah sakit. Tata

cara melayani pasien dapat dinilai baik bilamana dilaksanakan oleh petugas

dengan sikap yang ramah, sopan, tertib dan penuh tanggung jawab.

Dilihat dari segi pelayanan di rumah sakit, pasien yang datang dapat dibedakan

menjadi :

1. Pasien yang dapat menunggu

- Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian.

- Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat.

2. Pasien yang harus segera ditolong (pasien gawat darurat).

Sedang menurut jenis kedatangannya pasien dapat dibedakan menjadi :

1. Pasien baru : adalah pasien yang baru pertama kali datang ke

RS untuk keperluan berobat.

2. Pasien lama : adalah pasien yang pernah datang sebelumnya ke

RS untuk keperluan berobat.

Kedatangan pasien ke RS dapat terjadi karena :

1. Dikirim oleh dokter praktek di luar RS

49
2. Dikirim oleh Rumah Sakit lain, Puskesmas, atau jenis pelayanan

kesehatan lainnya.

3. Datang atas kemauan sendiri.

4.1. Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan (Registrasi).

a. Pasien baru

Setiap pasien baru diterima di registrasi dan akan diwawancarai oleh

petugas atau Menunjukkan KTP/SIM/PASPOR guna mendapatkan data

identitas yang akurat dan kemudian akan ditulis diberkas rekam medis dan di

entry pada komputer.

Setiap pasien baru akan memperoleh nomor pasien yang juga akan

dicetak pada kartu pasien atau kartu Indeks Berobat sebagai kartu pengenal,

yang harus dibawa pada setiap kunjungan berikutnya di RS.Baptis Batu, baik

sebagai pasien berobat jalan maupun sebagai pasien rawat inap.

Pasien baru dengan berkas rekam medisnya akan dikirim ke poliklinik

sesuai dengan yang dikehendaki pasien. Setelah mendapat pelayanan yang

cukup dari poliklinik, ada beberapa kemungkinan dari setiap pasien :

 Pasien boleh langsung pulang.

 Pasien diberi kartu perjanjian/kartu kembali kontrol oleh petugas

poliklinik untuk datang kembali pada hari dan tanggal yang telah

ditetapkan. Kepada pasien yang diminta datang kembali, harus lapor

kembali ke Admission.

 Pasien dirujuk/dikirim ke rumah sakit lain.

 Pasien harus dirawat.

50
Untuk pasien yang harus dirawat, dokter yang merujuk membuat

Admission Note yang berisi alasan pasien harus dirawat inap, bisa berupa

diagnosa, tindakan medis, ataupun tindakan penunjang lainnya. Jika pasien

yang harus dirawat rekam medisnya akan dikirim keruang perawatan.

b. Pasien lama

Pasien lama datang ke Admission dan akan diwawancarai oleh petugas,

guna mendapatkan informasi nomor rekam medis, dan tujuan berobat. Pasien

ini dapat dibedakan :

 Pasien yang datang dengan perjanjian

 Pasien yang datang tidak dengan perjanjian (atas kemauan sendiri)

Baik pasien dengan perjanjian maupun pasien yang datang tanpa


perjanjian

, akan mendapat pelayanan di registrasi.

Pasien datang dengan perjanjian akan langsung dipersilahkan menuju

poliklinik yang dimaksud karena rekam medisnya telah disiapkan oleh petugas.

Pasien yang datang tidak dengan perjanjian (atas kemauan

sendiri),Mengambil nomor antrian sesuai jaminan pelayanan yang akan

digunakan dan mempersiapkan persyaratan yang dibutuhkan. menunjukan

nomor rekam medis dan tujuan berobat, pasien dipersilahkan menunggu

poliklinik yang dimaksud, sementara rekam medisnya dimintakan oleh petugas

registrasi ke bagian penyimpanan berkas rekam medis. Setelah rekam

medisnya dikirim ke poliklinik, pasien akan mendapat pelayanan di poliklinik

dimaksud.

51
c. Pasien Darurat Gawat

Berbeda dengan prosedur pelayanan pasien baru dan pasien lama yang

biasa, disini pasien ditolong terlebih dahulu baru penyelesaian administrasinya,

meliputi pendaftaran pasien baik baru maupun ulang seperti pasien datang

tidak dengan perjanjian. Di RS.Baptis Batu pendaftaran pasien darurat gawat

dilakukan di Instalasi Gawat Darurat untuk pasien baru maupun pasien lama.

Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan dari

setiap pasien :

- Pasien bisa langsung pulang.

- Pasien dirujuk/dikirim ke rumah sakit lain.

- Pasien harus dirawat.

a) Pasien yang sudah diseleksi dan membawa surat pengantar untuk

dirawat dapat langsung daftar Rawat Inap ke petugas admission

dengan memilih ruang rawat dahulu sesuai yang diinginkan.Jika

Pasien mempinyai jaminan pembiayayaan sendiri,pasien

mendapatkan jatah kamar sesuai tarif yang diberikan oleh pihak

asuransi tersebut.

b) Jika pasien tidak sadar atau lupa alamat ayau identitasnya,dapat di

data sesuai nama dan tempat dimana dia ditemukan jika nama nama

pasien tidak teridentifikasi,dapat menggunakan nama dengan

sebutan,MR atau MRS “X”

c) Petugas rekam medis mendaftar pasien sesuai nomor rekam medis

pasien. Jika pasien lupa membawa kartu berobat,petugas rekam

medis dapat mencrinya melalui bantuan KIUP,dan jika sudah

diemukan,dicocokkan dengan alamat pasien,atau kelahiran pasien.

52
d) Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya

segera dikirim ke Instalasi Gawat Darurat yang bersangkutan dan

tetap memakai nomor yang telah dimilikinya.

e) Bagi pasien yang belum pernah dirawat atau berobat di RS. Baptis

Batu maka diberikan nomor rekam medis baru.

4.2. Pelayanan Pendaftaran Rawat Inap (Admission).

Penerimaan pasien rawat inap dilakukan di Admission. Tata cara

penerimaan pasien rawat inap harus wajar sesuai dengan keperluannya. Pasien

yang memerlukan perawatan, dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

- Pasien yang tidak urgen, penundaan perawatan pasien tersebut tidak

akan menambah penyakitnya.

- Pasien yang urgen, tetapi tidak darurat gawat, dapat dimasukkan ke

dalam daftar tunggu.

- Pasien gawat darurat (emergency), langsung dirawat.

Pembinaan dan pelaksanaan pekerjaan penerimaan pasien dengan baik

menciptakan tanggapan yang baik dari pasien-pasien yang baru masuk,

menjamin kelancaran dan kelengkapan catatan-catatan serta menghemat waktu

dan tenaga. Untuk lancarnya proses penerimaan pasien 4 hal berikut ini perlu

diperhatikan, yaitu :

 Petugas yang kompeten.

 Cara penerimaan pasien yang tegas dan jelas (clear cut ).

 Ruang kerja yang menyenangkan.

 Lokasi yang tepat dari bagian penerimaan pasien.

53
Untuk memperlancar tugas-tugas bagian lain yang erat hubungannya

dengan proses penerimaan pasien, aturan penerimaan pasien perlu ditetapkan.

Aturan yang baik harus memenuhi hal-hal berikut :

 Bagian penerimaan pasien bertanggung jawab sepenuhnya mengenai

pencatatan seluruh informasi yang berkenaan dengan diterimanya seorang

pasien di RS. Baptis Batu.

 Bagian penerimaan pasien harus segera memberitahukan ke Instalasi

terkait setelah diterimanya seorang pasien dan setelah melalui

pemeriksaan disetujui untuk dirawat,dan telag selesai di lakukan

admission rewat inap.

 Semua bagian harus memberitahukan bagian penerimaan pasien, apabila

sorang pasien akan melengkapi persyaratan administrasi.

 Membuat catatan yang lengkap, terbaca dan seragam harus disimpan oleh

semua bagian selama pasien dirawat.

 Instruksi yang jelas harus diketahui oleh setiap petugas yang bekerja

dalam proses penerimaan dan pemulangan pasien.

Ketentuan Umum Penerimaan Pasien Rawat Inap

 Semua pasien yang menderita segala macam penyakit, selama ruangan

dan fasilitas yang memadai tersedia dapat diterima di RS. Baptis Batu.

 Sedapat mungkin pasien diterima di Admission pada waktu yang telah

ditetapkan, kecuali untuk kasus gawat darurat dapat diterima setiap saat.

 Tanpa diagnosa yang tercantum dalam surat permintaan dirawat, pasien

tidak dapat diterima.

 Sedapat mungkin tanda tangan persetujuan untuk tindakan operasi dan

sebagainya (apabila dilakukan ) dilaksanakan sebelum pasien dirawat.

54
 Pasien dapat diterima, apabila :

- Ada surat rekomendasi dari dokter yang mempunyai wewenang untuk

merawat pasien di rumah sakit.

- Dikirim oleh dokter poliklinik.

- Dikirim oleh dokter Instalasi Gawat Darurat.

- Pasien darurat gawat perlu diprioritaskan.

Prosedur pasien untuk masuk untuk dirawat

1. Pasien yang sudah memenuhi syarat atau peraturan untuk dirawat,

Perawat Membuatkan Admision Note yang minimal berisi :

- Labeling nama dan momor rkam medis pasien

- Umur

- Diagnosa pasien

- Dokter DPJP

- Ruangan yang diperlukan

- Tambahan alat yang dibutuhkan pasien

2. Apabila ruangan sudah tersedia :

(1) Memberi tahu keluarga pasien ternsedianya ruang rawat

yang dibutuhkan

(2) Pada saat mendaftar dia akan mendapat penerangan tentang :

- Kapan dapat masuk

- Bagaimana cara pembayaran serta tarif-tarifnya.

- Peraturan selama pasien dirawat.

(3) Di tulis oleh petugas admission di dalam buku register pendaftaran

pasien rawat inap dan dilengkapi dengan lembar ringkasn keluar

55
masuk,perlengkapan asdministrasi lainnya,dan stiker labeling untuk

pditempel di gelang pasien

(4) Jika pasien pernah berobat ke poliklinik atau pernah dirawat

sebelumnya maka petugas Admission mendaftar sesuai nomor rekam

medis pasien dan mengambil rekam medis pasien di ruang filling

dan mengantarnya ke Instalasi Gawat Darurat

(5) Selesai proses administrasi dan admission petugas memberitahukan

petugas instalasi Gawat darurat,jika kamar sudah disiapkan,pasien

dapat segera diantar ke kamar

Prosedur selama pasien di ruang perawatan yang berkaitan dengan rekam

medis antara lain :

(1) Pada waktu pasien tiba di ruang perawatan dan diterima oleh perawat

pasien diberi tanda pengenal melalui identitas yang tertempel pada

gelang pasien

(2) Perawat menambah formulir-formulir yang diperlukan oleh dokter

maupun perawat sendiri

(3) Selama perawatan, perawat mencatat semua data perawatan yang

diberikan dari mulai saat pasien tiba di ruang sampai pasien tersebut

pulang, dipindahkan atau meninggal yang di rekap dalam sensus harian

rawat inap

56
4.3. Sistem Identifikasi Dan Penomoran.
1. Sistem Penamaan
Sistem penamaan pada dasarnya untuk memberikan identitas kepada

seorang pasien serta untuk membedakan antara pasien yang satu dangan pasien

yang lainnya, sehingga mempermudah/memperlancar didalam memberikan

pelayanan rekam medis kepada pasien yang datang berobat ke rumah sakit. Di

RS.Baptis Batu menggunakan sistem penamaan langsung yaitu yang ditulis

dalam data base adalah nama pasien sendiri berdasarkan kartu tanda pengenal

dan dapat ditambahkan sesuai dengan wawancara terakhir.

Prinsip utama yang harus ditaati oleh petugas pencatat adalah : nama

pasien harus lengkap, minimal terdiri dari dua suku kata jika nama pasien

hanya terdiri dari satu suku kata dapat diikuti dengan sebutan BINTI....(Nama

Orang Tua) jika pasien Perempuan,dan BIN (Nama orang Tua) jika Paien

dengan jrnis kelamin Laki-Laki. Dengan demikian, nama pasien yang akan

tercantum dalam rekam medis akan menjadi satu diantara kemungkinan ini :

- Nama pasien sendiri, apabila namanya sudah terdiri dari dua suku

kata atau lebih.

- Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama orang tua (biasanya

nama ayah).

- Bagi pasien yang mempunyai nama keluarga/marga, maka nama

keluarga/marga atau surename didahulukan dan kemudian diikuti

nama sendiri.

Dalam sistem penamaan pada rekam medis, diharapkan :

- Nama ditulis dengan huruf cetak dan mengikuti ejaan yang

disempurnakan.

57
- Sebagai pelengkap, bagi pasien perempuan diakhir nama lengkap

ditambah Ny. Atau Nn sesuai dengan statusnya.

- Bagi Pasien berjenis kelamin laki laki dan belum menikah di beri

ahkiran,SDR,dan Bagi yang sudah menikah di beri sebutan dengan

Tn.

- Bagi pasien anak,dapan di beri akriran,An

2. Sistem Penomoran

Rekam medis pada RS disimpan menurut nomor, yaitu menggunakan “

Unit Numbering System “ sistem ini memberikan satu unit nomor rekam medis

baik kepada pasien berobat jalan maupun pasien untuk dirawat.inap. Pada saat

seorang penderita berkunjung pertama kali ke RS. Baptis Batu apakah sebagai

penderita berobat jalan ataupun untuk dirawat inap, kepadanya diberikan satu

nomor (admitting number) yang akan dipakai selamanya untuk kunjungan

seterusnya, sehingga rekam medis penderita tersebut hanya tersimpan di dalam

satu berkas di bawah satu nomor.

Kepada petugas yang memberikan pendaftaran, diperintahkan agar

selalu mengecek apakah seorang pengunjung sudah pernah berkunjung ke RS.

Baptis Batu. Seorang pasien yang sudah pernah berkunjung ke RS.Baptis

Batu.sebelumnya tidak akan diberikan nomor baru tetapi data pasien akan

dicari melalui Kartu Indexs Utama Pasien (KIUP).. Kadang-kadang terjadi

kekeliruan dimana seorang penderita diberikan lagi nomor yang baru, padahal

ia telah mempunyai nomor, kekeliruan ini dapat diperbaiki dengan

membatalkan nomor baru dan tetap menyimpan rekam medisnya pada nomor

lama.

58
Sistem nomor unit yang digunakan mempengaruhi rencana

perkembangan ruang tempat penyimpanan. Perlu sekali ruang Kosong pada rak

penyimpanan sebesar 25 % karena tempat tersebut berguna untuk

menyimpan rekam medis yang makin tebal.

Satu problem yang biasa timbul adalah bertambahnya satu rekam medis

menjadi berjilid-jilid, karena seringnya pasien tersebut mendapat pelayanan

(dirawat) di RS.Baptis Batu. Kadang-kadang begitu seringnya seorang

penderita di rawat sehingga rekam medisnya harus dibuat jilid yang baru,

karena terlalu tebal jika hanya satu jilid saja. Untuk mengingatkan petugas

penyimpanan tentang hal ini, maka pada setiap jilid harus dibuat catatan nomor

jilid dan jumlah jilidnya, misalnya : Jilid 1 dari 2; Jilid 2 dari 2.

Untuk pengambilan rekam medis yang tidak aktif dari rak penyimpanan

untuk dimusnahkan atau untuk dibuat microfilm, karena menggunakan sistem

unit, nomor-nomor rekam medis tidak menunjukkan tua atau mudanya satu

rekam medis sehingga untuk memilih rekam medis yang tidak aktif harus

dilihat satu persatu, tahun berapa seorang penderita terakhir dirawat atau

berkunjung ke poliklinik.

Untuk sumber nomor RS Baptis Batu membuat satu sistim Penomoran

terdiri dari enam angka, menggunakan sistem dua angka akhir (straigt digit)

dengan menentukan nomor dua angka akhir dari belakang 00-00-01 sampai

dengan 99-99-99. Bank nomor dikeluarkan oleh sistem komputer yang secara

otomatis akan mengeluarkan satu nomor baru setiap entry data pasien.

59
4.4. Simbol Dan Tanda Khusus.

I. REKAM MEDIS

1) Nomor Rekam Medis

Pada map sudah dicetak kotak untuk menuliskan nomor rekam medis

yang akan diisi oleh petugas rekam medis. Penulisan nomor harus

dengan tulisan yang jelas dan mudah dibaca, dapat dicetak atau ditulis

tangan menggunakan spidol jangan hanya menggunakan pulpen.

2) Label Warna

Pada map tercetak warna-warna berdasarkan sistem angka akhir untuk

memudahkan dalam menyimpan dan menemukan kembali rekam

medis, dengan ketentuan warna sebagai berikut:

0 Orange

1 ungu

2 Pink

3 Biru muda

4 Coklat

5 Hijau

6 Merah

7 Kuning

8 ungu

9 Abu abu

3) Tulisan Alergi

Diisi dengan alergi yang diderita oleh pasien Yang ditulis oleh perawat.

4) Tulisan Rahasia

60
Tulisan Rahasia pada map rekam medis.

5) Tulisan Tahun Kunjungan Pasien

Tanggal pertanma Kali kunjungan pasien dapat dilihat pada rekam

medis dimana pasien pertama kali daftar dan pada lembar annamnesa

pasien.

6) Tempat Menuliskan Nama pasien

Terdapat tempat untuk menuliskan nama pasien dan tertulis pada

map rekam medis dengan cara elektrik

4.5. Penyelesaian Dan Pengembalian Rekam Medis.

1. Pengendalian Rekam Medis (Retrieval)

Permintaan-permintaan rutin terhadap rekam medis yang datang dari

poliklinik umum maupun spesialis setiap hari pada jam tertentu dapat

dilakukan melalui telepon, apabila sistem cetak permintaan secara

komputerisasi sedang rusak. Untuk melayani pasien perjanjian yang datang

pada hari tertentu bertugas mengisi ‘Buku Permintaan’. Petugas harus menulis

dengan benar dan jelas nama penderita dan nomor rekam medisnya.

Petugas dari bagian lain yang meminjam rekam medis harus datang

sendiri untuk mengambil rekam medis yang dipinjam ke bagian rekam medis.

Surat permintaan berbentuk satu formulir yang berisi nama peminjam, untuk

keperluan apa, waktu peminjaman, nomor rekam medis, nama pasien, umur,

tanggal rawat, kelas/kamar, nama orang yang meminjam dan tanda tangan.

Formulir tersebut dibuat rangkap dua. Lembar 1 untuk rekam medis dan

lembar 2 untuk yang meminjam. Pada saat rekam medisnya kembali lembar 1

diberi tanda silang yang artinya rekam medis sudah kembali.

61
2. Penyimpanan Rekam Medis

62
A. Sistem Sentralisasi

Sistem penyimpanan yang digunakan di RS. Baptis Batu adalah sistem

sentralisasi. Dengan cara sentralisasi terjadi penggabungan antara dokumen

rekam medis rawat jalan dan rawat inap dalam satu tempat. Karena semua

pasien baik rawat jalan maupun rawat inap hanya memiliki satu nomor rekam

medis.

Kebaikan dari system sentralisasi adalah :

1) Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan

penyimpanan rekam medis , sehingga pasien dapat dilayani

lebih cepat.

2) Mengurangi jumlah biaya yang digunakan untuk peralatan dan

ruangan.

3) Tata kerja Dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis

mudah distandarisasikan.

4) Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas


penyimpanan.

5) Mudah menerapkan sistem unit record.

Kekurangan dari system sentralisasi adalah :

1) Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit rawat

jalan Dan unit rawat inap.

2) Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 24 jam.

B. Sistem Angka Akhir

Sistem penjajaran berkas rekam medis menurut nomor yang dipakai

adalah sistem dua angka akhir. Penjajaran dengan sistem angka akhir lazim

63
disebut “Straigt digite system”. Disini digunakan nomor-nomor dengan 6

angka, yang

64
dikelompokkan menjadi 3 kelompok masing-masing terdiri dari 2 angka.

Angka pertama adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kanan, angka

kedua adalah kelompok 2 angka yang terletak ditengah dan angka ketiga

adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kiri.

04 75 64

angka ketiga angka kedua angka pertama

(tertiary digits) (secondary digits) (primary digits)

Dalam penyimpanan dengan sistem angka akhir (terminal digit filling

system) ada 100 kelompok angka pertama (primary section) yaitu 00

sampai dengan 99. Pada waktu menyimpan, petugas harus melihat angka-

angka pertama dan membawa rekam medis tersebut ke daerah rak

penyimpanan untuk kelompok angka-angka pertama yang bersangkutan. Pada

kelompok angka pertama ini rekam medis-rekam medis disesuaikan urutan

letaknya menurut angka kedua, kemudian rekam medis disimpan di dalam

urutan sesuai dengan kelompok angka ketiga, sehingga dalam setiap

kelompok penyimpanan nomor-nomor pada kelompok angka ketigalah

(tertiary digits) yang selalu berlainan.

Sebagai contoh :

04-75-64 04-75-69

04-75-65 04-76-60

04-75-66 04-76-61

04-75-67 04-76-62

04-75-68 04-76-63

Banyak keuntungan dan kebaikan dari pada sistem penyimpanan angka

akhir, seperti:

65
- Pertambahan jumlah rekam medis selalu tersebar secara merata ke

100 kelompok (section) di dalam rak penyimpanan. Petugas-

petugas penyimpanan tidak akan terpaksa berdesak-desak di satu

tempat (atau section), dimana rekam medis harus disimpan di rak.

- Petugas-petugas dapat diserahi tanggung jawab untuk sejumlah

section tertentu misalnya ada 4 petugas masing-masing diserahi :

section 00-24, section 25-49, section 50-74, section 75-99.

- Pekerjaan akan terbagi rata mengingat setiap petugas rata-rata

mengerjakan jumlah rekam medis yang hampir sama setiap

harinya untuk setiap section

- Rekam medis yang tidak aktif dapat diambil dari rak

penyimpanan dari setiap section, pada saat ditambahnya rekam

medis baru di section tersebut.

- Jumlah rekam medis untuk tiap-tiap section terkontrol dan bisa

dihindarkan timbulnya rak-rak kosong.

- Dengan terkontrolnya jumlah rekam medis membantu

memudahkan perencanaan peralatan penyimpanan (jumlah rak).

- Kekeliruan menyimpan (misfile)dapat dicegah, karena petugas

penyimpanan hanya memperhatikan 2 angka saja dalam

memasukkan rekam medis kedalam rak, sehingga jarang terjadi

kekeliruan membaca angka.

Latihan dan bimbingan bagi petugas penyimpanan dalam hal sistem

angka akhir, mungkin lebih lama dibandingkan latihan menggunakan sistem

nomor

66
langsung, tetapi umumnya petugas dapat dilatih dalam waktu yang tidak

terlalu lama.

3. Fasilitas Fisik Ruang Penyimpanan

Alat penyimpanan yang baik, penerangan yang baik, pengaturan suhu

ruangan, pemeliharaan ruangan, perhatian terhadap faktor keselamatan, bagi

suatu kamar penyimpanan rekam medis sangat membantu memelihara dan

mendorong kegairahan kerja dan produktivitas pegawai-pegawai yang bekerja

di situ.

Alat penyimpan rekam medis yang dipakai adalah Rak Terbuka dan

jarak antara dua buah rak untuk lalu lalang,jarak minimal kurang lebih selebar

90 cm

4. Penunjuk Penyimpanan

Pada deretan berkas rekam medis yang disimpan di rak harus diberi

tanda penunjuk guna mempercepat pekerjaan menyimpan dan menemukan

rekam medis. Jumlah penunjuk tergantung dari rata-rata tebalnya sebagian

besar map- map rekam medis tersebut. Untuk berkas rekam medis yang

tebalnya sedang diberi penunjuk setiap 50 map. Makin tebal map-map rekam

medis makin banyak penunjuk harus dibuat. Rekam medis yang aktif lebih

banyak memerlukan penunjuk daripada rekam medis-rekam medis yang

kurang aktif.

Alat penunjuk ini, agar dipilih model yang kuat tahan lama dan mudah

dilihat. Pinggir penunjuk ini harus lebih lebar, menonjol sehingga angka-angka

yang dicantumkan disitu gampang terlihat. Pada setiap penunjuk ditulis 2

67
angka (untuk sistem terminal digit maupun middle digit). Contoh penunjuk

untuk terminal digit, section 84 ditulis sebagai berikut:

00 01 02 03 04

68
-- -- -- -- --

84 84 84 84 84

Angka diatas adalah kelompok angka kedua, angka yang dibawah

adalah kelompok pertama. Dalam terminal digit filling, map pertama yang

diletakkan dibelakang penunjuk 00/84 adalah map-map dengan nomor 00-00-

84 diikuti 01- 00-84, 02-00-84,03-00-84, dan seterusnya, penunjuk ini

permanen.

5. Sampul Pelindung Rekam Medis

Berkas Rekam medis harus diberi sampul pelindung untuk :

1. Memelihara keutuhan susunan lembaran-lemabaran rekam medis.

2. Mencegah terlepas atau tersobeknya lembaran, sebagai akibat

sering dibolak-baliknya lembaran tersebut.

Jenis sampul yang digunakan di RS. Baptis Batu adalah dalam

bentuk map, dimana map dilengkapi dengan penjepit (fastener) dibagian

tengah untuk mengikat lembaran-lembaran pada map dan bagian tengah map

harus diberi lipatan, sehingga memungkinkan bertambah tebalnya lembaran-

lembaran yang disimpan di dalamnya. Map penyimpan dapat dipesan dengan

pencantuman Kartu Induk Berobat (KIB), sehingga pemakaian map dokumen

rekam medis bisa merata karena dalam pembuatan di dasarkan nomor KIB.

4.6. Penghapusan Rekam Medis.

1. Perencanaan Terhadap Rekam Medis Yang Tidak Aktif

Satu rencana yang pasti tentang pengelolaan rekam medis yang tidak

aktif (in active records) harus ditetapkan sehingga selalu tersedia tempat

69
penyimpanan untuk rekam medis yang baru.

70
Dari segi praktisnya dapat dikatakan, patokan utama untuk menentukan

rekam medis aktif atau tidak aktif adalah besarnya ruangan yang tersedia untuk

menyimpan rekam medis yang baru. Rekam medis dinyatakan tidak aktif

apabila selama 5 tahun terakhir rekam medis tersebut sudah tidak

dipergunakan lagi. Apabila ternyata sudah tidak tersedia lagi tempat

penyimpanan rekam medis aktif, harus dilaksanakan kegiatan menyisihkan

rekam medis yang tidak aktif secara sistematik seirama dengan pertambahan

jumlah rekam medis baru. Rekam medis-rekam medis yang tidak aktif, dapat

disimpan di ruangan lain.

Rak-rak penyimpanan rekam medis tidak aktif dapat diletakkan di

ruang tersendiri yang sama sekali terpisah dari bagian pencatatan medik. Pada

saat diambilnya rekam medis tidak aktif, ditempat semula harus diletakkan

tanda keluar, hal ini mencegah pencarian yang berlarut-larut pada suatu waktu

rekam medis tidak aktif tersebut diperlukan.

Rumah sakit wajib tetap memelihara indeks, register dan kartu lintasan

yang berisi data-data dasar seperti : tanggal masuk/keluar rumah sakit, nama

dokter yang bertanggung jawab, diagnosa dan operasi.

A. Penyusutan

Penyusutan dokumen rekam medis adalah suatu kegiatan pengurangan

arsip dari rak penyimpanan dengan cara memindahkan arsip rekam medis in

aktif dari rak aktif ke rak in aktif dengan cara memilah pada rak penyimpanan

sesuai dengan tahun kunjungan.

Tujuan :

a. Mengurangi jumlah arsip rekam medis yang semakin bertambah.

71
b. Menyiapkan fasilitas yang cukup untuk tersedianya tempat

penyimpanan berkas rekam medis yang baru.

c. Tetap menjaga kualitas pelayanan dengan mempercepat penyiapan

rekam medis jika sewaktu-waktu diperlukan.

d. Menyelamatkan arsip yang bernilai guna tinggi serta mengurangi

yang tidak bernilai guna/nilai guna rendah atau nilai gunanya telah

menurun.

B. Jadwal Retensi Dokumen Rekam Medis (JRDRM)

Jadwal retensi DRM merupakan daftar yang berisikan sekurang-

kurangnya jenis arsip dan jangka waktu penyimpanannya sesuai dengan

kegunaannya.

Penentuan jangka waktu penyimpanan DRM (retensi DRM)

ditentukan atas dasar nilai kegunaan tiap-tiap arsip. Untuk menjaga

obyektifitas dalam menentukan nilai kegunaan tersebut, JRDRM disusun oleh

suatu kepanitiaan yang terdiri dari unsur komite rekam medis dan unit rekam

medis yang benar- benar memahami kearsipan, fungsi dan nilai arsip rekam

medis.

Rancangan JRDRM yang merupakan hasil kerja panitia perlu mendapat

persetujuan Direktur Rumah Sakit terlebih dahulu sebelum dijadikan pedoman

resmi jadwal retensi arsip yang diberlakukan. Setiap ada perubahan JRDRM

harus melalui prosedur yang sama dengan penyusunan JRDRM.

2. Pemusnahan Dokumen Rekam Medis

Adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik dokumen

rekam medis yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya. Penghancuran

72
harus dilakukan secara total dengan cara membakar habis, mencacah atau daur

ulang sehingga tidak dapat lagi dikenal isi maupun bentuknya.

73
Tata cara pemusnahan rekam medis:

1. Rekam medis yang telah memenuhi syarat untuk dimusnahkan

dilaporkan kepada Direktur RS. Baptis Batu.

2. Direktur RS. Baptis Batu membuat Surat Keputusan tentang

Pemusnahan Rekam Medis dan menunjuk tim pemusnah, sekurang-

kurangnya beranggotakan: Ketua Usahaan, Unit Penyelenggara

Rekam Medis, Unit Pelayanan, Komite Medik.

3. Tim pemusnah melaksanakan dan membuat Berita Acara

Pemusnahan yang disahkan Direktur RS. Baptis Batu. Berita Acara

dikirim kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Medik dan kepada

Yayasan Rumah Sakit Baptis Indonesia.

4.7. Perekam Kegiatan Pelayanan Medis.

1. Penanggung Jawab Pengisian Rekam Medis

RS. Baptis Batu sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang

melakukan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat rekam

medis.

Sesuai dengan PERMENKES No.749a/MENKES/XII/1989, tentang

Rekam Medis serta keputusan Ditjen Yan Med Nomor 78/Yan Med/RS

UMDIK/YMU/1/91 maka tenaga yang berhak mengisi rekam medis di RS.

Baptis Batu adalah:

1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter spesialis yang

melayani pasien di RS. Baptis Batu.

2. Dokter tamu yang merawat pasien di RS. Baptis Batu.

74
3. Tenaga para medis perawatan dan non perawatan yang terlibat

langsung dalam pelayanan antara lain ; Perawat, Perawat Gigi, Bidan,

Tenaga Laboratorium Klinik, Gizi, Anastesi, Penata Rontgen,

Rehabilitasi Medis, Rekam Medis dan lain sebagainya.

Dalam hal dokter ke luar negeri maka yang melakukan

tindakan/konsultasi kepada pasien yang mengisi rekam medis adalah dokter

yang ditunjuk oleh Direktur RS. Baptis Batu.

2. Pencatatan (Recording)

Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya

sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu

sistem penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya

sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan dari pada penyelenggaraan rekam

medis.

Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang

dimulai pada saat diterimanya pasien di RS. Baptis Batu , diteruskan kegiatan

pencatatan data medik pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medis

di rumah sakit, dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang

meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat

penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk

melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan

lainnya.

Pencatatan disini dimaksudkan pendokumentasian segala informasi

medis seorang pasien ke dalam Rekam Medis. Pada dasarnya

pendokumentasian memuat data, yang akan menjadi bahan informasi. Data

pasien dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu data sosial dan data

75
medis. Data sosial didapatkan pada saat pasien mendaftarkan diri ke tempat

penerimaan

76
pasien. Data medis baru diperoleh dari pasien, apabila pasien telah memasuki

unit pelayanan kesehatan. Petugas di unit pelayanan adalah dokter dan ahli-

ahli profesi kesehatan lainnya (termasuk penunjangnya, seperti radiologi,

laboratorium, dan lain-lain) serta unit perawatan.

Untuk mendapatkan pencatatan data medis yang baik, ada beberapa hal

yang harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli di bidang kesehatan lainnya,

yaitu:

1. Mencatat secara tepat waktu;

2. Up to date;

3. Cermat dan lengkap

4. Dapat dipercaya dan menurut kenyataan

5. Berkaitan dengan masalah dan pokok perihalnya, sehingga

tidak bertele-tele;

6. Bersifat obyektif sehingga menimbulkan kesan jelas.

Kegiatan pencatatan ini melibatkan semua unit pelayanan di rumah

sakit yang memberika pelayanan ataupun tindakan kepada pasien.

Bentuk catatan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu catatan

yang bersifat kolektif dan catatan yang bersifat individual.

1. Catatan yang Bersifat Kolektif

Ini merupakan kumpulan catatan pasien-pasien yang dating ke unit

pelayanan. Catatan ini dalam bentuk buku yang sering disebut “Buku

Register”. Buku Register ini merupakan sumber utama data kegiatan rumah

sakit. Pemakaian buku register ini perlu dipertimbangkan secermat mungkin

dan tetap memperhatikan efisiensi di bidang pengelolaan data medis.

77
Buku register yang biasa diperlukan, diantaranya:

a. Buku Register Penerimaan Pasien Rawat Jalan;

b. Buku Register Pelayanan Pasien Rawat Jalan;

c. Buku Register Penerimaan Pasien Rawat Nginap;

d. Buku Register Pelayanan Pasien Rawat Nginap;

e. Buku Register Persalinan/Abortus;

f. Buku Register Pembedahan;

g. Buku Register Tindakan/Terapi/Diagnostik;

h. Buku Register Pemeriksaan Laboratorium.

Buku-buku register tersebut dikerjakan oleh petugas-petugas di masing-

masing unit pelayanannya.

Setiap hari petugas di unit pelayanan menyiapkan rekapitulasi yang

sering disebut sensus harian. Sensus ini sangat berguna di dalam pengolahan

data medis selanjutnya yang digunakan sebagai bahan laporan rumah sakit.

5. Catatan yang Bersifat Individual

Catatan ini mendokumentasikan segala tindakan medik yang diberikan

kepada seorang pasien. Bentuk catatan ini berupa lembaran-lembaran yang

dinamakan rekam medis.

Pencatatan data medis ini dilakukan oleh petugas kesehatan yang

memberikan pelayanan/tindakan kepada pasien, yaitu Dokter Perawat/Bidan,

Tenaga Kesehatan lainnya yang memberikan pelayanan medis kepada pasien,

serta petugas pencatatan medik sendiri.

78
Formulir rekam medis ini meliputi formulir untuk pasien rawat jalan

dan formulir untuk pasien yang dirawat inap. Sesuai Peraturan Menteri

Kesehatan 269/Menkes/Per/III/2008, tentang rekam medis/medical record

maka :

A. Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan

Isi berkas rekam medis untuk pasien rawat jalan memuat identitas

pasien, anamnese, diagnosis dan tindakan/pengobatan.

Berkas yang digunakan dapat dalam bentuk kartu yaitu Kartu

Pemeriksaan Pasien (KIP) dimana informasi mengenai identitas pasien,

diagnosis dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien seperti anamnese,

terapi dicatat didalam kartu.

Data-data tertentu harus ditulis pada saat penderita masuk yang akan

dientry di komputer, dimasukkan pada saat pasien registrasi. Penyimpanan

identitas pasien ini mutlak karena adalah salah satu cara untuk menunjang

kelancaran pelayanan terhadap pasien, karena apabila seorang pasien lupa

membawa kartu berobat maka dengan sistem komputerisasi akan membantu

untuk mencarikan data pasien yang diperlukan dengan cepat. Karena identitas

pasien ini merupakan sumber data yang selamanya harus disimpan, maka harus

dibuat selengkap dan sejelas mungkin. Data yang disimpan harus dibuat

secara terperinci dan lengkap, yaitu:

a. Nama lengkap pasien

b. Nomor rekam medis

c. Alamat

d. Agama

e. Jenis Kelamin

79
f. Umur

80
g. Status Perkawinan

i. Tempat/tanggal lahir

j. Pekerjaan

k. Orang yang dihubungi, bila terjadi sesuatu

l. Tanggal kunjungan poliklinik yang pertama

Bila setelah menikah pasien pindah alamat, maka alamat lama dicoret

dan dicantumkan alamat baru pada tempat yang kosong dan tanggal perubahan

diberkas rekam medis tersebut untuk memudahkan pencarian alamat terakhir.

Berkas rekam medis rawat jalan berisi :

a. Tanggal Kunjungan

b. Poliklinik yang melayani

c. Diagnosis

d. Tindakan yang diberikan

e. Dokter yang menangani

B. Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap

Isi rekam medis untuk pasien rawat inap memuat identitas pasien,

anamnese, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan laboratorium, diagnosis,

persetujuan tindakan medis, tindakan/pengobatan, catatan perawat, catatan

observasi klinis dan hasil pengobatan, resume akhir dan evaluasi pengobatan.

Berkas Rekam Medis pasien rawat inap terdiri dari lembaran-lembaran

umum dan lembaran-lembaran khusus, serta lembaran-lembaran

diagnostik/terapi lembaran-lembaran Umum, misalnya:

a. Ringkasan Masuk dan Keluar

b. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik

81
c. Lembaran Grafik

d. Perjalanan Penyakit/Perkembangan Perintah Dokter dan Pengobatan

e. Catatan Perawat/Bidan

f. Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Rontgen

g. Resume Keluar.

Lembaran-lembaran Khusus, misalnya:

a. Laporan Operasi

b. Laporan Anestesi

c. Riwayat Kehamilan

d. Catatan/Laporan Persalinan

e. Identifikasi Bayi

Keterangan

a. Ringkasan Masuk dan Keluar

Lembaran Ringkasan Masuk dan Keluar ini sering disebut ringkasan

atau lembaran muka, selalu menjadi lembaran paling depan pada suatu berkas

rekam medis. Lembaran ini berisi informasi tentang informasi tentang identitas

pasien, cara penerimaan melalui cara masuk dikirim oleh serta berisi ringkasan

data pada saat pasien keluar.

Lembaran ini merupakan sumber informasi untuk mengindeks rekam

medis, serta menyiapkan laporan rumah sakit. Informasi tentang identitas

pasien sekurang-kurangnya mencari hal-hal sebagai berikut:

- Nama Pasien

- Nomor Rekam Medis

82
- Tanggal Lahir

- Pendidikan

- Jenis Kelamin

- Agama

- Alamat

- Pekerjaan

Informasi lain yang perlu dicatat, diantaranya:

- Status perkawinan

- Cara penerimaan pasien, melalui

- Cara masuk, dikirim oleh

- Nama penangung jawab pembayaran dan alamatnya.

- Nama keluarga terdekat dan alamatnya

- Tanggal dan jam masuk ruang rawat inap

- Tanggal dan jam keluar ruang rawat inap

- Bagian/Spesialisasi, Ruang Rawat, Kelas

- Lama dirawat

- Diagnosis akhir (utama, lain-lain dan komplikasi)

- Operasi/Tindakan (jika ada)

- Infeksi Nosokomial dan penyebabnya (jika ada)

- Immunisasi yang pernah didapat

- Immunisasi yang diperoleh selama dirawat

- Transfusi darah (jika ada)

- Keadaan keluar

- Nama dan tanda tangan dokter yang merawat.

83
b. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik

Tujuan pokok data anamnese dan pemeriksaan fisik adalah untuk

memberikan bahan pelengkap bagi dokter untuk menetapkan diagnosis yang

menjadi dasar tindakan pertolongan dan perawatan/pengobatan terhadap

seorang pasien. Sebagai tambahan terhadap anamnese dan pemeriksaan fisik

ini mungkin diperlukan berbagai hasil pemeriksaan laboratorium, rontgen,

sebelum sampai pada satu kesimpulan mengenai diagnosis. Untuk lembaran

anamnese dan pemeriksaan fisik dapat dipergunakan formulir kosong atau

formulir dengan catatan penunjuk. Pokok-pokok pengisian anamnese,

meliputi:

1. Keluhan utama : pernyataan singkat tentang keadaan dan lamanya

gejala yang timbul yang menyebabkan pasien meminta pertolongan

medis, berdasarkan laporan yang diucapkan oleh pasien sendiri maupun

yang mengantarkan ke dokter.

2. Riwayat penyakit sekarang : penjelasan detail secara kronologis tentang

perkembangan penyakit pasien : sejak timbulnya gejala pertama sampai

saat ini.

3. Riwayat penyakit yang pernah diderita : satu ringkasan tentang

penyakit- penyakit, seperti infeksi akut, kecelakaan, operasi, laergi,

infeksi, mental, metabolik, dsb.

4. Keadaan sosial . Catatan tentang status perkawinan, kebiasaan,

hubungan sosial, pekerjaan dan lingkungannya.

5. Pengamatan ulang sistematik : untuk mengungkapkan gejala-gejala

pokok, yang mungkin terlupakan oleh si pasien atau kelihatannya

84
tidak perlu, ini

85
untuk menentukan seberpa jauh dan teliti pemeriksaan fisik harus

dilakukan.

Pemeriksaan fisik mencakup 4 langkah dasar yaitu:

1. Inspeksi : melihat ke seluruh bagian tubuh.

2. Palpasi : meraba berbagai bagian tubuh.

3. Perkusi : mengetok daerah tertentu pada tubuh dengan jari

tangan/alat , mendengar suaranya dan meneliti tingkat resistensinya.

4. Auskultasi : Mendengar bunyi yang terjadi karena proses fisiologis

atau patologis didalam tubuh.

c. Lembar Grafik

Lembaran grafik memberikan gambaran kepada dokter tentang suhu,

nadi, dan pernafasan seorang pasien. Pengisiannya dilakukan oleh petugas

perawat, dimulai saat pasien mulai dirawat. Dalam lembaran grafik ini juga

dicatat data- data tekanan darah, pemasukan dan pengeluaran cairan, defikasi.

Dapat juga diisi informasi tentang kunjungan dokter, spesimen untuk

laboratorium, diet, dll

d. Perjalanan Penyakit, Instruksi Dokter, Dan Pengobatan

Perintah medis tertulis adalah petunjuk dokter kepada bagian perawatan

dan staf medis /paramedis mengenai semua medikasi dan pengobatan yang

diberikan kepada pasien.

Petugas rekam medis dalam meneliti kelengkapan lembaran perintah

dokter, harus mengamati :

1. Semua perintah harus telah ditandatangani oleh pemberi perintah.

86
Perintah yang diberikan secara lisan atau lewat telepon harus

ditandatangani oleh si

87
pemberi perintah pada kunjungan berikutnya, yang menunjukkan dia

benar-benar bertanggungjawab atas perintah tersebut. Untuk

menghindari kekeliruan, diusahakan agar perintah lisan maupun telepon

ini tidak sering terjadi.

2. Perintah keluar harus ditulis sebelum pasien meninggalkan rumah


sakit.

Jika perintah keluar belum ditulis, petugas rekam medis harus meneliti

apakah ada pernyataan yang ditandatangani pasien keluar atas tanggung

jawab sendiri. Pernyataan ini harus disimpan di dalam rekam medisnya.

Dalam hal ini harus ada catatan dari dokternya yang menyatakan bahwa

pasien telah keluar tanpa persetujuan.

3. Hasil-hasil pemeriksaan diagnosis yang diperintahkan/dimintakan oleh

dokter harus ada di dalam rekam medis. Petugas rekam medis harus

berusaha memperolehnya, untuk secepatnya disatukan dengan berkas

rekam medis yang bersangkutan.

4. Catatan medik harus diisi laporan-laporan tindakan/pengobatan yang

diperintahkan kepada paramedis, seperti terapi inhalasi,occupational

therapy, physical therapy, dan sebagainya.

e. Catatan Perkembangan

Lembaran ini mencatat secara spesifik perkembangan penyakit pasien

yang ditulis dan ditandatangani oleh dokter. Catatan pertama dimulai dengan

catatan pada saat pasien masuk, yang seterusnya ditambah selama pasien di

dalm perawatan dan diakhiri pada saat pasien keluar atau meninggal. Catatan

pada saat pasien untuk: mencatat ringkasan keadaan umum pasien pada saat

msuk, terutama fakta-fakta penting yang belum tercatat pada anamnese dan

88
pemeriksaan fisik.

89
Fakta tersebut mungkin didapat dari keluarga pasien, dokter yang mengirim

atau dari rumah sakit lain. Catatan selama pasien dalam

perawatan:memberikan perkembangan ini harus dibuat setiap hari, setiap

beberapa jam salama fase akutnya seorang pasien, dan seterusnya sesuai

dengan perkembangan pasien itu sendiri. Semua tindakan yang dilakukan

dicatat jam, tanggal dan jenis tindakannya. Semua catatan harus

ditandatangani oleh dokter pemeriksa

f. Catatan Perawat/Bidan

Catatan Perawat/Bidan digunakan oleh petugas perawatan untuk

mencatat pengamatan mereka terhadap pasien dan pertolongan perawat yang

telah mereka berikan kepada pasien. Catatan ini memberikan gambaran

kronologis pertolongan perawat, pengobatan yang diberikan dan reaksi pasien

terhadap tindakan tersebut. Catatan ini berfungsi sebagai alat komunikasi

antara sesama perawat, antara perawat dengan dokter.

Ada empat kegunaan catatan perawat/bidan , yaitu:

1. Mencatat keadaan pasien selama tidak dilihat oleh dokter. Ini adalah

catatan hal-hal yang penting oleh perawat yang memberikan gambaran

perspektif yang jelas tentang perkembangan seorang pasien ditentukan

oleh informasi yang dicatat pada lembaran ini. Dengan bantuan catatan

perawat yang ditulis secara seksama, seorang dokter dapat mengikuti

perkembangan pasiennya, meskipun ia mengunjungi pasien hanya

sekali dalam satu hari.

2. Menghemat waktu bagi dokter dan mencegah timbulnya


kekeliruan.

90
Tanpa adanya catatan tersebut, gambaran pasien dari waktu ke
waktu,

91
kepada petugas yang harus merawat pasien tersebut harus dijelaskan

sendiri-sendiri keadaan seorang pasien. Hal ini tidak saja makan waktu,

tetapi juga memungkinkan banyak kesalahan dalam pemberian

medikasi dan pengobatan.

3. Sebagai bukti pelaksanaan pekerjaan. Sangat perlu sekali setiap

perawat harus mencatat apa-apa tindakan yang telah dilakukan sesuai

dengan perintah dokter, sehingga dokter dapat melihat hasilnya dan

menentukan tindakan pengobatan selanjutnya. Untuk pembuktian

secara hukum, catatan Perawat/Bidan berguna sebagai bukti

pertolongan yang diberikan maupun bukti reaksi pasien terhadap

pertolongan tersebut.

4. Sebagai salah satu kelengkapan berkas rekam medis.

Catatan Perawat/Bidan dimulai pada saat pasien masuk ruang

perawatan dan meliputi:

- Tanggal dan Jam.

- Catatan-catatan tentang keadaan pasien, gejala-gejala yang tampak.

- Pengobatan yang dilakukan.

Selama seorang pasien dirawat di rumah sakit, catatan Perawat/Bidan

harus memuat observasi harian seorang pasien, juga rekam medisasi dan

pengobatan yang diberikan.

g. Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Rontgen

Lembaran ini dipakai untuk meletakkan formulir-formulir hasil

pemeriksaan laboratorium maupun rontgen yang dilakukan kepada pasien.

Cara meletakkan formulir-formulir hasil pemeriksaan secara kronologis

92
berdasarkan waktu, dimulai dari bawah, terus ke atas.

93
h. Ringkasan Perawatan Pasien ( Resume)

Ringkasan dapat ditulis pada lembaran tersendiri yaitu lembar Resume

Medis. Pengecualian bagi Resume Medis ini, terutama untuk pasien yang

dirawat

< 24 jam, cukup menggunakan Resume Medis Rawat Jalan, misalnya untuk

kasus-kasus One Dace Care (ODC), Tonsilectomy, Adenoidectomy,

kecelakaan ringan, dan sebagainya.

Tujuan dibuatnya resume ini adalah :

1. Untuk menjamin kontinuitas pelayanan medis dengan kualitas yang

tinggi serta sebagai bahan yang berguna bagi dokter yang menerima

pasien apabila pasien tersebut dirawat kembali.

2. Sebagai bahan penilaian staf medis rumah sakit.

3. Untuk memenuhi permintaan dari badan-badan resmi atau perorangan

tentang perawatan seorang pasien, misalnya dari Perusahaan Asuransi

(dengan persetujuan pimpinan)

4. Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas dokter yang

mngirim dan konsultan. Hal ini menjadi semacam insentif bagi semua

dokter yang diharuskan menulis resume.

5. Untuk diberikan tembusannya kepada asisten ahli yang memerlukan

catatan tentang pasien yang pernah mereka rawat.

Resume ini harus disingkat dan hanya menjelaskan informasi penting

tentang penyakit, pemeriksaan yang dilakukan dan pengobatannya. Resume ini

harus ditulis segera setelah pasien keluar dan isinya menjawab pertanyaan-

pertanyaan berikut :

94
1. Mengapa pasien masuk rumah sakit (pertanyaan klinis singkat tentang

keluhan utama, dan riwayat penyakit sekarang)

2. Apakah hasil-hasil penting pemeriksaan laboratorium, rontgen dan fisik

(hasil negatif mungkin sama pentingnya dengan hasil positif)

3. Apakah pengobatan medis maupun operasi yang diberikan (termasuk

respon pasien, komplikasi dan konsultasi)

4. Bagaimana keadaan pasien pada saat keluar (perlu berobat jalan,

mampu bergerak sendiri, mampu untuk bekerja)

5. Apakah anjuran pengoatan.perawatan yang diberikan (nama obat dan

dosisnya, tindakan pengobatan lainnya, dirujuk kemana, perjanjian

untuk datang lagi)

Didalam berkas rekam medis, lembaran resume diletakkan sesudah

Ringkasan Masuk dan Keluar, dengan maksud memudahkan dokter melihatnya

apabila diperlukan. Resume ini harus ditandatangani oleh dokter yang

merawat, bagi pasien yang meninggal tidak dibuatkan resume, tetapi dibuatkan

Laporan Sebab Kematian.

i. Ketentuan Pengisian Berkas Rekam Medis

Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya setelah

pasien menerima pelayanan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-

lambatnya dalam waktu 1 X 24 jam harus ditulis dalam lembaran

medis.

95
2. Semua pencatatan harus ditandatangani oleh dokter/ tenaga kesehatan

lainnya sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama terangnya serta

diberi tanggal.

3. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa

lainnya ditandatangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang

merawat atau oleh dokter pembimbingnya.

4. Catatan yang dibuat oleh Residen harus diketahui oleh dokter

pembimbingnya.

5. Dokter yang merawat, dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan

melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf.

6. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan

i. Pengolahan Data Medis

Semua bentuk catatan , baik hasil rekapitulasi harian, maupun

lembaran- lembaran formulir rekam medis merupakan bahan yang perlu diolah

untuk selanjutnya dipakai sebagai bahan laporan RS. Sebelum dilakukan

pengolahan, berkas-berkas rekam medis tersebut diteliti kelengkapannya baik

isi maupun jumlahnya. Rekapitulasi dari sensus harian diolah untuk

menyiapkan laporan yang menyangkut kegiatan rumah sakit, sedangkan

formulir-formulir rekam medis diolah untuk menyiapkan laporan yang

menyangkut morbiditas dan mortalitas.

Kegiatan pengolahan yang dilakukan:

1. Perakitan (Assembling ) Rekam Medis

A. Perakitan Rekam Medis pasien rawat jalan, meliputi:

1. Pembatas Poliklinik

96
2. Lembar Dokumen Pengantar

3. Lembaran Poliklinik

4. Hasil Pemeriksaan Penunjang

5. Lembar administrasi

B. Perakitan Rekam Medis pasien rawat inap

 Perakitan rekam medis pasien rawat inap untuk kasus anak


meliputi :

1. Ringkasan (diisi oleh bagian RM)

2. Pembatas Masuk

3. Ringkasan Masuk & Keluar

4. Surat Dokumen Pengantar

5. Instruksi Dokter

6. Lembar Konsultasi

7. Catatan Perawat

8. Catatan Perkembangan

9. Grafik Suhu, Nadi dan Pernafasan

10. Pengawasan Khusus

11. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

12. Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik

13. Salinan Resep

14. Resume/Laporan Kematian

 Perakitan rekam medis pasien rawat inap untuk kasus bedah


meliputi

1. Ringkasan

2. Pembatas Masuk

3. Surat Dokumen Pengantar

97
4. Instruksi Pra/Pasca Bedah

5. Catatan Anastesi

6. Laporan Pembedahan

7. Instruksi Dokter

8. Catatan Perkembangan

9. Lembar Konsultasi

10. Catatan Perawat

11. Grafik Suhu, Nadi dan Pernapasan

12. Pengawasan Khusus

13. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

14. Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik

15. Salinan Resep

16. Resume/Laporan kematian

 Perakitan rekam medis pasien rawat inap kasus kebidanan


meliputi:

1. Pembatas Masuk

2. Ringkasan Masuk & Keluar

3. Surat Dokumen Pengantar

4. Lembar Obstetrik

5. Catatan Persalinan

6. Lembaran Bayi Baru Lahir

7. Instruksi Dokter

8. Catatan perkembangan

9. Lembar Konsultasi 10.Catatan Perawat

98
11.Grafik Nifas (Grafik Ibu) 12.Pengawasan Khusus

13.Hasil Pemeriksaan Laboratorium 14.Hasil Pemeriksaan

Radiodiagnostik 15.Salinan Resep

16.Resume/Laporan kematian

 Perakitan rekam medis pasien rawat inap kasus bayi lahir meliputi
:

1. Pembatas Masuk

2. Ringkasan Masuk & Keluar

3. Riwayat Kelahiran

4. Instruksi Dokter

5. Catatan Perkembangan

6. Lembar Konsultasi

7. Catatan Perawat

8. Grafik Bayi

9. Pengawasan Khusus

10.Hasil Pemeriksaan Laboratorium 11.Hasil Pemeriksaan

Radiodiagnostik 12.Salinan Resep

13.Resume/Laporan kematian

99
2. Koding (coding)

Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada di dalam rekam medis

harus diberi kode dan selanjutnya diindeks agar memudahkan pelayanan pada

penyajian informasi untuk menunjang fungsi perencanaan, managemen, dan

riset bidang kesehatan.

Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization)

bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala

dan factor yang mempengaruhi kesehatan.

Sejak tahun 1993 WHO mengharuskan negara anggotanya termasuk

Indonesia menggunakan klasifikasi penyakit revisi-10, International Statical

Clasification Deseasses and Health Problem 10 Revice. ICD 10 menggunakan

kode kombinasi yaitu menggunakan abjad dan angka (alpha numeric).

Kecepatan dan ketepatan Koding dari suatu diagnosis sangat tergantung

kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut yaitu:

 Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis

 Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode

 Tenaga kesehatan lainnya.

Penetapan diagnosis sorang pasien merupakan kewajiban hak dan

tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah oleh

karenanya diagnosis yang ada dalam rekam medis harus diisi dengan lengkap

dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku ICD 10.

Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas

keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis.

Oleh karenanya untuk hal yang kurang jelas atau yang tidak lengkap,

sebelum

100
koding ditetapkan, komunikasikan terlebih dahulu pada dokter yang membuat

diagnosis tersebut.

Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas

rekam medis harus membuat koding sesuai dengan klasifikasi yang tepat.

Disamping kode penyakit, berbagai tindakan lain juga harus dikoding sesuai

klasifikasi masing-masing.

 Koding Penyakit (ICD-10)

 Pembedahan/Tindakan (ICD-9 CM)

 Koding Obat-obatan

 Laboratorium

 Radiologi

 Dokter (pemberi pelayanan)

 Alat-alat

 Dan lain-lain

* CARA PENGGUNAAN ICD - 10

1. Menggunakan buku ICD - 10 Volume I berisi tentang :

a. Intruduction ( pendahuluan )

b. Kelompok daftar tabulasi

c. Kode kondisi tertentu.

d. Petunjuk yang digunakan dalam daftar tabulasi

e. Kategori karakteristik perintah

2. Menggunakan buku ICD - 10 Volume III berisi tentang :

a. Penggunaan Index Alfabetic

b. Susunan

101
c. Kode angka

d. Tanda perintah yang ada dalam buku ICD - 10 Volume I

3. Petunjuk dasar koding

a. Indentifikasi tipe panyakit/luka atau kondisi lain di dalam

buku ICD-10 Vol. I.

b. Cari kata dasar ( Lead term )

c. Baca dan catat petunjuk kata dasar (di garis bawahi).

d. Rujuk di buku ICD - 10 Volume III

e. Rujuk di buku ICD - 10 Volume I

f. Tentukan kode penyakit tersebut

3. Indeksing

Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah

dibuat kedalam indeks-indeks menggunakan kartu indeks. Didalam kartu

indeks tidak boleh mencantumkan nama pasien .

Jenis indeks yang dibuat:

a. Indeks Pasien

Adalah data base komputer yang berisi nama semua pasien yang

pernah berobat di RS. Baptis Batu.

Informasi yang ada di dalam data base ini adalah:

- Nama lengkap, jenis kelamin, umur, alamat, tempat dan tgl lahir,

pekerjaan.

- Tanggal berobat jalan maupun rawat inap.

Kegunaan:

Data base ini adalah kunci untuk menemukan berkas rekam medis
pasien.

102
Cara Penyampaian :

1. Data base tersusun secara alphabet seperti susunan kata-kata dalam


kamus.

2. Data base ini digunakan untuk mencari berkas rekam medis pasien

yang tidak membawa kartu berobat sehingga dapat dicari berdasarkan

nama pasien.

3. Data base di kontrol setiap hari oleh Petugas di Unit Rekam Medis

sehingga data selalu up to date.

b. Indeks Penyakit (Diagnosis) dan Operasi

Indeks penyakit dan indeks operasi adalah suatu data base yang

menyimpan kode diagnosa penyakit maupun tindakan operasi setiap pasien

yang berobat di RS. Baptis Batu

Informasi yang ada didalam data base ini adalah:

1. Nomor Kode Diagnosa penyakit atau tindakan operasi.

2. Judul, Bulan, Tahun

3. Nomor Penderita

4. Jenis Kelamin

5. Umur.

Kegunaan :

Data base ini dapat untuk mengindeks penyakit maupun tindakan

operasi sesuai dengan informasi yang diinginkan untuk keperluan sbb:

1. Mempelajari kasus-kasus terdahulu dari satu penyakit untuk

memperoleh pengertian tentang penanggulangan terhadap penyakit-

103
penyakit/masalah- masalah kesehatan pada saat ini.

104
2. Untuk menguji teori-teori membandingkan data-data

tentang penyakit/pengobatan dalam rangka penyuguhan tulisan-tulisan

ilmiah

3. Menyuguhkan data untuk menyusun keperluan alat-alat baru, tempat

tidur dan lain-lain.

4. Menilai kualitas pelayanan di RS. Baptis Batu Menyuguhkan data

pelayanan yang diperlukan dalam survey kemampuan RS. Baptis Batu.

5. Menemukan rekam medis dimana dokternya hanya ingat diagnosa

atau operasinya, sedangkan nama pasien yangn bersangkutan lupa.

6. Menyediakan materi pendidikan untuk mahasiswa kedokteran,

perawat, dll.

Cara penyimpanan:

Dengan sistem komputerisasi yang diback up setiap waktu tertentu

secara periodik sehingga data rusak atau hilang dapat dicegah.

c. Indeks Dokter

Adalah data base yang berisi nama dokter yang memberikan

pelayanan medik kepada pasien.

Kegunaan :

1. Untuk menilai pekerjaan dokter.

2. Bank data dokter bagi RS. Baptis Batu.

d. Indeks Kematian

Informasi yang tetap dalam indeks kematian:

1. Nama penderita

105
2. Nomor RekMed

106
3. Jenis Kelamin

4. Umur

5. Kematian : kurang dari sejam post operasi

6. Dokter yang merawat

7. Hari Perawatan

8. Wilayah.

Kegunaan :

Statistik menilai mutu pelayanan dasar menambah dan meningkatkan

peralatan/tenaga.

Cara penyimpanan indeks kematian : Dalam sistem komputerisasi.

k. Tata Cara Pengambilan Kembali Rekam Medis

1. Pengeluaran Rekam Medis

Ketentuan pokok yang harus ditaati ditempat penyimpanan adalah :

a. Tidak satupun rekam medis boleh keluar dari ruang Rekam Medis,

tanpa tanda keluar/kartu permintaan. Peraturan ini tidak hanya

berlaku bagi orang-orang diluar rekam medis, tetapi juga bagi

petugas-petugas rekam medis sendiri.

b. Seseorang yang menerima/meminjam rekam medis, berkewajiban

untuk mengembalikan dalam keadaan baik dan tepat waktunya.

Harus dibuat ketentuan berapa lama jangka waktu satu rekam

medis diperbolehkan tidak berada di rak penyimpanan. Seharusnya

setiap rekam medis kembali lagi ke raknya pada setiap akhir hari

kerja, sehingga dalam keadaan darurat staf rumah sakit dapat

mencari informasi yang diperlukan.

107
c. Rekam medis tidak dibenarkan diambil dari rumah sakit, kecuali

atas perintah pengadilan. Dokter-dokter atau pegawai rumah sakit

yang berkepentingan dapat meminjam rekam medis, untuk dibawa

ke ruang kerjanya selama jam kerja, tetapi semua rekam medis

harus dikembalikan ke ruang rekam medis pada akhir jam kerja.

Jika beberapa rekam medis akan digunakan selama beberapa hari,

rekam medis tersebut disimpan dalam tempat sementara di ruang

rekam medis. Kemungkinan rekam medis dipergunakan oleh

beberapa orang perpindahan dari orang satu ke lain orang ini, harus

dilakukan dengan mengisi “Kartu Pindah Tangan” karena dengan

cara ini rekam medis tidak perlu bolak-balik dikirim ke bagian

rekam medis. Kartu pindah tangan ini dikirimkan ke bagian rekam

medis, untuk diletakkan sebagai penunjuk keuarnya rekam medis,

Kartu pindah tangan tersebut berisi: tanggal, pindah tangan dari

siapa, kepada siapa, untuk keperluan apa dan digunakan oleh

dokter siapa.

2. Petunjuk Keluar (Outguide)

Petunjuk keluar adalah suatu alat yang penting untuk mengawasi

penggunaan rekam medis. Dalam penggunaannya “Petunjuk Keluar” ini

diletakkan sebagai pengganti pada tempat map-map rekam medis yang diambil

(dikeluarkan) dari rak penyimpanan. Petunjuk keluar tetap berada di rak

tersebut, sampai map rekam medis yang diambil (dipinjam) kembali.

Petunjuk keluar yang dipakai berbentuk kartu yang dilengkapi dengan

kantong tempel tempat menyimpan surat pinjam. Petunjuk keluar ini dapat

108
diberi

109
warna, yang maksudnya untuk mempercepat petugas melihat tempat-tempat

penyimpanan kembali map-map rekam medis yang bersangkutan. Petunjuk

keluar ini haruslah dibuat dari bahan (kertas) yang keras dan kuat.

3. Ketentuan dan Prosedur Penyimpanan Lainnya

Ketentuan dasar yang membantu memperlancar pekerjaan pengelolaan

rekam medis:

a. Pada saat rekam medis dikembalikan ke sub bagian rekam medis,

harus disortir menurut nomor, sebelum disimpan. Hal ini

membantu menemukan rekam medis yang diperlukan tetapi tidak

ada dalam tempat penyimpanan dan memudahkan pekerjaan

penyimpanan.

b. Hanya petugas-petugas rekam medis yang dibenarkan menangani

rekam medis, pengecualian diberikan kepada pegawai rumah sakit

yang bertugas pada sore hari dan malam hari. Dokter-dokter, staf

rumah sakit, pegawai-pegawai dari bagian lain tidak diperkenankan

mengambil rekam medis dari tempat penyimpanannya. Pada waktu

sore hari petugas-petugas kamar darurat atau pengawas perawatan,

harus menyimpan rekam medis yang telah dikembalikan pada

tempat yang telah ditentukan (di Instalasi Rekam Medis atau

bagian lain).

c. Rekam medis yang sampulnya rusak atau lembarannya lepas, harus

segera diperbaiki, untuk mencegah makin rusak/hilangnya

lembaran- lembaran yang diperlukan.

d. Pengamatan terhadap penyimpanan harus dilakukan secara

110
periodik, untuk menemukan salah simpan dan melihat kartu

pinjaman yang rekam medisnya masih belum dikembalikan.

111
e. Rekam medis dari pegawai-pegawai sub bagian rekam medis itu

sendiri atau rekam medis yang berkenaan dengan proses hukum,

jangan disimpan ditempat penyimpanan biasa, harus disimpan

ditempat khusus diruangan pimpinan bagian rekam medis, sedang

ditempat penyimpanan biasa diberi petunjuk.

f. Petugas penyimpanan harus memelihara kerapian dan teraturnya

rak- rak penyimpanan yang menjadi tanggung jawabnya.

g. Rekam medis yang sedang diproses/dipakai oleh petugas sub

bagian rekam medis harus diletakkan diatas meja/rak tertentu

dengan maksud bahwa rekam medis tersebut setiap saat dapat

dipergunakan.

h. Rekam medis yang sangat tebal harus dijadikan 2 atau 3 jilid.

i. Petugas yang mengepalai kegiatan penyimpanan harus membuat

laporan rutin kegiatan yang meliputi :

- Jumlah rekam medis yang dikeluarkan setiap hari dari

rak penyimpanan untuk memenuhi permintaan.

- Jumlah permintaan darurat

- Jumlah salah simpan

- Jumlah rekam medis yang tidak dapat ditemukan

Data tersebut berguna untuk rencana pengelolaan dan pengawasann

penyimpanan rekam medis.

4. Distribusi Rekam Medis

Ada berbagai cara untuk mengangkut rekam medis. Di RS. Baptis

Batu pengangkutan dilakukan dangan tangan dari satu tempat ke tempat

112
lainnya, oleh

113
karena itu Bagian Rekam Medis harus membuat satu jadwal pengiriman dan

pengambilan untuk berbagai bagian yang ada di RS. Baptis Batu. Frekuensi

pengiriman dan pengambilan ini ditentukan oleh jumlah pemakaian rekam

medis.

Petugas Bagian Rekam Medis tidak dapat mengirim satu-satu rekam

medis secara rutin pada saat-saat diminta mendadak. Untuk ini bagian-bagian

lain yang memerlukan (untuk darurat ) harus mengirim petugasnya untuk

mengambil sendiri ke Instalasi Rekam Medis.

Distribusi Rekam Medis yang rutin di lakukan petugas Cirkuler di lakukan

pada instalasi:

- Instalasi Rawat Jalan

- Instalasi Rawat Darurat

- Instalasi Rehab Medik

- Instalasi Laboratorium

- Instalasi Radiologi

l. Otoritas Akses Rekam Medis

Otoritas akses rekam medis bisa diartikan bahwa semua tenaga kesehatan

maupun penunjang kesehatan yang bisa membuka, mengisi, menilai atau

meneliti isi dari dokumen rekam medis, meskipun dalam Peraturan Menteri

Kesehatan 269/Menkes/Per/III/2008 telah diatur siapa saja yang boleh

mengakses dokumen rekam medis, meskipun dalam pelaksanaannya amat sulit

menerapkan peraturan tersebut di sebabkan sesuatu hal yang menyangkut

proses administrasi sehingga dengan demikian diperlukan suatu kebijakan

khusus dari pemilik rumah sakit demi kelancaran suatu proses administrasi.

114
Berdasarkan kendala yang di hadapi

115
tersebut, dan menimbang kelancaran suatu proses tersebut maka dibuatlah

kebijakan Direktur Rumah Sakit Baptis tentang:

a. Siapa yang berhak mengakses Dokumen Rekam Medis:


- Dokter & Dokter Gigi.
- Perawat.
- Bidan.
- Petugas Rekam medis.
- Pekarya Kesehatan.
- Petugas Instalasi Radiologi.
- Petugas Instalasi Laboratorium.
- Petugas Instalasi Rehabilitasi Medis.
- Petugas Instalasi Gizi.
- Petugas Instalasi Kamar Operasi.
- Petugas Instalasi Farmasi.
- Petugas Administrasi Rawat Jalan, Gawat Darurat.
- Petugas layanan perusahanan asuransi
b. Tempat mengakses dokumen rekam medis
- Bagian Rekam Medis
- Ruang perawatan rawat inap
- Poliklinik / Poliklinik Gigi/ IGD
- Kasir
- Layanan Perusahaan Asuransi
- Farmasi
- Kamar Oprasi
- Laborat
- Radiologi
- Rehabilitasi Medik

116
BAB V LOGISTIK

Instalasi Rekam Medis RS. Baptis Batu setiap bulan mempunyai

permintaan rutin yang terbagi menjadi dua yaitu ATK (Alat Tulis Kantor)

dan ART (Alat Rumah Tangga). ATK dan ART jadwal permintaannya

setiap hari Senin dan pengambilan tiap hari rabu. Berikut tabel permintaan

rutin Instalasi Rekam Medis RS. Baptis Batu:

JUMLAH
NO NAMA BARANG
BARANG
1 BANTALAN STEMPEL 4
2 BOLPOINT MERAH 12
3 BOLPOINT STANDART/BIASA 160
4 BUKU EKSPEDISI 5
5 BUKU FOLIO 100 2
6 CLIP (B) 5
7 CLIP (K) 5
8 CUTTER (B) 1
9 ISI STAPLES 23/10 5
10 ISI STAPLES (B) 12
11 ISI STAPLES (K) 24
12 ISOLASI BENING (K) 50
13 KERTAS NCR 3 PLY (14 7/8 X 14) 3
14 KERTAS ROLL (58X65X12)MM 100
15 KERTAS FOTO COPY 70 GR 200
16 LAKBAN COKLAT 5
17 LAKBAN HITAM 5
18 LEM POVINAL REFIL 12
19 LEM POVINAL 24
20 OTNER FOLIO 5
21 PELUBANG KERTAS 2
22 PENGHAPUS PENSIL 5
23 PENGHAPUS WHITE BOARD 2
24 PENSIL 2 B 5
25 PENYANGGAH BUKU 10
26 PITA PRINTER 8758 EPSON 10

117
27 SPIDOL BOARD MARK HITAM 24
28 SPIDOL MARKER HITAM 50
29 STABILLO 5
30 STAPLER (B) 5
31 STAPLER (K) 5
32 STIPO KIROKO 2
33 TINTA ORI EPSON HITAM 70 ML 5
34 TINTA ORI EPSON BIRU 70 ML 5
35 TINTA ORI EPSON KUNING 70 ML 5
36 TINTA ORI EPSON MERAH 70 ML 5
37 TINTA STEMPEL 5
38 GANTI DRUM 24
39 REFF TONER LASER CANON LBP 2900 24
40 RIBON TMU U-220 24
41 PRINTER STICKER LABEL FUJI XEROX 1
42 PRINTER DOT MATRIX EPSON LX-800 1
43 SCANNER BARCODE 4
44 KURSI BESI UNTUK PASIEN + PENDAFTARAN 8
45 TROLLEY BESI 1
46 CPU 3
47 LCD BENQ 16" 610HDPL 3
48 UPS PROLINE 700W 3
49 KEYBOARD LOGITECH K 100 3
SUB. TOTAL 1 888

CETAKAN
JUMLAH
NO NAMA BARANG
BARANG
1 AMPLOP RSBB (T) 2
2 BON MAKAN DINAS LEMBUR 2
3 BUKU BANTU SENSUS HARIAN (LT) 12
4 BUKU REG. PEND. Px RAWAT INAP 12
5 CAIRAN MSK. & KEL. TUBUH 004/RIM 6
6 CAT. SERAH TERIMA POST OPRS. RM 17.1 4.000
7 CATATAN DOKTER 005/RIM 6
8 CATATAN KAMAR RECOVERY 009 A4 4.000
9 CATATAN KOMPAS 4.000
10 CATATAN MIN. /IV CLISIS U/ BAYI 4.000
11 CATATAN PERAWAT 006 A / ADM 4.000
12 CLINICAL RECORD / ANESTHESIA 4.000
13 ADMINISTRASI 006A/CAT.PWRT 006A/RIM 8

118
14 DAFTAR PEM. PEMBEDAHAN. 009 A2 4.000
15 FISIO THERAPI CAT. PERAWATAN 007 4.000
16 FORM PERSETUJUAN PULANG 8
17 FORM RM (BC BIRU) 4.000
18 FORM PELAYANAN JAMKESMAS INA-DRG 4.000
19 FORMULIR IDENTITAS PASIEN 500
20 GRAFIK 002/RIM 8
21 HASIL PEM. LAB./ PEM.RO/PA BIRU(R.I) 4.000
22 INDETIFIKASI BAYI BARU LAHIR 500
23 KETERANGAN OPERASI (B/K)(3) 500
24 KETERANGAN OPERASI (MR)(2) 500
25 KONSULTASI MEDIS ANTAR BAGIAN 4.000
26 LAPORAN OPERASI 009 A1/RIM 12
27 LEMBAR OBSERVASI 009 AA1 4.000
28 LEMBAR PEL. PASIEN R.J (KEU 01)/RIM 12
29 LEMBAR PENGWS.N NEUROLOGIS 4.000
30 ORDER PEMBELIAN NON STOK 1
31 PEL.RAWAT INAP PX. ASKES 5
32 PENG. BARANG / OBAT DI GUDANG 5
33 PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK 1.200
34 PERSETUJUAN TINDAKAN PEMBIUSAN 1.200
35 POLI BAPTIS/CAT. PEMERIKSAAN PX 4.000
36 REKAM MEDIS POLI GIGI 2.000
37 REKAM MEDIS IGD 2.000
38 RESUME KEPER PX PULANG RM 18 4.000
39 RINGKASAN RESUME 3 PLY/BUKU 10
40 RINGKASAN KELUAR MASUK RM 01/RIM 10
41 RIWAYAT KES PEMER RM.02.1/006B 4.000
42 SENSUS HARIAN (MR) 4.000
43 SLIP PERBAIKAN BENGKEL 5
44 SURAT KET. IZIN OPERASI 5
45 SURAT KET. PENOLAKAN OPNAME 5
46 SURAT PERINTAH KERJA LEMBUR 5
47 TANDA - TANDA VITAL 004 4.000
48 SURAT PERJ. PEMB. BIAYA PERAWATAN 4.000
49 SURAT PERNYATAAN PASIEN UMUM 4.000
50 RIWAYAT KEP. PX. DEWASA 006A 4.000
51 PENGKAJIAN NIFAS 006B 2.000
52 PENGKAJIAN ANTENATAL 006B 2.000
53 DAF. MSLH BERDASAR.PRIORITAS 006B 4.000
54 RENCANA ASUHAN KEP. 006C 4.000
55 DAFT. MSLH U/ TINDAKAN 006C 4.000
56 FORM SERAH TERIMA PASIEN RM 05 4.000

119
57 DOKUMEN PEMBERIAN INFO. RM 03 4.000
58 SURAT PULANG PAKSA (RM 02) 1.000
59 PERKIRAAN BIAYA OPERASI (KEU 07) 2.000
60 DOKUMEN PENGKAJIAN KEP. 006A 4.000
61 EVALUASI SUMATIF ASKES 008 4.000
62 IMPLEMENTASI & EVALUASI SESAAT 4.000
63 SRT PERJ. PEMB. BIAYA PENGOB. KEU 05 4.000
SUB. TOTAL 2 139.539

BENGKEL
JUMLAH
NO NAMA BARANG
BARANG
1 LAMPU NEON 40 KOMPLIT 10
2 LAMPU SL 20 W SPIRAL 10
SUB TOTAL 3 20

RUMAH TANGGA & DAPUR


JUMLAH
NO NAMA BARANG
BARANG
1 ALKALINE A 2 5
2 BAYGON SPRAY 12
4 KARET GELANG 1 0NS 2
5 KOROK WC 1
6 LAP PIRING 5
8 PLASTIK ES 24
9 SABUN CUSSONS 12
10 SANDAL JEPIT 10,5 2
11 SUNLIGHT 400 ML 24
12 WASH HAND 24
13 SAPU LANTAI 2
SUB TOTAL 4 113

JUMLAH
KETERANGAN
BARANG
SUB. TOTAL 1 888
SUB. TOTAL 2 139.539
SUB. TOTAL 3 20
SUB. TOTAL 4 113
TOTAL 140.560

120
BAB VI KESELAMATAN PASIEN

Rekam Medis adalah merupakan pintu pertama dimana seorang pasien

akan menggunakan produk pelayanan kesehatan suatu Rumah Sakit, dimana

pasien siap menggunakan jasa pelayanan yang telah ditawarkan. Dari Rekam

Medis itulah pelayanan tersebut dimulai, apabila dari pertama ada suatu

kesalahan maka yang terjadi akan terjadi kesalahan pula dalam pelayanan

berikutnya. Berdasar kebijakan yang berasal dari:

1. Dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269 /

Menkes / PER / III / 2008 Tentang Rekam Medis.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 129 / Menkes /


SK

/ II / 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 377 / Menkes /


SK

/ III / 2007 Tentang Standar Profesi Perekam Medis Dan Informasi

Kesehatan.

4. Surat Keputusan Direktur RS. Baptis Batu Tentang Kebijakan

Pelayanan Bagian Rekam Medik.

Keselamatan Pasien sangat di nomor satukan dengan mengacu pada

sasaran yang telah ditetapkan pada bagian Rekam Medis salah satunya yaitu

tepat pengidentifikasian pasien:

PASIEN BARU

1. Tersedianya formulir identitas pasien baru yang harus diisi oleh


pasien.

121
2. Petugas rekam medis bertanya kepada pasien :

- Apakah pasien sudah pernah menjalani pengobatan / perawatan di

RS. Baptis Batu ?

- Petugas pendaftaran menunjukkan contoh kartu kepada pasien.

- Apakah pasien akan menggunakan Askes, Jamkesmas atau asuransi

lain seperti pada contoh kartu ?

3. Pengisian formulir identitas pasien hanya untuk pasien baru / pasien

yang belum pernah berobat di RS. Baptis Batu dan tidak

mempunyai kartu identitas.

4. Pengisian nama dan identitas pasien disesuaikan dengan data

identitas diri pasien (KTP / SIM / PASPOR / Kartu Asuransi /

Kartu Pelajar).

5. Pengisian sebutan TN, NY, NN, AN dan SDR berada di


belakang

nama pasien.

6. Pengisian sebutan untuk bayi yang belum memiliki nama adalah

BY. NY. berada di depan nama pasien.

7. Khusus untuk pasien dengan 1 (satu) nama kata maka :

- Bertanya kepada pasien : Siapakah nama ayah kandung ?

- Jika pasien laki-laki maka diberi kata : Nama Pasien_BIN_Nama


Ayah

Kandung Pasien. Contoh : RUDI BIN TARJO, TN.

- Jika pasien perempuan maka diberi kata : Nama


Pasien_BINTI_Nama

Ayah Kandung Pasien. Contoh : MIRDA BINTI HERI, NY.

8. Tidak dibenarkan penulisan gelar pasien.

122
9. Data identitas diri pasien dipakai sebagai pengisian pada status

rekam medis pasien.

123
10. Beri tulisan SOS (pasien Askes), JKM (pasien Jamkesmas), JKD

(pasien Jamkesda) dan SPM (pasien Surat Pernyataan Miskin) pada

posisi tengah atas Rekam Medis pasien.

11. Data identitas diri pasien dipakai sebagai pengisian pada komputer

database identitas pasien.

12. Data identitas diri pasien dipakai dalam stiker labeling pasien.

13. Pengambilan berkas rekam medis pasien mengacu pada nomor

rekam medis, kartu identitas pasien, nama lengkap pasien dan

alamat pasien yang tertera pada rekam medis.

14. Petugas pendaftaran memasukan identitas pasien di komputer

database identitas pasien.

15. Petugas pendaftaran melakukan pendaftaran sesuai permintaan


pasien .

PASIEN LAMA

1. MEMBAWA KARTU IDENTITAS PASIEN / KARTU KEMBALI

KONTROL.

- Masukkan Nomor Rekam Medis pasien yang ada di Kartu

Identitas Pasien / Kartu Kembali kontrol dalam program admission.

- Lakukan konfirmasi berupa komunikasi lesan dengan pasien

dengan menyebut nama dan alamat pasien.

- Lakukan editing database identitas pasien jika pasien masih

belum memiliki sebutan TN, NY, NN, AN dan SDR.

124
- Lakukan editing database identitas pasien jika nama pasien masih

memiliki 1 (satu) kata. Contoh: nama Mella, Ny di edit menjadi

Mella Binti Taru, Ny.

- Lakukan penyimpanan perubahan pada program admission.

2. TIDAK MEMBAWA KARTU IDENTITAS PASIEN /

KARTU KEMBALI KONTROL.

- Lakukan konfirmasi tulisan identitas pasien dengan

mempersilahkan pasien memberitahu nama pasien, alamat pasien

waktu didaftar dahulu, perkiraan waktu terakhir pasien

mendapakan pelayanan dan dokter atau instalasi waktu terakhir

pasien mendapakan pelayanan. Buka program Cari Pasien dengan

memasukkan kombinasi nama lengkap pasien, nama pasien dengan

asal desa pasien, nama pasien dengan kecamatan asal , nama pasien

dengan kota asal pasien.

- Buka file Koding dan indeksing pada waktu terakhir pasien

mendapatkan pelayanan jika masih belum ketemu.

- Buka rekam medis pasien untuk konfirmasi jika data pasien

ditemukan dengan cara manual tracer.

- Lakukan konfirmasi berupa komunikasi lesan dengan pasien

dengan menyebut nama dan alamat pasien jika data identitas

pasien ditemukan.

- Lakukan editing database identitas pasien jika pasien masih belum

memiliki sebutan TN, NY, NN, AN dan SDR.

125
- Lakukan editing database identitas pasien jika nama pasien masih

memiliki 1 (satu) kata. . Contoh: nama Mella, Ny di edit menjadi

Mella Binti Taru, Ny.

- Lakukan penyimpanan perubahan pada program admission.

PASIEN BAYI BARU LAHIR

1. Pasien bayi baru lahir belum diberi nama oleh orang tuanya.

2. Pasien bayi baru lahir diberi identitas : BY. NY. NAMA IBUNYA

Contoh :

BY. NY. SUSIANA

3. Untuk bayi yang sudah diberi nama maka data identitas pasien bayi

ditulis lengkap sesuai dengan formulir isian pendaftaran pasien baru.

4. Masukkan data bayi kedalam database identitas pasien.

5. Umur pasien diisi saat bayi tersebut dilahirkan.

6. Jenis kelamin diisi jenis kelamin bayi.

7. Alamat pasien diisi alamat orang tua bayi.

8. Saat bayi beserta orangtua melakukan kembali control, maka :

- Lihat dalam database identitas pasien.

- Jika masih tertulis BY. NY. NAMA IBUNYA maka beri pasien

formulir isian identitas pasien.

- Isian formulir dimasukkan ke dalam computer database identitas

pasien.

126
BAB VII KESELAMATAN KERJA

UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib

menyelenggarakan upaya kesehatan kerja adalah tempat kerja yang

mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

mempunyai paling sedikit 10 orang.

Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti

disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan

kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Rekam Medis

bertujuan melindungi karyawan dan pelanggan dari kemungkinan terjadinya

kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa

“Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”.

Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat

manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan

selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup

layak sesuai dengan martabat manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral

dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini pegawai Unit Rekam Medis

dan perlindungan terhadap Rumah Sakit.

127
Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan

dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan

meningkatkan produktivitas rumah sakit.

Pemerintah berkepentingan atas keberhasilan dan kelangsungan semua

usaha-usaha masyarakat. Pemerintah berkepentingan melindungi masyaraktnya

termasuk para pegawai dari bahaya kerja.

Sebab itu Pemerintah mengatur dan mengawasi pelaksanaan

keselamatan dan kesehatan kerja. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:

a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada

dalam keadaan sehat dan selamat.

b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.

c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja

dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :

a. Kondisi dan lingkungan kerja

b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan

c. Peranan dan kualitas manajemen

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan

penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :

- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;

- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan

proses produksi;

128
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan

terlalu panas atau terlalu dingin;

- Tidak tersedia alat-alat pengaman;

- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya

kebakaran dll.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di bagian penyimpanan rekam medis:

- Peraturan keselamatan harus terpampang dengan jelas disetiap bagian

penyimpanan.

- Harus dicegah jangan sampai terjadi, seorang petugas terjatuh ketika

mengerjakan penyimpanan pada rak-rak terbuka yang letaknya diatas.

Harus tersedia tangga anti tergelincir. Rak rekam medis RS. Baptis

Batu sudah didesain sedemikian rupa agar petugas tidak memanjat

tangga dalam mengambil mapun mengembalikan dokumen rekam

medis.

- Ruang gerak untuk bekerja selebar meja tulis, harus memisahkan rak-

rak penyimpanan.

- Penerangan lampu yang cukup baik, menghindarkan kelelahan

penglihatan petugas. Pada penerangan di tempat penyimpanan, lampu

ditempatkan ditengah-tengah sela rak agar memudahkan pencarian

pada malam hari.

- Perlu diperhatikan pengaturan suhu ruangan, kelembaban, pencegahan

debu, dan pencegahan bahaya kebakaran.

129
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek

yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar

yang digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :

6.1. DEFENISI INDIKATOR.

Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu

indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa

melihat perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.

Kriteria :

Adalah spesifikasi dari indikator.

Standar :

 Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang

yang berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang

bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat performance atau

kondisi tersebut.

 Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang

sangat baik.

 Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai

atau mutu.

Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus

memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:

1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan.

130
 Keprofesian.

 Efisiensi.

 Keamanan pasien.

 Kepuasan pasien.

 Sarana dan lingkungan fisik.

2. Indikator yang dipilih.

a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan

proses.

b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok

daripada untuk perorangan.

c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar

Rumah Sakit.

d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang

dipilih untuk dimonitor.

e. Didasarkan pada data yang ada.

3. Kriteria yang digunakan.

Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat

menilai indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara

mutu baik dan mutu tidak baik.

4. Standar yang digunakan.

Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :

a. Acuan dari berbagai sumber.

b. Benchmarking (studi banding) dengan Rumah Sakit yang setara.

c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan.

131
6.2. INDIKATOR DAN STANDAR PELAYANAN.

NO INDIKATOR STANDAR

1 Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai 100 %

pelayanan

2 Kelengkapan Informed Concent setelah mendapatkan informasi 100 %

yang jelas

3 Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan ≤ 10 menit

4 Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap ≤ 15 menit

6.3. URAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL.

1. Judul Kelengkapan pengisian rekam medik 24

jam setelah selesai pelayanan

Dimensi Mutu Kesinambungan pelayanan dan keselamatan

Tujuan Tergambarnya tanggung jawab dokter

dalam kelengkapan informasi rekam medik

Definisi Operasional Rekam medik yang lengkap adalah rekam

medik yang telah diisi lengkap oleh dokter

dalam waktu ≤ 24 jam setelah selesai

pelayanan rawat jalan atau setelah pasien

rawat inap diputuskan untuk pulang, yang

meliputi identitas pasien, anamnesis,

rencana asuhan, pelaksanaan asuhan, tindak

lanjut dan resume

Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan

132
Periode Analisa 3 bulan

Numerator Jumlah rekam Medik yang disurvey dalam 1

bulan yang diisi lengkap

Denominator Jumlah rekam medik yang disurvey dalam 1

bulan

Sumber data Survey

Standar 100 %

Penanggung jawab pengumpul Kepala Bagian Rekam Medik

data

2. Judul Kelengkapan Informed Concent setelah

mendapatkan informasi yang jelas

Dimensi Mutu Keselamatan

Tujuan Tergambarnya tanggung jawab dokter untuk

memberikan informasi kepada pasien dan

mendapat persetujuan dari pasien akan

tindakan medik yang akan dilakukan

Definisi Operasional Informed Concent adalah persetujuan yang

diberikan pasien/keluarga atas dasar

penjelasan mengenai tindakan medik yang

akan dilakukan terhadap pasien tersebut

Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan

Periode Analisa 3 bulan

Numerator Jumlah pasien yang mendapat tindakan

133
medik yang disurvey yang mendapat

informasi lengkap sebelum memberikan

persetujuan tindakan medik dalam 1 bulan

Denominator Jumlah pasien yang mendapat tindakan

medik yang disurvey dalam 1 bulan

Sumber data Survey

Standar 100 %

Penanggung jawab pengumpul Kepala Bagian Rekam Medik

data

3. Judul Waktu penyediaan dokumen rekam

medik pelayanan rawat jalan

Dimensi Mutu Efektifitas, kenyamanan dan efisiensi

Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan

pendaftaran rawat jalan

Definisi Operasional Dokumen rekam medis rawat jalan adalah

dokumen rekam medis pasien baru atau

apsien lama yang digunakan pada pelayanan

rawat jalan. Waktu penyediaan dokumen

rekam medik mulai dari pasien mendaftar

sampai rekam medis disediakan/ditemukan

oleh petugas

Frekuensi Pengumpulan Data Tiap bulan

Periode Analisa Tiap 3 bulan

134
Numerator Jumlah kumulatif waktu penyediaan rekam

medis sample rawat jalan yang diamati

Denominator Total sample penyediaan rekam medis yang

diamati ( n tidak kurang dari 100)

Sumber data Hasil survey pengamatan di ruang

pendaftaran rawat jalan untuk pasien baru/di

ruang rekam medis untuk pasien lama

Standar Rerata ≤ 10 menit

Penanggung jawab pengumpul Kepala Bagian Rekam Medis

data

4. Judul Waktu penyediaan dokumen rekam

medik pelayanan rawat inap

Dimensi Mutu Efektifitas, kenyamanan dan efisiensi

Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan rekam

medis rawat inap

Definisi Operasional Dokumen rekam medis rawat inap adalah

dokumen rekam medis pasien lama yang

digunakan pada pelayanan rawat inap. Waktu

penyediaan dokumen rekam medik

pelayanan rawat inap adalah waktu mulai

pasien diputuskan untuk rawat inap oleh

dokter sampai rekam medik rawat inap

tersedia di bangsal pasien

135
Frekuensi Pengumpulan Data Tiap bulan

Periode Analisa Tiap 3 bulan

Numerator Jumlah kumulatif waktu penyediaan rekam

medis rawat inap yang diamati

Denominator Total penyediaan rekam medis rawat inap

yang diamati

Sumber data Hasil survey pengamatan di ruang

pendaftaran rawat jalan

Standar Rerata ≤ 15 menit

Penanggung jawab pengumpul Kepala Bagian Rekam Medis

data

136
BAB IX PENUTUP

Puji Syukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa.atas terselesaikannya Buku Pedoman Pelayanan Rekam Medis

RS.Baptis Batu. Buku ini adalah sebagai acuan didalam setiap kegiatan proses

pelayanan Rekam Medis RS Baptis Batu demi tercapainya tertib administrasi

dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang prima di RS

Baptis. Tanpa di dukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan

benar, mustahil dapat dicapai suatu pelayanan rekam medis yang relevan

Tidak lupa juga ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada

semua pihak yang telah memberikan suport dan doanya, terutama kepada

semua staf Rekam Medis dan Pendaftaran RS Baptis Batu , juga kepada semua

fihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang terlibat di dalam

penyusunan buku Pedoman Pelayanan Rekam Medik RS.Baptis Batu.

Kami Menyadari bahwa penyusunan buku ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat memembangun

sangat kami harapkan demi tercapainya pedoman suatu pelayanan yang

optimal

Semoga Buku ini bermanfaat bagi kita semua. Tuhan Memberkati

137
DAFTAR PUSTAKA

Kepmenkes 377/Menkes/SK/III/2007. Standart Profesi Perekam medis.


Jakarta Permenkes RI No 575/Men.Kes/Per/IX/1989 Persetujuan Tindakan
Medis.
Jakarta
Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996. Tenaga Rekam Medis, Jakarta
Permenkes Nomor 269/Menkes/Per/III/2008. Tujuan dan Penyelenggaraan
Rekam Medis. Jakarta
SK No78/Yan.Med/RS.Um.Dik/YMU/I/1991 Petunjuk
Pelaksanaan
Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit.Jakarta
SK Menkes RI No.034/BIRHUP/1972. Kewajiban Penyelenggaraan Rekam
Medis. Jakarta
Undang – Undang Republik Indonesia Nomer 44 Tahun 2009.
Penyelenggaraan Rumah Sakit. Jakarta
Undang – Undang Republik Indonesia Nomer 36 Tahun 2009. Tentang
Kesehatan. Jakarta

138

Anda mungkin juga menyukai