Novi Herlinda
Guru SMAN 1 Rimba Melintang, Rokan Hilir-Riau
Email: novi.h@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Hasil belajar siswa sebelum penggunaan
media pemutaran film pada mata pelajaran sejarah (2) Hasil belajar siswa
setelah penggunaan media pemutaran film, (3) Meningkatkan persentase
ketuntasan hasil belajar siswa dengan melalui penggunaan media pemutaran
film terhadap persentase kemampuan berfikir siswa dalam mata pelajaran
sejarah.. Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA Negeri I Rimba
Melintang sebanyak 32 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan teknologi informatika dengan media pemutaran film dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal
sebelum adanya tindakan pemutaran film hanya 6.25%. Pada siklus 1
mengalami peningkatan sebesar 40.62% . Selanjutnya dilanjutkan tindakan
pada siklus 2 dan hasilnya ketuntasan siswa mengalami kenaikan sebesar
81.25%. Persentase ketuntasan belajar siswa yang memperoleh nilai A (85-
100) berjumlah 4 orang siswa, nilai B (78-84) berjumlah 22 orang siswa dan
persentase ketidak tuntasan belajar siswa dengan nilai C (65-77) berjumlah 6
orang siswa.
Kata-kata kunci: Hasil Belajar, Sejarah, Pemutaran Film
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala
aspeknya. Pendidikan pada hakikatnya merupakan interaksi komponen-komponen yang
esensial dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya. Perpaduan antara
keharmonisan dan keseimbangan serta interaksi unsur-unsur esensial pendidikan, pada
tahap operasional dipandang sebagai faktor yang sangat menentukan keberhasilan
pendidikan. Keberhasilan pendidikan didukung oleh berbagai hal, diantaranya
pengembangan sistem pendidikan sebagai proses meningkatkan mutu layanan
pendidikan, peningkatan sarana, dan prasarana pendidikan, serta pengayaan metode dan
media pembelajaran. Pengembangan sistem pendidikan ditujukan pada berbagai aspek,
yaitu aspek kurikulum, metode pembelajaran, strategi dan media pembelajaran, serta
peningkatan propesionalitas para pendidik (Hamid, 2013).
Pendidikan selalu dihadapkan pada perubahan zaman maupun perubahan
masyarakat. Oleh sebab itu, mau tidak mau pendidikan harus didesain mengikuti irama
perubahan tersebut. Kalau tidak, pendidikan akan ketinggalan. Tuntutan perubahan
pendidikan selalu relevan dengan kebutuhan masyarakat, baik pada konsep, kurikulum,
proses, fungsi, tujuan, manajemen lembaga-lembaga pendidikan, maupun sumber daya
pengelolaan pendidikan. Hal ini dapat terjadi karena perkembangan teknologi yang
20
Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN : 2355 -9535
sejarah yang banyak hafalan dan cenderung teoritis melainkan peran guru dalam
menggunakan metode pembelajaran yang cenderung kurang bervariatif (Widja, 1989).
Selain itu efektifitas guru mengajar juga mempunyai peranan yang penting, hal ini
dapat dijadikan salah satu ukuran keberhasilan guru dalam mengajar.
Menurut Wulansari dkk (2013), berdasarkan manfaat yang diperoleh dengan
mempelajari sejarah semestinya mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang
sangat penting untuk dipelajari, menarik, menyenangkan, dan tidak membosankan.
Kenyataan yang ada di sekolah-sekolah tidak demikian, mata pelajaran sejarah
cenderung diremehkan dan kurang diminati oleh siswa karena beberapa sebab di
antaranya membosankan, kurang menarik, dan cenderung membuat siswa gaduh atau
bahkan mengantuk, sehingga pelajaran sejarah tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Kebanyakan siswa menganggap pelajaran sejarah kurang begitu penting
dibanding mata pelajaran IPA, sehingga dalam pembelajaran sejarah siswa cenderung
ramai, kurang begitu memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru, ada pula
yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain, bahkan ada yang mengantuk. Faktor-
faktor tersebut di atas membuat tujuan pembelajaran sejarah yang diinginkan sulit
tercapai dan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
sejarah.
Dalam rangka meningkatkan pembelajaran sejarah serta menghilangkan kesan
bahwa pelajaran sejarah hanya bersifat hapalan saja, maka perlu diupayakan metode
yang dapat memotivasi untuk menuntaskan materi dengan baik. Seiring dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat maka pendidikan
dituntut untuk maju (Fristanti, 2011).Teknologi yang tepat untuk peningkatan aktivitas
belajar siswa itu adalah dengan menggunakan teknologi informatika (Abdulhak dan
Darmawan 2013).
Salah satu cara untuk meningkatkan belajar siswa adalah dengan memanfaatkan
media pembelajaran. Dengan memanfaatkan media tersebut proses belajar mengajar di
kelas menjadi menarik dan menyenangkan, berbeda dengan pendekatan konvensional
yang hanya mengadalkan ceramah. Kehadiran media mempunyai arti yang cukup
penting dalam kegiatan belajar mengajar, karena dalam kegiatan belajar mengajar
tersebut, ketidakjelasan suatu bahan atau materi pembelajaran dapat dibantu dengan
adanya media sebagai perantara atau pemberi pesan informasi. Penyampaian bahan dan
materi yang sulit bagi siswa dapat disederhanakan dan diperjelas dengan bantuan media
(Nur, 2013).
Peranan media sangatlah penting, yaitu sebagai alat bantu atau sarana yang
dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi. Selain itu penggunaan media film
ini adalah salah satu dari kemajuan IPTEK. Dimana guru menggunakan film sebagai
media pembelajaran yang inovatif. Penggunaan media film merupakan salah satu
alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa (Handayani 2014).
Menurut Arifani (2013), film dapat membantu dalam proses pembelajaran, apa yang
terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah diingat
daripada apa yang hanya dapat dibaca saja atau hanya didengar saja. ada awalnya, film
atau gambar hidup ini hanya berupa serangkaian gambar diam yang diletakkan rapat-
rapat ditunjukkan berganti-ganti dengan kecepatan tinggi, orang yang melihatnya akan
mengalami ilusi seolah-olah terdapat gerakan.
Dengan adanya media siswa lebih mudah menerima dan memahami materi atau
bahan pembelajaran daripada tanpa adanya media. Penggunaan media harus
22
Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN : 2355 -9535
disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai dan materi yang akan disampaikan dalam
proses pembelajaran, karena apabila penggunaan media tidak sesuai dengan materi
yang akan disampaikan pada siswa dan tujuan yang akan dicapai maka media bukan
lagi sebagai alat bantu dalam pembelajaran, tetapi sebagai penghambat dalam
pencapaian tujuan. Jadi media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai
penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Demikianlah, jika media
dimanfaatkan secara optimal kualitas belajar siswa akan meningkat sehingga akan
menghasil output yang memuaskan.
Menurut Arifani (2013), materi pelajaran sejarah yang disampaikan oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar dikelas merupakan konsep-konsep yang masih bersifat
abstrak atau masih dalam tataran ide atau gagasan. Untuk itu, guru sejarah dituntut
untuk menjabarkan konsep tersebut menjadi sesuatu yang lebih nyata atau konkrit, hal
ini mutlak dilakukan oleh guru agar materi pelajaran sejarah yang diterima tidak
bersifat verbalisme semata tetapi siswa betul-betul memahami materi yang diajarkan
guru. Faktor lain yang berpengaruh pada minat belajar siswa baik dari segi nilai
perilaku adalah strategi yang digunakan guru dalam mengajar. Selama ini guru belum
melaksanakan pembelajaran sejarah secara sederhana yang dapat meningkatkan
ketertarikan siswa pada proses pembelajaran sejarah. Maka untuk menghindarkan
kebosanan pada siswa dan guru dalam penelitian ini akan menggunakan model
pembelajaran dengan menggunakana media film. Dengan ini diharapkan siswa akan
lebih tertarik dengan mata pelajaran tersebut kemudian keinginan untuk mempelajari
pelajaran itu akan semakin tinggi sehingga minat siswa juga akan lebih meningkat.
Dari uraian diatas tampak jelas hubungan saling mempengaruhi antara
keberadaan teknologi informatika sekolah dengan peningkatan prestasi belajar siswa
sebagaimana yang diharapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Mengingat
pentingnya manfaat teknologi dalam membantu siswa memperluas ilmu pengetahuan
dan meningkatkan prestasi belajar siswa, untuk itu penulis mengadakan penelitian
dengan judul “Upaya meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran sejarah
dengan menggunakan media film pada siswa/i kelas XI IPS 1 SMAN 1 Rimba
Melintang Kab. Rokan Hilir Prop.Riau Tahun ajaran 2014/2015”.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan persentase ketuntasan
hasil belajar siswa dengan melalui pemanfaatan teknologi informatika (pemutaran film)
di sekolah terhadap persentase kemampuan berfikir siswa dalam mata pelajaran sejarah
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas karena
dilaksanakan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa di dalam kelas.
23
Novi Herlinda
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti melakukan beberapa tahapan yaitu tahap
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Langkah-langkah yang dilakukan
sebagai berikut:
a. Siklus 1
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
3) Pengamatan
4) Refleksi
b. Siklus 2
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
3) Pengamatan
4) Kesimpulan
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian yaitu sebagai
berikut:
1. Rencana Pelaksanan Pembelajaran
2. Tes
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)
4. Pedoman Observasi
Setelah itu baru dilakukan uji perbedaan hasil belajar siswa antara siklus I dan
siklus II.
Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada dua
kategori, yaitu pada proses pembelajaran yang diperoleh dari data kualitatif dan hasil
pembelajaran yang diperoleh dari data kuantitatif.
hasil belajar siswa dan tingkat kemampuan kognitif siswa sebelum tindakan kelas
dilakukan sebagai acuan penetapan refleksi awal serta perencanaan tindakan yang
selanjutnya.
1. Perolehan nilai tes hasil belajar siswa
Tes hasil belajar dilakukan pada materi yang diberikan sebelum dan sesuah
menggunakan media internet. Perolehan nilai tes hasil belajar siswa sebelum tindakan
hanya sebesar 78 sedangkan nilai terendah 58 hal tersebut jauh dari standar kriteria
ketuntasan maksimal (KKM) yang ditentukan oleh pihak sekolah sebesar 78. Pada
siklus 1 mengalami peningkatan dengan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 81
sedangkan nilai terendah adalah 70. Peningkatan tersebut berlanjut pada siklus 2
dengan nilai tertinggi berhasil mencapai 88 dan nilai terendah adalah 74. Terlihat
bahwa dalam tabel perolehan nilai yang dicapai siswa pada setiap siklus bervariasi pada
masing-masing individu. Hal ini tergantung pada tingkat pengetahuan dan keaktifan
siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Perolehan nilai tes hasil pembelajaran
tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai rata-rata kelas dan ketuntasan hasil
belajar siswa.
b. Siklus 1
25
Novi Herlinda
c. Siklus 2
26
Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN : 2355 -9535
Pembahasan
1. Pra Siklus
Pada awal penelitian dimulai ditemukan permasalahan yakni rendahnya prestasi
belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 1 Rimba Melintang.. Hal ini dibuktikan dengan
rendahnya tingkat ketuntasan nilai pra siklus. Rendahnya tingkat ketuntasan nilai
siswa ini dikarenakan proses pembelajaran yang kurang variatif,sehingga
siswakurang tertarik pada pokok bahasan yang disampaikan. Melihat kondisi yang
demikian akhirnya guru mulai berfikir bagaimana cara untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Guru mengadakan diskusi dengan teman sejawat serta
Kepala Sekolah yang akhirnya ditemukan sebuah gagasan baru dengan menerapkan
pembelajaran menggunakan media pemutaran film.
2. Siklus I
Peneliti merancang pembelajaran perbaikan pada Siklus I dengan metode ceramah.
Pada siklus I diperoleh hasil tes formatif pada siklus I nilai rata-rata sebesar 75.84.
Pada siklus 1 mengalami peningkatan sebesar 40.62% atau 13 siswa yang tuntas
belajar dan 59.67% lainnya atau 19 siswa belum tuntas belajar. Pada siklus I ini ada
peningkatan hasil pembelajaran namun belum mencapai tingkat keberhasilan yakni
siswa yang tuntas belajar belum mencapai 59.67 % . Kegagalan ini disebabkan oleh:
a) Penyampaian materi terlalu lama dan panjang sehingga siswa bosan dan mengantuk.
b) Tidak menggunakan media, hanya mengandalkan metode ceramah.
c) Siswa belum jelas terhadap konsep dan materi yang diberikan.
Selanjutnya untuk melakukan perbaikan siklus I peneliti melakukan perbaikan
,antara lain:
a) Memberi motivasi pada siswa untuk lebih meningkatkan keaktifan dalam proses
pembelajaran
b) Guru lebih intensif membimbing siswa yang mengalami kesulitan
c) Memberikan penghargaan kepada siswa dengan memujinya.
3. Siklus II
Peneliti perlu mengadakan perbaikan pembelajaran siklus II. Peneliti merancang
pembelajaran dengan menitikberatkan pada penggunaan media pembelajaran dengan
pemutaran film dengan pokok bahasan pokok bahasan perlawanan di berbagai
daerah di Indonesia dalam menentang dominansi asing perlawanan abad ke 16-18.
a) Menyenangkan siswa
27
Novi Herlinda
b) Mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif belajar dengan melihat audio visual
langsung perlawanan pahlawan melawan penjajah dengan menggunakan media
pemutaran film.
c) Mengurangi hal-hal yang verbalitas/abstrak
d) Meningkatkan interaksi antar siswa dengan guru.
e) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis dengan menumbuhkan jiwa patriotisme
siswa
f) Menumbuhkan respon positif dari siswa yang lamban dalam belajar.
Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II, nilai rat-rata 80.37 dan ketuntasan
siswa mengalami kenaikan sebesar 81.25% (26 siswa) dan yang belum tuntas 18.75%
(6 siswa). Kendatipun masih ada siswa yang belum tuntas namun pada siklus II ini
sudah dapat dikatan berhasil, karena sudah 81.25 % siswa yang tuntas dalam belajar.
Dengan demikian perbaikan pembelajaran pada siklus II dikatakan berhasil dengan
ketuntasan belajar susah mencapai 80 %. Keberhasilan ini dikarenakan penggunaan
media film sebagai pembelajaran.
Menurut Sanjaya (2006), peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam
pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Selain mengajar, guru juga bertanggung
jawab untuk mengatur, mengarahkan, menciptakan kondisi pembelajaran yang
kondusif di kelas, sebab salah satu masalah dalam pendidikan di Indonesia adalah
lemahnya proses pembelajaran.
Berdasarkan dari pendapat para pakar dapat diketahui bahwa peran guru sangat
penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Selain sebagai sumber belajar,
guru juga sebagai fasilisator serta motivator siswa. Jadi peran guru tidak hanya
memberikan pengetahuan melainkan lebih dari itu. Guru juga berperan penting dalam
mengawal dan membimbing siswa untuk mencapai keberhasilan dalam meraih cita-
citanya. Agar tujuan pengajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisir
semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen yang satu dengan
lainnya dapat berinteraksi secara harmonis (Suyitno, 2006).
Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai
macam strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan
materi, siswa dan konteks pembelajaran (Depdiknas, 2006). Sehingga dituntut
kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran serta media yang cocok
dengan materi atau bahan ajaran. Oleh karena itu perlu adanya pembaharuan
pembelajaran sejarah di Indonesia, melalui siswa aktif menimbulkan suasana keakraban
dan saling interaksi kemudian terwujud kondisi sosial di antara siswa. Semangat itu
perlu diaktualisasikan dalam kehidupan nyata oleh seluruh masyarakat, terutama guru
sejarah yang berhadapan langsung dengan siswa sebagai salah satu sasaran dalam
penanaman sejarah yang diinginkan.
Pembelajaran yang dikembangkan oleh guru harus mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar. Pemilihan model dan
metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi peserta didik
merupakan kemampuan dan ketrampilan dasar yang harus di kuasai oleh seorang guru.
Ketepatan seorang guru dalam menggunakan model atau media maka dapat
memperoleh hasil maksimal dalam pembelajaran. Untuk mencapai hasil yang maksimal
maka seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk mengajar yang baik dan
efektif sehingga memudahkan siswa.
28
Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN : 2355 -9535
Menurut Slameto (2003), mengajar yang efektif ialah mengajar yang dapat
membawa belajar siswa yang efektif juga. Belajar di sini adalah suatu aktifitas mencari,
menemukan dan melihat pokok masalah. Siswa berusaha memecahkan masalah
termasuk pendapat bahwa bila seseorang memiliki motor skill, maka dia telah
menghasikan masalah dan menemukan kesimpulan.
Menurut Hariyono (1995), guru sejarah dikatakan berhasil salah satu alasan
utamanya adalah mampu menjelaskan pelajaran sejarah secara menarik. Melalui
pemaparan materi sejarah yang menarik dan mampu menunjukan relevansinya bagi
siswa, sejarah tidak dianggap sebagai pelajaran yang membosankan.
Secara umum keberhasilan proses belajar mengajar sejarah dapat dilihat melalui
siswa bersungguh-sungguh mengikuti pembelajaran sejarah, misalnya dengan banyak
bertanya, mendengarkan ketika guru mengajar, selalu antusias merespon tugas yang di
berikan. Selain itu anggapan bahwa mata prlajaran sejarah adalah mata pelajaran yang
membosankan dan sebagian besar materi pelajaran sejarah berupa hapalan.
Menurut dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, kesulitan siswa
adalah memahami materi dari bacaan yang terlalu panjang. Hal tersebut dapat
menunjukan bahwa mereka tidak memahami tentang apa yang mereka baca, hal
tersebut berakibat pada hasil belajar yang kurang maksimal dan cenderung rendah serta
tingkat ketuntasan hasil belajar yang masih belum tercapai.
Untuk mengatasi permasalahan yang ada, diperlukan suatu alternatif strategi
pembelajaran yang tepat dan menarik. Setelah pemutaran media film, siswa lebih
mengerti karena mereka melihat langsung tentang perlawanan di berbagai daerah di
Indonesia dalam menentang dominansi asing perlawanan abad ke 16-18 tersebut. Siswa
tidak lagi membutuhkan materi dari bacaan sejarah yang terlalu panjang
Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antara guru dengan murid. Interaksi
ini harus berlangsung secara harmonis sehingga proses transfer ilmu berlangsung sesuai
dengan yang diharapkan. Menurut Affandi (2006) menyatakan bahwa pada
kenyataannya, kualitas anak didik (tingkat pemahaman dan penguasaan ilmu) sangat
ditentukan oleh kualitas guru. Kualitas guru tidak hanya diukur dari kedalaman dan
keluasan ilmunya saja tetapi juga kemampuannya untuk mencerahkan pikiran si anak
didik sehingga menjadi lebih mudah untuk memahami dan menguasai ilmu yang
dipelajarinya. Seorang guru yang berkualitas tentunya sangat menguasai metode/cara
pengajaran yang efektif dan efisien. Belajar dengan bimbingan guru jauh akan lebih
cepat dan lebih mendalam atas pemahaman dan penguasaan ilmu oleh anak didik
terutama sekali pada pendidikan tingkat dasar dan menengah. Ditambah lagi oleh
pendapat Ahmad dkk (2009), guru sejarah mengajar dengan lebih berkesan, karana
dengan pengajaran yang berkualitas dan berkesan sajalah yang akan memastikan tujuan
pendidikan sejarah tercapai.
Penggunaaan teknologi atau desain dari instruksi tertentu secara efektif
meningkatkan prestasi belajar. Perbaikan kualitas pendidikan dimulai dari perbaikan
kualitas pengajaran, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai namun hal ini
juga harus ditunjang dengan kualitas siswa. Komponen dalam sistem ini saling terkait
dan terpadu mempengaruhi variabel-variabel peningkatan hasil pembelajaran. Proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila timbul perubahan tingkah laku pembelajaran
yang positif pada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasan materi, dan
keaktifan belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman, penguasan materi, keaktifan
29
Novi Herlinda
belajar siswa maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Seorang
guru bertugas untuk menyajikan sebuah pelajaran dengan tepat, jelas, menarik, efektif
dan efesien.
Lingkungan pembelajaran yang bermedia teknologi dapat meningkatkan nilai
para siswa, sikap terhadap belajar, dan evaluasi dari pengalaman belajar. Teknologi
juga dapat membantu untuk meningkatkan interaksi antar guru dan siswa serta
membuat proses belajar yang berpusat pada siswa (student oriented) (Hamid, 2013).
Menurut pendapat Arifani (2013), Menggunakan film dalam pendidikan dan
pengajaran di kelas sangat berguna atau bermanfaat terutama untuk:
1. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
2. Menambah daya ingat pada pelajaran.
3. Mengembangkan daya fantasi anak didik.
4. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
Carpenter dan Greenhill (1956) dalam Arifani (2013), untuk mengkaji hasil-
hasil penelitian tentang film menyimpulkan sebagai berikut:
1. Film yang diproduksi dengan baik, bila digunakan baik sendirian maupun dalam
suatu seri dapat diterapkan sebagai alat utama untuk mengajar ketarampilan
penampilan (performance) tertentu dan untuk menyampaikan beberapa jenis data
faktual.
2. Tes setelah menonton akan meingkatkan belajar, jika siswa telah diberi tahu apa
yang harus diperhatikannya dalam film, dan bahwa mereka akan di tes tentang isi
film tersebut.
3. Siswa akan belajar lebih banyak jika diberi petunjuk studi untuk tiap film yang
dipakai dalam kegiatan belajar-mengajar.
4. Mencatat sambil menonton film hendaknya dicegah, karena hal itu akan
mengganggu perhatian siswa terhadap film itu sendiri.
5. Pertunjukan film secara bergantian dapat meningkatkan belajar.
6. Film-film pendek dapat dipenggal menjadi film sambung dan bermanfaat untuk
kepentingan praktek atau latihan.
7. Siswa dapat menonton film selama satu jam tanpa mengurangi keefektifan dari
tujuan pertemuan tersebut.
8. Keefektifan belajar melalui film harus dievaluasi.
9. Sesudah sebuah film dipertunjukkan, lalu pokok-pokok isinya dijelaskan dan
didiskusikan, akan mengurangi salah pengertian di kalangan siswa.
10. Kegiatan lanjutan setelah menonton film hendaknya digalakkan untuk
memungkinkan pemahaman yang lebih tuntas.
Film harus dipilih agar sesuai dengan pelajaran yang sedang diberikan. Untuk
itu guru harus mengenal film yang tersedia dan lebih dahulu melihatnya untuk
mengetahui manfaatnya bagi pelajaran. Sesudah film dipertunjukkan perlu diadakan
diskusi, yang juga perlu disisapkan sebelumnya. Ada kalanya film tertentu perlu
diputar dua kali atau lebih utuk memperhatikan aspek-aspek tertentu. Agar anak-anak
jangan hanya memandang film itu sebagai hiburan, sebelumnya mereka ditugaskan
untuk memperhatikan hal-hal tertentu. Sesudah itu dapat ditest berapa banyakkah yang
dapat mereka tangkap dari film itu Arifani (2013).
Penerapan strategi belajar menggunakan media pemutaran film perlawanan di
berbagai daerah di Indonesia dalam menentang dominansi asing perlawanan abad ke
16-18 membuat siswa cocok. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar
30
Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN : 2355 -9535
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Hasil pembelajaran pra tindakan sebelum menggunakan media pemutaran film pada
pelajaran sejarah kurang baik, terlihat dari pemahaman siswa terhadap materi.
2. Hasil pembelajaran siswa pada mata pelajaran sejarah setelah menggunakan media
pemutaran film sangat meningkat. Hasil pelaksanaan tes awal (pretest) diperoleh
tingkat ketuntasan belajar hanya sebesar 6.25% dengan nilai rata-rata 69.27
dilanjutkan dengan siklus 1, ketuntasan belajar sebesar 40.62% dngan rata-rata
75.84. Tapi setelah menggunakan pemanfaaatan teknologi informatika dengan
pemutaran film, hasil dari pelaksanaan ketuntasan belajar sebesar 81.25% dengan
nilai rata-rata 80.37.
3. Respon siswa terhadap hasil belajar sejarah setelah menggunakan pemanfaatan
teknologi informatika dengan menggunakan media pemutaran film di kelas sangat
baik sekali. Ketuntasan yang diperoleh siswa naik, siswa yang memperoleh nilai A
(84-100) berjumlah 4 orang siswa, nilai B (78-84) berjumlah 22 orang siswa. Siswa
yang tidak tuntas dan memperoleh nilai C (65-77) berjumlah 6 orang siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian peneliti ini, peneliti menyarankan:
a. Kepada guru diharapkan menggunakan teknologi informatika di sekolah dalam
pembelajaran supaya siswa dapat mengaitkan materi yang di pelajari dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari yaitu dengan konteks lingkungan, pribadinya,
sosialnya, dan budayanya.
b. Untuk meminimalisir siswa yang tidak tuntas, hendaknya guru lebih cepat dalam
mengangani siswa yang mengalami kesulitan belajar agar siswa dapat
mengoptimalkan kemampuan belajarnya.
c. Kepada pihak sekolah kiranya dapat memaksimalkan alokasi waktu pada
pembelajaran sesuai dengan konteksnya, karena dalam hal ini pembelajaran sejarah
membutuhkan alokasi waktu yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
32