Anda di halaman 1dari 5

SISTEM TERDISTRIBUSI

JONATAN REONALDI

(C1655201009)

TI-A

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

PRODI S-1 TEKNIK INFORMATIKA

PALANGKARAYA

TAHUN AJARAN 2020/2021


1. Sistem file terdistribusi merupakan implementasi terdistribusi dari model time sharing klasik dari
suatu sistem file ,dimana dalam manajemen  sistem file terdistribusi sejumlah pengguna akan 
melakukan share file dan penyimpanan resource.  Tujuan diterapkannya dari sistem file
terdistribusi dalam manajemen proses adalah  untuk  mensupport sharing dengan tipe sama
yang disebabkan karena file-file secara fisik tersebar pada site yang berada dalam sistem
terdistribusi.

Struktur sistem file terdistribusi terdiri dari tiga bagian yaitu: service , server, dan client.

a. Service

Entitas software yang berkerja pada satu untuk  lebih mesin dan dilengkapi suatu tipe fungsi
khusus untuk prioritas client yang tidak diketahui identitasnya.

b. Server

      Server adalah service software yang bekerja pada mesin tunggal.

c. Client

Client adalah suatu proses yang dapat memanggil suatu service dengan menggunakan
sejumlah operasi yang dibentuk oleh interface client.

Sistem file terdistribusi dapat diartikan sebagai suatu  sistem  file,dimana client,server dan
peralatan penyimpanan tersebar pada mesin-mesin sistem terdistribusi. Dimana aktifitas
service dilakukan  melalui jaringan dengan banyak media penyimpanan dan bersifat
independent, sehingga akan mengakibatkan konfigurasi sitem file terdistrbusi akan
bervariasi. Sistem file terdistribusi dapat diimplementasikan sebagai bagian dari sistem operasi
terdistribusi yang dalamm manajemen tugasnya adalah mengatur  komunikasi antara sistem
operasi konvensional dengan sistem file.

Dalam manajemen sistem file terdistribusi akan melihat :

1.      Client sebagai keadaan konvensional pada sistem file terdistribusi.

2.       Server dab media penyimpanan yang banyak dan tersedia menjadi transparan.

3.      Interface Client dari sistem file terdistribusi tidak membedakan lagi file local atau file
jarak jauh.

4.      Fasilitas mobilitas pengguna, lingkungan pengguna dapat dibawa ke mesin dimana


pengguna log-in.
2. Pengukuran kerja dari Sistem File Terdistribusi adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk
memenuhi request (permintaan) dari service yang bervariasi, yang meliputi: waktu untuk akses
disk, waktu untuk proses CPU, waktu yang dipakai untuk mengirim request ke server, dan waktu
yang dipakai untuk merespon kembali ke client.

3. Struktur Naming pada manajemen sistem file terdistribusi ada 2 jenis, yaitu :
1) Location Transparency (LT), adalah nama file tidak memberitahukan suatu petunjuk tentang
lokasi penyimpanan file secar fisik. LT merupakan suatu skema naming yang statis (tetap),
karena pengguna melakukan share data dengan cara konvensional.

2) Location Independence (LI), adalah nama file tidak perlu diubah jika lokasi penyimpanannya
berubah. LI merupakan suatu skema naming yang bersifat dinamis, karena LI dapat
melakukan pemetaan nama file yang sama ke lokasi yang berbeda pada waktu berbeda.

Perbedaan struktur naming LI dan LT pada sistem file terdistribusi:

1. Pemisahan Data dari Lokasi

Nama file hanya berisi atribut signifikan (isi) dari pada lokasi. Pada LI, file dapat dipandang sebagai
wadah data logika yang tidak dikaitkan ke lokasi penyimpanan tertentu. Sedangkan, jika pada sistem
hanya ada LT statis saja yang di support, maka nama file tetap berisi kumpulan blok – blok secar fisik.

2. Share Data
 Pada LT,pengguna melakukan share data dengan cara konvensional. Pengguna dapat
melakukan share file jarak jauh dengan naming sederhana dalam LT statis, sehingga file
di anggap lokal. Tetapi sharing ruang penyimpanan sukar,sebab nama logikal secara
satatis masih terhubungkan dengan penyimpanan fisik.
 Pada LI, pengguna melakukan share data dengan mempromosikan sharing ruang
penyimpanan seperti obyek data. Bila file-file dapat dimobilisir, maka sistem ruang
penyimpanan yang banyak dianggap sebagai sebuah penyimpanan tunggal, yang
dikenal dengan sebutan “sumber virtual”.
3. Media Penyimpanan

LI memisahkan hirarchi naming dari hirarchi media penyimpanan dan dari struktur inter
computer, hal ini berlainan dengan menggunakan LT statis, kita dapat dengan mudah mengekspose
korespodensi antar unit-unit komponen dan mesin. Dalam sistem client-server jika telah terjadi
pemisahan nama & lokasi, maka file dalam server jarak jauh dapat di akses oleh banyak client.

a) Naming scheme

Dalam manajemen sistem file terdistribusi terdapat 3 pendekatan utama untuk naming scheme :

1)      Secara sederhana.

 Nama file merupakan kombinasi antar nama host dan nama lokasi.
 Cara ini tisak mengenal LT/LI.
 Operasi file yang sama dapat digunakan untuk file local atau jarak jauh.
 Komponen unit tetap terisolasi untuk menjaga tetap terpeliharanya file jarak jauh.
b) Pendekatan oleh Suns Network File Sistems.

 Sistem ini di support oleh linux.


 Berusaha menghubungkan direktori jarak jauh dengan direktori lokal.
 Mensupport transparent sharing.
 Tidak ada batasan yang seragam tiap mesin, bisa menghubungkan direktori jarak jauh
yang berbeda dengan pohon directorinya.

c) Pendekatan total integrasi komponen sistem file.


 Sebuah struktur nama global tunggal menyimpan semua file dalam sistem.

4. Pada sistem terdistribusi ada 2 teknik untuk mengakses suatu file antar site pada jarak jauh,
yaitu: remote file access dan teknik caching dimana 2 teknik tersebut memberikan TRADE-OFF
berbanding terbalik yaitu performance naik dengan simplicitas menurun.

a. Remote Service
— Cara kerja:  request dari client akan dikirim ke sever, lalu mesin server menjalankan
akses dan hasilnya akan dikirimkan kembali ke client.
— Dengan cara kerja seperti ini sangat membebani jaringan, karena jika setiap pengguna
ingin mengakses suatu file server, maka sistem akan menjalankan akses tersebut
walaupun file yang diakses beberapa pengguna itu sama.
— Namun dari aspek konsistensian data maka teknik ini lebih menjamin.
b.       Teknik Caching
— Cara kerja: Akses dijalankan pada cached-copy, jika data yang dikehendaki untuk
memenuhi request akses dari client belum siap di chace,maka copy dari data tersebut
akan dibawa dari server kesistem pengguna. Tetapi bila blok disk yang diakses client
ada dalam cache, maka akses berikutnya hanya bersifat local sehingga hal ini akan
mengurangi traffic jaringan (Hampir sama dengan prinsip kerja proxy).
— Suatu file berada pada mesin server, maka copynya dapat disebarkan pada cache. Jika
ada perubahan pada cache, maka hanya sebagai file saja yang diubah pada mesin
server.
— Pada sistem file konvensional, caching mereduksi traffic disk I/O, sedangkan pada
sistem file terdistribusi caching akan mereduksi traffic jaringan & traffic disk I/O.
5. Untuk menjamin kekonsistensian file yang diakses oleh pengguna pada layanan jarak jauh,
server perlu proaktif untuk melacak tiap file yang telah diakses oleh pengguna. Ada 2 jenis
layanan (service) dalam manajemen sistem terdistribusi yang dilakukan oleh server,
yaitu: statefull file service dan stateless service.

1.      Stateful File Service

Cara kerja dari statefull file service adalah :

a.       Client harus membuka terlebih dahulu suatu file sebelum diakses.

b.      Server lalu mengambil (fetch) sejumlah informasi tentang file tersebut dari disk lalu
disimpan di memori, kemudian baru membuka koneksi dengan client.

Ciri – ciri pada stateful file service adalah terdapatnya koneksi antara client dan service selama
session (seperti bentuk komunikasi connection oriented). Jika file ditutup, maka server harus
me-reclaim space memori yang dipakai oleh client untuk segera tidak aktif.

Keuntungan statefull service:

1.      Menaikkan performance.

Informasi tentang file diletakkan dalam caching memori, sehingga dapat dengan mudah
diaakses melalui koneksi identifikasi dibandingkan jika disimpan dalam disk.

2.      Dapat mendeteksi sebuah file yang dibuka untuk akses berturutan (sequensial) pada saat
mencapai blok berikutnya.

2        Stateless File Service

a.       Menghapus informasi status dengan membuat tiap-tiap request self-contained, sehingga


setiap request akan mengidentifikasi file dan posisi dalam file (read atau write) secara
keseluruhan.

b.      Server tidak perlu mempertahankan tabel yang berisi file-file yang dibuka di memori,
sehingga server tidak perlu membangun dan terminasi koneksi dengan open dan close. Hal ini
agar komunikasi lebih efisien.

c.       Terjadi redudansi, karena setiap operasi file berdiri sendiri-sendiri.

Bila terjadi crash selama aktifitas service, maka :

1.      Stateful service akan kehilangan semua status ketika crash.

2.      Namun Stateless service akan mengabaikan masalah tersebut, sebab ia dapat membuat
server reinkarnasi yang baru, sehingga dapat dengan mudah merespon self-contained
request.

3.      Bila ada kegagalan client (client failure), maka :

·         Stateful service dapat me-reclaim space yang dialokasikan ke record yang rusak.

·         Stateless membangkitkan client reinkarnasi.

Anda mungkin juga menyukai