Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

ORIENTASI SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL (SHK)

A. Latar belakang
Dasar hukum untuk melaksanakan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. UUD 1945 Pasal 28B Ayat 2 menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi”. Selanjutnya Pasal 28H Ayat 1 menegaskan bahwa
“setiap orang berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan”
2. Undang-undang no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UUPA)
3. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010, tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJM-N).
5. PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah daerah ke provinsi, pemerintah
daerah ke kab/ kota
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
8. Peraturan Menteri Kesehatan No 78 Tahun 2014 tentang Skrining Hipotiroid
Kongenital

B. Gambaran Umum
Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa dalam
rangka mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, maka pembangunan
kesehatan harus dilakukan secara bersama-sama dengan pendidikan dan ekonomi
sehingga akan dapat tercipta pilar yang saling menopang dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang cerdas dan memiliki daya saing baik di tingkat lokal maupun di
tingkat lobal.
Untuk mendapatkan SDM yang berkualitas, perlu persiapan dan perencanaan sejak dini,
karena tidak terlahir dengan sendirinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mempersiapkannya adalah dengan melakukan deteksi yang sedini mungkin pada bayi
sejak dilahirkan melalui skrining bayi baru lahir. Skrining bayi baru lahir (Neonatal
Screening) adalah uji yang dilakukan pada saat bayi berumur beberapa hari yang dapat
mendeteksi adanya gangguan atau kelainan sedini mungkin pada bayi sehingga apabila
ditemukan gangguan/kelainan dapat segera diantisipasi sedini mungkin sebelum timbulnya
gejala klinis diatas, karena makin lama gejala makin berat.
Hambatan pertumbuhan dan perkembangan lebih nyata dimana pada umur 3–6 bulan
gejala khas hipotiroid menjadi lebih jelas. Perkembangan mental semakin terbelakang,
terlambat duduk dan berdiri serta tidak mampu belajar bicara.
Di Indonesia, diantara penyakit-penyakit yang bisa dideteksi dengan skrining pada bayi
baru lahir, Hipotiroid Kongenital (HK) merupakan penyakit yang tidak jarang ditemui. Kunci
keberhasilan pengobatan anak dengan HK adalah deteksi dini dan pengobatan sebelum
anak berumur 1 bulan, namun sulit ditegakkan secara klinis.
Sejak tahun 2003 telah dimulai kerjasama antara Kementerian Kesehatan dengan RSHS
Bandung dan RSCM Jakarta untuk melakukan uji skrining hipotiroid kongenital. Di akhir
tahun 2006, Kemenkes melakukan kajian Health Technology Assesment yang
merekomendasikan bahwa SHK perlu dilakukan pada semua bayi baru lahir. Sampai
dengan tahun 2020 sudah 34 provinsi yang mengimplementasikan SHK baik melalui dana
Dekon, Jampersal, APBD, mandiri ataupun sumber pembiayaan lainnya dengan 4 RS
sebagai laboratorium rujukan SHK yaitu RSCM, RSHS, RSUP dr. Sardjito dan RSUD dr.
Soetomo. Walaupun 34 provinsi sudah melaksanakan SHK, namun belum semua
Kab/Kota menerapkan. Berdasarkan laporan SHK provinsi, cakupan SHK tahun 2019
sebesar 2,4% dan tahun 2002 sebesar 1,9% dari jumlah bayi baru lahir. Masih jauh dari
cita-cita bahwa semua bayi baru lahir harus dilakukan skrining. Salah satu kendala
cakupan yang rendah adalah masih tergantungnya SHK pada dana Dekon dan lainnya
yang selama ini digunakan, dan belum masuk dalam paket manfaat JKN.
Arahan Menteri Kesehatan tahun 2021, bahwa pembiayaan SHK akan dimasukan dalam
paket manfaat JKN. Menindaklanjuti hal tersebut, perlu dipersiapkan fasilitas pelayanan
kesehatan di tingkat primer maupun rujukan baik milik pemerintah atau swasta di seluruh
Indonesia yang mampu melakukan SHK (pemeriksaan sampel, pengiriman sampel,
pelacakan kasus, logistik SHK dll). Pada beberapa tahun ke belakang, pelatihan/orientasi
SHK telah dilakukan ke beberapa fasilitas pelayanan kesehatan. Namun, tidak semua
melakukan SHK. Sehingga diperlukan penguatan kembali dalam pengambilan spesimen
SHK melalui Orientasi Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK).

C. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah melakukan orientasi kepada fasilitas pelayanan kesehatan
utamanya Puskesmas terkait Program Skrining Hipotiroid Kongenital.

D. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan yang akan dilaksanakan adalah: Puskesmas dan Dinas
Kesehatan Provinsi/Kab/Kota
E. Pelaksanaan Kegiatan
1. Waktu

Regional I Regional IIRegional III


(Sumatera, DKI (Jabar, Jateng,
(Jatim, Bali, NTB,
Jakarta, Banten) DIY, Kalimantan)
NTT, Sulawesi,
Maluku, Malut, Papua
dan Papua Barat)
Hari/Tanggal Rabu, 10 Kamis, 11 Selasa, 16 November
November 2021 November 2021 2021
Waktu 08.30–12.30 WIB 08.30–12.30 WIB 08.30–12.30 WIB
Meeting ID 437 412 6462 437 412 6462 437 412 6462
Password ditkesga ditkesga ditkesga
Youtube Humas Kesmas Humas Kesmas Humas Kesmas

2. Pembicara
1. Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes
2. Koordinator Analisis Kebijakan Ahli Madya Poksi Kesehatan Maternal dan Neonatal
3. PP IDAI
4. PDS Patklin

3. Peserta Pertemuan
Orientasi SHK akan dibagi dalam 3 Regional :
1) Pembagian Regional :
a. Regional I (Sumatera, DKI Jakarta, Banten)
b. Regional II (Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan)
c. Regional III (Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, Maluku, Malut,
Papua dan Papua Barat)
• Peserta per Regional :
a) Peserta Daerah :
1. Pengelola Program Kesga/SHK di 34 Dinkes Provinsi
2. Pengelola Program Kesga/SHK di 514 Kab/Kota
3. Tenaga kesehatan yang ditunjuk (dokter, bidan atau perawat) di
seluruh Puskesmas di masing-masing 514 Kab/kota
b) Peserta Pusat:
1. Direktur Kesehatan Keluarga
2. Direktur Pelayanan Kesehatan Primer
3. Koordinator Kelompok Substansi Kesehatan Maternal dan
Neonatal
4. Koordinator Kelompok Substansi Kesehatan Balita dan Pra
Sekolah
5. Kasubag Administrasi Umum
6. Subkoordinator Poksi Kesehatan Maternal
7. Subkoordinator Poksi Kesehatan Neonatal
8. PP IBI
9. IPANI
10. UNICEF
11. WHO
12. UNFPA
13. Momentum JALIN
14. Staf Poksi Kesehatan Maternal dan Neonatal, Direktorat
Kesehatan Keluarga

4. Agenda Kegiatan
REGIONAL I : Rabu, 10 November 2021
(Sumatera, DKI Jakarta, Banten)
Waktu Kegiatan Pembicara Keterangan
08.30 – 08.45 WIB Sambutan dan Pembukaan Direktur Kesehatan Keluarga
08.45 – 09.30 WIB Kebijakan Skrining Bayi Baru Koordinator Poksi Kesehatan Moderator :
Lahir di Indonesia Maternal dan Neonatal Dinas Kesehatan
09.30 – 10.15 WIB Hipotiroid Kongenital dan dr. Aditiawati, SpA(K) Provinsi Sumatera
Tatalaksananya UKK Endokrinologi IDAI Selatan

10.15 – 11.00 WIB Penayangan Video SHK SubKoordinator Kesehatan


Neonatal

11.00 – 11.45 WIB Pengambilan Spesimen Dr. dr. Ina Timan, Sp.PK (K)
Skrining Hipotiroid Kongenital PDS Patologi Klinik

11.45 – 12.30 WIB Diskusi dan tanya jawab

12.30 WIB - Penutupan Koordinator Poksi Kesehatan


selesai Maternal dan Neonatal
REGIONAL II : Kamis, 11 November 2021
(Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan)

Waktu Kegiatan Pembicara Keterangan


08.30 – 08.45 WIB Sambutan dan Pembukaan Direktur Kesehatan Keluarga
08.45 – 09.30 WIB Kebijakan Skrining Bayi Baru Koordinator Poksi Kesehatan Moderator :
Lahir di Indonesia Maternal dan Neonatal Dinas Kesehatan
09.30 – 10.15 WIB Hipotiroid Kongenital dan Dr. dr. Agustini Utari, Provinsi DI
Tatalaksananya M.Si.Med., Sp.A(K) Yogyakarta
UKK Endokrinologi IDAI
10.15 – 11.00 WIB Pengambilan Spesimen Skrining DR. dr. Delita Prihatni,
Hipotiroid Kongenital Sp.PK(K), M.Kes
PDS Patologi Klinik
11.00 – 11.45 WIB Penayangan Video SHK SubKoordinator Kesehatan
Neonatal

11.45 – 12.30 WIB Diskusi dan tanya jawab

12.30 WIB - selesai Penutupan Koordinator Poksi Kesehatan


Maternal dan Neonatal

REGIONAL III : Selasa, 16 November 2021


(Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, Maluku, Malut, Papua dan Papua Barat)

Waktu Kegiatan Pembicara Keterangan


08.30 – 08.45 WIB Sambutan dan Pembukaan Direktur Kesehatan Keluarga
08.45 – 09.30 WIB Kebijakan Skrining Bayi Baru Koordinator Poksi Kesehatan Moderator :
Lahir di Indonesia Maternal dan Neonatal Dinas Kesehatan
09.30 – 10.15 WIB Hipotiroid Kongenital dan dr. Muhammad Faizi, Sp.A(K) Provinsi Sulawesi
Tatalaksananya UKK Endokrinologi IDAI Selatan

10.15 – 11.00 WIB Pengambilan Spesimen Skrining DR. Hartono Kahar


Hipotiroid Kongenital dr.,SpPK.,MQIH
PDS Patologi Klinik
11.00 – 11.45 WIB Penayangan Video SHK SubKoordinator Kesehatan
Neonatal

11.45 – 12.30 WIB Diskusi dan tanya jawab

12.30 WIB - selesai Penutupan Koordinator Poksi Kesehatan


Maternal dan Neonatal
F. Biaya
Kegiatan Orientasi Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) ini dibiayai oleh dana DIPA Satker
Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2021.

Koordinator Analisis Kebijakan Ahli Madya


Subdit Kesehatan Maternal dan Neonatal

dr. Nida Rohmawati, MPH


NIP 197208182000122001

Anda mungkin juga menyukai